KEHAMILAN DAN PREVALENSI TERJADINYA MELASMA. DI RSUD Dr. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEHAMILAN DAN PREVALENSI TERJADINYA MELASMA. DI RSUD Dr. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id KEHAMILAN DAN PREVALENSI TERJADINYA MELASMA DI RSUD Dr. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MARWAN SOFYAN G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 digilib.uns.ac.id KEHAMILAN DAN PREVALENSI TERJADINYA MELASMA DI RSUD Dr. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MARWAN SOFYAN G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

3 digilib.uns.ac.id PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Kehamilan dan Prevalensi Terjadinya Melasma di RSUD Dr. Moewardi Marwan Sofyan, NIM : G , Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Rabu, Tanggal 16 November 2011 Pembimbing Utama Nama : Muhammad Eko Irawanto, dr., SpKK NIP : (...) Pembimbing Pendamping Nama : Dr. Kiyatno, dr., MOR, PFK, AIFO NIP : (...) Penguji Utama Nama : Nugrohoaji Dharmawan, dr., SpKK., M.Kes NIP : (...) Anggota Penguji Nama : Arie Kusumawardani, dr., SpKK NIP : (...) Surakarta,... Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM NIP NIP ii

4 digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, 16 November 2011 Marwan Sofyan NIM. G iii

5 digilib.uns.ac.id ABSTRAK Marwan Sofyan, G , Kehamilan dan Prevalensi Terjadinya Melasma di RSUD Dr. Moewardi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan antara kehamilan dengan prevalensi terjadinya melasma. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011 di RSUD Dr. Moewardi. Jumlah sampel adalah 38 wanita hamil dan 37 wanita tidak hamil. Lokasi penelitian di Poliklinik Obsgyn, Ruang Rawat Inap Mawar 1 dan Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Masingmasing sampel mengisi lembar biodata dan inform consent sebagai tanda persetujuan kemudian sampel difoto untuk selanjutnya dikonsultasikan ke dokter spesialis kulit. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Logistik yang diolah dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows. Hasil Penelitian: Melasma terjadi pada 15,8% wanita hamil di RSUD Dr. Moewardi. Tidak terdapat hubungan yang signiifikan antara kehamilan dan prevalensi terjadinya melasma setelah mengontrol variabel perancu paparan sinar matahari, obat, kosmetik, dan kontrasepsi. Simpulan Penelitian: Tidak terdapat hubungan antara kehamilan dengan prevalensi terjadinya melasma dimana kehamilan tidak meningkatkan risiko terjadinya melasma. Kata kunci : wanita hamil, prevalensi melasma iv

6 digilib.uns.ac.id ABSTRACT Marwan Sofyan, G , Pregnancy and Prevalency the Occurance of Melasma in RSUD Dr. Moewardi. Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta. Research Purpose: To detect the relationship between pregnancy and prevalency the occurance of melasma. Research Method: This research was an observational analytic research with cross-sectional approach that held on Juny until September 2011 at RSUD Dr. Moewardi. Sample that used in this research was 38 pregnant women and 37 unpregnant women. The research was located at Obsgyn Clinic, Mawar 1 and Mawar 3 ward RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Each sample were instructed to fill the identity form and inform consent as agreement, and then got their photo taken for further consultation with ermatologist. The data was analyzed by using regression logistic model, run on Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows. Research Result: The Research shows that 15.8% pregnant woman in RSUD Dr. Moewardi are suffered from melasma. There is no correlation between pregnancy and prevalency the occurance of melasma after adjusting the false variable of sunlight shelf, drug, cosmetic, and contraception. Research Conclusion: There is no corelation between pregnancy and the occurance of melasma where the pregnancy not increase the risk of melasma. Keyword: pregnant woman, prevalency of melasma v

7 digilib.uns.ac.id PRAKATA Alhamdulillaah, segala puji syukur bagi Allah Subhanahu wa ta ala yang telah memberikan taufik, hidayah, dan kekuatan serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian dengan judul Kehamilan dan Prevalensi Terjadinya Melasma di RSUD Dr. Moewardi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kendala dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Zaenal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi beserta tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Muhammad Eko Irawanto, dr., SpKK, selaku Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat. 4. Dr. Kiyatno, dr., MOR, PFK, AIFO, selaku Pembimbing Pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat. 5. Nugrohoaji Dharmawan, dr., SpKK., M. Kes selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasehat. 6. Arie Kusumawardani, dr., SpKK, selaku Anggota Penguji yang telah memberikan bimbingan dan nasehat. 7. Bapak, Ibu, kakak serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moral, material, serta senantiasa mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini. 8. Teman-teman Kos Techno House yang selalu memotivasi penulis dengan tawa dan semangatnya. 9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2008 atas bantuannya selama penelitian ini. 10. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan. Surakarta, 10 November 2011 Marwan Sofyan vi

8 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 BAB II. LANDASAN TEORI... 5 A. Tinjauan Pustaka Melasma Kulit Sistem Pigmentasi Kulit Kehamilan Hubungan antara Kehamilan dan Timbulnya Melasma B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian vii

9 digilib.uns.ac.id B. Lokasi Penelitian C. Subjek Penelitian D. Teknik Sampling E. Besar sampel F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi G. Identifikasi Variabel Penelitian H. Definisi Operasional Variabel I. Alat dan Bahan J. Cara Kerja K. Rancangan Penelitian L. Teknik Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN BAB V. PEMBAHASAN BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.3 Analisis Bivariat tentang Kehamilan dan Prevalensi Melasma Tabel 4.4 Analisis Bivariat tentang Penggunaan Obat dan Prevalensi Melasma 28 Tabel 4.5 Analisis Bivariat tentang Pemakaian Kosmetik dengan Prevalensi Melasma Tabel 4.6 Analisis Bivariat tentang Paparan Sinar Matahari dengan Prevalensi Melasma Tabel 4.7 Analisis Bivariat tentang Penggunaan Kontrasepsi dengan Prevalensi Melasma Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Dengan Analisis Bivariat tentang Hubungan antara Kehamilan dengan Prevalensi Melasma ix

11 digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Skema Alur Sintesis Melanin Gambar 4.1 Grafik Persentase antara Kehamilan dengan Prevalensi Melasma.. 27 Gambar 4.2 Persentase antara Konsumsi Obat dengan Prevalensi Melasma Gambar 4.3 Persentase antara Pemakaian Kosmetik dan Prevalensi Melasma Gambar 4.4 Persentase antara Paparan Sinar Matahari dan Prevalensi Melasma Gambar 4.5 Persentase antara Penggunaan Kontrasepsi dengan Prevalensi Melasma x

12 digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Obat-obatan dan Zat Kimia yang Menyebabkan Hiperpigmentasi Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari RSUD Dr. Moewardi Lampiran 4. Contoh Foto Hasil Penelitian Lampiran 5. Hasil Analisis Data Penelitian xi

13 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan pigmentasi kulit merupakan masalah yang harus diwaspadai oleh setiap orang agar mampu menyikapinya dengan benar. Penelitian yang dilakukan Taylor et al (2008) menunjukkan dari 140 sampel yang diteliti, 80 % di antaranya mengalami gangguan pigmentasi kulit. Salah satu penyakit yang terkait dengan pigmentasi kulit adalah melasma. Di Asia Tenggara, sekitar 0,25% sampai 4% pasien yang berkunjung ke klinik kulit menderita melasma (Goh and Dlova, 1999). Secara medis melasma merupakan masalah kesehatan, dan secara estetika dapat merusak kecantikan wanita (Yani, 2008). Walaupun tidak memberikan gejala, melasma terbukti akan memberi dampak pada kehidupan sosial dan psikologis seseorang sehingga perlu dilakukan lebih banyak penelitian mengenai masalah ini (Arellano and Saul, 2009; Taylor, et al., 2008). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris adanya hubungan antara kehamilan dan timbulnya melasma. Diperkirakan jumlah ibu hamil di Indonesia pada tahun 2010 mencapai , sedangkan untuk Kota Surakarta diperkirakan berjumlah (Depkes, 2009; BPS, 2010). Jika terbukti memiliki hubungan yang kuat antara kehamilan dengan melasma diharapkan ibu hamil dapat tetap waspada akan perubahan pigmentasi kulit yang akan dideritanya dan dapat berkonsultasi dengan dokter ahli untuk dilakukan pemeriksaan. Sedangkan jika tidak terbukti, maka ibu hamil diharapkan tidak khawatir mengalami 1

