Status Gizi Masyarakat di Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat Propinsi Maluku

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Status Gizi Masyarakat di Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat Propinsi Maluku"

Transkripsi

1 Status Gizi Vol. I, ARTIKEL No. 1 tahun ASLI 2008 Jurnal Propinsi Madani Maluku FKM UMI Jurnal Kesehatan Masyarakat Madani, ISSN ,Vol.01 No.01, Tahun 2008 Status Gizi Masyarakat di Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat Propinsi Maluku Veni Hadju dan A. Razak Thaha Pusat Studi Pangan, Gizi dan Kesehatan, Universitas Hasanuddin, Makassar Abstrak Survei status gizi masyarakat telah dilakukan di Kabupaten Maluku Tenggara (MT) dan Maluku Tenggara Barat (MTB), Propinsi Maluku. Sebanyak 300 keluarga yang mempunyai Balita (0-59 bln) di masing-masing kabupaten diambil sebagai sampel (total 600 keluarga). Pengukuran antropometri dan konsumsi Balita serta pola konsumsi keluarga dilakukan oleh petugas lapangan yang telah dilatih sebelumnya. Status gizi anak dihitung berdasarkan stándar NCHS-WHO dan ditampilkan berdasarkan berat badan per umur (BB/U), tinggi badan per umur (TB/U) dan berat badan per tinggi badan (BB/TB). Data lainnya dikumpulkan melalui kuesioner. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk diperoleh berturut-turut sebesar 20.0% dan 7.3% sedangkan stunting dan wasting ditemukan sebesar 30.0% dan 12.0%. Gizi kurang dan gizi buruk ditemukan tertinggi pada usia bln (berturut-turut 33.3% dan 13.3%), stunting terbesar pada usia bln, sedangkan wasting tertinggi pada usia bulan (26%). Hampir semua anak memperoleh ASI namun setelah umur 12 bulan, jumlah ibu yang masih menyusui menurun sampai 66%. Asupan gizi makro maupun mikro pada Balita jauh lebih rendah dibanding rekomendasi WHO. Proporsi lemak dan protein pada asupan Balita ini tanpak rendah dibanding rekomendasi WHO. Ikan merupakan makanan hewani yang paling sering dikonsumsi keluarga (76%) sedangkan sayuran hijau merupakan jenis sayuran yang tersering dikonsumsi (77%). Konsumsi keluarga terlihat rata-rata 1585kkal per kapita di mana lebih rendah dari yang dianjurkan di tingkat nasional. Disimpulkan bahwa rata-rata konsumsi Balita dan keluarga di wilayah penelitian ini rendah dan diperlukan intervenís gizi khususnya pada keluarga yang mempunyai anak balita di atas 12 bulan. Kata kunci: Balita, stunting, wasting, dan gizi buruk. 13

