FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASMA BRONKIAL (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DULALOWO) Sitty Ayu Nurrahmatia Dumbi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASMA BRONKIAL (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DULALOWO) Sitty Ayu Nurrahmatia Dumbi"

Transkripsi

1 FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASMA BRONKIAL (SUATU PENELITIAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DULALOWO) Sitty Ayu Nurrahmatia Dumbi ABSTRACT Sitty Ayu Nurrahmatia Dumbi Factors of Risk in Causing the Bronchial Asthma. Skripsi, Department of Public Health, Faculty of Sports and Health Sciences, Universitas Negeri Gorontalo. The principal supervisor was Dian Saraswati, S.Pd., M.Kes and the co-supervisor was Ekawati Prasetya, S.Si.,M.Kes. Asthma is considered a condition of bronchial to have constriction as encountering hyperactivity to certain stimulation. The top local government clinic to have bronkial asthma patients in the Gorontalo City was local government clinic of in which prevalence is higher amounted 24,6% than others. This research aimed to describe factor of risk in causing the bronchial asthma in work area of local government clinic in Gorontalo City. Research method applied observational method by having descriptive approach to gain a description about factor of risk in causing the bronchial asthma in work area of local Government clinic in Gorontalo City. The influencing factors to cause asthma are gender which was male (52%), age 1-10 years old (36%), dust allergy (27,7%), smoke allergy (19,3%), pet allergy (9,2%), particular food allergy (26,9%), heredity case of bronchial asthma (16,8%). The influencing factors in causing the bronchial asthma are age, dust, smoke, pet, food, and heredity case. The most influencing factor is dust. Health agencies are suggested to conduct health counselling to patients and families in order to do early prevention and stay away from every causes encountering bronchial asthma. Asthma patient should keep aware toward the factors in causing asthma. Keywords : Bronchial Asthma, Factor of Risk Pendahuluan Menurut UU RI No. 23 Tahun 1992, yang dimaksud dengan keadaan sehat adalah keadaan meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat, dan kelemahan sehingga dapat hidup produktif secara sosial ekonomi. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengn derajat kesehatan adalah : lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku. Dalam epidemiologi penyebab penyakit perlu diketahui dengan maksud untuk mengetahui proses terjadinya penyakit dan untuk berupaya mencegah faktor penyebab tersebut. Dilihat dari segi epidemiologis, kejadian penyakit umumnya berkaitan dengan sejumlah penyebab. Sebaliknya, satu penyebab dapat juga menyebabkan beberapa penyakit (Bustan, 2006). Asma merupakan penyakit respiratorik kronik yang paling sering ditemukan, terutama dinegara maju. Penyakit ini pada umumnya dimulai sejak masa anak anak, asma merupakan suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap

2 rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan. Bisaanya penyempitan ini sementara, penyakit ini paling banyak menyerang anak dan berpotensi untuk menggangu pertumbuhan dan perkembangan anak. Asma sebagai kumpulan tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus di antaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarganya, sedangkan sebab sebab lain sudah disingkirkan (Bustan, 2006). Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti, berdasarkan laporan Hem Sundaru tahun 2008 (Departemen llmu Penyakit Dalam, FKUI/RSCM) prevalensi asma di Bandung (5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%), dan Jakarta (7,5%) (Juwita, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Gorontalo tahun 2012, jumlah seluruh kasus asma yang terjadi di wilayah kota Gorontalo dan tercatat pernah berobat di Puskesmas Puskesmas yang tersebar di kota Gorontalo yaitu berjumlah 623 kasus. Puskesmas Buladu 13,8%, Puskesmas 24,6%, Puskesmas Pilolodaa 3,1%, Puskesmas Limba B 16,6%, Puskesmas Sipatana 5,3%, Puskesmas Tamalate 15,6%, dan Puskesmas Wongkaditi 20,9%. Berdasarkan data diatas, jumlah kasus asma terbanyak sepanjang tahun 2012 yang tercatat pernah berobat di Puskesmas yang tersebar di kota Gorontalo dan telah di diagnosa oleh dokter menderita penyakit asma yaitu di Wilayah kerja Puskesmas, yaitu sebanyak 24,6%. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor Risiko Penyebab Penyakitb Asma Bronkial di Wilayah kerja Puskesmas Kota Gorontalo. Selain itu peneliti ingin melakukan observasi langsung lingkungan disekitar penderita asma yang berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit asma bronkial. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observasional dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh gambaran faktor risiko apakah yang menyebabkan asma bronkial di Wilayah kerja Puskesmas Kota Gorontalo. Hasil Penelitian Pengumpulan data penelitian tentang Fakor Risiko Penyebab Asma Bronkial dilakukan tanggal 20 April 2013 sampai dengan tanggal 04 Mei Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara terhadap responden, sedangkan data sekunder diambil dari catatan medik penderita yang berobat di Puskesmas, dan alamat lengkap penderita di peroleh dari pencatatan penduduk yang berada di kantor Kecamatan Kota Tengah. Berdasarkan jumlah sampel yang dicantumkan di atas, jumlah penderita asma yang berobat di Puskesmas sebanyak 52 penderita. Namun, setelah melakukan penelitian, ada 2 penderita yang tidak memenuhi kriteria inklusi. Dua penderita tersebut tidak tinggal di wilayah kerja Puskesmas. Yang satunya bertempat tinggal di Kelurahan Tomulabutao dan penderita yang satu lagi sudah pindah di luar daerah. Hal

3 ini merupakan salah satu kendala yang ditemui selama melakukan penelitian. Berdasarkan hasil pengumpulan data penelitian melalui wawancara langsung kepada pasien asma di Wilayah Kerja Puskesmas, maka data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin jenis kelamin disajikan pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1 Jenis Kelamin Jenis Kelamin n % Laki laki (L) Perempuan (P) Berdasarkan tabel 1 di atas yang memiliki jenis kelamin laki laki lebih banyak dari jumlah penderita perempuan. Laki laki 26 penderita (52%) dan perempuan 24 penderita (48%). Deskripsi Berdasarkan Kelompok Umur kelompok umur disajikan pada tabel 2di bawah ini : Tabel 2 Kelompok Umur Kelompok Umur n % <1 thn > Berdasarkan tabel 2 di atas yang paling banyak yaitu penderita yang berusia 1 10 tahun sebanyak 18 penderita (36%), dan yang paling sedikit yaitu penderita asma yang berusia tahun sebanyak 5 penderita (10%). Sedangkan tidak ada penderita yang berusia <1 tahun. Deskripsi Faktor Paparan Debu jumlah penderita alergi terhadap debu disajikan pada tabel 3 di bawah ini : Tabel 3 Alergi Terhadap Paparan Debu Alergi Debu n % Ya Tidak Berdasarkan tabel 3 di atas yang alergi terhadap debu sebanyak 33 penderita (66%), dan yang tidak alergi terhadap debu sebanyak 17 penderita (34%). Deskripsi Faktor Paparan Asap Rokok

4 jumlah penderita alergi terhadap asap rokok disajikan pada tabel 4 di bawah ini : Tabel 4 Alergi Terhadap Asap Rokok Alergi Asap Rokok n % Ya Tidak Berdasarkan tabel 4 di atas yang alergi terhadap asap rokok sebanyak 23 penderita (46%), dan yang tidak alergi terhadap asap rokok sebanyak 27 penderita (54%). Deskripsi Faktor Binatang Peliharaan jumlah penderita alergi terhadap binatang peliharaan disajikan pada tabel 5 di bawah ini : Tabel 5 Alergi Terhadap Binatang Peliharaan Alergi Binatang n % Peliharaan Ya Tidak Berdasarkan tabel 5 di atas yang alergi terhadap binatang peliharaan (kucing / anjing / burung) sebanyak 11 penderita (22%), dan yang tidak alergi terhadap binatang peliharaan sebanyak 39 penderita (78%). Deskripsi Faktor Makanan jumlah penderita alergi terhadap makanan tertentu disajikan pada tabel 6 di bawah ini : Tabel 6 Alergi Terhadap Makanan Tertentu Alergi Makanan n % Ya Tidak Berdasarkan tabel 6 di atas yang alergi terhadap makanan tertentu yaitu sebanyak 32 penderita (64%), dan yang tidak alergi terhadap makanan apapun sebanyak 18 penderita (36%). Deskripsi Berdasarkan Faktor Riwayat Keturunan jumlah penderita yang memiliki riwayat keturunan asma disajikan pada tabel 7 di bawah ini : Tabel 7 Riwayat Keturunan Memiliki Riwayat n % Keturunan Asma Ya Tidak Berdasarkan tabel 7 di atas yang memiliki riwayat

5 keturunan penyakit asma yaitu sebanyak 20 penderita (40%), dan yang tidak memiliki riwayat keturunan asma sebanyak 30 penderita (60%). Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian di atas, faktor risiko penyebab asma bronkial di wilayah kerja Puskesmas akan disajikan pada tabel 8 berikut : Tabel 8 Distribusi Faktor Risiko Penyebab Asma Bronkial N o Faktor Risiko 1 Debu Asap Rokok Binatang Peliharaa n Ya % 23 4 Makanan 32 5 Riwayat Keturuna n 27, 7 19, 3 Td k % , , 9 16, , 6 29, 8 13, 7 22, 9 11 TOTAL Sumber : Hasil Penelitian Berdasarkan tabel 8 diatas, faktor risiko penyebab asma bronkial yang sangat berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial yaitu faktor paparan debu. Dimana dari 50 responden yang saya temui, ada 33 responden yang menyatakan bahwa responden alergi terhadap debu, sedangkan 17 responden lainnya tidak alergi terhadap debu. Dan faktor risiko yang kurang mempengaruhi kejadian asma bronkial yaitu faktor binatang peliharaan. Dimana responden yang alegi terhadap binatang peliharaan hanya 11 responden, sedangkan 39 responden lainnya menyatakan bahwa mereka tidak alergi terhadap binatang peliharaan. Berikut ini merupakan pembahasan hasil penelitian tentang faktor risiko penyebab asma bronkial yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas : Umur Berdasarkan hasil penelitian, responden yang lebih banyak mengalami penyakit asma yaitu anak anak yang berusia 1 10 tahun. Menurut asumsi dari peneliti, hal ini disebabkan karena pada usia 1 10 tahun tergolong dalam usia anak anak. Pada usia ini, merupakan usia sekolah dan usia bermain. Di usia ini dimana anak anak lebih banyak berinteraksi dengan berbagai macam benda, melalui benda benda tersebut mereka tidak menyadari bahwa mereka banyak menghirup debu. Hal lainnya, di usia seperti ini pemahaman anak anak tentang pentinnya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) masih kurang. Serta pada usia seperti ini, anak anak lebih suka mengkonsumsi berbagai macam makanan seperti cokelat, ice cream, makanan yang mengandung pengawet, dan makanan minuman yang dingin lainnya. Pengetahuan mereka tentang faktor risiko penyebab asma masih sangat kurang, sehingga mereka tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan dapat menyebabkan timbulnya penyakit asma bronkial. Hal ini selaras dengan hasil penelitian penelitian Kurnia Pramesti (2006), menginformasikan bahwa makanan yang mengandung monosodium glutamat dapat menyebabkan pemicu sesak nafas pada anak anak usia 1 15 tahun dengan OR = 3,45 (95%C I=2,10-3,43).

6 Menurut Gary Rachelefsky (2006), pada beberapa orang gejala gejala asma bisa berkurang saat merek bertambah dewasa. Namun, penyakit itu tidak menghilang. Sekitar 50% dari semua anak yang menderita asma bisa terus mengalami gejala gejalanya sepanjang hidup mereka atau gejala gejala akan kembali saat mereka menginjak akhir masa remaja dan dewasa. Hal ini yang menyebabkan prevalensi penderita asma lebih banyak anak anak dibandingkan orang dewasa. Debu Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa debu rumah yang menempel pada lantai kamar dan ruang keluarga, perabot rumah, langit langit rumah, tempat tidur, jendela kamar tidur yang selalu tertutup, membersihkan debu tidak dengan lap basah dapat menyebabkan timbulnya penyakit asma bronkial. Menurut asumsi peneliti, masuknya suatu alergen (debu) ke dalam saluran pernafasan seseorang dapat merangsang terjadinya reaksi hipersensitivitas. Bisaanya benda benda yang paling banyak menyimpan debu, seperti kasur (tempat tidur), karpet, jok kursi, tumpukan koran koran, buku buku, pakaian yang lama digantung, lantai yang tidak sering dibersihkan dapat merangsang saluran pernapasan sehingga menyebabkan sesak napas kemudian terjadi asma. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2008). Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa debu rumah yang menempel pada kipas angin, langit-langi rumah, jendela kamar tidur anak yang selalu tertutup, membersihkan debu tidak dengan lap basah, merupakan faktor risiko bagi penderita asma bronkial pada anak dengan nilai OR ; 0,66 (95% CI ; 0,29 1,47 ; p=0,306), artinya penderita asma memiliki peluang 0,656 kali menderita asma lebih kecil, dibandingkan anak yang tidak menderia asma. Menurut John Rees MD. FRCP (1996), debu yang tersebar luas dalam seprei, perabot rumah, karpet, dan mainan yang lembut/berbulu merupakan unsure penting dalam peningkatan prevalensi asma. Jika, penderita asma dipindahkan ke lingkungan yang kurang dari debu, gejalanya akan membaik. Pembersihan kamar tidur secara teratur dan menghindari bahan yang mungkin mengumpulkan debu adalah upaya yang bijaksana untuk menekan jumlah antigen. Pengurangan debu telah dicoba dengan penutup kasur yang tak dapat tembus oleh debu, penyaring yang halus pada pembersih vakum, akarisida, ayau bahkan pemberian nitrogen cair pada karpet. Suatu usaha yang bersungguh sungguh dapat mengurangi jumlah debu sehingga cukup rendah untuk memperbaiki pengendalian asma. Desensitisasi terhadap debu rumah mungkin dapat berguna pada anak anak. Asap Rokok Asap rokok yang dihirup penderita asma bronkial secara aktif mengakibatkan rangsangan pada sistima pernafasan, sebab pembakaran tembakau menghasilkan zat iritan dalam rumah yang menghasilkan gas yang komplek dan partikel partikel berbahaya. Didukung pula pernyataan responden yang mengatakan bau asap rokok saja anak saya langsung kumat seseknya, diawali dengan batuk batuk, hidung merasa tersumbat dan nafas bunyi ngik ngik, jika akan tidur saya beri bantal agar tidak sesek.

7 Menurut asumsi peneliti, bahwa keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita asma bronkial bila anggota keluarga lainnyanya yang merokok didalam rumah kemudian terhisap oleh penderita asma atau bahkan penderita asma merupakan perokok aktif memiliki risiko lebih besar, dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang tidak menderita asma, apabila keluarganya menghisap merokok didalam rumah. Paparan asap tembakau pasif berakibat lebih berbahaya gejala penyakit saluran nafas bawah dan naiknya risiko asma dan serangan asma. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2008), hasil analisis multivariat yang melihat antara asap rokok dengan kejadian asma bronkial memiliki nilai OR ; 23,13, (95% CI ; 4, ,2) nilai p=3,141, sehingga hipotesis terbukti. Dengan demikian dapat menginformasikan bahwa keluarga yang mempunyai anak menderita asma bronkial bila anggota keluarganya yang merokok didalam rumah kemudian terhisap oleh penderita asma memiliki risiko 23,13 kali lebih besar, dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai anak, tidak menderita asma, apabila keluarganya menghisap merokok didalam rumah. Hasil tersebut didukung oleh C. Infante Rivarrd (1993), dalam penelitiannya tentang ibu perokok berat mengakibatkan reaksi batuk dan asma menjadi kumat pada anak yang diasuhnya dengan OR ; 2,77 (95% CI ; 1,35 5,66). Hal ini didukung dengan teori menurut John Rees MD. FRCP (1996), pencemaran udara secara pribadi dengan asap rokok memperberat asma. Merokok aktif dan pasif menyebabkan timbulnya menyebabkan timbulnya penyempitan saluran pernapasan. Akhir akhir ini minat akan pencemaran lingkungan meningkat. Meskipun kabut kota (smog) telah mengilang setelah adanya peraturan udara bersih, kadar ozon, belerang dioksida, oksidanitrogen, dan bahan partikulat meningkat di daerah daerah padat penduduk dan perkotaan. Kombinasi suhu tinggi, kelembaban, dan lalu lintas yang padat menyebabkan kadar polusi udara meningkat. Penderita asma harus sadar akan upaya untuk memperbaiki kualitas udara. Kadar nitrogen dioksida yang ditemukan dalam rumah dapat meningkatkan respons saluran pernapasan terhadap alergen. Binatang Peliharaan Kepemilikan binatang piaraan yang menjadi faktor pencetus terjadinya asma bronkial. Seperti hasil wawancara dengan salah satu responden yang alergi terhadap binatang piaraan, dia mengatakan bahwa Saya alergi jika mengirup bulu binatang seperti kucing, sehingga jika saya berada di tempat yang banyak terdapat bulu kucing, gejala yang saya rasakan adalah bersin bersin. Pada penelitian ini, dari 50 responden ada 11 penderita yang alergi terhadap binatang peliharaan. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2008). Kepemilikan binatang piaraan yang menjadi faktor pencetus terjadinya asma bronkial pada anak, saat dilakukan analisis multivariat hasilnya bermakna secara statistik dengan p=0,025 nilai OR ;30,65 (95% CI ; 1, ,7), memberikan arti bahwa keluarga yang memiliki anak menderita asma bronkial dan mempunyai binatang piaraan memilki besar risiko 30,65 kali

8 dibandingkan dengan keluarga tidak memiliki anak menderita asma dan tidak mempunyai binatang piaraan. Hasil ini juga didukung oleh David I. Duffy (1998), alergi oleh binatang yang dipelihara didalam rumah maupun diluar rumah oleh penderita asma mempunyai OR ; 10,23. Selaras dengan hasil wawancara mendalam oleh beberapa responden mengatakan kurang lebih lima tahun ini anak saya suka sekali menggendong-gendong kucing dan setiap tidur kucing dibawa juga ketempat tidur (ibu A ; Indept Interview), responden lain menjelaskan kelinci yang saya punya itu kandangnya dekat rumah tinggal, kalau pada saat ganti bulu sering bulunya masuk rumah, bahkan masuk didalam tidur dan ruang tamu (ibu G ; Indept Interview). Sumber penyebab asma adalah alergen protein yang ditemukan pada bulu binatang. Alergen tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil (sekitar 3 4 mikron) dan terbang di udara sehingga menyebabkan serangan asma, terutama dari burung dan hewan menyusui. Hal ini didukung dengan teori menurut John Rees MD. FRCP (1996), orang tua dari anak anak yang menderita asma sering khawatir mengenai hewan piaraan di rumah. Kucing merupakan masalah yang terbesar, dengan alergen dalam liur, urin, dan bulunya. Tetapi sebagian besar hewan piaraan dapat sekali kali memicu asma. Pasien yang mempunyai masalah besar dengan asma harus dianjurkan untuk tidak memelihara hewan piaraan baru. Bila anak anak lahir dalam suatu keluarga dengan riwayat atopi yang kuat, hewan piaraan yang berbulu lebih baik dihindari. Hewan piaraan yang ada di rumah harus dijaga untuk tidak masuk ke kamar tidur dan perabot yang lembut. Kalau hewan ini diperkirakan merupakan penyebab gejala yang berbahaya, dapat dicoba untuk pemisahan sementara. Alergen hewan tetap berada dalam rumah lama setelah hewan tersebut dibuang, oleh karena itu hewan harus dipindahkan dari rumah tersebut selama satu atau dua bulan. Pilihan lainnya, pasien dapat pindah rumah selama satu atau dua minggu. Tetapi, membuang hewan kesayangan tanpa alasan yang tepat dapat menyebabkan timbulnya masalah yang lebih berbahaya akibat gangguan emosional. Makanan Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa beberapa jenis makanan penyebab alergi seperti susu sapi, cokelat, ice cream, makanan minuman dingin dapat meningkatkan produksi lendir / dahak yang menyebabkan penyempitan saluran pernapasan terutama pada bagian pernapasan bronkus sehingga penderita merasa sesak napas dan bunyi mengi, serta makanan produk industri dengan pewarna buatan, pengawet, vetsin dapat menjadi penyebab asma bronkial. Hal ini selaras dengan hasil penelitian penelitian Kurnia Pramesti (2006), menginformasikan bahwa makanan yang mengandung monosodium glutamat dapat menyebabkan pemicu sesak nafas pada anak-anak usia 1 15 tahun dengan OR=3,45 (95%C I=2,10-3,43) (Purnomo, 2008). Berdasarkan teori menurut John Rees MD. FRCP (1996), intoleransi pada makanan tidak selalu menunjukkan adanya mekanisme alergi. Reaksi dapat berkaitan dengan mediator farmakologik misalnya histamin atau tiramin dalam makanan.

9 Mereka dapat dihasilkan oleh zat tambahan makanan misalnya zat warna kuning tartrazin, yang ditambahkan pada sejumlah besar makanan dan obat obatan. Bila terdapat alergi khusus terhadap bahan makanan dan obat obatan. Bila terdapat alergi khusus terhadap bahan makanan, yang paling mungkin akan terlibat adalah susu, telurm kacang kacangan, dan gandum. Riwayat Keturunan Adanya riwayat keturunan penyakit asma bronkial, merupakan salah satu faktor risiko penyebab menurunnya penyakit asma pada anggota keluarganya. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil survey dan wawancara yang saya lakukan, dari 50 penderita asma ada 20 penderita yang memiliki riwayat keturunan asma atau 40% dari jumlah responden. Salah satu responden mengatakan bahwa saya memiliki riwayat keturunan asma, ibu saya sejak kecil mengidap penyakit asma. Hal ini dibuktiktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2008). Adanya riwayat penyakit asma bronkial, mempunyai tiga kali lipat lebih tinggi jika riwayat keturunan dengan asma disertai dengan salah satu atopi. Melihat hasil analisi multivariat kejadian asma bronkial pada responden memiliki nilai OR ; 8,27 (95% CI : 1,505 45,434) dengan p=0,015. Hasil tersebut menginformasikan bahwa keluarga yang mempunyai riwayat penyakit asma bronkial mempunyai 8,27 kali dibandingkan dengan, keluarga yang tidak memiliki riwayat penyakit asma bronkial. Selaras dengan penelitian Ehrlich RI (1996), berdasarkan hasil penelitiannya yang mengunakan analisis multivariat, orang tua asma (OR=2,77: 95%CI; 1,11-2,48). Didukung pula dengan pernyataan responden yang mengatakan ibu saya mempunyai penyakit sesak nafas (ampek) seperti anak saya, bahkan pernah dirawat di Puskesmas dan Rumah Sakit sampai lama. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil survey, wawancara dan pengolahan data penderita asma menyimpulkan bahwa jenis kelamin, umur, debu, asap rokok, binatang peliharaan, makanan, dan riwayat keturunan merupakan faktor risiko penyebab asma. 2. Faktor risiko yang paling tinggi yang di temui di wilayah kerja Puskesmas yaitu faktor debu (27,7%), dan yang terendah adalah faktor binatang peliharaan (9,2%). 3. Penyakit asma bukanlah penyakit menular, akan tetapi penyakit yang terbawa dari herediter keluarga dan berbagai macam faktor pemicu lainnya. Saran Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan a. Perlu melakukan penyuluhan tentang asma bronkial agar masyarakat dapat tahu cara penanggulangan asma bronkial dan faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya asma bronkial pada anak dan meningkatkan upaya promotif dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang asma bronkial

10 sehingga masyarakat lebih waspada. b. Melakukan penyuluhan terhadap keluarga pasien maupun penderita untuk melakukan pencegahan sedini mungkin dan menghindarkan faktor pencetus asma bronkial pada anak. c. Orang tua/pasien harus diberi penjelasan menyeluruh dalam hal perjalanan asma, gejala gejala asma dan penanggulangan asma. Bagi Masyarakat a. Masyarakat diberikan informasi yang cukup tentang penyakit asma, agar lebih waspada terhadap faktor penyebab timbulnya penyakit asma. b. Masyarakat diharapkan lebih mengutamakan pencegahan asma terhadap pemicu kekambuhan asma yang disebabkan oleh kepemilikan binatang piaraan. b. Masyarakat agar waspada apabila setiap anggota keluarga yang merokok didalam rumah merupakan pemicu penderita asma bronkial, dan apabila penderita merupakan perokok aktif, sebaiknya tidak merokok lagi karena merokok merupakan salah satu faktor penyebab asma dan rokok merupakan zat beracun / zat asing jika masuk kedalam tubuh sehingga dapat menyebabkan penyakit penyakit lainnya. Chairinniza. G Terapi Untk Anak Asma. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo Chaitow. L Asthma and Hay Fever. Jakarta. Sinar Grafika Offset Fordiastiko Asma dan Seluk- Beluknya Simposium awam, Mengetahui Diagnosis dan Pengobatan Asma. Semarang. PDPI Hadibroto. I Asma. Jakarta. Gramedia Hariyadi. S Mencegah dan Mengobati Asma. Jakarta. Kalamedia Heru. S Asma, Apa dan Bagaimana Pengobatannya?. Jakarta. FKUI Daftar Pustaka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diresmikan pada tanggal 24 Maret Lahirnya Kecamatan Kota Tengah Kota

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diresmikan pada tanggal 24 Maret Lahirnya Kecamatan Kota Tengah Kota BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil 4.1.1 Profil Kecamatan Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Utara, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa derajat penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Rumah sakit paru dr. Ario Wirawan beralamat di jalan Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK mentri kesehatan RI.

Lebih terperinci

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Triya Damayanti M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, 2000. Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Ph.D. :Tohoku University, Japan, 2011. Current Position: - Academic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba memerlukan tatalaksana segera dan kemungkinan

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIALE PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIALE PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASMA BRONKIALE PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL SKRIPSI OLEH: ROFIATUN NASIKHAH 020112a028 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013 Syafriani Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Subyek Penelitian ini diberikan kuesioner ISAAC tahap 1 diberikan kepada 143 anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan kuesioner yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di negara maju. Sebagai contoh di Singapura 11,9% (2001), Taiwan 11,9% (2007), Jepang 13% (2005)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat penting, kesehatan akan terganggu jika timbul penyakit yang dapat menyerang siapa saja baik laki-laki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control retrospektif/studi kasus kontrol retrospektif. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Pada Anak Usia 1-5 Tahun di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya

Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Asma Pada Anak Usia 1-5 Tahun di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Pada Anak Usia 1-5 Tahun di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Ulfah Kuraesin ¹ Nur Lina dan Siti Novianti ² Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) Lampiran 1 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :... Umur :... tahun (L / P) Alamat :... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan PERSETUJUAN

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 Data WHO 2013 dan Riskesdas 2007 menunjukkan jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma

BAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara diseluruh dunia. Meskipun penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah inflamasi saluran napas kecil. Pada bronkitis kronik terdapat infiltrat dan sekresi mukus di saluran pernapasan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini asma semakin berkembang menjadi penyakit pembunuh bagi masyarakat di dunia, selain penyakit jantung. Serangan yang terjadi akibat asma menjadi momok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi adalah salah satu penyakit manifestasi reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperantarai oleh immunoglobulin E dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan peningkatan hiperresponsif yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas,

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA SMA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI SMAN 2 KOTA MOJOKERTO MEGA AGUSTIA WARDANI NIM

PERSEPSI SISWA SMA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI SMAN 2 KOTA MOJOKERTO MEGA AGUSTIA WARDANI NIM PERSEPSI SISWA SMA DALAM PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT ASMA DI SMAN 2 KOTA MOJOKERTO MEGA AGUSTIA WARDANI NIM. 1212020016 Subject: Persepsi, Siswa, Penyakit Asma Description : Asma merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Asma adalah penyakit yang menghambat saluran udara pada paru paru dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Asma adalah penyakit yang menghambat saluran udara pada paru paru dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Definisi Asma Bronkial Asma adalah penyakit yang menghambat saluran udara pada paru paru dan juga menimbulkan peradangan pada saluran udara. Kombinasi penyumbatan

Lebih terperinci

Oleh : Roestiniadi Djoko Soemantri,dr, SpTHT- KL DEPT/SMF ILMU KESEHATAN THT - KL FK. UNAIR / RSUD Dr. Soetomo SURABAYA

Oleh : Roestiniadi Djoko Soemantri,dr, SpTHT- KL DEPT/SMF ILMU KESEHATAN THT - KL FK. UNAIR / RSUD Dr. Soetomo SURABAYA Oleh : Roestiniadi Djoko Soemantri,dr, SpTHT- KL DEPT/SMF ILMU KESEHATAN THT - KL FK. UNAIR / RSUD Dr. Soetomo SURABAYA PILEK ALERGI,... Si pengganggu yang sering diabaikan? * Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

Penyebab: si kecil diserang jasad renik, seperti kuman, mikroba atau virus. Namun penyebab terbesar adalah virus.

Penyebab: si kecil diserang jasad renik, seperti kuman, mikroba atau virus. Namun penyebab terbesar adalah virus. Apakah anak anda sering terjangkit penyakit batuk dan pilek? Baru saja sembuh, ga lama kemudian sakit lagi? Kalau jawabannya "ya", simaklah artikel berikut yang kami kutip dari kompas.com, semoga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan suatu penyakit kronik yang mengenai jalan napas pada paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa batuk kronik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berikut: timbul secara episodik cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal),

BAB 1 PENDAHULUAN. berikut: timbul secara episodik cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik sebagai berikut: timbul secara episodik cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... viii

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di. RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di. RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. B. Rancangan Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Biaya Penelitian 1. Alergen / pemeriksaan Rp ,- 2. Transportasi Rp ,- 3. Fotokopi dll Rp

LAMPIRAN 1. Biaya Penelitian 1. Alergen / pemeriksaan Rp ,- 2. Transportasi Rp ,- 3. Fotokopi dll Rp LAMPIRAN 1 Lampiran 1 I. Personalia Penelitian 1. Ketua penelitian Nama : dr. Beatrix Siregar Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSHAM 2. Supervisor penelitian 1. Prof. dr. H. M. Sjabaroeddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Asthma berasal dari bahasa yunani yang berarti terengah-engah atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Asthma berasal dari bahasa yunani yang berarti terengah-engah atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Asma Bronkial Kata Asthma berasal dari bahasa yunani yang berarti terengah-engah atau sukar bernapas. Menurut United States National Tuberculosis Association 1967,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 23 balita (44,2%).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih dari 60 tahun arah pembangunan dibidang kesehatan selama ini menekankan terhadap pengendalian penyakit menular. Kondisi yang sepenuhnya belum tertanggulangi ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat

Lebih terperinci

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang The Global Initiative For Asthma (GINA) menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari asma sedunia. Semakin meningkatnya jumlah penderita asma di dunia membuat berbagai badan

Lebih terperinci

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Kode Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan diperkirakan 4-5% populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit ini. Asma bronkial

Lebih terperinci

DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn. S DENGAN MASALAH ASMAPADA Ny. L DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini zaman semakin berkembang seiring waktu dan semakin memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. Saat ini tingkat ozon naik hingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta pada bulan Agustus Desember 2016. Peserta penelitian adalah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN Oleh: DARU KUMORO CIPTO JATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas karena terjadinya aktivitas berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan penyempitan pada saluran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan. Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada fungsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas dan

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN Judul Penelitian : Gambaran Pengetahuan dan Sikap Dalam Mengontrol Kekambuhan Asma Pada Pasien Asma BronkialRawatJalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan, tetapi masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum peduli dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan faktor resiko utama berbagai penyakit tidak menular, bahkan sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. Merokok

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit sistem pernapasan merupakan penyebab 17,2% kematian di dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 5,1%, infeksi pernapasan bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun penyakit asma mempunyai tingkat fitalitas yang rendah namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jakarta sebagai kota metropolitan di Indonesia memiliki berbagai masalah, salah satu isu yang sedang hangat diperbincangkan adalah masalah pencemaran udara. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 7. Peubah rancangan tempat tidur (TMP_TDR) Tempat tidur (1) (2) Kasur 1 0 Lainnya 0 1 Busa 0 0. Deskripsi Rerponden

HASIL DAN PEMBAHASAN. 7. Peubah rancangan tempat tidur (TMP_TDR) Tempat tidur (1) (2) Kasur 1 0 Lainnya 0 1 Busa 0 0. Deskripsi Rerponden 7. Peubah rancangan tempat tidur (TMP_TDR) Tempat tidur (1) (2) Kasur 1 0 Lainnya 0 1 Busa 0 0 8. Peubah rancangan alat pembersih yang digunakan di rumah (ALAT). Alat pembersih di rumah (1) (2) Sapu 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo. 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografi Wilayah kerja Puskesmas Kabila berada di wilayah Kecamatan Kabila yang wilayahnya terdiri dari 5 Kelurahan (Kelurahan Pauwo,

Lebih terperinci

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Laporan Penyuluhan Penyakit Paru Obstruksi Kronik () A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik () atau disebut juga dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap orangtua yang memiliki anak balita usia 1-4 tahun dengan riwayat ISPA di Kelurahan Kopeng Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena berperan terhadap timbulnya reaksi alergi seperti asma, dermatitis kontak,

BAB 1 PENDAHULUAN. karena berperan terhadap timbulnya reaksi alergi seperti asma, dermatitis kontak, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debu terdiri atas partikel destrimen yang berasal dari rambut, daki, bulu binatang, sisa makanan, serbuk sari, skuama, bakteri, jamur dan serangga kecil (Sungkar, 2004).

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN, STATUS IMUNISASI DAN KEBERADAAN PEROKOK DALAM RUMAH DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR AGUSSALIM 1 1 Tenaga

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Candi Lama Kecamatan Candisari Kota Semarang) Esty Kurniasih, Suhartono, Nurjazuli Kesehatan

Lebih terperinci

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA

SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI GAMBARAN DERMATITIS ATOPIK PADA ANAK USIA 0-12 TAHUN YANG TERPAPAR ASAP ROKOK DI RUMAH SAKITGOTONG ROYONG SURABAYA Oleh : Venerabilis Estin Namin 1523013024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Meike N. R. Toding*, Budi T. Ratag*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN 69 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI KELURAHAN WANGUNSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEMBANG KECAMATAN LEMBANG TAHUN 2007 1. Nama : 2. Alamat : Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi inflamasi yang dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini sangat memberi berbagai dampak, baik itu dampak positif

Lebih terperinci

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta

Kata kunci : asap rokok, batuk kronik, anak, dokter praktek swasta ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN ANGKA KEJADIAN BATUK KRONIK PADA ANAK YANG BEROBAT KE SEORANG DOKTER PRAKTEK SWASTA PERIODE SEPTEMBER OKTOBER 2011 Devlin Alfiana, 2011. Pembimbing I :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN : Vol. Nomor Januari Jurnal Medika Respati ISSN : 97-7 HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA ANAK USIA 6 TAHUN DI PUSKESMAS RAWAT INAP WAIRASA SUMBA TENGAH

Lebih terperinci

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 ABSTRAK Likyanto Karim. 2012. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013. 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian pulmonologi Ilmu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semburan lumpur panas yang terletak di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Propinsi Jawa Timur adalah salah satu dari akibat ekplorasi di bidang perminyakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September sampai dengan. Desember 2013 di beberapa SMP yang ada di Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September sampai dengan. Desember 2013 di beberapa SMP yang ada di Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu dari penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangan asma merupakan salah satu penyebab rawat inap pada anak dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. Serangan asma merupakan salah satu penyebab rawat inap pada anak dirawat di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan asma merupakan salah satu penyebab rawat inap pada anak dirawat di rumah sakit. Asma yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan kehidupan sosial dan prestasi

Lebih terperinci

Ina Nurhidayati, Sri Tjahyani Budi Utami. Departement of Environmental Health, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Depok

Ina Nurhidayati, Sri Tjahyani Budi Utami. Departement of Environmental Health, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Depok Kondisi Kesehatan Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kasus Asma Akut di Wilayah Kota Administrsi Jakarta Timur Tahun 2012 (Studi Kasus Di RSUP Persahabatan) Ina Nurhidayati, Sri Tjahyani Budi Utami Departement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. 1. manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. 1. manifestasi klinis tergantung pada organ target. Manifestasi klinis umum dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah alergi digunakan pertama kali digunakan oleh Clemens von Pirquet bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. 1 Reaksi alergi dapat mempengaruhi hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asma bronkial merupakan penyakit kronik tidak menular yang paling sering dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri berkorelasi

Lebih terperinci

6. Umur Responden :...Tahun

6. Umur Responden :...Tahun Lampiran : 1 KUESIONER HUBUNGAN KUALITS LINGKUNGAN FISIK RMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU BTA POSITIF DI KECAMATAN CILANDAK KODYA JAKARTA SELATAN TAHUN 2008 A.IDENTITAS RESPONDEN NOMOR: 1.Tanggal Wawancara

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 15 Agustus 20 Oktober 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan dampak yang besar bagi kelangsung hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling banyak terjadi di Indonesia

Lebih terperinci

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan mayarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit

Lebih terperinci