GURU SI BASO DALAM RITUAL ORANG KARO: Bertahannya Sisi Tradisional dari Arus Modernisasi
|
|
- Yandi Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GURU SI BASO DALAM RITUAL ORANG KARO: Bertahannya Sisi Tradisional dari Arus Modernisasi Sri Alem Sembiring Departemen Antropologi FISIP USU Abstract This paper aimed to describe the role of a Guru Si Baso. Guru Si Baso is a Karonese term to call an indigenous medical practitioner who roling as a spirit-medium in Karonese traditional belief. The survival of some of these traditional rituals in modern era in 21 st century become an unusual phenomenon that attrackted to be talked about. Everything that talk about on this article shows that magic-religious attitude gives impact to several Karoness. People look at this ritual as a kind of shock therapy to remain everyone to keep the balance of soul and environment. A ritual of a Guru Si Baso is able to create corelation physically and non-physically between micro and macro cosmos. This corelation gives movement and comfort feeling, peace and safety which are need by all human being. Keywords: Guru si baso, spirit-medium A. Pengantar Era Globalisasi di abad XXI dan kemajuan teknologi dunia maya ternyata tidak mampu melengserkan beberapa praktik-praktik ritual tradisional dari sekelompok orang-orang Karo yang tinggal di dataran tinggi Karo Provinsi Sumatera Utara dan juga di beberapa wilayah Kabupaten Deli Serdang. Praktik ritual tersebut berasal dari kepercayaan tradisional Karo yang dikenal dengan penyebutan pemena. 46 Ritual tradisional yang dimaksudkan dalam tulisan ini merupakan ritual yang dipimpin oleh seorang atau beberapa orang wanita. Mereka terutama memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan roh gaib atau jiwa orang yang telah meninggal. Para wanita ini memiliki roh pelindung. Dalam memimpin upacara, mereka selalu berkomunikasi dengan mahluk gaib melalui keadaan kesurupan. Bagi orang Karo, wanita ini disebut Guru Si Baso. 47 Mereka berperan sebagai spirit-medium dalam ritual yang dipimpinnya. Kesurupan yang mereka alami secara universal dikenal dengan sebutan spirit-possession. 48 Bagi orang Karo disebut dengan selok. Roh pelindung yang senantiasa menyertai mereka dalam bahasa Karo disebut jenunung. 49 Dalam kajian religi, jenujung dikenal dengan sebutan quardiant-spirit atau ghost-spirit. 50 Menurut Murdock (1974), dengan pengaruh quardiant-spirit atau ghost-spirit, seorang spirit-medium dapat menyembuhkan penyakit yang disebutnya dengan soul-lost, yaitu memanggil jiwa yang pergi meninggalkan tubuh untuk sementara 46 Pada awalnya, kepercayaan tradisional Karo disebut dengan Perbegu. Kata begu dalam bahasa Karo berarti mahluk halus, yaitu keyakinan kepada mahluk halus Untuk menghindari pemahaman yang salah akan kata begu dalam pengertian hantu/setan atau penyembahan kepada setan atau hantu, maka penyebutan perbegu diganti menjadi pemena Pemena berarti asli yang berasal dari kata bena yang berarti awal/asli. Dengan demikian pemena berarti kepercayaan yang asli (pertama) dari orang Karo sebelum masuknya pengaruh agama baru seperti Katolik, Kristen Protestan, Islam, Hindu dan Budha (lihat juga dalam Tarigan, H.G 1988) 47 Tulisan Siti Dahsiar A Shamanisme di Jepang (1976) mengemukakan bahwa 99% dari para shaman atau spiritmedium adalah wanita dan struktur pemanggilan roh dengan jalan kesurupan. 48 Menurut Foster dan Anderson (1986:125), terdapat perbedaan antara spirit-medium dan shaman. Spirit-medium merupakan orang yang berperan sebagai perantara antara manusia dengan dunia gaib, yang mana roh gaib tersebut dapat memasuki tubuhnya. Sedangkan shaman adalah seseorang yang jiwanya dapat pergi ke alam gaib. Oleh karena itu secara konseptual, kesurupan yang mereka alami berbeda. Kesurupan pada spirit-medium disebut spirit-possession dan kesurupan pada shaman disebut trance. Selain itu, Favazza dan Oman (n.d): ) menjelaskan bahwa trance merupakan keadaan kesurupan yang dicapai dimana seseorang itu memberitakan pengalaman pribadinya dari keadaan jiwanya yang ke luar dari tubuhnya ke alam gaib (trance, a private experience of the person). Sedangkan, spirit-medium spirit-possession melibatkan penerimaan orang lain dalam dirinya yang menyebabkan Dia kemasukan roh. 49 Lihat tulisan Sembiring, Sri Alem Sinetron dan Jenujung: Universalkah? dalam Tabloid Sora Mido edisi XXI/II hal Lihat dalam Pettit, George A (1966: ) 123
2 Sri Alem Sembiring Guru Si Baso dalam Ritual Orang Karo: Bertahannya Sisi waktu karena peristiwa-peristiwa khusus yang dialami seseorang. Spirit medium atau shaman juga mempunyai lebih dari satu roh pelindung. Beberapa ritual yang melibatkan Guru si Baso dan cenderung dilakukan orang-orang Karo saat ini antara lain perumah begu, raleng tendi, erpangir ku lau, ataupun perumah dibata (perumah jenujung). 51 Salah satu ritual perumah jenujung dilakukan di Pancur Batu (Kabupaten Deli Serdang) 18 Agustus 2005 lalu. 52 Erpangir ku lau dilakukan di Lau Debuk-Debuk di kaki Gunung Sibayak 14 Desember Ritual ini dilakukan setiap bulan pada hari ke 13 menurut penanggalan hari Karo yang disebut hari cukera dudu (cukera ku lau). Perumah Begu juga dilakukan beberapa warga di desa X (nama samaran) Kecamatan Juhar Kabupaten Karo. Para guru ini juga memiliki sebuah organisasi dengan nama Sada Perarih yang merupakan Perkumpulan Guru Perjinujung Deleng Sibayak di Medan. 54 Apa menariknya ritual ini dan apa manfaat yang diperoleh para partisipan dalam ritus ini sehingga keberadaannya tetap bertahan? B. Guru dan Kepercayaan Tradisional Dalam kepercayaan pemena, upacara ritual dipimpin oleh seorang guru. Guru merupakan sebutan bagi orang-orang tertentu yang dianggap memiliki keahlian melakukan berbagai upacara tradisional Karo, antara lain meramal, memimpin ritual, berkomunikasi dengan roh/mahluk gaib, perawatan, serta penyembuhan kesehatan. 55 Ginting, J.G. menyebutkan secara harfiah guru sama artinya dengan kata guru (lehrer) dalam bahasa Indonesia, yaitu orang yang memiliki pengetahuan yang mendetail mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan. Tetapi sebagai sebuah peran cenderung diartikan dengan dukun dalam bahasa Indonesia (lihat Ginting, J.R.1990). Siebeth, A (1991: 64) menyebut guru sebagai magician-priests. Guru dalam kehidupan orang Karo memiliki banyak klasifikasi berdasarkan keahlian dan keampuhannya. 56 Salah satu di antaranya adalah guru si baso, yaitu seseorang yang dapat berhubungan dan mengundang roh gaib memasuki tubuhnya dan roh gaib itu dapat berkomunikasi dengan manusia yang masih hidup melalui guru si baso yang berperan sebagai spirit-medium. Mereka juga dapat melihat mahluk-mahluk halus dari dunia gaib. Beberapa orang Karo menyebut mereka dengan sebutan guru perjenujung (guru perjinujung). Jenis guru ini cenderung tidak memiliki keahlian meramu obat dari tumbuhan. Pentingnya peran guru dalam kepercayaan tradisional Karo tidak hanya dalam kegiatan yang berhubungan dengan roh gaib dan ritual, ataupun suatu kompleks penyembuhan, guna-guna dan ilmu gaib. Seorang guru berfungsi untuk mencapai kembali keseimbangan ( equilibrium ) bagi kelompok 51 Perumah begu adalah ritual yang bertujuan untuk memanggil kembali roh orang yang telah meninggal (begu). Releng tendi adalah ritual yang memanggil kembali roh orang yang masih hidup (tendi) yang ke luar dari tubuh disebabkan suatu peristiwa khusus dan menyebabkan si pasien sangat terkejut atau karena peristiwa yang tidak diduga-duga. Pasien akan bertingkah laku tidak seperti biasanya, dapat menjadi sangat pendiam dan tidak menghiraukan apa pun terjadi di sekitarnya atau pasien menjadi tertawa sendiri, menangis secara tiba-tiba, atau marah tanpa sebab. Jiwanya dianggap ke luar dari tubuh dan tinggal pada tempat tertentu dikuasai atau dipenjarakan roh gaib tertentu. Erpangir ku lau atau berlangir merupakan ritual untuk menyembuhkan penyakit tertentu atau dilakukan sebagai rentetan dari acara perumah dibata sebagai sebuah ucapan syukur terhadap roh gaib tertentu.perumah dibata adalah ritual memanggil seluruh roh gaib pelindung dari suatu keluarga atau seorang individu sebagai ucapan terimakasih karena telah melindungi suatu kelurga (kata Dibata secara harafiah berarti Tuhan, tetapi dalam ritual ini berarti roh gaib yang menjaga keluarga). 52 Lihat laporan Karmila br Kaban (2005) Ritual Perumah Jenujung di Pancurbatu dalam Tabloid Sora Mido edisi XIX/II hal Lihat laporan Ita Apulina Tarigan (2005) Suatu Hari Cukera Dudu di Lau Debuk-debuk dalam Tabloid Sora Mido edisi XXIII/II hal Lihat laporan Ita Apulina Tarigan (2005) Suatu Hari Cukera Dudu di Lau Debuk-debuk dalam Tabloid Sora Mido edisi XXIII/II hal Dalam tulisannya berjudul De Bataksche Guru dalam Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap, J.H. Neumamnn (1910: 1-18) memandang guru sebagai suatu kumpulan informasi; ahli sejarah, ahli penyembuhan, ahli teologi, ahli ekonomi dan juga merupakan suatu ensiklopedi yang mengembara di tengah-tengah masyarakat (dalam Ginting, Juara.R. 1986) 56 Lihat dalam Ginting, Juara.G. Karo Guru and His Practices. Artikel untuk Katalog Museum Stuttgard-Jerman, 1990.p.1. Juga lihat dalam Sembiring, Sri Alem. Guru Si Baso: Peranan dan Fungsi Sosial Dukun Wanita Sebagai Spirit Medium di Lingkungan Sosial Masyarakat Karo. Skripsi Sarjana USU.Tidak dipublikasikan. 124
3 warganya. Dalam fungsi ini, guru punya banyak pengetahuan tentang alam semesta ( kosmos ). 57 Keseimbangan kosmos yang terusik dengan sengaja atau tidak oleh manusia harus segera dikembalikan ke kondisi semula. Keseimbangan perlu diciptakan dalam diri manusia sendiri sebagai sebuah mikro-kosmos (semesta kecil) untuk menciptakan suasana kedamaian hati dan kesehatan. Sementara, keseimbangan dalam konteks yang lebih luas dengan lingkungannya sebagai sebuah makro-kosmos juga perlu diciptakan untuk kesejahteraan bersama, keberhasilan usaha, dan mencegah bencana alam. Konsepsi tentang kosmos menurut kepercayaan tradisional Karo menyatakan bahwa alam semesta sudah terbentuk sejak Dibata (Tuhan) menciptakan manusia dan dunia. Si nasa lit (segala yang ada) dikuasai oleh Dibata. Alam semesta merupakan satu kesatuan menyeluruh yang dapat dibagi secara vertikal (tegak lurus) dan horizontal (mendatar). Secara vertikal, alam dibagi ke dalam tiga bagian yang disebut benua; benua atas dikuasai oleh Dibata Atas, benua tengah dikuasai oleh Dibata Tengah, dan benua teruh yang dikuasai oleh Dibata Teruh. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang disebut Dibata Si Telu sebagai tritunggal atau penguasa tunggal. Secara horizontal, alam semesta dibagi ke delapan penjuru mata angin. Orang-orang Karo juga sangat dekat dengan suatu bentuk kepercayaan atau keyakinan terhadap tendi (jiwa). 58 Tendi dipandang sebagai sebuah kehidupan jiwa yang keberadaannya dibayangkan sama dengan roh-roh gaib. Alam semesta dikuasai oleh sekumpulan tendi. Setiap titik dalam alam semesta mengandung tendi. Dunia gaib disebuit juga dunia pertendin. Tendi juga adalah sebutan untuk roh manusia yang masih hidup. Jika orang itu telah meninggal, tendinya akan berubah menjadi begu (roh). Sebuah ritual akan dilakukan apabila terjadi ketidakseimbangan antara tubuh-tendi jiwaperasaan, nafas, dan pikiran dalam diri seseorang sebagai sebuah semesta kecil ( mikro-kosmos ). Ketidakseimbangan ini kan menyebabkan berbagai kerugian, seperti; bangger (sakit), mara (malapetaka) dan akhirnya kematen (kematian). Daya pikiran manusia dianggap bertanggungjawab ke luar guna menjaga keseimbangan dalam diri manusia dengan keseimbangan luar sebagai makrokosmos (alam semesta) yang meliputi dunia gaib, kesatuan sosial, dan lingkungan alam sekitar. Keseimbangan alam semesta ini akan terganggu jika terganggunya beberapa inti kehidupan (beraspati) : inti kehidupan tanah, air, udara, dan rumah. 59 Salah satu contoh dari ketidakseimbangan dalam diri seseorang adalah jika terjadi sebuah kemalangan (kematian) dari salah satu anggota keluarga. Ritual perumah begu akan dilakukan untuk mengatasinya. Apa yang dilakukan seorang guru si baso dalam ritual tersebut, peristiwa apa saja yang terjadi dalam ritual itu? C.Guru Si Baso dan Perumah Begu Perumah begu bagi orang yang baru saja meninggal dunia dilakukan pada malam pertama setelah mayat dikebumikan. Pada awal upacara, Si baso akan melakukan tahap awal upacara yang bersifat menegaskan perbedaan dunia antara manusia dan roh orang meninggal. Selama prosesi ritual, si baso memainkan dua peran penting, yaitu sebagai master of ceremony atau pemimpin utama ritual dan juga berperan sebagai story teller in dramatical ritual. Si baso sebagai penceritera kembali kisah hidup dari orang yang baru meninggal. Si Baso sebagai Master of Ceremony Sebelum upacara memasuki tahap inti, si baso meminta izin pada beberapa inti kehidupan (nini beraspati) sebagai penguasa alam dan memanggil jenujungnya hingga ia berhasil mencapai keadaan possessed (kesurupan). Nyanyian guru si baso memanggil jenujung adalah memanggil raja kepultaken dan raja kesunduten (penguasa matahari terbit dan penguasa matahari terbenam): 57 Sebagaimana yang dituliskan Spradley dan Mc. Curdy dalam bukunya Anthropology: the Cultural Perspective: Religion is the Cultural Knowledge of the Supranatural that People Use to Cope with the Ultimate Problems of Human existence.1975.p Lihat juga dalam Siebeth, A. (1991: 66-75). Tendi dijelaskan sebagai sebuah konsep yang kompleks dari orang Karo dan sulit mencari padanan katanya dalam bahasa Inggeris jika disesuikan dengan konsep lokal. 59 Dalam ornamen Karo, nini beraspati dilambangkan dengan seekor cecak putih yang dianggap sebagai pelindung manusia. 125
4 Sri Alem Sembiring Guru Si Baso dalam Ritual Orang Karo: Bertahannya Sisi Enda maka kurudangken rudang kapias, ras pe rimo malem. Kuturangken kam melias dapet ate malem. O turang rudang kapias rudang tara tinggi, e bandu kepe rudangta. Mare nini raja keputaken berkat kam kerina raja kesunduten, maka si dungi dahinta. Adi la kam reh la aku beloh. Kuleboh kel kam kerina, masok kel kam kerina ku dagingku, adi la kem reh la aku beloh ermag-mag. (Ini telah kubungakan bunga kapias, juga jeruk kesejukan. Kujadikan kamu saudara yang baik untuk mendapat perasaan damai. O saudara bunga kapias bunga tara tinggi kiranya itu jadi bunga kita.. Mari penguasa matahari terbit berangkatlah kamu beserta penguasa matahari terbenam, supaya kita selesaikan pekerjaan kita. Jika kamu tidak datang tidak mampu aku melakukannya sendiri. Kupanggil kamu semua masuklah ke dalam tubuhku, kalau kamu tidak datang tidak mampu aku bercerita dan bernyanyi). Kehadiran jenujung ditandai dengan perubahan prilaku guru; memicingkan mata karena merasa ada sinar yang sangat terang dan menyilaukan, badannya terasa panas, seolah-olah merasa diawang-awang, tubuhnya bergetar dan tiba-tiba sangat gembira sambil berkata ih kai ndai tenahndu, enda aku enggo reh (ih apa pesan anda, ini aku sudah datang). Guru si baso dapat langsung menari, memakan sirih, atau meminta rokok. Jenujung ini yang akan memanggil para roh keluarga yang telah meninggal dari dunia kematian. Roh keluarga itu akan memasuki tubuh guru si baso kemudian berkomunikasi dengan keluarganya yang menyelenggarakan ritual. Ritual ini dimulai malam hari sekitar pukul WIB dan berakhir pukul WIB keesokan harinya. Selama acara berlangsung, si baso memimpinnya dengan bernyanyi. 60 Lirik dan nada lagu sangat menyentuh dengan tone tertentu untuk menggugah perasaan peserta ritual. Dalam proses komunikasi dengan arwah melalui tubuh guru si baso, adakalanya juga terjadi pemeriksaan penyakit untuk keluarga yang masih hidup ataupun ramalan akan keberhasilan, penyakit, atau malapetaka yang akan dihadapi. Ramalan ini dilakukan oleh arwah yang memasuki tubuh si baso dengan menggunakan media sebutir telur ayam negeri yang disebut tambul. Si baso juga berperan sebagai perantara antara dua kerabat yang berselisih paham. Dalam hal ini, peran si baso sebagai perantara perdamaian untuk dua kelompok kerabat yang berkonflik. Begu (roh) atau arwah yang memasuki tubuh si baso bertindak sebagai juru damai dan memberi beberapa nasihat. Si Baso sebagai Story Teller in Dramatical Ritual Peran sebagai penceritera kembali kisah hidup dari orang yang telah meninggal ini dilakukan pada saat begu yang datang adalah orang yang baru dikebumikan pada sore harinya. Dalam keadaan kesurupan, si baso akan berkisah mengenai dirinya dengan tokoh aku (saya). Aku yang dimaksud adalah diri si begu (roh) yang datang memasuki tubuh si baso. Kisah yang dipaparkan dapat dikelompokkan dalam tiga bagian. Pertama mengenai pribadi aku, kisah antara aku dan kerabat, dan mengenai harapan-harapan aku. 61 Suasana dalam ritual ini terlebih dahulu dikondisikan oleh si baso agar peserta siap menerima kedatangan begu (roh) yang baru saja meninggal. Penciptaan suasana dramatis, mengharukan dan sedih ini diciptakan dengan tujuan agar seluruh peserta upacara, khususnya pembuat ritual merasa kebutuhan batinnya terpenuhi. Si baso harus dapat bernyanyi dengan bagus dan merangkai kata-kata untuk menciptakan suasana gaib di ritual tersebut. Suasana ini dibutuhkan untuk menciptakan keterbukaan agar para penyelenggara dapat meluapkan segala sesuatu yang mengganjal perasaannya selama ini untuk semua masalah yang berhubungan dengan orang yang baru meninggal itu semasa hidupnya. 60 Selama acara berlangsung, si baso tidak boleh makan, hanya minum sesekali saja. 61 Aku dalam bahasa Karo berati saya. Aku yang dimaksud adalah sebutan bagi diri si begu yang baru meninggal untuk menyebut dirinya melalui si baso sebagai medium. Si baso yang telah kerasukan roh aku akan menceiterakan ulang sejarah hidupnya, suka dukanya dengan gaya bahasa yang sangat menarik, penuh dengan perumpamaan. Semuanya dilakukan dengan nyanyian. 126
5 Setelah semua roh keluarga selesai berkomunikasi dengan keluarga yang masih hidup, jenujung kembali memasuki tubuh guru si baso dan berkomunikasi dengan peserta upacara untuk menanyakan kepuasan mereka. Selesai bertanya dan setelah semua merasa puas, jenujung akan bernyanyi kembali dengan gembira seperti nada pantun; Iket-iket rimo padang.ale padang mardokan-dokan. Inget-inget enggo longge, enggo mbuah kerina bibi diang pertubuh. O keltah- keltuh, terung gedang, lampas empo teruh medem jenujungku rudangku rudang kapias, kuturangken kam melias dapet ate malem. O bibi nande mulih ku kalang ulu, temalem-temalem. Ungkapan-ungkapan jenujung ini berupa ungkapan kegembiraan hati karena kesuksesan upacara. Terakhir sekali guru si baso mengangkat kedua tangannya dan menutupkan ke wajahnya untuk beberapa detik (sekitar 7 detik). Kemudian membukanya kembali. Guru si baso telah sadar dari keadaan kesurupan. Jenujung telah keluar dari tubuhnya dan upacara telah selesai. Guru si baso telah menjadi dirinya sendiri. D. Guru Si Baso Sepanjang Life-Cycle Guru si baso memiliki peran penting sepanjang daur hidup. Seorang dukun beranak juga disebut sebagai guru si baso. Proses kelahiran manusia baru dipandang sama dengan datangnya sesuatu dari dunia gaib (rahim ibu) ke dunia nyata (dunia manusia). Kelahiran merupakan awal kehidupan suatu tendi baru. Pemotongan tali pusat dipandang sebagai sebuah legitimasi pemutusan hubungan dengan dunia gaib. Manusia baru telah hidup di dunia nyata dan tendinya adalah milik pribadinya seutuhnya. Selama masa pertumbuhan hingga dewasa, jika terjadi gangguan kesehatan fisik atau gangguan kejiwaan yang berhubungan dengan ketidakseimbangan dari tendi (jiwa), maka guru si baso akan berperan dalam proses penyembuhan. Beberapa ritual yang dipimpin si baso, seperti: raleng tendi atau ndilo tendi, ngombak belo, erpangir ku lau, perumah dibata/jenujung, nuan galoh, buah huta-huta,muncang/ngeluncang, mulahken manok, dan upah tendi. 62 Dalam kasus penyakit yang disebabkan karena kehilangan tendi untuk sementara. Seorang guru si baso akan melakukan diagnosis penyebab sakit dan metode penyembuhannya dengan bertanya pada jenujungnya melalui suara siulan di lehernya (i sendongken). Si baso harus tahu apakah sakit itu disebabkan campur tangan pihak luar seperti guna-guna, roh jahat, atau karena kondisi fisik tertentu si pasien, bagaimana proses kejadiannya (apakah melanggar tabu, mempunyai musuh), kapan gejala dimulai, serta di mana kejadian pertama sekali. Perlu juga informasi mengenai latar belakang keadaan fisik, keturunan (apakah dari keluarga guru atau orang biasa), persoalan keluarga dan masalah dalam hubungan kekerabatan, kondisi ekonomi, dan beberapa hal-hal lain yang dipandang perlu oleh guru si baso. Setelah seseorang meninggal, maka guru si baso juga berperan melalui ritual perumah begu. Bahkan apabila akan dilakukan upacara memindahkan tulang-belulang dari makam lama ke geriten, 63 guru si baso juga memimpin ritualnya dengan nama ngampeken tulan-tulan. Perpindahan makam dipandang sebagai suatu perpindahan tempat juga bagi begu (roh) orang yang telah meninggal itu. Roh itu harus kembali diintegrasikan dalam tempat peristirahatan terakhirnya yang baru. Guru si baso akan menyanyi dan menari dalam memimpin upacara ini sembari menjujung sekumpulan tulang-belulang leluhur di atas kepalanya. Roh pemilik tulang tersebut diharapkan mengikuti langkah guru si baso menuju geriten baru. Selesai acara ini, maka akan dilakukan perumah begu pada malam harinya, khusus bagi begu (roh) yang dipindahkan tulangnya. E. Fungsi Sosial Guru Si Baso 62 Lihat dalam Sembiring, Sri Alem Guru Si Baso: Peranan dan Fungsi Sosial Dukun Wanita Sebagai Spirit-Medium di Lingkungan Sosial Masyarakat Karo. Skripsi Sarjana USU.Tidak dipublikasikan. 63 Geriten adalah suatu bangunan yang dibuat megah sebagai makam (seperti tugu pada orang Batak Toba). Model bangunan geriten tradisional dibuat sama dengan rumah adat karo. Bangunan ini merupakan tempat menyimpan tulang-belulang seorang leluhur atau beberapa orang leluhur sebagai penghormatan. 127
6 Sri Alem Sembiring Guru Si Baso dalam Ritual Orang Karo: Bertahannya Sisi Sebagai seseorang yang memiliki kekuatan supranatural, seorang guru si baso memiliki fungsi untuk pemenuhan kebutuhan rohani bagi warganya. Sebagai penyambung rasa antara manusia dan Dibata la idah (Tuhan penguasa alam semesta yang tidak kelihatan), seperti pada ritual mere buah huta-huta atau muncang. Sebagai orang yang menguasai pengetahuan tentang kosmos (alam semesta), guru si baso juga berfungsi sebagai biak penungkunen (biro konsultasi). Warga akan meminta penjelasan mengenai mimpi mereka, peristiwa aneh yang dialami, dan mengharapkan nasehat-nasehat sebagai tindakan lanjutan. Nasehat terutama sangat dibutuhkan dalam kasus konflik antarwarga atau antar kerabat. Jika kasus terjadi dalam lingkup kerabat dekat, si baso akan menyarankan diadakannya perumah dibata dan disusul dengan perumah begu pada malam harinya dengan hanya melibatkan kerabat terdekat yang bersengketa. Fokus dalam acara diarahkan pada penyelesaian konflik. Dalam kasus ini, si baso juga berfungsi sebagai pengikat solidaritas sosial. Selain menjaga keseimbangan (equilibrium) dalam diri manusia, secara tidak langsung si baso juga berperan menjaga keseimbangan berjalannya norma dan nilai adat-istiadat. Pergeseran norma dan nilai adat dapat menjadikan jalannya adat menyimpang dan menyebabkan para leluhur marah dan mencelakakan manusia. Dalam kasus kesehatan, si baso juga berperan sebagai penyembuh tradisional. Ritual penyembuhan ditentukan setelah tahap konsultasi dengan jenujung. Dalam beberapa kasus penyakit tertentu, si baso juga bekerjasama dengan jenis guru lain, misalnya guru pertawar (penyembuh yang menggunakan ramuan-ramuan tradisional) jika si baso merasa si pasien memerlukan ramuan tumbuhan untuk diminum atau dimakan. F. PENUTUP Peran Guru si baso demikian kompleks dalam kehidupan tradisional orang Karo. Sebagai spirit-medium, si baso tidak hanya menjadi perantara antara dunia manusia dengan dunia gaib, melainkan juga perantara di antara sesama manusia untuk menciptakan kembali keseimbangan dalam kehidupan sosial budaya. Mengingat ritual yang dipimpinnya berhubungan dengan menjaga dan menciptakan kembali keseimbangan jiwa (tendi), maka keuntungan yang diperoleh para penyelenggara ritual berorientasi dengan hal-hal seperti, rasa aman, rasa senang, rasa tenang, rasa bangga. Orang karo menyebutnya dengan ukur malem (pikiran tenang), malem ate (kesejukan hati), malem pusuh (perasaan tenang) sehingga tercipta kondisi sehat sejahtera lahir dan batin (mejuahjuah). Daftar Pustaka Favazza, A.M. dan M. Oman. Anthropology and Psychiatri. Dalam H.I. Kaplan, A.M.Freedman, B.J.Sodock, (eds). Comprehensive Textbookof Psychiatri/III Vol. 1Baltimore-London: William and Wilkins. Hal Ginting, Juara. G Pandangan Tentang Gangguan Jiwa dan Penanggulangannya secara Tradisional pada Masyarakat Karo. [Skripsi]. Fakultas Sastra USU Karo Guru and His Practices. Artikel untuk Katalog Museum Stuttgard- Jerman. Karo, Karmila Ritual Perumah Jenujung di Pancurbatu. Dalam Tabloid Sora Mido edisi XIX/II, hal.10. Neuman, J.H De Bataksche Guru. Dalam Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap. Hal 1-18 dalam Juara R.Ginting Pandangan tentang Gangguan Jiwa dan Penanggulangannya secara Tradisional pada Masyarakat Karo. [Skripsi]. Fak. Sastra USU. Pettit, George A The Vision Quest and The Quardiant Spirit dalam Reading in Anthropology. USA: Mc.Graw Hill Book Company. Sembiring, Sri Alem Guru Si Baso: Peranan dan Fungsi Sosial Dukun Wanita sebagai Spirit 128
7 Medium di Lingkungan Sosial Masyarakat Karo. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara Sinetron dan Jenujung: Universalkah? Dalam Tabloid Sora Mido edisi XXI/II, hal.3. Sibeth, Achim The Batak: People of the Island of Sumatera with Contributions by Uli Kozok dan Juara R.Ginting. London: Thames and Hudson Ltd. Siti Dahsiar, A Jakarta. Shamanisme di Jepang. Dalam Berita Anthropogy, Thn VIII No.20, Januari. Spradle, James P. dan David W. Mc Curdy Anthropology: The Cultural Perspective. New York:John Wiler &Sons, Inc. Tarigan, H.G Percikan Budaya Karo. Bandung: Yayasan Merga Silima. Tarigan, Ita Apulina Suatu Hari Cukera Dudu di Lau Debuk-debuk. Dalam Tabloid Sora Mido, edisi XXIII/II, hal
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara kesatuan yang menganut paham demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu Pulau Jawa, Pulau
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 INFORMED CONSENT Lembar Pernyataan Persetujuan oleh Subjek Saya yang bertanda tangan dibawah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah sistem dari kumpulan nilai, gagasan, dan praktek yang memiliki fungsi
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Representasi Sosial 1. Definisi Representasi Sosial Moscovici (dalam Smith, 2011) mengartikan reprensentasi sosial sebagai sebuah sistem dari kumpulan nilai, gagasan, dan
Lebih terperinciDAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)
DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Timbangan Perangin-angin : Medan Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) 2. Nama : Mail bangun : kabanjahe Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional
Lebih terperinciGLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo.
242 GLOSARIUM Aditia Aditia Naik Aditia Turun Aerophone : Hari pertama dalam sistem penanggalan Karo. : Hari kedelapan dalam sistem penanggalan Karo. : Hari ke-22 dalam sistem penanggalan Karo. : Alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, yang di dalam kebudayaan tersebut terdapat adat istidat, seni tradisional dan bahasa.
Lebih terperinci2002 digitized by USU digital library 1
GURU (TABIB) DALAM MASYARAKAT KARO: Kajian Antropologi mengenai Konsep Orang Karo tentang Guru dan Kosmos (Alam Semesta) Sri Alem Br.Sembiring, M.Si 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Karo merupakan suku bangsa tersendiri dalam tubuh bangsa Indonesia. Suku Karo mempunyai bahasa tersendiri yaitu bahasa Karo. Suku Karo yang merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dan dilestarikan dengan cara cara yang tradisional. Masyarakat. lingkungan dimana mereka bertempat tinggal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hampir setiap komunitas masyarakat mempunyai pengetahuan yang diturunkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, dikembangkan dan dilestarikan
Lebih terperinciReprersentasi Sosial Tentang Pemena Pada Masyarakat Desa Gunung Kabupaten Tanah Karo
Reprersentasi Sosial Tentang Pemena Pada Masyarakat Desa Gunung Kabupaten Tanah Karo SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : Firman A Sebayang 111301123 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan satu ekspresi mengenai apa yang sekelompok manusia pahami, hayati, dan yakini baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan masa prasejarah pada masyarakat sekarang di antaranya hanya dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan masa prasejarah pada masyarakat sekarang di antaranya hanya dapat dilihat dari tinggalan-tinggalan budaya materi dan beberapa perilaku masyarakatnya.
Lebih terperinciModul 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA
Obyek dan Metode Penelitian Psikologi Agama Modul 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN PSIKOLOGI AGAMA PENDAHULUAN Psikologi Agama pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) disajikan untuk membantu mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perasaanya. Sebagai masyarakat yang berinteraksi mereka mempunyai penilaian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar belakang Manusia sebagai mahluk sosial selalu berinteraksi dengan sesamanya, dengan bahasalah mereka dapat mengungkapkan pikiran, gagasan, maksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah berkembang sejak masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki aliran kepercayaan lokal
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Sejarah pengobatan tradisional dukun patah bawang dimulai dari desa Bawang dan terus mengalami perkembangan sehingga membuka cabang baru di desa Tiga Panah.
Lebih terperinciOleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK
ANALISIS TINDAK TUTUR RAKUT SITELU SAAT ERDIDONG-DIDONG DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh, Albina Septifo Br. Bukit Drs. Syamsul Arif, M.Pd ABSTRAK Penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain untuk menjalin komunikasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia mengalami proses dimana seseorang mulai lahir, menjadi dewasa, tua dan akhirnya meninggal. Dalam perjalanan hidupnya, manusia sebagai makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara keseluruhan akan menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi tentang kesehatan tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebelum agama-agama besar (dunia), seperti Agama Islam, katolik, Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, ternyata di Indonesia telah terdapat agama suku atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,
Lebih terperinciSiapakah Yesus Kristus? (5/6)
Siapakah Yesus Kristus? (5/6) Nama Kursus : SIAPAKAH YESUS KRISTUS? Nama Pelajaran : Yesus Memiliki Semua Kuasa dan Penakluk Kematian Kode Pelajaran : SYK-P05 Pelajaran 05 - YESUS MEMILIKI SEMUA KUASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, media juga mengambil peran dalam publikasi kegiatan kegiatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena kerasukan, santet, guna-guna, pelet dan sebagainya telah menjadi hal yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa ini. Fenomena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur
Lebih terperinciBerlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu
Bab 1 Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu M e n u U t a m a Peta Konsep Berlatih Membuat dan Mengetahui Sesuatu dibahas Memahami petunjuk dan cerita anak Bercerita dan menanggapi Memahami teks Menulis
Lebih terperinciAGAMA, TRADISI KEPERCAYAAN, DALAM PERSPEKTIF BUDAYA KESEHATAN OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES
AGAMA, TRADISI KEPERCAYAAN, DALAM PERSPEKTIF BUDAYA KESEHATAN OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES Pasien dan keluarga berada Rumah sakit, komunitas menggunakan Kombinasi terapi biomedis dengan agama dan kepercayaan
Lebih terperinci1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati
1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati Oleh: Alberta Angela (@black_printzesa) Hai, namaku Jati. Mungkin kalian semua sudah sering mendengar namaku. Tapi mungkin kalian belum terlalu mengenal aku dan kehidupanku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya
12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya yang memberikan perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkah laku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam ritual yang menjadi ciri khasnya. Masyarakat Karo pada masa dahulu percaya akan kekuatan mistis yang
Lebih terperinciBAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan
BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk yang memiliki akal pikiran untuk melakukan inovasiinovasi dalam mencapai tujuan tertentu sesuai yang diinginkannya. Di dalam proses pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide - ide,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki kebudayaannya masing - masing, dan masing - masing manusia tersebut mewujudkan kebudayaannya dalam bentuk ide - ide, gagasan, nilai - nilai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia merupan kebanggaan yang pant as
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa Indonesia merupakan, bangsa yang kaya akan budaya yang bernilai tinggi serta beraneka ragam sifat dan coraknya. Keanekaragaman kebudayaan
Lebih terperinciBAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.
BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT Bab ini merupakan pembahasan atas kerangka teoritis yang dapat menjadi referensi berpikir dalam melihat masalah penelitian yang dilakukan sekaligus menjadi
Lebih terperinciDAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani
DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun 2. Nama : Rustina Br Sembiring (Nd.Mena) Umur : 52 tahun 3. Nama : Sanggup Br Ginting (Nd.Atin) Umur : 65 tahun 4. Nama : Ngasali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada di daerah Karo khususnya di perkotaan banyak dijumpai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Karo adalah satu daerah yang masih memiliki ornamen dalam jumlah dan jenis yang relatif banyak dibanding dengan daerah lain. Melihat kondisi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep
Lebih terperinciOta Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi
Ota Rabu Malam Musik Ritual Disusun oleh Hanefi MUSIK RITUAL Disusun oleh Hanefi Sistem Kepercayaan Pendekatan Sosiologis Tokoh: Emile Durkheim (1858-19170 Bentuk agama yang paling elementer dapat ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan memiliki berbagai macam kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta, karya, rasa manusia untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu. Dimana dalam lingkungan sosial budaya itu senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai macam kekayaan tradisional yang memiliki jenis dan ciri khas dari tiap daerahnya masing-masing. Baik itu adat istiadat, pakaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya
Lebih terperinciBAB II. Sumatera Utara, letak wilayah desa ini dikelilingi dan dibatasi oleh beberapa desa serta. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sigenderang.
BAB II GAMBARAN UMUM DESA JUHAR 2.1. Letak Geografis Desa juhar berjarak 46 km dari kota Kabanjahe yang merupakan ibukota daerah Kabupaten Karo dan berjarak sekitar 130 km dari kota Medan sebagai ibu kota
Lebih terperinciKONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja
KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja Upacara pemakaman yang dilangsungkan saat matahari tergelincir ke barat. Jenazah dimakamkan di gua atau rongga di puncak tebing batu. Sebagai tanda
Lebih terperinciGARAMATA : SEBUAH GERAKAN NATIVISTIK DI DATARAN TINGGI KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H : WIFKY NORISTA E. KARO-KARO NIM :
GARAMATA : SEBUAH GERAKAN NATIVISTIK DI DATARAN TINGGI KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : WIFKY NORISTA E. KARO-KARO NIM : 090706010 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya
BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara yang terletak di bagian Utara Pulau Sumatera dengan ibu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara yang terletak di bagian Utara Pulau Sumatera dengan ibu kotanya Medan, memiliki keberagaman etnis yang terdiri beberapa suku antara lain Melayu, Batak
Lebih terperinciBAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.
BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama
Lebih terperinciOleh: Yasser A. Amiruddin
LAKADAUNG Oleh: Yasser A. Amiruddin Dari balik kaca mobil yang melintas Ku melihat hamparan padi yang menguning Memandang kenangan lepas Mengingat kampung halaman yang lama ditinggal, Lakadaung Lakadaung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. [Type text]
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini
BAB V KESIMPULAN Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini yang dimaksud adalah Nufit Haroa yaitu Tuun En Fit yang terdiri dari tujuh ohoi) yang berada di wilayah Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7
SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik tanah yang muncul sering sekali terjadi karena adanya masalah dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,
Lebih terperinciSyurga, Rumah Allah Yang Indah
Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Syurga, Rumah Allah Yang Indah Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Lazarus Disadur oleh: Sarah S. Diterjemahkan oleh:
Lebih terperinciBAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami
BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO 2.1 Domisili Orang Karo Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami sebagian besar daerah Sumatra Timur, wilayah ini
Lebih terperinciNursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas
Nursyirwan Effendi Guru Besar FISIP Universitas Andalas Disampaikan tanggal 18 Mei 2016 di Padang pada acara Revitalisasi Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional antara Minangkabau dan Mentawai oleh
Lebih terperinciJURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)
JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang
Lebih terperinciKEBERTAHANAN PERKAWINAN IDEAL MENURUT SUKU BATAK KARO DI KELURAHAN KWALA BEKALA PADANG BULAN MEDAN (SUATU TINJAUAN ANTROPOLOGI) oleh :
1 KEBERTAHANAN PERKAWINAN IDEAL MENURUT SUKU BATAK KARO DI KELURAHAN KWALA BEKALA PADANG BULAN MEDAN (SUATU TINJAUAN ANTROPOLOGI) oleh : MELY TRI SANTY BR MANALU 0801605007 Jurusan Antropologi, Fakultas
Lebih terperinci[AMNESIA] Back to Future La Makkuraga
[AMNESIA] Back to Future La Makkuraga [AMNESIA] Back to Future i Sebuah dongeng pengantar bobo siang untuk Om-om dan Tante-tante, serta Kakek dan Nenek tersayang. Dijamin, akan segera terlelap dan bermimpi
Lebih terperinciAlkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Syurga, Rumah Allah Yang Indah
Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan Syurga, Rumah Allah Yang Indah Allah menunjuk kepada Tuhan dalam Alkitab. Penulis: Edward Hughes Digambar oleh: Lazarus Disadur oleh: Sarah S. Diterjemahkan oleh:
Lebih terperinciRevelation 11, Study No. 37 in Indonesian Langguage. Seri kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 37, oleh Chris McCann
Revelation 11, Study No. 37 in Indonesian Langguage Seri kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 37, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.
Lebih terperinciKARUNIA TUHAN UNTUK KESELAMATAN
KARUNIA TUHAN UNTUK KESELAMATAN Pengantar Apakah Anda berpikir bahwa Tuhan tidak memedulikan Anda sebagai seorang perempuan? Bahwa Ia tidak tertarik pada masalah Anda, harapan Anda, dan mimpi Anda? Bahwa
Lebih terperinciDepertemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan 2010
SESAJEN ( Studi Deskripsi Mengenai Makna Sesajen pada Penganut Agama Hindu Etnis Karo di Desa Lau Rakit, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ) SKRIPSI Diajukan Sebagai
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat
Lebih terperinci2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif
2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal
Lebih terperinciKalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.
Induksi Jika aku mengatakan kepadamu, lihatlah seekor burung merah, dapatkah kau melihatnya untukku? Lihatlah setangkai bunga kuning. Lihatlah sebuah mobil biru. Lihatlah seekor anjing dan seekor kucing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan hal-hal yang menarik sehingga selalu saja menantang manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Masalah dan Latar Belakang Masalah kejiwaan itu begitu luas, kompleks, mengandung banyak misteri dan hal-hal yang menarik sehingga selalu saja menantang manusia untuk mengadakan study
Lebih terperinciBAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano
BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano Menurut Hertz, kematian selalu dipandang sebagai suatu proses peralihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk
Lebih terperinciADEGAN 1: Pemberitahuan Tentang Kelahiran Yesus NARATOR: Bertus-ratus tahun lamanya sebelumkristus nabi-nabi telah meramalkan kelahiran mesias itu:
NASKAH DRAMA/FRAGMEN NATAL INILAH KISAH KELAHIRAN YESUS KRISTUS ADEGAN 1: Pemberitahuan Tentang Kelahiran Yesus Bertus-ratus tahun lamanya sebelumkristus nabi-nabi telah meramalkan kelahiran mesias itu:
Lebih terperinciBAB II. SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA
BAB II SEJARAH PERSADAAN KARO MERGANA ras ANAK BERUNA DI CINTA DAMAI KECAMATAN MEDAN HELVETIA 2.1 Lokasi dan Letak Geografis Cinta Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Medan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang. Masalah kesehatan difokuskan pada penyakit yang diderita manusia untuk dilakukannya pengobatan dan penyembuhan.
Lebih terperinciBAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.
BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang. kebutuhan dasar manusia termasuk di bidang kesehatan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang 1945 salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,
Lebih terperinciMusim Semi Buku harian untuknya Satu Hari bolong
Musim Semi Hari ini untuk pertama kalinya aku bertemu dengan Aiko. Setelah sekitar mungkin 7tahun lebih aku tak pernah melihatnya. Aku percaya mungkin dengan cara aku berpura pura sebagai dirimu, dia masih
Lebih terperinci