2 Pendahuluan Kondisi status gizi masyarakat di Indonesia telah memperlihatkan perbaikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil pengukuran status gizi anak balita melalui Susenas (Jahari dkk., 1999) terlihat bahwa prevalensi gizi kurang menurun dari 37,5% pada tahun 1989 menjadi 26,4% pada tahun Namun, kondisi yang terjadi di setiap propinsi berbeda satu dengan yang lain. Ada yang terus menurun namun ada juga yang menetap bahkan memburuk. Dilain pihak, masalah gizi pada keluarga miskin tetap sangat tinggi (Hadju dkk., 1999; Marjan dkk., 1998). Data dasar studi intervensi pada keluarga miskin yang dilaksanakan sebelum dimulainya program Jaring Pengaman Sosial (JPS) memperlihatkan bahwa 29.2% anak balita dari keluarga miskin mengalami gizi kurang dan 13.3% mengalami gizi buruk (Thaha dkk., 2000). Upaya untuk menanggulangi masalah gizi ini telah banyak dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah (propinsi). Salah satu program yang diharapkan dapat memperbaiki gangguan gizi akut adalah program pemberian makanan tambahan (PMT) kepada seluruh anak yang mengalami gizi kurang dan diutamakan yang berasal dari keluarga miskin (Gakin). Mereka menerima bantuan makanan berupa susu, kacang kedelei, telur, dan beberapa jenis makanan yang kaya protein yang diperlukan oleh anak-anak. Puskesmas menerima bahan makanan dari propinsi dan seterusnya meneruskannya kepada keluarga yang memerlukan. Kegiatan lainnya adalah program Revitalisasi Posyandu. Namun, dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan banyak Posyandu mengalami masalah (Hadju dkk., 2002a). Dalam meningkatkan efektifitas program penanggulangan gizi, survey data dasar pada suatu wilayah perlu dilakukan. Berdasarkan data yang diperoleh, perencanaan program akan lebih optimal dan efektifitas program intervensi dapat diketahui. Penelitian ini ingin memperoleh data dasar tentang kondisi status gizi masyarakat melalui pengukuran status gizi anak balita dan konsumsi makanan di tingkat keluarga. Bahan dan Metode Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 2 kabupaten, Propinsi Maluku yaitu Kabupaten Maluku Tenggara (Maltra) dan Maluku Tenggara Barat (MTB). Kedua kabupaten ini berdekatan satu sama lainnya di mana tadinya satu dan kemudian berpisah. Di setiap kecamatan dipilih 5 kecamatan secara acak. Dari kecamatan terpilih, dipilih lagi 2 desa di mana satunya terletak dekat dengan ibu kota kecamatan dan satunya lagi terletak agak jauh namun dapat dijangkau oleh petugas lapangan. Total desa yang diteliti adalah 20 desa. Sampel dan cara pengambilan sampel Sample dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang mempunyai balita (0-59 bulan). Jumlah sampel sebesar 30 balita untuk setiap desa. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan 6 kategori umur yaitu 0-5 bulan, 6-11 bulan, bulan, bulan, bulan dan bulan. Dengan demikian, di setiap desa dipilih 5 14

3 orang untuk setiap kategori umur tersebut. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode obat nyamuk dimana titik pertama ditentukan terlebih dahulu dan selanjutnya dicari seluruh anak balita yang memenuhi syarat dari titik tersebut. Apabila sudah terpenuhi setiap kelompok umur maka pelaksanaan pengambilan sampel dihentikan. Seluruh desa dalam penelitian ini dapat mengumpulkan 30 sampel anak balita. Metode pengumpulan data Status gizi: diukur secara antropometri yaitu melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Tiga indikator status gizi secara antropometri digunakan dalam menentukan status gizi anak balita dalam penelitian ini. Ketiga indikator tersebut yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badang (BB/TB) Standar International NCHS-WHO (1983) digunakan dalam survei ini. Asupan makanan balita: diperoleh dengan menanyakan frekuensi makanan tertentu yang dikonsumsi dalam 1 bulan terakhir dan juga seluruh makanan yang telah dikonsumsi selama 24 jam terakhir (sehari sebelum wawancara). Praktek pemberian MP-ASI yang dilakukan sejak pertama kali dianalisis dalam penelitian ini. Pola konsumsi keluarga. Dalam penelitian ini juga dilakukan survei konsumsi gizi di tingkat rumah tangga. Makanan yang dikonsumsi di tingkat rumah tangga oleh seluruh anggota keluarga ditanyakan melalui kuesioner yang tersedia. Di samping itu, jenis makanan yang sering dikonsumsi di tingkat rumah tangga terutama yang merupakan jenis makanan hewani, sayur-sayuran dan buah-buahan ditanyakan melalui kuesioner yang tersedia. Data lainnya: data yang mendukung dalam penelitian ini meliputi status imunisasi, morbiditas, serta status sosial ekonomi keluarga seperti pendidikan dan pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, dan kondisi sanitasi lingkungan. Metode Pengambilan data Pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan (Lohman dkk., 1988). Berat badan anak diukur dengan menggunakan Salter (timbangan gantung) dengan ukuran terkecil sebesar 0.1 kg. Pengukuran panjang badan dilakukan pada anak dibawah 2 tahun dengan menggunakan length board yang direkomendasikan oleh WHO (1983) dengan ukuran terkecil 0.1 cm. Anak di atas 2 tahun diukur tinggi badannya dengan menggunakan Microtoice dengan ukuran terkecil juga sebesar 0.1 cm. Data lainnya diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah terstandarisasi. Data yang diperoleh dengan kuesioner meliputi status social ekonomi keluarga (jumlah anak, pendidikan orang tua, dan pekerjaan), status morbiditas anak dalam 1 bulan terakhir, asupan makanan yang diperoleh dengan metode food frekuensi dan recall 24 jam. Selain itu juga ditanyakan paktek pemberian ASI, penggunaan makanan lokal, serta pola konsumsi keluarga. 15