14 digilib.uns.ac.id 2 gangguan sosial dan psikologis akibat melasma selama masa kehamilan. Melasma adalah hipermelanosis didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua, mengenai area yang terpajan sinar ultra violet dengan tempat predileksi pada pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu (Soepardiman, 2007). Melasma sendiri lebih banyak mengenai wanita daripada laki-laki, hingga 90 % dari semua kasus, dan umumnya mengenai wanita pada usia reproduktif dengan jumlah terbanyak pada usia tahun (Wijaya, 2010). Namun, penelititan terhadap orang latin menunjukkan bahwa melasma sering dijumpai pria dan juga dikaitkan dengan kualitas hidup seseorang (Pichardo, 2009). Melasma lebih sering dijumpai pada orang kulit cokelat atau kulit hitam (seperti dari Asia, India, dan Amerika Selatan) (Wolff and Johnson, 2007). Etiologi melasma sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Faktor kausatif yang dianggap berperan pada patogenesis melasma adalah sinar ultraviolet, hormon, obat, genetik, ras, dan kosmetika (Soepardiman, 2007). Pengaruh hormonal dinilai cukup berperan dalam timbulnya melasma dan sering dikaitkan dengan kehamilan serta penggunaan kontrasepsi oral. Kehamilan merupakan suatu fase alamiah yang dilewati oleh kebanyakan wanita. Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyatuan sel telur dengan spermatozoa (Dorland, 2006). Terdapat beberapa perubahan anatomik dan fisiologik pada wanita hamil, khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna. Perubahan lain yang juga signifikan dapat terlihat pada sistem endokrin, metabolisme tubuh, sirkulasi darah, traktus

15 digilib.uns.ac.id 3 digestivus, serta kulit (Sulin, 2008). Perubahan kulit terjadi pada sekitar 90 % wanita hamil (Szamkolowicz, et al., 2005). Perubahan ini antara lain dipengaruhi oleh faktor endokrin, metabolisme, psikologi, dan imunologis (Evans, 2007). Faktor endokrin yang berperan antara lain karena terdapat peningkatan hormon estrogen dan progesteron pada wanita hamil (Nading, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa melanosit dalam tubuh yang berperan dalam pigmentasi kulit mengekspresikan reseptor estrogen. Namun, sampai saat ini masih terdapat kontroversi mengenai patogenesis terjadinya melasma dan kaitannya dengan pengaruh estrogen (Slominski, et al., 2010). Bertolak dari hal-hal tersebut di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian yang dapat menjelaskan apakah terdapat hubungan antara kehamilan dengan timbulnya melasma. B. Perumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara kehamilan dengan prevalensi terjadinya melasma? C. Tujuan Penelitian melasma. Mengetahui hubungan antara kehamilan dengan prevalensi terjadinya D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

16 digilib.uns.ac.id 4 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris adanya hubungan antara kehamilan dan timbulnya melasma. Bagi dunia penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan acuan untuk penelitian yang akan datang. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan ibu hamil lebih waspada terhadap perubahan kulit yang akan diderita dan mengurangi kekhawatiran yang akan berdampak pada kondisi sosial dan psikologisnya.

17 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Melasma a. Definisi Melasma adalah suatu bercak hipermelanosis berwarna coklat muda sampai coklat tua yang timbul pada daerah muka yang sering terpapar sinar matahari, yaitu pada kedua pipi, dagu, bibir atas, dan dapat meluas sampai ke leher (Harahap, 2000; Arellano and Saul, 2009). Lesi pada melasma berupa makula dengan batas tidak jelas dan biasanya terdistribusi simetris bila mengenai pipi (Wolff and Johnson, 2007). b. Etiologi Faktor kausatif yang dianggap berperan pada patogenesis melasma adalah sinar ultraviolet, hormon, obat, genetik, ras, kosmetika (zat kimia), dan idiopatik (Soepardiman, 2007). Obatobatan dan zat kimia yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi terdiri dari berbagai jenis (lihat lampiran). Melasma disebabkan karena peningkatan jumlah dan aktivitas melanosit walaupun patogenesisnya belum diketahui secara pasti. Dalam banyak kasus, terdapat hubungan yang erat dengan aktivitas hormonal pada wanita karena dapat timbul dalam masa 5

18 digilib.uns.ac.id 6 kehamilan ataupun penggunaan kontrasepsi oral (Montemarano, 2010). c. Klasifikasi Terdapat beberapa jenis melasma ditinjau dari gambaran klinis, pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar wood. Berdasarkan gambaran klinis terdapat 3 bentuk melasma, yaitu: 1). Bentuk sentro-fasial (63%), meliputi daerah dahi, hidung, dagu, dan di atas bibir. 2). Bentuk malar (21%) meliputi hidung dan pipi. 3). Bentuk mandibular (16%) meliputi daerah mandibula (Wolff and Johnson, 2007). Ada kalanya dada depan dan lengan bagian belakang dapat juga terkena melasma (Wolff and Johnson, 2007). Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar wood, melasma dibagi menjadi 4 tipe, yaitu: 1). Tipe epidermal, melasma tampak lebih jelas dengan sinar wood dibanding dengan sinar biasa. 2). Tipe dermal, dengan sinar wood tak tampak warna kontras dibanding dengan sinar biasa. 3). Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya tidak jelas.

19 digilib.uns.ac.id 7 4). Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar wood lesi ini menjadi tidak jelas, sedangkan dengan sinar biasa lebih jelas terlihat (Soepardiman, 2007). d. Patogenesis Masih banyak yang belum diketahui. Banyak faktor yang menyangkut proses ini, antara lain: 1). Peningkatan produksi melanosom karena hormon maupun karena sinar ultraviolet. Kenaikan melanosom ini juga dapat disebabkan karena bahan farmakologik seperti perak dan psoralen. 2). Penghambatan dalam malphigian cell turnover, keadaan ini dapat terjadi karena obat sitostatik (Soepardiman, 2007). e. Diagnosis Diagnosis melasma ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinis. Untuk menentukan tipe melasma dilakukan pemeriksaan sinar wood, sedangkan pemeriksaan histopatologik hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu (Soepardiman, 2007). 2. Kulit Kulit merupakan pembungkus elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Fungsi dari kulit adalah sebagai pelindung, pengatur suhu, penyerap, indera perasa, dan kelenjar sekretoris. Kulit terbagi menjadi tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium, dan jaringan subkutan (Harahap, 2000).

20 digilib.uns.ac.id 8 a. Epidermis Epidermis terdiri atas lima lapisan (stratum), yaitu stratum germinativum (lapisan basal), stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum. Lapisan basal terdiri dari satu lapis sel-sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis. Di dalam sel terdapat sitoplasma yang basofilik dengan inti yang besar, lonjong, dan berwarna hitam. Sel-sel basal ini tersusun sebagai tiang pagar (palisade). Lapisan basal merupakan lapisan paling bawah dari epidermis dan berbatas dengan dermis. Dalam lapisan basal terdapat juga melanosit yang mengandung butir-butir pigmen (melanosom) (Wasitaatmadja, 2007). b. Dermis Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang di lapisan atasnya terjalin rapat (pars paillaris), sedangkan di bagian bawahnya terjalin lebih longgar (pars reticularis). Lapisan pars reticularis mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea (Harahap, 2000). c. Jaringan Subkutan Jaringan subkutan merupakan lapisan yang terletak langsung di bawah dermis. Batas antara dermis dan jaringan subkutan tidak tegas. Sel-sel yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan subkutan juga mengandung saraf, pembuluh

21 digilib.uns.ac.id 9 darah, pembuluh limfe, dan di lapisan atasnya terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi (Harahap, 2000). 3. Sistem Pigmentasi Kulit Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning, coklat, kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit terutama ditentukan oleh : a. Oxyhemoglobin yang berwarna merah b. Hemoglobin tereduksi yang berwarna biru c. Melanin yang berwarna coklat d. Karoten yang memberi warna kuning (Wolff, et al., 2007; Arellano and Saul, 2009). Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan warna kulit adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit ditentukan oleh faktor-faktor ras, individu, dan lingkungan. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras atau bangsa di dunia (Wolff, et al, 2007; Arellano and Saul, 2009). Proses pembentukan pigmen melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit. Melanosit terbanyak ditemukan di kulit dan folikel rambut. Pada manusia, melanosit terletak

