BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan bagi masyarakat merupakan salah satu tahap penting
|
|
- Yuliana Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi masyarakat merupakan salah satu tahap penting kehidupan bahkan sebagai salah satu peristiwa hidup yang dinanti-nantikan. Pesta dan berbagai upacara sakral serta meriah biasanya digelar sebagai wujud dari ungkapan suka cita, rasa syukur serta doa dan harapan akan kehidupan rumahtangga yang langgeng, rukun dan bahagia bagi pasangan yang menikah. Di Indonesia, wanita yang melewati usia matang tetapi belum juga memiliki pasangan atau menikah oleh masyarakat biasa disebut perawan tua begitu juga dengan pria yang sudah dewasa tetapi tidak kunjung menikah disebut bujang lapuk, yang secara tidak langsung mereka dikatakan tidak laku atau bukan orang yang tepat untuk dijadikan sebagai pasangan hidup. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam masyarakat budaya Timur khususnya di Indonesia, masih memiliki pandangan bahwa menikah adalah sebuah keharusan bagi setiap individu. Proses mendapatkan pasangan pun dapat dilalui dengan berbagai cara, mulai dari cara tradisional dalam bentuk perjodohan atau dengan memilih pasangan sendiri. Bagaimanapun proses yang dilalui dalam memperoleh pasangan hidup, pada dasarnya setiap orang tentu memimpikan kehidupan pernikahan yang langgeng, harmonis dan bahagia. Selain adanya beberapa tujuan dan alasan pernikahan yang diantaranya untuk melanjutkan keturunan, ekonomi, agama dan emosi, pernikahan sebenarnya juga diketahui banyak memberi dampak positif bagi kehidupan 1
2 2 individu. Dampak positif pernikahan tersebut diperkuat dengan adanya beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa orang yang menikah ternyata lebih bahagia dan sehat dibandingkan dengan orang yang tidak menikah (Compton, 2005). Lebih lanjut dijelaskan bahwa kualitas pernikahan juga merupakan prediktor yang signifikan untuk kesehatan seseorang dan memberi keuntungan pada kesehatan psikologis. Proses memilih pasangan hidup untuk hubungan resmi (menikah) ditemukan di setiap individu dalam semua budaya, dan 90% orang di dunia dalam keadaan tertentu memiliki keinginan untuk menikah (Campbell dan Ellis, 2005). Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut, maka dapat dilihat bahwa pada dasarnya setiap individu pasti memiliki keinginan untuk memiliki pasangan hidup. Pernikahan merupakan sebuah tahapan hidup yang penting dalam kehidupan, di dalamnya menyimpan banyak harapan dan tujuan yang jika dijalankan dengan baik, maka pernikahan sebenarnya banyak memberi keuntungan dan dampak positif bagi pasangan. Westermarck (2013) seorang antropolog, mendefinisikan pernikahan sebagai kelebihan atau kekurangan hubungan antara pria dan wanita hingga memberikan keturunan, sedangkan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 di Indonesia, perkawinan adalah ikatan lahir batin seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Berdasarkan definisi tersebut, maka jelas bahwa di negara manapun bahkan di Indonesia, mengakui bahwa pernikahan adalah suatu hal yang suci dan patut diakui dan dilindungi
3 3 secara hukum. Menurut Stenberg (1987) cinta adalah salah satu alasan yang merupakan faktor utama individu untuk menikah, maka dapat dilihat bahwa pernikahan sebenarnya merupakan salah satu bentuk dari komitmen terhadap cinta. Pernikahan adalah sebuah komitmen dan kelanjutan hubungan serius pada pria dan wanita dalam sebuah ikatan legal (rumah tangga) sebagai suami istri. Sebuah rumah tangga diawali oleh pasangan yang tentu memiliki latar belakang yang berbeda. Bukanlah hal yang mudah untuk menyatukan dua individu dalam sebuah komitmen yang di dalamnya harus melangkah bersama untuk mewujudkan visi dan misi menjadi rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, terbukti dengan banyaknya kegagalan pernikahan dengan peningkatan jumlah perceraian dari tahun ke tahun baik di Indonesia maupun negara lain. Perlu