BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diresmikan pada tanggal 24 Maret Lahirnya Kecamatan Kota Tengah Kota

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diresmikan pada tanggal 24 Maret Lahirnya Kecamatan Kota Tengah Kota"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Profil Kecamatan Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Utara, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005, yang diresmikan pada tanggal 24 Maret Lahirnya Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari kalangan tokoh agama/adat, tokoh Masyarakat, Generasi Muda, yang kemudian ditindak lanjuti dengan dibentuknya Komite Pemekaran Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo melalui surat keputusan Camat Kota Utara Kota Gorontalo tanggal 4 Desember Adapun Maksud dan Tujuan Pemekaran Kecamatan adalah dalam rangka Upaya Peningkatan dan Percepatan Pelayanan kepada Masyarakat dibidang Pemerintahan dan Pembangunan mulai dari Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan Masyarakat. Kecamatan Kota Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Gorontalo, dengan Luas wilayah Kecamatan Kota Tengah 4.13 km 2 atau 6.37% dari luas Kota Gorontalo dengan posisi geografis terletak antara 0,19 1,15 Lintang Selatan dan 121,23 123,43 Bujur Timur dengan ketinggian + 5 M dari permukaan laut, dengan Suhu rata rata pada siang hari berkisar antara 30,9 34,0 0 C dan pada malam hari berkisar antara 20,8 24,4 0 C. Sedangkan kelembaban relatif tergolong tinggi dengan rata rata 83 %.

2 Batas Wilayah Kecamatan Kota Tengah adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Dembe II, Wongkaditi Barat, Kecamatan Kota Utara, Kelurahan Heledulaa Utara, Kecamatan Kota Timur c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Limba U1 dan Limba U2, Kecamatan Kota Selatan. d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Libuo, Huangobotu, Tomulabutao, dan Kecamatan Dungingi. Jumlah RT/RW dan lingkungan di tingkat kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Jumlah RT/RW Dan Lingkungan Di Tingkat Kelurahan No Kelurahan Luas (Km2) Lingk RT RW Ket 1. Paguyaman 0, Pulubala 0, Dulalowo D. Timur Liluwo 0, Wumialo 0, Jumlah Sumber : Doc. Profil Kecamatan Kota Tengah

3 4.1.2 Profil Puskesmas Dulalowo Puskesmas Dulalowo adalah salah satu puskesmas dari tujuh puskesmas yang ada di Kota Gorontalo, tepatnya berkedudukan di Jalan Sulawesi No. 2 Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah. Puskesmas Dulalowo mewilayahi Kecamatan Kota Tengah sebagai wilayah kerja. Jarak antara Puskesmas Dulalowo dengan ibukota Kecamatan Kota Tengah adalah 1 Km Rencana Strategis Puskesmas Dulalowo Tahun a. Visi : Hidup sehat melalui kemandirian masyarakat b. Misi: Membuat pelayanan kesehatan masyarakat yg berkualitas c. Penilalian nilai : 1. Berpihak kepada masyarakat 2. Bertindak cepat dan tepat 3. Kerja sama tim 4. Integritas yang tinggi 5. Transparan dan akuntabel d. Motto : Jadikan pasien sebagaimana keluarga sendiri e. Tujuan : 1. Meningkatnya umur harapan hidup menjadi 70 tahun 2. Menurunnya angka kematian bayi menjadi 12 orang per 1000 kelahiran hdup 3. Menurunnya angka kematian ibu menjadi I bawah 1 orang 4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi 5 %

4 f. Strategi : 1. Meningkatkan akses masyarakat Terhadap pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas 2. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat 3. Meningkatkan system surveilans, monitoring, dan informasi kesehatan 4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan dasar g. Program a. Upaya kesehatan Wajib : 1. Promosi kesehatan 2. Kesehatan Lingkungan 3. KIA Dan KB 4. Perbaikan gizi masyarakat 5. Pemberantasan penyakit menular 6. Pengobatan b. Upaya kesehatan Pengembangan : 1. Perawatan kesmas 2. Upaya kesehatan Sekolah 3. Kesehatan gigi dan mulut 4. Kesehatan kerja 5. Kesehatan jiwa 6. Kesehatan usia lanjut 7. Kesehatan mata dan telinga 8. Kesehatan olahraga

