BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Gambaran Umum Kecamatan Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Utara, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor Tahun 2005, yang diresmikan pada tanggal 24 Maret Lahirnya Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari kalangan tokoh agama/adat, tokoh masyarakat, Generasi Muda yang kemudian ditindak lanjuti dengan dibentuknya Komite Pemekaran Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo melalui surat keputusan Camat Kota Utara Kota Gorontalo tanggal 4 Desember Luas wilayah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo yaitu 413 km 2 atau 6,37 % dari luas Kota Gorontalo dengan posisi geografis terletak antara 0,19 0 1,15 0 Lintang Selatan dan 121, ,43 0 Bujur Timur dengan ketinggian ± 5 m dari permukaan laut, dengan suhu rata-rata pada siang hari berkisar antara 30,9 34,0 0 C dan pada malam hari berkisar antara 20,8 24,4 0 C. sedangkan kelembaban relatif tergolong tinggi dengan rata-rata 83 %. Kecamatan Kota Tengah terdiri dari 6 (enam) wilayah yaitu kelurahan Paguyaman, Kelurahan Pulubala, Kelurahan Liluwo, Kelurahan Dulalowo, Kelurahan Wumialo, dan Kelurahan Dulalowo Timur. Total penduduk di 6 Kelurahan tersebut adalah jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak kk. 36

2 37 Adapun batas wilayah Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo yaitu : Sebelah Utara Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Tapa kecamatan Kota Barat. : berbatasan dengan Kelurahan Dembe II, Wongkaditi Barat Kecamatan Kota Utara dan Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan Kota Utara. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Limba U1 dan Limba U2 Kecamatan Kota Selatan. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Libuo, Huangobotu, Tomulobutao Kecamatan Dungingi Gambaran Umum Tempat Jajanan Kota Tengah merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di Kota Gorontalo. Kecamatan ini merupakan wilayah yang banyak terdapat tempat penjualan makanan termasuk tempat jualan jajanan gorengan. Berdasarkan observasi yang dilakukan, terdapat 10 tempat jualan jajajan gorengan yang ada di Kecamatan ini dimana 10 tempat jualan ini terdapat di 5 Kelurahan yaitu 3 tempat berlokasi di Kelurahan Wumialo, 3 tempat berlokasi di Kelurahan Dulalowo, 2 tempat berlokasi di Kelurahan Dulalowo Timur, 1 tempat berlokasi di Kelurahan Liluwo, dan 1 tempat berlokasi di Kelurahan Paguyaman. Lokasi tempat ini tergolong strategis karena di beberapa lokasi ini terdapat gedung-gedung kantoran, pendidikan, kos-kosan, dan juga rumah-rumah penduduk. Sehingga banyak masyarakat sekitar maupun masyarakat yang kebetulan lewat untuk membeli jajanan di lokasi-lokasi tersebut.

3 Hasil Penelitian Penelitian mengenai kandungan timbal pada sampel jajanan (pisang goreng dan tahu isi) ini dilakukan pengujian laboratorium dan menggunakan metode Spektrofotometer Serapan Atom untuk mengetahui kandungan timbal didalamnya. Dari hasil pengujian sampel jajanan, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kandungan Timbal Pada Jajanan (Pisang Goreng) Kecamatan Kota Tengah Nama Sampel Hasil Pengujian Standar (ppm) (ppm) Ket. Sampel 01 1,61 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 02 2,53 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 03 1,64 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 04 1,56 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 05 0,65 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 06 1,12 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 07 1,27 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 08 1,35 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 09 0,90 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 10 3,86 ppm 0,25 ppm TMS Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 10 sampel jajanan pisang goreng yang diambil dari 10 tempat jualan yang tersebar di 5 Kelurahan di Kecamatan Kota Tengah, kesemuanya mengandung logam berat timbal dan tidak memenuhi syarat atau melebihi ambang batas yang telah ditentukan oleh Dirjen POM dalam keputusan Dirjen POM Nomor HK Tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam makanan yaitu 0,25 ppm. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, kandungan timbal yang terdapat dalam sampel pisang goreng berkisar antara 0,65 ppm 3,86 ppm dimana yang kandungan timbal tertinggi terdapat pada sampel 10 dan terendah terdapat pada sampel 5.

4 39 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kandungan Timbal Pada Jajanan (Tahu Isi) Kecamatan Kota Tengah Nama Sampel Hasil Pengujian Standar (ppm) (ppm) Ket. Sampel 01 3,21 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 02 1,49 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 03 1,48 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 04 1,22 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 05 0,93 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 06 1,66 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 07 3,65 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 08 3,68 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 09 0,47 ppm 0,25 ppm TMS Sampel 10 2,18 ppm 0,25 ppm TMS Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 10 sampel jajanan tahu isi yang diambil dari 10 tempat jualan yang tersebar di 5 Kelurahan di Kecamatan Kota Tengah, kesemuanya mengandung logam berat timbal dan tidak memenuhi syarat atau melebihi ambang batas yang telah ditentukan oleh Dirjen POM dalam keputusan Dirjen POM Nomor HK Tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam makanan yaitu 0,25 ppm. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, kandungan timbal yang terdapat dalam sampel tahu isi berkisar antara 0,47 ppm 3,68 ppm dimana yang kandungan timbal tertinggi terdapat pada sampel 8 dan terendah terdapat pada sampel Pembahasan Jajanan merupakan bahan makanan yang telah diolah dan dapat langsung dikonsumsi. Jajanan diminati masyarakat pada umumnya karena lebih praktis dimana jajanan tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Salah satu contoh jajanan yang diminati masyarakat adalah gorengan seperti pisang goreng dan tahu isi goreng. Jajanan ini biasanya dijual di pinggir jalan.

5 40 Jajanan dapat terkontaminasi oleh faktor fisik, kimia, maupun biologi. Jajanan yang biasanya dijual di tempat-tempat umum dan tidak tertutup rapat memiliki resiko yang cukup besar untuk tercemar. Salah satu faktor kimia yang dapat mencemari jajanan yaitu faktor kimia yang berasal dari logam berat seperti timbal (Pb). Timbal yang terdapat dalam makanan biasanya dapat berasal dari udara maupun debu yang tercemar timbal dan juga berasal dari alat yang digunakan seperti wajan untuk pengolahan maupun wadah yang penyimpanan yang terbuat dari bahan yang mengandung timbal. Penelitian ini untuk melihat adanya kandungan timbal pada jajanan gorengan seperti pisang goreng dan tahu isi di pinggir jalan Kecamatan Kota Tengah dan dibandingkan dengan batas maksimum cemaran timbal dalam makanan jajanan yang telah ditetapkan oleh Dirjen POM dalam keputusan Dirjen POM Nomor HK Tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran logam di dalam makanan yaitu 0,25 ppm. Sampel dimbil pada tanggal 22 April 2013 dan diuji pada tanggal 29 April Sampel disimpan dalam plastik dan didinginkan dalam kulkas yang bertujuan untuk membebaskan sampel dari minyak goreng Kandungan Timbal Pada Pisang Goreng Berdasarkan hasil penelitian mengenai kandungan timbal pada 10 sampel jajanan pisang goreng yang terdapat pada 10 tempat jualan di Kecamatan Kota Tengah, semua sampel mengandung timbal dan melebihi batas maksimum cemaran logam berat timbal dalam makanan yang telah ditetapkan Dirjen POM

6 41 dalam keputusan Dirjen POM Nomor HK Tahun 2009 yaitu 0,25 ppm. Hasil pengujian kandungan timbal yang terdapat didalamnya berkisar antara 0,65 ppm 3,86 ppm. Kandungan timbal yang terendah terdapat dalam sampel 05 dan yang tertinggi terdapat dalam sampel 10. Timbal yang terkandung dalam jajanan ini dapat dipengaruhi oleh udara yang tercemar oleh timbal. Tingginya kandungan timbal yang terdapat dalam sampel jajanan pisang goreng yang dijual di beberapa Kelurahan di Kecamatan Kota Tengah tersebut dipicu oleh polusi udara yang berasal dari emisi gas pembuangan kenderaan bermotor yang mencemari udara disekitarnya. Lokasi tempat jualan yang berdekatan dengan badan jalan yang arus lalu lintasnya cukup padat baik pada pagi, siang, sore maupun pada malam hari dapat mencemari jajanan yang dijual di pinggir jalan tersebut. Menurut Environment Protection Agency dalam Hasibuan, Hasan, dan Naria, sebanyak 10% emisi gas pembuangan bermotor akan mencemari lokasi dalam radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam radius 20 km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh. Tempat penjualan yang terbuka atau hanya diberi sedikit penghalang atau pelindung, memungkinkan terjadinya kontaminasi udara dan debu yang mengandung timbal terhadap jajanan yang dijual dan tidak tertutup rapat. Mengingat untuk sampel 10 kandungan timbalnya lebih tinggi dibanding dengan sampel-sampel lainnya, disebabkan lokasi tempat jualannya berada tepat di dekat dengan badan jalan dan hanya diberi sedikit pelindung.

7 42 Proses pengolahan atau penggorengan tidak luput dari tercemarnya timbal yang berasal dari emisi gas pembuangan kenderaan bermotor. Proses pengolahan atau penggorengan yang dilakukan pula di tempat tersebut dan hanya diberi sedikit penghalang atau pelindung, sehingga udara yang telah tercemar oleh timbal dapat masuk atau terkontaminasi pada bahan yang digunakan untuk pembuatan jajanan maupun pada minyak goreng yang digunakan untuk menggoreng. Karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa timbal itu sendiri memiliki sifat lipofilik yaitu mudah larut dalam lemak, sehingga bisa saja minyak goreng yang digunakan pula mengandung timbal yang disebabkan oleh polusi udara. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Widowati, Sastiono, dan Yusuf yaitu hasil emisi gas pembuangan kenderaan bermotor akan meningkatkan kadar Pb di udara. Asap kenderaan bermotor bisa mengeluarkan partikel Pb yang kemudian bisa mencemari udara dan mencemari makanan yang dijajakan di pinggir jalan. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi dan Tanur pada tahun 2004 di wilayah Kiaracondong dan Cicadas Bandung, dari sepuluh jenis makanan/minuman yang dijual di pinggir jalan, tujuh diantaranya mengandung timbal yang berasal dari asap kenderaan bermotor (Widowati, Sastiono, dan Yusuf, 2008 : 116). Kandungan timbal terendah terdapat dalam sampel 05, hal ini dikarenakan sampel tersebut belum terlalu masak pada saat dicicipi. Sehingga sampel yang belum masak tersebut, proses penggorengannya tidak lama (cepat) sedangkan

8 43 proses penggorengan itu pula mempengaruhi kandungan timbal di dalam jajanan. Karena minyak goreng yang digunakan dapat terkontaminasi oleh timbal yang memang telah terkandung didalam minyak goreng maupun akibat paparan yang berasal dari asap kenderaan bermotor. Hal ini dapat diperkuat oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh Marbun pada tahun 2010 dalam studinya mengenai kadar timbal pada gorengan di pinggir jalan menyebutkan bahwa ada pengaruh lama waktu pajanan terhadap timbal (Pb) pada makanan jajanan yang dijual di pinggir jalan Pasar I Padang Bulan Kota Medan. Dimana baru sesaat saja gorengan diangkat dari kuali, gorengan tersebut sudah mengandung timbal. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan yaitu minyak goreng, serta proses penggorengan dapat mempengaruhi jumlah cemaran logam berat pada gorengan. Apabila penjual menggunakan jenis minyak goreng curah, maka akan menambah kontaminasi timbal pada jajanan karena minyak goreng curah yang belum digunakan ternyata sudah mengandung timbal. Hal ini diperkuat oleh adanya pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh Hasibuan, Hasan, dan Naria pada Tahun 2012 di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan yang menunjukkan adanya timbal (Pb) pada minyak goreng curah yang akan digunakan oleh pedagang gorengan. Pemanfaatan minyak goreng berulang juga menambah kontaminasi timbal didalamnya Kandungan Timbal Pada Tahu Isi Berdasarkan hasil penelitian pada 10 sampel jajanan tahu isi, semua sampel yang diujikan tersebut mengandung timbal dan melebihi ambang batas yang telah

9 44 ditetapkan oleh Dirjen POM dalam keputusan Dirjen POM Nomor HK Tahun 2009 yaitu 0,25 ppm. Hasil pengujian kandungan timbal yang terdapat pada sampel tahu isi, berkisar antara 0,93 ppm 3,68 ppm dimana kandungan timbal terendah terdapat pada sampel 05 dan tertinggi terdapat pada sampel 08. Alasan tingginya kontaminasi timbal yang terdapat dalam sampel tahu isi ini, tidak jauh berbeda dengan sampel jajanan pisang goreng. Kontaminasi timbal pada jajanan yang dijual di pinggir jalan itu sendiri disebabkan oleh pencemaran udara yang berasal dari emisi gas pembuangan kenderaan bermotor. Sehingga timbal yang terkandung dalam sampel jajanan tahu isi ini pula, berasal dari udara maupun debu yang dicemari oleh timbal emisi gas pembuangan kenderaan bermotor. Lokasi tempat jualan yang berada di pinggir jalan yang arus lalu lintasnya cukup padat, menjadikan jajanan tahu isi yang dijual ini dapat dengan mudah terkontaminasi oleh timbal. Hal inilah yang memicu kandungan timbal pada sampel 08 kandungan timbalnya lebih tinggi dibandingkan dengan sampelsampel lainnya. Karena lokasi tempat penjualan dan pengolahan jajanannya untuk sampel 08 ini jaraknya cukup dekat dengan badan jalan dibanding dengan tempat jualan lainnya. Jalan sekitar lokasi tempat jualan juga cukup ramai sehingga kemungkinan jajanan tercemar dengan timbal yang berasal dari asap kenderaan bermotor juga cukup besar. Penjelasan tersebut didukung oleh beberapa teori dan juga penelitian terdahulu yang telah dipaparkan sebelumnya. Sedangkan untuk sampel tahu isi yang terendah terdapat pada sampel 09. Sampel ini termasuk dalam sampel terendah karena pada saat pengambilan

10 45 sampel, sampel baru saja selesai di masak dan juga mengingat lokasi dari tempat penjualan tersebut tidak terlalu ramai oleh kenderaan yang lalu lalang. Sehingga jajanan yang dijual, tidak lama terpajan dan tidak terlalu terkontaminasi oleh asap kenderaan bermotor. Seperti teori yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu hasil emisi gas pembuangan kenderaan bermotor akan meningkatkan kadar Pb di udara yang kemudian bisa mencemari udara dan mencemari makanan yang dijajakan di pinggir jalan. Selain itu, timbal yang terkandung dalam jajanan tahu isi juga dapat berasal dari sayur-sayuran yang digunakan seperti wortel, kol, dan lain-lain. Sayuran yang digunakan sebagai bahan tambahan pengolahan jajanan tahu isi ini dapat mengandung timbal yang disebabkan oleh penggunaan pupuk maupun pestisida pada saat proses penanaman. Pupuk maupun pestisida yang digunakan juga mengandung logam berat timbal, sehingga memungkinkan sayuran yang ditanam dapat terkontaminasi oleh timbal. Selain itu, timbal pada sayuran juga dapat berasal dari tanah yang digunakan sebagai media tanam yang berpotensi mengandung logam berat timbal, terlebih apabila lokasi penanaman berada di dekat perindustrian. Sehingga tanah yang digunakan dapat terkontaminasi oleh limbah yang berasal dari industri. Proses pengangkutan juga dapat menyebabkan sayuran terkontaminasi oleh timbal karena pada saat pengangkutan biasanya sayuran hanya ditutup dengan plastik, sehingga kemungkinan timbal yang berasal dari asap kenderaan bisa mencemari sayuran yang diangkut tersebut. Cara pengolahan sayuran yang meliputi pencucian dan pemasakan sayuran mempengaruhi pula kandungan timbal didalam sayuran tersebut. Pencucian

11 46 sayuran yang tidak sempurna menunjukkan adanya beberapa zat kimia yang tidak hilang akibat pencucian, karena itu pencucian harus dilakukan hingga bersih. Hal diatas didukung pula oleh teori yang dipaparkan oleh Widaningrum, Miskiyah, dan Muskiono, dimana timbal sebagian besar terdeteksi pada sayuran, terutama yang ditanam dekat dengan jalan raya dan rentan polusi udara, antara lain yang berasal dari asap pabrik serta asap kendaraan bermotor. Penelitian yang dilakukan Ayu (2002) dalam Widaningrum, Miskiyah, dan Muskiono, menunjukkan bahwa pada sayuran yang dijual di pasar-pasar daerah Bogor mempunyai kadar timbal (Pb) diatas ambang batas cemaran logam sesuai yang ditetapkan Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, yaitu 2 ppm. Dalam kasus ini, jalur distribusi dan cara pengangkutan sangat berpengaruh terhadap bertambahnya kadar cemaran timbal (Pb). Pencemaran timbal (Pb) pada sayuran setelah pasca panen terjadi selama pengangkutan, penjualan, dan distribusi. Terkontaminasinya jajanan oleh logam berat timbal menjadikan kita untuk lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan terlebih makanan yang dijual di pinggir jalan, karena sifat dari timbal itu sendiri yang kumulatif dan karsinogen sehingga membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia. Timbal ini apabila masuk ke dalam tubuh manusia dapat mempengaruhi jaringan pembentuk darah, sistem saraf, sistem urin, reproduksi, endokrin, dan kardiovaskuler. Pada anakanak, timbal sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan pada otak sehingga anak mengalami gangguan kecerdasan dan mental.

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM :

ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM : ANALISIS KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA JAJANAN PINGGIRAN JALAN KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO Oleh Zulyaningsih Tuloly NIM : 811 409 019 ABSTRAK Zulyaningsih Tuloly. 2013. Analisis Kandungan Timbal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kota Gorontalo merupakan Ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media penggorengan sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polusi atau pencemaran lingkungan adalah suatu peristiwa masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan pinggir jalan adalah salah satu contoh bahan yang beresiko tercemar kadmium, tembaga dan timbal.makanan dapat menimbulkan berbagai penyakit apabila salah dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo, karena di daerah tersebut banyak terdapat penjual jajanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang

BAB I PENDAHULUAN. Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) sebagai zat aditif bensin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara di Indonesia sebesar 70% disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor yang menyumbangkan hampir 98% timbal ke udara. Emisi tersebut merupakan hasil samping

Lebih terperinci

Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia ANALISA KADAR TIMBAL (Pb) PADA GORENGAN YANG DISAJIKAN MENGGUNAKAN PENUTUP DAN TIDAK MENGGUNAKAN PENUTUP PADA KAWASAN TRAFFIC LIGHT KOTA MEDAN TAHUN 2012 Ardalina 1, Wirsal Hasan 2 dan Indra Chahaya 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan sumber daya yang penting dalam kehidupan, dengan demikian kualitasnya harus dijaga. Udara yang kita hirup, sekitar 99% terdiri dari gas nitrogen dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

MINYAK SEBELUM DAN SESUDAH PENGGORENGAN YANG DIGUNAKAN PEDAGANG GORENGAN SEKITAR KAWASAN TRAFFIC LIGHT

MINYAK SEBELUM DAN SESUDAH PENGGORENGAN YANG DIGUNAKAN PEDAGANG GORENGAN SEKITAR KAWASAN TRAFFIC LIGHT ANALISA KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA MINYAK SEBELUM DAN SESUDAH PENGGORENGAN YANG DIGUNAKAN PEDAGANG GORENGAN SEKITAR KAWASAN TRAFFIC LIGHT KOTA MEDAN TAHUN 2012 Rapotan Hasibuan 1, Wirsal Hasan 2, Evi Naria

Lebih terperinci

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO SUMMARY ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO Oleh : Yuliana Dauhi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan campuran beberapa gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitar. Udara juga adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui kandungan Timbal (Pb) dan perilaku pedagang terhadap pengolahan siput langkitang (Faunus ater)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo, yang luas wilayahnya 64,79 KM atau sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Timbal atau timah hitam merupakan senyawa kimia yang digunakan sebagai campuran bensin. Fungsi timbal di sini bertujuan untuk mengontrol bilangan oktan pada bahan bakar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pada bertambahnya jumlah pencemar di udara (Badan Pusat Statistik, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak terjadi perubahan dalam berbagai hal, khususnya dalam hal peningkatan jumlah kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi. Seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar udara di banyak kota besar di dunia, termasuk Indonesia. Emisi gas buangan kendaraan bermotor memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemar kendaraan bermotor di kota besar makin terasa. Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun di Indonesia terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup besar. Di sisi lain dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan dan pemakaian bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan fisik kota yang ditentukan oleh pembangunan sarana dan prasarana. Lahan yang seharusnya untuk penghijauan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas udara perkotaan di Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor. Sekitar

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian dalam segi kesehatan karena dampaknya pada sejumlah orang akibat keracunan makanan atau udara yang terkontaminasi Pb

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan gabungan dari Kecamatan Tanjungkarang dan Kecamatan Telukbetung. Bandar Lampung merupakan daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN MOTTO...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. HALAMAN DEKLARASI... v

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN MOTTO...iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. HALAMAN DEKLARASI... v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN MOTTO...iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN DEKLARASI... v HALAMAN KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL...xiii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan kendaraan yang digerakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seluruh lapisan masyarakat indonesia. Kebutuhan akan minyak goreng setiap tahun mengalami peningkatan karena makanan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat terjadi

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA Putri Ayuningtias Mahdang, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 ayumahdang@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat apabila tidak disertai oleh upaya pengelolaan lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan oleh Timah Hitam (Pb) yang ditimbulkan dari asap kendaraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia, terutama di kota-kota di Pulau Jawa berkembang dengan sangat pesat. Kondisi tersebut ditandai oleh adanya peningkatan secara kuantitatif maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan permasalahan bagi kelestarian lingkungan hidup. Aktivitas manusia dengan berbagai fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan

BAB I PENDAHULUAN. yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat Indonesia. Keamanan pangan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat polusi terparah di dunia. Terlebih lagi dengan semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor yang tidak peduli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana fisik seperti pusat-pusat industri merupakan salah satu penunjang aktivitas dan simbol kemajuan peradaban kota. Di sisi lain, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi (Chandra, 2007). Permasalahan utama yang dihadapi kota-kota di dunia yaitu semakin

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi (Chandra, 2007). Permasalahan utama yang dihadapi kota-kota di dunia yaitu semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran udara masih merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV DESKIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV DESKIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 1.1.1 Sejarah lahirnya kecamatan kota tengah Kecamatan kota tengah merupakan pemekaran dari kecamatan kota utara, yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pencemaran udara adalah proses masuknya atau dimasukkannya zat pencemar ke udara oleh aktivitas manusia atau alam yang menyebabkan berubahnya tatanan udara sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3 30'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman yang semakin modern ini pembangunan pesat terjadi pada berbagai bidang yang memberikan kemajuan pada sektor ekonomi, kesehatan, teknologi maupun berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif bagi masyarakat dengan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan hidup dan tersedianya lapangan

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea

BAB I PENDAHULUAN. rabi, dan kale. Jenis kubis-kubisan ini diduga dari kubis liar Brassica oleracea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga kubis-kubisan memiliki jenis yang cukup banyak, yang lazim ditanam di Indonesia, antara lain kubis, kubis bunga, brokoli, kubis tunas, kubis rabi, dan kale.

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Seluruh metabolisme dalam tubuh berlangsung dalam media air. Air didalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, terutama di negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi sebagai tulang punggung manusia mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pencemaran udara. Pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Komposisi dan Perilaku Gas Buang Kendaraan Bermotor Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung

Lebih terperinci

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan 33 karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan polimer yang lebih kuat dan tebal. Canister model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap detik selama hidupnya akan membutuhkan udara. Secara ratarata manusia tidak dapat mempertahankan hidup tanpa udara lebih dari tiga menit. Udara tersebut

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l)

Kata Kunci : Pencemaran Udara, Timbal (Pb), Daun Mahoni (Swietenia mahagoni), Daun Mangga (Mangifera indica l) PERBEDAAN EFEKTIVITAS DAUN MAHONI (Swietenia mahagoni) DAN DAUN MANGGA (Mangifera indica l) DALAM MENYERAP TIMBAL (Pb) DI UDARA Djubaida, Dian Saraswati, Sri Manovita Pateda 1 djubaidakesmas@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah tempat mengkarantinakan sampah atau menimbun sampah yang diangkut dari sumber sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan.

Lebih terperinci

Pencemaran Lingkungan

Pencemaran Lingkungan Pencemaran Lingkungan Arsitektur Ekologi dan Berkelanjutan Minggu ke 4 By : Dian P.E. Laksmiyanti, St, MT Email : dianpramita@itats.ac.id http://dosen.itats.ac.id/pramitazone Ini yang sering nampak Pencemaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat di kota-kota besar terutama pada negara berkembang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat di kota-kota besar terutama pada negara berkembang dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini jumlah penggunaan kendaraan bermotor semakin meningkat di kota-kota besar terutama pada negara berkembang dengan sistem transportasi umum yang kurang baik.sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang luas wilayahnya 64,79 Km atau sekitar 0,53 % dari

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang BAB V PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini semua berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot merupakan penentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan. tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan. tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan tahun dan telah menjadi fokus dari regulasi kesehatan masyarakat di banyak negara maju dan perkembangannya lebih baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Tuladenggi adalah salah satu Kelurahan dari lima Kelurahan yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan

Lebih terperinci

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perindustrian mengalami perkembangan yang pesat di dunia. Hal ini terjadi di masa revolusi industri yaitu di Eropa pada abad pertengahan. Awalnya mendirikan pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan hidup merupakan masalah yang penting karena memberikan pengaruh bagi kesehatan individu dan masyarakat. Faktor yang menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota dengan aktivitas masyarakat yang tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung dikunjungi banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk hidup. Seperti struktur yang membentuk makhluk hidup, komponen yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Sampel Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang hidup di tumpukan sampah basah, diambil di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.000 hipertensi, menurunkan IQ dan juga mengurangi kemampuan

Lebih terperinci

UJI KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN KALENG YANG BEREDAR DI PASAR MODEREN KOTA GORONTALO

UJI KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN KALENG YANG BEREDAR DI PASAR MODEREN KOTA GORONTALO UJI KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN KALENG YANG BEREDAR DI PASAR MODEREN KOTA GORONTALO Sri Rahayu Hinelo, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1 srirahayu_hinelo@yahoo.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR BAB I PENDAHULUAN Kota Bogor merupakan Kota yang pesat pembangunan serta terdekat dengan Ibu Kota Negara. Disisi lain merupakan kota dengan tujuan wisata dari berbagai sudut daerah dimana semua daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Dulalowo adalah puskesmas yang berada di Kecamatan Kota Tengah dengan luas wilayah kerja 307,125 km2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia khususnya pembangunan di bidang industri dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri dan transportasi

Lebih terperinci

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011 Pada pengujian periode I nilai NO 2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO 2 sangat dipengaruhi oleh berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. Masing masing kelurahan di kecamatan Kota Timur adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin bertambahnya aktivitas manusia di perkotaan membawa dampak semakin sulitnya pemenuhan tuntutan masyarakat kota akan kesejahteraan, ketentraman, ketertiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas sayuran yang penting bagi masyarakat Indonesia. Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata, budaya, dan pendidikan. Hal ini menjadikan perkembangan kota ini menjadi pesat, salah satunya ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan

Lebih terperinci

BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN

BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN BAB IX PENCEMARAN UDARA AKIBAT KEMACETAN LALU LINTAS DI PERKOTAAN 1. Pencemaran Udara Pencemaran lingkungan kadang-kadang tampak jelas oleh kita ketika kita melihat timbunan sampah di pasar-pasar, pendangkalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN 6.1 Peningkatan Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.191.140 jiwa pada tahun 2014 (BPS Provinsi Sumut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. fosfor 40 mg; dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonium L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang dikembangkan dan memiliki prospek yang bagus serta memiliki kandungan gizi yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia semakin meningkat yang akan menimbulkan resiko pencemaran terhadap lingkungan dan akhirnya merugikan manusia itu sendiri oleh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan di Lapangan (Jenis Gorengan Berlapis Tepung Terlaris, Jenis Tepung, serta Merek dan Jumlah Rokok Terbanyak Dikonsumsi) Penelitian pendahuluan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, bumi tempat tinggal manusia telah tercemar oleh polutan. Polutan adalah segala sesuatu yang berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup dan lingkungan. Udara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia seperti mata perih, batuk, sampai gangguan pernafasan. Kualitas udara

I. PENDAHULUAN. manusia seperti mata perih, batuk, sampai gangguan pernafasan. Kualitas udara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin banyaknya pemakaian kendaraan bermotor sangat memicu semakin banyaknya polusi udara yang menyebabkan berbagai efek bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Polusi

Lebih terperinci

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA Taty Alfiah 1, Evi Yuliawati 2, Yoseph F. Bota 1, Enggar Afriyandi 1 1) Jurusan Teknik Lingkungan, 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Batam sebagai salah satu daerah industri yang cukup strategis, membuat keberadaan industri berkembang cukup pesat. Perkembangan industri ini di dominasi oleh industri berat

Lebih terperinci

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN

No. Responden : KUESIONER PENELITIAN No. Responden : KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN SIKAP DAN TINDAKAN MAHASISWA USU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DI MEDAN TAHUN 2011 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan

Lebih terperinci