diketahui bahwa ternyata data dari BPS (Badan Pusat Statistik) menyebutkan jika pada tahun 2004 saja angka perceraian di Indonesia cukup tinggi dibandingkan dengan negara tetangga di Asia seperti Malaysia, Singapura dan lainnya. Perkara perceraian terus menerus meningkat meskipun pada kenyataannya diketahui bahwa dari enam level dalam skala yang ada dalam data American Psychiatric Association, perceraian menempati level ke-empat sebagai salah satu penyebab stres tertinggi setelah stres akibat kehilangan orangtua yang disebabkan karena kematian (Stevenson & Black, 1995). Setiap orang tentu menginginkan pernikahan sekali seumur hidup, tetapi pada kenyataannya menjalani hidup berumahtangga bukanlah hal yang mudah. Menjadi sebuah keprihatinan bahwa angka perceraian meningkat setiap
4 4 tahunnya. Angka perceraian di Indonesia sendiri sesuai data Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kementrian Agama (2012) Indonesia meningkat setiap tahunnya. Data tersebut menyebutkan bahwa sekitar pasangan yang menikah secara sah pada akhirnya bercerai setiap tahunnya. Peningkatan angka perceraian sebenarnya sudah terlihat melalui pengamatan Camnack (2013), seorang guru besar dari Southwestern School of Law-Los Angeles yang menyebutkan bahwa sejak tahun 1950-an angka perceraian di Asia Tenggara tidak terkecuali Indonesia termasuk tinggi, dari setiap 100 perkawinan akan terdapat 50 perkawinan yang berakhir dengan perceraian dan 70% perkawinan diantaranya adalah cerai gugat. Tetapi pada tahun 1970-an hingga 1990-an, tingkat perceraian yang tercatat di Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara menurun drastis, tetapi kemudian meningkat secara signifikan di tahun 2001 hingga Data dari media informasi perkara pengadilan agama seluruh Indonesia pada tahun 2014 menyebutkan bahwa cerai gugat mendominasi jenis perkara perceraian, yaitu sebanyak perkara dibanding dengan perkara karena cerai talak (www://perkara.net/framework). Lebih lanjut lagi mengenai data jumlah perceraian terbaru untuk tahun 2014 di pengadilan agama seluruh Indonesia yang diperoleh dari dapat dilihat dalam gambar 1.1. mengenai data perkara perceraian Pengadilan Agama seluruh Indonesia sebagai berikut:
5 5 5 Sumber: Gambar 1.1. Data Perkara Perceraian Pengadilan Agama Seluruh Indonesia
6 6 Perceraian merupakan sebuah aturan legal mengenai perpisahan antara pasangan (suami-istri). Dalam pandangan beberapa agama seperti di Indonesia, perceraian dimaknai dengan berbagai macam sudut pandang. Agama Kristen Katolik tidak memperbolehkan adanya perceraian, tetapi agama Islam memiliki aturan yang lebih longgar dan fleksibel, meskipun disebutkan secara jelas dalam pandangan Islam bahwa pada dasarnya perceraian merupakan salah satu hal yang paling dibenci oleh Tuhan (Allah). Secara formal, hukum perkawinan Agama Katolik memang tidak memperbolehkan adanya perceraian pada pasangan yang sudah menikah karena pernikahan Katolik bersifat monogram atau tidak terceraikan (Dokumen Konsili Vatikan II, 1993), akan tetapi pada kenyataannya banyak terdapat kendala dan masalah dalam rumah tangga yang pada akhirnya tidak dapat membendung keputusan suami istri untuk bererai. Indonesia memiki hukum yang telah memberikan fasilitas dalam upaya pencegahan kasus perceraian, pada pasangan yang menikah dalam hukum Islam, terdapat proses konseling dan penanganan pertama dalam pencegahan perceraian dilakukan oleh BP4 (Badan Penasihat Pembinaan Pelestarian Perkawinan), sedangkan pernikahan hukum Katolik memiliki Komisi Keluarga yang menangani konseling pernikahan dan penanganan pencegahan perceraian. Pemicu perceraian memiliki variasi di setiap wilayah, seperti di Pulau Jawa pada tahun 2010 tercatat bahwa ketidakharmonisan rumah tangga memiliki prosentase pemicu perceraian terbesar yaitu 56%, sedangkan masalah ekonomi menempati urutan kedua sebesar 33%, faktor cemburu 9% dan masalah politik sebesar 2%. Hal ini ditunjukkan dalam gambar 1.1 sebagai berikut.
7 7 Gambar 1.2. Pemicu Terjadinya Perceraian di Pulai JawaTahun 2010 Dari gambar 1.3 di bawah ini maka terlihat bahawa di Pulau Jawa pada tahun 2010, Jawa Barat memiliki angka tertinggi dalam kasus perceraian sebesar kasus, sedangkan Jawa Timur menempati urutan kedua sebanyak kasus dan Jawa tengah sebanyak kasus. Sumber: Gambar 1.3. Kasus Perceraian di Pulau Jawa Tahun 2010 Proses perceraian melalui beberapa tahap atau proses. Sebelum mengajukan permohonan perceraian di pengadilan, pihak penggugat harus
8 8 meminta pengantar dari pihak-pihak terkait termasuk perangkat desa yang sebelum menyerahkan pengantar dan sidang perceraian dilanjutkan di pengadilan, penggugat akan mendapat konsultasi singkat terlebih dahulu agar mempertimbangkan kembali keputusannya, bahkan diberi kelonggaran waktu untuk mediasi. Suami-istri yang sudah bercerai disebut janda (wanita) dan duda (pria). Pengalaman emosional yang kompleks selama masa perselisihan dengan pasangan, proses selama dan sesudah perceraian tentu bukanlah hal yang mudah dilalui oleh individu, sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu single mother berisial (R) dalam sebuah wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa proses perceraian adalah salah satu pengalaman yang menguras air mata selain karena proses dan prosedurnya yang berbelit-belit, harapan akan pernikahan yang langgeng dan bahagia secara legal dan nyata harus berakhir dan dihadapi sejak saat itu. Kekerasan yang dialami dari mantan suaminya memberikan trauma tersendiri selama menjalani pernikahan begitu juga setelah perceraian terjadi. Masalah ekonomi dan stigma negatif dari masyarakat diungkapkannya sebagai hal berat yang paling dirasakan. Dampak perceraianpun tidak hanya ia yang merasakan, tetapi orangtua dan anak juga ikut menangggungnya. Ada berbagai macam reaksi single mother dalam menghadapi berbagai macam permasalahan hidupnya. Dukungan keluarga dan lingkungan diketahui merupakan salah satu faktor pendukung pencapaian resiliensi single mother sebagaimana diketahui melalui sebuah wawancara pendahuluan pada seorang single mother bernisial (Yi) yang mengungkapkan bahwa setelah bercerai ia banyak dibantu oleh keluarga dan teman, baik bantuan tersebut berupa
9 9 dukungan moril maupun materiil berupa bantuan keuangan dan lain-lain. Hal itu diungkapkan merupakan faktor penting yang akhirnya membuat ia menjadi lebih kuat dan dapat bangkit dari keterpurukan setelah bercerai. Perceraian memang akan berdampak besar pada kehidupan kedua belah pihak (pasangan yang sudah bercerai), terlebih lagi jika sudah memperoleh keturunan (anak), salah satu dampaknya diungkap melalui penelitian Wallerstain (2005) yang menjelaskan bahwa dampak perceraian pada anak melalui pengalaman tumbuh dalam perceraian orangtua akan mempengaruhi konflik pernikahan serta kecemasan akan cinta dan komitmen di masa dewasa. Penemuan terhadap 131 anak dengan orangtua yang bercerai baru menunjukkan adanya tanda pemulihan secara psikologis setelah dua tahun perceraian. Tahap ini ditandai dengan (1) berkurangnya pertengkaran orangtua (2) pengaturan ekonomi secara adil (3) anak sudah mulai melanjutkan hubungan dengan kedua orangtua. Pasangan yang telah bercerai juga akan menerima konsekuensi dari keputusan mereka. Gambaran konsekuensi yang harus diterima adalah perubahan pemenuhan kebutuhan seksual, finansial dan psikologis, single parent, serta adanya stigma sosial negatif bagi wanita yang bercerai (janda) karena bagi sebagian masyarakat timur berpendapat bahwa perceraian adalah hal yang memalukan dan menjatuhkan martabat (Sudarto dan Wirawan, 2001). Tentu hal-hal tersebut akan menambah beban bagi seseorang yang tadinya memiliki pasangan untuk berbagi, tetapi kemudian harus memenuhi semua kewajibannya seorang diri. Beban dan konsekuensi yang dihadapi tersebut dapat menjadi pemicu adanya tekanan psikologis pada individu yang mengalami perceraian.
10 10 Dalam sebuah penelitian di India, wanita yang mengambil risiko bercerai memiliki kesulitan yang akhirnya menimbulkan stres karena setelah bercerai harus meninggalkan anak untuk mencari nafkah (bekerja) untuk memenuhi kebutuhan hidup karena kecemasan akan masa depan anaknya (Rani, 2006). Hal ini diperkuat dengan adanya hasil penelitian pada tahun berikutnya dari Cakir (2010) yang menginvestigasi tentang pengalaman stres dua puluh lima partisipan dengan status single mother di Turki. Penelitian ini menggunakan wawancara melalui telepon dengan pertanyaan semi terstruktur dan membuktikan bahwa masalah finansial atau ekonomi, pemenuhan atau menggantikan peran pasangan, serta perilaku atau reaksi budaya setempat pada janda merupakan hal-hal yang harus dihadapi oleh seorang janda. Penelitian tersebut juga mengungkapkan akan pentingnya sumber dukungan dari keluarga (68%, N=17), dukungan dari teman (36%, N=9), dukungan emosional berupa bantuan dan nasihat dari nenek (28%, N=7), dukungan dari diri sendiri (28%, N=7), dukungan mantan suami baik finansial, sosial maupun emosional (20%, N=5), dukungan finansial dari teman (16%, N=4). Sumber dukungan lain yang disebutkan oleh partisipan adalah adanya pertolongan psikologis, dukungan finansial dari tetangga dan lingkungan kerja. Dari beberapa penelitian tersebut diatas maka dapat dilihat gambaran kehidupan dan konsekuensi sebagai single mother yang tentunya tidak mudah. Gambaran dan data riil tersebut akan lebih lengkap jika didukung dengan adanya penelitian kembali sebagai pelengkap dan tambahan data mengenai single mother di Indonesia yang menganut karakter serta paradigma budaya Timur. Budaya patriarchy yang banyak digambarkan dalam perkawinan Jawa yang memiliki konsep wanita (istri) sebagai kanca wingking (teman di belakang)
11 11 dan surga nunut neraka katut (ke surga turut, ke nerakapun ikut) dikonstruksikan sebagai wujud bahwa istri Jawa diharuskan untuk selalu taat dan patuh pada suami (Sari, 2008). Konsep tersebut terasa sebagai sesuatu yang pakem, mendasar dan tidak dapat diubah lagi serta menyengsarakan pihak istri baik disadari maupun tidak. Dari hal tersebut terlihat kesan bahwa istri atau wanita memiliki kedudukan lebih rendah dari laki-laki, begitu juga ketika seorang wanita menjadi janda. Lebih lanjut Sari (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa budaya isin atau malu menjadi salah satu alasan mengapa wanita Jawa harus berpikir berulang kali jika memutuskan untuk bercerai dengan suaminya (Harjowirogo, 1983). Meskipun di jaman modern dan adanya emansipasi wanita dalam berkarier dan berekspresi, bagaimanapunwanita di Indonesia cenderung tetap memiliki ketergantungan dan keterikatan ekonomi, emosional dan peran terhadap pasangan (suami). Lebih dari itu, kaitannya dengan kehidupan sosial, wanita yang mengalami perceraian (janda) adalah sasaran yang akan mendapat stigma negatif dari masyarakat, sedangkan pada umumnya laki-laki tidak mengalaminya. Penelitian dari Biblarz dan Gottainer (2000) membuktikan bahwa wanita yang menjadi janda karena perceraian memiliki tingkat kesulitan hidup dan stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang menjadi janda karena kematian pasangan. Dari berbagai pemaparan diatas, maka dapat dilihat bahwa menjadi single mother dengan latar belakang budaya Jawa yang mengusung konsep patriarchy dan stigma negatif masyarakat akan janda bukanlah hal yang mudah. Seorang single mother dengan latar belakang dan hidup dalam masyarakat dengan
12 12 budaya tersebut membutuhkan ketahanan psikis yang baik agar tetap dapat melanjutkan hidup sebagaimana mestinya. Perceraian memang menjadi salah satu stressor hidup yang pahit untuk dijalani, tetapi jika individu dapat melewati semua kesulitan yang terjadi dan memiliki resiliensi yang baik, maka segala kesulitanpun dapat dilewati dengan baik pula, termasuk bagaimana single mother menghadapi berbagai tekanan hidup sebagai konsekuensi perceraian. Topik ini tentu menjadi sangat menarik karena single mother pasti melalui banyak tantangan dan kesulitan hidup setelah bercerai. Penyesuaian yang dialami setelah tidak ada pasangan, berikut berbagai tanggung jawab yang harus dilakukan seorang diri tentu bukanlah hal yang mudah. Setiap single mother pasti memiliki cerita dan pengalaman sendiri mengenai perjalanan hidup yang cenderung berat setelah perceraian terjadi hingga mereka dapat menata hidup kembali dan mulai menyesuaikan diri dengan hidup baru tanpa pasangan. Hal tersebut menjadi motivasi peneliti untuk melanjutkan penelitian-penelitian mengenai single mother karena perceraian, tetapi dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk lebih mengupas tentang dinamika resiliensi single mother karena perceraian, khususnya pada single mother dengan latar belakang budaya Jawa, sebagaimana diketahui bahwa setiap budaya membawa karakteristik sendiri dalam pola dan perspektif masyarakatnya. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya dari Bernando, Cocano dkk (2007) yang membuktikan bahwa latar belakang dan karakter budaya akan mempengaruhi faktor resiliensi seseorang.
13 13 B. Pertanyaan Penelitian Dari berbagai pandangan mengenai penelitian sebelumnya mengenai topik yang berhubungan dengan penelitian ini dan berbagai fakta permasalahan yang ada, maka peneliti memiliki pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimana dinamika resiliensi single mother? 2. Stressor apa saja yang dihadapi single mother sebelum, selama dan sesudah perceraian terjadi? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi single mother hingga pada akhirnya dapat mencapai resiliensi? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sebagaimana penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menggali bentuk tekanan psikologis, dinamika psikologis serta faktor-faktor yang mempengaruhi single mother dalam mencapai resiliensi yang baik. Sejalan dengan itu, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberi sumbangan untuk kekayaan keilmuan khususnya dalam psikologi klinis dan keluarga, serta menjadi rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dan menambah pengetahuan, gambaran sekaligus masukan dalam penanganan kasus perceraian bagi pihak-pihak terkait, baik bagi individu, keluarga, lingkungan, konselor, terapis maupun instansi.
14 14 D. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian terdahulu yang relevan yang dapat menjadi acuan penelitian ini diantaranya adalah penelitian dari Bergeman dan Bisconti (2006) Psychological Resilience, Positive Emotions, and Successful Adaptation to Stress in Later Life yang menginvestigasi tentang resiliensi psikologis dan emosi positif dalam kaitannya dengan proses mengatasi stres. Peneliti memakai janda sebagai subjek penelitian dan akhirnya mengambil kesimpulan bahwa ternyata emosi positif akan mempengaruhi resiliensi yang baik dalam mengatasi stres sehari-hari. Terdapat pula penelitian Changes in family financial circumtances and the physical health of married and recently divorced mothers dari Wickrama, Lorenz, Conger, dkk (2006). Penelitian tersebut mengambil single mother sebagai subjek penelitian dan menemukan bahwa kesulitan ekonomi atau masalah finansial adalah salah satu perubahan yang harus dihadapi dan menjadi stressor oleh single mother karena harus bekerja untuk kelangsungan hidup dan masa depan anak setelah perceraian. Penelitian selanjutnya dengan mengambil subjek yang sama dan topik seputar perceraian adalah Child Care by Poor Single mothers: Study of Mother- Headed Families in India yang dilakukan oleh Rani (2006). Penelitian ini mengambil latar belakang kehidupan single mother di India yang harus bekerja dan meninggalkan anak karena peran suami sebagai pencari nafkah setelah bercerai harus digantikan single mother sendiri dan kecemasannya akan masa depan anaknya. Cakir (2010) membuat penelitian A pilot study on stress and support sourcesof single mothers in Turkeys yang bertujuan untuk menginvestigasi
15 15 pengalaman stres pada single mother. Pada akhirnya penelitian menunjukkan bahwa beberapa masalah yang dialami oleh single mother diantaranya adalah masalah finansial seebagai konsekuensi ketiadaan pasangan sebelumnya, adanya pemenuhan atau penggantian peran pasangan, respon atau perilaku budaya pada single mother dan menekankan pentingnya dukungan keluarga, teman dan mantan suami baik dalam bentuk dukungan finansial, emosional dan sosial. Sejalan dengan penelitian-penelitian di atas, Chen, Gu, dan Chen (2012) yang menggunakan 271 subjek penelitian single mother di Cina menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa gaya pengelolaan sumber daya keluarga tergantung pada pengetahuan single mother dan adanya pengaruh latar belakang pendidikan. Dari berbagai gambaran penelitian diatas, peneliti pada dasarnya mengambil karakteristik subjek penelitian yang sama dengan penelitianpenelitian tersebut, yaitu single mother. Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah variabel dan metode penelitian yang dipakai, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif berupa wawancara dan observasi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam. Penelitian ini juga dilakukan di Indonesia (Yogyakarta) sehingga memungkinkan latar belakang budaya akan mempengaruhi hasil penelitian.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa langgeng hingga usia senja bahkan sampai seumur hidupnya. Kenyataan justru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.
Lebih terperinciKECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI
KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : WIDYA YULI SANTININGTYAS F100.050.270 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciPERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA
PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama. Hindu adalah salah satu agama yang di akui oleh negara. Keanekaan merupakan ciri khas negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
Lebih terperinciSecara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling
A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap pasangan menikah pasti menginginkan agar perkawinannya langgeng hingga akhir hayat mereka. Namun, dalam kenyataannya harapan akan kelanggengan perkawinan
Lebih terperinci2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian tentunya secara tidak langsung memiliki andil dalam menciptakan permasalahan sosial di masyarakat. Perceraian dalam rumah tangga, dapat dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama masa hidupnya, individu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas perkembangan yang
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan
PUTUSAN Nomor 0930/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti melakukan akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang lakilaki dengan seorang perempuan
Lebih terperincib. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan
BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan hidup adalah dengan peningkatan ekonomi. Didalam orang yang sudah berkeluarga tentunya mempunyai berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciSalinan P U T U S A N
Salinan P U T U S A N Nomor : /Pdt. G/2010/PA. Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK A. Alasan-alasan Pengajuan Izin Perceraian Pegawai Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan pribadi, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial yang saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah menciptakan dengan sempurna sehingga realitas ini dicetuskan oleh Aristoteles pada
Lebih terperinciDINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG BERCERAI (Studi Tentang Penyebab dan Status Janda Pada Kasus Perceraian di Purwokerto)
DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG BERCERAI (Studi Tentang Penyebab dan Status Janda Pada Kasus Perceraian di Purwokerto) Oleh : Nur aeni *) Retno Dwiyanti*) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : /Pdt.G/2011/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : /Pdt.G/2011/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc.
PUTUSAN Nomor : 301/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara cerai gugat pada
Lebih terperinciP U T U S A N. NOMOR: XXX/Pdt.G/2011/PA.Ktb BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N NOMOR: XXX/Pdt.G/2011/PA.Ktb BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya dua orang ke dalam suatu ikatan yang di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta meneruskan keturunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang
Lebih terperincibahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat guna melangsungkan kehidupan umat manusia serta untuk mempertahankan eksistensi kemanusiaan di muka bumi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Pengadilan Agama berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, merupakan salah satu badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Kebutuhan itu antara lain saling berkomunikasi, kebersamaaan, membutuhkan pertolongan
Lebih terperinciHalaman 1 dari 8 hal. Putusan Nomor:209/Pdt.G/2011/PA.Pkc
PUTUSAN Nomor: 209/Pdt.G/2011/PA.Pkc BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu para remaja harus memiliki bekal yang baik dalam masa perkembangannya. Proses pencarian identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa cinta dan kasih sayang, dan masing-masing suami-istri memainkan peran pentingnya untuk
Lebih terperinciP U T U S A N. NOMOR : 126/Pdt.G/2010/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
1 P U T U S A N NOMOR : 126/Pdt.G/2010/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA -------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri
1.1. Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN Tiba diriku di penghujung mencari cinta Hati ini tak lagi sepi Kini aku tak sendiri Aku akan menyayangimu Ku kan setia kepadamu Ku kan selalu di sisimu
Lebih terperinci------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Gugat
------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Gugat antara pihak-pihak : ----------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2010/PA.Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor :./Pdt.G/2010/PA.Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciP U T U S A N SALINAN. Nomor 1638/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
SALINAN P U T U S A N Nomor 1638/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sosial yang semakin kompleks menuntut keluarga untuk dapat beradaptasi secara cepat (Sunarti 2007). Duvall (1971) menjelaskan bahwa perubahan ini berdampak pada
Lebih terperinciTENTANG DUDUK PERKARANYA
P U T U S A N Nomor :xxx/pdt.g/2012/pa.ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor 0596/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
SALINAN P U T U S A N Nomor 0596/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinciTENTANG DUDUK PERKARA
P U T U S A N Nomor 1557/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam tingkat pertama
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 018/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN
Salinan P U T U S A N Nomor : 018/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA -------- Pengadilan Agama Donggala yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor 1222/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan
P U T U S A N Nomor 1222/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciBISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
SALINAN P U T U S A N Nomor 1105/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinciBISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
P U T U S A N Nomor 0394/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara
Lebih terperinciBismillahirrahmanirrahim
P U T U S A N Nomor 1417/Pdt.G/2015/PA.Sit Bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, pada bagian ini peneliti akan mengemukakan simpulan hasil penelitian mengenai cerai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan
Lebih terperinciHUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL
HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat S-1 Psikologi Diajukan Oleh: AJENG KARUNIASARI TADJUDDIN F
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di indonesia bagi sebagian masyarakat hampir selalu dipandang sebagai sebuah sistem yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Berbicara mengenai birokrasi menjadi sebuah topik yang tidak ada habisnya menjadi bahan atau topik perbincangan di berbagai kalangan di Indonesia. Perspektif mengenai
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor : 1339/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
PUTUSAN Nomor : 1339/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor : 0127/Pdt.G/2012/PA.Pas
SALINAN PUTUSAN Nomor : 0127/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat
Lebih terperinciBISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
P U T U S A N Nomor 1675/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor 1191/Pdt.G/2014/PA.Pas
PUTUSAN Nomor 1191/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada tingkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor 0268/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
SALINAN P U T U S A N Nomor 0268/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinciTENTANG DUDUK PERKARA
P U T U S A N Nomor 1362/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson (Monks, Knoers & Haditono, 1982:15), ia akan mengalami masa intimacy versus isolation. Pada
Lebih terperinciTENTANG DUDUK PERKARA
P U T U S A N Nomor 0830/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciSALINAN P U T U S A N Nomor 144/Pdt.G/2011/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
SALINAN P U T U S A N Nomor 144/Pdt.G/2011/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi
Lebih terperinciBISMILLAHIRAHMANNIRAHIM
P U T U S A N Nomor 1438/Pdt.G/2015/PA.Sit BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor : 0817/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
PUTUSAN Nomor : 0817/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor 1024/Pdt.G/2014/PA.Pas
PUTUSAN Nomor 1024/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama
Lebih terperinciP U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;
Salinan Nomor : P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Donggala yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor: 174/Pdt.G/2012/PA.Pkc.
PUTUSAN Nomor: 174/Pdt.G/2012/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperincibismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor 0078/Pdt.G/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal
HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor : 0023/Pdt.G/2012/PA.Pas
PUTUSAN Nomor : 0023/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan sangat dianjurkan dalam Islam, terutama bagi mereka yang secara lahir dan batin telah siap menjalankannya. Tidak perlu ada rasa takut dalam diri setiap muslim
Lebih terperinci