5 9. Laboratorium Sederhana 10. Konsultasi medik, gizi, dan sanitasi c. Upaya kesehatan Inovatif 1. Pelayanan prima 2. Pengembangan keluarga siaga 3. Menuju kelurahan sehat 4. Pengembangan system informasi kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas Dulalowo memiliki wilayah kerja sebanyak enam kelurahan se- Kecamatan Kota Tengah yaitu : 1. Kelurahan Wumialo dengan 4 lingkungan, 7 RW dan 28 RT 2. Kelurahan Dulalowo dengan 2 lingkungan, 4 RW dan 17 RT 3. Kelurahan Dulalowo Timur dengan 3 lingkungan, 5 RW dan 18 RT 4. Kelurahan Liluwo dengan 4 lingkungan, 6 RW dan 22 RT 5. Kelurahan Pulubala dengan 5 lingkungan, 8 RW dan 34 RT, dan 6. Kelurahan Paguyaman dengan 3 lingkungan, 5 RW dan 16 RT Dengan batas-batas wilayah kerja : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi Kecamatan Kota Utara 2. Sebelah Timur berbatasan dengan sebagian wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kecamatan Kota Timur dan sebagian lagi wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi

6 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Limba B Kecamatan Kota Selatan, dan 4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Dungingi Kecamatan Dungingi. Jumlah penduduk pada tahun 2012 di wilayah kerja puskesmas Dulalowo berdasarkan data SP2PT adalah Jiwa dan jumlah KK adalah KK, dengan jumlah masyarakat miskin jiwa, jumlah KK miskin kk, jumlah peserta Askes Sosial 572 kk, Ibu Hamil 605, Ibu Menyusui/Bersalin 570, Bayi 0 1 thn 648 Anak Balita 1 5 thn orang. Kepadatan penduduk diwilayah kerja Puskesmas Dulalowo tahun 2012 adalah jiwa per kilometer persegi, terpadat di Kelurahan Wumialo dan terendah kepadatannya adalah Kelurahan Paguyaman seperti yang terdapat dalam lampiran tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan Tahun 2012 Penduduk Kelurahan (Km²) Kepadatan Per Km² Wumialo ,86 504,33 504,33 Dulalowo ,96 40,10 40,10 Liluwo , ,01 359,01 Pulubala ,58 56,03 56,03 Paguyaman ,99 28,09 28,09 Dul-tim Jumlah , ,57 987,57 Sumber Data : SP2TP 2012

7 Ratio kepadatan penduduk diwilayah kerja Puskesmas Dulalowo menunjukkan bahwa tingkat persebaran penduduk antar kelurahan berbeda dimana tampak penduduk terkonsentrasi di Kelurahan Dulalowo dan Kelurahan Wumialo Diagnosis Epidemiologi Untuk menggambarkan tingkat prevalensi penyakit di wilayah kerja suatu puskesmas maka disusunlah 10 Penyakit Menonjol Puskesmas. 10 penyakit menonjol merupakan suatu pola penyakit yang disusun berdasarkan tingkat kunjungan pasien ke puskesmas yang dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan upaya upaya pencegahan dan surveylans epidemiologis puskesmas. Berikut ini adalah tabel prevalensi penyakit paling menonjol di wilayah kerja Puskesmas Dulalowo padas tahu Tabel Penyakit Menonjol Wilayah Puskesmas Dulalowo Tahun 2012 No Jenis Penyakit Jumlah 1 ISPA Nesofaringitis Akut Hipertensi Febris Influenza Luka / Trauma Gastritis Dermatitis kontak Alergi Artristis Pulpitis 282 Jumlah Sumber : Data Puskesmas Dulalowo

8 Menurut tabel di atas, sepanjang tahun 2012 jumlah seluruh kasus di Puskesmas Dulalowo sebanyak kasus, dengan penyakit tertinggi selama tahun 2012 adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan jumlah kasus 3475 dan jumlah kasus terendah adalah penyakit pulpitis. 4.2 Hasil Penelitian Pengumpulan data penelitian tentang Fakor Risiko Penyebab Asma Bronkial dilakukan tanggal 20 April 2013 sampai dengan tanggal 04 Mei Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara terhadap responden, sedangkan data sekunder diambil dari catatan medik penderita yang berobat di Puskesmas Dulalowo, dan alamat lengkap penderita di peroleh dari pencatatan penduduk yang berada di kantor Kecamatan Kota Tengah. Berdasarkan jumlah sampel yang dicantumkan di atas, jumlah penderita asma yang berobat di Puskesmas Dulalowo sebanyak 52 penderita. Namun, setelah melakukan penelitian, ada 2 penderita yang tidak memenuhi kriteria inklusi. Dua penderita tersebut tidak tinggal di wilayah kerja Puskesmas Dulalowo. Yang satunya bertempat tinggal di Kelurahan Tomulabutao dan penderita yang satu lagi sudah pindah di luar daerah. Hal ini merupakan salah satu kendala yang ditemui selama melakukan penelitian. Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian melalui wawancara langsung kepada pasien asma di Wilayah Kerja Puskesmas Dulalowo, maka data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :

9 4.2.1 Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel 4.4 di bawah ini : Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita Asma di Puskesmas Dulalowo Jenis Kelamin n % Laki laki (L) Perempuan (P) Jumlah Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa penderita asma yang pernah berobat di Puskesmas Dulalowo yang memiliki jenis kelamin laki laki lebih banyak dari jumlah penderita perempuan. Laki laki 26 penderita (52%) dan perempuan 24 penderita (48%) Deskripsi Berdasarkan Kelompok Umur Distribusi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada tabel 4.5 di bawah ini : Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Penderita Asma di Puskesmas Dulalowo Kelompok Umur n % <1 thn > Jumlah Sumber : Data Primer

10 Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa penderita asma yang pernah berobat di Puskesmas Dulalowo yang paling banyak yaitu penderita yang berusia 1 10 tahun sebanyak 18 penderita (36%), dan yang paling sedikit yaitu penderita asma yang berusia tahun sebanyak 5 penderita (10%). Sedangkan tidak ada penderita yang berusia <1 tahun Deskripsi Faktor Paparan Debu Distribusi responden berdasarkan jumlah penderita alergi terhadap debu disajikan pada tabel 4.6 di bawah ini : Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Alergi Terhadap Paparan Debu Pada Penderita Asma di Puskesmas Dulalowo Alergi Debu n % Ya Tidak Jumlah Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa penderita asma yang pernah berobat di Puskesmas Dulalowo yang alergi terhadap debu sebanyak 33 penderita (66%), dan yang tidak alergi terhadap debu sebanyak 17 penderita (34%).

11 4.2.4 Deskripsi Faktor Paparan Asap Rokok Distribusi responden berdasarkan jumlah penderita alergi terhadap asap rokok disajikan pada tabel 4.7 di bawah ini : Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Alergi Terhadap Asap Rokok Pada Penderita Asma di Puskesmas Dulalowo Alergi Asap Rokok n % Ya Tidak Jumlah Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa penderita asma yang pernah berobat di Puskesmas Dulalowo yang alergi terhadap asap rokok sebanyak 23 penderita (46%), dan yang tidak alergi terhadap asap rokok sebanyak 27 penderita (54%) Deskripsi Faktor Binatang Peliharaan Distribusi responden berdasarkan jumlah penderita alergi terhadap binatang peliharaan disajikan pada tabel 4.8 di bawah ini : Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Alergi Terhadap Binatang Peliharaan Pada Penderita Asma di Puskesmas Dulalowo Alergi Binatang n % Peliharaan Ya Tidak Jumlah Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa penderita asma yang pernah berobat di Puskesmas Dulalowo yang alergi terhadap binatang peliharaan

12 (kucing / anjing / burung) sebanyak 11 penderita (22%), dan yang tidak alergi terhadap binatang peliharaan sebanyak 39 penderita (78%) Deskripsi Faktor Makanan Distribusi responden berdasarkan jumlah penderita alergi terhadap makanan tertentu disajikan pada tabel 4.9 di bawah ini : Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Alergi Terhadap Makanan Tertentu Pada Penderita Asma di Puskesmas Dulalowo Alergi Makanan n % Ya Tidak Jumlah Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa penderita asma yang pernah berobat di Puskesmas Dulalowo yang alergi terhadap makanan tertentu yaitu sebanyak 32 penderita (64%), dan yang tidak alergi terhadap makanan apapun sebanyak 18 penderita (36%) Deskripsi Berdasarkan Faktor Riwayat Keturunan Distribusi responden berdasarkan jumlah penderita yang memiliki riwayat keturunan asma disajikan pada tabel 4.10 di bawah ini : Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan Pada Penderita Asma di Puskesmas Dulalowo Memiliki Riwayat n % Keturunan Asma Ya Tidak Jumlah Sumber : Data Primer

13 Berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa penderita asma yang pernah berobat di Puskesmas Dulalowo yang memiliki riwayat keturunan penyakit asma yaitu sebanyak 20 penderita (40%), dan yang tidak memiliki riwayat keturunan asma sebanyak 30 penderita (60%). 4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian di atas, faktor risiko penyebab asma bronkial di wilayah kerja Puskesmas Dulalowo akan disajikan pada tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11 Distribusi Faktor Risiko Penyebab Asma Bronkial No Faktor Risiko Ya % Tdk % 1 Debu 33 27, Asap Rokok 23 19, ,6 3 Binatang Peliharaan 11 9, ,8 4 Makanan 32 26, ,7 5 Riwayat Keturunan 20 16, ,9 TOTAL Sumber : Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 4.11 diatas, faktor risiko penyebab asma bronkial yang sangat berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial yaitu faktor paparan debu. Dimana dari 50 responden yang saya temui, ada 33 responden yang menyatakan bahwa responden alergi terhadap debu, sedangkan 17 responden lainnya tidak alergi terhadap debu. Dan faktor risiko yang kurang mempengaruhi kejadian asma bronkial yaitu faktor binatang peliharaan. Dimana responden yang alegi terhadap binatang peliharaan hanya 11 responden, sedangkan 39 responden lainnya menyatakan bahwa mereka tidak alergi terhadap binatang peliharaan. Berikut ini merupakan pembahasan hasil penelitian tentang faktor risiko penyebab asma bronkial yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Dulalowo :

14 4.3.1 Umur Berdasarkan hasil penelitian, responden yang lebih banyak mengalami penyakit asma yaitu anak anak yang berusia 1 10 tahun. Menurut asumsi dari peneliti, hal ini disebabkan karena pada usia 1 10 tahun tergolong dalam usia anak anak. Pada usia ini, merupakan usia sekolah dan usia bermain. Di usia ini dimana anak anak lebih banyak berinteraksi dengan berbagai macam benda, melalui benda benda tersebut mereka tidak menyadari bahwa mereka banyak menghirup debu. Hal lainnya, di usia seperti ini pemahaman anak anak tentang pentinnya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) masih kurang. Serta pada usia seperti ini, anak anak lebih suka mengkonsumsi berbagai macam makanan seperti cokelat, ice cream, makanan yang mengandung pengawet, dan makanan minuman yang dingin lainnya. Pengetahuan mereka tentang faktor risiko penyebab asma masih sangat kurang, sehingga mereka tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan dapat menyebabkan timbulnya penyakit asma bronkial. Hal ini selaras dengan hasil penelitian penelitian Kurnia Pramesti (2006), menginformasikan bahwa makanan yang mengandung monosodium glutamat dapat menyebabkan pemicu sesak nafas pada anak anak usia 1 15 tahun dengan OR = 3,45 (95%C I=2,10-3,43). Menurut Gary Rachelefsky (2006), pada beberapa orang gejala gejala asma bisa berkurang saat merek bertambah dewasa. Namun, penyakit itu tidak menghilang. Sekitar 50% dari semua anak yang menderita asma bisa terus mengalami gejala gejalanya sepanjang hidup mereka atau gejala gejala akan kembali saat mereka menginjak akhir masa remaja dan dewasa. Hal ini yang

15 menyebabkan prevalensi penderita asma lebih banyak anak anak dibandingkan orang dewasa Debu Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa debu rumah yang menempel pada lantai kamar dan ruang keluarga, perabot rumah, langit langit rumah, tempat tidur, jendela kamar tidur yang selalu tertutup, membersihkan debu tidak dengan lap basah dapat menyebabkan timbulnya penyakit asma bronkial. Menurut asumsi peneliti, masuknya suatu alergen (debu) ke dalam saluran pernafasan seseorang dapat merangsang terjadinya reaksi hipersensitivitas. Bisaanya benda benda yang paling banyak menyimpan debu, seperti kasur (tempat tidur), karpet, jok kursi, tumpukan koran koran, buku buku, pakaian yang lama digantung, lantai yang tidak sering dibersihkan dapat merangsang saluran pernapasan sehingga menyebabkan sesak napas kemudian terjadi asma. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2008). Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa debu rumah yang menempel pada kipas angin, langit-langi rumah, jendela kamar tidur anak yang selalu tertutup, membersihkan debu tidak dengan lap basah, merupakan faktor risiko bagi penderita asma bronkial pada anak dengan nilai OR ; 0,66 (95% CI ; 0,29 1,47 ; p=0,306), artinya penderita asma memiliki peluang 0,656 kali menderita asma lebih kecil, dibandingkan anak yang tidak menderia asma. Menurut John Rees MD. FRCP (1996), debu yang tersebar luas dalam seprei, perabot rumah, karpet, dan mainan yang lembut/berbulu merupakan unsure penting dalam peningkatan prevalensi asma. Jika, penderita asma dipindahkan ke

16 lingkungan yang kurang dari debu, gejalanya akan membaik. Pembersihan kamar tidur secara teratur dan menghindari bahan yang mungkin mengumpulkan debu adalah upaya yang bijaksana untuk menekan jumlah antigen. Pengurangan debu telah dicoba dengan penutup kasur yang tak dapat tembus oleh debu, penyaring yang halus pada pembersih vakum, akarisida, ayau bahkan pemberian nitrogen cair pada karpet. Suatu usaha yang bersungguh sungguh dapat mengurangi jumlah debu sehingga cukup rendah untuk memperbaiki pengendalian asma. Desensitisasi terhadap debu rumah mungkin dapat berguna pada anak anak Asap Rokok Asap rokok yang dihirup penderita asma bronkial secara aktif mengakibatkan rangsangan pada sistima pernafasan, sebab pembakaran tembakau menghasilkan zat iritan dalam rumah yang menghasilkan gas yang komplek dan partikel partikel berbahaya. Didukung pula pernyataan responden yang mengatakan bau asap rokok saja anak saya langsung kumat seseknya, diawali dengan batuk batuk, hidung merasa tersumbat dan nafas bunyi ngik ngik, jika akan tidur saya beri bantal agar tidak sesek. Menurut asumsi peneliti, bahwa keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita asma bronkial bila anggota keluarga lainnyanya yang merokok didalam rumah kemudian terhisap oleh penderita asma atau bahkan penderita asma merupakan perokok aktif memiliki risiko lebih besar, dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang tidak menderita asma, apabila keluarganya menghisap merokok didalam rumah. Paparan asap tembakau pasif

17 berakibat lebih berbahaya gejala penyakit saluran nafas bawah dan naiknya risiko asma dan serangan asma. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2008), hasil analisis multivariat yang melihat antara asap rokok dengan kejadian asma bronkial memiliki nilai OR ; 23,13, (95% CI ; 4, ,2) nilai p=3,141, sehingga hipotesis terbukti. Dengan demikian dapat menginformasikan bahwa keluarga yang mempunyai anak menderita asma bronkial bila anggota keluarganya yang merokok didalam rumah kemudian terhisap oleh penderita asma memiliki risiko 23,13 kali lebih besar, dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai anak, tidak menderita asma, apabila keluarganya menghisap merokok didalam rumah. Hasil tersebut didukung oleh C. Infante Rivarrd (1993), dalam penelitiannya tentang ibu perokok berat mengakibatkan reaksi batuk dan asma menjadi kumat pada anak yang diasuhnya dengan OR ; 2,77 (95% CI ; 1,35 5,66). Hal ini didukung dengan teori menurut John Rees MD. FRCP (1996), pencemaran udara secara pribadi dengan asap rokok memperberat asma. Merokok aktif dan pasif menyebabkan timbulnya menyebabkan timbulnya penyempitan saluran pernapasan. Akhir akhir ini minat akan pencemaran lingkungan meningkat. Meskipun kabut kota (smog) telah mengilang setelah adanya peraturan udara bersih, kadar ozon, belerang dioksida, oksidanitrogen, dan bahan partikulat meningkat di daerah daerah padat penduduk dan perkotaan. Kombinasi suhu tinggi, kelembaban, dan lalu lintas yang padat menyebabkan kadar polusi udara meningkat. Penderita asma harus sadar akan upaya untuk memperbaiki kualitas

18 udara. Kadar nitrogen dioksida yang ditemukan dalam rumah dapat meningkatkan respons saluran pernapasan terhadap alergen Binatang Peliharaan Kepemilikan binatang piaraan yang menjadi faktor pencetus terjadinya asma bronkial. Seperti hasil wawancara dengan salah satu responden yang alergi terhadap binatang piaraan, dia mengatakan bahwa Saya alergi jika mengirup bulu binatang seperti kucing, sehingga jika saya berada di tempat yang banyak terdapat bulu kucing, gejala yang saya rasakan adalah bersin bersin. Pada penelitian ini, dari 50 responden ada 11 penderita yang alergi terhadap binatang peliharaan. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2008). Kepemilikan binatang piaraan yang menjadi faktor pencetus terjadinya asma bronkial pada anak, saat dilakukan analisis multivariat hasilnya bermakna secara statistik dengan p=0,025 nilai OR ;30,65 (95% CI ; 1, ,7), memberikan arti bahwa keluarga yang memiliki anak menderita asma bronkial dan mempunyai binatang piaraan memilki besar risiko 30,65 kali dibandingkan dengan keluarga tidak memiliki anak menderita asma dan tidak mempunyai binatang piaraan. Hasil ini juga didukung oleh David I. Duffy (1998), alergi oleh binatang yang dipelihara didalam rumah maupun diluar rumah oleh penderita asma mempunyai OR ; 10,23. Selaras dengan hasil wawancara mendalam oleh beberapa responden mengatakan kurang lebih lima tahun ini anak saya suka sekali menggendonggendong kucing dan setiap tidur kucing dibawa juga ketempat tidur (ibu A ; Indept Interview), responden lain menjelaskan kelinci yang saya punya itu kandangnya dekat rumah tinggal, kalau pada saat ganti bulu sering bulunya masuk

19 rumah, bahkan masuk didalam tidur dan ruang tamu (ibu G ; Indept Interview). Sumber penyebab asma adalah alergen protein yang ditemukan pada bulu binatang. Alergen tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil (sekitar 3 4 mikron) dan terbang di udara sehingga menyebabkan serangan asma, terutama dari burung dan hewan menyusui. Hal ini didukung dengan teori menurut John Rees MD. FRCP (1996), orang tua dari anak anak yang menderita asma sering khawatir mengenai hewan piaraan di rumah. Kucing merupakan masalah yang terbesar, dengan alergen dalam liur, urin, dan bulunya. Tetapi sebagian besar hewan piaraan dapat sekali kali memicu asma. Pasien yang mempunyai masalah besar dengan asma harus dianjurkan untuk tidak memelihara hewan piaraan baru. Bila anak anak lahir dalam suatu keluarga dengan riwayat atopi yang kuat, hewan piaraan yang berbulu lebih baik dihindari. Hewan piaraan yang ada di rumah harus dijaga untuk tidak masuk ke kamar tidur dan perabot yang lembut. Kalau hewan ini diperkirakan merupakan penyebab gejala yang berbahaya, dapat dicoba untuk pemisahan sementara. Alergen hewan tetap berada dalam rumah lama setelah hewan tersebut dibuang, oleh karena itu hewan harus dipindahkan dari rumah tersebut selama satu atau dua bulan. Pilihan lainnya, pasien dapat pindah rumah selama satu atau dua minggu. Tetapi, membuang hewan kesayangan tanpa alasan yang tepat dapat menyebabkan timbulnya masalah yang lebih berbahaya akibat gangguan emosional.

20 4.3.5 Makanan Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa beberapa jenis makanan penyebab alergi seperti susu sapi, cokelat, ice cream, makanan minuman dingin dapat meningkatkan produksi lendir / dahak yang menyebabkan penyempitan saluran pernapasan terutama pada bagian pernapasan bronkus sehingga penderita merasa sesak napas dan bunyi mengi, serta makanan produk industri dengan pewarna buatan, pengawet, vetsin dapat menjadi penyebab asma bronkial. Hal ini selaras dengan hasil penelitian penelitian Kurnia Pramesti (2006), menginformasikan bahwa makanan yang mengandung monosodium glutamat dapat menyebabkan pemicu sesak nafas pada anak-anak usia 1 15 tahun dengan OR=3,45 (95%C I=2,10-3,43) (Purnomo, 2008). Berdasarkan teori menurut John Rees MD. FRCP (1996), intoleransi pada makanan tidak selalu menunjukkan adanya mekanisme alergi. Reaksi dapat berkaitan dengan mediator farmakologik misalnya histamin atau tiramin dalam makanan. Mereka dapat dihasilkan oleh zat tambahan makanan misalnya zat warna kuning tartrazin, yang ditambahkan pada sejumlah besar makanan dan obat obatan. Bila terdapat alergi khusus terhadap bahan makanan dan obat obatan. Bila terdapat alergi khusus terhadap bahan makanan, yang paling mungkin akan terlibat adalah susu, telurm kacang kacangan, dan gandum Riwayat Keturunan Adanya riwayat keturunan penyakit asma bronkial, merupakan salah satu faktor risiko penyebab menurunnya penyakit asma pada anggota keluarganya. Hal

21 ini dibuktikan berdasarkan hasil survey dan wawancara yang saya lakukan, dari 50 penderita asma ada 20 penderita yang memiliki riwayat keturunan asma atau 40% dari jumlah responden. Salah satu responden mengatakan bahwa saya memiliki riwayat keturunan asma, ibu saya sejak kecil mengidap penyakit asma. Hal ini dibuktiktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2008). Adanya riwayat penyakit asma bronkial, mempunyai tiga kali lipat lebih tinggi jika riwayat keturunan dengan asma disertai dengan salah satu atopi. Melihat hasil analisi multivariat kejadian asma bronkial pada responden memiliki nilai OR ; 8,27 (95% CI : 1,505 45,434) dengan p=0,015. Hasil tersebut menginformasikan bahwa keluarga yang mempunyai riwayat penyakit asma bronkial mempunyai 8,27 kali dibandingkan dengan, keluarga yang tidak memiliki riwayat penyakit asma bronkial. Selaras dengan penelitian Ehrlich RI (1996), berdasarkan hasil penelitiannya yang mengunakan analisis multivariat, orang tua asma (OR=2,77: 95%CI; 1,11-2,48). Didukung pula dengan pernyataan responden yang mengatakan ibu saya mempunyai penyakit sesak nafas (ampek) seperti anak saya, bahkan pernah dirawat di Puskesmas dan Rumah Sakit sampai lama.

FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASMA BRONKIAL (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DULALOWO) Sitty Ayu Nurrahmatia Dumbi

FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASMA BRONKIAL (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DULALOWO) Sitty Ayu Nurrahmatia Dumbi FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASMA BRONKIAL (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DULALOWO) Sitty Ayu Nurrahmatia Dumbi ABSTRACT Sitty Ayu Nurrahmatia Dumbi. 2013. Factors of Risk in Causing the Bronchial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Utara, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Dulalowo adalah puskesmas yang berada di Kecamatan Kota Tengah dengan luas wilayah kerja 307,125 km2

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa derajat penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan

Lebih terperinci

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Kode Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Rumah sakit paru dr. Ario Wirawan beralamat di jalan Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK mentri kesehatan RI.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Subyek Penelitian ini diberikan kuesioner ISAAC tahap 1 diberikan kepada 143 anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan kuesioner yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 23 balita (44,2%).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk organ di sekitarnya seperti sinus, rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) Lampiran 1 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :... Umur :... tahun (L / P) Alamat :... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan PERSETUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN, STATUS IMUNISASI DAN KEBERADAAN PEROKOK DALAM RUMAH DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR AGUSSALIM 1 1 Tenaga

Lebih terperinci

OLEH: IMA PUSPITA NIM:

OLEH: IMA PUSPITA NIM: FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU ORANG TUA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN ISPA DI RW 03 KELURAHAN WIJAYA KUSUMU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATANGROGOL PETAMBURAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013 Syafriani Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana

Lebih terperinci

Oleh : Roestiniadi Djoko Soemantri,dr, SpTHT- KL DEPT/SMF ILMU KESEHATAN THT - KL FK. UNAIR / RSUD Dr. Soetomo SURABAYA

Oleh : Roestiniadi Djoko Soemantri,dr, SpTHT- KL DEPT/SMF ILMU KESEHATAN THT - KL FK. UNAIR / RSUD Dr. Soetomo SURABAYA Oleh : Roestiniadi Djoko Soemantri,dr, SpTHT- KL DEPT/SMF ILMU KESEHATAN THT - KL FK. UNAIR / RSUD Dr. Soetomo SURABAYA PILEK ALERGI,... Si pengganggu yang sering diabaikan? * Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN Judul Penelitian : Gambaran Pengetahuan dan Sikap Dalam Mengontrol Kekambuhan Asma Pada Pasien Asma BronkialRawatJalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo. 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografi Wilayah kerja Puskesmas Kabila berada di wilayah Kecamatan Kabila yang wilayahnya terdiri dari 5 Kelurahan (Kelurahan Pauwo,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara diseluruh dunia. Meskipun penyakit

Lebih terperinci

Penyebab: si kecil diserang jasad renik, seperti kuman, mikroba atau virus. Namun penyebab terbesar adalah virus.

Penyebab: si kecil diserang jasad renik, seperti kuman, mikroba atau virus. Namun penyebab terbesar adalah virus. Apakah anak anda sering terjangkit penyakit batuk dan pilek? Baru saja sembuh, ga lama kemudian sakit lagi? Kalau jawabannya "ya", simaklah artikel berikut yang kami kutip dari kompas.com, semoga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan. Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang penting karena menjadi penyebab pertama kematian balita di Negara berkembang.setiap tahun ada

Lebih terperinci

Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009

Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009 1 P a g e Studi tentang Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas 4 dan 5 Dalam Pencegahan Flu Burung SDN Cisalak 1 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok tahun 2009 I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Lengkap : Kelas:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit akut saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan spektrum penyakit yang berkisar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba memerlukan tatalaksana segera dan kemungkinan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Paguyaman adalah satu dari 6 (Enam) kelurahan yang ada di kecamatan kota tengah dengan luas 0,75 Km 2 terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di. RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di. RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. B. Rancangan Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena berperan terhadap timbulnya reaksi alergi seperti asma, dermatitis kontak,

BAB 1 PENDAHULUAN. karena berperan terhadap timbulnya reaksi alergi seperti asma, dermatitis kontak, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debu terdiri atas partikel destrimen yang berasal dari rambut, daki, bulu binatang, sisa makanan, serbuk sari, skuama, bakteri, jamur dan serangga kecil (Sungkar, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam membangun unsur manusia agar memiliki kualitas baik seperti yang diharapkan, dan dapat memberikan pengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi inflamasi yang dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap orangtua yang memiliki anak balita usia 1-4 tahun dengan riwayat ISPA di Kelurahan Kopeng Kecamatan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN 69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi dalam negara yang berbeda. Asma bronkial menyebabkan kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. populasi dalam negara yang berbeda. Asma bronkial menyebabkan kehilangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asma bronkial merupakan masalah kesehatan yang serius secara global. Diperkirakan sekitar 300 juta orang menderita asma bronkial di seluruh dunia setiap

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,

Lebih terperinci

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Triya Damayanti M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, 2000. Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Ph.D. :Tohoku University, Japan, 2011. Current Position: - Academic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 26 April sampai 10 Mei 2013 di Kelurahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 26 April sampai 10 Mei 2013 di Kelurahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 26 April sampai 10 Mei 2013 di Kelurahan Heledulaa Utara. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui gambaran Faktor risiko penderita ISPA balita di

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 15 Agustus 20 Oktober 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya khususnya bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 19%, yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.ispa menyebabkan hampir 4 juta orang meninggal setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia saat ini dan sering terjadi pada anak - anak. Insidens menurut kelompok umur

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi, 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Buhu Penelitian ini di lakukan di Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo yaitu di wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan suatu penyakit kronik yang mengenai jalan napas pada paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa batuk kronik,

Lebih terperinci

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA Ema Mayasari Stikes Surya Mitra Husada Kediri Email: eyasa@ymail.com Penyakit ISPA terjadi bukan hanya karena infeksi

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan judul Gambaran Praktik Pencegahan Penularan TB Paru di Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma

BAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI

KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI I. IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden : Alamat : Tanggal Wawancara : KUESIONER SURVEY MAWAS DIRI II. DATA KELUARGA 1. Nama KK :... 2. Umur :... 3. Jenis Kelamin : L / P 4. Agama : 5. Pendidikan :... 6.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat penting, kesehatan akan terganggu jika timbul penyakit yang dapat menyerang siapa saja baik laki-laki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi diri mereka sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 01 kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarag Utara Kota Semarang. Puskesmas memiliki luas tanah 567 dan luas bangunan 346

BAB IV HASIL PENELITIAN. 01 kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarag Utara Kota Semarang. Puskesmas memiliki luas tanah 567 dan luas bangunan 346 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Puskesmas Puskesmas Bulu Lor terletak di jalan Banowati Selatan II RT 14 / RW 01 kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarag Utara Kota Semarang. Puskesmas memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini asma semakin berkembang menjadi penyakit pembunuh bagi masyarakat di dunia, selain penyakit jantung. Serangan yang terjadi akibat asma menjadi momok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semburan lumpur panas yang terletak di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur adalah salah satu dari akibat ekplorasi di bidang perminyakan

Lebih terperinci

6. Umur Responden :...Tahun

6. Umur Responden :...Tahun Lampiran : 1 KUESIONER HUBUNGAN KUALITS LINGKUNGAN FISIK RMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU BTA POSITIF DI KECAMATAN CILANDAK KODYA JAKARTA SELATAN TAHUN 2008 A.IDENTITAS RESPONDEN NOMOR: 1.Tanggal Wawancara

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam merupakan salah satu sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging dan telur

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUESIONER NOMOR :. TANGGAL WAWANCARA I. IDENTITAS RESPONDEN NAMA :.

LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUESIONER NOMOR :. TANGGAL WAWANCARA I. IDENTITAS RESPONDEN NAMA :. 65 LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUESIONER NOMOR :. TANGGAL WAWANCARA :. I. IDENTITAS RESPONDEN 1. NAMA :. 2. ALAMAT :.RT/RW :. 3. UMUR :. 4. PENDIDIKAN :. 5. PEKERJAAN :. 6. LAMA TINGGAL :. II. IDENTITAS BALITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di negara maju. Sebagai contoh di Singapura 11,9% (2001), Taiwan 11,9% (2007), Jepang 13% (2005)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. usia anak. Anak menjadi kelompok yang rentan disebabkan masih. berpengaruh pada tumbuh kembang dari segi kejiwaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. usia anak. Anak menjadi kelompok yang rentan disebabkan masih. berpengaruh pada tumbuh kembang dari segi kejiwaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian khusus karena lebih dari 60% dalam suatu populasi memiliki setidaknya satu jenis penyakit kulit, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan Nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Arah kebijaksanaan dalam bidang kesehatan yang diamanatkan dalam ketetapan MPR R.I No. IVMPR/1999 tentang GBHN 1999/2004 salah satunya adalah meningkatkan mutu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi adalah salah satu penyakit manifestasi reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai oleh immunoglobulin E dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran

Lebih terperinci