22 digilib.uns.ac.id 10 pada epidermis khususnya di lapisan basal. Melanosit akan mensintesis melanin yang kemudian disimpan dalam organel melanosom untuk selanjutnya dipindahkan ke dalam keratinosit melalui proses dendritik melanosit (melanocyte dendritic processes). Dibutuhkan sintesis dan perpindahan melanosom dari melanosit menuju kerationosit secara konstan untuk mengatur pigmentasi kulit. Pigmentasi, meliputi sintesis dan distribusi melanin yang terjadi di epidermis, harus melewati beberapa langkah, yaitu transkripsi protein yang dibutuhkan untuk melanogenesis sehingga menghasilkan tirosin, biogenesis melanosom, pemindahan protein melanogenik menuju melanosom, pemindahan melanosom menuju ujung melanosit, dan pemindahan melanosom menuju keratinosit (Park, et al., 2008). Proses melanogenesis ini diperantarai oleh perlekatan dari α-melanocyte stimulating hormone pada Human Melanocortin 1 Receptor (MC1-R) di dalam melanosit (Lieberman and Moy, 2008). Ada 2 jenis melanin yang disintesis dalam melanosom, yaitu eumelanin dan pheomelanin. Melanin merupakan turunan dari DOPA yang terbentuk dalam melanosom melalui beberapa tahapan oksidasi. Sintesis melanin dimulai dari proses oksidasi asam amino tirosin menjadi L-DOPA dengan bantuan enzim tirosinase. Selanjutnya L-DOPA akan dioksidasi menjadi DOPA-quinone yang selanjutnya akan diubah menjadi 5,6-dihydroxyindole (DHI) yang nantinya akan menghasilkan melanin berwarna hitam atau 5,6-

23 digilib.uns.ac.id 11 dyhidroxyindole-2-carboxylic acid (DHICA) yang akan menghasilkan melanin berwarna coklat (Gambar 2.1). Tyrosine Tyrosinase L-DOPA Tyrosinase DOPAquinone DOPAchrome TRP-2 DHI Tyrosinase DHICA Glutathione or cysteine CysteinylDOPA Indole 5,6- quinone Indole 5,6-quinone carboxylic acid Tyrosinase or TRP-2 Alanyl-hydroxybenzothiazine DHI melanin DHICA melanin Pheomelanin Gambar 2.1 Alur mekanisme biosintesis melanin (Masuda, et al., 1996) Fungsi utama dari melanin adalah sebagai pelindung dari sinar UV yang dapat menyebabkan kerusakan DNA dengan menyerap dan menghamburkan sinar UV. Sinar UV yang diserap oleh melanin akan diubah menjadi panas. Namun, pada orang kulit terang, paparan sinar UV yang terus-menerus bukan hanya dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan melanin dalam melindungi dari kerusakan DNA melainkan juga akan menyebabkan mutasi pada melanin itu sendiri (Park, et al., 2008). Pigmen melanin yang terdapat pada manusia bersifat heterogen

24 digilib.uns.ac.id 12 pada masing-masing individu dan juga berbeda dalam distribusinya di berbagai anggota tubuh (Costin and Hearing, 2007). 4. Kehamilan a. Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh setelah penyatuan sel telur dengan spermatozoa (Dorland, 2006). Terdapat perubahan anatomi, fisiologi, dan biokimia pada ibu hamil. Banyak dari perubahan ini timbul segera setelah proses fertilisasi dan dilanjutkan pada masa gestasi. Perubahan yang terjadi ini akan kembali normal hampir seperti sebelum masa kehamilan setelah kelahiran dan laktasi (Sulin, 2008). b. Siklus ovarium pada kehamilan Siklus ovarium pada wanita terkait dengan interaksi dari hypothalamic-pituitary axis (Cunningham, 2007). Pada waktu lahir di dalam ovarium terdapat 2 juta oosit yang kemudian akan terus berkurang jumlahnya sampai folikel pada masa pubertas. Setelah itu, folikel masih akan dibuang sekitar folikel tiap bulan sampai usia 35 tahun. Hanya sekitar 400 folikel yang dapat mengalami ovulasi selama masa reproduksi (Cunningham, 2007). FSH akan dikeluarkan dari glandula pituitari untuk membantu perkembangan folikel. Folikel yang berkembang kemudian mensekresikan estrogen yang akan menstimulus proliferasi endometrium. Tingginya kadar estrogen akan memberi

25 digilib.uns.ac.id 13 feedback negative pada pituitari (Olive and Palter, 2007). Selain itu, folikel yang berkembang juga akan memproduksi inhibin-b yang juga menekan sekresi FSH dari pituitari (Olive and Palter, 2007; Cunningham, 2007). Di samping itu, kadar LH mengalami penurunan sebagai respon dari meningkatnya estrogen. Setelah estrogen menurun, LH kemudian akan meningkat secara signifikan yang disebabkan rangsangan dari hipotalamus (Olive and Palter, 2007; Schwartz, 2005). Peningkatan LH kemudian akan menginduksi sekresi progesteron dan prostaglandin yang akan memicu terjadinya ovulasi. Selanjutnya sisa jaringan folikel akan membentuk corpus luteum melalui proses yang disebut luteinisasi (Cunningham, 2007; Guyton, 2007). Pada kehamilan, corpus luteum dipertahankan dan akan terus mensekresikan progesteron sehingga dapat menekan kontraksi uterus agar embrio melekat kuat di uterus. Ketika embrio telah tertanam di uterus, plasenta akan menghasilkan HCG (Human Chorionic Gonadotropin) untuk mempertahankan corpus luteum dan juga membentuk hormon lain yang penting dalam kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan human chorionic somatomammotropin. Selain itu, kelenjar endokrin dari ibu juga memberi reaksi nyata pada kehamilan, di antaranya peningkatan produksi glukokortikoid yang berfungsi untuk mobilisasi asam-asam amino dari jaringan ibu sehingga asam asam amino dapat dipakai untuk sintesis jaringan fetus (Guyton, 2007).

26 digilib.uns.ac.id 14 c. Perubahan hormonal lainnya dalam kehamilan Terdapat peningkatan kortisol yang cukup tinggi selama kehamilan. Pada awal kehamilan kadar Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) justru sedikit menurun. Namun, selama proses kehamilan berlangsung, kadar dari ACTH dan kortisol bebas akan meningkat. Peningkatan ini dibutuhkan untuk menjaga homeostasis sebagai respon dari meningkatnya kadar progesteron (Cunningham, 2007). Sewaktu terjadi sekresi ACTH oleh kelenjar hipofisis anterior, beberapa jenis hormon lain yang mempunyai sifat-sifat kimiawi yang serupa akan disekresikan juga. Alasan untuk peristiwa ini adalah karena molekul RNA yang menyebabkan pembentukan ACTH pada awalnya menyebabkan pembentukan suatu molekul protein sangat besar, yaitu preprohormon (proopiomelanokortin), yang mengandung ACTH sebagai subunitnya. Preprohormon yang sama ini juga mengandung beberapa hormon lain, termasuk Melanocyt Stimulating Hormone (MSH) (Guyton, 2007). Diperkirakan karena adanya pembesaran pada lobus tengah dari glandula pituitari, kadar Melanocyte Stimulating Hormone (MSH) meningkat secara signifikan terutama pada minggu ke-8 kehamilan. (Cunningham, 2007). MSH akan menyebabkan melanosit, yang banyak terdapat di antara dermis dan epidermis kulit, membentuk pigmen gelap melanin dan menyebarkannya di sel-sel epidermis. Penyuntikan MSH pada

27 digilib.uns.ac.id 15 seseorang selama 8 sampai 10 hari lamanya dapat menyebabkan kulit menjadi sangat gelap. Efek ini lebih berpengaruh pada orang yang secara genetik mempunyai kulit yang gelap daripada orang yang mempunyai kulit yang lebih terang (Guyton, 2007). 5. Hubungan antara kehamilan dan timbulnya melasma Kejadian melasma dikaitkan dengan peningkatan estrogen, progesteron, dan MSH, terutama di trimester kedua dan ketiga pada masa kehamilan. Hasil uji in vitro menunjukkan kultur melanosit manusia mengekspresikan reseptor estrogen. Estradiol meningkatkan kadar enzim melanogenik terutama Tyrosinase-Related Proteins-2 (TRP-2) dalam melanosit manusia normal. Bukti lain juga menunjukkan peningkatan ekspresi reseptor estrogen pada lesi kulit penderita melasma. Hal ini mengisyaratkan bahwa melanosit pada pasien melasma lebih sensitif terhadap peningkatan konsentrasi estrogen dan mungkin juga hormon seks lainnya (Kang and Ortonne, 2010). Sedangkan menurut Sulin (2008), peningkatan kadar serum MSH pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan sebagai penyebabnya. Namun, telah diketahui bahwa estrogen dan progesteron mempunyai peran dalam proses melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya (Sulin, 2008). Terdapat beberapa studi yang menunjukkan bahwa estrogen diduga menjadi faktor utama dari patogenesis terjadinya melasma. Telah

28 digilib.uns.ac.id 16 dipahami bahwasanya melanogenesis diperantarai oleh perlekatan dari α- melanocyte stimulating hormone pada Human Melanocortin 1 Receptor (MC1-R) di dalam melanosit dan ditemukan bahwa ß-estradiol meningkatkan level dari MC1-R dan tirosinase (Lieberman and Moy, 2008; Miot, et al., 2010). Selain itu, kultur melanosit menunjukkan bahwa melanosit mengekspresikan reseptor estrogen dan progesteron di dalam sitosol dan nukleus. Telah diketahui juga bahwa keratinosit merespon sinar ultraviolet melalui peningkatan ekspresi dari α-msh dan ACTH. Akan tetapi, hubungan paparan sinar ultraviolet pada ekspresi reseptor estrogen masih belum diselidiki. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui mekanisme bertambahnya ekspresi reseptor estrogen pada melanosit terkait interaksinya dengan sinar ultraviolet. Hipotesis yang ada adalah reseptor estrogen menyebabkan melanogenesis dari pengikatan estradiol melalui peningkatan kadar MC1- R (Lieberman and Moy, 2008). Beberapa penelitian menunjukkan penumpukan jumlah melanin pada penderita melasma. Tidak ditemukan peningkatan jumlah melanosit, tetapi melanosit bertambah besar dan menunjukkan peningkatan aktivitas melanogenesis, terutama dalam menghasilkan eumelanin. Pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, peningkatan kadar estrogen dan progesteron dikaitkan dengan timbulnya melasma. Hormon steroid ini juga bisa meningkatkan transkripsi gen enzim melanogenik dalam melanosit, terutama Dopachrome Tautomerization (DCT) dan tirosinase

29 digilib.uns.ac.id 17 yang memicu proses melanogenesis. Hal ini terlihat secara konsisten pada beberapa sampel yang menunjukkan peningkatan aktivitas tirosinase dan sintesis melanin. Juga telah dilaporkan terdapat peningkatan aktivitas mitosis dari keratinosit pada epidermis wanita dalam responnya terhadap estrogen (Costin and Hearing, 2007).

30 digilib.uns.ac.id 18 B. Kerangka Pemikiran Kehamilan Kontrasepsi hormonal ACTH Estrogen dan progesteron MC1-R DCT, TRP-2, dan tirosinase Aktivitas mitosis dari keratinosit Melanogenesis Kosmetik Obat-obatan Sinar matahari Melasma Faktor genetik Idiopatik C. Hipotesis Terdapat hubungan yang positif antara kehamilan dengan prevalensi terjadinya melasma pada ibu hamil di RSUD Moewardi.

31 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan metode cross sectional yaitu menentukan hubungan kehamilan dengan timbulnya melasma yang dilakukan dengan pengukuran sesaat. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Poliklinik Obsgyn, Ruang Rawat Inap Mawar 1 dan Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi. C. Subyek Penelitian Populasi penelitian ini adalah pasien yang berada di Poliklinik Obsgyn, Ruang Rawat Inap Mawar 1 dan Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. D. Teknik Sampling Penelitian ini mengambil sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu suatu teknik pemilihan sampel yang dipilih berdasarkan kelompok yang sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian subjek dipilih secara acak, sehingga setiap subjek dalam populasi yang telah dikelompokkan memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih (Hadi, 2000). E. Besar Sampel Jumlah sampel ditentukan dari variabel independen x (15-20 observasi) (Hair, et al., 1998: 166). Dalam penelitian ini terdapat 5 variabel 19

32 digilib.uns.ac.id 20 independen sehingga jumlah sampel minimum yang diperlukan adalah 5 x 15 = 75 F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi a. Wanita yang berkunjung ke Poliklinik Obsgyn, Ruang Rawat Inap Mawar 1 dan Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi b. Berusia tahun c. Bersedia menjadi subjek penelitian 2. Kriteria Eksklusi Tidak bersedia mengikuti penelitian G. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Hamil 2. Variabel terikat : Melasma 3. Variabel Perancu a. Terkendali : Obat, kosmetik, sinar matahari, dan kontrasepsi b. Tidak terkendali : Genetik dan idiopatik H. Definisi operasional variabel 1. Melasma Melasma adalah timbulnya bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada daerah muka, yaitu pipi, dahi, bibir atas, dan dapat meluas sampai ke leher. Alat ukur yang digunakan adalah pengamatan oleh indera penglihatan yang dikonsulkan ke dokter spesialis kulit melalui foto. Hasilnya adalah melasma

33 digilib.uns.ac.id 21 atau tidak. Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal. 2. Kehamilan Kehamilan adalah kondisi hamil yang sedang dialami pasien. a. Alat ukur : kuesioner b. Skala pengukuran : nominal 3. Sinar matahari Terpaparnya responden dengan sinar matahari yang dinilai berdasarkan paparan sinar matahari dalam kegaitan sehari-hari. a. Alat ukur : kuesioner b. Skala pengukuran : nominal 4. Kosmetik Suatu bahan berupa krim wajah yang mengandung bahan-bahan kimia tertentu pemicu hiperpigmentasi yang dipakai oleh responden secara terus-menerus. a. Alat ukur : kuesioner b. Skala pengukuran : nominal 5. Obat-obatan Obat-obatan oral tertentu pemicu hiperpigmentasi yang dikonsumsi responden untuk terapi penyakit yang sedang dialami. a. Alat ukur : kuesioner b. Skala pengukuran : nominal 6. Kontrasepsi hormonal Alat kontrasepsi yang mengandung hormon berupa pil, suntikan,

34 digilib.uns.ac.id 22 maupun susuk yang dipakai oleh responden a. Alat ukur : kuesioner b. Skala pengukuran : nominal I. Alat dan Bahan 1. Data diri dan persetujuan responden sebagai sampel penelitian 2. Kuesioner yang diisi oleh responden 3. Kamera digital Sony 7,2 megapixel J. Cara Kerja 1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada bagian penelitian RSUD Moewardi. 2. Membagikan kuesioner penelitian kepada pasien wanita yang berkunjung ke Poliklinik Obsgyn maupun yang dirawat di Ruang Rawat Inap Mawar 1 dan Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi. 3. Peneliti melakukan restriksi terhadap kelompok sampel dengan menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi pada hasil pengisian kuesioner sehingga didapatkan jumlah total akhir sampel yang memenuhi kriteria tersebut 4. Peneliti memfoto wajah pasien yang diteliti dan kemudian mengkonsultasikannya kepada dokter spesialis kulit. 5. Teknik analisis data

35 digilib.uns.ac.id 23 K. Rancangan Penelitian Populasi Sampel Hamil Tidak hamil Melasma + Melasma - Melasma + Melasma - Analisis data L. Teknik Analisis Data Analisis statistik dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda logistik. Analisis regresi ganda logistik adalah alat statistik yang sangat kuat untuk menganalisis pengaruh antara sebuah paparan dan penyakit (yang diukur ordinal) dan dengan serentak mengontrol pengaruh sejumlah faktor perancu potensial. Menurut Murti (1997: ), model regresi logistik selanjutnya dapat digunakan untuk: 1. Mengukur pengaruh antara variabel respon dan variabel prediktor setelah mengontrol pengaruh prediktor (kovariat) lainnya.

36 digilib.uns.ac.id Keistimewaan analisis regresi ganda logistik dibanding dengan analisis ganda linier adalah kemampuannya mengkonversi koefisien regresi (bi) menjadi Odds Ratio (OR). Untuk variabel prediktor yang berskala katagorial, maka rumus OR = Exp (bi). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Murti, 1997: ): ln P 1 P = a+b1x1+b2x2+b3x3+b4x4+b5x5 di mana : p : Probabilitas untuk terjadinya melasma 1 - p : Probabilitas untuk tidak terjadinya melasma a : Konstanta b1...b5 : Konstanta regresi variabel bebas x1 x5 x1 : riwayat kehamilan x2 : sinar matahari 0 : tidak hamil 0 : terpapar 1 : hamil 1 : tidak terpapar x3 : kosmetik x4 : obat-obatan 0 : tidak memakai 0 : tidak mengkonsumsi 1 : memakai 1 : mengkonsumsi x5 : kontrasepsi 0 : tidak menggunakan 1 : menggunakan

37 digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian mengenai Kehamilan dan Prevalensi Terjadinya Melasma di RSUD Dr. Moewardi telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai September 2011 di Poliklinik Obsgyn, Ruang Rawat Inap Mawar 1 dan Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Berikut ditampilkan hasil penelitian yang telah didapat. A. Karakteristik Sampel Penelitian 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Dalam penelitian ini didapatkan bahwa subjek penelitian paling banyak adalah wanita usia tahun (51%), sedangkan yang paling sedikit adalah wanita yang berumur tahun (5%) (Tabel 4.1). Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur No Umur Frekuensi Persen (%) tahun tahun tahun Jumlah Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa subjek penelitian yang paling banyak adalah ibu rumah tangga (76%), sedangkan yang paling sedikit bekerja sebagai pegawai negeri (4%) (Tabel 4.2). 25

38 digilib.uns.ac.id 26 Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan Frekuensi Persen (%) 1 Petani Pelajar/Mahasiswa Pegawai negeri Wiraswasta Ibu rumah tangga Jumlah B. Analisis Bivariat Uji Tabulasi Silang atau Chi Square Data dalam penelitian ini dianalisis dengan uji Chi Square, dengan uji tersebut dapat diketahui apakah hubungan yang teramati antara kedua variabel secara statistik bermakna. Penelitian ini mengamati hubungan antara variabel bebas kehamilan dengan variabel terikat melasma dan variabel perancu kontrasepsi, obat, kosmetik, dan paparan sinar matahari. Adanya variabel perancu berpengaruh terhadap hasil analisis data yang didapat. Untuk mengendalikannya, dilakukan analisis regresi logistik. Setelah hasil Chi Square didapat maka dapat dilihat nilai signifikasinya. Hubungan signifikan jika p < Selain itu, jika p < 0.25, maka variabel tersebut memenuhi syarat analisis regresi logistik. 1. Analisis Bivariat tentang Kehamilan dan Prevalensi Melasma Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok wanita hamil dengan melasma negatif sebanyak 32 orang (84.2 %) dan melasma positif sebanyak 6 orang (15.8 %). Pada kelompok wanita tidak hamil dengan melasma negatif sebanyak commit 35 to orang user (94.6 %) dan kejadian melasma

39 digilib.uns.ac.id 27 positif sebanyak 2 orang (5.4 %). Analisis bivariat terhadap hubungan antara kehamilan dengan melasma menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p = 0.145) tetapi memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi logistik (p < 0.25). Kelompok sampel dengan kehamilan memiliki risiko untuk menderita melasma 3,3 kali lebih besar daripada kelompok sampel tidak hamil (OR = 3.2; CI95 % s.d 17.44), tetapi hasil ini belum mengontrol pengaruh dari variabel perancu. Dari hasil ini juga diperoleh bahwa 15,8 % wanita hamil menderita melasma (Tabel 4.3 dan Gambar 4.1). Tabel 4.3 Analisis bivariat tentang kehamilan dan prevalensi melasma Variabel Kejadian melasma negatif n (%) positif n (%) Total OR p Hamil 32 (84.2) 6 (15.8) 38 (100) Tidak hamil 35 (94.6) 2 (5.4) 37 (100) - - Gambar 4.1 Grafik Persentase antara Kehamilan dengan Prevalensi Melasma

40 digilib.uns.ac.id Analisis Bivariat tentang Konsumsi Obat dan Prevalensi Melasma Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok yang mengkonsumsi obat dengan melasma negatif sebanyak 14 orang (77.8 %) dan melasma positif sebanyak 4 orang (22.2 %). Pada kelompok yang tidak mengkonsumsi obat dengan melasma negatif sebanyak 53 orang (93.0 %) dan kejadian melasma positif sebanyak 4 orang (7.0 %). Analisis bivariat terhadap hubungan antara konsumsi obat dengan prevalensi melasma menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p = 0.068) tetapi variabel obat memenuhi syarat analisis regresi logistik (Tabel 4.4 dan Gambar 4.2). Tabel 4.4 Analisis Bivariat tentang Penggunaan Obat dengan Prevalensi Melasma Variabel Kejadian melasma negatif n (%) positif n (%) Total OR P Konsumsi obat 14 (77.8) 4 (22.2) 18 (100) Tidak konsumsi obat 53 (93.0) 4 (7.0) 57 (100) - -

41 digilib.uns.ac.id 29 Gambar 4.2 Persentase antara Konsumsi Obat dengan Prevalensi Melasma 3. Analisis Bivariat tentang Penggunaan Kosmetik dan Prevalensi Melasma Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok yang memakai kosmetik dengan melasma negatif sebanyak 10 orang (71.4 %) dan melasma positif sebanyak 4 orang (28.6 %). Pada kelompok yang tidak memakai kosmetik dengan melasma negatif sebanyak 57 orang (93.4 %) dan kejadian melasma positif sebanyak 4 orang (6.6 %). Analisis bivariat terhadap hubungan antara pemakaian kosmetik dengan prevalensi melasma menunjukkan hubungan yang signifikan (p = 0.016) sehingga variabel kosmetik memenuhi syarat analisis regresi logistik (Tabel 4.5 dan Gambar 4.3).

42 digilib.uns.ac.id 30 Tabel 4.5 Analisis Bivariat tentang Pemakaian Kosmetik dengan Prevalensi Melasma Kejadian melasma Variabel Total OR P negatif n (%) positif n (%) Memakai kosmetik 10 (71.4) 4 (28.6) 14 (100) Tidak memakai kosmetik 57 (93.4) 4 (6.6) 61 (100) - - Gambar 4.3 Persentase antara Pemakaian Kosmetik dengan Prevalensi Melasma 4. Analisis Bivariat tentang Paparan Sinar Matahari dan Prevalensi Melasma Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok yang terpapar sinar matahari dengan melasma negatif sebanyak 16 orang (72.7 %) dan melasma positif sebanyak 6 orang (27.3 %). Pada kelompok yang tidak

43 digilib.uns.ac.id 31 terpapar sinar matahari dengan melasma negatif sebanyak 51 orang (96.2 %) dan kejadian melasma positif sebanyak 2 orang (3.8 %). Analisis bivariat terhadap hubungan antara paparan sinar matahari dengan prevalensi melasma menunjukkan hubungan yang signifikan (p = 0.003) sehingga variabel sinar matahari memenuhi syarat analisis regresi logistik (Tabel 4.6 dan Gambar 4.4). Tabel 4.6 Analisis Bivariat tentang Paparan Sinar Matahari dengan Prevalensi Melasma Kejadian melasma Variabel Total OR P negatif n (%) positif n (%) Paparan sinar matahari 16 (72.7) 6 (27.3) 22 (100) Tidak terpapar sinar 51 (96.2) 2 (3.8) 53 (100) - - matahari Gambar 4.4 Persentase antara Paparan Sinar Matahari dengan Prevalensi Melasma

44 digilib.uns.ac.id Analisis Bivariat tentang Penggunaan Kontrasepsi dan Prevalensi Melasma Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok yang menggunakan kontrasepsi dengan melasma negatif sebanyak 10 orang (83.3 %) dan melasma positif sebanyak 2 orang (16.7 %). Pada kelompok yang tidak menggunakan kontrasepsi dengan melasma negatif sebanyak 57 orang (90.5 %) dan kejadian melasma positif sebanyak 6 orang (9.5 %). Analisis bivariat terhadap hubungan antara penggunaan kontrasepsi dengan prevalensi melasma menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p = 0.463) dan variabel kontrasepsi tidak dapat dianalisis regresi logistik (Tabel 4.7 dan Gambar 4.5). Tabel 4.7 Analisis Bivariat tentang Penggunaan Kontrasepsi dengan Prevalensi Melasma Variabel Menggunakan kontrasepsi Kejadian melasma Total OR P negatif n (%) positif n (%) 10 (83.3) 2 (16.7) 12 (100) Tidak menggunakan kontrasepsi 57 (90.5) 6 (9.5) 63 (100) - -

45 digilib.uns.ac.id 33 Gambar 4.5 Persentase antara Penggunaan Kontrasepsi dengan Prevalensi Melasma C. Analisis Regresi Logistik Ganda Berdasarkan hasil di atas, variabel yang dapat dilakukan analisis regresi logistik ganda adalah kehamilan, obat, kosmetik, dan paparan sinar matahari. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan secara statistik antara kehamilan dengan prevalensi melasma (p = 0.098). Wanita hamil berisiko untuk mengalami melasma 5 kali lebih besar daripada wanita tidak hamil (OR = 5.0; CI 95 % s.d ). Hubungan ini sudah mengontrol variabel perancu obat, kosmetik, dan paparan sinar matahari (Tabel 4.8). Karena Odds Ratio (OR) yang tanpa mengendalikan pengaruh faktor perancu (tabel 4.3) berbeda dengan

46 digilib.uns.ac.id 34 OR dengan mengendalikan faktor perancu (tabel 4.8), maka OR yang digunakan adalah yang mengendalikan pengaruh faktor perancu. Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda dengan Analisis Bivariat tentang Hubungan antara Kehamilan dengan Prevalensi Melasma Variabel Kehamilan Model 1 Model 2 (Analisis Multivariat Regresi Logistik) (Analisis Bivariat) Adjusted OR p Batas bawah CI 95% Batas atas Crude OR P Batas bawah CI 95% Batas atas Hamil Tidak Obat Pakai Tidak Kosmetik Pakai Tidak Sinar matahari Terpapar Tidak terpapar N observasi 75-2 log likelihood 35.4 Negelkerke R

47 digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Penelitian yang berjudul Kehamilan dan Prevalensi Terjadinya Melasma di RSUD Dr. Moewardi dilakukan sejak bulan Juni sampai dengan September 2011 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan didapatkan 75 sampel yang terdiri dari 38 sampel wanita hamil dan 37 sampel wanita tidak hamil. Dalam penelitian ini seluruh sampel berjenis kelamin wanita. Hal ini dikarenakan penyakit melasma lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria, hingga 90 % dari semua kasus (Wolff and Johnson, 2007). Bahkan menurut penelitian Febrianti et al. (2005), kejadian melasma terjadi pada 97,93 % pada wanita dan 2,07 % pada pria. Kejadian melasma sering dikaitkan dengan hormon seks, khususnya estrogen yang mana hormon ini lebih banyak dimiliki oleh wanita. Berdasarkan karakteristik umur, sampel berkisar dari usia tahun, dengan terbanyak pada usia tahun berjumlah 38 orang (51%), dan paling sedikit berusia tahun bejumlah 4 orang (5 %). Penetapan umur sampel didasarkan pada usia reprodukti wanita, yaitu antara umur tahun (Olive and Palter, 2007). Selain itu, melasma umumnya juga mengenai wanita dengan usia terbanyak sekitar tahun (Wijaya, 2010). Faktor pekerjaan dapat juga berpengaruh kepada kejadian melasma. Berdasarkan penelitian Siska (2008), melasma terjadi pada 90 % wanita yang bekerja sebagai penyapu jalan. Pekerjaan yang diduga berperan menimbulkan melasma adalah pekerjaan yang dilakukan di luar rumah/gedung yang 35

48 digilib.uns.ac.id 36 memungkinkan sesorang terpapar sinar matahari secara berlebihan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar sampel berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang berjumlah 57 orang (76 %), dan paling sedikit bekerja sebagai pegawai negeri sebanyak 3 orang (4 %). Kehamilan merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya melasma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 38 orang (50,7 %) responden sedang hamil. Berdasarkan kejadian melasma, sampel positif melasma lebih banyak diderita wanita hamil yaitu sebanyak 6 orang (75 %) dan sampel positif melasma yang tidak sedang hamil sebanyak 2 orang (15 %). Hasil pada penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kehamilan dan terjadinya melasma dilihat dari uji Chi Square (p = 0.098) dan melasma terjadi pada 15,8 % wanita hamil. Selain itu, didapatkan bahwa faktor kehamilan meningkatkan risiko terjadinya melasma sebesar 5 kali. Hal ini pun sejalan dengan penelitian Moin et al. (2006) yang menyebutkan bahwa melasma terjadi pada 15,8 % wanita hamil. Pada masa kehamilan terjadi peningkatan pigmentasi sampai 90 % pada wanita hamil dan kebanyakan lebih ditonjolkan pada tipe kulit yang lebih gelap. Dalam kelompok kecil wanita hamil, hiperpigmentasi terjadi di ketiak atau paha atas bagian dalam, sedangkan melasma atau sering disebut topeng kehamilan terjadi pada 50 % wanita hamil (Lapeere, et al., 2008). Melasma dapat hilang dengan sendirinya setelah beberapa saat setelah melahirkan atau juga dapat bertahan hingga beberapa bulan atau beberapa tahun (Leffel, 2000).

49 digilib.uns.ac.id 37 Kejadian melasma dikaitkan dengan peningkatan estrogen, progesteron, dan MSH, terutama di trimester kedua dan ketiga pada masa kehamilan. Hasil uji in vitro menunjukkan kultur melanosit manusia mengekspresikan reseptor estrogen. Estradiol meningkatkan kadar enzim melanogenik terutama Tyrosinase- Related Proteins-2 (TRP-2) dalam melanosit manusia normal. Bukti lain juga menunjukkan peningkatan ekspresi reseptor estrogen pada lesi kulit penderita melasma. Hal ini mengisyaratkan bahwa melanosit pada pasien melasma lebih sensitif terhadap peningkatan konsentrasi estrogen dan mungkin juga hormon seks lainnya (Kang and Ortonne, 2010). Menurut Bolanca et al. (2008.), kejadian melasma pada wanita hamil lebih disebabkan karena peningkatan hormon progesteron dibanding estrogen. Hal ini juga didukung dengan lebih tingginya prevalensi melasma pada wanita menopause yang menggunakan terapi hormon progesteron dibanding wanita menopause yang menggunakan terapi estrogen. Sedangkan menurut Sulin (2008), peningkatan kadar serum MSH pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan sebagai penyebabnya. Namun, telah diketahui bahwa estrogen dan progesteron mempunyai peran dalam proses melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya. Pada penelitian ini sampel wanita hamil dipilih tidak berdasarkan usia kehamilan. Sebaiknya penelitian lebih ditekankan pada wanita hamil trimester kedua atau ketiga di mana terjadi peningkatan estrogen, progesteron, dan MSH yang lebih signifikan. Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel wanita hamil yang lebih representatif dan populasi yang lebih luas.

50 digilib.uns.ac.id 38 Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok yang mengkonsumsi obat dengan melasma negatif sebanyak 14 orang (77.8 %) dan melasma positif sebanyak 4 orang (22.2 %). Pada kelompok yang tidak mengkonsumsi obat dengan melasma negatif sebanyak 53 orang (93.0 %) dan melasma positif sebanyak 4 orang (7.0 %). Analisis bivariat terhadap hubungan antara konsumsi obat dengan prevalensi melasma, menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (p = 0.068) tetapi variabel obat dapat dianalisis regresi logistik. Setelah dianalisis regresi logistik, variabel obat tetap menunjukkan hubungan yang tidak signifikan (0.136). Penggunaan bahan kimia yang berlebihan baik dalam bentuk obat-obatan tertentu menimbulkan efek samping bagi kulit, khususnya kulit wajah sehingga berpotensi terhadap terjadinya melasma. Penggunaan obat-obatan yang bersifat fotosensitisasi ini dapat memicu/memperberat terjadinya melasma sehingga nantinya perlu dihindari dalam proses penanganan melasma. Penggunaan obat tersebut memicu peningkatan pigmentasi kulit yang akhirnya mengarah pada kontribusinya terhadap gejala-gejala melasma. Unsur kimia yang terkandung dalam obat-obatan tersebut dewasa ini cenderung banyak mengandung unsurunsur bahan berbahaya yang relatif sensitif terhadap metabolisme tubuh. Kaitannya dengan kejadian melasma penggunaan obat-obat tersebut tergantung pada sensitif atau tidaknya reaksi tubuh terhadap obat tersebut khususnya pada peningkatan pigmentasi kulit seperti kulit wajah (Djuanda, 2007). Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok yang memakai kosmetik dengan melasma negatif sebanyak 10 orang (71.4 %) dan melasma positif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma merupakan kelainan yang ditandai lesi makula hiperpigmentasi pada kulit yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, leher, atau lengan. Melasma masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwarna coklat muda sampai coklat tua, dan mengenai daerah yang sering terpajan

BAB I PENDAHULUAN. berwarna coklat muda sampai coklat tua, dan mengenai daerah yang sering terpajan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis didapat, berupa bercak yang tidak teratur, berwarna coklat muda sampai coklat tua, dan mengenai daerah yang sering terpajan sinar ultraviolet.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis yang didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan matahari, contohnya wajah dan leher

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ALYSSA AMALIA G0013021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI BCG PADA BAYI USIA 0-2 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan

I. PENDAHULUAN. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang baik, bukan sekedar tidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN METODE PERSALINAN VACUUM EKSTRAKSI DENGAN KEJADIAN BABY BLUES SYNDROME SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN METODE PERSALINAN VACUUM EKSTRAKSI DENGAN KEJADIAN BABY BLUES SYNDROME SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN METODE PERSALINAN VACUUM EKSTRAKSI DENGAN KEJADIAN BABY BLUES SYNDROME SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Pupus Ledysta G0010155 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa

BAB I PENDAHULUAN. Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat, berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma (juga dikenal sebagai chloasma atau topeng kehamilan) berasal dari bahasa Yunani, melas yang berarti hitam. Melasma merupakan kelainan hiperpigmentasi didapat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Icha Dithyana G0010096 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control. Penelitian ini merupakan penelitian observasional karena peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi menengah ke atas. Hingga nilai beli terhadap sesuatu yang sekunder

Lebih terperinci

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran IRIYANTI MAYA SARI BARUTU G0011116 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan dini (PD) adalah proses degeneratif yang melibatkan kulit dan sistem penyokong kulit, 1 berupa perubahan stuktural dan elastilitas kulit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA KELAS XI SMA 3 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OGI KURNIAWAN G 0009164 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANEMIA DENGAN HIPOTERMIA PADA NEONATUS DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ardiningsih G0009026 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran IVAN JAZID ADAM G.0009113 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain kohort retrospektif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 III. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

KRIM I M P EMU M TI T H I Bleaching Cream Dra. a N. az a liln i i n w i at a y t,m,. M S. i S. i,. A, p A t p

KRIM I M P EMU M TI T H I Bleaching Cream Dra. a N. az a liln i i n w i at a y t,m,. M S. i S. i,. A, p A t p KRIM PEMUTIH Bleaching Cream Dra.Nazliniwaty,M.Si.,Apt Sediaan kosmetika memutihkan kulit Masalah Hiperpigmentasi Warna Hitam Berupa Bercak Bercak Setempat Pada Kulit Warna kulit Jumlah pigmen terbentuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASEIN POST-STROKE ISKEMIK AKUT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASEIN POST-STROKE ISKEMIK AKUT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA PASEIN POST-STROKE ISKEMIK AKUT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Eksy Andhika W G.0010068 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN ABORTUS SPONTAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ANDREAS PETER PATAR B. S. G0010018 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PASIEN ASMA WANITA YANG MENGGUNAKAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN TIDAK SKRIPSI

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PASIEN ASMA WANITA YANG MENGGUNAKAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN TIDAK SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PASIEN ASMA WANITA YANG MENGGUNAKAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN TIDAK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MUHAMMAD HAYDAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

UJI BANDING TERJADINYA ANDROPAUSE ANTARA LAKI-LAKI YANG LINGKAR PINGGANGNYA BESAR DAN NORMAL DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA SKRIPSI

UJI BANDING TERJADINYA ANDROPAUSE ANTARA LAKI-LAKI YANG LINGKAR PINGGANGNYA BESAR DAN NORMAL DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA SKRIPSI UJI BANDING TERJADINYA ANDROPAUSE ANTARA LAKI-LAKI YANG LINGKAR PINGGANGNYA BESAR DAN NORMAL DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Andreas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Karla Kalua G0011124 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Hubungan antara Anemia dan Kejadian Inersia Uteri di RSUD Dr.Moewardi SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Dhyani Rahma Sari G0010056 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA PERBANDINGAN VOLUME PROSTAT ANTARA PASIEN BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA DENGAN DIABETES MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jerawat, atau dalam bahasa medisnya disebut akne, merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan dewasa muda (Yuindartanto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Peneitian Penelitian dilakukan di seluruh Puskesmas Kota Salatiga. B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2015 dan selesai pada bulan Desember

Lebih terperinci

PERBEDAAN DEPRESI ANTARA GURU SMA BERJENIS KELAMIN PRIA YANG BEKERJA DENGAN TUGAS TAMBAHAN DAN YANG BEKERJA SECARA REGULER DI SMA NEGERI SURAKARTA

PERBEDAAN DEPRESI ANTARA GURU SMA BERJENIS KELAMIN PRIA YANG BEKERJA DENGAN TUGAS TAMBAHAN DAN YANG BEKERJA SECARA REGULER DI SMA NEGERI SURAKARTA PERBEDAAN DEPRESI ANTARA GURU SMA BERJENIS KELAMIN PRIA YANG BEKERJA DENGAN TUGAS TAMBAHAN DAN YANG BEKERJA SECARA REGULER DI SMA NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERBEDAAN FASE PENDIDIKAN KEDOKTERAN TERHADAP PERSEPSI TENTANG INFORMED CONSENT SKRIPSI

PERBEDAAN FASE PENDIDIKAN KEDOKTERAN TERHADAP PERSEPSI TENTANG INFORMED CONSENT SKRIPSI PERBEDAAN FASE PENDIDIKAN KEDOKTERAN TERHADAP PERSEPSI TENTANG INFORMED CONSENT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DIENA HANIEFA G0010059 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PASCA STROKE ISKEMIK SERANGAN PERTAMA DENGAN LESI HEMISFER KIRI SKRIPSI

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PASCA STROKE ISKEMIK SERANGAN PERTAMA DENGAN LESI HEMISFER KIRI SKRIPSI HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PASCA STROKE ISKEMIK SERANGAN PERTAMA DENGAN LESI HEMISFER KIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran BAGUS DWI PRASETYO

Lebih terperinci

HUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

HUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI HUBUNGAN FEAR OF FAILURE DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA KEDOKTERAN TAHUN PERTAMA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Safira Widyaputri

Lebih terperinci

HUBUNGAN DERMATITIS KONTAK IRITAN DENGAN RIWAYAT ATOPI DAN MASA KERJA PADA PEKERJA SALON DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES SKRIPSI

HUBUNGAN DERMATITIS KONTAK IRITAN DENGAN RIWAYAT ATOPI DAN MASA KERJA PADA PEKERJA SALON DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES SKRIPSI HUBUNGAN DERMATITIS KONTAK IRITAN DENGAN RIWAYAT ATOPI DAN MASA KERJA PADA PEKERJA SALON DI WILAYAH KECAMATAN JEBRES SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mempe roleh Gelar Sarjana Kedokteran HERA AMALIA

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR MOEWARDI

HUBUNGAN PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR MOEWARDI HUBUNGAN PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Anindita Ratna Gayatri G0010021 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi kasus-kontrol (case control) yaitu suatu penelitian untuk menelaah

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN digilib.uns.ac.id 1 PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PERBEDAAN STATUS INSOMNIA ANTARA ORANG DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DENGAN YANG TIDAK MELAKUKAN YOGA

PERBEDAAN STATUS INSOMNIA ANTARA ORANG DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DENGAN YANG TIDAK MELAKUKAN YOGA PERBEDAAN STATUS INSOMNIA ANTARA ORANG DEWASA YANG MELAKUKAN YOGA DENGAN YANG TIDAK MELAKUKAN YOGA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Muhammad Syukri Kurnia Rahman G0011129

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO PERDARAHAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO PERDARAHAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO PERDARAHAN DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Larissa Amanda

Lebih terperinci

KEHAMILAN PADA USIA REMAJA SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

KEHAMILAN PADA USIA REMAJA SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran KEHAMILAN PADA USIA REMAJA SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA KETUBAN PECAH DINI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Kevin Wahyudy Prasetyo G0010109 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA 19-24 TAHUN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran INES APRILIA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU TENTANG MITOS IMUNISASI DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KLINIK UTAMA PKU MUHAMMADIYAH SAMPANGAN SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK DENGAN KEJADIAN INFARK MIOKARD SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DERAJAT FAUZAN NARDIAN G0011065 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Arief, 2008). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross-sectional, variabel bebas dan variabel terikat diobservasi hanya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMATOKRIT DENGAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE ISKEMIK FASE AKUT PADA PASIEN DI UNIT PENYAKIT SARAF RSUD DR.

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMATOKRIT DENGAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE ISKEMIK FASE AKUT PADA PASIEN DI UNIT PENYAKIT SARAF RSUD DR. HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMATOKRIT DENGAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE ISKEMIK FASE AKUT PADA PASIEN DI UNIT PENYAKIT SARAF RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 2 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT).

Lebih terperinci

KUALITAS HIDUP PENDERITA MELASMA PADA IBU-IBU PENGUNJUNG POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) DI KELURAHAN TANJUNG REJO KARYA TULIS ILMIAH

KUALITAS HIDUP PENDERITA MELASMA PADA IBU-IBU PENGUNJUNG POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) DI KELURAHAN TANJUNG REJO KARYA TULIS ILMIAH KUALITAS HIDUP PENDERITA MELASMA PADA IBU-IBU PENGUNJUNG POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU) DI KELURAHAN TANJUNG REJO KARYA TULIS ILMIAH Oleh : SARAVANAN NAIR A/L PATHMANABAN 110100467 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. G Harldy Parendra G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. G Harldy Parendra G PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN NYERI PUNGGUNG PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PAKISJAYA KARAWANG KARYA TULIS ILMIAH OLEH : SITI SURYATI NIM : R

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN NYERI PUNGGUNG PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PAKISJAYA KARAWANG KARYA TULIS ILMIAH OLEH : SITI SURYATI NIM : R HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN NYERI PUNGGUNG PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PAKISJAYA KARAWANG KARYA TULIS ILMIAH OLEH : SITI SURYATI NIM : R1113079 PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN OBAT NYAMUK BAKAR KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PERUMAHAN LAWU INDAH NGAWI SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN OBAT NYAMUK BAKAR KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PERUMAHAN LAWU INDAH NGAWI SKRIPSI HUBUNGAN PENGGUNAAN OBAT NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PERUMAHAN LAWU INDAH NGAWI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran FAHMI WAHYU RAKHMANDA G0008212

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Responden. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di SMA N 4 Purworejo dengan mendapatkan ijin dari kepala sekolah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data menunjukkan bahwa sekitar 80 % penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Hal ini timbul sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN TERJADINYA MELASMA DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN TERJADINYA MELASMA DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI 1 HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN TERJADINYA MELASMA DI RSUD SALATIGA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Kedokteran Diajukan oleh : Annisaa Rizqiyana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus norvegicus, L) dengan perbesaran 4x10 menggunakan teknik pewarnaan Hematoxilin-eosin

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH

MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH MEKANISME KERJA WHITENING AGENT MAKALAH Disusun Oleh : Apriana Rohman S 07023232 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2011 A. LATAR BELAKANG Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa setiap wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan secara kosmetik tapi juga dapat menyebabkan menurunnya kepercayaan diri seseorang. Vitiligo

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR

HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR HUBUNGAN PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SARUNG TANGAN DENGAN KELUHAN IRITASI KULIT BAGIAN TANGAN KARENA ASAM ASETAT DI PT X KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN PADA LAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi. 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, di mana observasi atau pengumpulan data variabel bebas (faktor

Lebih terperinci

PENGESAHAN SKRIPSI. Hesthi Krisnawati, NIM: G , Tahun: 2016

PENGESAHAN SKRIPSI. Hesthi Krisnawati, NIM: G , Tahun: 2016 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan Judul: Hubungan Dukungan Keluarga dan Kualitas Pelayanan dengan Motivasi Kunjungan Pasien HIV/AIDS di Poli VCT RSUD dr. Moewardi Hesthi Krisnawati, NIM: G0013113, Tahun:

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan endometriosis dengan infertilitas. Sampel merupakan pasien rawat inap yang telah menjalani perawatan pada Januari 2012-Juli 2013. Data

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SRI RETNOWATI G0011200 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang ilmu Obstetrik dan Ginekologi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR BILIRUBIN INDIREK DENGAN SEPSIS PADA BAYI KURANG BULAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN KADAR BILIRUBIN INDIREK DENGAN SEPSIS PADA BAYI KURANG BULAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN KADAR BILIRUBIN INDIREK DENGAN SEPSIS PADA BAYI KURANG BULAN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran DINAR DEWI MIFTAH TYAS ARUM G0014070

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mendapatkan gelar Sarjana Saint Terapan Disusun oleh : AGUSTINA MAR ATUS SHOLICHAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN NEKROSIS PULPA DENGAN ABSES APIKALIS KRONIS ANTARA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DAN NON DIABETES MELLITUS DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA USIA PERTAMA KALI BERHUBUNGAN SEKSUAL DENGAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA USIA PERTAMA KALI BERHUBUNGAN SEKSUAL DENGAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA USIA PERTAMA KALI BERHUBUNGAN SEKSUAL DENGAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ema Novalia Dewi Kurnia Sari G0012069

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAN INJEKSI PROGESTIN SKRIPSI

PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAN INJEKSI PROGESTIN SKRIPSI PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAN INJEKSI PROGESTIN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Resti Nurfadillah G0012177 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN

PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN PENGARUH BEBAN KERJA DAN UMUR TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA ANGKAT- ANGKUT DI P.B. CAHAYA INTAN KRUJON TOYOGO SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhui Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Margaretta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI PENDERITA ANEMIA DI SUKOHARJO SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI PENDERITA ANEMIA DI SUKOHARJO SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI PENDERITA ANEMIA DI SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran PRISMA CAHYANING RATRI G0013189

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BAWAH LIMA TAHUN DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BAWAH LIMA TAHUN DI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BAWAH LIMA TAHUN DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OKTI RAHMAWATI G0010146 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Eko Dewi Ratna Utami G.0010067 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-5 TAHUN YANG IBUNYA BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA DI WILAYAH KELURAHAN PURWODININGRATAN KOTA SURAKARTA

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-5 TAHUN YANG IBUNYA BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA DI WILAYAH KELURAHAN PURWODININGRATAN KOTA SURAKARTA PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-5 TAHUN YANG IBUNYA BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA DI WILAYAH KELURAHAN PURWODININGRATAN KOTA SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estrogen merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh sel granulosa dan sel teka dari folikel de Graaf pada ovarium (Hardjopranjoto, 1995). Estrogen berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH STROKE ISKEMIK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

PENGARUH STROKE ISKEMIK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran PENGARUH STROKE ISKEMIK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ARWINDYA GALIH DESVITARINI G0011040 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci