BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Rumah sakit paru dr. Ario Wirawan beralamat di jalan Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK mentri kesehatan RI. Nomor 1208/Menkes/SK/IX/2002, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan (RSPAW) atau yang lebih dikenal masyarakat sekitar dengan istila sanatorium menjadi satu-satunya rumah sakit paru di Provinsi Jawa Tengah. Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan merupakan rumah sakit di Salatiga yang berkembang dengan baik. Selain memberikan pelayanan kesehatan paru. Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan juga mampu memberikan pelayanan kesehatan umum, dan oleh karena standar mutu menejemen yang baik, rumah sakit paru dr. Ario Wirawan mendapatkan sertifikat ISO Rumah sakit paru dr. Ario Wirawan ini terdapat beberapa ruang inap, salah satunya ruang Dahlia I yang dijadikan tempat penelitian. Ruang dahlia I memiliki 14 tenaga perawat. Di ruang dahlia I juga ada terdapat 3 kamar, 2 kamar untuk pasien laki-laki dan 1 kamar untuk pasien perempuan. Adapun jenis penyakit yang ditangani di ruang dahlia I yaitu PPOK, CHF, Asma, Dispepsia, Hipertensi, Febris, bekas TB, Efusi Pleura, Sirosis dan Anemia. 42

2 4.2 Gambaran Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap yang penderita penyakit asma di Ruang Dahlia I Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 27 orang yang menderita penyakit asma. Responden yang diteliti dalam penelitian ini memiliki karakteristik berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat menderita asma, riwayat keluarga, kekambuhan asma dalam 3 bulan terakhir, tanda dan gejala serangan asma, obat yang digunakan, status merokok Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1 Distribusi Data Berdasarkan Jenis Kelamin ( n = 27 ) Jenis Kelamin Persentase % Perempuan 16 59,3 Laki-laki 11 40,7 Jumlah Diagram 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 43

3 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dari pasien asma yang dirawat di Ruang Dahlia I RSPAW yang terbanyak adalah perempuan dengan jumlah 16 orang (59,3 %) dan laki-laki 11 orang (40,7 %) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2 Distribusi Data Berdasarkan Usia (n = 27 ) Usia Persentase (%) tahun 6 22, tahun 13 48, tahun 8 29,7 Jumlah Diagram 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia tahun tahun tahun Karakteristik responden berdasarkan usia dari pasien asma yang dirawat diruang dahlia I RSPAW adalah usia tahun sebanyak 13 orang (48,1 %), usia tahun sebanyak 8 orang (29,7 %), dan usia tahun sebanyak 6 orang (22,2 %). 44

4 4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Data Berdasarkan Tingkat Pendidikan ( n = 27) Tingkat Pendidikan Persentase (%) Sekolah 3 11,2 SD 9 33,3 SMP 7 25,9 SMA 7 25,9 SPG 1 3,7 Jumlah Diagram 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan sekolah SD SMP SMA SPG Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dari pasien asma yang dirawat di Ruang Dahlia I RSPAW yang paling banyak yaitu SD sebanyak 9 orang (33,3 %), SMP dan SMA dengan jumlah yang sama yaitu sebanyak 7 orang (25,9 %), tidak sekolah sebanyak 3 orang (11, 2 %) dan SPG 1 orang (3,7 %). 45

5 4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.4 Distribusi Data Berdasarkan Pekerjaan ( n = 27 ) Pekerjaan Persentase (%) Tani 6 22,2 Buruh 2 7,4 Wiraswasta 14 51,8 Guru 1 3,7 Kerja 4 14,9 Jumlah Diagram 4.4. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dari pasien asma yang dirawat di ruang dahlia I RSPAW, yang paling banyak yaitu wiraswasta dengan jumlah 14 orang (51,8 %), yang bekerja sebagai tani 6 orang (22,2 %), buruh 2 orang (7,4 %) guru 1 orang (3,7 %) dan yang tidak kerja sebanyak 4 orang (14,9 %). 46

6 4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia mulai Menderita Penyakit Asma Tabel 4.5 Distribusi Data Berdasarkan Usia Mulai Menderita Penyakit Asma (n = 27 %) Usia mulai menderita Persentase (%) penyakit asma Dari usia SD (7-12 tahun) 9 33, tahun 5 18, tahun 3 11, tahun 4 14, tahun 6 22,2 Jumlah Diagram 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia mulai Menderita Penyakit Asma Usia SD (usia tahun) tahun41-50 tahun Karakteristik responden berdasarkan Usia mulai menderita penyakit asma pada pasien asma yang dirawat di ruang dahlia I RSPAW yang paling banyak yaitu dari usia SD (7-12 tahun) sebanyak 9 orang (33,3 %), dan usia tahun sebanyak 6 orang (22,2 %), usia tahun sebanyak 5 orang (18,5 %), usia

7 tahun sebanyak 4 orang (14,9 %), dan usia tahun sebanyak 3 orang (11,1 %) Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga Tabel 4.6 Distribusi Data Berdasarkan Riwayat Keluarga (n = 27 %) Riwayat Keluarga Persentase (%) Ada 15 55,6 ada 12 44,4 Jumlah Diagram 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga Ada ada Berdasarkan karakteristik riwayat keluarga pada pasian yang dirawat di ruang dahlia I RSPAW, dari sebanyak 27 pasien, terdapat 15 orang pasien (55,6 %) yang memiliki keluarga dengan riwayat asma, sedangkan 12 orang pasien (44,4 %) lainnya tidak memiliki keluarga yang menderita penyakit asma. 48

8 4.2.7 Karakterisitik Responden Berdasarkan Tingkat Kekambuhan Asma Dalam 3 Bulan Terakhir Tabel 4.7 Distribusi Data Berdasarkan Tingkat Kekambuhan Asma (n = 27) Tingkat Kekambuhan Asma Persentase (%) Sering (1-9 kali/3bulan) 3 11,1 Jarang (1-5 kali/3bulan) 2 7,4 Sangat jarang (1-3kali/3bulan) 22 81,5 Jumlah Diagram 4.7. Karakterisitik Responden Berdasarkan Tingkat Kekambuhan Asma Dalam 3 Bulan Terakhir Sering (1-9 kali/3bulan) Jarang (1-5 Sangat jarang kali/3bulan) (1-3 kali/3bulan) Untuk mempermudah peneliti dalam menggambarkan tingkat kekambuhan asma, peneliti menggunakan standar sering (1-9 kali dalam 3 bulan terakhir) sebanyak 3 orang pasien (11,1 %), jarang (1-5 kali dalam 3 bulan terakhi ) sebanyak 2 orang pasien (7,4 %) dan sangat jarang (1-3 kali dalam tiga bulan terakhir) sebanyak 22 orang pasien (81,5 %). 49

9 4.2.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Obat yang digunakan Tabel 4.8 Distribusi Data Berdasarkan Obat yang Digunakan (n = 27) Obat Yang Digunakan Persentase (%) Pil dan Inhaler 15 55,6 Pil 10 37,0 Pil, Inhaler, Suntikan 2 7,4 Jumlah Diagram 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Obat yang digunakan Pil dan inhaler Pil Pil, inhaler dan suntikan Karakteristik responden berdasarkan obat yang digunakan pada pasien asma yang dirawat di Ruang Dahlia I RSPAW, sebanyak 15 orang pasien (55,6 %) menggunakan obat pil dan inhaler, sebanyak 10 orang pasien (37,0 %) yang menggunakan obat pil, dan 2 orang pasien (7,4 %) menggunakan obat pil, inhaler dan suntikan. 50

10 4.2.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Merokok Tabel 4.9 Distribusi Data Berdasarkan Status Merokok (n = 27) Status Merokok Persentase (%) Ya 5 18, ,5 Jumlah Diagram 4.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Merokok Ya Karakteristik responden berdasarkan status merokok pada pasien yang dirawat di ruang dahlia I RSPAW, dari 27 orang pasien terdapat 5 orang pasien (18,5 %) yang merokok, dan sebanyak 22 orang pasien (81,5 %) tidak merokok Karakteristik Responden Berdasarkan Tanda dan Gejala Saat Serangan Asma Tabel 4.10 Distribusi Data Berdasarkan Tanda dan Gejala Saat Serangan Asma (n = 27) Tanda dan Gejala Persentase (%) Wheezing, Sulit bernapas, Dada terasa berat, Batuk Total

11 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Tanda dan Gejala Wheezing Sulit bernapas dada terasa berat batuk Tanda dan gejala pada penderita asma seperti yang telah ditulis pada bab sebelumnya yaitu Wheezing, sulit bernapas, dada terasa berat (dada sesak) dan batuk, semuanya itu juga dialami oleh ke 27 orang pasien yang menjadi responden dalam penelitian ini 4.3 Hasil Penelitian Analisa Data Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Faktor udara Faktor Kondisi Udara Jumlah (N=27) Persentase (%) pernah Jarang/ kadangkadang Sering Tot al pernah Jarang/ kadangkadang Sering Saat malam hari ,1 37,0 14,8 Saat siang ,5 18,5 0 hari 27 Saat pagi ,1 48,1 3,7 hari Subuh ,0 63,0 Tot al 100 Musim hujan ,7 59,3 52

12 Berdasarkan tabel diatas diperoleh bahwa sebanyak 63,0 % reponden sering mengalami kekambuhan pada waktu subuh, dan sebanyak 59,3 % responden sering mengalami kekambuhan asma pada saat musim hujan sedangkan sebanyak 14,8 % responden sering mengalami kekambuhan asma saat malam hari Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Aktivitas fisik / Kerja Faktor aktivitas fisik/kerja Jumlah (N=27) Persentase (%) pernah Jarang/ kadangkadang Sering Tot al pernah Jarang/ kadangkadang Sering Aktivitas ,8 55,6 29,6 kerja Olahraga ,8 22,2 0 Kuliah ,0 0 0 Tot al 100 Aktivitas sehari-hari Hubungan seks ,4 88,9 3, ,5 18,5 0 Berdasarkan tabel diatas terdapat sebanyak 29,6 % responden asma sering kambuh yang disebabkan karena aktivitas kerja, dan sebanyak 3,7 % disebabkan karena aktivitas sehari-hari Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Psikologi Faktor Psikologi Pernah Jumlah (N=29) Persentase (%) Jarang/ kadangkadang Sering To tal Pernah Jarang/ kadangkadang Tertawa ,6 44,4 0 Ketakutan ,0 37,0 3,7 Sering Marah ,5 66,7 14,8 Tot al 53

13 Panik ,1 81,5 7,4 100 Menangis ,7 29,6 3,7 Cemas ,4 70,4 22,2 Stres ,3 66,7 Sedih ,4 48,1 7,4 Berdasarkan tabel diatas terdapat sebanyak 66,7 % responden asma sering kambuh karena stress, sebanyak 22,2 % responden disebabkan karena cemas, sebanyak 14,8 % responde disebabkan karena marah, dan sebanyak 7,4 % responden disebabkan karena panik dan sedih Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Polusi Udara Faktor Udara Jumlah (N=27) Persentase (%) pernah Jarang/ kadangkadang Sering Tot al pernah Jarang/ kadangkadang Sering 7,4 14,8 77, ,4 66,7 25,9 Asap rokok Asap kendaraan Asap dan ,1 14,8 11,1 bau dari 27 pabrik Bau yang ,8 70,4 14,8 mengiritasi Asap ,8 59,3 25,9 didalam ruangan Tot al 100 Berdasarkan tabel diatas terdapat sebanyak 77,8 % responden asma sering kambuh yang disebabkan oleh asap rokok, sebanyak 25,9 % responden disebabkan karena asap kendaraan dan asap didalam ruangan, dan sebanyak 14,8 % responden asma sering kambuh karena bau yang mengiritasi. 54

14 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Allergen Alergi Jumlah (N=29) Persentase (%) Pernah Sering Tot al pernah Sering Jarang/ kadangkadang Tungau Debu Jarang/ kadangkadang 7,4 18,5 74,1 Tot al Debu dalam Ruangan ,8 85,2 Debu luar ruangan Parfum Badan Parfum Luar ruangan ,7 22,2 74, ,3 33,3 3, ,7 33, Bulu ,3 29,6 11,1 binatang Makanan ,9 37,0 11,1 Berdasarkan tabel diatas terdapat sebanyak 85,2% responden asma sering kambuh karena debu dalam ruangan, sebanyak 74,1 % responden asma sering kambuh yang disebabkan oleh tungau debu dan debu luar ruangan, dan sebanyak 3,7 % responden asam sering kambuh karena parfum badan. 4.4 Pembahasan Deskripsi pengaruh faktor udara terhadap tingkat kejadian penyakit asma Berdasarkan hasil analisa data, pada faktor udara sebanyak 63,0 % responden asma sering kambuh pada waktu subuh, dan sebanyak 59,3 % responden asma sering kambuh pada saat musim hujan, sedangkan sebanyak 14,8 % responden asma sering kambuh pada waktu malam hari. 55

15 Penelitian ini sesuai dengan teori menurut (Rengganis, 2008), perubahan cuaca dan hawa pegunungan yang dingin sering menyebabkan serangan asma. Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Serangan kadang-kadang berhubungan dengan musim seperti musim hujan, musim kemarau, musim panas dan musim bunga seperti serbuk sari berterbangan. Penelitian menurut (Hasma dkk, 2012) dari hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara cuaca (udara) dengan serangan asma, terdapat sebanyak 53,3 % asmanya karena cuaca (udara). Hasil ini juga didukung pula oleh Purnomo (2008), bahwa kejadian risikonya terjadi kekambuhan asma karena perubahan cuaca (udara) (p=0,008) variabel ini berpengaruh sehingga hipotesis terbukti. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian menurut Herdi (2011) dari hasil penelitian terdapan insiden asma yang meningkat pada saat musim (cuaca) dingin dan menurun pada masa udara yang hangat saat musim kering. Terdapa 47 orang (48,9 %) pasien asma yang memiliki faktor pencetus serangan asma berupa perubahan cuaca. 56

16 4.4.2 Deskripsi pengaruh faktor aktivitas fisik / kerja terhadap tingkat kejadian penyakit asma. Berdasarkan hasil analisa data pada faktor kelelahan terdapat sebanyak 29,6 % responden asma sering kambuh disebabkan karena aktivitas kerja, sedangkan sebanyak 3,7 % responden asma sering kambuh karena aktivitas sehari-hari. Hal ini sesuai dengan teori menurut (Lewis, et al. 2007), asma akibat kerja merupakan keadaan yang umum pada penyakit paru dengan perkiraan 15 %-23 % kasus baru asma pada dewasa di Amerika Serikat disebabkan oleh pemaparan akibat kerja. Pemaparan pada tempat kerja dapat memperparah keadaan asma. Asma akibat kerja terdapat 2 tipe asma yaitu, pertama yang paling umum sekitar (90 % kasus) adalah asma akibat kerja dengan periode laten tergantung pada agen penyebab. Tipe ini biasanya dimediasi oleh IgE, yang berarti bahwa pekerja sudah terpapar pada allergen ditempat kerja selama periode waktu sebelum berkembang menjadi alergi dan asma. Tipe yang kedua adalah asma akibat kerja tanpa adanya periode laten (sekitar 10 % kasus). Hal ini biasanya terjadi karena pemaparan tingkat tinggi oleh bahan kimia, udara atau bau yang mengiritasi. Pemaparan biasanya terjadi setelah terjadi kecelakaan atau kebocoran ditempat kerja (Bradshaw, 2010). 57

17 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marice (2010), yang menyatakan bahwa pekerjaan membawa pengaruh terhadap penyakit dan kekambuhan asma dengan p value = 0,00. Dimana responden yang bekerja sebagai wiraswasta, petani, buruh, memiliki resiko 2,2 kali dibandingkan dengan responden swasta atau PNS Deskripsi pengaruh faktor Psikologi terhadap tingkat kejadian penyakit asma Berdasarkan hasil analisa data pada faktor psikologi terdapat sebanyak 66,7 % responden asma sering kambuh disebabkan karena stress, sebanyak 22,2 % responden asma sering kambuh karena cemas, sebanyak 14,8 % responden asma sering kambuh karena marah, dan sebanyak 7,4 % responden asma sering kambuh yang disebabkan karena panik dan sedih. Teori menurut (Rengganis, 2008), stress atau emosional ini dapat menjadi pencetus serangan asma selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati, pasien asma mengalami stress atau gangguan emosional perlu diberi nasihat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Jika stressnya belum diatasi, maka gejalan asmanya lebih sulit diatasi. Asma bukan penyakit psikomatik. Bagaimanapun faktor-faktor psikologi dapat berpengaruh terhadap respon asma dnegan memperburuk atau memperbaiki proses penyakit (Lewis, et al. 2007). 58

18 Penelitian menurut (Li, 2012), dari hasil univariat menunjukan rata-rata paparan kondisi psikologi (stress emosional) adalah 4,97, dengan nilai minimum dan maksimum Hasil analisis bivariat menunjukan ada hubungan antara kondisi psikologi (stress emosional) dengan terjadinya serangan asma. Terkait juga dengan penelitian Hasma, dkk (2012), berdasarkan hasil dari uji chi-square diperoleh nilai p= 0,003 yang berarti lebih kecil dari 0,005 dengan demikian dapat dikatakatan ada hubungan antara stress (psikologi) dengan serangan asma, sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan bahwa sebagian besar klien mengalami penyakit asma disebabkan oleh stress, karena stress dapat mengantarkan individu pada kecemasan sehingga memicu dilepaskan histamin yang menyebabkan terjadi kontraksi otot polos dan peningkatan pembentukan lender. Keadaan ini membuat diameter saluran napas menyempit (bronkokonstriksi). Saat bronkokonstriksi terjadi penderita sangat sulit bernapas sehingga memicu serangan asma Deskripsi pengaruh faktor polusi udara terhadap tingkat kejadian penyakit asma Berdasarkan hasil analisa data pada faktor polusi udara, terdapat sebanyak 77,8 % responden asma sering kambuh yang disebabkan karena asap rokok, sebanyak 25,9 % responden asma sering kambuh karena asap kendaraan dan asap dalam ruangan, 59

19 dan sebanyak 14,8 % responden asma sering kambuh disebabkan karena bau yang mengiritasi. Penelitian ini juga berkaitan dengan teori dari (Sundaru, 2007), penderita asma sangat peka terhadap zat-zat tadi apalagi asap yang mengandung hasil pembakaran yang berupa sulfur dioksida dan oksida fotokemikal. Asap rokok bisa saja merupakan polusi udara yang terjadi di dalam ruangan selain dari semprotan obat nyamuk dan semprotan rambut yang dapat memicu terjadinya serangan asma. Penderita yang tidak merokok bisa mendapat serangan asma karena berada didalam rungan yang penuh asap rokok. Penderita anak-anak lebih sering mendapatkan serangan asma bila di rumahnya ada yang merokok. Berbagai variasi polusi udara anatar lain, asap rokok, asap kendaraan, peningkatan ozon, zulfurdioksida, dan nitrogen dioksida dapat menjadi pencetus serangan asma (Lewis, et al., 2007). Penelitian ini selaras dengan penelitian Fitri, dkk (2011), berdasarkan hasil analisis didapatkan data responden yang sering mengalami kekambuhan asma dan merokok sebanyak 20 orang (76,9 %) dengan berpengaruh bermakna yakni p value=0,006. Hal tersebut menginformasikan bahwa terdapat hubungan kebiasaan merokok dengan kekambuhan asma. Studi lain menurut (Purnomo, 2008), menunjukan bahwa seseorang penderita yang terkena asap 60

20 rokok dalam satu jam maka akan mengalami sekitar 20% kerusakan fungsi paru dan kekambuhan asma yang berulanga Deskripsi pengaruh faktor allergen terhadap tingkat kejadian penyakit asma Berdasarkan hasil analisa data faktor allergen, terdapat sebanyak 85,2 % responden asma sering kambuh yang disebabkan oleh debu dalam ruangan, dan sebanyak 74,1 % responden asma sering kambuh karena tungau debu dan debu luar ruangan, dan sebanyak 3,7 % responden asma sering kambuh karena parfum badan. Penelitian ini berkaitan dengan teori menurut (Sundaru, 2007), Allergen merupakan faktor pencetus atau pemicu yang sering dijumpai pada pasien. Tungau debu ruanga, spora jamur, serpihan bulu binatang seperti anjing, kucing dan lain-lain yang dapat menimbulkan serangan asma pada penderita yang peka. Allergen tersebut biasanya berupa allergen hirupan, meskipun kadangkadang makanan dan minuman dapat menimbulkan serangan. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Li (2012), Berdasarkan hasil penelitian paparan alergen, dilihat bahwa paparan debu dalam ruangan adalah yang paling besar, disusul paparan debu luar ruangan. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan antara paparan alergen dengan terjadinya serangan 61

21 asma (p value = 0,006 ). Adapun hasil penelitian dari Jeanne (1998) menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara alergen dengan kejadian serangan asma, dimana p value = 0, Keterbatasan Penelitian 1. Dalam penelitian ini hanya mengkhususkan pasien asma yang dirawat di ruang dahlia I rumah sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga. 2. Dalam penelitian ini hanya mengetahui gambaran dari faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kejadian penyakit asma yaitu faktor kondisi udara, faktor kelelahan, faktor psikologi, faktor polusi udara dan faktor allergen. Belum ada uji analisis faktor yang menggunakan uji analitik. 62

DATA UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

DATA UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS DATA UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Kondisi udara Pasien Saat malam hari Saat siang hari Saat pagi hari Saat subuh Musim hujan Total 1 2 2 3 3 3 13 2 3 2 2 3 3 13 3 2 1 2 2 2 9 4 3 3 3 3 3 15 5 3 2 2 3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba memerlukan tatalaksana segera dan kemungkinan

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN Judul Penelitian : Gambaran Pengetahuan dan Sikap Dalam Mengontrol Kekambuhan Asma Pada Pasien Asma BronkialRawatJalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seluruh individu di dunia tentunya ingin memiliki kesehatan salah satunya sehat secara fisik. Tujuan tersebut memicu seseorang untuk menjaga kesehatannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi

Lebih terperinci

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan mayarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma

BAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma merupakan penyakit kompleks yang dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) Lampiran 1 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :... Umur :... tahun (L / P) Alamat :... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan PERSETUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangan asma merupakan salah satu penyebab rawat inap pada anak dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. Serangan asma merupakan salah satu penyebab rawat inap pada anak dirawat di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan asma merupakan salah satu penyebab rawat inap pada anak dirawat di rumah sakit. Asma yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan kehidupan sosial dan prestasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jalan, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jalan, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah penderita asma yang sedang menjalankan pengobatan dan pengontrolan di Instalasi Rawat Jalan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta pada bulan Agustus Desember 2016. Peserta penelitian adalah

Lebih terperinci

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,

Lebih terperinci

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Triya Damayanti M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, 2000. Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007. Ph.D. :Tohoku University, Japan, 2011. Current Position: - Academic

Lebih terperinci

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN : Vol. Nomor Januari Jurnal Medika Respati ISSN : 97-7 HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA ANAK USIA 6 TAHUN DI PUSKESMAS RAWAT INAP WAIRASA SUMBA TENGAH

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa derajat penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mengi, sesak nafas, batuk-batuk, terutama malam menjelang dini hari. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang menyebabkan peningkatan hiperresponsif yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas,

Lebih terperinci

Perbedaan Frekuensi Kekambuhan Asma Berdasarkan Kebiasaan Mengikuti Senam Asma pada Penderita di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang

Perbedaan Frekuensi Kekambuhan Asma Berdasarkan Kebiasaan Mengikuti Senam Asma pada Penderita di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang 1 Perbedaan Frekuensi Kekambuhan Asma Berdasarkan Kebiasaan Mengikuti Senam Asma pada Penderita di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang Angga Ridha Mahardhika 1, Siti Aisah 2, Vivi Yosafianti Pohan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga terletak di jalan Hasanuddin No. 806, Kelurahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Subyek Penelitian ini diberikan kuesioner ISAAC tahap 1 diberikan kepada 143 anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan kuesioner yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat penting, kesehatan akan terganggu jika timbul penyakit yang dapat menyerang siapa saja baik laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas karena terjadinya aktivitas berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan penyempitan pada saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara diseluruh dunia. Meskipun penyakit

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN. Menyatakan telah mendapat penjelasan mengenai penelitian

SURAT PERSETUJUAN. Menyatakan telah mendapat penjelasan mengenai penelitian LAMPIRAN 1. SURAT PERSETUJUAN KUESIONER SURAT PERSETUJUAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Umur : Jenis kelamin : laki-laki / perempuan Alamat : Mentakan telah mendapat penjelasan mengenai penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN Oleh: DARU KUMORO CIPTO JATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di negara maju. Sebagai contoh di Singapura 11,9% (2001), Taiwan 11,9% (2007), Jepang 13% (2005)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. A. Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

Penyebab: si kecil diserang jasad renik, seperti kuman, mikroba atau virus. Namun penyebab terbesar adalah virus.

Penyebab: si kecil diserang jasad renik, seperti kuman, mikroba atau virus. Namun penyebab terbesar adalah virus. Apakah anak anda sering terjangkit penyakit batuk dan pilek? Baru saja sembuh, ga lama kemudian sakit lagi? Kalau jawabannya "ya", simaklah artikel berikut yang kami kutip dari kompas.com, semoga dapat

Lebih terperinci

KUESIONER ANALISA KUALITAS UDARA DAN KELUHAN IRITASI MATA SERTA KELUHAN SALURAN PERNAPASAN PADA PEKERJA DI PETERNAKAN SAPI PT

KUESIONER ANALISA KUALITAS UDARA DAN KELUHAN IRITASI MATA SERTA KELUHAN SALURAN PERNAPASAN PADA PEKERJA DI PETERNAKAN SAPI PT Lampiran 1 KUESIONER ANALISA KUALITAS UDARA DAN KELUHAN IRITASI MATA SERTA KELUHAN SALURAN PERNAPASAN PADA PEKERJA DI PETERNAKAN SAPI PT. PUTRA INDO MANDIRI, BERASTAGI, SUMATERA UTARA TAHUN 2013 No. responden

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Responden

Lembar Persetujuan Responden Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Saya yang bernama Sri Lestari Mei Donna Siregar/ 1102334 adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia

Lebih terperinci

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Kode Hubungan Peran Orang Tua dalam Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dengan Kekambuhan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Sehingga peranan sumber daya manusia perlu mendapatkan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit asma telah dikenal sejak dimulainya ilmu kesehatan. Kata asma berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali digunakan oleh Bapak

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang The Global Initiative For Asthma (GINA) menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari asma sedunia. Semakin meningkatnya jumlah penderita asma di dunia membuat berbagai badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini zaman semakin berkembang seiring waktu dan semakin memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. Saat ini tingkat ozon naik hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN Mira Yunita 1, Adriana Palimbo 2, Rina Al-Kahfi 3 1 Mahasiswa, Prodi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun penyakit asma mempunyai tingkat fitalitas yang rendah namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma adalah penyakit paru kronik yang sering terjadi di dunia. Data mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade terakhir (Mchpee

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 Data WHO 2013 dan Riskesdas 2007 menunjukkan jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah inflamasi saluran napas kecil. Pada bronkitis kronik terdapat infiltrat dan sekresi mukus di saluran pernapasan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi inflamasi yang dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE)

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN, STATUS IMUNISASI DAN KEBERADAAN PEROKOK DALAM RUMAH DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR AGUSSALIM 1 1 Tenaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn S : Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. B. LATAR BELAKANG Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Asthma berasal dari bahasa yunani yang berarti terengah-engah atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Asthma berasal dari bahasa yunani yang berarti terengah-engah atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Asma Bronkial Kata Asthma berasal dari bahasa yunani yang berarti terengah-engah atau sukar bernapas. Menurut United States National Tuberculosis Association 1967,

Lebih terperinci

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Laporan Penyuluhan Penyakit Paru Obstruksi Kronik () A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik () atau disebut juga dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal 12 sampai 22 Juni 2017. Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode Purposive

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 23 balita (44,2%).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 15 Agustus 20 Oktober 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA LAMA SENAM ASMA DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang menjadi salah satu penyebab kematian di dunia. Penderita hipertensi setiap tahunnya terus menerus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013 Syafriani Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

Lebih terperinci

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA Ema Mayasari Stikes Surya Mitra Husada Kediri Email: eyasa@ymail.com Penyakit ISPA terjadi bukan hanya karena infeksi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Biaya Penelitian 1. Alergen / pemeriksaan Rp ,- 2. Transportasi Rp ,- 3. Fotokopi dll Rp

LAMPIRAN 1. Biaya Penelitian 1. Alergen / pemeriksaan Rp ,- 2. Transportasi Rp ,- 3. Fotokopi dll Rp LAMPIRAN 1 Lampiran 1 I. Personalia Penelitian 1. Ketua penelitian Nama : dr. Beatrix Siregar Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSHAM 2. Supervisor penelitian 1. Prof. dr. H. M. Sjabaroeddin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun pipa. Perilaku merokok telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan suatu penyakit kronik yang mengenai jalan napas pada paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa batuk kronik,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit sistem pernapasan merupakan penyebab 17,2% kematian di dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease) 5,1%, infeksi pernapasan bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini asma semakin berkembang menjadi penyakit pembunuh bagi masyarakat di dunia, selain penyakit jantung. Serangan yang terjadi akibat asma menjadi momok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) mengartikan Penyakit Paru Obstruktif Kronik disingkat PPOK sebagai penyakit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul akibat pajanan terhadap bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). Kelainan saluran

Lebih terperinci

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017 DATA UMUM RESPONDEN No. Responden : 1. Identitas Responden : a. Nama Responden : b. Jenis Kelamin : ( L

Lebih terperinci

OLEH: IMA PUSPITA NIM:

OLEH: IMA PUSPITA NIM: FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU ORANG TUA DALAM MERAWAT BALITA DENGAN ISPA DI RW 03 KELURAHAN WIJAYA KUSUMU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATANGROGOL PETAMBURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016. 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016. Metode pengumpulan data dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di. RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di. RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. B. Rancangan Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini tentunya berdampak langsung pula pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri saat ini makin berkembang, dari satu sisi memberi dampak positif berupa bertambah luasnya lapangan kerja yang tersedia dan meningkatnya pendapatan masyarakat.

Lebih terperinci

ANAMNESIS. I. Identitas. 1. Nama : Ny. Bandi. 3. Jenis Kelamin : Perempuan. 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw.

ANAMNESIS. I. Identitas. 1. Nama : Ny. Bandi. 3. Jenis Kelamin : Perempuan. 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw. ANAMNESIS I. Identitas 1. Nama : Ny. Bandi 2. Umur : 55 tahun 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Alamat : Jalan Taman S.Parman II no. 5 Rt. 09/ Rw.08, Jakarta Barat 5. Status Pernikahan : Sudah menikah 6.

Lebih terperinci

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara Bencana kabut asap yang menimpa saudara kita di Sumatera dan Kalimantan sungguh mengkhawatirkan. Selain merusak kualitas udara, juga membahayakan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi pasangan suami istri memiliki keturunan merupakan hal yang di sangat diharapkan. Namun, sebanyak 15% pasangan didunia memiliki gangguan kesuburan atau infertilitas

Lebih terperinci

FORMULIR IDENTITAS PASIEN

FORMULIR IDENTITAS PASIEN 51 Lampiran 1. Formulir Identitas Pasien FORMULIR IDENTITAS PASIEN A. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan 3. Alamat lengkap : 4. Tempat, tanggal lahir : 5. No. Telp/ No.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas Kuesioner Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner disebarkan kepada 30 orang responden non sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA PASIEN. 2. Jenis kelamin : laki-laki perempuan. 3. Berapa lama anda menderita batuk sesak:

LAMPIRAN DATA PASIEN. 2. Jenis kelamin : laki-laki perempuan. 3. Berapa lama anda menderita batuk sesak: LAMPIRAN Lampiran 1 DATA PASIEN 1. Usia : 2. Jenis kelamin : laki-laki perempuan 3. Berapa lama anda menderita batuk sesak: Kurang dari 5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun Lebih dari 20 tahun 4.

Lebih terperinci

Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.

Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5. L/O/G/O Buku pedoman ASMA DEFINISI : Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.Boalemo 11,0% Riskesdas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo. 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografi Wilayah kerja Puskesmas Kabila berada di wilayah Kecamatan Kabila yang wilayahnya terdiri dari 5 Kelurahan (Kelurahan Pauwo,

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 43 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Elvira Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 17 April 1993 Agama : Kristen Protestan Alamat : Jl. Sentosa Km.12 No.88 Riwayat Pendidikan : 1. TK Yayasan Pendidikan Swasta Andreas

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja yang penuh oleh debu, uap dan gas dapat mengganggu produktivitas dan sering menyebabkan gangguan pernapasan serta dapat menyebabkan penyakit paru (Suma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini orang cenderung memiliki gaya hidup

Lebih terperinci