4 Analisis data Data antropometri yang diperoleh dibandingkan dengan standar NCHS-WHO dengan menggunakan program Epiinfo (Dean dkk., 1995). Indikator yang digunakan adalah nilai z-score dari BB/U, TB/U dan BB/TB seperti yang direkomendasikan oleh Gorstein dkk. (1994). Ke tiga indikator ini dapat memberin informasi tentang jumlah anak yang mempunyai berat badan yang lebih rendah (gizi kurang) dan sangat rendah dibanding standar (gizi buruk). Disamping itu dapat diketahui anak yang mengalami stunting (pendek) dan wasting (kurus). Nilai rata-rata z-score dan angka prevalensi malnutrisi juga dibedakan menurut jenis kelamin, kelompok umur, dan lokasi kabupaten. Data konsumsi makanan (24 jam recall) dianalisis dengan menggunakan program WorldFood2 (California University, Davis). Setiap rata-rata nilai zat gizi yang dikonsumsi ditampilkan berdasarkan kelompok umur dan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan oleh WHO (1998). Hasil Penelitian Keseluruhan sampel yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 600 keluarga dengan anak balita. Tabel 1 memperlihatkan tingkat pendidikan dan pekerjaan dari orang tua sampel. Keluarga sampel yang terlibat dalam penelitian ini paling banyak dengan pendidikan ayah dan ibu di atas SMA (40% dan 36%). Walaupun masih ada juga yang tidak pernah sekolah tapi sangat sedikit (0.8% dan 1.7%). Pada umumnya ayah dari balita yang ikut dalam penelitian ini adalah petani dan pegawai negeri/swasta (berturut-turut 49% dan 13.7%). Jumlah anak laki-laki dalam penelitian ini lebih banyak dibanding anak perempuan (306 vs. 294 anak). Namun demikian perbedaan masing-masing jenis kelamin ini pada setiap kategori umur tampak proporsional (data tidak terlihat). Prevalensi status gizi anak balita di daerah penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2-4. Berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB, secara keseluruhan terlihat prevalensi anak gizi kurang, pendek, dan kurus (di bawah 2 z-score) berturut-turut sebesar 27.3%, 25.7%, 12.1%. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dari prevalensi terhadap jenis kelamin. Berdasarkan kelompok umur anak dari ketiga indikator status gizi yang digunakan, terlihat bahwa untuk indicator TB/U, terlihat peningkatan prevalensi yang sangat mencolok pada setiap kategori umur. Di lain pihak, untuk indikator BB/TB, prevalensi tertinggi terlihat pada anak yang berumur bulan dan untuk indikator BB/U tertinggi pada anak yang berumur bulan. Apabila dibedakan antara gizi kurang (antara 2 dan 3 z-score BB/U) dan gizi buruk (di bawah 3 z-score BB/U) maka angka gizi buruk tampak rendah (7.3%). Asupan makanan oleh anak balita memperlihatkan jumlah asupan gizimakro yang lebih tinggi dari yang dianjurkan (WHO) utamanya untuk anak di bawah 2 tahun (data tidak terlihat). Namun demikian, beberapa gizimikro tampak lebih rendah dari yang dianjurkan (data tidak terlihat). Tabel 5-6 memperlihatkan besarnya asupan zat gizi oleh anak balita umur 6-23 bulan di Kabupaten Maltra dan MTB. Seperti yang terlihat, asupan gizi mikro seperti besi dan zink serta vitamin B 16

5 lebih rendah dibanding yang dianjurkan. Dilain pihak kontribusi lemak dan protein terhadap total kalori sangat rendah utamanya pada anak di bawah 2 tahun (berturut-turut untuk 6 11 bulan, bulan dan bulan adalah 13.0%, 15.1% dan 23.6% untuk lemak, 10.9%, 11.9% dan 12.0% untuk protein pada kabupaten Malra serta 9.1%, 19.3% dan 23.8% untuk lemak, 10.5%, 12.1% dan 12.2% untuk protein pada kabupaten MTB). Tabel 7 memperlihatkan pola konsumsi keluarga yang ada di daerah penelitian. Bahan makanan hewani yang paling banyak dikonsumsi adalah ikan (38.8%) dengan frekuensi konsumsi 6 7 hari per minggu. Bahan makanan sayuran yang paling banyak dikonsumsi adalah sayuran berwarna hijau (32.5%) dan tomat (8.5%). Adapun buah yang paling banyak dikonsumsi adalah pepaya (9.7%). Tabel 8 memperlihatkan perhitungan skor pola pangan harapan (PPH) di Kabupaten Maltra dan MTB. Jumlah total kalori yang dikonsumsi oleh rata-rata setiap anggota rumah tangga dalam sehari masih kurang (1585 Kkal). Sedangkan jumlah skor PPH pada daerah penelitian tersebut cukup tinggi yakni Tingginya angka ini tampak dari tingginya nilai yang diperoleh dari bahan makanan padi-padian (24.5) dan hewani (18.8). Pembahasan Status gizi anak balita yang ditemukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk berturut-turut sebesar 20% dan 7.3%. Ini menunjukkan ada masalah gizi yang cukup serius di daerah ini. Apabila dilihat jumlah anak yang mengalami stunting dan wasting maka akan diperoleh angka sebesar 25.7% dan 12%. Angka ini terlihat sangat tinggi terutama untuk gangguan gizi akut (wasting) karena dapat menyebabkan tingginya angka kematian pada anak (WHO, 1986). Angka status gizi seperti ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan angka yang diperoleh dari hasil survey di Propinsi Maluku Utara (Hadju dkk., 2002) yaitu sebesar 17.8% dan 3.9% (berturut-turut untuk gizi kurang dan buruk) sedangkan untuk stunting dan wasting masing-masing sebesar 22.7% dan 9.6%. Masalah stunting dan wasting yang tinggi menunjukkan bahwa masalah gizi di kedua kabupaten ini adalah masalah kronik dan akut. Masalah kronik dapat berhubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga tingkat kebiasaan masyarakat dalam hal pemberian makanan kepada anak. Seperti yang terlihat dalam penelitian ini, berapa banyak anak yang tidak diberikan makanan bergizi sejak mereka berumur 6 bulan. Walaupun diketahui ikan tersedia dalam jumlah yang banyak di daerah ini tapi hanya sekitar 25% anak yang mendapat ikan setiap hari. Pada penelitian ini juga ditemukan asupan energi yang rendah khususnya pada anak yang berada di atas 23 bulan. Namun demikian, jumlah ini tampak lebih tinggi dibanding asupan energi yang terlihat pada penelitian di Maluku Utara (Hadju dkk., 2002) dan di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan (Thaha dkk., 2001) yaitu hanya sebesar 40-50% RDA. Konsumsi protein yang tinggi di daerah penelitian ini 17

6 tampaknya memberikan total keseluruhan asupan energi yang lebih baik. Hal yang mengherankan adalah rendahnya konsumsi ikan pada anak di atas 1 tahun dibandingkan dengan hasil yang diperoleh di Maluku Utara (Hadju dkk., 2002 dan juga di daerah pantai Sulawesi Selatan (data tidak dipublikasi). Hasil penelitian di Maluku Utara memperlihatkan konsumsi ikan sebanyak 56.9% sedangkan di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan memperlihatkan hasil konsumsi sebesar 72.9%. Perlu diteliti lebih jauh mengapa anak-anak di wilayah penelitian ini tidak diberikan ikan. Penelitian ini juga memperlihatkan asupan kalori rata-rata anggota keluarga yang lebih rendah (1508 Kkal dan 1661 Kkal, masing-masing di Malra dan MTB).dari target nasional (2150kkal). Perlu diteliti lebih lanjut rendahnya asupan kalori di kedua daerah penelitian ini. Namun demikian skor PPH untuk setiap kabupaten yang mendekati bahkan melebihi angka nasional (84.4 dan 72.9 berturut-turut untuk Malra dan MTB). Ini dapat terlihat dari variasi konsumsi yang lebih tinggi pada jenis-jenis sayuran dan hewani. Kesimpulan dan Rekomendasi Penelitian ini memperlihatkan tingginya anak balita yang mengalami masalah gizi baik underweight (BB/U), stunting (TB/U) maupun wasting (BB/TB). Gangguan gizi yang akut dan juga kronik diiringi dengan asupan gizi di tingkat keluarga yang lebih rendah dibanding jumlah yang dianjurkan secara nasional. Disamping itu kualitas MP-ASI, khususnya jumlah asupan gizimikro pada anak balita tampak rendah. Proporsi lemak dalam makanan yang relatih rendah sangat terkait dengan asupan gizi mikro yang rendah. Disarankan agar upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam memberikan makanan dan perawatan (asuhan) sejak ibu hamil dapat dilakukan dengan mempersiapkan seorang petugas gizi masyarakat di desa atau wilayah yang sangat memerlukan. Kualitas MP-ASI yang terbatas, terutama mereka yang tidak sanggup untuk menyediakan bubur susu buatan pabrik kepada bayinya, harus diiringi oleh keterampilan ibu dalam menggunakan bahan makanan pokok lokal seperti ikan dalam setiap pemberian bubur kepada anaknya. Disamping itu keterlibatan lintas sektor dalam menanggulangi masalah gizi dan pangan harus terus dibina. Masalah gizi tidak bisa hanya diselesaikan oleh orang kesehatan saja. Pemerintah harus melakukan koordinasi dengan berbagai lintas sektor seperti Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Sosial, dan Dinas Pendidikan dalam mendukung usaha mengatasi masalah ini secara bersama-sama. Daftar Pustaka Dean AG, Dean JA, Burton AH, and Dicker RC. Epi Info, version 6: a word processing, database, and statistics program for epidemiology on microcomputers. Stone Mountain, Georgia: USD, Incorporated, Gorstein J, Sullivan K, Yip R, De Onis M, Trowbridge F, Fajans P, and Clugston G. Assessment of nutritional status using anthropometry. Bull WHO 1994;72:

7 Hadju V, Thaha AR, Dahlan DM, dan Ramli. Status gizi anak balita pada keluarga miskin di Propinsi Sulsel. Medika edisi khusus September, 1999: Hadju V, Dachlan DM, Taslim NA, dkk. Kinerja Posyandu dan distribusi Vitadele pada anak balita di Kabupaten Takalar. Pada: Pangan dan Gizi: Masalah, Program Intervensi dan teknologi tepat guna. Tawali dkk., (editor). Makassar: Pusat Pangan Gizi dan Kesehatan Unhas, 2002a. Hadju V, Thaha AR, Albar A. Survey status gizi pada anak balita di daerah pengungsi Maluku Utara. Makassar: Pusat Studi Pangan, Gizi, dan Kesehatan, Jahari AB, Sandjaja, Sudiman H, Jus at I, Jalal F, and Minarto. The hidden problem, an analyses on anthropometric indicators of protein energy malnutrition based on Susenas data, Lohman TG, Roche AF, dan Martorell R, eds. Anthropometric standardization reference manual. Champaign, IL: Human Kinetics Press, Thaha AR, Hadju V, dan Dachlan DM. Changes of nutritional status at first year longitudinal studies of social safety net in Indonesia. Jurnal Medika Nusantara 2000;21(1): Thaha AR. Breastfeeding and macronutrient intake of children in Barru Subdistrict, South Sulawesi. Majalah Kedokteran Indonesia 2001, 51;4: World Health Organization (WHO). Measuring change in nutritional status. Geneva: World Health Organization, WHO working group. Use and interpretation of anthropometric indicators of nutritional status. Bull WHO 1986;64: World Health Organization (WHO). Complementary feeding of young children in developing countries: a review of current scientific knowledge. Geneva: World Health Organization, Marjan ZM, Taib MNM, Lin KG, dan Siong TE. Socio-economic determinants of nutritional status of children in rural penisular Malaysia. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition 1998;3(314):

8 Lampiran : Tabel 1. Karakteristik pendidikan dan pekerjaan orang tua di Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat. Variabel Pendidikan ayah Tidak penah sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA(+) Pekerjaan ibu Ibu rumah tangga Ibu bekerja Pekerjaan ayah Petani Buruh harian Nelayan Pegawai negeri/swasta Tukang Supir Lainnya Tidak bekerja Maluku Tenggara (n=300) Maluku Tenggara Barat (n=300) Total (n=600) n % n % n % Tabel 2. Status gizi anak balita berdasarkan berat badan per umur (BB/U) di Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat n Rata-rata -3 (-3)-(-2) -2 Total Sex Pria Wanita Kel. Umur 0 5 bln bln bln bln bln bln Kabupaten Maluku Tenggara Maluku Teng. Barat

9 Tabel 3. Status gizi anak balita berdasarkan tinggi badan per umur (TB/U) di Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat. n Rata-rata -2-2 Total Sex Pria Wanita Kel. Umur 0 5 bln bln bln bln bln bln Kabupaten Maluku Tenggara Maluku Teng. Barat Tabel 4. Status gizi anak balita berdasarkan berat badan per tinggi badan (BB/TB) di Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat n Rata-rata -3 (-3)-(-2) -2 Total Sex Pria Wanita Kel. Umur 0 5 bln bln bln bln bln bln Kabupaten Maluku Tenggara Maluku Teng. Barat

10 Tabel 5. Perbandingan konsumsi MP-ASI anak balita (6-23 bln) dengan yang dianjurkan untuk Kabupaten Maluku Tenggara 6-11 bln (n=48) bln (n=56) WHO* Konsumsi % WHO* Konsumsi % Protein Vitamin A Folate Niasin Asam pantotent Riboflovin Thianin Vitamin B Vitamin B Vitamin C Vitamin D Kalsium Fhosfor Magnesium Kalium Besi Zinc Mangan *Nilai yang dianjurkan WHO bila anak mendapat ASI Tabel 6. Perbandingan konsumsi MP-ASI anak balita (6-23 bln) dengan yang dianjurkan untuk Kabupaten Maluku Tenggara Barat 6-11 bln (n=48) bln (n=53) WHO* Konsumsi % WHO* Konsumsi % Protein Vitamin A Folate Niasin Asam pantotent

11 Riboflovin Thiamin Vitamin B Vitamin B Vitamin C Vitamin D Kalsium Fhosfor Magnesium Kalium Besi Zinc Mangan *Nilai yang dianjurkan WHO bila anak mendapat ASI Tabel 7. Frekuensi konsumsi keluarga di Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat (n=600). Jenis bahan makanan Bahan makanan hewani 6 7 hari / minggu Frekuensi Konsumsi 1 5 hari / minggu 1 3 hari / bulan Tidak pernah Telur Daging; ayam/kambing/sapi/kerbau Ikan Udang/cumi/kepiting/kerang Hati Jeroan Bahan makanan sayuran Daun hijau tua Daun hijau muda Kacang panjang/kacang-kacangan

12 Labu-labuan Wortel Tomat Jagung muda Buah-buahan Pepaya Nangka Mangga Nenas Pisang Sawo Tabel 8. Pola pangan harapan (PPH) di Kabupaten Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat (n=600). Konsumsi Energi No Kelompok Bobot % Skor Bahan Makanan Kkal Terhadap PPH Total Kkal (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Padi-padian Umbi-umbian Hewani Minyak / Lemak Kacang-kacangan Buah / Biji berminyak Gula Sayur-sayuran dan buahbuahan Jumlah %

Veni Hadju Nurpudji Astuti

Veni Hadju Nurpudji Astuti Veni Hadju Nurpudji Astuti Penelitian di Unhas; yang dilaksanakan di Pusat Studi Gizi dan Pangan, mahasiswa S3, S2, dan S1. Kendala waktu, pada umumnya yang bisa disampaikan adalah penelitian PSGP. Studi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus Global Scaling Up Nutrition (SUN) Movement pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan

Lebih terperinci

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono PENDAHULUAN Masalah gizi di Indonesia masih merupakan masalah nasional Kelompok usia yang rentan masalah gizi antara lain usia balita: Bayi

Lebih terperinci

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi masih menjadi perhatian di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat terlihat di dalam rumusan Millennium Development Goals (MDGs) goal pertama

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU IDENTITAS Nomor Responden : Alamat Responden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya untuk mengatasi masalah malnutrisi secara global telah dilakukan oleh WHO (World Health Organization) melalui program Sustainable Development

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh akibat interaksi antara asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan kesehatan tubuh (Sri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang Indonesian Journal of Disability Studies ISSN : - Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang * Agustina Shinta Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD), Universitas Brawijaya, Malang,

Lebih terperinci

Maria Kareri Hara. Abstract

Maria Kareri Hara. Abstract PERILAKU ASUPAN NUTRISI BALITA BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN STATUS GIZI DARI BALITA KURANG GIZI YANG MENDAPAT PROGRAM PMT-P, PUSKESMAS KAWANGU SUMBA TIMUR Maria Kareri Hara Abstract Ekstra feeding for

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi, Januari Juni PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA -4 BULAN Asmarudin Pakhri ), Lydia Fanny ), St. Faridah ) ) Jurusan Gizi Politeknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah

Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah LAMPIRAN 67 68 Lampiran 1 Tingkat ketahanan pangan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah 68 69 68 Lampiran 2 Sebaran rumah tangga berdasarkan keragaan akses ibu terhadap informasi dan pelayanan gizi

Lebih terperinci

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009 GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009 Nadimin1) 1) Department of Nutritional Health Polytechnic

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

Hasil Studi Biaya Pangan. Kerjasama BAPPENAS & WFP

Hasil Studi Biaya Pangan. Kerjasama BAPPENAS & WFP Hasil Studi Biaya Pangan Kerjasama BAPPENAS & WFP Maret 2017 Struktur Presentasi Investasi di bidang gizi Peningkatan Nilai Untuk Uang 1 Pengantar Studi Biaya Pangan 2 Metode 3 Hasil dan Temuan 4 Pengalaman

Lebih terperinci

Skor pola pangan harapan dan hubungannya dengan status gizi (Widodo Y; dkk)

Skor pola pangan harapan dan hubungannya dengan status gizi (Widodo Y; dkk) Skor pola pangan harapan dan hubungannya dengan status gizi (Widodo Y; dkk) SKOR POLA PANGAN HARAPAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0,5 12 TAHUN DI INDONESIA (SCORE OF DESIRABLE DIETARY PATTERN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia sekarang masih memikul banyak beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan kesehatan di masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

Identifikasi Status Gizi pada Remaja di Kota Banda Aceh

Identifikasi Status Gizi pada Remaja di Kota Banda Aceh Statistika, Vol. 17 No. 2, 63 69 November 2017 Identifikasi Status Gizi pada Remaja di Kota Banda Aceh Program Studi Statistika, Fakultas MIPA, Universitas Jln. Syech Abdurrauf No.2 Kopelma Darussalam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan

Lebih terperinci

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013 GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013 PROFILE OF TODDLER MALNUTRITION AT PRIMARY HEALTH CENTER CARINGIN BANDUNG AT SEPTEMBER 2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014)

PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014) PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014) Dr. Siswanto, MHP, DTM Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Sekolah Dasar 2.1.1. Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keikutsertaan PAUD HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita 17 KERANGKA PEMIKIRAN Masa balita merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, terlebih lagi pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak.

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Saya Meiti Mahar Resy sebagai mahasiswi Universitas Esa Unggul akan melakukan penelitian Skripsi di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok usia dalam daur kehidupan yang mana pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi, tetapi aktifitasnya banyak. Bermain dan selalu bermain

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia Pada Balita Usia 1-5 Tahun di Puskesmas Marim Hartati Ginting 1, Ali Rosidi 2, Yuliana Noor S.U 3 1, 2, 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Salah satu penyebab yang menonjol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN PADA SALAH SATU DESA DI WILAYAH LAMPUNG TIMUR Damayanti*, Siti Fatonah* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

POLA PEMBERIAN ASI DAN STUNTING BAYI USIA ENAM SAMPAI SEBELAS BULAN

POLA PEMBERIAN ASI DAN STUNTING BAYI USIA ENAM SAMPAI SEBELAS BULAN POLA PEMBERIAN ASI DAN STUNTING BAYI USIA ENAM SAMPAI SEBELAS BULAN Trini Sudiarti Program Sudi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2017 1 Kerangka Paparan vpendahuluan vtinjauan Pustaka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM

HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN KOMPOSIT DENGAN MORBIDITAS ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM ANALISIS INDEKS KOMPOSIT Penentuan prevalensi gangguan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG The Association Beetween Energy and Protein Intake with Nutritional Status of Under Five Children in Tamamaung Village

Lebih terperinci

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU 1 POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU Chintya Nurul Aidina¹, Zulhaida Lubis², Fitri Ardiani² ¹Mahasiswi Departemen Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit. Kelompok usia yang paling rentan yaitu usia 2-4 tahun, hal ini disebabkan karena pada usia

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN : HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI Anik Kurniawati Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta E-mail: kurniawati_anik@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN.. ii KATA PENGANTAR. iii HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv ABSTRAK v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL.... xii DAFTAR GRAFIK... xvi DAFTAR LAMPIRAN...... xvii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations Children s Fund (UNICEF)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Kualitas hidup manusia terbagi atas kualitas fisik dan kualitas non

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa menjadi suatu peluang yang menguntungkan bagi Indonesia bila diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Kode : KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DITINJAU DARI KARAKTERISTIK KELUARGA DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2011 Tanggal Wawancara : A. Identitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada 2013 menunjukan bahwa prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 37% (terdiri dari 18% sangat pendek dan 19,2% pendek)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang belum pernah tuntas ditanggulangi di dunia. 1 Organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi

Lebih terperinci

1

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1998, pemerintah Indonesia sudah melakukan kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO). Pemberian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak, kemudian menjadi dewasa, dan pada siklus

Lebih terperinci

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABOKINGKING KOTA PALEMBANG (RESPONDEN ADALAH IBU) Tanggal pengumpulan data : / / Enumerator

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2007 Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. H.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2007 Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. H. KATA PENGANTAR Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Rawan pangan dan gizi masih menjadi salah satu masalah besar bangsa ini. Masalah gizi berawal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia.kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita 6 TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita Gizi merupakan hal penting dalam pembangunan, karena gizi adalah investasi dalam pembangunan. Gizi yang baik dapat memicu terjadi pembangunan yang pesat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi. Puskesmas Kadudampit Puskesmas Cikidang Puskesmas Citarik. Peserta program pemberian makanan biskuit fungsional 37 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian ini merupakan penelitian survey yang dilakukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lokasi penelitian ini terdiri dari 3 Puskesmas yaitu Kadudampit,

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015. 2 DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Hartati, 2008). Menurut keterangan Supriadi (2009), terlihat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci