BAB II. Sumatera Utara, letak wilayah desa ini dikelilingi dan dibatasi oleh beberapa desa serta. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sigenderang.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. Sumatera Utara, letak wilayah desa ini dikelilingi dan dibatasi oleh beberapa desa serta. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sigenderang."

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM DESA JUHAR 2.1. Letak Geografis Desa juhar berjarak 46 km dari kota Kabanjahe yang merupakan ibukota daerah Kabupaten Karo dan berjarak sekitar 130 km dari kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara, letak wilayah desa ini dikelilingi dan dibatasi oleh beberapa desa serta pegunungan. Dengan batas-batas wilayah: Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Juhar, Desa Pasar Baru, Desa Mbetung. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ketawaren, Desa Buluh Pancar, Desa Lau Kidupen. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sigenderang. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jandi dan Desa Kidupen 8. Desa juhar berada M / DPL dari permukaan laut. Suhu udara di desa juhar berkisar antara 22º s/d 29º derejat celcius dengan kelembapan udaranya rata-rata 28º. Ada dua musim yang terdapat di desa Juhar yaitu musim Hujan dan Kemarau. Musim hujan pertama terjadi antara bulan Agustus sampai bulan Januari, dan musim kemarau terjadi pada bulan Maret sampai bulan Oktober. Hal ini disebabkan karena arah angin yang berhembus di desa Juhar terbagi atas dua yaitu: pada musim hujan, angin berhembus dari arah barat sedangkan pada musim kemarau angin Timur Tenggara berhembus dari arah Timur. Sebelum luas wilayah ini di paparkan lebih lanjut, ada baiknya dibahas sekilas tentang pemerintah desa Juhar ini. Desa juhar terbagi atas tiga 8 Kecamatan Juhar Dalam angka, Badan pusat statistik Kabupaten Karo, hlm 5. 30

2 wilayah hukum adat hal ini terjadi karena berkaitan dengan perkembangan desa juhar yang tidak lepas dari para pemuka desa Juhar tersebut. adapun ke-tiga wilayah hukum adat tersebut adalah desa Juhar Ginting, Juhar Peranginangin, Juhar Tarigan dan memiliki pemerintah sebelum kemerdekaan Republik Indonesia di namakan dengan Urung dan setelah Indonesia Merdeka Pada tahun 1945 maka urung digantikan dengan kepala Kampung dan kemudian diganti menjadi Kepala desa. Mengenai perincian lebih jelas akan dipaparkan lebih lanjut dalam latar belakang historis desa Juhar nantinya. Mengenai luas wilayah desa Juhar secara kesluruhan 3.266,0 Kilo meter persegi yang masing-masing dapat diperinci sebagai berikut: No. Desa Juhar Tanah Sawah Tanah kering Bangunan/ pekarangan Lainnya Jumlah 1. Juhar 80,0 555,0 7,0 320,0 962,0 Tarigan 2. Juhar 80,0 637,0 10,0 225,0 952,0 Peranginangin 3. Juhar Ginting 110,0 977,5 11,5 253,0 1352,0 JUMLAH 270,0 2169,5 28,5 798,0 3266,0 Sumber: Kepala desa Juhar tahun 1945 Berdasarkan tabel diatas perkembangan masyarakat memanfaatkan tanah pada awalnya, para warga desa Juhar memanfaatkan tanah sebagai lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Tanaman pangan seperti halnya padi dan tanaman lainnya untuk mencukupi ekonomi keluarga selain itu, tanah bagi warga berfungsi juga sebagai kebutuhan awal untuk bertempat tinggal dan bermukim. Dalam penggarapan tanah yang di lakukan masyarakat desa Juhar masih mengunakan teknologi tradisional yang telah dikenal secara turun temurun oleh warga 31

3 desa Juhar. Akan tetapi kebutuhan masyarakat desa Juhar semakin meningkat terutama dalam hal untuk mencapai kesejahteraan hidup. tanah-tanah yang dijadikan sebagai lahan pertanian oleh masyarakat desa Juhar tersebut tergolong produktif karena kandungan humusnya cukup tinggi hal ini tidak terlepas dari keberadaan desa Juhar di kelilingi oleh bukit-bukit serta bekas pelapukan tumbuh-tumbuhan yang dirambah ketika penduduk generasi pertama menetap di desa Juhar, selain itu bukit-bukit tersebut memiliki cadangan air sehingga membuat desa Juhar di aliri oleh sungai-sungai meski tergolong kecil akan tetapi sungai-sungai tersebut cukup memenuhi irigasi pertanian dan kebutuhan akan air minum masyarakat desa Juhar Keadaan Demografis Di dataran tinggi Karo, Kuta sebagai kesatuan teritorial yang luas dihuni oleh keluarga-keluarga yang berasal dari satu klen disebut kesain. jadi kesain merupakan bagian-bagian dari suatu kuta, sebab kuta biasanya terdiri dari penduduk yang berasal dari klen yang berbeda-beda. keluarga sada nini adalah suatu kelompok kekerabatan di dalamnya termasuk semua kaum kerabat patrilinial yang masih diingat atau dikenal kekerabatannya. suatu kelompok kekerabatan yang besar dalam masyarakat karo adalah merga, tetapi istilah merga sendiri mempunyai beberapa pengertian. merga bisa berarti klen besar yang patrilineal, misalnya merga Ginting, Sembiring, Tarigan, Perangin-angin, Karo-karo. selain itu merga pada orang Karo bisa juga berarti bagian dari klen besar patrilineal, misalnya Barus, Suka, Pandia, Singarimbun, Tambun dan sebagainya. Pada orang Karo nama merga adalah merupakan nama kolektif tanpa menghiraukan adanya satu nenek moyang, berbeda dengan orang Batak Toba bahwa 32

4 nama marga menunjukkan nama dan nenek moyang asalnya. jika misalnya seorang Karo bernama Perangin-angin Bangun, maka hal itu tiduk berarti bahwa dulu nenek moyangnya bernama Bangun, anak dari si Perangin-angin. Penduduk asli desa Juhar adalah marga Tarigan yang berasal dari daerah desa Lingga, tidak ada bukti yang pasti mengenai Tahun kedatangan marga Tarigan ke daerah Juhar akan tetapi dari penuturannya dan informasi dapat di prediksi bahwa marga Tarigan sudah mulai bermukim di daerah tersebut dan Desa Juhar mulai dikenal orang-orang di sekitar daerah tersebut pada Tahun 1700 akan tetapi masyarakatnya terdiri hanya beberapa keluarga saja dan kemudian di susul oleh marga Peranginangin dan marga Ginting 9. Ketiga klan klompok marga masyarakat tersebut kemudian menetap bersama dan membangun desa Juhar baik dari sistem mata pencaharian hingga pemerintahan desa Juhar tersebut. Sistem adat karo adalah pola pemerintahan tradisional yang dibawa oleh pemuka kampung di desa Juhar, kebiasaan-kebiasaan adat yang turun-temurun membentuk pola kehidupan masyarakat desa Juhar. Sehingga dalam kesehariannya masyarakat desa Juhar memakai bahasa karo dalam komunikasi sehari-hari. setiap kuta dikelilingi oleh satu parit, suatu dinding tanah yang tinggi dan rumpunrumpun bambu yang tumbuh rapat. Hal itu dimaksudkan sebagai pertahanan terhadap serangan-serangan musuh dari kuta lain. memang dahulu secara tradisional kampungkampung dibangun dengan mengutamakan segi keamanan. biasanya didirikan dengan batas-batas yang jelas, seperti batas-batas alam, misalnya dengan menanam pohon bambu 9 Hasil Wawancara dengan Semarang Ginting BA mantan camat Kecamatan Juhar periode Tanggal 9 marett 2011 pukul Wib 33

5 yang rapat sekali sehingga tidak bisa dimasuki oleh musuh. untuk pendirian kampung atau kuta juga demikian halnya. Pada sebuah kampung terdapat dua atau lebih deretan rumah-rumah, diantara rumah-rumah itu terdepat pekarangan yang cukup luas, biasanya dijadikan tempat tempat berbagai kegiatan, misalnya tempat upacara pesta perkawinan, upacara kematian dan sebagainya. Di pekarangan halaman kuta sering ada dibangun lumbung-lumbung untuk menyimpan padi ( yang dalam bahasa Karo disebut sapo page) dan lesung. Di daerah Karo, lumbung padi juga berfungsi sebagai tempat berkumpul atau tempat untuk tidur bagi para pemuda. Dari hasil wawancara dengan penduduk setempat maupun petugas kecamatan tak diperoleh keterangan tentang adanya rumah-rumah biasa yang didirikan oleh sebuah keluarga dalam arti kata rumah untuk keluarga batih, Pada umumnya sumber-sumbur menyebutkan pendirian rumah adat, yaitu rumah besar sebagai perwujudan ketentuan adat. Sebagian kampung didirikan dengan gotong-royong, demikian pula rumah-rumah adat di dalam kampung didirikan sesuai dengan prinisip adat. jadi yang disebut rumah adat oleh karena merupakan lambang perwujudan adat masyarakat gotong-royong dilihat dari cara pendiriannya, fungsinya, semuanya bersendikan kepada adat istiadat. Di atas disebutkan secara tradisional kampung-kampung orang Batak didirikan di tempat yang dipilih strategis, yakni dengan memperhatikan segi keamananan, tidak hanya terhadap serangan sesama manusia, tetapi juga serangan atau gangguan binatang-binatang buas seperti harimau, Gajah, Beruang, dan sebagainya, maka diperkirakan rumah yang 34

6 pertama kali didirikan oleh manusia adalah berupa adat yang oleh orang karo disebut dengan Siwaluh jabu. Pertimbangan keselamatan adalah sangat penting dalam pendirian rumah adat harus dibangun kokoh, bahkan dengan dindingnya yang miring juga adalah erat berkaitan dengan faktor keamanan dan keselamatan pada waktu itu. Populasi yang semakin besar jumlahnya menyebabkan semakin bertambah banyak didirikan dan perlahan-lahan diikuti oleh pendirian rumah-rumah biasa untuk masing-masing keluarga. jadi disamping rumah adat, lambat-laun barulah berdiri rumah-rumah pribadi milik keluarga. Seperti desa-desa pertanian lainnya, bentuk pemukiman penduduk desa Juhar memanjang dengan rumah-rumah yang menghadap jalan. akan tetapi bentuk ini berubah setelah penduduk yang menetap di desa Juhar sudah semakin ramai. Awalnya rumahrumah di desa Juhar masih berbentuk rumah adat Karo yang biasa dikenal dengan siwaluh jabu. Masyarakat karo mempunyai rumah adat yang disebut Siwaluh jabu, yaitu rumah adat yang terdiri dari delapan jabu. berarti bahwa rumah adat siwaluh jabu di huni oleh delapan keluarga. kehidupan kedelapan keluarga ini diatur menurut ketentuan adat. oleh karena pembagian rumah atas kedelapan ruangan dan dihuni delapan keluarga itulah sebabnya rumah adat Karo disebut Siwaluh Jabu. Dengan demikian diantara rumahrumah adat sub-sub suku bangsa Batak bahwa rumah adat karo yang disebut Siwaluh Jabu adalah yang terbesar dibandingkan dengan rumah adat sub-sub suku Batak lainnya. bahkan pernah ada rumah adat yang lebih besar lagi, yakni dihuni oleh 16 keluarga, yang disebut empat ture atau rumah adat dengan empat sisi pintu muka seperti yang dijumpai di kampung Batu Karang. 35

7 Selain rumah adat Karo yang jauh lebih besar dari pada rumah-rumah adat kelima sub suku bangsa Batak lainnya, rumah adat Orang Karo masih mempunyai keistimewaan khusus yang lain. Yaitu rumah adat Karo mempunyai ture, ialah semacam teras, satu berada di pintu belakang. oleh sebab rumah adat Batak adalah rumah panggung (bertiang), maka letak teras adalah setelah kita menaiki tangga, jadi sebelum masuk kedalam rumah adat. Sesuai dengan kedudukan rumah adat, dari mana terpencar adatistiadat yang kuat dan kokoh, maka ture juga adalah pelambang adat istiadat. Fungsinya adalah sebagai tempat pertemuan dan bercengkrama antara pemuda dengan gadis-gadis penghuni rumah adat tersebut di malam hari. Pada malam hari biasanya anak-anak gadis dari rumah adat itu duduk berkumpul di ture dengan diterangi lampu teplok atau terkadang tanpa lampu jika terang bulan. Anak-anak gadis duduk-duduk sambil menganyam tikar atau sumpit. Dalam keadaan demikian, oleh para pemuda yang kebetulan melintas atau mungkin juga sengaja lewat, setelah menyapa terlebih dahulu dan diperkenankan untuk singgah, maka selanjutnya mereka pun bergabung dan di ture itulah mereka bercengkrama. Dengan demikian ture pada rumah adat siwaluh jabu berfungsi sebagai sarana tempat bertemu dan berkenalan antara pemuda dan pemudi berdasarkan adat di daerah Karo. Dari sinilah selanjutnya terjalin hubungan perkenalan lebih serius untuk jenjang memadu kasih. Sebagaimana diketahui bahwa jaman dahulu segala sesuatu tindakan individu-individu diatur oleh adat. Dalam arti kata misalnya tidak ada pertemuan sepasang muda-mudi secara sembunyi-sembunyi di tempat sunyi maupun secara terang-terangan, berdua-duan, tetapi ture lah adat memperbolehkannya. 36

8 Rumah Siwaluh jabu adalah rumah adat masyarakat Karo yang berarti rumah yang dihuni oleh delapan keluarga, dimana kehidupan di dalamnya diatur berdasarkan adat. Pada proses pembangunannya, banyak upacara yang harus dilalui untuk membangun sebuah rumah si waluh jabu, seperti upacara persada arih atau rembuk antara Bena kayu atau penghulu rumah dengan istrinya, lalu bena Kayu menanyakan pihak kalimbubu 1, kemudian Bena Kayu menanyakan pihak Kalimbubu 1, kemudian Bena kayu memberitahukan pihak Anak Beru 2 dan terakhir memanggil Biak Senina 3, sehingga terkumpul delapan keluarga. Dengan praktek kehidupan yang berlangsung dalam rumah tersebut bahwa kesemua keluarga mempunyai fungsi dan kedudukannya masing-masing. kedelapan keluarga mempunyai fungsi dan kedudukannya masing-masing. kedelapan keluarga berfungsi dan bertugas sebagai berikut: Rumah tangga nomor 1 disebut jabu bena kayu atau jabu Raja, yaitu kamar yang ditempati oleh orang yang tertinggi kedudukannya dalam rumah adat. Keluarga ini adalah yang mengepalai semua jabu atau ketujuh keluarga lainnya. keluarga di jabu Raja ini adalah penghulu taneh atau juga disebut merga taneh, di desa juhar adalah merga Tarigan, Ginting dan Peranginangin. Rumah tangga nomor 2 disebut jabu ujung kayu, yaitu merupakan anak beru dari jabu Raja ( rumah tangga nomor 1 ). kepala keluarga rumah tangga nomor 2 ini berfungsi atau berkedudukan sebagai pembicara atau mewakili penghulu taneh. atau juga disebut jabu ujung kayu karena jabu yang ditempati keluarga anak beru berada paling ujung Siwaluh Jabu. 37

9 Rumah tangga nomor 3 terletak beseberangan dengan Jabu bena Kayu, yang disebut Jabu bena lepar bena kay, yaitu jabu yang didiami oleh anak dari penghulu taneh ( Rumah tangga nomor 1 ). Kepala keluarga pada jabu lepar bena kayu disebut jabu sungkun berita yaitu bertugas untuk menyampaikan berita. Maksudnya bahwa dengan fungsi Sungkun berita, maka tugas utamanya adalah untuk mendapatkan berita apa yang terjadi maupun isu di luar rumah untuk kemudian berita apa yang terjadi maupun isu diluar rumah untuk kemudian berita apa yang terjadi maupun isu di luar rumah untuk kemudian berita yang diperoleh ditengah-tengah masyarakat disampaikan kepada jabu raja atau penghulu taneh. Rumah tangga nomor 4 disebut lepar ujung kayu atau dinamakan juga jabu simanganminem, yang letaknya berseberangan dengan rumah anak beru ( jabu nomor 2 ). Rumah ini dihuni oleh piihak saudara dari orang tua isteri rumah tangga nomor 1, yaitu Kalimbubu. Misalnya menyelenggarakan upacara pesta, maka keluarga lepar ujung kayu yaitu kalimbubu akan diundang dan sangat dihormati yang diberi tempat duduk istimewa dimana kalimbubu hanya dudukduduk saja serta makan dan minum. Rumah tangga nomor 5 disebut Sedapuren bena kayu, yang letaknya bersebelahan dan satu dapur dengan rumah tangga nomor 1. penghuni jabu ini biasanya di tempati oleh mereka yang bertugas dengan fungsi sebagai saksi dan pendengar apabila diselenggarakan musyawaran atau pembicara penting dalam rumah siwaluh jabu. Rumah tangga nomor 5 ini juga disebut anak beru menteri dari merga taneh. 38

10 Rumah tangga nomor 6 disebut jabu arinteneng, yaitu jabu yang ditempati oleh anakanak dari rumah tangga nomor 4 (lepar ujung kayu). Fungsi keluarga ini sebagai penjaga keamanan bagi seluruh penghuni rumah adat, sehingga mereka semua yang mendiami rumah merasa tentram dan aman. Rumah tangga nomor 7 disebut jabu bicara guru yang mendiami oleh guru (dukun). letak jabu ini bersebelahan dengan rumah tangga lepar ujung kayu ( rumah tangga nomor 4). Tugas bicara guru ini adalah untuk membuat obat-obatan, menetapkan hari baik atau bulan baik dalam melakukan sesuatu pekerjaan misalnya kapan mulai menanam padi, memasuki rumah baru, upacara pesta perkawinan, meramal hari kelahiran seorang anak, untuk mengusir roh-roh yang berhubungan dengan kepercayaan dan sebagainya. Rumah tangga no 8 disebut jabu sedapuren lepar bena kayu, letaknya bersebelahan dengan rumah tangga nomor 3 (jabu lepar bena kayu). rumah tangga nomor 8 ini punya kewajiban khusus, apabila jabu bena kaya kedatangan tamu jauh terutama berasal dari kampung lain yang jauh letaknya, maka dalam hal ini isteri dan rumah tangga nomor 8 berkewajiban menyodorkan sekapur sirih sebagai penghormatan kepada tamu. Setelah itu barulah dinyatakan apa maksud kedatangan tamu itu. maksud kedatangan tamu tersebut kemudian disampaikan kepada bena kayu ( rumah tangga nomor 1) dan sesudah itu barulah pembicaraan dilanjutkan oleh keluarga jabu bena kayu dengan tamunya. Demikian keadaan susunan jabu-jabu yang dihuni oleh keluarga-keluarga dalam rumah siwaluh jabu yang kesemuannya berjumlah delapan keluarga itu. Setiap keluarga mempunyai fungsi dan tugas masing-masing, sesuai dengan ketentuan adat rumah 39

11 siwaluh jabu. Fungsi dan tugas masing-masing, keluarga pada satu rumah adat demikian juga berlaku pada rumah-rumah siwaluh jabu lainnya. Dengan demikian adat rumah siwaluh jabu, bahwa di dalamnya setiap jabu atau keluarga mempunyai fungsi dan tugas khusus masing-masing, sehingga kehidupan dalam rumah siwaluh jabu menjadi tentram. Dalam rumah siwaluh jabu kedudukan bena kayu sebagai pendiri kuta dipandang sangat tinggi. ada keluarga di dalam rumah itu yang tugasnya khusus untuk menerima atau menyambut tamu terutama bena kayu, yaitu maksud dan tujuan tamu tersbut, dan setelah itu barulah menyampaikannya kepada jabu bena kayu. Dengan demikian jabu yang berhak menghadapi dan bertanggung jawab urusan luar bagi siwaluh jabu adalah jabu bena kayu, yaitu sebagai merga taneh. Dalam menerima tamu, terutama tamu dari jauh dalam arti dari luar kampung yang berkewajiban menerimanya adalah Bena kayu. Rumah Siwaluh Jabu mempunyai arti dan simbol tersendiri yaitu: Bentuk Rumah menyimbolkan Perempuan yang sedang bersila dan dua tangan yang menangkup, menyembah Tuhannya. Pintu Rumah melambangkan rahim perempuan sesuai dengan bentuk tubuh perempuan. Pintu menyimpan makna daur hidup, selain makna Rahim, dahulu pintu adalah tempat perempuan melahirkan sambil memegang pegangan pintu bagian luar rumah. Warna-warna yang menghiasi Rumah si waluh jabu memiliki makna, Warna hitam mempunyai makna dunia di luar manusia dengan kekuatan tersembunyi. Warna Putih bermakna kesucian leluhur. Warna biru bermakna matahari. Warna merah bermakna keberanian. 40

12 Sedangkan simbol yang sangat sering ditemukan dalam Rumah adat Siwaluh jabu adalah: Ijuk pada Pondasi, mempunyai makna pengusir roh jahat yang berwujud ular. Ornamen Tutup Dadu, pada hiasan melmelen mempunyai makna sindiran terhadap orang karo yang suka berjudi. Ornamen Cuping, mempunyai makna bahwa orang Karo mempunyai pendengaran yang tajam, dapat memilih berita mana yang baik dan harus didengar dan juga berita nama yang tidak baik dan tidak perlu di besar-besarkan. Pengeret-ret, Ornamen berbentuk cicak atau biawak kadal ini mempunyai fungsi menolak bala dan melambangkan kewaspadaan karena dipercaya tidak pernah tidur. Kain Putih pada pertemuan kolom dan balok kayu. Makna yang terkandung adalah adanya kehidupan dan jenis kelamin disetiap makhluk hidup termasuk kayu-kayu yang digunakan untuk mendirikan rumah. Kain putih sebagai alas atau batas agar kayu-kayu yang saling berhubungan tidak langsung berhubungan karena ditakutkan mereka berasal dari marga yang sama. Perkawinan sumbang sangat dihindari orang karo. Kite-kite kucing mempunyai makna kasih sayang keluarga terutama antara ibu dan anaknya. Kite-kite kucing merupakan balok tempat para-para bergantung, biasanya kegiatan ibu atau perempuan mengambil tempat di wilayah ini. Atap rumah yang berbahan ijuk mempunyai makna pengorbanan seorang perempuan dalan menjaga nama baik keluarga. Tanduk kerbau pada bahagian puncak bermakna memberi kekuatan dan semangat seorang perempuan dalam menjaga nama baik keluarga. 41

13 Tanduk kerbau pada bahagian puncak bermakna memberi kekuatan dan semangat orang karo untuk bekerja keras. Fungsinya untuk menolak bala. Tiga Bagian dari bentuk dasar dari rumah adat dan 3 lubang pada gagang pintu dan angka 5 pada tangga bagian depan. Melambangkan keberadaan 3 tuhan atau 3 kekuatan serta angka 5 melambangkan 5 merga 10. Pada umunya masyarakat Desa Juhar (Juhar Tarigan, Juhar Ginting dan Peranginangin) menggunakan rumah Siwaluh jabu sebagai tempat tinggal dan biasanya rumah siwaluh jabu yang digunakan tersebut diwariskan secara turun temurun. rumah siwaluh jabu tersebut berdiri berderetan menghadap jambur yang ada di desa Juhar. adapun jumlah keberadaan Rumah Siwaluh jabu tersebut dapat di lihat jumlahnya berdasarkan tabel dibawah ini. Tabel Jumlah Rumah Adat Siwalu Jabu No Desa Jumlah 1. Juhar Tarigan Juhar Peranginangin 9 3. Juhar Ginting 27 JUMLAH 52 Sumber: kantor Balai Desa Juhar (Tahun 1984) Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk desa Juhar, lama-kelamaan keberadaan Rumah Siwaluh Jabu tersebut sudah mulai berkurang jumlahnya hal ini disebabkan berbagai faktor, antara lain adalah: faktor usia rumah siwaluh jabu tersebut, kepadatan penduduk dan lain sebagainya. perlahan namun pasti Rumah-Siwaluh Jabu 10 Tridah Bangun, op. cit, hlm

14 tersebut semakin berkurang dan langka sehingga di tahun 1970-an di desa Juhar sudah mulai langka ditemukan masyarakat yang masih menetap di rumah siwaluh jabu tersebut. Meningkatnya Jumlah penduduk tersebut bukanlah karena disebabkan tingginya angka kelahiran di Desa Juhar akan tetapi adalah akibat meningkatnya jumlah pendatang untuk menetap dan mencari nafkah yang kemudian menjadi penduduk desa Juhar. Pada umumnya masyarakat Desa Juhar memiliki sifat yang terbuka dan tidak bersifat sukisme dan itulah sebabnya para pendatang betah tinggal di desa ini. sifat keterbukaan yang dimiliki masyarakat desa ini sifat keterbukaan yang dimiliki masyarakat desa ini membentuk sifat heterogen. di luar suku Karo yang ada di desa Juhar tersebut ada juga suku lainnya yaitu suku Toba yang datang pada Tahun 1940-an dan suku Jawa yang datang Tahun 1960-an. populasi masyarakat suku Toba dan Jawa di desa Juhar memang masih minoritas dibandingkan suku karo yang merupakan penduduk awal desa Juhar dan pada umumnya mereka bermukim di daerah-daerah perladangan karena tujuan awal kedatangan mereka adalah sebagai pekerja diladang-ladang masyarakat desa Juhar. Seperti halnya dengan desa-desa lain di tanah Karo, para pendiri desa secara otomatis jabatan penghulu atau kepala Desa di pegang oleh kelompok marga tersebut secara turun-temurun. Demikian juga halnya dengan pemilikan tanah dimana sebagian besar dikuasai oleh kelompok marga tersebut akan tetapi untuk desa Juhar kepemilikan tanah tebagi tanah berdasarkan kelompok marga yang menetap di desa Juhar yakni marga Tarigan, Peranginangin, dan Ginting. 43

15 2.3. Mata Pencaharian Penduduk Berdasarkan produktif atau tidaknya, penduduk desa Juhar dapat dibagi menjadi dua, yaitu penduduk yang tidak produktif berdasarkan usia muda yaitu dibawah 25 tahun. kelompok ini dianggap masih dalam taraf pendidikan. Dengan demikian tidak dapat dibatalkan dalam peningkatan sosial ekonomi. kelompok yang lainnya adalah yang produktif berdasarkan usia 25 tahun ke atas dan tidak bersekolah lagi. Dalam usia 25 Tahun sudah dianggap memiliki penghasilan. Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia penduduk Desa Juhar memiliki mata pencaharian sebagai peetani. Adapun tanaman yang ditanami oleh masyrakat Juhar adalah Padi, Aren, Jagung, Ubi kayu. Akan tetapi pada masa penjajahan Kolonial Belanda, seluruh hasil panen tersebut di serahkan kepada Belanda sebagai imbalan yang di terima penduduk adalah hanya kebutuhan untuk makan. sehingga masyarakat tidak bisa menikmati hasil dari pertanian mereka, dengan kondisi tersebut hanya beberapa pihak yang mampu menikmati hasil tersebut hanyalah para kaki tangan Belanda yang merupakan raja Urung desa Juhar, penindasan tersebut melalui pajak yang dikenakan terhadap pemilik ladang dan seluruh warga desa Juhar. Pajak yang dikenakan untuk masyarakat Juhar berupa tanah untuk raja Urung beserta hasil Panen dari setiap lahan yang menghasilkan panen. Tanah yang di peroleh oleh raja urung tersebut biasanya di tetapkan ketika ada pembukaan lahan, juga setiap 10% dari hasil panen warga desa Juhar akan tetapi hasil panen tersebut terkadang di rampas seluruhnya oleh Kolonial Belanda ketika sedang mengalami situasi sulit ataupun dalam situasi perang. 44

16 Walaupun alamnya cukup subur dan menghasilkan berbagai tanaman yang laku di pasaran eksport, akan tetapi keuntungan itu hanyalah untuk Belanda saja karena hal tersebut merupakan tujuan utama kolonial Belanda untuk menjajah di seluruh wilayah Nusantara. Akan tetapi sebahagian masyrakat desa Juhar juga memiliki cara untuk menjual hasil-hasil pertanian mereka yaitu dengan melalui Hutan yang bisa tembus kedaerah Dairi maupun kedaerah Tiga Binanga. Demikian juga halnya ketika masa penjajahan Jepang, keadaan mata pencaharian masyarakat Desa Juhar semakin memprihatinkan, hal ini disebabkan keadaan masyarakat desa Juhar semakin tertekan dengan kejamnya sistem penjajahan Jepang yang lebih kejam dari pemerintahan Kolonial Belanda. Dengan masuknya Jepang kedaerah desa Juhar pada tahun 1943, banyak lahan-lahan pertanian ditinggalkan oleh penduduk desa Juhar karena melarikan diri sehingga lahan tersebut tidak terurus. Lahan-lahan yang masih produktif pun secara keseluruhan hasil panennya di serahkan oleh raja urung untuk tentara Jepang. Pada masa kemerdekaan tahun 1945, masyarakat Desa Juhar sudah mulai kembali membangun Desa Juhar. setelah terbunuhnya Raja Urung untuk desa Juhar, membuat masyarakat desa Juhar kembali mengolah lahan-lahan pertanian mereka yang sudah sempat ditinggalkan akibat adanya penjajahan. Tanaman yang biasanya dipanen seperti Padi darat dan Sawah, Jagung, Aren dan juga Ubi Kayu. secara perlahan ekonomi masyarakat Desa Juhar mulai bangkit. Disamping itu juga masyarkat desa Juhar sudah mulai bebas untuk melakukan perdagangan tanpa adanya pajak. Dengan kondisi 45

17 demikian pada tahun 1946 di Desa Juhar sudah memiliki Pasar tradisional yang diadakan sekali dalam seminggu 11. Pasar tradisional di desa Juhar diadakan setiap hari selasa, dengan adanya pasar tradisional tersebut secara tidak langsung membuka peluang bagi masyarakat desa Juhar untuk membuka usaha-usaha dalam bentuk dagang terutama penduduk yang rumahnya berdekatan dengan pajak tradisional tersebut. Selain berdagang untuk desa Juhar, pedagang-pedagang tersebut juga berdagang kedaerah lain misalnya desa Tiga binanga, desa Munthe, bahkan juga kedaerah Dairi. Pada akhir tahun 1960-an jumlah pedagang yang membuka usaha dagang di desa Juhar masih sedikit jumlahnya, adapun barang-barang yang di dagangkan pada umumnya antara lain, kebutuhan pokok seperti Beras, Lauk, Minyak goreng, minyak tanah. Selain itu, barang-barang dagangan lainnya berupa alat-alat pertanian. Secara ekonomis para pedagang ini memiliki perkembangan karena disebabkan masyarakat desa Juhar lebih memilih berbelanja di desa Juhar dari pada daerah lain, karena selain faktor transportasi yang belum memadai masyarakat desa Juhar juga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berladang sehingga keinginan ataupun waktu untuk bepergian sangat sedikit. Pembagian kerja bagi masyarakat desa Juhar dilakukan berdasarkan kedudukan sosial antara wanita dan pria ada perbedaan aktivitas. pada masa senggang ataupun sehabis dari ladang para ibu-ibu rumah tangga juga anak-anak biasanya menganyam tikar yang terbuat dari pandan. Tikar pandan anyaman tersebut banyak dihasilkan masyarakat desa Juhar, karena tumbuhan pandan sebagai bahan bakunya banyak ditemukan di desa Juhar, selain itu juga tikar pandan tersebut digemari banyak orang sehingga harga tikar 11 Hasil Wawancara dengan Sobat Peranginangin Warga Desa Juhar Peranginangin tgl 25 February 2011, pukul Wib. 46

18 tersebut lumayan menguntungkan. Kerajinan tangan tersebut mulai di gemari sejak tahun Selain itu masyarkat desa Juhar juga mengandalkan hasil-hasil dari tanaman palawija yang ditanami masyarakat dari awal dimulainya pertanian di desa Juhar tersebut. Tanaman palawija tersebut antara lain jagung, Ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan juga kacang kedelai. Akan tetapi rata-rata masyarakat desa Juhar lebih memilih menanam Jagung yang sangat memungkin untuk di tanami dan juga memiliki harga yang lebih stabil. Pada tahun 1960-an adalah masa kebangkitan perekonomian masyarakat desa Juhar, karena lahan-lahan pertanian sudah mulai di kelola masyarakat. Akan tetapi pada tahun 1970 ada perubahan yang menonjol bagi pertanian masyarakat desa Juhar, semula masyarakat desa Juhar masih bisa menanam jeruk akan tetapi karena perubahan iklim yang terjadi membuat tanaman jeruk tidak cocok lagi di tanami oleh masyarakat desa Juhar di lahan pertaniannya. Sebagai pengganti tanaman jeruk yang tak bisa tumbuh lagi, masyarakat desa Juhar kemudian mulai menanami tanaman cengkeh di lahan pertanian mereka. Masyarakat Juhar juga beternak dalam melengkapi usaha-usaha mata pencaharian mereka. Hewan berkaki empat pun kemudian mulai diternakkan guna untuk menyokong ekonomi rumah tangga masyarakat desa Juhar. Awalnya Sapi/Lembu dan Kerbau merupakan hewan dimanfaatkan untuk membajak sawah masyarakat, karena populusinya cocok berkembang di daerah desa Juhar maka hewan tersebut salah satu hewan yang kemudian diternakkan. Selain itu, hewan peliharaan lainnya yang diternakkan oleh masyarakat desa Juhar adalah 47

19 Kambing/Domba, dan Babi. Hewan-hewan ini sangat mambantu perekonomian masyarakat desa Juhar termasuk juga untuk mencukupi kebutuhan disaat dilaksanakan pesta adat tanpa harus mendatangkan dari daerah lain Sistem Kepercayaan Masyarakat Desa Juhar. Masyarakat Karo secara umum meyakini selain dihuni oleh manusia alam juga merupakan tempat bagi roh-roh gaib atau makhluk-makhluk lain yang hidup bebas tanpa terikat pada suatu tempat tertentu, untuk itu diperlukan beberapa aktivitas-aktivitas yang dapat menjaga keseimbangan alam. Segala kegiataan yang berhubungan dengan roh-roh gaib dan upacara ritual, suatu kompleks penyembuhan, guna-guna dan ilmu gaib, merupakan sebagai aspek penting dalam kepercayaan tradisional masyarakat Karo. Alam semesta merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh, yang dapat dibagi secara vertikal (tegak lurus) dan secara horizontal (mendatar). Secara Vertikal, alam dapat dibagi dalam tiga ke dalam tiga bagian yang disebut benua, yaitu: benua atas, benua tengah dan benua teruh yang masing-masing dikuasai oleh Dibata datas, Dibata tengah dan Dibata teruh yang merupakan suatu kesatuan yang disebut Dibata si telu (Tuhan yang tiga) atau dianggap sebagai tunggal yang disebut juga Dibata kaci-kaci ( Kaci-kaci artinya Tuhan Perempuan) sebagai penguasa tunggal 12. Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam penulisan ini adalah bagaimana upacara yang bercampur dengan kebudayaan suatu suku bangsa karena merupakan salah satu hal yang sangat lahiriah. selain itu juga, upacara keagamaan itu sendiri berhubungan dengan kepercayaan tradisional Karo yang disebut dengan pemena. demikian lah yang 12 Tarigan, Henry Guntur, Percikan Budaya Karo, Jakarta, Yayasan Merga Silima, 1990, hlm

20 terjadi di masyarakat desa Juhar yang masih memiliki keterikatan kuat dengan upacaraupacara tradisional yang sangat kental dengan kehidupan sehari-hari. Secara umum masyarkat Karo meyakini alam semesta ini di bagi dalam delapan penjuru mata angin yaitu: Purba (Timur) Aguni (Tenggara) Daksini (Selatan) Nariti (Barat Daya) Pustima (Barat) Mangabia (Barat Laut) Butara (Utara) Irisen (Timur Laut) Penjuru mata angin ini disebut desa si waluh (delapan arah), berasal dari kata desa yang berarti arah dan si waluh yang berarti delapan. Penjuru mata angin ini dapat dibedakan atas dua sifat yang berbeda, yaitu desa ngeluh (arah hidup) dan desa mate (arah mate). Desa-desa yang digolongkan sebagai arah hidup adalah: Timur, Selatan, Barat, dan Utara. Selain itu digolongkan sebagai arah mati. Penggolongan kepada arah hidup dan arah mati didasarkan kepada pemikiran bahwa desa-desa timur, selatan, barat dan utara dikuasai oleh roh penolong yang memberikan kebahagian kepada manusia. Sebaliknya pada arah mati terdapat mahluk-mahluk gaib yang jahat dan suka mencelakakan manusia. Sesuai dengan pemikiran ini maka posisi arah rumah dan areal pemakaman penduduk suatu desa mengikuti arah hidup (termasuk desa Juhar). Posisi rumah pribadi mayoritas menghadap ke arah utara dan selatan. Sedangkan posisi rumah- 49

21 rumah adat mayoritas menghadap ke arah timur dan barat. Dalam kehidupan sehari pembagian yang diikuti dengan pembagian Dibata ternyata tidak begitu penting. Bagi masyarakat Karo, pada umumnya yang dianggap penting adalah Dibata kacikai sebagai kesatuan kesuluruhan dari Dibata. Menurut mereka Dibata adalah tendi (jiwa) yang dapat hadir dimana saja, kekuasannya meliputi segalanya dan dianggap sebagai sumber segalanya. Hal ini sesuai dengan keyakinan orang-orang Karo yang sangat dengan suatu bentuk kepercayaan atau keyakinan terhadap tendi, yaitu suatu kehidupan jiwa yang kebaradaannya dibayangkan sama dengan roh-roh gaib. Orang karo meyakini bahwa alam semesta di isi oleh sekumpulan tendi. Kesatuan dari seluruh tendi yang mencakup segalanya ini disebut Dibata. Setiap manusia dianggap sebagai kesatuan bersama dari Kula (tubuh), tendi (Jiwa), pusuh peraten (perasaan), Kesah (nafas), dan ukur (fikiran). Setiap bagian berhubungan satu sama yang lainnya, kesatuan ini disebut sebagai keseimbangan dalam manusia. Hubungan yang kacau atau tidak beres antara satu sama lain dapat menyebabkan berbagai bentuk kerugian seperti sakit, malapetaka, dan akhirnya kematian. Daya pikiran manusia dianggap bertanggung jawab ke luar guna menjaga keseimbangan dalam dengan keseimbangan luar yang meliputi dunia gaib, kesatuan sosial dan lingkungan alam sekitar. Tercapainya suatu keseimbangan dalam manusia akan memperlihatkan berbagai keadaan menyenangkan, seperti, malem (sejuk/tenang), Ukur malem (pikiran tenang), malam ate (hati sejuk/tenang), malem pusuh (perasaan sejuk/tenang). oleh karena itu kata malem digunakan juga sebagai arti sehat atau kesembuhan dalam bahasa karo. 50

22 Masyarakat yang menetap di desa Juhar pada awalnya menganut sistem kepercayaan nenek moyang yang di bawa dari daerah asal mereka. Tradisi kepercayaan nenek moyang tersebut masih sama pada masyarakat Karo di daerah dataran tinggi Karo secara keseluruhan. Di samping pertumbuhan agama Kristen yang sedang masuk kedaerah kabupaten Karo, sistem kepercayaan terhadap nenek moyang tersebut belum bisa dihilangkan dan masih ada yang di pertahankan meskipun sudah memeluk agama pada saat itu. Masyarakat desa Juhar menganggap kepercayaan identik dengan adat istiadat yang mereka warisi dari nenek moyang mereka, sehingga meskipun mereka sudah menganut kepercayaan Agama Kristen mereka masih melaksanakan upacara tradisional antara lain, Erpangir Kulau 13. memberi sesajen di tempat-tempat yang dianggap keramat agar roh nenek moyang memberi rejeki. Kemudian ada lagi yang disebut Guru, guru ini adalah orang yang mempunyai indra keenam, fungsinya selaian sebagai dokter juga peramal. Tidak hanya bagi masyarakat Juhar akan tetapi mayoritas masyarakat Karo untuk mensinonimkan Guru dengan kata Dukun. Guru ini sangat berperan dalam ritual-ritual keagamaan atau upacara tradisional dapat didefenisikan sebagai upacara yang diselenggarakan oleh warga masyarakat sejak dahulu sampai sekarang dalam bentuk tata cara yang relatif tetap. Pendukungan terhadap upacara itu dilakukan masyarakat karena dirasakan dapat memenuhi suatu kebutuhan, baik secara individual maupun kelompok bagi kehidupan mereka. 13 Erpangir Kulau adalah upacara mandi untuk mengusir roh jahat atau menyucikan diri dari pengaruh roh jahat, memberi sesajian kepada yang maha kuasa supaya diberi rejeki. Sering juga dilakukan dalam upacara perkawinan, membuat nama anak dan menolak penyakit yang dibuat oleh roh- roh jahat. Upacara ini masih dapat ditemukan dibeberapa tempat. 51

23 Konsep guru ini berhubungan erat dengan kepercayaan tradisional Karo yang disebut Pemena atau Perbegu. Penyebutan Pemena ini disepakati sejak tahun 1946 oleh para pengetua adat dan guru-guru mbelin (dukun/tabib terkenal). Perubahan kata dari perbegu menjadi pemena ini dimaksudkan untuk menghilangkan kesalah pahaman orangorang di luar orang Karo atas pengertian kata perbegu. Kata Perbegu bagi orang di luar orang Karo seolah-olah menunjuk ke arah penyembahan kepada setan, hantu dan roh jahat lainnya. Menurut para guru, terganggunya hubungan-hubungan dalam diri seseorang berarti adanya keadaan tidak seimbang didalam tubuhnya, yaitu ketidakseimbangan antara tubuh, jiwa, perasaan, nafas dan pikiran. Dengan menggunakan jeruk purut pada upacara berlangir (erpangir), seorang guru akan menyiramkannya ke kepala pasiennya. Air jeruk diyakini menimbulkan rasa sejuk. Sementara itu kepala si pasien di pilih dengan pertimbangan bahwa kepala adalah tempat dari pikiran dan sebagai pusat dan pimpinan dari jiwa tersebut. oleh karena itu, seorang dalam beberapa ritusnya yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan pada diri manusia akan menggunakan air jeruk yang malem. Air jeruk dianggap sebagai lambang dari alam semesta yang mewakili keseimbangan luar tersebut akan dimasukkan ke dalam diri manusia yang mewakili keseimbangan dalam itu sendiri. Tindakan ini diyakini akan menyempurnakan keseimbangan dalam diri seseorang. Orang Karo meyakini bahwa alam sekitar diri manusia itu sendiri. Alam sekitar ini di digolongkan ke dalam beberapa inti kehidupan yang masingmasing dikuasai oleh nini beraspati (nini = nenek), yaitu; beras pati taneh (inti kehidupan tanah), beraspati rumah (inti kehidupan rumah), beraspati kerangen (inti kehidupan 52

24 hutan), beraspati kabang (inti kehidupan udara). Dalam ornamen karo, nini beraspati ini dilambangkan dengan gambar cecak putih yang dianggap sebagai pelindung manusia. Beraspati, oleh penganut pemena atau guru khususnya dibagi lagi kedalam beberapa jenis lingkungan alam atau tempat dan keadaan. Beraspati lau (inti kehidupan) misalnya, dibedakan lagi atas sempuren (air terjun), lau sirang (sungai yang bercabang), tapin ( tempat mandi di sungai) dan lain-lain. Beraspatih rumah (inti kehidupan rumah), dibagi lagi atas bubungen (bubungan), pintun (pintu), redan (tangga), palas (palas), dialaken (tungku dapur), para (tempat menyimpan alat-alat masak di atas tungku dapur) dan embang (jurang), lingling (tebing), mbal-mbal (padang rumput). Ini yang menjadi dasar setiap guru di Karo selalu mengadakan persentabin (mohon ijin) kepada nini beraspati sebelum melakukan ritual, tergantung dalam konteks mana upacara akan dilakukan, apakah kepada beraspati taneh, beras pati air, beraspati kerangen atau beraspati kabang dan kadang-kadang para guru menggabungkan beberapa beraspati yang dianggap penting dapat membantu kesuksesan suatu upacara ritual yang mereka adakan, seperti dalam upacara perumah begu seorang guru si baso mengadakan persentabin kepada beraspati taneh dan beraspati rumah agar mereka masing-masing sebagai inti kehidupan tersebut tidak mengganggu atau menghambat jalannya upacara. Dalam melaksanakan sebuah ritual, biasanya dilakukan dengan meletakkan sebuah sirih yang biasa disebut belo cawir (sirih, kapur, pinang dan gambir). Belo cawir ini merupakan lambang diri manusia 14. Adanya kehidupan pada manusia disebabkan bekerjanya ketiga unsur tersebut sebagai metabolisme tubuh manusia yang saling mengatur peradaran darah dalam tubuh. 14 Tarigan, Henry Guntur, op. cit, hlm

25 Masyarakat Karo juga mempunyai pandangan mempunyai perbedaan yang sifatnya umum antara alam gaib dan alam biasa. Alam gaib ditunjukkan dengan pemakaian kata ijah (di sana) dan alam manusia biasa dengan kata ijenda (di sini). Dalam peristiwa pemanggilan roh-roh orang mati tersebut/datang dari negri seberang, sedangkan alam biasa tempat kehidupan manusia, tidak ada seorangpun yang tahu pasti dimana, hal ini kata seberang yang dalam pengertian para guru dianggap melewati suatu batas yang ditandai oleh lau (air), sehingga disebut negri sebrang, harus menyebrangi sesuatu untuk sampai ketempat tersebut yang disebut sebagai i jah (di sana). Dalam hal ini diungkapkan bahwa lau (air) merupakan penghubung antara manusia dan roh-roh yang telah mati. Hal ini pula yang menyebabkan banyak guru memakai air yang ditempatkan dalam suatu mangkuk putih, terutama jika guru merasa bahwa penyebab dari kedaan yang tidak seimbang pada diri manusia tersebut disebabkan karena ada hubungannya dengan roh-roh orang mati yang mengganggu. sebutan i jah dan i jenda tidak berarti adanya suatu wujud pasti tertentu sebagai alam gaib. Kata tersebut hanya untuk membedakan alam gaib dengan alam biasa. Alam gaib sendiri berada bersama-sama di sekitar manusia. semua tempat sektiar manusia adalah juga alam gaib, namun alam gaib tersebut digambarkan sebagai suatu alam yang tidak terlihat. Dalam tempat tinggal kita ini pun banyak sekali orang halus yang tidak terlihat oleh mereka yang tidak dua lapis matanya, demikian juga dengan keramat, sangat banyak juga tempat-tempat yang di keramatkan terutama di hutan-hutan juga. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan orang karo yang sangat erat dengan tendi (jiwa). Oleh karena itu hubungan manusia dengan alam gaib hanya dapat di lakukan 54

26 melalui jiwa yang dimiliki oleh manusia itu sendiri. itulah sebabnya dalam melakukan hubungan dengan orang-orang yang telah meninggal, seorang guru (guru si baso) menggunakan tendinya dengan bantuan tendi-tendi yang lain disebut jenujung (junjungan). junjungan itu adalah sebagai kekuatan dari luar diri seorang guru yang dapat membantunya sebagai roh gaib pelindung dirinya. Bagi orang Karo guru harus memiliki kemampuan meramal, membuat upacara ritual, berhubung dengan roh atau mahluk gaib, perawatan serta penyembuhan kesehatan dan juga memiliki pengetahuan yang mendetail mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan. Beberapa dari upacara-upacara ritual ini masih di temukan di masyarakat desa Juhar terutama untuk penyembuhan beberapa penyakit demi mencapai keseimbangan dalam individu, upacara-upacara tersebut ada yang bersifat individual dan ada juga yang bersifat komunal yang meliputi kepentingan masyarakat desa Juhar. untuk tujaan komunal, ritual ini cenderung dimaksudkan untuk mencegah malapetaka dalam tingkat desa, atau untuk keselamtan penduduk desa dari suatu ancaman keselamatan ataupun bencana alam. Perkembangan agama kristen di tanah Karo mulai masuk kedaerah Juhar, setelah berdirinya Gereja Batak Karo Protestan GBKP, agama Kristen mulai menyebar luas di tengah-tengah masyarakat desa Juhar. Di bukanya sekolah penginjilan di daerah Brastagi memudahkan para penginjil untuk masuk keseluruh daerah-daerah yang ada di dataran tinggi karo, sehingga sangat banyak desa-desa di daerah Karo mayoritas masyarkatnya menerima agama Kristen, selain itu faktor lainnya adalah para penginjil di daerah Karo merupakan pribumi asli sehingga tidak susah untuk beradaptasi hal ini lah yang menyebabkan agama kristen masuk ke daerah Juhar. 55

27 Sebelum berkembang masyarakat Juhar sudah mulai mengenal agama Kristen karena telah sering mendengar dari keluarga maupun melihat langsung ketika bepergian kedaerah-daerah yang telah mengenal ajaran Kristen. Sebelum masa kemerdekaan, sistem kepercayaan masyarakat desa Juhar masih menganut tradisi-tradisi lama meskipun beberapa rumah tangga telah mengenal dan mengaku sebagai pemeluk agama Kristen Protestan. Pada tahun 1966 mulailah berdiri gedung gereja di desa Juhar, berdirinya gedung gereja tersebut tidak terlepas dari berkembangnya penyebaran ajaran kristen di desa Juhar. Gereja yang pertama berdiri di desa Juhar adalah Gereja Batak Karo Protestan. Dengan berdirinya GBKP di daerah Juhar, mayoritas masyarakat Juhar mulai mengikuti tata cara ibadah agama Kristen dalam menjalankan dan meyakini kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dengan adanya doktrinisasi agama Kristen bagi masyarakat Juhar, secara perlahan-lahan tradisi lama yang sudah lama dijalankan mulai tersaring dan harus di sesuaikan dengan ajaran Kristen tersebut, banyak upacara-upacara maupun ritual-ritual yang bertentangan dengan ajaran kristen kemudian di tinggalkan masyarakat demi kesucian hidup sesuai dengan ajaran agama Kristen itu sendiri. Akan tetapi, beberapa tradisi yang tidak bertentangan masih dijalankan. Hingga tahun 1970-an agama yang berkembang di desa Juhar hanyalah agama Kristen Protestan dengan di bawah naungan GBKP. 56

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Letak Desa Desa Lau Rakit merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Lau

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH. Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH. Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota BAB II GAMBARAN UMUM DESA TONGKOH 2.1 Letak Geografis Desa Tongkoh berada diantara jalan raya Berastagi-Medan, jarak dari Ibukota Kabupaten ke desa ini lebih kurang sekitar 26 km, sedangkan dari kota Berastagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita negara Bineka tunggal ika, yang terdiri dari beberapa suku Bangsa dengan berbagai adat istiadat, bahasa dan kebudayaanya.namun kesemuanya adalah

Lebih terperinci

Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo

Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo 1.1. Profil Karo adalah salah Suku Bangsa asli yang mendiami Pesisir Timur (Ooskust) Sumatera atau bekas wilayah Kresidenan Sumatera Timur, Dataran Tinggi Karo, Sumatera

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Timbangan Perangin-angin : Medan Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) 2. Nama : Mail bangun : kabanjahe Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional

Lebih terperinci

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 Alur dalam bab ini dimulai dengan deskripsi sejarah, dan terbentuknya Desa Hutajulu, kemudian menjelaskan desa dan seluruh isi desa tersebut hingga tahun 1960 yang

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 INFORMED CONSENT Lembar Pernyataan Persetujuan oleh Subjek Saya yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buahbuahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup, sehingga manusia harus menanam padi, sayur-sayuran, buahbuahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk dapat hidup manusia memiliki banyak kebutuhan untuk dapat menopang kelangsungan kehidupannya. Kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi kebutuhan primer (pangan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang memiliki keberagaman budaya, suku, ras, agama dan lain-lain. Keberagaman yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sidikalang merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Dairi,

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sidikalang merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Dairi, BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Letak Geografis Sidikalang merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Jarak kecamatan dengan pusat pemerintahan hanya

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo.

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo. 242 GLOSARIUM Aditia Aditia Naik Aditia Turun Aerophone : Hari pertama dalam sistem penanggalan Karo. : Hari kedelapan dalam sistem penanggalan Karo. : Hari ke-22 dalam sistem penanggalan Karo. : Alat

Lebih terperinci

Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo

Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo 9 Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo Marta Ulina Perangin angin 1) J ika kita melihat judul yang tertera di atas, maka akan terlintas di dalam benak

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TENTANG OBJEK WISATA BUDAYA RUMAH ADAT KARO SIWALUH JABU

BAB II URAIAN TENTANG OBJEK WISATA BUDAYA RUMAH ADAT KARO SIWALUH JABU BAB II URAIAN TENTANG OBJEK WISATA BUDAYA RUMAH ADAT KARO SIWALUH JABU 2.1 Sejarah Kerajaan Desa Lingga Nama Desa Lingga di Kabupaten Karo mulai dikenal sejak kedatangan keturunan Raja Linggaraja dari

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI 2.1. Letak Geografis Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata pencaharian utama masyarakat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA. serta menetap di Tanah Karo. Menurut orang tua dahulu, Togan Raya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA. serta menetap di Tanah Karo. Menurut orang tua dahulu, Togan Raya merupakan BAB II GAMBARAN UMUM PETANI BUNGA DI DESA RAYA 2.1. Sejarah Desa Raya Nama Desa Raya pada mulanya berawal dari sebuah marga karo yang bernama Togan Raya. Togan Raya merupakan manusia pertama suku karo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2 BAB II ONAN RUNGGU 2.1 Letak Geografis Onan Runggu adalah satu wilayah di Kabupaten Samosir yang terletak diantara 2 o 26 2 o 33 LU dan 98 o 54 99 o 01 BT dengan ketinggian 904 1.355 meter di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka sama. - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Martelu. - Sebelah Selatan berbatasan dengan DATI II Karo

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Suka sama. - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Martelu. - Sebelah Selatan berbatasan dengan DATI II Karo BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIKEBEN 1965-1998 2.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Desa Sikeben Desa Sikeben merupakan satu desa kecil yang ada di wilayah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan

BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN. km, sedangkan jarak Desa ke Ibukota kabupaten sekitar 15 km. Jarak dengan BAB II GAMBARAN LOKASI DESA BANGUN 2.1. Letak dan Lokasi Desa Bangun merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi. Jarak Desa Bangun ke Ibukota kecamatan sekitar 7 km,

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Geografis a. Letak Desa Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Memiliki luas 71,61 km 2 dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah media yang digunakan manusia untuk memberitahu, menyatakan, dan mengungkapkan isi pikirannya. Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki sekitar 500-an suku bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik, agama dan ras yang hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Karo merupakan suku bangsa tersendiri dalam tubuh bangsa Indonesia. Suku Karo mempunyai bahasa tersendiri yaitu bahasa Karo. Suku Karo yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan bertanggung jawab dan pembangunan bangsa, baik sebagai

Lebih terperinci

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO BAB III ALASAN PENENTUAN BAGIAN WARIS ANAK PEREMPUAN YANG LEBIH BESAR DARI ANAK LAKI-LAKI DI DESA SUKAPURA KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO A. Keadaan Umum Desa Sukapura 1. Keadaan Geografis Desa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS 13 BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS A. Geografi Kelurahan Terkul adalah kelurahan yang terletak di samping kota Batupanjang kecamatan Rupat, dengan status adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI

BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI BAB II GAMBARAN UMUM DESA MUARA JALAI A. Kondisi Geografis dan Demografis 1. Keadaan Geografis Desa Muara Jalai merupakan salah satu dari Desa yang berada di Kecamatan Kampar utara Kabupaten Kampar sekitar

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dan dilestarikan dengan cara cara yang tradisional. Masyarakat. lingkungan dimana mereka bertempat tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dan dilestarikan dengan cara cara yang tradisional. Masyarakat. lingkungan dimana mereka bertempat tinggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hampir setiap komunitas masyarakat mempunyai pengetahuan yang diturunkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, dikembangkan dan dilestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik tanah yang muncul sering sekali terjadi karena adanya masalah dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami

BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO 2.1 Domisili Orang Karo Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami sebagian besar daerah Sumatra Timur, wilayah ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah sistem dari kumpulan nilai, gagasan, dan praktek yang memiliki fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebuah sistem dari kumpulan nilai, gagasan, dan praktek yang memiliki fungsi 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Representasi Sosial 1. Definisi Representasi Sosial Moscovici (dalam Smith, 2011) mengartikan reprensentasi sosial sebagai sebuah sistem dari kumpulan nilai, gagasan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Tanjung 1. Keadaan Geografis Desa Tanjung termasuk desa yang tertua di Kecamatan XIII Koto Kampar dan Desa Tanjung sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR A. Letak Dan Sejarah Geografis Pada tahun 1923 Jepang masuk yang diberi kekuasaan oleh Raja Siak untuk membuka lahan perkebunan karet dan sawit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebelum agama-agama besar (dunia), seperti Agama Islam, katolik, Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, ternyata di Indonesia telah terdapat agama suku atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki satu ruang tanpa kamar atau pembatas, yang berfungsi untuk tempat tinggal serta memusyahwarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah tersebut merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis dimana terdapat BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Penelitian ini dilakukan di Desa Kebun Durian Kecamatan Gunung Sahilan Kabupaten Kampar. Daerah ini mempunyai luas wilayah ± 28.500 Ha. Daerah

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS A. Kondisi Geografis Kelurahan Lomanis merupakan salah satu kelurahan dari 4 wilayah kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya disebelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya yang memberikan perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkah laku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada karena ada masyarakat pendukungnya. Salah satu wujud kebudayaan adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba

BAB II. IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk. 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba BAB II IDENTIFIKASI GEREJA KATOLIk 2.1 Sejarah Berdirinya Gereja Katolik Santo Diego Martoba Pada tahun 1952 penduduk km 9 dan 10 yang sebahagian besar berasal dari toba samosir dan janjiraja yang beragama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat jejak keberadaannya, salah satunya adalah Rumah Tradisional Kalak Karo atau disebut dengan Siwaluh

Lebih terperinci

BAB II DESA SIDODADI BATU 8 SEBELUM MUNCULNYA USAHA BATU BATA. Desa ini berdampingan dengan desa-desa lain yang berada pada Kecamatan Pagar

BAB II DESA SIDODADI BATU 8 SEBELUM MUNCULNYA USAHA BATU BATA. Desa ini berdampingan dengan desa-desa lain yang berada pada Kecamatan Pagar BAB II DESA SIDODADI BATU 8 SEBELUM MUNCULNYA USAHA BATU BATA 2.1. Letak Geografis Desa Sidodadi Batu 8 adalah salah satu desa yang berada pada Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA. daerahnya sejuk dan sangat berpotensial. BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENANGGUNGAN KECAMATAN WANAYASA KABUPATEN BANJARNEGARA A. Keadaan Geografi Wanayasa merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, terletak

Lebih terperinci

BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI. penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan

BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI. penggunaan musik tiup dan faktor- faktor yang melatar-belakangi penerimaan dan BAB II KONDISI GEOGRAFIS MASYARAKAT KARO DI DESA SURBAKTI Pada bab ini dimulai dengan penjelasan singkat mengenai kondisi geografis desa Surbakti yang kemudian dilanjutkan dengan latar belakang sejarah

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu Negara kesatuan yang menganut paham demokrasi, memiliki 33 provinsi yang terbagi kedalam lima pulau besar yaitu Pulau Jawa, Pulau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa yang tersebar dari sabang sampai merauke. Keunikan tersebut menjadi nilai tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk sebagian besar tinggal di daerah pedesaan. Rakyat kita menggantungkan nasibnya bekerja di sektor

Lebih terperinci

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n T E N T A N G P E R M A K U L T U R S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n A PA ITU P ERMAKULTUR? - MODUL 1 DESA P ERMAKULTUR Desa yang dirancang dengan Permakultur mencakup...

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa Hutajulu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Onan Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang berpotensi, dan yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini Desa Tenganan Pegringsingan II Oleh: I Ketut Darsana, Dosen PS Seni Tari Jika dilihat dari bentuk geografisnya, desa Tenganan Pegringsingan berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai. 36 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1. Keadaan Geografis 4.1.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Sungai Jalau merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Kampar Utara, Kecamatan Kampar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memanfaatkan lahan untuk melakukan aktivitas mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan unsur dari geosfer yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kehidupan manusia sangat tergantung pada lahan. Manusia memanfaatkan lahan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci