BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID"

Transkripsi

1 BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID.1 Perkembangan Sistem Propulsi Manusia telah memimpikan untuk dapat terbang semenjak pertama kali mereka memandang ke angkasa dan menyaksikan burung terbang. Usaha-usaha awal yang dilakukan untuk menaklukan angkasa itu seringkali menemui kendala dan bahkan hanya menghasilkan kegagalan demi kegagalan. Penyebab utama kegagalan ini bukan hanya dikarenakan oleh rancangan dari airfoil maupun sayap benda yang diujikan, atau dengan kata lain dalam aspek pembangkitan gaya-gaya aerodinamika dari wahana terbang tersebut, tetapi juga karena keterbatasan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan sumber dari tenaga yang dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi terbang. Pada masa-masa terakhir pada abad ke-19, beberapa penelitian dan pengembangan dilakukan untuk menciptakan suatu sistem yang mampu memenuhi kebutuhan akan daya untuk mengoperasikan komponen-komponen pada mesin kerja. Penemuan sistem pembangkit daya untuk aviasi pada awalnya merupakan hasil dari penjabaran prinsip-prinsip yang digunakan dalam rancangan mesin dengan ruang bakar internal (internal combustion-engine) sebagai sumber suplai daya. Semenjak mesin dengan ruang bakar internal (internal combustionengine) ini beroperasi dengan baik, berbagai tipe mesin ini mulai dikembangkan dan dirancang. Hasilnya, banyak yang dapat digunakan pada pesawat maupun kendaraan bermotor, namun tidak sedikit pula yang mengalami kegagalan. Kegagalan ini seringkali disebabkan oleh rendahnya tingkat efisiensi, kelemahan dependability (kelemahan sifat material yang kurang mampu bertahan dalm kondisi operasional), mahalnya biaya pengoperasian, keterbatasan berat yang mampu dibebankan, dan berbagai defisiensi-defisiensi lainnya. Perkembangan mesin dengan ruang bakar internal (internal combustionengine) maju sangat pesat pada abad ke-19. Pada tahun 180, Reverend W. Cecil merancang mesin ini untuk pertama kalinya pada suatu seminarnya sebelum adanya Cambridge Philosophical Society di Inggris. Mesin temuannya ini 9

2 beroperasi dengan menggunakan campuran hidrogen dan udara. Pada tahun 1838 penemu asal Inggris, William Barnett, menciptakan mesin gas dengan silinder tunggal yang memiliki ruang bakar pada bagian atas dan bagian bawah dari piston. Tidak seperti mesin bakar modern seperti sekarang ini yang membakar bahan bakarnya yang berupa cairan, mesin ini membakar bahan bakar yang berupa gas. Untuk aplikasi pada dunia penerbangan mesin yang pertama kali digunakan adalah mesin hasil rancangan Wright bersaudara bersama mekaniknya, Charles Taylor, pada penerbangan pertama pada 17 Desember Mesin yang digunakan pada penerbangan ini memiliki spesifikasi : Water cooling, empat silinder, 1 horsepower (8,94 kw), berat 180 pounds (8 kg), dan bahan terbuat dari paduan besi tuang dan alumunium alloy, dan dipicu oleh tegangan magnet yang tinggi (ref. [3]). Perkembangan teknologi pada hampir setiap bidang ilmu pengetahuan di dunia merupakan suatu paradigma yang merupakan konsekuensi dari berkembangnya ide dan inovasi dari para ahli dan peneliti ilmu pengetahuan di seluruh pelosok dunia. Tidak semua ide dan inovasi tersebut memiliki potensi untuk dapat diaplikasikan ke dalam suatu bentuk produk, yang sejatinya merupakan hasil nyata dari pemikiran dan penuangan konsep serta sketsa kasar atas teori dasar yang digunakan untuk mengembangkan suatu advance technology yang bermanfaat bagi kemajuan suatu bidang ilmu tertentu dengan berbagai manfaat baru yang ditawarkan dalam teknologi baru yang akan dikembangkan, baik untuk kalangan industri, konsumen, maupun kelestarian alam semesta. Scientists discover the world that exists; engineers create the world that never was. Theodore von Karman, aerospace engineer. Paradigma diatas adalah salah satu motivator sekaligus alasan utama bagi para peneliti untuk selalu melakukan inovasi teknologi dalam berbagai aspek keilmuan. Untuk melakukan suatu inovasi baru, seorang engineer dituntut untuk tidak hanya memiliki kreativitas dalam berpikir, tetapi juga secara bertahap mampu menuangkan ide-ide dan hasil pemikirannya tersebut ke dalam suatu bentuk yang

3 lebih nyata dan aplikatif sehingga bermanfaat bagi kemajuan peradaban manusia. Salah satu langkah awal dalam upaya melakukan suatu inovasi adalah dengan melakukan suatu tahap yang dikenal dengan istilah design step atau tahap desain. Komplektisitas dalam tahap desain untuk berbagai inovasi pada bidang-bidang ilmu yang berbeda sangatlah bervariasi. Untuk itu perlu dilakukan suatu proses segmentasi untuk lebih menyederhanakan langkah-langkah desain untuk suatu inovasi yang akan dilakukan. Sebagai seorang calon engineer S-1, pada kesempatan studi Tugas Akhir inilah penulis memiliki kesempatan untuk menggabungkan kemampuan dalam berpikir kreatif dan inovatif dengan mengaplikasikan pengetahuan dan ilmu-ilmu dasar yang selaras yang penulis dapatkan selama menjalani perkuliahan. Pengantar deskripsi dari objek yang akan dijadikan fokus penelitian, akan coba dipaparkan oleh penulis selanjutnya.. Teori Dasar Sistem Propulsi Hybrid Sistem propulsi hybrid untuk pesawat ini secara garis besar terdiri dari dua kereta daya penghasil tenaga (powertrain), yaitu piston engine dan electric motor system. Pada sub-bab selanjutnya penulis akan sedikit me-review spesifikasi umum serta teori dasar dari kedua jenis kereta daya penghasil gaya gerak pada sistem propulsi hybrid ini...1 Piston Engine Pada umumnya, tipe mesin piston sebagai kereta penghasil gaya dorong pada wahana terbang berkerja dengan prinsip four-stroke-five-event-cycle yang dikembangkan oleh August Otto di Jerman. Prinsip ini terdiri dari stroke ke arah atas dan stroke ke arah bawah dari piston serta proses pemantikan (ignition event). Komponen dasar penghasil gaya dari mesin gasoline ini antara lain adalah silinder, piston, connecting rod, dan crankshaft. Batas atas dari gerakan yang dilakukan oleh piston dalam silinder disebut top dead center, sedangkan batas bawahnya dikenal dengan nama bottom dead center. Diameter bagian dalam dari silinder disebut bore (ref. []).

4 Mekanisme prinsip four-stroke-five-event-cycle : Intake stroke Gerakan piston dari top dead center dengan katup intake dalam keadaan terbuka dan katup exhaust dalam keadaan tertutup. Piston bergerak ke arah bawah dan pada saat yang bersamaan campuran dari udara dan bahan bakar (fuel) dari carburetor masuk ke dalam silinder. Compression stroke Kedua katup intake dan exhaust dalam keadaan tertutup. Piston bergerak dari bottom dead center ke arah atas dan menekan (compressed) campuran udara dan bahan bakar (fuel) di dalam silinder. menuju ke top dead center. Power stroke Gerakan piston ke arah top dead center beberapa derajat sebelum piston mencapai top dead center akibat ignition event (menghasilkan tekanan maksimum pada jarak tersebut) yang menghasilkan gaya thermal (heat) dan tekan (pressure) yang menyebabkan piston tertekan ke arah bawah. Gerakan ini menyebabkan cranckshaft berotasi dan menggerakkan flywheel atau propeller yang dikendalikan oleh mesin. Exhaust stroke Katup exhaust terbuka beberapa saat sebelum piston mencapai bottom dead center, gas buangan hasil pembakaran keluar melalui katup exhaust tersebut. Ketika piston kembali bergerak ke arah atas sesaat sebelum mencapai top dead center, katup intake kembali terbuka (katup exhaust tertutup pada saat piston mencapai top dead center). Power Calculation Piston displacement : hasil kali antara luas dari area cross-section silinder bore dengan total jarak yang ditempuh oleh piston selama satu stroke penuh. Compression ratio : rasio dari volume ruang dalam silinder pada saat piston berada di bagian bawah dari stroke dengan volume ruang dalam silinder pada saat piston berada di bagian atas dari stroke. Brake horsepower (bhp) : besar horsepower aktual yang dihasilkan oleh mesin pada propeller (ref. []).

5 Komponen utama mesin piston Silinder : Silinder dari internal combustion engine mengkonversikan energi panas kimia dari bahan bakar (fuel) menjadi energi mekanik dan mentransmisikannya ke rotating crankshaft melalui piston dan connecting rod. Dalam proses pembangkitan tenaga (power) dari bahan bakar, silinder memanfaatkan mekanisme pembakaran fuel, gerakan piston, tutup-buka katup-katup, dan gerakan mekanik dari rangkaian connecting rod. Piston : Suatu komponen yang bergerak ke atas dan ke bawah di dalam silinder yang menghantarkan gaya yang dihasilkan oleh proses pembakaran dan ekspansi gas di dalam silinder ke engine crankshaft melalui connecting rod. Connecting Rod Assembly : Penghantar gaya dari piston menuju engine crankshaft. Crankshaft : Komponen berupa susunan shaft-shaft yang berfungsi mentransformasikan gerak reprocating dari piston dan connecting rod menjadi gerak rotasi untuk memutar propeller (ref. []). Dengan menggunakan asumsi umum untuk sistem propulsi pada wahana terbang serta analisis performa pada saat kondisi terbang jelajah (cruise) menggunakan iterasi data-data dari UAV yang telah ada (span, chord, weight, speed, etc.), pemilihan type mesin piston dapat ditentukan melalui kebutuhan daya yang diperlukan oleh UAV setelah tahap estimasi perhitungan prestasi terbang yang diasumsikan (sesuai dengan asumsi-asumsi yang ada) serta ketersediaan mesin piston-propeller yang tersedia di pasaran... Electric Motor System Karakteristik dari sistem motor listrik penghasil tenaga untuk menggerakkan propeller pada sistem propulsi yang akan dirancang harus memenuhi persyaratan persyaratan yang antara lain (ref. [4]) : Tidak kasar (ruggedness) Rasio torque-to-inertia (Te/J) yang tinggi; Te/J yang besar akan menghasilkan kemampuan akselerasi yang baik.

6 Kemampuan torsi puncak (peak torque capability) yang tinggi, sekitar 00 sampai 300% dari level continuous torque. Rasio power-to-weight (Pe/w) yang baik. Kemampuan operasi pada kecepatan tinggi (high-speed operation), dan mudah dikendalikan. Acoustic noise yang rendah, electromagnetic interference (EMI) yang rendah, serta biaya maintenance dan harga yang murah. Daerah operasi constant power yang panjang. Motor drive components Secara umum, dari berbagai sumber referensi dan studi parametrik, motor listrik sebagai salah satu komponen penghasil daya untuk sistem propulsi pada kendaraan hybrid terdiri dari komponen-komponen unik utama, yaitu (ref. [4]) : 1. Electric Drive Components Sebuah perangkat motor listrik terdiri dari sebuah power electronic converter dan suatu sistem kendali penghubung. Power electronic converter terdiri dari suatu perangkat solid-state yang berfungsi menangani aliran power terbesar dari sumber tenaga ke terminal-terminal input motor. Sistem kontrol mengolah input perintah dan informasi feedback untuk membangkitkan sinyalsinyal perubahan untuk power converter semikonduktor. Electric drive components ini antara lain terdiri dari : Power Converter Power converter merupakan piranti DC sebagai penyedia arus bagi motor DC atau piranti AC sebagai penyedia arus bagi motor AC. Perbedaan utama dari kedua jenis power converter ini adalah dari kebutuhan akan perangkat mesin switched reluctance (SR). Suatu power converter terdiri dari suatu perangkat high-power fast-acting semiconductor seperti bipolar junction transistor (BJT), metal oxide semiconductor field effect transistor (MOSFET), insulated gate bipolar transistor (IGBT), silicon-controlled rectifier or thyristor (SCR), gate turn-off SCR (GTO), dan MOS controlled thyristor (MCT). Perangkat solid-state ini dikonfigurasikan berdasarkan fungsinya dalam topografi

7 suatu circuit sebagai tombol elektronik on-off untuk meng-konversi suplai dari tegangan yang tetap menjadi persediaan tegangan serta frekuensi yang bervariasi untuk keperluan motor listrik. Seluruh komponen dalam piranti ini memiliki sebuah control input gate atau pusat pengendalian yang melalui perangkat tersebut, dimana perintah di-generate oleh pengendali tersebut. Perkembangan teknologi dan penelitian pada bidang ilmu semikonduktor pada dua dekade terakhir memungkinkan berkembang dan terciptanya suatu perangkat DC-DC dan DC-AC power electronic converter yang handal, efisien, dan compact.. Drive Controller Drive controller menjalankan subsistem piranti motor dari sistem propulsi kendaraan hybrid. Sistem kendali dari perangkat ini adalah suatu komponen kendali lokal yang terletak didalam sistem kendali kendaraan. Sistem kendali kendaraan mengirimkan perintah kebutuhan akan torsi pada drive controller yang kemudian dikirimkan menggunakan algoritma kontrol internal. Fungsi utama dari drive controller adalah mengatur serta mengolah informasi dari sistem untuk mengendalikan aliran tenaga menuju kereta penggerak (drivetrain). Drive controller juga berfungsi untuk menerima sinyal-sinyal perintah serta feedback, mengolahnya sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan, seperti maksimalisasi efisiensi, dan meng-generate sinyal-sinyal switch untuk power device dari converter. Sistem kendali masa kini cenderung berbasiskan teknologi digital daripada sistem analog yang mana memberikan kelebihan dalam proses pengolahan data algoritma yang kompleks dalam waktu yang relatif lebih cepat. Sistem ini biasanya merupakan sitem tempel (embedded system) dalam suatu perangkat, dimana digunakan microprocessor-microprocessor dan processor- processor sinyal digital untuk pengolahan sinyal-sinyal. Sistem ini juga berhubungan langsung dengan sirkuit-sirkuit yang terdiri dari converter- converter AC/DC maupun DC/AC yang mana dibutuhkan

8 sebagai sarana komunikasi antara processor dengan komponen-komponen lain di dalam sistem.. Power Electronic Switches Sebuah electronic switch adalah suatu alat yang dapat mengubah konfigurasi dari suatu electric circuit dengan mengganti kondisi on-off maupun off-on circuit tersebut. Suatu power electronic switch terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut : Diode Power Transistor Power Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor (Power MOSFET) Insulated Gate Bipolar Transistor (IGBT) 3. DC Drives Piranti DC pada sistem propulsi hybrid terdiri atas DC converter dan motor permanent magnet (PM). Jenis-jenis DC converter yang digunakan antara lain adalah DC-choppers, resonant converters, atau push-pull converters. Permanent Magnet Motor (PM Motor) Jenis umum dari motor magnet permanen yang digunakan pada sistem propulsi hybrid adalah PM synchronous motor. Motor magnet permanen memiliki magnet-magnet pada bagian rotornya. 4. AC Motor Drives AC Inverter Gambar 3. Permanent Magnet Electric Motor

9 5. Transmission Components Electronic Control Unit (ECU) Transaxle Unit atau sistem transmisi lainnya. Secara aplikatif, komponen-komponen penyusun utama sistem propulsi hybrid ini diwakili oleh part-part sebagai berikut : Baterai : Sumber dan penyimpan energi. Beberapa jenis baterai yang sesuai untuk electric vehicle : o Lead-acid (Pb-acid) o Nickel-metal-hydrine (NiMH) o Li-polymer o Nickel-Cadmium (NiCd) Specific Power Specific Energy Tabel 1. Perbandingan beberapa jenis baterai Estimated Cost Compounds Life Cycle Efficiency W/kg W.h/kg Hour % US$ / kwh Lead-acid (Pb-acid) Li-polymer Nickel-metal-hydrine (NiMH) Nickel-Cadmium (NiCd) Tabel 1 diatas menunjukkan perbandingan beberapa jenis baterai yang dapat digunakan sebagai dasar pemilihan baterai dan fuel cell untuk sistem propulsi hybrid didasarkan pada beberapa kriteria yang diambil dari beberapa kelebihan juga kekurangan jenis dan tipe baterai (ref. [4]). Transaxle : - Power Split Device : Memisahkan tenaga dari mesin menjadi rute ; mekanikal dan kelistrikan. - Motor Generator : Memutar bidang kontrol mekanik pembangkit gaya dorong (propeller). Inverter : Mengubah listrik DC dari baterai menjadi listrik AC untuk menggerakkan motor atau mengubah dari AC ke DC untuk mengisi ulang baterai.

10 Kabel power : Menghubungkan voltase antara baterai, inverter, dan motor generator. Mekanisme konfigurasi dan pengombinasian komponen-komponen motor listrik dapat ditentukan melalui pemilihan komponen-komponen utama yang dibutuhkan serta pertimbangan berat sistem motor listrik yang akan digunakan. Untuk mendapatkan power output dari electric motor sebesar sesuai dengan kebutuhan dari sistem propulsi yang akan dirancang, dibutuhkan spesifikasi baterai yang memadai sebagai sumber energi penggerak motor listrik. Sebagai parameter referensi yang aplikatif, digunakan baterai dari jenis nickel-metalhydride (NiMH) yang telah digunakan pada kendaraan hybrid Toyota Prius. Pemilihan baterai NiMH ini karena keunggulan jenis baterai ini dibanding jenis-jenis baterai lainnya, diantaranya yaitu kuantitas daya serap yang tinggi terhadap gas hidrogen untuk membentuk senyawa metal-hydride pada berbagai tekanan maupun temperatur, yang juga berarti penyimpanan energi dalam baterai yang lebih besar. Lebih jauh lagi dapat diartikan bahwa kemampuan senyawa metal-hydride dalam menyerap dan melepaskan hidrogen berulang kali adalah jauh lebih baik dibandingkan dengan jenis-jenis baterai lainnya. Beberapa kelebihan lain baterai jenis ini seperti yang dijelaskan pada ref. [4] adalah : - Umur yang lebih lama (longer lifetime). - Dapat didaur ulang (recyleable). - Aman (safe and tolerant). - Spesific power yang lebih tinggi (50 W/kg). Tenaga yang dihasilkan oleh perpaduan gerak mekanikal sistem yang dihasilkan oleh engine piston dan motor listrik diolah pada komponen unik khusus yaitu tranxasle. Pada unit tranxasle hybrid yang terdiri dari buah motor generator dilakukan tahap pemisahan sumber tenaga (dari mesin atau dari motor listrik, atau kombinasi dari keduanya) yang dihubungkan via planetary gear. Mekanisme penggerakkan propeller memanfaatkan tenaga dari motor listrik dapat diaplikasikan dengan menggunakan rantai penggerak dan planet gear. Suplai daya untuk motor listrik dari baterai dapat diestimasi melalui penentuan besar voltase dari baterai.

11 .3 Konsep Desain Conceptual design atau konsep rancangan/desain adalah suatu tahap yang paling awal dilakukan oleh para engineers dalam rangka merancang suatu inovasi produk baru ataupun sekedar memperbaiki dan atau meningkatkan performa produk yang telah ada. Beberapa langkah pemikiran yang dilakukan pada tahap conceptual design ini yang diharapkan mampu menggambarkan definisi maupun tujuan dari tahap ini antara lain sebagai berikut : Evaluasi konsep-konsep yang telah ada. Engineers harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep yang akan diusung dalam inovasi yang dilakukannya serta apa yang menjadi fokus dari konsep tersebut. Penentuan sasaran-sasaran performa yang diinginkan. Engineers harus mampu memperkirakan batasan-batasan sasaran dari hasil akhir produk inovasi tersebut, apakah konsep tersebut dapat berkerja sesuai dengan fungsinya dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Pemilihan konsep yang diinginkan. Seperti apa wujud dari hasil akhir konsep tersebut. (ref. [5]) Tahapan Konsep Desain Pada umumnya, konsep desain untuk aplikasi pada objek aerospace terdiri atas pertimbangan-pertimbangan pada bidang aerodinamika, estimasi berat, gaya hambat, kestabilan, keseimbangan serta endurance (daya tahan) yang mengacu pada kebutuhan kondisi terbang yang ditentukan. Pada tahap ini, dilakukan suatu penelitian desain yang disederhanakan terhadap konsep produk yang telah ada. Estimasi Berat Wahana Pembangkitan gaya angkat yang memadai sebagai kompensasi dari berat pesawat adalah langkah awal dalam merancang suatu wahana terbang. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya tahap estimasi berat dalam tahap desain. Untuk sistem propulsi yang akan dirancang pada Tugas Akhir ini, perancang menentukan berat UAV sebesar 450 N (50 kg). Angka ini didapat dari hasil

12 studi literasi dari beberapa tipe UAV yang telah ada (data pada tabel ) dengan pertimbangan UAV-UAV tersebut memiliki kemiripan karakteristikkarakteristik dimensi maupun prestasi. Spesifikasi Desain Sistem Karena pada Tugas Akhir ini konsep rancangan yang akan dilakukan dikonsentrasikan pada sistem propulsi wahana terbang, maka perlu dilakukan suatu konsep desain yang lebih spesifik, yaitu desain sistem propulsi. Secara umum, validasi rancangan dari suatu sistem propulsi wahana terbang dihasilkan melalui pertimbangan aspek-aspek (ref. [4]) : o Penelitian dan pemilihan sistem serta prediksi prestasi. o Pemilihan propeller/mempelajari rancangan dan karakteristik prestasi. o Engine control, "fuel" (baterai, kapasitas, berat, dll.), dan instalasi. Kondisi Terbang yang Dibutuhkan Langkah selanjutnya adalah menentukan suatu kondisi yang dapat dipenuhi oleh spesifikasi sistem yang akan dirancang, dengan tujuan memberi batasan solusi dalam tahapan rancangan konseptual dari sistem yang akan dibuat. Unmanned Aerial Vehicles (UAV) yang akan dijadikan sebagai wahana acuan pengaplikasian sistem propulsi hybrid ini diasumsikan adalah dari jenis low subsonic UAV yang memiliki kecepatan terbang desain pada kondisi terbang jelajah (cruise) sekitar 40 m/s (pada ketinggian ft atau 3048 m ) dengan asumsi perhitungan rate of climb dan gaya hambat (drag) tidak dimasukkan dalam perkiraan awal gaya dorong dari sistem propulsi yang akan dirancang. Argumentasi Penerapan Konsep Dalam studi kasus pengimplementasian teknologi sistem propulsi hybrid pada bidang aerospace, perancang perlu menentukan wahana yang akan dijadikan sasaran aplikasi dari sistem ini. Alangkah baiknya apabila wahana udara yang akan dipilih adalah merupakan suatu wahana yang paling sederhana, baik itu ditinjau dari segi teknis (kompleksitas struktur, flight control, serta sistem-sistem) maupun non-teknis (cost and maintenance), namun tetap mewakili karakteristik-karakteristik dasar dari wahana udara. Hal

13 ini secara tidak langsung akan juga menyederhanakan design concept awal hybrid propulsion system. Berdasarkan pertimbangan tersebut, sistem propulsi dari UAV adalah suatu pilihan wahana udara yang memiliki kesamaan karakteristik yang paling banyak dengan pesawat udara. Wahana terbang UAV dipilih karena merupakan suatu wahana yang paling sederhana, baik itu ditinjau dari segi teknis (kompleksitas struktur, flight control, serta sistem-sistem) maupun non-teknis (cost and maintenance), namun tetap mewakili karakteristik-karakteristik dasar dari wahana terbang. Sistem propulsi pada UAV pun tidak jauh berbeda dengan pesawat udara, bahkan untuk beberapa hal jauh lebih sederhana. Pada UAV yang akan dijadikan objek aplikasi sistem propulsi hybrid ini ada beberapa batasan karakteristik yang akan terjelaskan melalui asumsi-asumsi selanjutnya. Langkah-langkah Konsep Desain Konsep desain untuk sistem propulsi dapat disederhanakan menjadi beberapa langkah untuk lebih memudahkan proses desain ini. Langkah-langkah tersebut antara lain adalah (ref. [4]) : 1. Menentukan kebutuhan power dan energy untuk unit propulsi melalui spesifikasi kondisi pengoperasian dan akselerasi yang telah ditentukan.. Level desain komponen-komponen (unit propulsi, sumber energi, dan auxilaries); motor listrik untuk EV, atau kombinasinya dengan mesin konvensional. 3. Tahap desain unit propulsi : a. Menentukan gaya yang dibutuhkan untuk mengakselerasikan wahana ke kecepatan cruise (Vc) dalam waktu tertentu dan untuk mengerakkan wahana pada suatu kecepatan cruise (Vc) yang tetap dan pada kecepatan maksimum (Vmax) pada suatu pilihan slope tertentu. b. Menentukan kebutuhan tenaga tarik listrik (tractive power) ; untuk menentukan power dari motor listrik dalam unit propulsi. 4. Desain dan pemilihan sumber energi (spesific energy & power, operating life, cost and parameters/characteristic; practical capacity > theoretical).

14 5. Penentuan komponen-komponen (electric motor, generator, etc) 6. Desain konfigurasi sistem (system configuration) 7. Analisis pencapaian sasaran-sasaran (prestasi dan efisiensi) 8. Analisis biaya/harga (opsional). Hybrid System Design Mission specifications Conceptual design System Layout design No System characteristic analysis Specification achieved Yes Gambar 4. Diagram alir rancangan sistem hybrid (ref. [7] Model/type.4 Analisis Awal Konsep Rancangan Length (meter) Dimension and Weight Power Performance Span (meter) Diameter (meter) Weight (N) hp Vc (m/s) Endurance (hour) Tabel. Literatur UAV-UAV Pembanding Range (meter) Max. speed (m/s) Max. celing (meter) Raven 3, 3,6-3380,5 30, ,9 457 Scorpion100 3,6 4,9 0,5 1957,1 5 61, , RQ-B /Pioneer 4, 5,1 0,3 001,6 6 51, ,1 457 RQ-5A /Hunter 7,01 8, , , , Sperwer /Ugglan 3,5 4,3-935, , , Hy-X UAV 4,8 6 0,

15 Tabel diatas adalah tabel yang menunjukkan data dari beberapa tipe/jenis UAV yang telah ada di pasaran yang didapat dari referensi di internet (ref. [10]). Dari tabel diatas dipilih suatu konfigurasi UAV baru yang merujuk dari beberapa tipe UAV diatas yang memiliki beberapa persamaan konfigurasi. Konfigurasi UAV baru ini kemudian akan digunakan untuk perhitungan awal (initial estimation) untuk kebutuhan power dari sistem propulsi yang akan dirancang. Perkiraan awal dimensi dan prestasi untuk menghitung kebutuhan power ( P r ) pada kondisi terbang jelajah 3048 m : Span (b) = ~ 6 m Gross Weight (W) = ~ 450 N ; dimana g = 9,8 m/s Cruise speed (Vc) = ~ 43 m/s Air density ( ρ ) = 0,909 kg/m 3 (pada 3048 m) Wing chord (c) = 0,7 m (asumsi-asumsi berdasarkan pada pendekatan dimensional) Wing Area (S) = b c = 6m 0.7m = 4, m Aspect Ratio (AR) = S b = (5,8 m) 4,06 m = 8,857 D 3 L W C Pr = W ; (eq ref [1]) S ρ C Pada saat cruise : L = W = 1 V W ρ c S C L CL = 1 ρ V S c 450 N CL = = 0,7181 (flaps up) 1 (0,909 / 3 )(43 / ) (4,06 kg m m s m ) C D CL = CDo + ; (eq ref [1]) where: π AR e C Do = zero lift drag coefficient = ~ 0,04 (dari kurva Cl Vs Cd untuk pesawat low subsonic ; figure 4.4- ref [1] ) b AR = wing aspect ratio ( ) = 8,857 S

16 e = oswald s efficiency factor = 0,8 (diasumsikan); π = 3.14 (0, 7181) C D = 0,04 + 3,14 8, 857 0,8 = 0,0668 (Nilai dari C D and C L diatas adalah sesuai dengan contoh kasus pada kurva lift-drag polar; figure 4.3- ref [1] ) sehingga didapatkan : 450 N (0,0748) P = r 450 N 3 3 4, 06 m kg/ m (0,7181) = 9, Watt = 9,799 kw = 13,141 hp sehingga, hasil perhitungan dari kebutuhan power pada saat kondisi terbang jelajah adalah : P = 9,8kW = 13,14 hp r Perhitungan ketersediaan power/power available (Pa) berdasarkan kebutuhan power pada saat kondisi terbang jelajah diberikan dalam hubungan dalam persamaan sebagai berikut: 70 Pr = P cruise available sehingga : Pavailable = Pr 13,14 18, cruise = = hp 70 Power available (P a ) > Power Required (P r ) P a ~ 0 hp (14,914 kw) initial estimation (dengan perkiraan power loss akibat mekanisme transmisi adalah ± 5 % dari power total) Kombinasi Power dari Sistem Propulsi ( P tot ) P total = P engine + P em dimana : P engine = Piston engine power [Watt] = Electric motor power [Watt] P em (ref. [4]) Kebutuhan Mesin Piston Engine yang digunakan sebagai kereta daya utama pada sistem propulsi hybrid- UAV ini adalah tipe piston engine yang bekerja memanfaatkan siklus 4-langkah

17 (4-stroke cycle). Tipe engine ini dapat bekerja sebagai sistem tunggal maupun disinergikan dengan power yang dihasilkan oleh motor listrik untuk menggerakkan propeller dan menghasilkan gaya dorong. Efisiensi total proses propulsi didapat dari hasil kali antara rasio power available dan shaft brake power (n j ) dengan efisiensi thermalnya(n th ) yaitu : η η η TV P br tot = j th = ; dimana : T = Thrust [W] Pbr mf H V P br m f = velocity [m/s] = power output aktual = fuel flow rate H = altitude [m] (eq ref [1]) Dengan menggunakan asumsi umum untuk sistem propulsi pada wahana terbang, maka dapat diambil sebagai estimasi awal bahwa besarnya η tot untuk piston engine adalah sebesar ± 85% dari total power output..5 Design Requirements and Objectives Beberapa kelebihan yang dapat ditawarkan oleh aplikasi sistem propulsi hybrid dalam bidang aerospace engineering antara lain adalah : Power yang tersedia lebih besar. Efisiensi mesin/energi yang lebih tinggi. Efisiensi bahan bakar yang lebih tinggi. Peningkatan prestasi. Sumber energi alternatif. Poin-poin diatas bisa digunakan sebagai acuan dasar dalam merancang suatu spesifikasi dari suatu konsep sistem propulsi hybrid untuk aerospace vehicle. Sebagai langkah awal dalam merancang suatu produk, maka diperlukan suatu spesifikasi khusus dari produk yang akan dirancang, batasan-batasan serta target yang ingin dicapai dari perancangan produk tersebut. Selain sebagai salah satu referensi spesifikasi dari produk, hal-hal tersebut diatas yang secara ilmiah lebih dikenal dengan nama Design Review & Objectives (DR&O). DR&O juga adalah salah satu aspek penting yang harus selalu disertakan dalam perancangan suatu produk baru sebagai tolak ukur keberhasilan dari produk yang akan dirancang.

18 Vehicle purpose Gross Weight Cruise Speed Energy Source Power Operating Temperature Operating RPM(for shaft power) Low subsonic UAV 450 N (50 kg) m/s (78-88 knot) Fuel and batteries Internal Combustion Engine Electric Motor below 90 o C below 5000 rpm 15 kw (~ 0,11 hp) 15 kw (~ 0,11 hp) Maximum Operating Altitude ft (~ 3048 m) System s Endurance Electric Efficiency 80 % System Weight 4 hours (influenced by availability of fuel tank capacity) Internal Combustion Engine Electric Motor Tabel 3. Design Requirements and Objectives ± 0 40 kg depend on the selection of piston engine ± 5 kg (with battery module) based on Toyota s Prius Hybrid Synergy Drive weight Setelah mempelajari teori dasar sistem propulsi hybrid dan melakukan suatu studi parametrik komponen-komponen penyusunnya, serta menyusun suatu DR&O dari sistem propulsi hybrid untuk UAV yang akan dirancang, untuk selanjutnya akan dilakukan suatu tahap perancangan sistem propulsi hybrid untuk UAV berdasarkan data-data maupun hasil perhitungan dari bab ini. Proses perancangan serta hal-hal lain yang korelatif dengannya akan dijelaskan pada bab setelah ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab Pendahuluan ini akan dipaparkan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dari pelaksanaan Tugas Akhir, batasan masalah, metodologi yang digunakan, dan sistematika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID UNTUK UAV

BAB III PERANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID UNTUK UAV BAB III PERANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID UNTUK UAV 3.1 Mesin Hybrid untuk UAV Definisi Umum Hybrid system adalah tipe powertrain yang menggunakan kombinasi dua tipe gaya penggerak, yakni internal combustion

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN. PERNYATAAN. MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMBANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN SRM (switched reluctance motor) atau sering disebut variable reluctance motor adalah mesin listrik sinkron yang mengubah torsi reluktansi menjadi daya mekanik. SRM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-161 Prediksi Performa Linear Engine Bersilinder Tunggal Sistem Pegas Hasil Modifikasi dari Mesin Konvensional Yamaha RS 100CC

Lebih terperinci

Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik

Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik Muhammad Qahhar 2209 100 104 Dosen Pembimbing: Dedet Candra Riawan, ST., M.Eng., Ph.D.

Lebih terperinci

PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA

PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA Pengantar Elektronika Daya ALMTDRS 2014 KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai definisi/konsep dan keterkaitan elektronika

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN TUGAS HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN TUGAS HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN TUGAS iv HALAMAN PERSEMBAHAN v HALAMAN MOTTO vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Data Hasil Penelitian Mesin Supra X 125 cc PGM FI yang akan digunakan sebagai alat uji dirancang untuk penggunaan bahan bakar bensin. Mesin Ini menggunakan sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Power Loss Power loss adalah hilangnya daya yang diakibatkan kesalahan pengemudi dalam melakukan pemindahan gigi transmisi yang tidak sesuai dengan putaran mesin seharusnya, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM HYBRID TERHADAP EFISIENSI DAN TINGKAT EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM HYBRID TERHADAP EFISIENSI DAN TINGKAT EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM HYBRID TERHADAP EFISIENSI DAN TINGKAT EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik YOKI

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar merupakan salah satu alat (mesin) yang mengubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik, motor bakar umumnya terdapat dalam beberapa macam antara lain : mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah suatu tenaga atau bagian kendaran yang mengubah energi termal menjadi energi mekanis. Energi itu sendiri diperoleh dari proses pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum 4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin 2.1.1. Penjelasan Umum Motor bensin merupakan suatu motor yang menghasilkan tenaga dari proses pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar. Karena pembakaran ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turbin Angin Bila terdapat suatu mesin dengan sudu berputar yang dapat mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik maka disebut juga turbin angin. Jika energi

Lebih terperinci

12/4/2010 POWER ELECTRONIC ASNIL ELEKTRO FT - UNP

12/4/2010 POWER ELECTRONIC ASNIL ELEKTRO FT - UNP POWER ELECTRONIC ASNIL ELEKTRO FT - UNP 1 Sinopsis Mata kuliah ini membahas tentang komponen elektronika daya, Rangkaian penyearah (rectifier), DC chopper, Rangkaian Inverter, Pengatur tegangan bolak-balik

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

semiconductor devices

semiconductor devices Overview of power semiconductor devices Asnil Elektro FT-UNP 1 Voltage Controller electronic switching I > R 1 V 1 R 2 V 2 V 1 V 2 Gambar 1. Pengaturan tegangan dengan potensiometer Gambar 2. Pengaturan

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Darwin Rio Budi Syaka, Furqon Bastian dan Ahmad Kholil Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AKHIR. pengujian Dynotest dan Uji Konsumsi Bahan Bakar Pada RPM Konstan untuk

BAB V ANALISA AKHIR. pengujian Dynotest dan Uji Konsumsi Bahan Bakar Pada RPM Konstan untuk BAB V ANALISA AKHIR Ada dua jenis analisa pokok pada bab ini yang didasari dari hasil pengujian Dynotest dan Uji Konsumsi Bahan Bakar Pada RPM Konstan untuk disain mesin yang telah diterapkan berdasarkan

Lebih terperinci

PREDIKSI PERFORMA LINEAR ENGINE BERSILINDER TUNGGAL SISTEM PEGAS HASIL MODIFIKASI DARI MESIN KONVENSIONAL YAMAHA RS 100CC

PREDIKSI PERFORMA LINEAR ENGINE BERSILINDER TUNGGAL SISTEM PEGAS HASIL MODIFIKASI DARI MESIN KONVENSIONAL YAMAHA RS 100CC PREDIKSI PERFORMA LINEAR ENGINE BERSILINDER TUNGGAL SISTEM PEGAS HASIL MODIFIKASI DARI MESIN KONVENSIONAL YAMAHA RS 100CC Fakka Kodrat Tulloh, Aguk Zuhdi Muhammad Fathallah dan Semin. Jurusan Teknik Sistem

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER

ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER ANALISA PENGARUH PEMANASAN AWAL BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA MESIN MOTOR DIESEL SATU SILINDER Imron Rosyadi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Penggerak Mula Materi Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Motor Bakar (Combustion Engine) Alat yang mengubah energi kimia yang ada pada bahan bakar menjadi energi mekanis

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI KINERJA MESIN BERBAHAN BAKAR SOLAR DAN CPO DENGAN PEMANASAN AWAL SKRIPSI

STUDI KOMPARASI KINERJA MESIN BERBAHAN BAKAR SOLAR DAN CPO DENGAN PEMANASAN AWAL SKRIPSI STUDI KOMPARASI KINERJA MESIN BERBAHAN BAKAR SOLAR DAN CPO DENGAN PEMANASAN AWAL SKRIPSI Oleh : ASKHA KUSUMA PUTRA 0404020134 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem serta realisasi perangkat keras pada perancangan skripsi ini. 3.1. Gambaran Alat Alat yang akan direalisasikan adalah sebuah alat

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014 KAJIAN NUMERIK PENGARUH VARIASI IGNITION TIMING DAN AFR TERHADAP PERFORMA UNJUK KERJA PADA ENGINE MOTOR TEMPEL EMPAT LANGKAH SATU SILINDER YAMAHA F2.5 MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG Oleh: Helmi

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH

ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH ANALISIS PERFORMANSI MOTOR BAKAR DIESEL SWD 8FG PLTD AYANGAN TAKENGON ACEH TENGAH LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III PROGRAM

Lebih terperinci

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah

Lebih terperinci

TINJAUAN TEKNIS EKONOMIS PEMAKAIAN DUAL FUEL PADA TUG BOAT PT. PELABUHAN INDONESIA II

TINJAUAN TEKNIS EKONOMIS PEMAKAIAN DUAL FUEL PADA TUG BOAT PT. PELABUHAN INDONESIA II SIDANG SKRIPSI P3 TINJAUAN TEKNIS EKONOMIS PEMAKAIAN DUAL FUEL PADA TUG BOAT PT. PELABUHAN INDONESIA II Arifah Fitriana 4210 100 033 PERUMUSAN MASALAH 1. Apa saja hal - hal teknis yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN BAKAR Warsono Rohmat Subodro (UNU Surakarta, rohmadsubodro@yahoo.com) ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor bakar salah satu jenis mesin pembakaran dalam, yaitu mesin tenaga dengan ruang bakar yang terdapat di dalam mesin itu sendiri (internal combustion engine), sedangkan

Lebih terperinci

Hybrid electric-petroleum vehicles. Mobil hybrid adalah mobil yang berjalan dengan dua sumber tenaga, yaitu ICE dan motor listrik.

Hybrid electric-petroleum vehicles. Mobil hybrid adalah mobil yang berjalan dengan dua sumber tenaga, yaitu ICE dan motor listrik. Hybrid electric-petroleum vehicles Mobil hybrid adalah mobil yang berjalan dengan dua sumber tenaga, yaitu ICE dan motor listrik. Jenis-jenis Hybrid Electric Vehicle Berdasarkan struktur drivetrain: Seri

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 1.1 Spesifikasi Injektor... 2 Tabel 4.1 Pengambilan Data Sensor Suhu NTC (negative thermal coefficient)... 64

DAFTAR TABEL. Tabel 1.1 Spesifikasi Injektor... 2 Tabel 4.1 Pengambilan Data Sensor Suhu NTC (negative thermal coefficient)... 64 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN...iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR SIMBOL dan SINGKATAN... xii Intisari... xiv Abstract...

Lebih terperinci

P3 TESIS ME HYBRID (BATERAI DIESEL ELEKTRIK) MERAK-BAKAUHENI

P3 TESIS ME HYBRID (BATERAI DIESEL ELEKTRIK) MERAK-BAKAUHENI P3 TESIS ME 092350 PENGEMBANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID (BATERAI DIESEL ELEKTRIK) UNTUK LINER FERRY MERAK-BAKAUHENI DOSEN PEMBIMBING SUTOPO PURWONO FITRI, ST, M.Eng, PhD. Dr. Ir. A.A. MASROERI, M.Eng. AGUS

Lebih terperinci

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. to Transaxle. Transaxle input shaft. Torque converter. Pump impeller. Transaxle input shaft.

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. to Transaxle. Transaxle input shaft. Torque converter. Pump impeller. Transaxle input shaft. Garis Besar Converter Stator One-way clutch Torque converter Stator shaft Oil pump to input shaft Umum Konverter tenaga putaran (torque converter) menghantarkan dan menggandakan tenaga putaran dari mesin

Lebih terperinci

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI Oleh : La Ode Torega Palinta (2108100524) Dosen Pembimbing : Dr.Eng Harus L.G, ST, M.Eng PROGRAM SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik semikonduktor daya yang dioperasikan sebagai pensakelaran, pengubah,

Lebih terperinci

Bab VI. Motor Stepper

Bab VI. Motor Stepper Bab VI Motor Stepper 64 6.1. Pendahuluan Motor stepper adalah motor DC yang khusus berputar dalam suatu derajat yang tetap yang disebut step (langkah). Satu step antara 0,9 sampai 90. Motor stepper terdiri

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN POWERPLAN PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA SAPUJAGAD

RANCANG BANGUN POWERPLAN PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA SAPUJAGAD 1 RANCANG BANGUN POWERPLAN PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA SAPUJAGAD Hangga Dwi Perkasa dan I Nyoman Sutantra Jurusan Teknik Mesin, FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3. 29 BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 3.1 Konsep Perancangan Sistem Adapun blok diagram secara keseluruhan dari sistem keseluruhan yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1.

Lebih terperinci

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya!

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya! TUGAS DAN EVALUASI 1. Apa yang dimaksud dengan elektronika daya? Elektronika daya dapat didefinisikan sebagai penerapan elektronika solid-state untuk pengendalian dan konversi tenaga listrik. Elektronika

Lebih terperinci

Session 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD

Session 4. Diesel Power Plant. 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD Session 4 Diesel Power Plant 1. Siklus Otto dan Diesel 2. Prinsip PLTD 3. Proses PLTD 4. Komponen PLTD 5. Kelebihan dan Kekurangan PLTD Siklus Otto Four-stroke Spark Ignition Engine. Siklus Otto 4 langkah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik di Indonesia, merupakan bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Darwin Rio Budi Syaka a *, Umeir Fata Amaly b dan Ahmad Kholil c Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol., No., Oktober ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO cc Sachrul Ramdani Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN Oleh Herisajani, Nasrul Harun, Dasrul Yunus Staf Pengajar Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang ABSTRACT Inverter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

Analisa Penerapan Mesin Hybrid Pada Kapal KPC-28 dengan Kombinasi Diesel Engine dan Motor Induksi Yang Disuplai Dengan Batterai

Analisa Penerapan Mesin Hybrid Pada Kapal KPC-28 dengan Kombinasi Diesel Engine dan Motor Induksi Yang Disuplai Dengan Batterai Analisa Penerapan Mesin Hybrid Pada Kapal KPC-28 dengan Kombinasi Diesel Engine dan Motor Induksi Yang Disuplai Dengan Batterai Dosen pembimbing : 1. Dr. I Made Ariana, ST., MT 2. Ir. Indrajaya Gerianto,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KECEPATAN PUTARAN GAS ENGINE

PENGENDALIAN KECEPATAN PUTARAN GAS ENGINE 1 PENGENDALIAN KECEPATAN PUTARAN GAS ENGINE PADA RC AIRPLANE MENGGUNAKAN KONTROLER PROPORSIONAL INTEGRAL DEFERENSIAL (PID) BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328 Ferditya Krisnanda, Pembimbing 1: Purwanto,

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL HIBRIDISASI TOYOTA SOLUNA DENGAN KONFIGURASI PARALLEL HEV

KAJIAN AWAL HIBRIDISASI TOYOTA SOLUNA DENGAN KONFIGURASI PARALLEL HEV KAJIAN AWAL HIBRIDISASI TOYOTA SOLUNA DENGAN KONFIGURASI PARALLEL HEV Agung Dwi Sapto, 96111001 Program Magister Manajemen Manufaktur Universitas Gunadarma Center for Automotive Research (CAR) Universitas

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH FLYWHEEL DAN FIRING ORDER TERHADAP PROSES KERJA MESIN DIESEL

ANALISA PENGARUH FLYWHEEL DAN FIRING ORDER TERHADAP PROSES KERJA MESIN DIESEL ANALISA PENGARUH FLYWHEEL DAN FIRING ORDER TERHADAP PROSES KERJA MESIN DIESEL Oleh: Adin Putra Rachmawan (4210 100 086) Pembimbing 1 : DR. I Made Ariana, S.T., M.T. Pembimbing 2 : Ir. Indrajaya Gerianto,

Lebih terperinci

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM :2201141004 TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER Rangkaian ini merupakan salah satu konverter DC-DC pada Elektronika Daya (ELDA). Dengan rangkaian Buck-Converter ini, kita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Bakar Bahan bakar yang dipergunakan motor bakar dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yakni : berwujud gas, cair dan padat (Surbhakty 1978 : 33) Bahan bakar (fuel)

Lebih terperinci

Generation Of Electricity

Generation Of Electricity Generation Of Electricity Kelompok 10 : Arif Budiman (0906 602 433) Junedi Ramdoner (0806 365 980) Muh. Luqman Adha (0806 366 144) Saut Parulian (0806 366 352) UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KENDALI DIGITAL MOTOR BLDC UNTUK MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER

RANCANG BANGUN KENDALI DIGITAL MOTOR BLDC UNTUK MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER RANCANG BANGUN KENDALI DIGITAL MOTOR BLDC UNTUK MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER Peneliti : HAri Arbiantara 1, Andi Setiawan 2, Widjonarko 2 Teknisi Terlibat : Sugianto 2 Mahasiswa Terlibat : Bayu Sumber

Lebih terperinci

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan transistor. 2.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan MOSFET. 3.Praktikan dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Power Supply. Microcontroller Wemos. Transistor Driver TIP122. Gambar 3.1 Blok Rangkaian sistem

BAB III PERANCANGAN. Power Supply. Microcontroller Wemos. Transistor Driver TIP122. Gambar 3.1 Blok Rangkaian sistem BAB III PERANCANGAN Bab ini membahas perancangan alat Kompor Listrik Digital IoT dengan menggunakan Microcontroller Open Source Wemos. Microcontroller tersebut digunakan untuk mengolah informasi yang telah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL Arwadi Sinuraya*) Abstrak Pembangunan pembangkit listrik dengan daya antara 1kW 10 kw banyak dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Perangkat Keras Sistem Perangkat Keras Sistem terdiri dari 5 modul, yaitu Modul Sumber, Modul Mikrokontroler, Modul Pemanas, Modul Sensor Suhu, dan Modul Pilihan Menu. 3.1.1.

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER Deni Almanda 1, Anodin Nur Alamsyah 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

ELECTRONIC CONTROL SYSTEM AGUS DWI PPUTRA ARI YUGA ASWARA ASTRI DAMAYANTI

ELECTRONIC CONTROL SYSTEM AGUS DWI PPUTRA ARI YUGA ASWARA ASTRI DAMAYANTI ELECTRONIC CONTROL SYSTEM AGUS DWI PPUTRA ARI YUGA ASWARA ASTRI DAMAYANTI ECU/ECM berfungsi untuk mengontrol besarnya penginjeksian bensin dan mengontrol seluruh aktifitas elektronik. Pada mesin terdapat

Lebih terperinci

KAJIAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC

KAJIAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC KAJIAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALFARETH NIM. 090421059 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin bensin 4-langkah, alat ukur yang digunakan, bahan utama dan bahan tambahan..

Lebih terperinci

Spark Ignition Engine

Spark Ignition Engine Spark Ignition Engine Fiqi Adhyaksa 0400020245 Gatot E. Pramono 0400020261 Gerry Ardian 040002027X Handoko Arimurti 0400020288 S. Ghani R. 0400020539 Transformasi Energi Pembakaran Siklus Termodinamik

Lebih terperinci

Oleh: Galih Priyo Atmojo. Dosen Pembimbing: Dr. M. Nur Yuniarto, S.T. JUMAT, 01 JULI 2011

Oleh: Galih Priyo Atmojo. Dosen Pembimbing: Dr. M. Nur Yuniarto, S.T. JUMAT, 01 JULI 2011 TUGAS AKHIR GALIH PRIYO ATMOJO 2106 100 035 PERMODELAN DAN SIMULASI PERFORMA SAPU ANGIN I DENGAN ENGINE PE-M 40 BERSIKLUS MILLER MENGGUNAKAN MATLAB SIMULINK Oleh: Galih Priyo Atmojo 2106 100 035 Dosen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motor Bakar Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN OUTPUT DAYA PADA MOTOR STIRLING TD 295 TIPE GAMMA DENGAN MENGGUNAKAN STIRLING ENGINE CONTROL V

STUDI EKSPERIMEN OUTPUT DAYA PADA MOTOR STIRLING TD 295 TIPE GAMMA DENGAN MENGGUNAKAN STIRLING ENGINE CONTROL V STUDI EKSPERIMEN OUTPUT DAYA PADA MOTOR STIRLING TD 295 TIPE GAMMA DENGAN MENGGUNAKAN STIRLING ENGINE CONTROL V.1.5.0 2013 1 Widodo 1 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam Parkway Street Batam Centre,

Lebih terperinci

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS (PLTG) Prepared by: anonymous Pendahuluan PLTG adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga yang dihasilkan oleh hasil pembakaran bahan bakar dan udara bertekanan tinggi.

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

PENGARUH PROSENTASE ETANOL TERHADAP TORSI DAN EMISI MOTOR INDIRECT INJECTION DENGAN MEMODIFIKASI ENGINE CONTROLE MODULE

PENGARUH PROSENTASE ETANOL TERHADAP TORSI DAN EMISI MOTOR INDIRECT INJECTION DENGAN MEMODIFIKASI ENGINE CONTROLE MODULE PENGARUH PROSENTASE ETANOL TERHADAP TORSI DAN EMISI MOTOR INDIRECT INJECTION DENGAN MEMODIFIKASI ENGINE CONTROLE MODULE Hadi Rahmad, Mega Nur Sasongko, Widya Widjayanti Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Nama : Geraldi Geastio Dominikus NPM : 23412119 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

PENGARUH BYPASS RATIO OVERALL PRESSURE RATIO, DAN TURBINE INLET TEMPERATURE TERHADAP SFC PADA GAS-TURBINE ENGINE

PENGARUH BYPASS RATIO OVERALL PRESSURE RATIO, DAN TURBINE INLET TEMPERATURE TERHADAP SFC PADA GAS-TURBINE ENGINE PENGARUH BYPASS RATIO OVERALL PRESSURE RATIO, DAN TURBINE INLET TEMPERATURE TERHADAP SFC PADA GAS-TURBINE ENGINE Muhamad Jalu Purnomo Jurusan Teknik Penerbangan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jalan

Lebih terperinci

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED TMLEnergy TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat Jl Soekarno Hatta no. W: 541 www.tmlenergy.co.id C, Bandung, Jawa Barat W: www.tmlenergy.co.id E: marketing@tmlenergy.co.id E: marketing@tmlenergy.co.id

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies PEMBAHASAN 1. Mean Effective Pressure 2. Torque And Power 3. Dynamometers 4. Air-Fuel Ratio (AFR) and Fuel-Air Ratio (FAR) 5. Specific Fuel Consumption 6. Engine Effeciencies 7. Volumetric Efficiency 1.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER DAN VARIASI JENIS BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MESIN PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010 Ilham Fahrudin, Husin Bugis, dan Ngatou Rohman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012 SISTEM KONVERTER DC Desain Rangkaian Elektronika Daya Oleh : Mochamad Ashari Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012 Diterbitkan oleh: ITS Press. Hak Cipta dilindungi Undang undang Dilarang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON. Panjang langkah (L) : 59 mm = 5,9 cm. Jumlah silinder (z) : 1 buah

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON. Panjang langkah (L) : 59 mm = 5,9 cm. Jumlah silinder (z) : 1 buah BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN PENINGKATAN PERFORMA MESIN YAMAHA CRYPTON 4.1 Analisa Peningkatan Performa Dalam perhitungan perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kamampuan mesin, yang meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN FAN DAN PERHITUNGAN DAYA MOTOR PADA OPEN CIRCUIT WIND TUNNEL

ANALISIS PEMILIHAN FAN DAN PERHITUNGAN DAYA MOTOR PADA OPEN CIRCUIT WIND TUNNEL ANALISIS PEMILIHAN FAN DAN PERHITUNGAN DAYA MOTOR PADA OPEN CIRCUIT WIND TUNNEL Nama : Rachmat Shaleh NPM : 25411710 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Ing. Mohamad Yamin

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN Sulistyo Atmadi Pencliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan. LAPAN i ABSTRACT In an effort to improve flow

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK

PERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK PERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK ANDHIKA IFFASALAM 2105.100.080 Jurusan Teknik Mesin Fakultas TeknologiIndustri Institut TeknologiSepuluhNopember Surabaya 2012 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERANCANGAN PEMBANGKIT DAYA LISTRIK DENGAN SUHU RENDAH STIRLING ENGINE

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERANCANGAN PEMBANGKIT DAYA LISTRIK DENGAN SUHU RENDAH STIRLING ENGINE 41 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PERANCANGAN PEMBANGKIT DAYA LISTRIK DENGAN SUHU RENDAH STIRLING ENGINE Mendapatkan output serta perhitungan efisiensi dari low power temperatur stirling engine mengunakan panas

Lebih terperinci

Ahmad Nur Rokman 1, Romy 2 Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau 1

Ahmad Nur Rokman 1, Romy 2 Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau 1 Studi Eksperimen Optimasi Sudut Pengapian Terhadap Daya pada Motor Bakar 4 Langkah 1 Slinder dan Rasio Kompresi 9,5:1 dengan Variasi Campuran Bensin Premium dan Bioetanol Ahmad Nur Rokman 1, Romy 2 Laboratorium

Lebih terperinci

Pengukuran Besaran Listrik. Kuliah-2 Sistem Pengukuran

Pengukuran Besaran Listrik. Kuliah-2 Sistem Pengukuran Pengukuran Besaran Listrik Kuliah-2 Sistem Pengukuran Quiz-1 (Pre-test) 1. Buat rangkaian Sistem Instrumentasi elektronik! 2. Jelaskan fungsi dari: Controller Data Processor Recorder Signal Conditioner

Lebih terperinci

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator (PMSG) menggunakan Switch Mode Rectifier (SMR) Armaditya T.M.S. 2210 105 019 Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis Penggunaan Venturi..., Muhammad Iqbal Ilhamdani, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis Penggunaan Venturi..., Muhammad Iqbal Ilhamdani, FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya Perkembangan Teknologi khususnya dalam dunia otomotif telah memberikan sarana yang mendukung serta kebebasan bagi konsumen untuk memilih produk-produk teknologi

Lebih terperinci

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Robot Robot TKC306 - Robotika Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pembahasan tentang aktuator robot beroda Referensi: : magnet permanen, stepper, brushless, servo Teknik PWM

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PROFIL DAN JUMLAH SUDU PADA VARIASI KECEPATAN ANGIN TERHADAP DAYA DAN PUTARAN TURBIN ANGIN SAVONIUS MENGGUNAKAN SUDU PENGARAH DENGAN LUAS SAPUAN ROTOR 0,90 M 2 SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (213) 1-5 1 Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar dan Berbasis Pada Simulasi Yustinus Setiawan, Semin dan Tjoek Soeprejitno

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 Pengembangan Model Regenerative Brake pada Sepeda Listrik untuk Menambah Jarak Tempuh dengan Variasi Alifiana Buda Trisnaningtyas, dan I Nyoman

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai engine atau mesin yang digunakan pada pesawat terbang, yaitu CFM56 5A. Kita

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

Rancang Bangun Pembangkit Listrik dengan Sistem Konversi Energi Panas Laut (OTEC)

Rancang Bangun Pembangkit Listrik dengan Sistem Konversi Energi Panas Laut (OTEC) Rancang Bangun Pembangkit Listrik dengan Sistem Konversi Energi Panas Laut (OTEC) Oleh : Andhika Pratama Yassen (4303 100 029) Dosen Pembimbing: Ir. Arief Suroso, M.Sc Ir. Mukhtasor M.Eng. Ph.D OTEC atau

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN... 1 2. TUJUAN PENGUJIAN... 1 3. MACAM MACAM PERALATAN UJI... 2 4. INSTALASI PERALATAN UJI...

Lebih terperinci