OPTIMALISASI FORMULASI BAHAN PENGIKAT DAN BAHAN PENGHANCUR TERHADAP KARAKTERISTIK EFFERVESCENT AMPAS STROBERI (Fragaria chiloensis L.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMALISASI FORMULASI BAHAN PENGIKAT DAN BAHAN PENGHANCUR TERHADAP KARAKTERISTIK EFFERVESCENT AMPAS STROBERI (Fragaria chiloensis L."

Transkripsi

1 OPTIMALISASI FORMULASI BAHAN PENGIKAT DAN BAHAN PENGHANCUR TERHADAP KARAKTERISTIK EFFERVESCENT AMPAS STROBERI (Fragaria chiloensis L.) TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Dari Universitas Pasundan Oleh : Ishma Rahmi Kumullah PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2016 i

2 ii LEMBAR PENGESAHAN OPTIMALISASI FORMULASI BAHAN PENGIKAT DAN BAHAN PENGHANCUR TERHADAP KARAKTERISTIK EFFERVESCENT AMPAS STROBERI (Fragaria chiloensis L.) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Tugas Akhir Program Studi Teknologi Pangan Oleh : Ishma Rahmi Kumullah Menyetujui, Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping (Dr. Ir. H. Dede Zainal Ariefd,M.Sc) (Dr. Tantan Widiantara., ST, MT)

3 KATA PENGANTAR Assalamualaikum, wr. wb. Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas segala nikmat dan hidayah-nya Penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Optimalisasi Formulasi Bahan Pengikat dan Bahan Penghancur Terhadap Karakteristik Effervescent Ampas Stroberi (Fragaria chiloensis L.) yang merupakan syarat dalam melaksanakan sidang sarjana yang sedang saya jalani di Program Studi Teknologi Pangan. Dalam pelaksanaanya, penelitian ini menggunakan program design expert metode d optimal untuk menunjang penelitian penulis dengan fungsi tujuan optimalisasi formulasi. Melalui penelitian ini, penulis ingin memberikan konstribusi terhadap lingkungan dengan penggunaan limbah ampas stroberi. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan ini tidak lepas dari doa, saran, bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. H. Dede Zainal Arief,,M.Sc., selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, tenaga dan arahan selama penyusunan Laporan Tugas Akhir. 2. Dr. Tantan Widiantara., ST, MT., selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu, tenaga dan arahan selama penyusunan Laporan Tugas Akhir. 3. Dr. Ir. Yusep Ikrawan, M.ENG., selaku Ketua Jurusan sekaligus penguji dalam sidang Tugas Akhir Program Studi Teknologi Pangan. i

4 ii 4. Dra. Hj. Ela Turmala Sutrisno, M.Sc selaku Koordinator Tugas Akhir Program Studi Teknologi Pangan. 5. Kedua orang tua terkasih: Drs. H. Deden Sadeli dan Hj. Euis Setiany yang selalu memberikan bantuan moril, materil serta doa yang tidak pernah terputus bagi Penulis. 6. Nurzihan Fathaniah dan Fahmi Khoirunnisa, selaku adik dan kakak dari penulis yang senantiasa memberikan motivasi kepada Penulis. 7. Ahmad Adam Firmansyah, terimakasih untuk kontribusi, motivasi dan semangatnya yang terus diberikan kepada Penulis. 8. Armitha Diyanti, Nita Nurul Fauzia, Ensi Fuji, Pitria Ulfa, Teguh Nugraha, Maya Dewi, Rivani Prita, Astria Pangesti, Dessy Ayu, Gebby Wintirani, Rival Gustian, Rizkiyanti Dwi, Eka Safutri, Feby Nur Afani, Dwi Putra, Dea Nugraha, Dinny Yunita yang senantiasa memberikan kontribusi dan semangat kepada Penulis. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu Penulis dalam kelancaran penyusunan Laporan Tugas Akhir. Besar harapan Penulis Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat baik bagi Penulis dan bagi pembaca pada umumnya terutama bagi dunia teknologi pangan Indonesia. Aamiin yaa Robbal Alamin Wassalamualaikum, wr. wb. Agustus, 2016 Penulis

5 iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix INTISARI... x ABSTRACT... xi I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis Tempat dan Waktu Penelitian II TINJAUAN PUSTAKA Tablet Effervescent Ampas Stroberi Asam Sitrat Asam Tartat Natrium Bikarbonat Gelatin Pemanis Stevia Bahan Pengisi Dekstrin Maltodekstrin iii

6 iv Amilum Pewarna Makanan Sintetis Design Expert Metoda D-Optimal Studi Literatur III METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Yang Digunakan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan Penelitian Utama Analisis Produk Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian Pendahuluan Prosedur Penelitian Utama Jadwal Penelitian IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan Analisis Kadar Vitamin C Kadar Air Hasil Penelitian Utama Hasil Analisis Fisika Hasil Analisis Kimia Hasil Uji Organoleptik Analisis Antar Respon Formulasi Optimal Terpilih V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

7 v DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Spesifikasi Produk Asam Sitrat Deskripsi Natrium Bikarbonat Standar Mutu Gelatin Spesifikasi Maltodekstrin Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Buah Delima Formulasi Effervescent Sari Buah Stroberi Bahan Tambahan (Variabel Tetap) Dalam Jumlah % Formulasi Bahan Pengikat dan Bahan Penghancur Effervescent Ampas Stoberi Formulasi Tablet Effervescent Ampas Stroberi Kriteria Uji Skala Hedonik Jadwal PenelitianOptimalisasi Formulasi Bahan Pengikat (Gelatin) dan Bahan Penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Na Bikarbonat) Terhadap Karakteristik Effervescent Ampas Stroberi Hasil Analisis Kadar Vitamin C Hasil Analisis Kadar Air Jenis Pati dan Penggunaannya Berdasarkan Perbedaan Nilai DE Hasil Analisis Waktu Larut dari Keseluruhan Formulasi Hasil Statistik ANAVA terhadap Respon Waktu Larut Hasil Analisis Uji Kekerasan terhadap Keseluruhan Formulasi Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon Kekerasan Hasil Analisis Uji ph terhadap Keseluruhan Formulasi Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon ph Hasil Analisis Kadar Vitamin C terhadap Keseluruhan Formulasi Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon Vitamin C Hasil Analisis Uji Hedonik Atribut Warna terhadap Keseluruhan Formulasi Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon Organoleptik Atribut Warna Hasil Analisis Uji Hedonik Atribut Aroma terhadap Keseluruhan Formulasi Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon Organoleptik Atribut Aroma Hasil Analisis Uji Hedonik Atribut Rasa terhadap Keseluruhan Formulasi Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon Organoleptik Atribut Rasa.. 94 v

8 29. Perbandingan hasil analisis program design expert metoda d-optimal dengan analisis laboratorium terhadap effervescent ampas stroberi formulasi terpilih Kebutuhan Bahan Baku Penelitian Pendahuluan Kebutuhan Bahan Baku Penelitian Utama Kebutuhan Bahan Baku Penelitian Utama (Variabel Tetap) Kebutuhan Bahan Baku Penelitian Utama (Variabel Berubah) Analisis Biaya Kebutuhan Bahan Baku ( gram) Analisis Biaya Kebutuhan Penelitian Pendahuluan Analisis Biaya Kebutuhan Penelitian Utama Total Keseluruhan Analisis Biaya Kebutuhan Penelitian Data Organoleptik Atribut Warna Data Organoleptik Atribut Rasa Data Organoleptik Atribut Aroma Data Uji ph Data Uji Waktu Larut Uji Kekerasan Jadwal PenelitianOptimalisasi Formulasi Bahan Pengikat (Gelatin) dan Bahan Penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Na Bikarbonat) Terhadap Karakteristik Effervescent Ampas Stroberi vi

9 vii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Tablet Effervescent Buah Stroberi Diagram Alir Penelitian Secara Umum Batasan Bahan Pengikat (Gelatin) dan Bahan Penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Natrium Bikarbonat) Laporan input data yang akan dipakai dalam program Satuan analisis fisika, kimia dan uji organoleptik yang akan diuji terhadap produk Formulasi bahan pengikat (Gelatin) dan bahan penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Natrium Bikarbonat), pada pembuatan Effervescent Ampas Stroberi Tabel formulasi dan tabel yang digunakan untuk diisi oleh waktu larut, kekerasan, ph, analisis vitamin C, serta hasil uji organoleptik Diagram Alir Penelitian Pendahuluan Pembuatan Serbuk Ampas Stroberi Diagram Alir Penelitian Utama Menggunakan D-Expert metode D-Optimal Diagram Alir Penelitian Utama Pembuatan Tablet Effervescent Ampas Stroberi Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Waktu Larut Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Kekerasan Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon ph Reaksi Oksidasi Vitamin C Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Kadar Vitamin C Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Organoleptik Atribut Warna Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Organoleptik Atribut Aroma Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Organoleptik Atribut Rasa Kurva Kekerasan Effervescent Pada Setiap ph Yang Berbeda Kurva Waktu Larut Effervescent Pada Setiap ph Yang Berbeda Kurva Vitamin C Effervescent Pada Setiap ph Yang Berbeda Kurva Waktu Larut Effervescent Pada Setiap Kekerasan Yang Berbeda Kurva Vitamin C Effervescent Pada Setiap Kekerasan Yang Berbeda Formulasi Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Na bikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) vii

10 26. Grafik Waktu Larut Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) Grafik Kekerasan Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) Grafik Kadar Vitamin C Optimal Effervescent Ampas Stroberi Grafik ph Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) Grafik Atribut Warna Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) Grafik Atribut Aroma Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) Grafik Atribut Rasa Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) 106 viii

11 ix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Uji Organoleptik Prosedur Analisis Perhitungan dan Kebutuhan Bahan Analisis Biaya Penelitian Perhitungan Organoleptik Atribut Warna Perhitungan Organoleptik Atribut Rasa Perhitungan Organoleptik Atribut Aroma Perhitungan Hasil Analisis Penelitian Pendahuluan Perhitungan Hasil Analisis Penelitian Utama Jadwal Kegiatan Penelitian Gambar Kegiatan Penelitian ix

12 x INTISARI Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan formulasi yang optimal pada pembuatan tablet effervescent ampas stroberi dengan menggunakan bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) terhadap karakteristik tablet effervescent yang dihasilkan dari bahan tersebut. Penelitian yang dilakukan meliputi dua tahap yaitu penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk memperoleh bahan pengisi yang tepat dalam sediaan tablet effervescent dengan pertimbangan respon analisis kadar vitamin C dan kadar air. Selanjutnya penelitian utama yang bertujuan untuk memperoleh optimalisasi formulasi bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) menggunakan program design expert metode d- optimal. Formulasi optimal yang telah diprediksikan oleh program memiliki jumlah persentase gelatin 1.308%; asam sitrat 16 %; asam tartat 15,03%, natrium bikarbonat 33,662% dan sisanya berupa variabel tetap yaitu ampas stroberi 10%; pemanis stevia 3%; bahan pengisi 20,7% dan pewarna sintetis 0,3%. Dengan waktu larut 193,009 detik; kekerasan 4,51001 kgf ; ph 5,58648; kadar vitamin C % ;skor atribut warna 4,06247 skala hedonik suka; skor atribut aroma 3,69741 dan skor atribut rasa 3,62173 dengan skala hedonik agak suka. Berdasarkan formulasi optimal yang ditawarkan oleh program kemudian dibandingkan dengan analisis laboratorium maka dapat dibuktikan dari nilai desirability (ketepatan) dengan nilai 1 bahwa selisih hasil analisis yang ditawarkan dari program pada salah satu analisis jika dibandingkan dengan analisis laboratorium tidak begitu jauh. Tetapi pada analisis yang lain terdapat perbedaan yang cukup jauh sehingga perlu dilakukan uji statistik lanjutan untuk membuktikan keakuratannya. x

13 xi ABSTRACT The purpose of this research to determine optimal formulation on strawberry pulp effervescent with binder material (gelatine) and crushing material (citrit acid, tartat acid, sodium bicarbonate) and to know the characteristics of pulp strawberry effervescent. This research is separated by two steps: preminary research to determine the proper filler material in effervescent tablet which is chosen by vitamin C and water content analysis and then main research to determine the best optimal formulation on strawberry pulp effervescent from binder material (gelatine) and crushing material (citrit acid, tartat acid, sodium bicarbonate) use design expert program with d-ptimal methode. Optimal formulation that has been predicted by program is 1.308% gelatine; 16% citrit acid; 15.03% tartat acid; 33,662% sodium bicarbonate and constant variable percentage is 10% strawberry pulp; 3% stevia sweetener; 20,7% filler material whose analysis result with solubility time 193,009 second; hardness 4,5001 kgf; ph 5,58648; vitamin C level %; colour score 4,06247 ; aroma score 3,69741; taste score 3, Based on optimal formulation which is offered by program and compared with laboratory analysis, so that could be proved from desirability value with 1 value that exclamate the different score between analysis result by program and analysis laboratory hasn t significant score.but the others analysis have some different, that means it should be tested the accuracy with statistic test. xi

14 1 I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian serta tempat dan waktu penelitian Latar Belakang Masalah Stroberi merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Daya pikat stroberi terletak pada warna buah yang merah mencolok dengan bentuk yang mungil, menarik, serta rasa yang manis segar (Gunawan, 1996). Jumlah produksi stroberi berdasarkan data dari Departemen Pertanian dari tahun 2012 hingga 2014 mengalami penurunan, pada tahun 2012 jumlah produksi stroberi sebesar ton, tahun ton, tahun ton. Penurunan jumlah produksi tersebut disebabkan oleh faktor kondisi cuaca yang buruk untuk pertumbuhan buah stroberi. Penurunan produksi Stroberi tidak menurunkan jumlah permintaan stroberi yang semakin meningkat, oleh karena itu diperlukan upaya untuk dapat memenuhi permintaan konsumen terhadap buah stroberi. Menurut Ariani dan Sri Retno (2007), Stroberi (Fragaria chiloensis L.) sangat kaya akan nutrisi. Setiap 100 gram stroberi mengandung : protein 0,8 g; lemak 0,5 g; karbohidrat 8,3 g; kalsium 28 mg; fosfor 27 mg; zat besi 0,8 mg; vitamin A 60 SI; vitamin B1 0,03 mg; vitamin B2 0,07 mg; vitamin C 904,12 mg; Niasin 60 1

15 2 mg; Air 89,9 g; Serat 3,81 gram; magnesium 16,60 mg; potassium 44,82 mg; selenium 1,16 mg; folat 29,38 mg. Pada umumnya buah stroberi dimanfaatkan menjadi jus ataupun sari buah dimana pada produk produk olahan stroberi tertentu ampas buah dipisahkan dari sarinya, sehingga terdapat 10 30% bagian dari buah stoberi yang terbuang. Dengan cukup besarnya ampas yang terbuang dari buah stroberi, maka diperlukan pemanfaatan produk dari ampas buah stroberi tersebut. Salah satu cara pengolahan ampas stroberi yaitu dengan menjadikannya sebagai produk effervescent. Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, dkk., 1992). Diantara bentuk sediaan farmasi yang ada, granul dan tablet effervescent merupakan pilihan formulasi yang praktis. Bentuk effervescent lebih disukai karena praktis, cepat larut dalam air (Dewi, dkk., 2014). Pada umumnya pembuatan tablet effervescent berasal dari bahan baku ekstrak atau sari buah buahan, tetapi pada penelitian kali ini akan dibuat dari bahan baku ampas stroberi dimana pada proses tertentu perlakuannya pun akan berbeda seperti halnya pada proses pengeringan, pencampuran dan pengempaan. Produk tablet effervescent yang dihasilkan dari ampas stroberi ini pun akan berbeda, selain dari karakteristik fisik, karakteristik kimianya pun tentu akan berbeda contohnya kandungan vitamin C karena bahan bakunya bukan dari sari atau ekstrak buah yang mengandung vitamin C yang lebih tinggi.

16 3 Dalam pembuatan tablet dibutuhkan berbagai macam bahan tambahan. Salah satu bahan tambahan yang penting dalam pembuatan tablet adalah bahan pengikat. Bahan pengikat berfungsi untuk memberikan kekompakkan dan daya tahan tablet, sehingga menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granul (Voigt, 1994). Ampas ini sebenarnya kaya akan serat (fiber), tetapi kandungan vitamin C nya cenderung lebih rendah dibanding sari buah. Selain itu banyaknya bahan kering dari ampas buah stroberi ini dapat menghasilkan rendemen kasar, sehingga dibutuhkan konsentrasi bahan pengikat yang tepat untuk dapat mengikat partikel partikel kasar dari ampas stoberi tersebut. Gelatin merupakan bahan pengikat yang mempunyai kekuatan pengikatan yang tinggi, menghasilkan granul yang seragam dengan daya kompresibilitas dan kompaktibilitas yang bagus. Maka, gelatin diharapkan mampu menutupi kerapuhan dari tablet effervescent (Kokil, et al., 2004) Granul effervescent merupakan granul yang mengandung yang mengandung campuran asam dan basa, yang bila ditambahkan basanya akan bereaksi menghasilkan karbondioksida. Dengan demikian, obat yang diberikan dalam bentiuk sediaan granul effervescent akan memberikan sensasi yang menyegarkan yang disebabkan oleh pelepasan karbondioksida (Ansel, 2005) Menurut Purwandari (2007), basa (natrium bikarbonat) mempunyai peranan penting dalam memformulasi suatu sediaan effervescent karena natrium bikarbonat merupakan sumber karbondioksida utama (sebesar 52% CO 2 ) yang menentukan sistem effervescent yang dihasilkan.

17 4 Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat, karena penggunaan hanya satu asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal. Asam sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul (Ansel, 2005) Berdasarkan penelitian Novianty (2008), buah stroberi memiliki ph 3-4,5, sedangkan menurut Rahmah (2006) hasil pengukuran ph dikatakan baik bila larutan effervescent mendekati netral karena apabila terlalu asam dapat mengiritasi lambung sedangkan jika terlalu basa menimbulkan rasa pahit dan tidak enak. Sehubungan dengan uraian diatas, diperlukan optimasi formulasi bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Natrium bikarbonat) agar menghasilkan tablet effervescent ampas stroberi sesuai karakteristik yang diinginkan. Penelitian ini menggunakan program design expert yang digunakan untuk membantu mengoptimalkan produk atau proses. Kemudian menggunakan metoda d-optimal agar menemukan formulasi yang optimal. Program ini mempunyai kelebihan dibandingkan program olahan data yang lain contohnya yaitu program ini akan mengoptimasikan proses termasuk dalam proses pembuatan Effervescent Ampas Stroberi dengan beberapa variabel yang dinyatakan dalam satuan respon, menu mixture yang dipakai yang dikhususkan untuk mengolah formulasi dan metoda d-optimal yang mempunyai sifat fleksibilitas yang tinggi dalam

18 5 meminimalisasikan masalah dan kesesuaian dalam menentukan jumlah batasan bahan yang berubah lebih dari 2 respon Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian maka diperoleh identifikasi masalah yaitu: 1. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi karakterisik Effervescent Ampas Stroberi? 2. Bagaimana formulasi yang optimal dalam pembuatan Effervescent Ampas Stroberi dengan bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) dengan program design expert metoda d- optimal terhadap karakteristik Effervescent Ampas Stroberi? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah diatas adalah untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi karakteristik Effervescent Ampas Stroberi dan menentukan formulasi yang optimal pada pembuatan tablet Effervescent Ampas Stroberi berbahan pengikat (gelatin) dengan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini ditinjau dari segi petani stroberi adalah untuk meningkatkan produksi stroberi di Indonesia. Dari segi ilmu pengetahuan dan industri merupakan suatu diversifikasi pangan khususnya produk effervescent dari ampas stroberi serta pemanfaatan limbah dari hasil samping pembuatan konsentrat

19 6 ataupun sari buah stroberi dan dari segi konsumsi dapat meningkatkan ragam konsumsi masyarakat dengan hadirnya produk baru berbasis tablet yang praktis dalam penggunaannya Kerangka Pemikiran Karakteristik yang berkaitan dengan optimasi formulasi bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) pada effervescent ampas stroberi secara fisika adalah kekerasan tablet, waktu larut. Secara kimia adalah kadar vitamin C dan ph sedangkan secara organoleptik dilihat dari warna, rasa dan tekstur. Pada pembuatan tablet effervescent sumber asam, sumber karbonat merupakan bahan yang sangat penting, dimana asam akan bereaksi dengan bahan karbonat sehingga terbentuklah gas CO 2 (Banker and Anderson, 1994). Adapun bahan tambahan lain yang tidak kalah pentingnya dilihat dari karakteristik fisik bahan baku ampas stroberi yang agak kasar sehingga diperlukan bahan pengikat. Bahan pengikat berfungsi untuk mengikat bahan obat dengan bahan penolong lain sehingga diperoleh granul yang baik, yang akan menghasilkan tablet yang kompak serta tidak mudah pecah. Pengaruh bahan pengikat yang terlalu banyak akan menghasilkan massa terlalu basah dan granul yang terlalu keras sehingga tablet yang terjadi mempunyai waktu hancur yang lama. Apabila bahan pengikat yang digunakan terlalu sedikit maka akan terjadi pelekatan yang lemah dan tablet yang berbentuk lunak, serta dapat menjadi capping yaitu lapisan atas dan atau lapisan tablet membuka (Voight, 1984 dalam Mohandani, 2009)

20 7 Gelatin merupakan bahan pengikat yang mempunyai kekuatan pengikatan yang tinggi, menghasilkan granul yang seragam dengan daya kompresibilitas dan kompaktibilitas yang bagus (Kokil, et al., 2004). Tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak bila dicelup dalam air; menyerap air secara bertahap sebanyak 5 sampai 10 kali beratnya, dalam asam asetat 6 N dan dalam campuran panas gliserin dan air; tidak larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap. Sebagai bahan pengikat, gelatin biasanya digunakan dalam konsentrasi 2 10% (Bandelin, 1986 dalam Yulistyanti, 2010) Pada tablet effervescent yang berperan sebagai bahan penghancur adalah sumber asam dan sumber karbonat. Efek kapiler dapat diperbesar dengan adanya bahan penghancur. Selain bahan penghancur, efek kapiler juga dipengaruhi oleh porositas tablet. Besarnya porositas menyebabkan cairan yang masuk ke dalam tablet semakin banyak. Porositas tablet antara lain dipengaruhi oleh distribusi ukuran atau partikel massa tablet dan tekanan yang diberikan saat proses pengempaan. Cairan yang sudah masuk dalam tablet akan merusak ikatan antar partikel dan mengakibatkan bahan penghancur mengembang yang kemudian menyebabkan tablet hancur. Bahan penghancur yang mengembang ini juga dapat menghasilkan massa yang kental dan lengket yang dapat menghalangi masuknya cairan ke dalam tablet sehingga dapat memperpanjang waktu hancur. Oleh karena itu, perlu optimasi terhadap kadar bahan penghancur tersebut dalam suatu formula tablet. Reaksi yang digunakan untuk pelarutan tablet effervescent adalah reaksi antara sumber asam dengan sumber karbonat yang menghasilkan

21 8 gas berupa karbon dioksida, terjadi secara spontan ketika tablet masuk dalam air. Kemudian gas inilah yang dapat mendesak tablet sehingga tablet menjadi hancur (Rohdiana, 2003). Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: H 3 C 6 H 5 O 7.H 2 O + 3 NaHCO 3 N 3 C 6 H 5 O 7 + 4H 2 O + 3CO 2 Asam sitrat Na-Bikarbonat Na-Sitrat Air Karbondioksida H 2 C 4 H 4 O NaHCO 3 Na 2 C 4 H 4 O 6 + 2H 2 O + 2 CO 2 Asam Tartat Na-Bikarbonat Na-Tartarat Air Karbondioksida (Lieberman, et al., 1992 dalam Imran, 2011). Sediaan tablet effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartat, karena pemakaian asam tunggal saja akan menimbulkan kesulitan pada pembentukan granul. Apabila asam tartat digunakan sebagai asam tunggal maka granul yang dihasilkan mudah kehilangan kekuatannya dan hancur. Bila asam sitrat saja yang digunakan akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul (Juita, 2008) Senyawa karbonat dibutuhkan dalam pembuatan sediaan effervescent untuk menimbulkan gas CO 2 bila direaksikan dengan asam. Bentuk karbonat maupun bikarbonat keduanya diperlukan untuk menimbulkan reaksi yang menghasilkan CO 2, seperti natrium bikarbonat, natrium karbonat, kalium karbonat, dsb (Ansel, 2005) Natrium bikarbonat merupakan sumber utama karbondioksida dalam sistem effervescent. Senyawa ini larut sempurna dalam air, tidak higroskopis,tidak mahal,

22 9 dalam lima tingkat ukuran partikel (mulai dari serbuk halus sampai granula seragam yang mengalir bebas)(siregar dan Wikarsa, 2010). Apabila konsentrasi dari natrium bikarbonat berlebih maka akan mempengaruhi rasa yang menjadi pahit karena sifat basa dari natrium bikarbonat. Sedangkan berdasarkan penelitian Ansar (2010), konsentrasi natrium bikarbonat (NaHCO 3 ) yang tinggi memberikan pengaruh terhadap kelarutan tablet. Hal ini terjadi karena natrium bikarbonat berfungsi sebagai bahan penghancur dan ketika bereaksi dengan air (H 2 O) akan menghasilkan gas CO 2, sehingga memberikan efek yang menyegarkan. Fung dan King (2003) melaporkan bahwa konsentrasi natrium bikarbonat yang tinggi dapat menyebabkan kelarutan tablet menjadi lebih cepat. Adanya efek karbonasi pada tablet effervescent, memberikan sensasi menyegarkan pada saat diminum merupakan kelebihan produk-produk effervescent, sehingga konsumen menyenangi produk tersebut (Karagul et.al., 1999). Selain itu dengan terlalu tingginya konsentrasi natrium bikarbonat tersebut dengan sifatnya sebagai bahan pengisi dapat mempengaruhi kekerasan dan keregasan tablet yang berlebih sedangkan apabila konsentrasi dari natrium bikarbonat berkurang maka kelarutannya pun akan rendah selain itu ph dari effervescent pun akan rendah sehingga dapat mengakibatkan rasa asam yang dapat mengiritasi lambung. Berdasarkan penelitian Rauf (2009) dalam Atmaka et al.,(2013), formulasi tablet effervescent adalah sebagai berikut: Ekstrak serbuk 10%, bahan pengikat 3%, asam sitrat 15%, asam tartat 15%, natrium bikarbonat 34,8%, pemanis 3%, bahan pengisi 18,2%, bahan pelicin 1% (jika diperlukan).

23 10 Berdasarkan penelitian Juita (2008), sesuai dengan persyaratan resmi standar waktu larut tablet adalah kurang dari 5 menit, ph mendekati netral, kadar air maksimum 10%. Menurut Ma arif (1989) dalam Susanto (2015), optimasi adalah suatu pendekatan normatif untuk mengidentifikasikan penyelesaian terbaik dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan. Melalui optimasi permasalahan akan diselesaikan untuk mendapatkan hasil yang terbaik sesuai dengan batasan yang diberikan. Tujuan dari optimasi adalah untuk meminimumkan usaha yang diperlukan atau biaya operasional dan memaksimumkan hasil yang diinginkan. Berdasarkan penelitian Hedianti (2014), program design expert metoda d- optimal dapat digunakan dalam optimalisasi formulasi kecap kacang koro pedang yang dihasilkan kacang koro pedang 12,5%; larutan garam 20%, Rhizopus sp (ragi tempe) 0,05%; awing putih 1,1%; ketumbar 0,5%; pekak 0,05%; kunyit 0,5%; daun salam 0,6%; daun sereh 0,6%; lengkuas 1,2%; vetsin 0,4%; gula merah 60,5%; dan keluak 2% menghasilkan 20 formulasi yang ditawarkan design expert metoda d-optimal. Berdasarkan penelitian Nugraha (2014) pada pembuatan food bar menggunakan program design expert metoda d-optimal didapatka formulasi yang terpilih adalah isolat soy protein 7,63%; dekstrin 2,59%; dan madu 8,78% yang keseluruhan berjumlah 19% dan sisanya yang merupakan variabel tetap yaitu tepung ubi jalar kuning 17,5%; kelapa parut kering 15%; tepung kacang merah 7,5%; telur 23%; margarin 14%; dan kismis 4%.

24 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut : 1. Faktor faktor yang mempengaruhi karakteristik effervescent ampas stroberi adalah konsentrasi bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, na bikarbonat) 2. Formulasi yang optimal pada pembuatan tablet effervescent ampas stroberi itu dengan bahan pengikat antara 1-3%, natrium bikarbonat antara 33-35%, asam sitrat dan asam tartat antara 13-16% Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Pasundan Bandung dan Laboratorium Sediaan Solida Tablet Institut Teknologi Bandung. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Mei 2016 sampai dengan Juni 2016.

25 12 II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini menjelaskan mengenai tablet effervescent, ampas stroberi, asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat, gelatin, pemanis stevia, bahan pengisi, pewarna makanan sintetis,design expert dengan metoda d-optimal, dan studi literature Tablet Effervescent Tablet effervescent merupakan tablet tidak bersalut yang dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan aktif berupa sumber asam dan sumber basa (karbonat). Bila tablet effervescent dimasukkan dalam air mulailah terjadi reaksi kimia antara sumber asam kemudian menghasilkan gas dalam bentuk karbondioksida. Reaksinya berjalan cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu kurang dari satu menit. Disamping menghasilkan larutan yang jernih, tablet effervescent juga memberikan rasa yang enak dan segar karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa. Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk sediaan obat adalah kemungkinan penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat tepat (Banker dan Anderson, 1994). Pada tablet effervescent, biasanya dapat ditemukan buih-buih yang mendesis begitu tablet dimasukkan ke dalam air. Hal ini merupakan pertanda adanya karbondioksida yang ternyata baik bagi kesehatan. Karbondioksida ini sanggup melakukan penyesuaian pada jalur paracellular di usus-usus dan membantu nutrisi untuk lebih cepat terserap melalui dinding usus. Karbondioksida sanggup mengurangi ketebalan lapisan lendir pada dinding usus. Akibatnya, terjadi perubahan struktur pada membran sel untuk lebih mudah menyerap dan 12

26 13 menghantar bahan hidropolik. Di sampingitu, tablet effervescent juga membantu pembentukan cairan yang memproses ketika dicampur di dalam air. Tercampurnya tablet effervescent di dalam air menghasilkan rasio seimbang antara asam dan alkaline atau ph yang seimbang, yang menyebabkan nutrisi yang masuk lebih mudah diserap. Asam amino yang biasanya dapat berubah sifatnya dalam kondisi ph yang rendah pun menjadi terbantu dengan adanya konsumsi tablet effervescent (Meetdoctor, 2015) Gambar 1. Tablet Effervescent (Pharma, 2012) Pada dasarnya bahan tambahan dalam pembuatan tablet harus bersifat netral, tidak berbau dan tidak berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1984 dalam Mohandani, 2009). Bahan-bahan tambahan yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah: 1) Sumber asam Sumber asam yaitu bahan yang mengandung asam atau yang dapat membuat suasana asam pada campuran effervescent. Sumber asam jika direaksikan dengan air akan terhidrolisa kemudian melepaskan asam yang dalam proses selanjutnya menghasilkan CO 2 (Mohrle, 1989 dalam Mohandani, 2009). Sumber asam yang umum digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah

27 14 asam sitrat dan asam tartrat. Asam sitrat mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air dan mudah diperoleh dalam bentuk granul (Ansel, 2005). Sedangkan asam tartrat pada konsentrasi tertentu juga mempunyai daya larut yang lebih baik dibanding asam sitrat (Mohrle, 1989 dalam Mohandani, 2009). Menurut Mohrle (1989) dalam Mohandani (2009), keasaman sangat dibutuhkan dalam proses reaksi effervescent dan ini didapat dari 3 sumber yang mengandung asam, yaitu: a) Asam bebas Asam bebas adalah asam yang mengandung asam atau bahan yang bisa memberikan suasana asam pada campuran effervescent, walaupun tidak berarti rasa pada bahan ini asam, seperti asam sitrat (citric acid), asam tartrat (tartaric acid), asam malat (malic acid). b) Asam anhidrat Asam anhidrat dapat digunakan sebagai sumber asam pada pembuatan tablet effervescent. Pada asam anhidrat ini tidak terdapat kristal air, contohnya asam suksinat dan sitrat anhidrat. c) Asam garam Asam dalam bentuk garam lebih mudah larut dalam air, contohnya natrium dehidrogen fosfat. 2) Sumber karbonat Sumber karbonat digunakan sebagai bahan penghancur dan sumber timbulnya gas yang berupa CO 2 pada tablet effervescent. Sumber karbonat yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium karbonat dan

28 15 natrium bikarbonat. Keduanya adalah yang paling reaktif. Dalam tablet effervescent sodium bikarbonat merupakan sumber karbon yang paling utama, yang dapat larut sempurna, non higroskopik, murah, banyak tersedia secara komersial mulai bentuk bubuk sampai bentuk granul. Sehingga natrium bikarbonat lebih banyak dipakai dalam pembuatan tablet effervescent (Mohrle, 1989 dalam Mohandani, 2009 ). 3) Bahan pengisi (diluent) Bahan ini dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet (Anief, 2003). Bahan pengisi ini menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan. Disamping sifatnya yang harus netral secara kimia dan fisiologis, konstituen semacam ini sebaiknya juga dapat dicernakan dengan baik (Voigt, 1984 dalam Mohandani, 2009). Bahan pengisi yang baik memiliki beberapa kriteria, yaitu tidak bereaksi dengan zat aktif dan eksipien lain, tidak memiliki aktivitas fisiologis dan farmakologis, mempunyai sifat fisika dan kimia yang konsisten, tidak menyebabkan dan berkontribusi pada segregasi campuran bila ditambahkan, tidak menyebabkan berkembang biaknya mikroba, tidak mempengaruhi disolusi dan bioavailabilitas, tidak berwarna dan tidak berbau (Sulaiman, 2007). Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain sukrosa, laktosa, amilum, kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol dan bahan lain yang cocok (Lachman, 1994). 4) Bahan pengikat (binder) Bahan ini dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat

29 16 (Anief, 2003), memberikan kekompakkan dan daya tahan tablet (Voigt, 1984 dalam Mohandani, 2009). Oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Cara penggunaannya dapat ditambahkan dalam keadaan kering yaitu pada proses pembuatan tablet dengan metode cetak langsung atau dalam bentuk larutan apabila digunakan metode granulasi basah (Voigt,1984 dalam Mohandani, 2009). Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak atau berlebihan akan menghasilkan massa yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan bahan pengikat akan menghasilkan daya rekat yang lemah, sehingga tablet akan rapuh dan terjadi capping. Sebagai bahan pengikat yang khas antara lain: gula dan jenis pati, turunan selulosa (juga mikro kristalin selulosa), gom arab, tragakan, gelatin (Voigt, 1984 dalam Mohandani, 2009), dan PVP (Banker dan Anderson, 1994). 5) Bahan pelicin (lubricant) Manfaat pelincir dalam pembuatan tablet terdapat dalam beberapa hal, yaitu mempercepat aliran granul dalam corong ke dalam ruang cetakan, mencegah melekatnya granul pada stampel dan cetakan, selama pengeluaran tablet mengurangi gesekan antara tablet dan dinding cetakan dan memberikan rupa yang baik pada tablet yang sudah jadi (Ansel, 2005). Biasanya digunakan talk 5%, magnesium stearat, asam stearat (Anief, 2003). 6) Bahan tambahan lain Dalam tablet effervescent biasanya sering ditambahkan bahan pemanis dan

30 17 pewarna untuk memperbaiki penampilan dan rasa tablet. Tapi yang paling penting untuk diperhitungkan adalah bahan tersebut harus mudah larut dalam air agar tidak meninggalkan residu. Ada 3 macam metode pembuatan tablet, yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering dan cetak langsung (Ansel, 2005). 1) Granulasi basah Granulasi basah adalah proses perubahan serbuk halus menjadi granul dengan bantuan larutan bahan pengikat. Pemilihan larutan bahan pengikat yang cocok dan jumlahnya yang tepat akan mengubah serbuk-serbuk halus menjadi bentuk granul yang mudah mengalir. Granul yang demikian akan menghasilkan tablet yang mempunyai penampilan baik dan variasi bobot yang kecil (Parrott, 1971). Metode granulasi basah ini merupakan metode yang paling sering digunakan dalam memproduksi tablet. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan mencampur bahan-bahan; pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul; pengeringan; pengayakan kering; pencampuran bahan pelincir dan pembuatan tablet (Ansel, 2005). 2) Granulasi kering Bila zat berkhasiat dapat rusak apabila terkena air atau tidak tahan pemanasan dibuat dengan proses pengeringan. Pada metode ini, granul dibentuk oleh penambahan pengikat kering ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah

31 18 itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul atau yang lebih kecil, penambahan bahan pelicin dan penghancur dicetak menjadi tablet (Ansel, 2005). 3) Cetak langsung Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 2005). Keuntungan metode ini adalah bahwa bahan obat yang peka terhadap lembab dan panas, yang stabilitasnya terganggu akibat operasi granul dapat dibuat menjadi tablet. Akan tetapi dengan meningkatnya tuntutan akan kualitas tablet maka metode ini tidak diutamakan (Voigt, 1994) Ampas Stroberi Buah khas stroberi berasal dari Amerika dan dikembangbiakan dengan baik di daerah Amerika Utara untuk jenis Fragaria virginiana yang terkenal akan rasanya dan Amerika Selatan, Chile untuk jenis Fragaria chiloensis untuk ukuran besarnya (Han, et al., 2004). Gambar 2. Buah Stroberi (Dian, 2013)

32 19 Berikut adalah Scientific Clasification dari buah stroberi: Kingdom Division Class Order Family SubFamily Genus Species : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Rosales : Rosaceae : Rosoideae : Fragaria : Fragaria ananassa (Del-valle,.et al,. 2004) Stroberi menyukai suhu udara relatif dingin dengan sinar matahari tidak terlalu kuat. Tanaman stroberi dapat tumbuh baik di daerah dengan curah hujan mm/tahun. Kondisi ini sangat ideal karena stroberi sangat peka terhadap kelembapan tinggi. Stroberi memang membutuhkan cukup banyak air di masa pertumbuhannya. Namun, lahan yang selalu basah juga tidak baik karena bisa mengundang kehadiran jamur (Sunarjono,2006). Stroberi merupakan salah satu jenis buah-buahan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan mempunyai banyak manfaat.. Bagian yang dapat dimakan dari buah stroberi mencapai 96%. Stroberi tidak hanya dikonsumsi dalam keadaan segar tetapi dapat diolah menjadi selai, sirop, dodol, manisan, jus, yoghurt, kue, dan bahan baku pembantu pembuat es krim. Kandungan gizinya tinggi dan komposisi gizinya cukup lengkap. Dalam setiap 100 gram buah stroberi segar mengandung energi 37 kalori, protein 0,8 g, lemak 0,5 g, karbohidrat 8,0 g,

33 20 kalsium 28 mg, fosfat 27 mg, besi 0,8 mg, vitamin A 60 SI, vitamin B 0,03 mg, vitamin C 60 mg dan air 89,9 g. Selain mengandung berbagai vitamin dan mineral, buah stroberi terutama biji dan daunnya diketahui mengandung ellagic acid yang berpotensi sebagai penghambat kanker, mempercantik kulit, menjadikan gigi putih, menghilangkan bau mulut serta meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan. Akar stroberi mengandung zat anti radang (Budiman dan Saraswati, 2008). Ampas Stroberi merupakan sekitar 30-45% bagian dari buah stroberi utuh yang ketika buah stroberi dijadikan konsentrat ataupun sari buah stroberi, ampas ini cenderung terbuang padahal dari ampas stroberi ini masih dapat dimanfaatkan walaupun kandungan gizinya tidak sebesar pada buah stroberi utuh pada umumnya Asam Sitrat Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat (2-hidroksi-1,2,3- propana trikarboksilat) yang diperoleh dari ekstraksi buah-buahan atau dari cara fermentasi. Asam sitrat merupakan asam organik yang pertama kali diisolasi dan dikristalkan menjadi hablur atau serbuk berwarna putih oleh Scheele pada tahun 1784 dari sari buah jeruk kemudian diproduksi secara komersial pada tahun 1860 di Inggris (Rosniawati, 2002 dalam Wahyuni, 2005). Asam sitrat memiliki titik didih 219 F dengan PH 0,6. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk mengendalikan ph larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat.

34 21 Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air (Puspita, dkk.,2013) Tabel 1. Spesifikasi Produk Asam Sitrat Variabel Prosetase asam sitrat dengan basis anhidrat, min 99.5 % Kadar air, maks 0.5% Logam berat 0.05% Kadar abu, maks 0.001% Arsenic, maks % (Sumber: Kirk, 1998) Nilai Asam sitrat (C 6 H 8 O 7 ) banyak digunakan dalam industri terutama industri makanan, minuman, dan obat-obatan. Kurang lebih 60% dari total produksi asam sitrat digunakan dalam industri makanan, dan 30% digunakan dalam industri farmasi, sedangkan sisanya digunakan dalam industri pemacu rasa, pengawet, pencegah rusaknya rasa dan aroma, sebagai antioksidan, pengatur ph dan sebagai pemberi kesan rasa dingin. Dalam industri makanan dan kembang gula, asam sitrat digunakan sebgai pemacu rasa, penginversi sukrosa, penghasil warna gelap dan penghelat ion logam. Dalam industri farmasi asam sitrat digunakan sebagai pelarut dan pembangkit aroma, sedangkan pada industri kosmetik digunakan sebagai antioksidan (Bizri & Wahem, 1994). Asam sitrat berupa hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam. Sangat mudah larut dalam air.dalam formula resmi untuk natrium fosfat effervescent, USP, asam sitrat yang dibutuhkan untuk membuat 1000 gram garam effervescent adalah 162 gram (Banker dan Anderson, 1994).

35 Asam Tartat Asam tartrat (C 4 H 6 O 6 ) merupakan senyawa kimia yang dapat disintesis sehingga dapat berupa bahan kimia buatan. Bahan kimia buatan bisa dikatakan selalu memiliki efek samping, karena itu, penggunaan asam ini harus dibatasi. Dalam buku yang berjudul Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan disebutkan bahwa ADI (Acceptable Daily Intake) atau batasan konsumsi yang diperbolehkan per hari untuk asam tartrat adalah 0-30 mg/kg berat badan (Cahyadi, 2008). Asam tartat memiliki bentuk hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa asam, stabil diudara, serta memiliki daya larut yang tinggi dalam air (Depkes, 1995). Asam tartrat meleleh pada suhu C (334,4 0 F) C. Berat molekulnya adalah sekitar 150,09 g/mol. Kepadatannya adalah 1,76, lebih padat 0,76 daripada air yang kepadatannya 1. Selain dapat larut dalam air dan etanol, asam tartrat juga dapat larut dalam gliserol. Walaupun begitu, asam ini tak larut dalam kloroform (Sciencelab, 2013) Asam tartrat menjadi tak stabil bila terkena panas secara terus-menerus. Asam ini juga dapat bereaksi dengan agen-agen oksidatif, reduktif, dan zat - zat alkali. Larutan asam tartrat dapat membebaskan gas H 2 yang mudah meledak, terutama bila larutan ini terpapar dengan logam-logam yang reaktif seperti besi, seng, dan aluminium. Polimerisasi tak akan terjadi pada asam tartrat. Asam ini juga bersifat korosif, kecuali pada bahan yang terbuat dari gelas/kaca (Sciencelab, 2013).

36 23 Dalam produksi makanan, asam tartrat termasuk dalam asidulan yaitu zat yang berperan sebagai pengasam. Rasa asam pada makanan yang ditambahakan asidulan berasal dari ion H + atau ion hidrogenum H 3 O +. 5 Asidulan memberikan berbagai manfaat lain pada makanan selain sebagai zat pengasam. Manfaat lain ini diperoleh setelah makanan menjadi asam setelah penambahan asidulan. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Asidulan dapat mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain. Sifat asam senyawa ini dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet. Kemudian ph rendah buffer yang dihasilkannya mempermudah proses pengolahan. Bahan ini bersifat sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah ketengikan dan browning (Winarno, 2004) Dalam formula resmi untuk natrium fosfat effervescent, USP, asam tartrat yang dibutuhkan untuk membuat 1000 gram garam effervescent adalah 252 gram (Banker dan Anderson, 1994) Natrium Bikarbonat Natrium bikarbonat (NaHCO 3 ) merupakan sumber utama penghasil karbondioksida dalam sistem effervescent. Natrium bikarbonat larut sempurna dalam air, non higroskopis dan harganya murah. Natrium bikarbonat sering juga digunakan sebagai soda kue atau baking soda (Lachman et.al., 2008). NaHCO 3 dapat diperoleh dengan reaksi antara karbon dioksida dengan larutan natrium hidroksida. Reaksi awal menghasilkan natrium karbonat: CO 2 + 2NaOH Na 2 CO 3 + H 2 O Lebih lanjut penambahan karbon dioksida menghasilkan natrium bikarbonat, yang pada konsentrasi cukup tinggi akan mengendap larutan:

37 24 Na 2 CO 3 + CO 2 + H 2 O 2NaHCO 3 (Purwanto, 2012). Berdasarkan sifat fisiknya,soda kue sangat bermanfaat dan digunakan untuk kehidupan rumah tangga. Soda kue dapat menetralkan bau secara kimia, sehingga digunakan sebagai bahan dalam pembuatan sabun mandi dan deodorant. Soda kue juga digunakan sebagai bahan effervescent yang baik dalam antasida dan produk pembersih gigi tiruan. Natrium bikarbonat juga ditemukan di beberapa anti-plak mencuci mulut-produk dan pasta gigi. Baking soda juga digunakan sebagai ragi dalam membuat makanan yang dipanggang seperti roti atau pancake. Selain untuk rumah tangga, soda kue juga bermanfaat dalam dunia industri (Purwanto, 2012). Natrium bikarbonat (NaHCO 3 ) merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik dalam air, non higrokopis serta tersedia secara komersil mulai dari bentuk bubuk sampai granular. Natrium bikarbonat mampu menghasilkan 52% karbon dioksida. Bentuk granular dari natrium bikarbonat sangat menguntungkan, karena dengan bentuk granular tersebut campuran bahan akan mudah dicetak menjadi tablet dan tablet yang dihasilkan menjadi tidak mudah retak. Natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) merupakan bagian kecil dari sumber karbonat yang digunakan (Hartanto, 1992). Natrium bikarbonat dalam tablet effervescent digunakan untuk menghasilkan gas karbondioksida. Natrium bikarbonat larut sangat baik dalam air, non higroskopis, serta tersedia secara komersial mulai bentuk bubuk sampai granul, sehingga lebih banyak digunakan dalam pembuatan tablet effervescent

38 25 (Ansel,1989). Penggunaannya untuk tablet effervescent sebesar 25-50% b/b (Rowe dkk, 2006). Berikut spesifikasi Natrium Bikarbonat, terlampir pada tabel 2 Tabel 2. Deskripsi Natrium Bikarbonat Karakteristik Spesifikasi Bentuk Padat, serbuk/kristal serbuk, dan granul Warna Putih Bau Tidak berbau Berat Molekul 105,99 Titik Lebur 1563,8 o F (851 o C) Berat Jenis 2,532 (air = 1) Kelarutan 45,5 g/100 ml o C (212 o F) Larut dalam air panas dan gliserol Larut sebagian dalam air dingin Tidak larut dalam aseton dan alkohol (Sumber: BPOM RI, 2012) 2.6. Gelatin Gelatin adalah protein yang diperoleh dari jaringan kolagen hewan yang terdapat pada kulit, tulang dan jaringan ikat. Istilah gelatin mulai populer kira-kira tahun 1700 dan berasal dari bahasa latin gelatus yang berarti kuat/kokoh atau dibuat beku secara fisik gelatin membeku atau dibuat beku. Secara fisik gelatin berbentuk padat, kering, tidak berasa, dan transparan. Walaupun istilah gelatin kadang-kadang digunakan mengacu pada pembentuk-pembentuk gel lain, ini secara tepat hanya digunakan untuk bahan-bahan protein yang diperoleh dari Kolagen. (Imeson, 1992). Gelatin bersifat seperti kaca, padat mudah rusak/dan rapuh, berwarna kuning sampai putih transparan dan hampir tidak ada rasanya serta hampir tidak berbau, berbentuk serpihan atau serbuk, mudah larut dalam air panas gliserol dan asam asetat dan tidak mudah larut dalam pelarut organik (GMIA,2006.

39 26 Budavari,1996). Kandungan protein gelatin sekitar 85 92%, sisanya berupa garam mineral dan air. (Schieber and Gareis,2007). Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses asam dan proses basa. Pembuatan gelatin dengan proses asam menggunakan larutan asam anorganik seperti asam klorida (HCl) dan asam fosfat (H 3 PO 4 ) sering disebut sebagai gelatin tipe A sedangkan pembuatan gelatin dengan proses basa yaitu perendaman dalam air kapur atau proses alkali dan gelatin yang dihasilkan adalah gelatin tipe B (Imeson, 1992). Proses asam adalah salah satu alternatif pembuatan gelatin dari tulang, yang mempunyai beberapa kelebihan antara lain persiapan bahan baku hanya memerlukan waktu singkat (berbeda dengan proses basa) karena asam mampu mengubah serat kolagen tripel heliks menjadi rantai tunggal, sedangkan pada proses basa dihasilkan rantai ganda (Ward dan Court, 1997) Protein kolagen ini secara ilmiah dapat ditangkap untuk dikonversi menjadi gelatin. Gelatin secara kimiawi diperoleh melalui rangkaian proses hidrolisis kolagen yang terkandung dalam kulit. Reaksi yang terjadi adalah : C 102 H 149 N 31 O 38 + H 2 O C 102 H 151 N 31 O 39 Kolagen Gelatin (Miwada dan Simpen, 2008) Gelatin mengandung asam amino non essensial yaitu asam glutamat yang tinggi yang sangat penting peranannya dalam pengolahan makanan, karena dapat menimbulkan cita rasa yang lezat (Winarno, 1997). Secara fisik gelatin dapat berbentuk bubuk, pasta maupun lembaran gelatin. Gelatin yang berbentuk

40 27 lembaran dan butiran sebelum digunakan perlu direndam terlebih dahulu, sedangkan gelatin yang berbentuk bubuk langsung digunakan. Pada umumnya gelatin banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam industri seperti industri pangan yang membutuhkan gelatin dalam pembuatan permen, jelly, es krim, roti, saus, produk daging dan produk olahan susu (Poppe, 1992). Standar mutu gelatin menurut SNI(1995) dan GMIA (2006) dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Standar Mutu Gelatin Karakteristik Syarat Kadar air Maksimum 16% Kadar abu Maksimum 3.25 % Kekuatan Gel Bloom. Viscositas mps atau cp ph Logam berat Maksimum 50 mg/kg. Arsen Maksimum 2 mg/kg Tembaga Maksimum 30 mg/kg Seng Maksimum 100 mg/kg Sulfit Maksimum 1000 mg/kg Warna Tidak berwarna sampai kekuningan Bau,rasa Normal Sumber: Dewan Standar Nasional Indonesia (1995) dan Gelatin Manufacturers Institute of America (GMIA,2006). Gelatin merupakan bahan pengikat yang mempunyai kekuatan pengikatan yang tinggi, menghasilkan granul yang seragam dengan daya kompresibilitas dan kompaktibilitas yang bagus (Kokil, et al., 2004). Tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak bila dicelup dalam air; menyerap air secara bertahap sebanyak 5 sampai 10 kali beratnya, dalam asam asetat 6 N dan dalam campuran panas gliserin dan air; tidak larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap (Anonim, 1995). Sebagai

41 28 bahan pengikat, gelatin biasanya digunakan dalam konsentrasi 2 10% (Bandelin, 1986) 2.7. Pemanis Stevia Menurut Geuns (2003), Stevia rebaudiana Bertoni adalah tanaman semak yang berasal dari daerah Amerika Selatan (daerah perbatasan antara Paraguay dan Brazil). Daun stevia mengandung steviosida yang merupakan komponen utama pemberi rasa manis. Kandungannya antara 4 20% dari berat kering daun stevia (tergantung dari konsdisi penanaman dan pertumbuhannya). Komponen lain pemberi rasa manis pada daun stevia tetapi dalam kadar yang lebih rendah, yaitu steviolbiosida, rebaudiosida A, B, C, D, E, F dan dulcosida A. Stevioside dan rebaudioside-a adalah dua macam komponen utama glikosida dalam stevia yang mempunyai rasa manis kali sukrosa (Agarwal dkk, 2010). Pemanis daun stevia lebih stabil pada suhu tinggi dan dalam larutan (Figlewicz dkk, 2009) Pemanis stevia diperoleh dengan mengekstraksi daun stevia menggunakan pelarut non polar yaitu methanol, etanol, atau spiritus. Penggunaan pelarut kimia dikhawatirkan masih menyisakan pelarut pada produk. Untuk itu digunakan pelarut polar yang aman untuk mengekstraksi daun stevia yaitu air (Mantovaneli, 2004) Menurut Buchori (2007), Daun stevia selain mengandung pemanis glycoside (stevioside, rebauside, dan dulcosida) juga mengandung protein, fiber, karbohidrat, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, natrium, besi, vitamin A, vitamin C, dan juga minyak. Rasa manis pada stevia disebabkan karena dua komponen yaitu stevioside (3-10% berat kering daun)

42 29 dan rebaudioside (1-3%) yang dapat dinaikkan 250 kali manisnya dari sukrosa. Stevioside mempunyai keunggulan dibandingkan pemanis buatan lainnya, yaitu stabil pada suhu tinggi (100 C), range ph 3-9, dan tidak menimbulkan warna gelap pada waktu pemasakan Menurut Soraya (2010), Steviosida mempunyai nilai kalori yang rendah, sehingga cocok untuk dikonsumsi oleh orang yang mengidap penyakit diabetes dan orang yang sedang melakukan diet. Steviosida tidak bersifat racun, sehingga aman dikonsumsi manusia. Stevioside mempunyai rumus molekul C 38 H 60 O 18 dan berat molekul 804,90. Apabila diurai sempurna stevioside mengandung 56,90% C, 7,51% H, dan 35,78% O. Steviosida adalah senyawa glikosida yang terdapat di dalam daun Stevia rebaudiana. Struktur steviosida tersusun atas tiga molekul glukosa dan satu molekul bukan gula yang disebut aglikon. Kristal steviosida mempunyai warna putih dan tersusun oleh kristal kecil yang berbentuk memanjang. Senyawa Stevioside memiliki titik lebur 198 o C, berbentuk kristal amorf dan hidroskopis, larut dalam air, dioxan, dan metanol, sedikit larut dalam alkohol, satu gram steviosida larut dalam 800 ml air serta memiliki berat molekul Bahan Pengisi Bahan ini dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet (Anief, 2003). Bahan pengisi ini menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan. Disamping sifatnya yang harus netral secara kimia dan fisiologis, konstituen semacam ini sebaiknya juga dapat dicernakan dengan baik (Voigt, 1994).

43 30 Bahan pengisi berfungsi untuk melindungi komponen bahan pangan yang sensitif, mengurangi kehilangan nutrisi, menambah komponen bahan pangan bentuk cair ke bentuk padat yang lebih mudah ditangani ( Kunarto dkk, 2001). Bahan pengisi yang baik memiliki beberapa kriteria, yaitu tidak bereaksi dengan zat aktif dan eksipien lain, tidak memiliki aktivitas fisiologis dan farmakologis, mempunyai sifat fisika dan kimia yang konsisten, tidak menyebabkan dan berkontribusi pada segregasi campuran bila ditambahkan, tidak menyebabkan berkembang biaknya mikroba, tidak mempengaruhi disolusi dan bioavailabilitas, tidak berwarna dan tidak berbau (Sulaiman, 2007). Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain sukrosa, laktosa, amilum, kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol dan bahan lain yang cocok (Lachman,1994) Beberapa filler (bahan pengisi) yang dikenal adalah maltodekstrin, dekstrin, gum arab dan cmc (karboksimetilseiulosa) (Schenk dan Hebeda,1992) Dekstrin Dekstrin adalah golongan karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang merupakan modifikasi pati dengan asam. Dekstrin mudah larut dalam air, lebih cepat terdispersi, tidak kental serta lebih stabil daripada pati. Fungsi dekstrin yaitu sebagai pembawa bahan pangan yang aktif seperti bahan flavor dan pewarna yang memerlukan sifat mudah larut air dan bahan pengisi (filler) karena dapat meningkatkan berat produk dalam bentuk bubuk (Ribut dan Kumalaningsih, 2004)

44 31 Penambahan dekstrin ke dalam produk dapat mengurangi kerusakan vitamin C. Fennema (1985) mengemukakan bahwa dekstrin tersusun atasunit glukosa yang dapat mengikat air, sehingga oksigen yang larut dapat dikurangi, akibatnya proses oksidasi dapat dicegah. Dekstrin memiliki sifat melindungi senyawa volatil dan senyawa yang peka terhadap panas atau oksidasi Maltodekstrin Maltodekstrin merupakan larutan yang terkonsentrasi dari sakarida yang diperoleh dari pati pati yang ada atau yang diperoleh dari hidrolisa pati dengan penambahan asam maupun enzim. Kebanyakan produk ini ada dalam bentuk kering dan hampir tak terasa (Blanchard and Katz, 1995). Menurut Hui (1992), maltodekstrin dapat digunakan pada makanan karena memiliki sifat sifat tertentu. Sifat sifat yang dimiliki maltodekstrin antara lain maltodekstrin mengalami proses dispersi yang cepat, memiliki daya larut yang tinggi, mampu membentuk film, memiliki sifat higroskopis yang rendah, mampu membentuk body, sifat browning rendah, mampu menghambat kristalisasi dan memiliki daya ikat yang kuat. Adapun spesifikasi Maltodekstrin dapat dilihat dari tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Spesifikasi Maltodekstrin Kriteria Spesifikasi Kenampakan Bubuk putih agak kekuningan Bau Bau seperti malt- dekstrin Rasa Kurang manis, hambar Kadar air 6% DE (Dextrose Euquivalent) 10-20% ph 4,5 6,5 Sulfated ash 0,6% (maksimum) Total Plate Count 1500/g Sumber : (Gibson,2004)

45 Amilum Pati atau amilum adalah adalah karbohidrat yang berbentuk polisakarida berupa polimer anhidro monosakarida dengan rumus umum (C6H10O5)n. Pati juga merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Komponen utama penyusun pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa tersusun atas satuan glukosa yang saling berkaitan melalui ikatan 1-4 glukosida, sedang amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun atas 1-4 glikosida dan mempunyai rantai cabang 1-6 glukosida ( Buleon et al.,1998 ) Amilum mengandung kira kira 30% amilosa dan sifat sifatnya ditentukan oleh ukuran dan jumlah masing- masing jenis molekul primer yang terdapat pada material. Amilum secara luas digunakan pada industry dengan alas an mudah didapat, murah, putih dan inert. Amilum bisa berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat dan penghancur pada tablet dan kapsul. Fungsinya tergantung pada bagaimana amilum diinkorporasi ke dalam formulasi. Amilum akan berfungsi sebagai bahan penghancur apabila ditambahkan secara kering sebelum penambahan lubrikan. Amilum berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan pengancur apabila ditambahkan dalam bentuk pasta atau kering sebelum digranul dengan komponen lain. Telah dilaporkan bahwa amilum mengalami deformasi plastic selama kompresi, tetapi sifat ini tergantung pada ukuran, distribusi ukuran dan bentuk partikel (Swabrick, 2007) 2.9. Pewarna Makanan Sintetis Menurut International Food Information Council Foundation (IFIC) 1994, pewarna pangan adalah zat yang digunakan untuk memberikan atau meningkatkan warna suatu produk pangan, sehingga menciptakan image tertentu dan membuat

46 33 produk lebih menarik. Definisi yang diberikan oleh Depkes 1999 lebih sederhana, yaitu Bahan Tambahan Pangan (BTP) dapat memperbaiki atau memberi warna pada pangan (Wijaya dan Mulyono, 2009). Zat pewarna sintesis merupakan zat pewarna buatan manusia. Zat pewarna sintetis seharusnya telah melalui suatu pengujian secara intensif untuk menjamin keamanannya. Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memilliki variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Di samping itu penggunaan zat pewarna sintetis pada makanan bila dihitung berdasarkan harga per unit dan efisiensi produksi akan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Para konsumen pun hendaknya selalu mendapatkan informasi tentang komponen-komponen yang terkandung dalam zat pewarna sintetis tersebut (Lee 2005) Design Expert Metoda D-Optimal. DOE merupakan salah satu pendekatan statistik yang kerapkali digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, baik dalam bentuk kualitas produk maupun efisiensi proses (Aninditha, 2012). Program ini untuk membantu mengoptimalkan produk atau proses. Perangkat lunak ini menyediakan desain yang sangat efisien eksperimen (DOE) untuk: 1. Desain faktorial digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi proses atau produk. Kemudian dapat dilakukan perbaikan terobosan. 2. Metode Response Surface (RSM) digunakan untuk pengaturan proses yang ideal dan mencapai kinerja yang optimal.

47 34 3. Teknik desain Campuran (Mixture) digunakan untuk menentukan formulasi yang optimal. 4. Gabungan desain (Combined) yaitu campurkan variabel proses, komponen campuran dan faktor kategoris dalam satu desain Bagian bagian Mixture Design Bagian-bagian dari mixture design (teknik desain campuran) : a. Seleksi Desain Campuran (Mixture Design Selection) Pilih desain campuran jika percobaan yang memenuhi dua kriteria ini: Komponen menambah total tetap. Misalnya, A adalah 10% dari campuran, B adalah 30%, dan C adalah 60% sisanya. Jika persentase satu komponen meningkat, maka persentase satu atau lebih dari komponen lain harus dikurangi. Jika jumlah komponen tidak bergantung satu sama lain, maka dapat dilakukan percobaan menggunakan desain permukaan respon daripada desain campuran. b. Desain D-optimal (D-optimal Design) Mengingat satu set kandidat, proses desain D-optimal untuk desain campuran bekerja sama persis dengan cara yang sama seperti yang dijelaskan untuk RSM desain. Titik desain yang dipilih untuk meminimalkan varians terkait dengan perkiraan koefisien dalam model yang Anda tentukan. Desain ruang didefinisikan oleh kendala tingkat rendah dan tinggi pada setiap faktor dan kendala multifaktor. c. Simplex Lattice-Desain Desain ini dapat digunakan untuk 2 sampai 24 komponen. Sebuah desain campuran simpleks-kisi derajat m terdiri dari m + 1 poin nilai sama spasi antara 0 dan 1 untuk setiap komponen. Jika m = 2 maka kemungkinan fraksi adalah 0, 1/2,

48 35 1 Untuk m = 3 nilai yang mungkin adalah 0, 1/3, 2/3, 1 Poin mencakup komponen murni dan cukup poin antara mereka untuk memperkirakan persamaan derajat m. Desain ini berbeda dari desain simplex-centroid dengan memiliki cukup poin untuk memperkirakan model kubik penuh. d. Simplex-Centroid Desain Desain Campuran ini bisa digunakan untuk 3-8 komponen. Sebuah desain simplex-centroid terdiri dari semua poin yang sama-sama berbobot campuran dari 1 sampai komponen q. Termasuk adalah permutasi dari: Campuran Murni: (1, 0,..., 0) Campuran Binary: (1/2, 1/2, 0,..., 0) Campuran Tersier: (1/3, 1/3, 1/3, 0,..., 0) dan sebagainya untuk pusat massa keseluruhan: (1 / q, 1 / q,..., 1 / q) e. Simplex Augmentation Augmentation desain simplex menambahkan poin interior untuk memungkinkan deteksi kurangnya fit. Titik pusat dan cek campuran ditambahkan ke desain. Periksa campuran adalah kombinasi dari titik pusat dan masingmasing titik. Untuk mengevaluasi kekurangan fit, perkiraan kesalahan murni diperlukan. Ini perkiraan kesalahan murni berasal dari replikasi beberapa titik desain. Program ini menggunakan jumlah komponen ditambah satu, untuk batas 5, untuk menentukan jumlah titik ulangan. Titik-titik dengan leverage tertinggi direplikasi. f. Desain screening

49 36 Screening desain yang tersedia untuk campuran dengan 6 sampai 24 komponen. Mereka memungkinkan Anda untuk melihat sejumlah besar komponen dalam jumlah minimal campuran. Namun, mereka tidak akan memberikan banyak informasi, jika ada, tentang interaksi (synergisms atau antagonisme). Skrining desain akan mengungkapkan hitter besar - positif atau negatif. Design-Expert menawarkan pilihan skrining yang berbeda tergantung pada apakah atau tidak Anda telah membuat simpleks wilayah eksperimental. g. Mix Screening Contoh Berikut ini adalah contoh dari situasi yang mungkin Anda alami ketika Anda ingin melakukan desain skrining campuran. Klien: Kami memiliki 20 senyawa untuk mempertimbangkan dan ingin menggabungkan mereka dalam kelompok 3 Bagaimana Anda membuat desain skrining untuk menyelidiki ini 3 pada suatu waktu? Stat-Kemudahan: Untuk menguji semua kombinasi dari 3 komponen pada suatu waktu akan membutuhkan berjalan. Untuk mendapatkan ide dari mana komponen paling mungkin menjamin studi lebih lanjut kita dapat menggunakan penyaringan dan bertahan dengan 40 atau lebih berjalan. Gunakan desain skrining campuran selama 20 komponen dan mengatur maksimum (tingkat tinggi) dari masing-masing faktor untuk menjadi persis 1/3 (0.333). h. Modifikasi Jarak Desain Berbasis Meskipun pendekatan ini memberikan perbaikan dari algoritma jarak dimodifikasi berdasarkan, kami merekomendasikan penggunaan desain D- optimal.

50 37 Temukan titik berdasarkan jarak memilih poin dari titik kandidat diatur dalam cara yang mencapai penyebaran maksimum di seluruh wilayah desain. Namun titik yang dipilih mungkin tidak cukup untuk memperkirakan koefisien model yang, tidak akan mereka memberikan perkiraan kesalahan murni atau kurangnya fit. Metode jarak dimodifikasi memeriksa setiap titik seperti yang ditambahkan untuk melihat apakah itu memperkirakan koefisien tambahan dalam model. Intinya tidak ditambahkan ke desain kecuali kontribusi untuk koefisien determinasi. i. Ditetapkan Pengguna Pemilihan Titik Ditentukan pengguna pilihan titik menempatkan semua poin dari titik calon ditetapkan ke dalam desain. Gunakan editor desain untuk menghapus atau menggandakan poin dalam desain yang dihasilkan. Kandidat set point didasarkan pada tingkat model yang dipilih untuk desain. Anda memilih model dengan menggunakan tombol edit Model (default adalah kuadrat). Poin tambahan dapat disediakan dengan memilih dari calon set point check-list. Semua poin calon set ditambahkan ke desain. Hal ini kemudian terserah Anda untuk memilih desain dari titik-titik tersebut. Untuk memberikan perkiraan kesalahan murni serta menilai kurangnya fit, tambahkan titik tengah dalam pembangun desain. Kecukupan desain dapat diperiksa melalui layar evaluasi desain j. Mix Data Historis Setiap set data campuran dapat diimpor dan dianalisis melalui Data Historis desain antarmuka pada tab campuran.

51 Studi Literatur Menurut Atmaka (2013), Tablet effervescent buah delima dibuat dengan 3 variasi jenis bahan pengikat yang meliputi PGA (pulvis gum arabicum), PVP (poly vinyl pirolidron), dan Gelatin dengan konsentrasi 1%, 3%, 5%. Formulasi ekstrak buah delima sebagai zat aktif ditentukan berdasarkan jumlah bagian buah yang dpat dikonsumsi adalah 50% dan anjuran konsumsi buah delima perhari untuk dewasa yaitu berkisar antara 2-3 cup atau setara dengan 200 gram buah per hari atau sekitar 2 buah. Sedangkan komposisi Na bikarbonat sebesar 24,36 gram per 30 tablet ditentukan berdasarkan kesetimbangan reaksi asam basa dengan asam sitrat 10,5 gram dan asam tartrat 10,5 gram di mana untuk menetralkan 1 molekul asam sitrat dibutuhkan 2 molekul Na bikarbonat, dan untuk menetralkan 1 molekul asam tartrat dibutuhkan 3 molekul Na bikarbonat. Untuk manitol jumlahnya menyesuaikan dengan konsentrasi bahan pengikat. Tabel 5. Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Buah Delima Komposisi Jumlah (g) Ekstrak serbuk 7 Pengikat ** Asam sitrat 10,5 Asam tartrat 10,5 Na bikarbonat 24,36 Aspartame 2.1 Mg stearat 0,7 Manitol *** Total 70 (Rauf, 2009 dalam Atmaka, 2013) Keterangan : * jenis dan jumlah pengikat pengikat 1%,3% dan 5% ** jumlah manitol disesuaikan dengan penggunaan jumlah pengikat dengan bobot akhir 70 g untuk 30 tablet

52 39 Menurut Atmaka (2013), pada hasil pengamatannya menunjukkan bahwa penambahan zat pengikat dengan berbagai variasi jenis berpengaruh signifikan terhadap waktu larut tablet effervescent di mana masing-masing perlakuan memiliki beda nyata antar sampel. Sampel dengan penambahan bahan pengikat jenis gelatin memiliki waktu larut yang lebih cepat dibanding sampel dengan penambahan PGA dan PVP. Berdasarkan penelitian Nugraha, dkk., (2011),formulasi tablet effervescent sari buah stroberi dibuat dengan variasi kadar pengikat gelatin.konsentrasi bahan pengikat yang digunakan 2, 4, 6, 8 %.sebagaimana tercantum pada Tabel 1. Granul effervescent yang telah diuji sifat fisiknya dikempa denganmenggunakan mesin tablet single punch Berat tablet adalah 5000 mg Tabel 6. Formulasi Effervescent Sari Buah Stroberi No Bahan Fungsi Formula I II III IV (g) (g) (g) (g) 1 Serbuk Sari Buah Zat aktif 1,36 1,36 1,36 1,36 Strober 2 Asam Tartrat : Asam Fumarat (1:4) Sumber asam 0,5 0,5 0,5 0,5 3 Natrium Sumber 0,4 0,4 0,4 0,4 Bikarbonat basa 4 Gelatin Pengikat 0,1 0,2 0,3 0,4 5 Aspartam Pemanis 0,05 0,05 0,05 0,05 6 PEG 6000 Pelincir 0,15 0,15 0,15 0,15 7 Laktosa ad Pengisi Sumber: Nugraha, dkk., (2011) Hasil pengujian kekerasan tablet diperoleh; Formula I 5,70 kg/cm 2 ±0,47;Formula II 5,81 kg/cm 2 ± 0,31 ; Formula III 6,48 kg/cm 2 ±0,22 dan Formula IV 6,89 kg/cm 2 ±0,17. Hasil tersebut memenuhi persyaratan kekerasan

53 40 tablet yaitu, 4-8 kg /cm 2 (Ansel,2005). Tiap formula terdapat perbedaan kekerasan seiring dengan meningkatnya jumlah pengikat yang diberikan pada masing - masing formula, semakin tinggi konsentrasi pengikat maka tablet semakin keras. Pengujian waktu melarut dimaksudkan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh tablet untuk dapat larut per satuan waktu. Hasil pengujian waktu melarut tablet effervescent diperoleh; Formula I 367,4 detik ± 3,78; Formula II 396,4 detik ± 4,04; Formula III 440,2 detik ± 5,26 dan Formula IV 473,2 detik ± 4,66. Waktu melarut semua formula tidak memenuhi persyaratan yaitu lebih dari 5 menit atau 300 detik (Siregar, 2010). Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi pengikat yang digunakan maka waktu yang dibutuhkan tablet effervescent untuk melarut semakin lama dan semakin besar gaya pengepresan maka akan semakin lama tablet larut dalam air (Ansar, 2009). Uji ph dimaksudkan untuk mengetahui ph larutan yang dihasilkan ketika tablet telah dilarutkan. Hasil uji ph larutan diperoleh Formula I 4,06± 0,02;Formula II 4,20 ±0.02; Formula III 4,29 ± 0,02 dan Formula IV 4,58 ± 0,02. Uji ph perlu dilakukan karena jika larutan effervescent yang terbentuk terlalu asam dapat mengiritasi lambung sedangkan jika terlalu basa menimbulkan rasa pahit dan tidak enak. Hasil pengukuran dikatakan baik bila ph larutan effervescent mendekati netral (Rahmah dalam Juita, 2008) ph dari effervescent wortel dengan kombinasi natrium bikarbonat 20%(b/b) dan asam sitrat 25%(b/b) sebesar 4,6 sedangkan pada syarat mutu effervescent < 6. Hal ini dapat diartikan bahwa ph dari tablet effervescent wortel

54 41 memenuhi syarat. ph effervescent harus bersifat asam karena natrium bikarbonat membutuhkan pereaksi bersifat asam. Dengan adanya ion hydrogen yang disediakan oleh pengembang asam tersebut, natrium bikarbonat bereaksi melepaskan karbondioksida (Estiasih dan Ahmadi, 2009). Kekerasan tablet diukur dengan cara mekanis yaitu menggunakan universal testing mechine merk Zwick seri SA/0.5. Tablet ditempatkan di antara kedua landasan, kemudian diberikan gaya hingga tablet pecah yang dinyatakan dalam satuan Newton. Besarnya gaya yang digunakan hingga tablet pecah menunjukkan ketahanan tablet untuk menahan beban maksimum. Berdasarkan United States Pharmacopea (USP) syarat kekerasan suatu tablet berkisar antara 4-9 kgf (Ansel dalam Ansar, 2010).

55 42 III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini menjelaskan mengenai bahan dan alat, metode penelitian, deskripsi penelitian serta prosedur penelitian Bahan dan Alat Yang Digunakan Bahan-Bahan yang Digunakan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah ampas stroberi (diperoleh dari sisa produksi perusahaan jus, sirup, konsentrat). Pada proses pembuatan granul bahan penunjang yang digunakan meliputi Na bikarbonat, asam sitrat, asam tartarat, pemanis stevia, bahan pengisi (maltodekstrin, dekstrin, amilum) dan gelatin. Bahan utama yang digunakan dalam analisis kimia (analisis kadar vitamin C) metode Iodimetri adalah I N, sampel, Aquades, Indikator Amylum 1% Alat-Alat yang Digunakan Alat yang digunakan dalam pembuatan Tablet Effervescent adalah Alatalat yang digunakan dalam penelitian adalah neraca analitik, tunnel dryer, oven, spatula, wadah, ayakan 10 mesh, mesin cetak tablet, komputer, mixer. Alat yang digunakan dalam analisis fisika adalah hardness tester, phmeter, stopwatch. Alat yang digunakan dalam analisis kimia adalah buret, pipet volum 10 ml, erlenmeyer 200 ml, klem dan statif, desikator, cawan uap, gelas ukur 25 ml, beaker 100 ml, pipet tetes, neraca analitik, corong pendek, Gravimetri (Kadar Air). 42

56 Metode Penelitian Tahap I Penelitian pendahuluan untuk mengetahui bahan pengisi yang tepat untuk serbuk ampas stroberi Analisis Uji kadar air dan vitamin C terhadap serbuk ampas stroberi yang dihasilkan setiap bahan pengisi Tahap II Kajian Formulasi dengan menentukan variable tetap dan berubah pada Program Design Expert Metode D-Optimal Rancangan Respon Respon Kimia Effervescent Ampas Stroberi adalah analisis kadar vitamin C dan Uji ph Rancangan Respon Respon Fisika Effervescent Ampas Stroberi adalah uji kekerasan, uji waktu larut Rancangan Respon Respon Organoleptik Effervescent Ampas Stroberi adalah warna, rasa, tekstur Tablet Effervescent Ampas Stroberi Faktor faktor yang mempengaruhi karakterisik Effervescent Ampas Stroberi. Penggunaan program design expert metoda d-optimal menentukan formulasi yang optimal dalam pembuatan Effervescent Ampas Stroberi dengan bahan pengikat dan bahan penghancur terhadap karakteristik Effervescent Ampas Stroberi. Penyesuaian karakteristik tablet Effervescent Ampas Stroberi yang dihasilkan dari keseluruhan formulasi dengan persyaratan tablet Effervescent. Gambar 3.Diagram Alir Penelitian Secara Umum

57 Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan yaitu penentuan jenis bahan pengisi yang akan diformulasikan sebagai variabel tetap. Tujuan penentuan bahan pengisi yaitu untuk memilih bahan pengisi yang tepat dalam mengurangi kehilangan vitamin C selama proses pengeringan. Bahan - bahan pengisi yang digunakan yaitu dekstrin, maltodekstrin, dan amilum. Penelitian pendahuluan diawali dengan proses pencampuran ampas buah stroberi dengan bahan pengisi, kemudian dikeringkan dan dihancurkan. Dengan pertimbangan respon yang akan digunakan yaitu Analisis Kadar Vitamin C (AOAC, 1995) dan Kadar Air (AOAC, 1995) Penelitian Utama Penelitian utama merupakan penelitian lanjutan dari penelitian pendahuluan, yang bertujuan untuk memperoleh formulasi yang tepat dari bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat). Berikut uraiannya: 1. Penentuan variable berubah yaitu Bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) yang ditambahkan pada Mixture Component dengan jumlah total variable berubah 66% (persen) dari bahan keseluruhan yang dilihat dari sisa jumlah variabel tetap. Empat komponen berubah ini dilihat dari bahan tambahan yang mungkin memberikan sifat organoleptik, sifat fisika, dan sifat kimia yang ideal.

58 45 Tabel 7.Bahan Tambahan (Variabel Tetap) Dalam Jumlah % No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 3. Bahan Pengisi 20,7 4. Pewarna Sintetis 0,3 Total 34 Variabel Berubah 66 Total Keseluruhan Penentuan batasan-batasan bahan pengikat (Gelatin) yang akan digunakan dan bahan penghancur (Natrium Bikarbonat, Asam Sitrat, Asam Tartat) yang input pada kolom Low dan High. Gambar. 4 Batasan Bahan Pengikat (Gelatin) dan Bahan Penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Natrium Bikarbonat)

59 46 Gambar 5. Laporan input data yang akan dipakai dalam program 3. Penentuan jumlah respon yang akan dianalisis dalam satuan unit yang diinginkan misalnya dalam bentuk % (persen). Gambar 6. Satuan analisis fisika, kimia dan uji organoleptik yang akan diuji terhadap produk.

60 47 4. Berdasarkan input data yang diuraikan langkah diatas dihasilkan sebanyak 13 formulasi dengan Empat variabel berubah yaitu bahan pengikat (Gelatin) dan bahan penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Natrium Bikarbonat). Gambar 7. Formulasi bahan pengikat (Gelatin) dan bahan penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Natrium Bikarbonat), pada pembuatan Effervescent Ampas Stroberi 5. Penentuan hasil respon waktu larut, kekerasan, ph, analisis vitamin C, uji organoleptik terhadap warna, rasa, tekstur pada tabel kosong setelah dilakukan penelitian.

61 48 Gambar 8. Tabel formulasi dan tabel yang digunakan untuk diisi oleh waktu larut, kekerasan, ph, analisis vitamin C, serta hasil uji organoleptik Berdasarkan hasil dari perhitungan formulasi dengan menggunakan Program Design Expert Metoda D-Optimal pada Effervescent Ampas Stroberi didapatkan 13 formulasi yang terdiri dari bahan pengikat (Gelatin) dan bahan penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Natrium Bikarbonat) dengan rincian sebagai berikut : Tabel 8.Formulasi Bahan Pengikat dan Bahan Penghancur Effervescent Ampas Stoberi Urutan No Nama Bahan Jumlah (%) Formulasi 1. Gelatin 2, Asam Sitrat 16, Asam Tartat 13, Natrium Bikarbonat 33, Gelatin 2, Asam Sitrat 14, Asam Tartat 15, Natrium Bikarbonat 33, Gelatin 1, Asam Sitrat 16, Asam Tartat 15, Natrium Bikarbonat 33, Gelatin 2, Asam Sitrat 15, Asam Tartat 13, Natrium Bikarbonat 34,911

62 49 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 3, Asam Sitrat 13, Asam Tartat 16, Natrium Bikarbonat 33, Gelatin 1, Asam Sitrat 16, Asam Tartat 14, Natrium Bikarbonat 33, Gelatin 1, Asam Sitrat 15, Asam Tartat 14, Natrium Bikarbonat 35, Gelatin 1, Asam Sitrat 14, Asam Tartat 16, Natrium Bikarbonat 34, Gelatin 2, Asam Sitrat 13, Asam Tartat 14, Natrium Bikarbonat 35, Gelatin 3, Asam Sitrat 14, Asam Tartat 14, Natrium Bikarbonat 33, Gelatin 1, Asam Sitrat 15, Asam Tartat 15, Natrium Bikarbonat 34, Gelatin 2, Asam Sitrat 15, Asam Tartat 13, Natrium Bikarbonat 34, Gelatin 1, Asam Sitrat 15, Asam Tartat 14, Natrium Bikarbonat 35,000 (Sumber : Program Design Expert Metode D-Optimal Setelah didapatkan bahan pengikat (Gelatin) dan bahan penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Natrium Bikarbonat) yang dihasilkan dari Program Design Expert Metoda D-Optimal serta bahan baku penunjang sebagai variabel tetap

63 50 yang telah ditetapkan pada tabel 6. Maka didapat formulasi Tablet Effervescent Ampas Stroberi sebagai berikut : Tabel 9. Formulasi Tablet Effervescent Ampas Stroberi Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 2, Asam Sitrat 16, Asam Tartat 13, Natrium Bikarbonat 33, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 2, Asam Sitrat 14, Asam Tartat 15, Natrium Bikarbonat 33, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 1, Asam Sitrat 16, Asam Tartat 15, Natrium Bikarbonat 33, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 2, Asam Sitrat 15, Asam Tartat 13, Natrium Bikarbonat 34, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100

64 51 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 3, Asam Sitrat 13, Asam Tartat 16, Natrium Bikarbonat 33, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 1, Asam Sitrat 16, Asam Tartat 14, Natrium Bikarbonat 33, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 1, Asam Sitrat 15, Asam Tartat 14, Natrium Bikarbonat 35, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 1, Asam Sitrat 14, Asam Tartat 16, Natrium Bikarbonat 34, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100

65 52 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 2, Asam Sitrat 13, Asam Tartat 14, Natrium Bikarbonat 35, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 3, Asam Sitrat 14, Asam Tartat 14, Natrium Bikarbonat 33, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 1, Asam Sitrat 15, Asam Tartat 15, Natrium Bikarbonat 34, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 2, Asam Sitrat 15, Asam Tartat 13, Natrium Bikarbonat 34, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total 100

66 53 Urutan Formulasi No Nama Bahan Jumlah (%) 1. Gelatin 1, Asam Sitrat 15, Asam Tartat 14, Natrium Bikarbonat 35, Ampas Stroberi Pemanis Stevia 3 7. Bahan Pengisi 20,7 8 Pewarna Sintetis 0,3 Total Analisis Produk Analisis Kimia Tablet Effervescent Ampas Stroberi Analisis kimia yang dilakukan terhadap Effervescent Ampas Stroberi adalah Analisis Kadar Vitamin C metode Iodimetri (AOAC, 1995), dan Uji ph (AOAC, 1995) Analisis Fisika Tablet Effervescent Ampas Stroberi Analisis Fisika yang dilakukan terhadap Effervescent Ampas Stroberi adalah Uji Waktu Larut (Siregar dan Wirakarsa, 2010), dan Uji Kekerasan (Banne., et al,2012) Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan dari panelis terhadap produk. Uji organoleptik ini dilakukan dengan metode penerimaan yaitu skala hedonik, dimana kriteria penilaian berdasarkan tingkat kesukaan panelis terhadap karakteristik dari Tablet Effervescent Ampas Stroberi. Uji organoleptik terhadap produk Tablet Effervescent Ampas Stroberi yang dihasilkan dilakukan oleh 30 orang panelis dengan parameter yang digunakan dalam uji organoleptik ini meliputi warna, rasa, tekstur. Adapun kriteria penilaian yang digunakan dalam uji organoleptik ini ditunjukkan oleh tabel dibawah ini.

67 54 Tabel 10. Kriteria Uji Skala Hedonik Skala Hedonik Skala Numberik Sangat Suka 6 Suka 5 Agak Suka 4 Agak Tidak Suka 3 Tidak Suka 2 Sangat Tidak Suka 1 (Sumber : Soekarto, 1985) Prosedur Penelitian Prosedur Penelitian Pendahuluan Prosedur penelitian tahap pendahuluan adalah penentuan bahan pengisi yang tepat dari Dekstrin, Maltodekstrin, dan Amilum. Dengan cara menghomogenkan ampas stroberi dengan bahan pengisi kemudian dikeringan, dan dihancurkan menghasilkan Serbuk Ampas Stroberi. Bahan pengisi terpilih dipertimbangkan berdasarkan sifat kimia (Analisis Vitamin C dan Kadar Air) dari Serbuk Ampas Stroberi yang dihasilkan. Sebelum membuat serbuk ampas stroberi dengan 3 bahan pengisi yang berbeda, terlebih dahulu ampas stroberi dianalisis kadar air dan kadar vitamin c nya selain itu masing masing bahan pengisi (dekstrin, maltodekstrin, amilum) pun di analisis terlebih dahulu kadar airnya untuk membandingkan hasil sebelum dan sesudah menjadi serbuk ampas stroberi.

68 55 Gambar 9. Diagram Alir Penelitian Pendahuluan Pembuatan Serbuk Ampas Stroberi Prosedur Penelitian Utama Penelitian utama dari pembuatan Tablet Effervescent Ampas Stroberi adalah sebagai berikut: 1) Persiapan Bahan

69 56 Masing-masing bahan pada tahap ini ditimbang berdasarkan formulasi bahan yang ditentukan. Bahan-bahan terdiri dari serbuk ampas stroberi, gelatin, asam sitrat, asam tartat, Na bikarbonat, pewarna sintetis dan pemanis stevia. 2) Pemisahan Campuran Dibuat 2 campuran secara terpisah, campuran pertama terdiri dari serbuk ampas stroberi, asam sitrat, asam tartat, dan pemanis stevia, sedangkan campuran kedua terdiri dari Na bikarbonat, pewarna sintetis dan gelatin. Pemisahan campuran ini bertujuan untuk menghindari terjadinya reaksi dini antara komponen asam basa. 3) Penyemprotan Campuran pertama dihomogenkan sementara campuran kedua disemprotkan dengan aquades hingga dapat dikepal. Penambahan aquadest tersebut bertujuan melarutkan gelatin agar lebih mudah bereaksi dengan bahan. 4) Pengeringan Campuran kedua kemudian diayak dengan ayakan 10 mesh dan dikeringkan dalam oven pada suhu o C selama 15 menit. 5) Penghancuran Setelah dikeingkan kemudian dihancurkan atau dihaluskan menggunakan blender selama 2-3 menit. 6) Pencampuran Campuran 1 dan 2 kemudian dicampur hingga homogen. Setelah diayak dengan ayakan 10 mesh granul yang telah terbentuk dicetak dengan mesin kempa, sebelumnya mesin kempa cetak tablet tersebut dibaluri dengan talk secukupnya.

70 Gambar 10. Diagram Alir Penelitian Utama Menggunakan D-Expert metode D-Optimal 57

71 58 Serbuk Ampas Stroberi, Gelatin, Asam Sitrat, Asam Tartat, Na bikarbonat, Pemanis stevia Campuran 1 Penghomogenan (Serbuk Ampas, Gelatin, Asam Sitrat, Asam Tartat, Pemanis stevia) Penimbangan Pemisahan Campuran Aquadest Campuran 2 Penyemprotan ( Na bikarbonat, Gelatin) Pengayakan (ukuran 10 mesh) Pengeringan (T:45-60oC, t; 15-20') Penghancuran T= 2-3' Pencampuran Pencetakan Effervescent Ampas Stroberi Analisis Fisika Analisis Kimia Uji Organoleptik Gambar 11. Diagram Alir Penelitian Utama Pembuatan Tablet Effervescent Ampas Stroberi

72 Jadwal Penelitian Tabel 11. Jadwal PenelitianOptimalisasi Formulasi Bahan Pengikat (Gelatin) dan Bahan Penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Na Bikarbonat) Terhadap Karakteristik Effervescent Ampas Stroberi No. Uraian Kegiatan Minggu Ket Tahap Persiapan Pemilihan Ampas Stroberi Pembelihan bahan bahan lain 2 Persiapan Bahan Baku Pembuatan Serbuk Ampas Stroberi Analisis Vitamin C dan Kadar Air 3 Persiapan Laboratorium Pembuatan Effervescent Ampas Stroberi Uji Parameter : Uji Waktu Larut, Uji Kekerasan,, Analisis Vit C, Uji ph, Uji Organoleptik 4 Pengumpulan Data 5 Pengolahan Data 6 Penulisan Laporan Tugas Akhir 7 Bimbingan Ke Pembimbing II 8. Bimbingan ke Pembimbing I

73 60 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian pendahuluan, hasil penelitian utama serta formulasi yang terpilih Hasil Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini terdiri atas penentuan jenis bahan pengisi yang diformulasikan sebagai variabel tetap. Tujuan penentuan bahan pengisi yaitu untuk memilih bahan pengisi yang tepat dalam mengurangi kehilangan vitamin C selama proses pengeringan serta memiliki kadar air paling rendah karena dalam pembuatan effervescent ini dibutuhkan bahan bahan kering. Bahan - bahan pengisi yang digunakan yaitu dekstrin, maltodekstrin, dan amilum. Penelitian pendahuluan diawali dengan proses pencampuran ampas buah stroberi dengan bahan pengisi ditambah aquadest secukupnya, kemudian dikeringkan dan dihancurkan sehingga menghasilkan serbuk ampas stroberi. Dengan pertimbangan respon yang digunakan secara kimia yaitu analisis kadar vitamin C dan kadar air. Bahan pengisi berfungsi untuk melindungi komponen bahan pangan yang sensitif, mengurangi kehilangan nutrisi, menambah komponen bahan pangan bentuk cair ke bentuk padat yang lebih mudah ditangani ( Kunarto dkk, 2001). Bahan pengisi yang baik memiliki beberapa kriteria, yaitu tidak bereaksi dengan zat aktif dan eksipien lain, tidak memiliki aktivitas fisiologis dan farmakologis, mempunyai sifat fisika dan kimia yang konsisten, tidak menyebabkan dan berkontribusi pada segregasi campuran bila ditambahkan, tidak menyebabkan berkembang biaknya mikroba, tidak mempengaruhi disolusi dan bioavailabilitas, tidak berwarna dan tidak berbau (Sulaiman, 2007) 60

74 Analisis Kadar Vitamin C Tabel 12.. Hasil Analisis Kadar Vitamin C Bahan Uji Kadar Vitamin C (%) Kadar Vitamin C (mg vit C/100 g sampel) Ampas Stroberi 0, ,965 Serbuk buah dengan menggunakan 0, ,517 maltodekstrin Serbuk buah dengan menggunakan 0, ,081 dekstrin Serbuk buah dengan menggunakan amilum 0, ,097 Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan kadar vitamin C paling rendah pada serbuk ampas stroberi menggunakan bahan pengisi amilum sebesar 0,1320% (132,097 mg vit C/100g sampel) sedangkan kadar vitamin C paling tinggi pada serbuk ampas stroberi menggunakan bahan pengisi dekstrin sebesar 0,1100% (110,081 mg vit C/100g sampel), maka bahan pengisi yang dapat mempertahankan vitamin C pada ampas stroberi yang paling baik adalah maltodekstrin karena dilihat dari vitamin C yang paling tinggi dibandingkan dengan kedua bahan pengisi lainnya. Dari semua vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksudasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau pada suhu rendah. (Winarno, 1992) Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi L-dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktivan sebagai vitamin C. Asam L-dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-

75 62 diketogulonat yang tidak memiliki keaktivan vitamin C lagi (Andarwulan dan Koswara, 1992) Penambahan dekstrin ke dalam produk dapat mengurangi kerusakan vitamin C. Fennema (1985) mengemukakan bahwa dekstrin tersusun atas unit glukosa yang dapat mengikat air, sehingga oksigen yang larut dapat dikurangi, akibatnya proses oksidasi dapat dicegah. Dekstrin memiliki sifat melindungi senyawa volatil dan senyawa yang peka terhadap panas atau oksidasi. Menurut Finotelli dan Rocha-Leao (2010) proses pengolahan dengan metode mikroenkapsulasi yang menggunakan maltodekstrin sebagai enkapsulan dapat melindungi terjadinya pelepasan komponen nutrisi, melindungi senyawasenyawa penting seperti komponen antioksidan akibat suhu ekstrim karena maltodekstrin memiliki kemampuan membentuk lapisan dan memiliki daya ikat yang kuat terhadap senyawa yang tersalut. Dinding enkapsulan seperti maltodekstrin dapat berfungsi melindungi komponen yang sensitif seperti komponen antioksidan, rasa, vitamin dan warna. Menurut Hui (1992), maltodekstrin dapat digunakan pada makanan karena memiliki sifat sifat tertentu. Sifat sifat yang dimiliki maltodekstrin antara lain maltodekstrin mengalami proses dispersi yang cepat, memiliki daya larut yang tinggi, mampu membentuk film, memiliki sifat higroskopis yang rendah, mampu membentuk body, sifat browning rendah, mampu menghambat kristalisasi dan memiliki daya ikat yang kuat.

76 63 Dispersi yang cepat pada maltodekstrin dapat memudahkan untuk menguraikan cahaya dimana vitamin C mudah rusak dengan adanya sinar atau cahaya dibandingkan dekstrin dan amilum Kadar Air Berikut hasil analisis kadar air dari berbagai bahan pengisi. Tabel 13. Hasil Analisis Kadar Air Bahan Uji Kadar Air (%) Ampas Stroberi 93 Maltodekstrin 4 Dekstrin 5 Amilum 8 Serbuk ampas stroberi menggunakan 12,9 maltodekstrin Serbuk ampas stroberi menggunakan 15 dekstrin Serbuk ampas stroberi menggunakan 13,5 amilum Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan kadar air paling tinggi dari serbuk ampas stroberi yang menggunakan bahan pengisi dekstrin sebesar 15% sedangkan kadar air paling rendah dari serbuk ampas stroberi yang menggunakan bahan pengisi maltodekstrin. Dari ketiga bahan pengisi yang digunakan, maka bahan pengisi paling baik adalah maltodekstrin karena dilihat dari kadar air paling rendah dibandingkan dengan kedua bahan pengisi lainnya. Dekstrin mempunyai kemampuan lebih kuat dalam mengikat air. Hal tersebut disebabkan karena dekstrin merupakan golongan polisakarida yang mempunyai struktur kimia yang lebih sederhana terdiri dari ikatan-ikatan 1,6 α- glukosidik dan 1,4 α-glukosidik (Xu et al., 2012).

77 64 Amilum sedikit higroskopis karena menurut ( Buleon et al.,1998 ) Pati atau amilum adalah karbohidrat yang berbentuk polisakarida berupa polimer anhidro monosakarida dengan rumus umum (C 6 H 10 O 5 )n. Maltodekstrin didefinisikan sebagai produk hidrolisis pati yang mengandung unit -D-glukosa yang sebagian besar terikat melalui ikatan 1,4α glikosidik dengan DE kurang dari 20. Rumus umum maltodekstrin adalah [(C 6 H 10 O 5 )nh 2 O)] (Kennedy et al. dalam Kearsley dan Diedzic, 1995) Maltodekstrin umumnya adalah produk dengan DE rendah dimana nilai DE yang rendah bersifat non higroskopis sehingga maltodekstrin memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan bahan pengisi lainnya. Berikut ini adalah jenis pati dan penggunaannya berdasarkan perbedaan nilai DE. Tabel 14. Jenis Pati dan Penggunaannya Berdasarkan Perbedaan Nilai DE Nama Hasil Hidrolisis Nilai DE Aplikasi penggunaanya Pati Maltodekstrin 2-5 Pengganti lemak susu didalam makanan pencuci mulut, yoghurt, produk bakery dan es krim (Strong dalam Jati, 2006) Bahan tambahan margarine (Summer dan Hessel dalam Jati, 2006) Cheese cake filling (Wilson dan Steensen, dalam Jati, 2006) Produk pangan berkalori tinggi (Vorwerg et. al., dalam Jati, 2006) Thin boiling starch >20 Kembang gula, pastelis dan jeli (Rapaille dan Oligosakarida Sekitar 50 Van Hemelrijk, dalam Jati, 2006) Pemanis (Wurzburg, dalam Jati, 2006)

78 Hasil Penelitian Utama Penelitian utama merupakan penelitian lanjutan dari penelitian pendahuluan yang diawali dengan pembuatan tablet effervescent dengan 13 formulasi yang diberikan oleh program design expert metoda d-optimal. Hasil uji fisika, kimia, dan organoleptik terhadap ke 13 formulasi effervescent ampas stroberi dapat dilihat pada tabel 15, 17, 19, 21, 23, 25, dan 27. Berdasarkan penelitian Juita (2008), sesuai dengan persyaratan resmi tablet effervescent yang baik memiliki waktu larut kurang dari 5 menit, dan ph mendekati netral (5-7). Berdasarkan United States Pharmacopea (USP) syarat kekerasan suatu tablet berkisar antara 4-9 kgf (Ansel dalam Ansar, 2010) Hasil Analisis Fisika Waktu larut formulasi. Berikut hasil analisis waktu larut yang telah dilakukan terhadap ke -13 Tabel 15. Hasil Analisis Waktu Larut dari Keseluruhan Formulasi Asam Asam Na bikarbonat Sitrat (%) Tartat (%) Formulasi Gelatin (%) Waktu larut (detik) (%) 1 2,999 16,000 13,830 33, ,647 14,988 15,365 33, ,001 16,000 15,998 33, ,992 15,097 13,000 34, ,000 13,002 16,000 33, ,924 16,000 14,126 33, ,000 15,992 14,007 35, ,000 14,002 16,000 34, ,820 13,658 14,523 35, ,000 14,264 14,888 33, ,165 15,257 15,287 34, ,992 15,097 13,000 34, ,000 15,992 14,007 35,

79 66 Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan respon waktu larut dari tablet effervescent menggunakan bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) yang diformulasikan sebagai variabel berubah. Dari ke 13 formulasi tersebut, formulasi yang memiliki waktu larut paling cepat secara berurutan adalah formulasi no 13, 8 dan 7 dimana ketiganya memiliki konsentrasi bahan pengikat (gelatin) yang paling rendah. Menurut Ansar (2009), Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi pengikat yang digunakan maka waktu yang dibutuhkan tablet effervescent untuk melarut semakin lama dan semakin besar gaya pengepresan maka akan semakin lama tablet larut dalam air. Persyaratan waktu larut kurang dari 5 menit dimana tablet hancur seluruhnya dan memiliki waktu larut ideal berkisar antara 1-2 menit. Bila effervescent tersebut terdispersi dengan baik dalam air dengan waktu 5menit, maka sediaan tersebut memenuhi persyaratan waktu larut (Anshory, dkk.,2007). Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas, yang umumnya adalah karbondioksida (CO 2 ), sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan yang mengandung asam dan senyawa karbonat. Kelarutan adalah waktu yang dibutuhkan tablet effervescent untuk hancur dan menjadi bagian yang tersuspensi. Gas karbondioksida tersebut berfungsi sebagai indikasi bahwa effervescent telah larut. Kelarutan sempurna ditandai dengan berhentinya produksi gas CO 2 di dalam air (Mohrle et al., 1989 dalam Mohandani 2009). Kelarutan sangat dipengaruhi oleh gambaran struktur seperti perbandingan gugus polar terhadap gugus non polar dan molekul. Menurut Mc Murry, J dan Fay, R, (2001) Makin panjang rantai atom karbon, makin berkurang kepolarannya,

80 67 akibatnya kelarutan di dalam air juga berkurang. Sedangkan menurut Budiman (2011), banyaknya gugus hidroksi dapat memperbesar kelarutan dalam air. Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat diurutkan kepolaran dari bahan penghancur yang digunakan berurutan yaitu asam sitrat (C 6 H 8 O 7 ), asam tartat (C 4 H 6 O 6 ), dan natrium bikarbonat (NaHCO 3 ). Tetapi menurut Ratna, (2011) asam tartat dan natrium bikarbonat merupakan bahan pembuatan baking powder yang menghasilkan CO 2 untuk mengembangkan kue. Begitu pun menurut Potter & Hotchkiss (1995) Baking powder yang digunakan dalam pembuatan kue dan sejenisnya mengandung partikel sodium bikarbonat sebagai sumber karbondioksida, dan partikel asam untuk membangkitkan karbondioksida ketika tersedia air dan panas (Potter & Hotchkiss, 1995). Dari tabel diatas formulasi no 13 memiliki waktu larut paling cepat dapat dilihat dari konsentrasi asam tartat yang lebih tinggi dibandingkan asam sitrat. Natrium bikarbonat memiliki rata rata konsentrasi paling tinggi karena dapat dilihat dari tingkat kepolarannya yang paling rendah dibandingkan kedua bahan penghancur lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat padat dalam cairan antara lain (Martin dkk, 1993): a. Intensitas Pengadukan Pada pengadukan yang rendah aliran bersifat pasif. Zat padat tidak bergerak dan kecepatan pelarutan bergantung pada bagaimana karakter zat padat tersebut menghambur dari dasar wadah. Zat padat dan larutannya tidak berpindah ke atas sistem sehingga mempunyai perbedaan konsentrasi.

81 68 b. ph (keasaman atau kebasaan) Kebanyakan obat adalah elektrolit lemah. Obat-obat ini bereaksi dengan kelompok asam dan basa kuat serta dalam jarak ph tertentu berada pada bentuk ion yang biasanya larut dalam air, sehingga jelaslah bahwa kelarutan elektrolit lemah sangat dipengaruhi oleh ph larutan. c. Suhu Kenaikan temperatur menaikkan kelarutan zat padat yang mengabsorpsi panas (proses endotermik) apabila dilarutkan. Pengaruh ini sesuai dengan asas Le Chatelier, yang mengatakan bahwa sistem cenderung menyesuaikan diri sendiri dengan cara yang sedemikian rupa sehingga akan melawan suatu tantangan misalnya kenaikan temperatur. Sebaliknya jika proses pelarutan eksoterm yaitu jika panas dilepaskan, temperatur larutan dan wadah terasa hangat bila disentuh. Kelarutan dalam hal ini akan turun dengan naiknya temperatur. Zat padat umumnya termasuk dalam kelompok senyawa yang menyerap panas apabila dilarutkan. d. Komposisi cairan pelarut Seringkali zat pelarut lebih larut dalam campuran pelarut daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut bersama (kosolvensi) dan kombinasi pelarut menaikkan kelarutan dari zat terlarut disebut kosolven. e. Ukuran partikel Ukuran dan bentuk partikel juga berpengaruh terhadap ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel semakin besar kelarutan suatu bahan obat. f. Pengaruh surfaktan

82 69 Jika digunakan surfaktan dalam formulasi obat, maka kecepatan pelarutan obat tergantung jumlah dan jenis surfaktan yang digunakan. Pada umumnya dengan adanya penambahan surfaktan dalam suatu formula akan menambah kecepatan pelarutan bahan obatnya. g. Pembentukan kompleks Gaya antar molekuler yang terlibat dalam pembentukan kompleks adalah gaya van der waals dari dispersi, dipolar dan tipe dipolar diinduksi. Ikatan hidrogen memberikan gaya yang bermakna dalam beberapa kompleks molekuler dan kovalen koordinat penting dalam beberapa kompleks logam. Pembentukan kompleks sering dikaitkan dengan suatu perubahan sifat yang lebih penting dari bahan obat, seperti ketetapan, daya resorpsinya dan tersatukannya, sehingga dalam setiap kasus diperlukan suatu pengujian yang cermat dan cocok. Pembentukan kompleks sekarang banyak dijumpai pengunaannya untuk perbaikan kelarutan, akan tetapi dalam kasus lain juga dapat menyebabkan suatu perlambatan kelarutan. h. Tekanan Pada umumnya perubahan volume larutan yang dikarenakan perubahan tekanan kecil, sehingga diperlukan tekanan yang sangat besar untuk dapat mengubah kelarutan suatu zat. Waktu larut tablet effervescent juga disebabkan oleh kandungan asam dan basa yang terdapat didalamnya. Di dalam formulasi tablet effervescent, sumber asam adalah asam sitrat, sedangkan sumber basa adalah natrium bikarbonat. Ketika tablet effervescent dilarutkan, terjadi reaksi antara sumber asam dan basa

83 70 yang sangat cepat. Reaksi inilah yang mempercepat proses pelarutan tablet effervescent di dalam air dan menjadi bagian yang tersuspensi. Seperti diungkapkan oleh Massimo dkk. (2000) bahwa asam adalah zat yang mengandung hidrogen dan jika dilarutkan ke dalam air akan terurai menjadi ion hidroksida dan ion logam. Pendapat yang sama juga telah dijelaskan oleh Catcllani dkk. (2004) bahwa reaksi asam dan basa akan menghasilkan reaksi yang sangat cepat. Menurut Ansar, (2010) Mekanisme proses kelarutan tablet effervescent sari buah dalam air mineral dapat dikemukakan dengan 3 tahapan, yaitu : - Pertama, pada awal pencelupan, tablet diselimuti oleh lapisan air yang akan terserap ke dalam tablet. - Kedua, setelah air terabsorpsi ke dalam tablet, ikatan antar butiran lepas yang mengakibatkan terbentuknya butiran-butiran kecil di dalam air. Pelepasan ikatan antar butiran mengeluarkan energi yang cukup besar yang ditandai dengan terjadinya pembentukan gelembung-gelembung udara yang berlanjut dengan terbentuknya gas CO 2 di dalam air. - Ketiga, terjadi perubahan bentuk dari butiran-butiran kecil menjadi butiranbutiran halus yang secara kasat mata tidak dapat diindera lagi. Pada tahapan ini gelembung-gelembung udara juga sudah tidak tampak lagi, hal ini menunjukkan bahwa antara zat terlarut (tablet effervescent sari buah) dengan pelarut (air mineral) berada dalam kondisi kesetimbangan. Adapun tabel ANAVA berikut ini yang menunjukan hasil secara statistik

84 71 Tabel 16. Hasil Statistik ANAVA terhadap Respon Waktu Larut Sum of Mean F p-value Source Squares df Square Value Prob > F Model 4.588E significant Linear Mixture 3.623E E AB AC AD BC BD E CD Residual Lack of Fit not significant Pure Error Cor Total 4.609E (Sumber : Program Design Expert Metoda D-Optimal) Dari tabel ANAVA tersebut menunjukan bahwa ke-13 formulasi secara statistik berpengaruh terhadap atribut yang ditunjukan dengan significant (signifikan) pada model polinomial dan non significant (tidak signifikan) pada Lack of fit. Lack of fit berfungsi membandingkan antara nilai sebenarnya dan perkiraan dari ulangan sehingga dihasilkan kesalahan yang relatif lebih kecil atau relatif kecil. Lack of fit merupakan karakteristik yang tidak diingikan untuk model, sehingga hasil yang diinginkan dari lack of fit adalah tidak signifikan sedangkan ). Model adalah hal yang diinginkan untuk menunjukkan kecocokan antara respon dan perlakuan, hal ini ditunjukkan oleh Model P-value yang kurang dari 0,05 maka bersifat significant dan model P-value diantara 0,05-0,10 bersifat non significan. Selain itu, berdasarkan Probabilitas > F menerangkan bahwa jika Prob > F sangat kecil (kurang dari 0,05) maka istilah individu dalam model memiliki pengaruh yang signifikan pada respon, begitupun sebaliknyat

85 72 Gambar 12. Grafik formulasi optimal berdasarkan respon waktu larut dapat dilihat pada Gambar 12. Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Waktu Larut Grafik diatas menunjukkan prediksi respon waktu larut yang diinginkan berdasarkan persyaratan resmi sehingga dihasilkan masing masing konsentrasi dari variabel berubah. Grafik tersebut diperoleh dari hasil analisis respon waktu larut ke 13 formulasi kemudian ditransformasikan sehingga terdapat batas bawah (209 detik) berwarna biru hingga batas atas (730 detik) berwarna merah lalu pada grafik diprediksikan dengan klik kanan add flag disesuaikan dengan persyaratan yang ada sehingga akan muncul konsentrasi yang sesuai ditandai dengan X1, X2, X3. Persyaratan waktu larut kurang dari 5 menit dimana tablet hancur seluruhnya dan memiliki waktu larut ideal berkisar antara 1-2 menit. Bila

86 73 effervescent tersebut terdispersi dengan baik dalam air dengan waktu 5menit, maka sediaan tersebut memenuhi persyaratan waktu larut (Anshory, dkk.,2007). Prediksi yang dilakukan mendekati waktu larut terendah dari ke-13 formulasinya yaitu detik. Formulasi tersebut yaitu gelatin ; asam sitrat %; asam tartat %, natrium bikarbonat 34,20 yang keseluruhan berjumlah 66% dan sisanya yang merupakan variabel tetap yaitu ampas stroberi 10%; pemanis stevia 3%; bahan pengisi 20,7% dan pewarna sintetis 0,3% Kekerasan formulasi. Berikut hasil analisis kekerasan yang telah dilakukan terhadap ke -13 Tabel 17. Hasil Analisis Uji Kekerasan terhadap Keseluruhan Formulasi Formulasi Gelatin (%) Asam Sitrat (%) Asam Tartat (%) Na bikarbonat (%) Kekerasan (kgf) 1 2,999 16,000 13,830 33,171 5,49 2 2,647 14,988 15,365 33,000 6,29 3 1,001 16,000 15,998 33,001 7,07 4 2,992 15,097 13,000 34,911 2,38 5 3,000 13,002 16,000 33,999 2,29 6 1,924 16,000 14,126 33,951 2,62 7 1,000 15,992 14,007 35,000 4,74 8 1,000 14,002 16,000 34,998 4,77 9 2,820 13,658 14,523 35,000 2, ,000 14,264 14,888 33,848 4, ,165 15,257 15,287 34,292 4, ,992 15,097 13,000 34,911 1, ,000 15,992 14,007 35, Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan respon kekerasan dari tablet effervescent menggunakan bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam

87 74 sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) yang diformulasikan sebagai variabel berubah. Berdasarkan United States Pharmacopea (USP) syarat kekerasan suatu tablet berkisar antara 4-9 kgf (Ansel dalam Ansar, 2010). Dilihat dari tabel diatas, hampir semua formulasi memenuhi syarat kekerasan tablet kecuali formulasi 12, 9, 5, 4 dan 6, padahal kelima formulasi tersebut umumnya memiliki konsentrasi gelatin yang cukup tinggi dimana gelatin sendiri dalam hal ini berperan sebagai bahan pengikat. Kekerasan tablet merupakan salah satu parameter mutu yang menggambarkan ketahanan tablet terhadap gangguan mekanis. Kekerasan tablet diukur secara mekanis digunakan sebagai parameter kualitas fisik tablet untuk mengetahui kekompakan tablet setelah pencetakan. Tablet yang kompak diperkirakan mampu bertahan selama proses pendistribusian dan penyimpanan (Ansar, 2009). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain gaya tekan dan waktu yang digunakan pada saat pengepresan, sifat-sifat bahan baku, dan jenis bahan perekat yang digunakan. Kekerasan tablet pada umumnya dihubungkan dengan jenis dan tujuan penggunaannya (Ansar et al., 2009). Gelatin mempunyai titik leleh 35 C, di bawah suhu tubuh manusia. Titik leleh inilah yang membuat produk gelatin mempunyai karakteristik yang unik bila dibandingkan dengan bahan pembentuk gel lainnya seperti pati, alginat, pektin, agar-agar dan karaginan yang merupakan senyawa karbohidrat (Gomez dan

88 75 Montero, 2001). Gelatin dapat mengembang dan menyerap air 5-10 kali bobot asalnya (Raharja, 2004). Dengan kekuatan penyerapan air dari gelatin sendiri yang bisa menyerap air 5-10 kali bobot asalnya maka penyerapan air yang tinggi tersebut dapat mempengaruhi kekerasan produk pada beberapa kondisi tertentu. Selain itu salah satu sifat fisik gelatin yang menentukan mutu gelatin adalah kemampuannya untuk membentuk gel yang disebut kekuatan gel atau memberi kekuatan pada bahan pangan. Kekuatan gel dipengaruhi oleh ph, adanya komponen elektrolit dan non elektrolit serta bahan tambahan lainnya. Sifat fisik lainnya adalah titik pembuatan gel, warna, kapasitas emulsi dan stabilitas emulsi. Ditambahkan oleh Poppe (1992) sifat fisik penting lainnya adalah viskositas. Viskositas terutama dipengaruhi oleh interaksi hidrodinamik antar molekul gelatin, selain dipengaruhi suhu, ph dan konsentrasi. Adapun tabel ANAVA berikut ini yang menunjukan hasil secara statistik Tabel 18. Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon Kekerasan Sum of Mean F p-value Source Squares df Square Value Prob > F Model significant Linear Mixture AB AC AD BC BD CD Residual Lack of Fit not significant Pure Error Cor Total (Sumber : Program Design Expert Metoda D-Optimal)

89 76 Dari tabel ANAVA tersebut menunjukan bahwa ke-13 formulasi secara statistik berpengaruh terhadap atribut yang ditunjukan dengan significant (signifikan) pada model polinomial dan non significant (tidak signifikan) pada Lack of fit. Grafik formulasi optimal berdasarkan respon kekerasan dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Kekerasan Grafik diatas menunjukkan prediksi respon kekerasan yang diinginkan berdasarkan persyaratan resmi sehingga dihasilkan masing masing konsentrasi dari variabel berubah. Grafik tersebut diperoleh dari hasil analisis respon kekerasan ke 13 formulasi kemudian ditransformasikan sehingga terdapat batas bawah (1,95 kgf) berwarna biru hingga batas atas (7,07 kgf) berwarna merah lalu pada grafik diprediksikan dengan klik kanan add flag disesuaikan dengan

90 77 persyaratan yang ada sehingga akan muncul konsentrasi yang sesuai ditandai dengan X1, X2, X3. Berdasarkan United States Pharmacopea (USP) syarat kekerasan suatu tablet berkisar antara 4-9 kgf (Ansel dalam Ansar, 2010). Prediksi yang dilakukan berada pada rentang persyaratan resmi yaitu diantara 4 9 kgf dari ke-13 formulasinya. Formulasi tersebut yaitu gelatin 1,13295%; asam sitrat 15,3778 %; asam tartat 15,2892%, dan natrium bikarbonat 34,20 yang keseluruhan berjumlah 66% dan sisanya yang merupakan variabel tetap yaitu ampas stroberi 10%; pemanis stevia 3%; bahan pengisi 20,7% dan pewarna sintetis 0,3% Hasil Analisis Kimia ph Berikut hasil analisis uji ph yang telah dilakukan terhadap ke 13 formulasi effervescent ampas stroberi. Tabel 19. Hasil Analisis Uji ph terhadap Keseluruhan Formulasi Formulasi Gelatin (%) Asam Sitrat (%) Asam Tartat (%) Na bikarbonat (%) ph 1 2,999 16,000 13,830 33, ,647 14,988 15,365 33, ,001 16,000 15,998 33, ,992 15,097 13,000 34, ,000 13,002 16,000 33, ,924 16,000 14,126 33, ,000 15,992 14,007 35, ,000 14,002 16,000 34, ,820 13,658 14,523 35, ,000 14,264 14,888 33, ,165 15,257 15,287 34, ,992 15,097 13,000 34, ,000 15,992 14,007 35,

91 78 Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan respon ph dari tablet effervescent menggunakan bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) yang diformulasikan sebagai variabel berubah. Uji ph perlu dilakukan karena jika larutan effervescent yang terbentuk terlalu asam dapat mengiritasi lambung sedangkan jika terlalu basa menimbulkan rasa pahit dan tidak enak (Rahmah dalam Juita, 2008). Selain itu Menurut Lestari (2010) effervescent memiliki kelarutan yang baik pada ph antara 5-7 karena effervescent tidak stabil pada ph > 8. sedangkan Menurut Estiasih dan Ahmadi, (2009) syarat mutu effervescent < 6. ph effervescent harus bersifat asam karena natrium bikarbonat membutuhkan pereaksi bersifat asam. Dengan adanya ion hydrogen yang disediakan oleh pengembang asam tersebut, natrium bikarbonat bereaksi melepaskan karbondioksida. Keseluruhan ph dari 13 formulasi tersebut memenuhi syarat yaitu memiliki rentang ph 5-7 karena keseimbangan ph asam dan basa yang sesuai antara masing masing formulasi, hasil analisis diatas menunjukan hasil yang tidak terlalu signifikan diantara setiap formulasinya tetapi nilai tertinggi ada pada formulasi no 12 karena konsentrasi natrium bikarbonat yang cukup tinggi dimana phnya sendiri bersifat basa dan cukup tingginya konsentrasi gelatin yang cenderung netral serta diimbangi dengan konsentrasi asam sitrat dan asam tartat yang sesuai. Keseimbangan asam basa jaringan tubuh dan darah manusia harus berada pada ph 7,3 7,5 artinya kondisi tubuh bersifat agak basa atau alkalin, agar tetap sehat dan berfungsi optimal. Di atas ph 7,8 atau di bawah ph 6,8 akan

92 79 menimbulkan gangguan metabolisme, yang pada akhirnya juga gangguan pada kesehatan (Misbah, 2014). Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+, sedangkan basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH. Jadi pembawa sifat asam adalah ion H+, sedangkan pembawa sifat basa adalah ion OH. Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ, yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut. HxZ xh + + Z x- Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+ disebut ion sisa asam. Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai sebagai berikut. M(OH)x M x+ + xoh Jumlah ion OH yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. (Yasin. 2010)

93 80 Adapun tabel ANAVA berikut ini yang menunjukan hasil secara statistik Tabel 20. Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon ph Sum of Mean F p-value Source Squares df Square Value Prob > F Model not significant Linear Mixture Residual Lack of Fit not significant Pure Error Cor Total (Sumber : Program Design Expert Metoda D-Optimal) Dari tabel ANAVA tersebut menunjukan bahwa ke-13 formulasi secara statistik tidak berpengaruh terhadap atribut aroma yang ditunjukan dengan hasil non significant (tidak signifikan) pada model polinomial dan Lack of fit pula menunjukkan hasil non significant (tidak signifikan). Grafik penentuan formulasi optimal berdasarkan respon ph dapat dilihat pada Gambar 14

94 81 Gambar 14. Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon ph Grafik diatas menunjukkan prediksi respon ph yang diinginkan berdasarkan persyaratan resmi sehingga dihasilkan masing masing konsentrasi dari variabel berubah. Grafik tersebut diperoleh dari hasil analisis respon ph ke 13 formulasi kemudian ditransformasikan sehingga terdapat batas bawah (5,3) berwarna biru hingga batas atas (6,2) berwarna merah, lalu pada grafik diprediksikan dengan klik kanan add flag disesuaikan dengan persyaratan yang ada sehingga akan muncul konsentrasi yang sesuai ditandai dengan X1, X2, X3. Menurut Rahmah dalam Juita (2008), hasil pengukuran dikatakan baik bila ph larutan effervescent mendekati netral. Sedangkan Menurut Estiasih dan Ahmadi, (2009) syarat mutu effervescent < 6. Prediksi yang dilakukan terhadap ph yaitu mendekati netral tetapi masih dalam rentang aam yang cukup. Formulasi tersebut yaitu gelatin 1,99409%; asam sitrat 13,9436 %; asam tartat 15,8623%, dan natrium bikarbonat 34,20 yang

95 82 keseluruhan berjumlah 66% dan sisanya yang merupakan variabel tetap yaitu ampas stroberi 10%; pemanis stevia 3%; bahan pengisi 20,7% dan pewarna sintetis 0,3% Kadar Vitamin C Tabel 21. Hasil Analisis Kadar Vitamin C terhadap Keseluruhan Formulasi Formulasi Gelatin (%) Asam Sitrat (%) Asam Tartat (%) Na bikarbonat (%) Vitamin C (%) 1 2,999 16,000 13,830 33, ,647 14,988 15,365 33, ,001 16,000 15,998 33, ,992 15,097 13,000 34, ,000 13,002 16,000 33, ,924 16,000 14,126 33, ,000 15,992 14,007 35, ,000 14,002 16,000 34, ,820 13,658 14,523 35, ,000 14,264 14,888 33, ,165 15,257 15,287 34, ,992 15,097 13,000 34, ,000 15,992 14,007 35, Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan respon vitamin C dari tablet effervescent menggunakan bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) yang diformulasikan sebagai variabel berubah. Kadar vitamin C yang diharapkan pada effervescent ini adalah kadar vitamin C yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis diatas vitamin C yang diperoleh dari ke -13 formulasi tidak begitu jauh, hal ini disebabkan karena kadar vitamin C dari serbuk ampas stroberi sendiri dengan kadar vitamin C 0,1585%, dijadikan sebagai variable tetap dalam formulasi effervescent ampas stroberi ini.

96 83 Asam askorbat bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, oksigen, enzim, kadar air, dan katalisator logam. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi L- dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktivan sebagai vitamin C. Asam L- dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi (Andarwulan dan Koswara, dalam Aisyah., dkk, 2014 ). Reaksi oksidasi vitamin C dapat dilihat pada Gambar di bawah ini (Winarno dan Aman, dalam Chandra, 2013): Asam askorbat Asam DehidroAskorbat Asam diketogulonat Asam Oksalat Gambar 15. Reaksi Oksidasi Vitamin C Adapun tabel ANAVA berikut ini yang menunjukan hasil secara statistik Tabel 22. Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon Vitamin C Sum of Mean F p-value Source Squares df Square Value Prob > F Model 2.364E E not significant Linear Mixture 2.364E E Residual 8.713E E-005 Lack of Fit 2.213E E not significant Pure Error 6.500E E-004 Cor Total 1.108E (Sumber : Program Design Expert Metoda D-Optimal)

97 84 Dari tabel ANAVA tersebut menunjukan bahwa ke-13 formulasi secara statistik tidak berpengaruh terhadap atribut aroma yang ditunjukan dengan hasil non significant (tidak signifikan) pada model polinomial dan Lack of fit pula menunjukkan hasil non significant (tidak signifikan). Grafik formulasi optimal berdasarkan respon kadar vitamin c dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16. Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Kadar Vitamin C Grafik diatas menunjukkan prediksi respon kadar vitamin C yang diinginkan berdasarkan persyaratan resmi sehingga dihasilkan masing masing konsentrasi dari variabel berubah. Grafik tersebut diperoleh dari hasil analisis respon kadar vitamin C ke 13 formulasi kemudian ditransformasikan sehingga terdapat batas bawah (0,10%) berwarna biru hingga batas atas (0,13%) berwarna merah lalu pada grafik diprediksikan dengan klik kanan add flag disesuaikan dengan

98 85 persyaratan yang ada sehingga akan muncul konsentrasi yang sesuai ditandai dengan X1, X2, X3. Prediksi yang dilakukan mendekati kadar vitamin c tertinggi dari ke-13 formulasinya. Formulasi tersebut yaitu gelatin 2,95818%; asam sitrat 15,8009 %; asam tartat 13,0409 %, natrium bikarbonat 34,20 yang keseluruhan berjumlah 66% dan sisanya yang merupakan variabel tetap yaitu ampas stroberi 10%; pemanis stevia 3%; bahan pengisi 20,7% dan pewarna sintetis 0,3% Hasil Uji Organoleptik Atribut Warna Berikut hasil analisis uji hedonik atribut warna yang telah dilakukan terhadap ke 13 formulasi effervescent ampas stroberi. Tabel 23. Hasil Analisis Uji Hedonik Atribut Warna terhadap Keseluruhan Formulasi Formulasi Gelatin (%) Asam Sitrat (%) Asam Tartat (%) Na bikarbonat (%) Warna 1 2,999 16,000 13,830 33, ,647 14,988 15,365 33, ,001 16,000 15,998 33, ,992 15,097 13,000 34, ,000 13,002 16,000 33, ,924 16,000 14,126 33, ,000 15,992 14,007 35, ,000 14,002 16,000 34, ,820 13,658 14,523 35, ,000 14,264 14,888 33, ,165 15,257 15,287 34, ,992 15,097 13,000 34, ,000 15,992 14,007 35,000 4 Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan respon organoleptik uji hedonik atribut warna dari tablet effervescent menggunakan bahan pengikat (gelatin) dan

99 86 bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) yang diformulasikan sebagai variabel berubah dimana dari keseluruhan formulasi diperoleh nilai tertinggi ada pada formulasi nomor 7, karena mempunyai konsentrasi natrium bikarbonat paling tinggi. Menurut Imanuela (2012) ada pengaruh penambahan natrium bikarbonat terhadap warna karena ketika natrium bikarbonat larut didalam air, soda yang dihasilkan memberikan efek lebih jernih. Walaupun pada formulasi no 13 mempunyai konsentrasi tiap bahannya yang sama dengan formulasi no 17 tetapi menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh psikologik yang dapat mengganggu kepekaan seorang panelis yaitu yang dapat mempengaruhi konsentrasi atau yang membuat orang tidak dapat santai. Hal-hal ini meliputi keadaan tertekan, frustasi, terlalu sedih, gembira yang melonjak-lonjak, terburu-buru, dan tekanan jiwa (stress) (Soekarto, 1985). Penilaian warna digunakan dalam pengujian organoleptik karena warna mempunyai peranan penting terhadap tingkat penerimaan produk secara visual (Syamsul, 2014)

100 87 Adapun tabel ANAVA berikut ini yang menunjukan hasil secara statistik Tabel 24. Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon Organoleptik Atribut Warna Sum of Mean F p-value Source Squares df Square Value Prob > F Model not significant Linear Mixture Residual Lack of Fit not significant Pure Error Cor Total (Sumber : Program Design Expert Metoda D-Optimal) Dari tabel ANAVA tersebut menunjukan bahwa ke-13 formulasi secara statistik berpengaruh terhadap atribut yang ditunjukan dengan hasil yang kosong pada model polinomial dan non significant (tidak signifikan) pada Lack of fit. Lack of fit berfungsi membandingkan antara nilai sebenarnya dan perkiraan dari ulangan sehingga dihasilkan kesalahan yang relatif lebih kecil atau relatif kecil. Lack of fit merupakan karakteristik yang tidak diingikan untuk model, sehingga hasil yang diinginkan dari lack of fit adalah tidak signifikan sedangkan ). Model adalah hal yang diinginkan untuk menunjukkan kecocokan antara respon dan perlakuan, hal ini ditunjukkan oleh Model P-value yang kurang dari 0,05 maka bersifat significant dan model P-value diantara 0,05-0,10 bersifat non significant. Grafik penentuan formulasi optimal berdasarkan respon organoleptik atribut warna dapat dilihat pada Gambar 17

101 88 Gambar 17. Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Organoleptik Atribut Warna Grafik diatas menunjukkan prediksi respon organoleptik pada atribut warna yang diinginkan dimana angka yang paling tinggi adalah nilai yang menunjukkan kesukaan yang tinggi. Grafik tersebut diperoleh dari hasil analisis respon organoleptik atribut warna ke 13 formulasi kemudian ditransformasikan sehingga terdapat batas bawah (3,8) berwarna biru hingga batas atas (4,4) berwarna merah lalu pada grafik diprediksikan dengan klik kanan add flag disesuaikan dengan persyaratan yang ada sehingga akan muncul konsentrasi yang sesuai ditandai dengan X1, X2, X3. Warna grafik yang didominasi warna hijau hingga sedikit biru dan sama sekali tidak terlihat warna merah menunjukkan bahwa sangat sedikit sekali nilai kesukaan yang sangat tinggi pada atribut warna ini. Prediksi yang dilakukan mendekati nilai 6 sebagai tingkat kesukaan yang tertinggi dari ke-13 formulasinya. Formulasi tersebut yaitu gelatin 2,71682%; asam sitrat 16,0041 %; asam tartat 13,0791%, natrium bikarbonat 34,20 yang

102 89 keseluruhan berjumlah 66% dan sisanya yang merupakan variabel tetap yaitu ampas stroberi 10%; pemanis stevia 3%; bahan pengisi 20,7% dan pewarna sintetis 0,3% Atribut Aroma Berikut hasil analisis uji hedonik atribut aroma yang telah dilakukan terhadap ke 13 formulasi effervescent ampas stroberi. Tabel 25. Hasil Analisis Uji Hedonik Atribut Aroma terhadap Keseluruhan Formulasi Formulasi Gelatin (%) Asam Sitrat (%) Asam Tartat (%) Na bikarbonat (%) Aroma 1 2,999 16,000 13,830 33, ,647 14,988 15,365 33, ,001 16,000 15,998 33, ,992 15,097 13,000 34, ,000 13,002 16,000 33, ,924 16,000 14,126 33, ,000 15,992 14,007 35, ,000 14,002 16,000 34, ,820 13,658 14,523 35, ,000 14,264 14,888 33, ,165 15,257 15,287 34, ,992 15,097 13,000 34, ,000 15,992 14,007 35, Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan respon organoleptik uji hedonik atribut aroma dari tablet effervescent menggunakan bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) yang diformulasikan sebagai variabel berubah dimana keseluruhan formulasi tidak menunjukan perbedaan yang terlalu jauh karena ampas stroberi sendiri hanya 30% dari buah stroberi utuh sehingga aroma yang dihasilkan pun hanya sebagian kecil yang diperoleh selain itu banyaknya bahan baku lain yang digunakan sehingga

103 90 dapat menutupi aroma stroberi dari effervescent ampas stroberi ini. Tetapi nilai tertinggi ada pada formulasi no 11, 13. Pada formulasi no 13, nilai aroma paling tinggi disebabkan konsentrasi natrium bikarbonat yang cukup tinggi sehingga ketika dilarutkan dalam air efek sparkle yang timbul memberikan aroma soda yang khas. Sedangkan pada formulasi no 11, nilai aroma paling tinggi disebabkan oleh keseimbangan asam sitrat dan asam tartat yang ketika larut dalam air dapat memberikan aroma khas tertentu. Aroma dari suatu bahan makanan atau minuman biasanya menentukan kelezatan dari makanan atau minuman tersebut, pada umumnya makanan atau minuman yang dapat diterima oleh hidung dan otak lebih merupakan berbagai ramuan atau campuran empat macam bau utama yaitu, harum, asam, tengik, dan hangus (Winarno, 2004). Adapun tabel ANAVA berikut ini yang menunjukan hasil secara statistik Tabel 26. Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon Organoleptik Atribut Aroma Sum of Mean F p-value Source Squares df Square Value Prob > F Model not significant Linear Mixture AB AC AD BC BD CD Residual E-003 Lack of Fit 3.455E E E not significant Pure Error E-004 Cor Total (Sumber : Program Design Expert Metoda D-Optimal)

104 91 Dari tabel ANAVA tersebut menunjukan bahwa ke-13 formulasi secara statistik tidak berpengaruh terhadap atribut aroma yang ditunjukan dengan hasil non significant (tidak signifikan) pada model polinomial dan Lack of fit pula menunjukkan hasil non significant (tidak signifikan). Grafik penentuan formulasi optimal berdasarkan respon organoleptik atribut aroma dapat dilihat pada Gambar 18 Gambar 18. Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Organoleptik Atribut Aroma Grafik diatas menunjukkan prediksi respon organoleptik pada atribut aroma yang diinginkan dimana angka yang paling tinggi adalah nilai yang menunjukkan kesukaan yang tinggi. Grafik tersebut diperoleh dari hasil analisis respon organoleptik atribut aroma ke 13 formulasi kemudian ditransformasikan sehingga terdapat batas bawah (3,3) berwarna biru hingga batas atas (3,9) berwarna merah lalu pada grafik diprediksikan dengan klik kanan add flag disesuaikan dengan

105 92 persyaratan yang ada sehingga akan muncul konsentrasi yang sesuai ditandai dengan X1, X2, X3. Prediksi yang dilakukan mendekati nilai 6 sebagai tingkat kesukaan yang tertinggi dari ke-13 formulasinya. Formulasi tersebut yaitu gelatin 1,54614 %; asam sitrat 15,4651 %; asam tartat 14,7888%, natrium bikarbonat 34,20 yang keseluruhan berjumlah 66% dan sisanya yang merupakan variabel tetap yaitu ampas stroberi 10%; pemanis stevia 3%; bahan pengisi 20,7% dan pewarna sintetis 0,3% Atribut Rasa Berikut hasil analisis uji hedonik atribut aroma yang telah dilakukan terhadap ke 13 formulasi effervescent ampas stroberi. Tabel 27. Hasil Analisis Uji Hedonik Atribut Rasa terhadap Keseluruhan Formulasi Formulasi Gelatin (%) Asam Sitrat (%) Asam Tartat (%) Na bikarbonat (%) Rasa 1 2,999 16,000 13,830 33, ,647 14,988 15,365 33, ,001 16,000 15,998 33, ,992 15,097 13,000 34, ,000 13,002 16,000 33, ,924 16,000 14,126 33, ,000 15,992 14,007 35, ,000 14,002 16,000 34, ,820 13,658 14,523 35, ,000 14,264 14,888 33, ,165 15,257 15,287 34, ,992 15,097 13,000 34, ,000 15,992 14,007 35, Berdasarkan tabel diatas ditunjukkan respon organoleptik uji hedonik atribut rasa dari tablet effervescent menggunakan bahan pengikat (gelatin) dan

106 93 bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) yang diformulasikan sebagai variabel berubah dimana keseluruhan formulasi tidak menunjukan perbedaan yang cukup jauh karena pemanis yang digunakan yaitu gula stevia ditetapkan sebagai variabel tetap yang tidak akan memberikan pengaruh yang cukup besar. Tetapi pada formulasi 7 dan 13 menunjukkan nilai tertinggi karena adanya asam sitrat yang memiliki konsentrasi lebih tinggi dari asam tartat dan rentang perbedaan dengan konsentrasi asam tartat tidak terlalu jauh serta tingginya konsentrasi natrium bikarbonat sehingga memberikan rasa khas seperti soda. Asam sitrat yang tinggi memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Menurut Puspita, dkk..(2013) Asam sitrat memiliki ph 0,6 yang berarti derajat keasamannya tinggi. Rasa merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keputusan akhir konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk pangan (Syamsul, 2014). Rasa seperti soda merupakan ciri khas dari effervescent yang dilarutkan dalam air karena adanya asam bereaksi dengan karbonat untuk membentuk CO 2 (Limyati, 2009).

107 94 Adapun tabel ANAVA berikut ini yang menunjukan hasil secara statistik Tabel 28. Hasil Statistik ANAVA Terhadap Respon Organoleptik Atribut Rasa Sum of Mean F p-value Source Squares df Square Value Prob > F Model not significant Linear Mixture E AB 1.411E E AC 1.693E E AD 1.623E E BC 8.919E E BD 7.811E E CD Residual E-003 Lack of Fit 2.554E E not significant Pure Error E-003 Cor Total (Sumber : Program Design Expert Metoda D-Optimal) Dari tabel ANAVA tersebut menunjukan bahwa ke-13 formulasi secara statistik tidak berpengaruh terhadap atribut aroma yang ditunjukan dengan hasil non significant (tidak signifikan) pada model polinomial dan Lack of fit pula menunjukkan hasil non significant (tidak signifikan). Grafik penentuan formulasi optimal berdasarkan respon organoleptik atribut rasa dapat dilihat pada Gambar 19.

108 95 Gambar 19. Grafik Formulasi Optimal Berdasarkan Respon Organoleptik Atribut Rasa Grafik diatas menunjukkan prediksi respon organoleptik pada atribut rasa yang diinginkan dimana angka yang paling tinggi adalah nilai yang menunjukkan kesukaan yang tinggi. Grafik tersebut diperoleh dari hasil analisis respon organoleptik atribut rasa ke 13 formulasi kemudian ditransformasikan sehingga terdapat batas bawah (3,3) berwarna biru hingga batas atas (3,7) berwarna merah lalu pada grafik diprediksikan dengan klik kanan add flag disesuaikan dengan persyaratan yang ada sehingga akan muncul konsentrasi yang sesuai ditandai dengan X1, X2, X3. Prediksi dilakukan mendekati nilai 6 sebagai tingkat kesukaan yang tertinggi dari ke-13 formulasinya. Formulasi tersebut yaitu gelatin %; asam sitrat 15,9833 %; asam tartat 14,3851%, natrium bikarbonat 34,20 yang

109 96 keseluruhan berjumlah 66% dan sisanya yang merupakan variabel tetap yaitu ampas stroberi 10%; pemanis stevia 3%; bahan pengisi 20,7% dan pewarna sintetis 0,3% Analisis Antar Respon ph dan Kekerasan Kekerasan 8 ph dan Kekerasan Gambar 20. Kurva Kekerasan Effervescent Pada Setiap ph Yang Berbeda Berdasarkan kurva diatas, dapat dilihat bentuk kurva yang tidak linear menunjukkan bahwa ph tidak berkaitan erat dengan kekerasan tablet, hal ini ph Kekerasan (kgf) disebabkan menurut Ansel et. al (2009), kekerasan tablet dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain gaya tekan dan waktu yang digunakan pada saat pengepresan, sifat-sifat bahan baku, dan jenis bahan perekat yang digunakan. Bahan perekat atau pengikat yang digunakan pada sediaan tablet effervescent ini adalah gelatin. Salah satu sifat fisik gelatin yang menentukan mutu gelatin adalah kemampuannya untuk membentuk gel yang disebut kekuatan gel atau memberi kekuatan pada bahan pangan. Kekuatan gel dipengaruhi oleh

110 97 ph, adanya komponen elektrolit dan non elektrolit serta bahan tambahan lainnya. Sifat fisik lainnya adalah titik pembuatan gel, warna, kapasitas emulsi dan stabilitas emulsi. Ditambahkan oleh Poppe (1992) sifat fisik penting lainnya adalah viskositas. Viskositas terutama dipengaruhi oleh interaksi hidrodinamik antar molekul gelatin, selain dipengaruhi suhu, ph dan konsentrasi ph dan Waktu larut Waktu larut 800 ph dan Waktu larut Waktu larut (detik) ph Gambar 21. Kurva Waktu Larut Effervescent Pada Setiap ph Yang Berbeda Berdasarkan kurva diatas, dapat dilihat bentuk dipengaruhi kurva yang tidak linear menunjukkan bahwa ph tidak berkaitan erat dengan waktu larut tablet. Karena kelarutan tablet effervescent tidak hanya oleh ph. Adapun faktor faktor lain yang mempengaruhi kelarutan diantaranya: (Martin dkk, 1993) a. Intensitas Pengadukan b. ph (keasaman atau kebasaan) c. Suhu d. Komposisi cairan pelarut

111 98 e. Ukuran partikel f. Pengaruh surfaktan g. Pembentukan kompleks h. Tekanan ph dan Vitamin C Vit. C 0.14 ph dan Vitamin C Vitamin C Gambar 22. Kurva Vitamin C Effervescent Pada Setiap ph Yang Berbeda ph Berdasarkan kurva diatas, dapat dilihat bentuk kurva yang relatif cukup linear dibandingan dengan kurva kurva lain sehingga ada kaitan yang cukup erat antara ph dan vitamin C. Hal ini dikarenakan ph mempengaruhi aktivitas antioksidan, nilai ph berbanding lurus dengan aktivitas antioksidan. Menurut Andarwulan (2003), meningkatnya ph maka konsentrasi ion hidrogen dalam sampel menurun, sehingga terjadi pelepasan ion hidrogen oleh senyawa fenolik (antioksidan) pada sampel, dimana makin meningkatnya ph maka aktivitas antioksidan makin meningkat.

112 Kekerasan dan Waktu Larut Waktu larut 800 Kekerasan dan Waktu Larut Waktu larut Gambar 23. Kurva Waktu Larut Effervescent Pada Setiap Kekerasan Yang Berbeda Berdasarkan kurva diatas, dapat dilihat bentuk kurva yang tidak linear menunjukkan bahwa kekerasan tidak berkaitan erat dengan waktu larut tablet. Walaupun menurut Ansar (2010), tekstur tablet yang tinggi (keras)akan menyebabkan tablet tenggelam terlebih dahulu kemudian naik kepermukaan, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk larut semakin lama. Sedangkan tablet yang rapuh, akan langsung larut dan pecah di permukaan air, sehingga kelarutannya relatif lebih cepat. Tetapi kelarutan tablet tidak hanya didasarkan oleh keras atau lunaknya bahan. Adapun faktor faktor lain yang mempengaruhi kelarutan diantaranya: (Martin dkk, 1993) a. Intensitas Pengadukan b. ph (keasaman atau kebasaan) c. Suhu d. Komposisi cairan pelarut Kekerasan

113 100 e. Ukuran partikel f. Pengaruh surfaktan g. Pembentukan kompleks h. Tekanan Kekerasan dan Vitamin C Vit. C 0.14 Kekerasan dan Vitamin C Vitamin C (%) Kekerasan Gambar 24. Kurva Vitamin C Effervescent Pada Setiap Kekerasan Yang Berbeda Berdasarkan kurva diatas, dapat dilihat bentuk kurva yang tidak linear menunjukkan bahwa kekerasan tidak berkaitan erat dengan vitamin c. Hal ini disebabkan stabilitas asam askorbat bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh - pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, oksigen, enzim, kadar air, dan katalisator logam. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi L- dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktivan sebagai vitamin C. Asam L- dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih

114 101 lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki keaktivan vitamin C lagi (Andarwulan dan Koswara, 1989) Vitamin C sebagai antioksidan sekunder mereka berperan sebagai pengkhelat untuk prooksidan atau katalis ion logam, menyediakan atom H bagi antioksidan primer, menyerap sinar UV, atau beperan sebagai penangkap oksigen (oxygen scavenger) dan sebagai agen pereduksi (Rizal, 2013) Formulasi Optimal Terpilih `Formulasi terpilih merupakan solusi atau formulasi optimal yang diprediksikan oleh design expert metoda d-optimal berdasarkan hasil analisis terhadap respon fisika (waktu larut, kekerasan), respon kimia (ph, vitamin c) dan organoleptic(warna, aroma, tekstur) Gambar 25. Formulasi Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Na bikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin)

115 102 Formulasi optimal effervescent ampas stroberi (na bikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) dari 13 formulasi diperoleh 1 formulasi yang ditawarkan dimana memiliki jumlah persentase tersebut yaitu gelatin 1.308%; asam sitrat 16 %; asam tartat 15,03%, natrium bikarbonat 33,662% yang keseluruhan berjumlah 66% dan sisanya yang merupakan variabel tetap yaitu ampas stroberi 10%; pemanis stevia 3%; bahan pengisi 20,7% dan pewarna sintetis 0,3%. Formulasi tersebut telah diprediksikan oleh program dengan waktu larut 193,009 detik; kekerasan 4,51001 kgf ; ph 5,58648; kadar vitamin C % ;skor atribut warna 4,06247 skala hedonik agak suka; skor atribut aroma 3,69741 skala hedonik agak tidak suka; dan skor atribut rasa 3,62173 skala hedonik agak tidak suka. Berdasarkan nilai yang direkomendasikan oleh program telah sesuai dengan syarat mutu effervescent yaitu waktu larut < 5 menit, ph <6 mendekati netral, kekerasan antara 4-9 kgf. Ketepatan formulasi dan nilai masing-masing respon tersebut dapat dilihat pada desirability. Desirability adalah derajat ketepatan hasil solusi atau formulasi optimal. Semakin mendekati nilai satu maka semakin tinggi nilai ketepatan formulasi, sehingga dapat disimpulkan berdasarkan nilai desirability yang telah mendekati 1,00 maka nilai respon memiliki ketepatan yang cukup tinggi. Hasil formulasi optimal yang terpilih tersebut kemudian dibuat dan dianalisis lagi untuk kemudian dibandingkan hasilnya antara hasil analisis yang ditawarkan program dengan hasil analisis dari laboratorium.

116 103 Berikut masing masing grafik yang menunjukkkan masing masing respon yang ditawarkan oleh program. Gambar 26. Grafik Waktu Larut Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) Gambar 27. Grafik Kekerasan Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin)

117 104 Gambar 28. Grafik Kadar Vitamin C Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) Gambar 29. Grafik ph Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin)

118 105 Gambar 30. Grafik Atribut Warna Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) Gambar 31. Grafik Atribut Aroma Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin)

119 106 Gambar 32. Grafik Atribut Rasa Optimal Effervescent Ampas Stroberi (Nabikarbonat, asam sitrat, asam tartat, gelatin) Tabel 29. Perbandingan hasil analisis program design expert metoda d- optimal dengan analisis laboratorium terhadap effervescent ampas stroberi formulasi terpilih Analisis Design Expert Laboratorium Waktu Larut 193,009 detik 250 detik Kekerasan 4,51kgf 5,5 kgf ph 5, ,8 Vitamin C % 0.115% Perbandingan hasil program dan analisis laboratorium ini bermaksud untuk mengukur derajat ketepatan program selain daripada keterangan yang diberikan dalam bentuk desirability berjumlah 1 yang artinya baik. Berdasarkan formulasi optimal yang ditawarkan oleh program kemudian dibandingkan dengan analisis laboratorium maka dapat dibuktikan dari nilai desirability (ketepatan) dengan nilai 1 bahwa selisih hasil analisis yang ditawarkan dari program pada salah satu analisis jika dibandingkan dengan analisis laboratorium tidak begitu jauh. Tetapi pada analisis yang lain terdapat perbedaan yang cukup jauh sehingga perlu dilakukan uji statistik lanjutan untuk membuktikan keakuratannya.

120 107 V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu: 1. Faktor faktor yang mempengaruhi karakteristik tablet effervescent ampas stroberi pada penelitian ini adalah konsentrasi bahan pengikat, dan bahan penghancur. 2. Formulasi yang telah diprediksikan oleh program memiliki jumlah persentase gelatin 1.308%; asam sitrat 16 %; asam tartat 15,03%, natrium bikarbonat 33,662% dan sisanya berupa variabel tetap yaitu ampas stroberi 10%; pemanis stevia 3%; bahan pengisi 20,7% dan pewarna sintetis 0,3%. Dengan waktu larut 193,009 detik; kekerasan 4,51001 kgf ; ph 5,58648; kadar vitamin C % ;skor atribut warna 4,06247 skala hedonik suka; skor atribut aroma 3,69741 dan skor atribut rasa 3,62173 dengan skala hedonik agak suka Saran Saran yang ingin penulis sampaikan yaitu: 1. Dari optimalisasi bahan pengikat (gelatin) dan bahan penghancur (asam sitrat, asam tartat, natrium bikarbonat) diperlukan penelitian lanjutan dengan menggunakan jenis asam yang berbeda. 2. Dari sekian masalah yang diteliti, diperlukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh gaya pengepresan, RH, kadar air, ukuran partikel terhadap karakteristik tablet effervescent. Diperlukan juga penelitian untuk mengetahui umur simpan dan cara pengemasan yang baik untuk tablet effervescent ini. 107

121 108 DAFTAR PUSTAKA Agarwal, V., Kochhar, A., and Sachdeva, R Sensory and nutritional evaluation of sweet milk products prepared using stevia powder for diabetics. Studies on Ethno-Medicine, 4 (1): Andarwulan, N., Hany W., dan Didik T.C Aktivitas Antioksidan dari Daun Sirih (Piper betle l.). Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Andarwulan N, Koswara S Kimia Vitamin. Jakarta : Rajawali Press. Anief, Ilmu Meracik Obat. University Gadjah Mada Press. Yogyakarta. AOAC, Official Methods of Analysis of the Analytical Chemists. Edition Association of Official Analytical Chemists. Washington DC. Aninditha Design Of Experiments Sebagai Salah Satu Pendekatan Peningkatan Kualitas Produk Di Industri Manufaktur. wordpress.com/2012/03/27/design-of-experiments-sebagai-salah-satu-pendekatanpeningkatan-kualitas-produk-di-industri-manufaktur/ )( Accessed: March 21, 2016) Ansar, Optimalisasi Energi Mekanik Pengepresan Buah Markisa dan Formula Membentuk Sifat Effervescent Tablet Buah Markisa. Jurnal Ilmu Teknik Energi Vol 1: Universitas Mataram Ansar, B. Rahardjo, Z. Noor dan Rochmadi Optimasi Teknik Pembuatan Tablet Effervescent Sari Buah Dengan Response Surface Method (RSM). J.Teknol. dan lndustri Pangan 20(1) : Ansel dalam Ansar, Optimalisasi Energi Mekanik Pengepresan Buah Markisa dan Formula Membentuk Sifat Effervescent Tablet Buah Markisa. Jurnal Ilmu Teknik Energi Vol 1: Universitas Mataram Anshory, H., Syukri, Y., dan Malasari, Y., (2007). Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Ginseng Jawa (Tlinum paniculatum) Dengan Variasi Kadar Pemanis Aspartam.Jurnal Ilmiah Farmasi 4 (1) Ansel, Pengantar Jakarta. Bentuk Sedian Farmasi. Universitas Indonesia. Bandelin, F.J Compressed Tablets by Wet Granulation. Dalam Yulistyasti Pengaruh Bahan Pengikat Gelatin Terhadap Formula Tablet Hisap Ekstrak Etanol Daun Ceremai serta Uji Aktivitas Bakteri

122 109 Terhadap Staphylococcus aureus. Skripsi Fakultas Farmasi : Universitas Muhamadiyah Surakarta. Banker, G.S. dan Anderson, N.R., 1994, Tablet In the Theory and Practice of Industrial Pharmacy, Ed III, Diterjemahkan Oleh Siti Suyatmi, UI Press, Jakarta. Banne, Yos et al., Uji Kekerasan, Keregasan, dan Waktu Hancur Beberapa Tablet Raniditin.Jurnal Farmasi Politeknik Kesehatan. Kemenkes Manado Blanchard, P. H. dan Katz, F. R Starch Hydrolysates in Food Polysaccharides and Their Aplication. New York: Marcel Dekker, Inc. Bizri & Wahem, 1994 BPOM RI, Natrium Karbonat. Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Pusat Informasi Obat dan Makanan. Buchori, L Pembuatan Gula Non Karsinogenik Non Kalori Dari Daun Stevia. Jurnal UNDIP. Reaktor, Vol. 11 No.2, Desember 2007, Hal: Budiman, S Berkebun Stroberi Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Buleon A.,P. Colonna, V. Planchot, S. Ball, (1998), Starch Granules: Structure And Biosynthesis, International Journal of Biological Macromolecule, 23, Cahyadi, W Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Catcllani, P.L., Predella, P., Bellotti, A. dan Colombo, P. (2004). Tablet Water Uptake And Disintegration Force Measurements. International Journal of Pharmacology 51: Del Valle J, Chey WD, Scheiman JM et al, 2004, Acid peptic disorders, 4th ed, Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins.Depkes, 1995 Departemen Pertanian Stroberi (March 12, 2016) Dewi, dkk, Tablet Effervescent Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan variasi Kadar Pemanis Aspartam. Jurnal Fakultas Farmasi Universitas Indonesia: Depok.

123 110 Dian Manfaat dan Khasiat Buah Stroberi. (Accsessed: March 12, 2016) Estiasih, T. dan Ahmadi, K Teknologi Pengolahan Pangan. PT Bumi Aksara. Jakarta Figlewicz, D.P., Ioannou, G., Bennett Jay, J., Kittleson, S., Savard, C., Roth, C.L Effect of moderate intake of sweeteners on metabolic health in the rat. Physiol. Behav. 98: Finotelli PV and Rocha-Leão MHM Microencapsulation of Ascorbic Acid in Maltodextrin and Capsul Using Spray-Drying. Proceedings 2nd Mercosur Congress on Chemical Engineering 4th Mercosur Congress on Process Systems Engineering Fung, K.Y. and King, N.M., (2003). Product-Centered Processing: Pharmaceutical Tablets and Capsules. J. AIChE Vol 49 (5) Proquest online. Gelatin Manufacturer Institute of America (GMIA) Gelatin Hand Book. Massachusetts. Geuns, Jan M.C Molecules of Interest Stevioside. Phytochemistry. Volume: 64. Halaman Gunawan, Livy Winata Stroberi. Penebar Swadaya. Jakarta.Han. Hartanto, I Pembuatan Flavored Beverage Effervescent [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hedianti, R., Optimasi Formulasi Kecap Kacang Kocong Pedang dengan Design Expert Metode D-Optimal. Skripsi. Universitas Pasundan, Bandung. Hui, Y.H, Encyclopedia of Food Science and Technology. Jhon Wiley and Sons Inc. New York Imeson, A Thickening and Gelling Agent for Food. Blackie Academic and Profesional, London. Juita, Yasmin Formulasi Tablet Effervescent Tepung Daging Lidah Buaya. Skripsi FMIPA UI : Depok.

124 111 Karagul, Y.Y., Coggins, P.C., Wilson, J.C., and White, C.H., (1999). Carbonated Yogurt, Sensory Properties and Consumer Acceptance. J. Dairy Sci. 82: p Kirk, R.E., and Othmer, D.F., Encyclopedia of Chemical Technology. vol. 1, The Interscience Encyclopedia Inc., New York. Kokil, et al., 2004 Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L Teori dan Praktek Farmasi Industri. Diterjemahkan oleh Siti, S., Universitas Indonesia Press, Jakarta Lee TA, Sci BH, Counsel The food from hell: food colouring. The Internet Journal of Toxicology. Vol 2 no 2. China: Queers Network Research. Lieberman, H.A., L. Lachman dan J.B. Schwart, Pharmaceutical Dosage Forms Vol 1. Marcel Dekker Inc., New York Lieberman, H.A., L. Lachman dan J.B. Schwart, Pharmaceutical Dosage Forms Vol 1. dalam Imran Pengaruh Jenis Asam Organik Dan Perbandingan Sari Markisa Dan Terung Belanda Terhadap Mutu Tablet Effervescent. Agricultural Technology: Universitas Sumatera. Ma arif, M. S., Machfud dan Sukron, M., Teknik Optimasi Rekayasa Proses Pangan. Dalam Susanto, Nugraha Optimalisasi Bahan Baku dan Bahan Pengisi Pada Formulasi Cheese Spreadable Analogue Terhadap Sifat Organoleptik Kimia Menggunakan Program D- Expert Metode Optimal. Skripsi Teknologi Pangan: Universitas Pasundan Mantovaneli, I.CC., E.C. Ferretti, M.R. Simoes, and C. Ferreira da Silva The Effect of Temperature and Flow Rate on The Clarification of The Aqueous Stevia Extract in A Fixed Bed Coloumn with Zeolites. Braz. J. Chem. Eng. Sao Paulo 21(3): Meetdoctor Vitamin Effervescent Ini Manfaat Sehatnya. (Accessed: March 21, 2016 ) Miwada, I. N. S dan I. N. Simpen Optimalisasi potensi ceker ayam (Shank) hasil limbah rpa melalui metode ekstraksi termodifikasi untuk menghasilkan gelatin. Majalah Ilmiah Peternakan. 10 (1): 5-8. Mohrle, R Effervescent Tablet in Pharmaceutical Dosage Form Table. Marcel Dekker Inc. New York. Dalam Mohandani, P.I, Pengaruh

125 112 Kadar Polivinilpirolidon Sebagai Bahan Pengikat Pada Formulasi Tablet Effervescent Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto dan Dewandaru dengan Bahan Pengisi Manitol. Skripsi Fakultas Farmasi: Universitas Muhammadiyah Surakarta Nugraha, D., Optimasi Formulasi Food Bar Berbahan Tambahan (Isolat Soy Protein, Dekstrin, dan Madu) Menggunakan Program Design Expert Metoda D-Optimal. Skripsi. Universitas Pasundan, Bandung. Novianty, I Analisa Spektroskopi Reflektans Vis-Nir Untuk Mengetahui Proses Pematangan Buah Stroberi. Skripsi FMIPA IPB: Bogor Imanuela,Meilda,dkk Penggunaan Asam Sitrat dan Natrium Bikarbonat Dalam Minuman Jeruk Nipis Berkarbonasi. Food Science and Culinary Education Journal. Vol. 1 No. 1. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Kennedy, J. F., C. J. knill dan D. W. Taylor Maltodextrins. Dalam Kearsley, M. W. J. dan S. Z. Diedzic(eds.). Handbook of Starch Hidrolysis Products and Their Derivatives. Blackie Academic & Profesional Lestari, S. B. A., dan Trisusilawati, Y. M Pengaruh Asam Fumarat Natrium Bikarbonat Terhadap Kualitas Granul Effervescent Teh Hijau Secara Granulasi Kering. Jurnal Farmasi. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta Martin, A.N. dkk. (1993). Farmasi Fisik. Penerjemah : Yoshita. Edisi Ketiga. Jilid kedua. Jakarta : UI Press. Hal : , Massimo, G., Catcllani, P.L. dan Santi, P.L. (2000). Disintegration Propensity Of Tablet Evaluated By Means Of Disintegrating Force Kinetics.Pharmaceutical Development Technology 5: Mc Murry, J dan Fay, R, (2001). Chemistry. Edisi Keempat. New York: John Wiley & Sons. Misbah, D Pengaruh Asam Basa dalam Makanan terhadap Kesehatan. (Accessed: 18 July 2106) Limyati, V.Y Formulasi Serbuk effervescent dari Ekstrak Wortel (Daucus carota L), Tesis Fakultas Teknologi Pertanian, Padang: Universitas Andalas

126 113 Parrott, E.L Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Mineapolis: Burgess Publishing Company. Halaman 64-66, Purwanto, S. A Industri Soda Kue. from Natrium Bikarbonat si Ahli Pengembang pitriajuliani: Natrium%20Bikarbonat/Industri%20Soda%20Kue%20_%20Slamet%20Adi k%20purwanto.html. (Accessed: March 22, 2016) Puspita, dkk, Makalah Bioproses Asam Sitrat. Accessed: March 21, 2016) Poppe J Gelatin. Di dalam : Imeson, editor. Thickening and Gelling Agents for Food. New York : Academic Press Potter NN and JH Hotchkiss Food Science. 5 th edition. Chapman and Hall. New York. Rahmah, S Formulasi Granul Effervescent Campuran Ekstrak Herba Seledri (Apium graveolens) dan Ekstrak Daun Tempuyung (Sonchus avensis L.). Skripsi Sarjana Farmasi UI, Depok Raharja, K Manfaat Gelatin Ikan Pari (1). Di dalam Kedaulatan RakyatOnline.Com. 23 Desember Charley, H Food Scinece 2 nd ed.john Wiley and Sons. New York. Rapaille, A. dan J. Vanhemelrijck Modified Starch. Dalam A. Imeson (ed.). Thickening and Gelling Agents For Food. Blackie Academic & Profesional, Madras. Dalam Jati, W. P Pengaruh Waktu Hidrolisis Dan Konsentrasi Hcl Terhadap Nilai Dextrose Equivalent (DE) Dan Karakterisasi Mutu Pati Termodifikasi Dari Pati Tapioka Dengan Metode Hidrolisis Asam Skripsi Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Rauf, R Asam Sitrat Dan Sodium Bikarbonat (Zingiber Officinale) : Kajian Penambahan Asam Sitrat Dan Sodium Bikarbonat. dalam Atmaka et al, Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengikat Terhadap Karakteristik Fisik dan Aktivitas Antioksidan Tablet Effervescent Ekstrak Buah Delima (Punica granatum). Jurnal Teknosains Pangan Fakulta Pertanian, Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Ribut, S. dan S. Kumalaningsih, Pembuatan bubuk sari buah sirsak dari bahan baku pasta dengan metode foam-mat drying. Kajian Suhu Pengeringan, Konsentrasi Dekstrin dan Lama Penyimpanan Bahan Baku Pasta. [April 4,2011]

127 114 Rohdiana, D. ST, MP Mengenali Teknologi Tablet Effervescent. (Accessed: March 19, 2016 ). Rosniawati, T Aplikasi Gelatin Kulit Ikan Cucut dan Ikan Pari Tipe A Pada Pembuatan Jelly Agar. Dalam Wahyuni, M Kerupuk Tinggi Kalsium: Nilai Tambah Limbah Cangkang Kerang Hijau Melalui Aplikasi Teknologi Tepat Guna. Gramedia. Jakarta Rowe, R., dkk, 2006, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi Ke-6, The Pharmaceutical Press, London.Schenk dan Hebeda,1992 Schrieber, R. dan Gareis, H Gelatine Handbook. Weinhem: Wiley-VCH GmbH dan Co. Siregar dan Wikarsa, 2010 Sciencelab, Material Safety Data Sheet L-Tartaric Acid MSDS. (online. Available from URL( Accessed: March 21, 2016) Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar -Dasar Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta , Sulaiman, T.N.S Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Mitra Communications Indonesia. Halaman Summer, K. B. dan M. Hesser Fat Subtitte Up To Date. Food Technol. 44 (3)92. Dalam Jati, W. P Pengaruh Waktu Hidrolisis Dan Konsentrasi Hcl Terhadap Nilai Dextrose Equivalent (DE) Dan Karakterisasi Mutu Pati Termodifikasi Dari Pati Tapioka Dengan Metode Hidrolisis Asam Skripsi Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor. SNI Mutu dan Cara Uji Gelatin. Badan Stadardisasi Nasional, Jakarta. p. 1-2 Strong, dalam Jati, W. P Pengaruh Waktu Hidrolisis Dan Konsentrasi Hcl Terhadap Nilai Dextrose Equivalent (DE) Dan Karakterisasi Mutu Pati Termodifikasi Dari Pati Tapioka Dengan Metode Hidrolisis Asam Skripsi Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Soekarto S.T Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bhratara Karya Aksara

128 115 Soraya, Ita Stevioside. (Accessed: March 22, 2016) Sunarjono, H Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Swabrick, J (ed) Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, third edition. Indorma Healthcare, USA,Inc. Ward,A.G. dan Courts.1997.The Science and Technology of Gelatin. Academic Press, New York Wijaya, C. Hanny dan Mulyono, Noryawati Bahan Tambahan Pangan : Pewarna; Spesifikasi, Regulasi, dan Aplikasi Praktis. Bogor : IPB Press. Hal. 3; Hal ; Hal. 71. Wilson dan Steensen dalam Jati, W. P Pengaruh Waktu Hidrolisis Dan Konsentrasi Hcl Terhadap Nilai Dextrose Equivalent (DE) Dan Karakterisasi Mutu Pati Termodifikasi Dari Pati Tapioka Dengan Metode Hidrolisis Asam Skripsi Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Winarno dan Aman dalam Chandra, A., Inggrid, M. H., dan Verawati Pengaruh Ph Dan Jenis Pelarut Pada Perolehan Dan Karakterisasi Pati Dari Biji Alpukat. Jurnal Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Universitas Katholik Parahyangan: Bandung. Winarno, Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Winarno FG Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Winarno Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Wurzburg, O. B Modified starches : properties and uses. CR Press, Inc., Boca Raton Florida. dalam Jati, W. P Pengaruh Waktu Hidrolisis Dan Konsentrasi Hcl Terhadap Nilai Dextrose Equivalent (DE) Dan Karakterisasi Mutu Pati Termodifikasi Dari Pati Tapioka Dengan Metode Hidrolisis Asam Skripsi Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Voigt Buku Ajar Teknologi Farmasi. Dalam Mohandani, P.I, Pengaruh Kadar Polivinilpirolidon Sebagai Bahan Pengikat Pada Formulasi Tablet Effervescent Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto

129 116 dan Dewandaru dengan Bahan Pengisi Manitol. Skripsi Fakultas Farmasi: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Vorwerg et. al., dalam Jati, W. P Pengaruh Waktu Hidrolisis Dan Konsentrasi Hcl Terhadap Nilai Dextrose Equivalent (DE) Dan Karakterisasi Mutu Pati Termodifikasi Dari Pati Tapioka Dengan Metode Hidrolisis Asam Skripsi Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Xu, J., Zhao, W., Ning, Y., Jin, B., Xu, B., and Xu,X Comparative Study Of Spring Dextrin Impact Onamylose Retrogradation. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 60: Yasin, Yamin Chemistry. Jakarta: Erlangga Wurzburg, O. B Modified starches : properties and uses. CR Press, Inc., Boca Raton Florida. dalam Jati, W. P Pengaruh Waktu Hidrolisis Dan Konsentrasi Hcl Terhadap Nilai Dextrose Equivalent (DE) Dan Karakterisasi Mutu Pati Termodifikasi Dari Pati Tapioka Dengan Metode Hidrolisis Asam Skripsi Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

130 117 LAMPIRAN

131 118 Lampiran 1. Uji Organoleptik FORMULIR UJI ORGANOLEPTIK UJI HEDONIK Sample Nama Panelis : Tanggal : Pekerjaan : Paraf : Petunjuk : Effervescent Ampas Stroberi Dihadapan saudara disajikan sampel Effervescent. Anda diminta untuk memberikan penilaian dengan keterangan untuk masing masing atribut. Penilaian bersifat hedonik (kesukaan). Dengan skala penilaian : 6 = Sangat suka 5 = Suka 4 = Agak suka 3 = Agak tidak suka 2 = Tidak suka 1 = Sangat tidak suka Kode Warna Rasa Aroma

132 119 Lampiran 2. Prosedur Analisis Uji Kekerasan Tablet (Banne., et al,2012). Tablet diambil sebanyak 13 tablet, lalu dimasukkan satu per satu ke dalam alat hardness tester dan alat dinyalakan. Data hasil pengujian kekerasan tablet dicatat Uji Waktu Larut (Siregar dan Wikarsa, 2010). Waktu larut dilakukan dengan memasukkan sebuah tablet effervescent ke dalam aquades dengan volume 200 ml. Waktu hancur dihitung dengan stopwatch mulai tablet effervescent tercelup sampai semua tablet hancur dan larut Tablet effervescent yang baik akan terlarut dengan cepat dalam waktu 1-2 menit (Lachman, 2008). Analisis Vitamin C (AOAC, 1995). Untuk pengukuran vitamin C, sampel yang akan dianalisis dihancurkan dengan menggunakan blender sampai diperoleh serbuk yang halus. Ditimbang dengan teliti ± 3 gram, sampel tersebut dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian ditambahkan air suling sampai tanda batas. Selanjutnya dilakukan pemusingan dengan menggunakan sentrifuge untuk memisahkan seratnya. Supernatan yang diperoleh diambil sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer (jika perlu ditambahkan 20 ml air suling), kemudian dititrasi dengan 0,01 N standar iodium sampai terbentuk warna ungu Kadar vitamin C baku dihitung dengan rumus:

133 120 Keterangan: V = volume titrasi (ml) N = normalitas iodium (N) BE Vitamin C = 88,065 Ws = berat sampel (gram) Hasil perhitungan kadar vitamin C baku dengan metode titrasi iodimetri Pengukuran ph (AOAC, 1995) ph diukur menggunakan alat ph meter. Prosedur pengukuran ph ialah sebagai berikut: 1. ph meter yang akan digunakan distandarkan terlebih dahulu dengan larutan buffer 4,01 dan ph 9,18 masing-masing pada suhu 25 o C. 2. Sebelum dan sesudah pemakaian, elektroda dibilas dengan aquades. 3. Larutan sampel diukur phnya menggunakan elektroda yang telah dikalibrasikan tersebut Kadar Air (AOAC, 1995) Sampel sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan aluminium yang telah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan di dalam oven bersuhu o C sampai bobot konstan. Setelah itu didinginkan didalam desikator dan ditimbang ( )

134 Penelitian Pendahuluan Lampiran 3. Perhitungan dan Kebutuhan Bahan Tabel 30. Kebutuhan Bahan Baku Penelitian Pendahuluan Respon Kimia Perhitungan Jumlah (+Allowance 10%) Kadar Air 2 gram x 3 perlakuan 6,6 gram Vitamin C 1 gram x 3 pelakuan 3,3 gram Jumlah 9,9 gram 2. Penelitian Utama Berat per tablet : 2.5 gram (+Allowance 10%) = 2.75 gram Uji Organoleptik : 2.75gram x 30 panelis = 82.5 gram Kadar Air : 2 gram (+Allowance 10%) = 2.2 gram Kekerasan : 2.5 gram (+Allowance 10%) = 2.75 gram Vitamin C : 1 gram sampel Waktu larut+ ph : 2.5 gram (+Allowance 10%) = 2.75 gram Tabel 31. Kebutuhan Bahan Baku Penelitian Utama No Uji Organoleptik Kadar air Kekerasan Vitamin C Waktu larut + ph Total F F F F F F F F F F F F F Total

135 122 Variabel Tetap Basis keseluruhan : gram Tabel 32. Kebutuhan Bahan Baku Penelitian Utama (Variabel Tetap) Bahan Formulasi (%) Jumlah bahan keseluruhan (gram) Jumlah bahan tiap formulasi (gram) Ampas 10 10/100 x = /13* = 9.12 stroberi Bahan /100 x = /13* = pengisi Pewarna /100 x = /13* = Pemanis stevia 3 3/100 x = /13* = Keterangan: 13* = 13 Formulasi dalam 1 sistem

136 123 Variabel Berubah Basis per formulasi : 91.2 gram Tabel 33. Kebutuhan Bahan Baku Penelitian Utama (Variabel Berubah) Nabikarbonat Keterangan Gelatin As.sitrat As.tartat F1(%) F1(gram) F2(%) F2(gram) F3(%) F3(gram) F4(%) F4(gram) F5(%) F5(gram) F6(%) F6(gram) F7(%) F7(gram) F8(%) F8(gram) F9(%) F9(gram) F10(%) F10(gram) F11(%) F11(gram) F12(%) F12(gram) F13(%) F13(gram) Total (gram) Keterangan: : F%/100 x basis per formulasi

137 124 Lampiran 4. Analisis Biaya Penelitian Tabel 34. Analisis Biaya Kebutuhan Bahan Baku ( gram) Jumlah yang Bahan baku dibutuhkan (gram) Jumlah sediaan di pasaran Biaya (Rp,-) Ampas stroberi Asam Sitrat 50,05 disesuaikan gram 5000 Asam Tartat gram Natrium bikarbonat gram Pemanis stevia gram Pewarna sintetis 3,5 60 ml 6000 Gelatin gram Bahan pengisi (Maltodekstrin) gram Bahan pengisi (Dekstrin) gram 3000 Bahan pengisi (Amilum) gram 4000 Total Tabel 35. Analisis Biaya Kebutuhan Penelitian Pendahuluan Analisa Perlakuan Biaya (Rp,-) Kadar Air Vitamin C Total

138 125 Tabel 36. Analisis Biaya Kebutuhan Penelitian Utama Analisa Biaya (Rp,-) Perlakuan Biaya (Rp,-) Waktu larut Uji kekerasan Kadar vitamin c Pengukuran ph Uji organoleptik Cetak Tablet Total Tabel 37. Total Keseluruhan Analisis Biaya Kebutuhan Penelitian Biaya Analisa (Rp,-) Bahan baku Penelitian pendahuluan Penelitian utama Sewa Laboratorium Total

139 126 Lampiran 5. Perhitungan Organoleptik Atribut Warna Tabel 38. Data Organoleptik Atribut Warna Panelis F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F Rata - rata

140 127 Lampiran 6. Perhitungan Organoleptik Atribut Rasa Tabel 39. Data Organoleptik Atribut Rasa Panelis F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F Rata - rata

141 128 Lampiran 7. Perhitungan Organoleptik Atribut Aroma Tabel 40. Data Organoleptik Atribut Aroma Panelis F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F Rata - rata

142 129 Lampiran 8. Perhitungan Hasil Analisis Penelitian Pendahuluan Vitamin C 1. Ampas Stroberi Wsampel = 1 gram VI 2 = 2,6 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 228,965 mg vitamin C/100 g sampel 2. Maltodekstrin Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,8 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 158,517 mg vitamin C/100 g sampel

143 Amilum Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,5 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 132,097 mg vitamin C/100 g sampel 4. Dekstrin Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,25 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 1100,8125 mg vitamin C/100 g sampel

144 131 Kadar Air 1. Ampas Stroberi W1 = 30,19 gram W2 = 28,31 gram Ws = 2,02 gram ( ) ( ) 2. Maltodekstrin W1 = 24,63 gram W2 = 24,55 gram Ws = 2 gram ( ) ( ) 3. Amilum W1 = 31,89 gram W2 = 31,73 gram Ws = 2 gram ( ) ( )

145 Dekstrin W1 = 24,74 gram W2 = 24,64 gram Ws = 2 gram ( ) ( ) 5. Serbuk Ampas Stroberi Menggunakan Maltodekstrin W1 = 33,11 gram W2 = 32,85 gram Ws = 2 gram ( ) ( ) 6. Serbuk Ampas Stroberi Menggunakan Amilum W1 = 28,87 gram W2 = 28,57 gram Ws = 2 gram ( ) ( )

146 Serbuk Ampas Stroberi Menggunakan Dekstrin W1 = 30,17 gram W2 = 29,90 gram Ws = 2 gram ( ) ( ) Vitamin C Lampiran 9. Perhitungan Hasil Analisis Penelitian Utama 1. Formulasi 1 Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,4 ml

147 134 NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 123,291mg vitamin C/100 g sampel 2. Formulasi 2 Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,5 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 1320,97 mg vitamin C/100 g sampel 3. Formulasi 3 Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,25 ml NI 2 = 0,01 N

148 135 BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 110,081 mg vitamin C/100 g sampel 4. Formulasi 4 Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,5 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 1320,97 mg vitamin C/100 g sampel 5. Formulasi 5 Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,25 ml

149 136 NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 110,081 mg vitamin C/100 g sampel 6. Formulasi 6 Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,25 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 110,081 mg vitamin C/100 g sampel 7. Formulasi 7 Wsampel = 1 gram

150 137 VI 2 = 1,35 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 118,888 mg vitamin C/100 g sampel 8. Formulasi 8 Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,25 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 110,081 mg vitamin C/100 g sampel 9. Formulasi 9 Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,25 ml

151 138 NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 110,081 mg vitamin C/100 g sampel 10. Formulasi 10 Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,35 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 118,888 mg vitamin C/100 g sampel 11. Formulasi 11 Wsampel = 1 gram

152 139 VI 2 = 1,3 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 114,484 mg vitamin C/100 g sampel 12. Formulasi 12 Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,2 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 105,678 mg vitamin C/100 g sampel 13. Formulasi 13

153 140 Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,2 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 105,678 mg vitamin C/100 g sampel ph Tabel 41. Data Uji ph Formulasi ph 1 5,3 2 5,6 3 5,5 4 5,4 5 5, , ,9 10 5,4 11 5,3 12 6,2

154 ,9 Waktu Larut Tabel 42. Data Uji Waktu Larut Formulasi Waktu Larut (detik) Kekerasan 1 N = 0, kgf Tabel 43. Uji Kekerasan Formulasi Kekerasan (N) Kekerasan (kgf) 1 53,9 5, ,7 6, ,4 7, ,4 2, ,5 2, ,7 2, ,5 4, ,8 4, ,1 2,04

155 ,4 4, ,4 4, ,1 1, ,5 4,74 Perhitungan Formulasi Terpilih Wsampel = 1 gram VI 2 = 1,31 ml NI 2 = 0,01 N BE Vit. C = 88,065 Kadar Vitamin C = 115,365mg vitamin C/100 g sampel

156 143 Lampiran 10. Jadwal Kegiatan Penelitian Tabel 44. Jadwal PenelitianOptimalisasi Formulasi Bahan Pengikat (Gelatin) dan Bahan Penghancur (Asam Sitrat, Asam Tartat, Na Bikarbonat) Terhadap Karakteristik Effervescent Ampas Stroberi Uraian Kegiatan Mei Juni Juli Agustus Tahap Persiapan Membeli bahan bahan penelitian Penelitian Pendahuluan 1. Analisis bahan baku 2. Membuat serbuk ampas stroberi dengan 3 bahan pengisi berbeda 3. Analisis kimia terhadap serbuk ampas stroberi dengan 3 bahan pengisi berbeda Penelitian Utama Pembuatan fase asam dan fase basa dari bahan baku Pembuatan tablet effervescent Pengumpulan data Penelitian Respon Fisika Kekerasan Waktu larut Pengumpulan dan pengolahan data Penelitian Respon Kimia ph Vitamin C Pengumpulan dan pengolahan data Uji Organoleptik Uji hedonik terhadap 30 panelis Pengumpulan dan pengolahan data Bimbingan Pembimbing I Bimbingan Pembimbing II Sidang

157 Lampiran 11. Gambar Kegiatan Penelitian 144

I PENDAHULUAN. Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi

I PENDAHULUAN. Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian serta tempat dan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FORMULASI BAHAN PENGIKAT DAN BAHAN PENGHANCUR TERHADAP KARAKTERISTIK EFFERVESCENT AMPAS STROBERI (Fragaria chiloensis L.

OPTIMALISASI FORMULASI BAHAN PENGIKAT DAN BAHAN PENGHANCUR TERHADAP KARAKTERISTIK EFFERVESCENT AMPAS STROBERI (Fragaria chiloensis L. OPTIMALISASI FORMULASI BAHAN PENGIKAT DAN BAHAN PENGHANCUR TERHADAP KARAKTERISTIK EFFERVESCENT AMPAS STROBERI (Fragaria chiloensis L.) Ishma Rahmi Kumullah Alumni Teknologi Pangan Universitas Pasundan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Tablet Khusus Tablet Khusus (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Disusun oleh : Dicky Wisnu Ariandi (21081012) Dwi Adiguna (21081014) Indri Nugraha (21081020) Irvan Akhmad Fauzi (21081022)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh: HENI SUSILOWATI K100 040 020

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat

TINJAUAN PUSTAKA. gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat TINJAUAN PUSTAKA Tablet Effervescent Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan Effervescent

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI Oleh : WADLICHAH SYARIFAH K 100 060 038 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada mulanya jeruk nipis mempunyai nama Latin Citrus aurantium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada mulanya jeruk nipis mempunyai nama Latin Citrus aurantium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle) 2.1.1 Uraian Pada mulanya jeruk nipis mempunyai nama Latin Citrus aurantium subspesies aurantifolia. Dalam perkembangan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan oral berupa sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara pemakaiannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga pinnata (Wurmb) Merr). Salah satu kandungan didalamnya yang bisa kita manfaatkan yaitu kandungan mineral

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, kemajuan dibidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan dalam meningkatkan mutu dan kualitas suatu obat, terutama dibidang

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bahan buangan limbah buah pisang yang jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, kulit pisang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besi atau anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi ini jauh lebih lazim terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besi atau anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi ini jauh lebih lazim terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia yang paling umum ditemukan di masyarakat adalah anemia defisiensi besi atau anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi ini jauh lebih lazim terjadi di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya yang tinggi, mudah didapat dan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Peneltian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, salah satu penyebab masalah lingkungan hidup yang sering dijumpai adalah limbah. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang kian pesat, produksi limbah juga

Lebih terperinci

ASAM, BASA, DAN GARAM

ASAM, BASA, DAN GARAM ASAM, BASA, DAN GARAM Standar Kompetensi : Memahami klasifikasi zat Kompetensi Dasar : Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat A. Sifat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Tablet merupakan sediaan obat yang paling banyak digunakan di masyarakat. Sediaan Tablet merupakan bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan konsumsi yang berbeda-beda, antara lain untuk kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan konsumsi yang berbeda-beda, antara lain untuk kesehatan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman favorit yang banyak disukai dan dikonsumsi oleh masyarakat. Berbagai kalangan usia menggemari minuman teh dengan tujuan konsumsi yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit kurang kalori protein (KKP) dan defisiensi vitamin A serta anemia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit kurang kalori protein (KKP) dan defisiensi vitamin A serta anemia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, anak balita menunjukkan prevalensi paling tinggi untuk penyakit kurang kalori protein (KKP) dan defisiensi vitamin A serta anemia defisiensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Produk minuman merupakan salah satu produk instan yang banyak digemari oleh masyarakat. Ada berbagai macam produk minuman yang telah dikembangkan oleh berbagai industri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan salah satu tanaman buah asli Indonesia yang mempunyai potensi ekspor sangat besar. Tanaman ini mendapat julukan ratunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan beribu-ribu tumbuhan yang berkhasiat obat. Penggunaan obat-obat tradisional memiliki banyak keuntungan yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus) BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Nangka (Artocarpus heterophyllus) Gambar 1. Tanaman dan Buah nangka (Artocarpus heterophylus) Pohon Artocarpus heterophyllus memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan sangat digemari terutama oleh anak-anak, karena es lilin memiliki warna yang menarik

Lebih terperinci

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Naga Buah naga atau dragon fruit merupakan buah yang termasuk kedalam kelompok tanaman kaktus. Buah naga berasal dari Negara Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era modern seperti saat ini, terdapat banyak jenis produk bakeri yang dapat ditemui di pasaran. Produk-produk tersebut beberapa dibuat menggunakan substitusi tepung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Es Krim Es krim merupakan produk susu beku yang banyak dikonsumsi masyarakat karena memiliki gizi tinggi dan banyak dikembangkan dari berbagai bahan alternatif (Aboulfalzli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman umbi-umbian dapat tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau uwi-uwian. Genus Dioscorea

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Tambahan Pangan Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan, bukan merupakan bahan khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM TARTRAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn DAN VITAMIN C SKRIPSI

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM TARTRAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn DAN VITAMIN C SKRIPSI 1 PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM TARTRAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn DAN VITAMIN C SKRIPSI Oleh: AMBAR YUNITA NUGRAHENI K 100 060 005 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan dalam meningkatkan mutu dan kualitas suatu obat, utamanya di bidang sediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Buah cepat sekali rusak oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi sehingga mudah menjadi busuk. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A PEMANFAATAN LIMBAH AIR LERI BERAS IR 64 SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SIRUP HASIL FERMENTASI RAGI TEMPE DENGAN PENAMBAHAN KELOPAK BUNGA ROSELLA SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : PUJI

Lebih terperinci

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Reaksi Kimia bisa terjadi di manapun di sekitar kita, bukan hanya di laboratorium. Materi berinteraksi untuk membentuk produk baru melalui proses yang disebut reaksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, dan (6) Hipotesis. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekatul tidak banyak dikenal di masyarakat perkotaan, khususnya anak muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari beras yang terlepas saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG Devy Nur Afiah 123020120 Pembimbing Utama :Dr. Tantan Widiantara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman umbi umbian yang dikenal luas di masyarakat Indonesia. Pada tahun 2013 produksi singkong di Indonesia mencapai 23 juta ton

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nugget Ayam Bahan pangan sumber protein hewani berupa daging ayam mudah diolah, dicerna dan mempunyai citarasa yang enak sehingga disukai banyak orang. Daging ayam juga merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia) DENGAN POLIVINILPIROLIDON (PVP) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia) DENGAN POLIVINILPIROLIDON (PVP) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI FORMULASI TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia) DENGAN POLIVINILPIROLIDON (PVP) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI Oleh : ENGGA DANIARTI K 100 060 101 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA

PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA PEMBUATAN TABLET HISAP EKSTRAK ETANOLIK DAUN SAGA (Abrus precatorius L.) DENGAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT MENGGUNAKAN METODA GRANULASI BASAH SKRIPSI Oleh : IMAWAN NUR RAIS AHMAD K 100040165

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil olahan fermentasi sudah banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain. Salah satu yang populer

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan salah satu olahan semi padat dengan bahan utama susu. Es krim merupakan produk olahan susu sapi yang dibuat dengan bahanbahan utama yang terdiri atas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang sangat popular di dunia. Teh dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh. Berdasarkan pengolahannya, secara tradisional produk teh

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu contoh jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu daun pepaya (Carica papaya). Menurut penelitian Maniyar dan Bhixavatimath (2012), menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada tahun 1753 sebagai Thea sinensis, sekarang teh dimasukkan pasa marga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada tahun 1753 sebagai Thea sinensis, sekarang teh dimasukkan pasa marga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teh Tanaman teh aslinya ditulis oleh Linnaeus di dalam sistem binomialnya pada tahun 1753 sebagai Thea sinensis, sekarang teh dimasukkan pasa marga Camellia sebagai Camellia

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam Asam Basa dan Garam A Sifat Asam, Basa, dan Garam 1. Sifat asam Buah-buahan yang masih muda pada umumnya berasa masam. Sebenarnya rasa masam dalam buah-buahan tersebut disebabkan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu

I. PENDAHULUAN. lainnya. Secara visual, faktor warna berkaitan erat dengan penerimaan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu suatu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor di antaranya cita rasa, warna, tekstur, nilai gizi, dan faktor lainnya. Secara visual, faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci