BENTUK TULANG SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN SENI PATUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BENTUK TULANG SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN SENI PATUNG"

Transkripsi

1 ARTIKEL ILMIAH BENTUK TULANG SEBAGAI SUMBER INSPIRASI PENCIPTAAN SENI PATUNG Oleh I Komang Ardika Seni Patung FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2012

2 Abstrak Tulang memiliki bentuk yang unik dan menarik, ada yang pipih, bulat, panjang, dan berongga bentuk-bentuk tulang memiliki keindahan tersendiri, dapat merangsang suatu imajinasi kreatif. Hal ini tentunya sangat bermanfaat dalam berkreativitas. Imajinasi-imajinasi kreatif tersebut dapat diwujudkan menjadi seni patung abstrak, dengan berbagai media dan teknik yang diwujudkan menjadi patung-patung abstrak yang indah dengan mengabstraksikan bentuk.

3 Abstract bones have unique and interesting shape, here are flate bones, long, round and hollow bones. The shapes of bones have their own beanty, can simulate some creative imagination. This things for sure so useful in creativity. From all of that creative imaginations can create abstract statue, with various media and technique can bring into reality become beautiful abstract statues with abstraction shape.

4 PENDAHULUAN Latar Belakang Ide penciptaan Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan jauh dari pembicaraan tulang, di televisi maupun di koran terkadang diberitakan penemuan tulang manusia yang diduga korban dari pembunuhan. Begitu pula ketika memotong hewan seperti kerbau, sapi, ayam, bebek biasanya yang tersisa tulang-tulangnya. Anggapan masyarakat Bali terhadap tulang manusia adalah suatu yang mistis. Tulang manusia diartikan sebagai sebuah keletehan bila berada tidak pada tempatnya. Masyarakat di Bali tidak diperkenankan membawa tulang manusia ke dalam lingkungan atau pekarangan rumah, bila hal ini terjadi maka akan diadakan upacara pembersihan lingkungan karang dengan cara mecaru. ( Hal tersebut di atas jarang terjadi karena dalam upacara ngaben, tulang biasanya langsung diupacarai di kuburan. Di Bali upacara ngaben dengan menggali tulang di kuburan menganut kebiasaan /dresta masing-masing desa pekraman. Biasanya sebelum penggalian kuburan ada upacara-upacara sesuai dengan adat desa masing-masing. Sampai hari yang sudah ditentukan untuk pengabenan barulah dilakukan penggalian tulang. Dan nantinya tulangnya akan dibakar sampai menjadi abu selanjutnya dibawa ke suangai atau laut untuk dihanyut. ( Pengalaman pencipta mengikuti kegiatan dalam upacara pengabenan di kampung halaman Banjar Pesangkan, Desa Duda, Selat, Karangasem. Pencipta pernah mengikuti upacara pengabenan ada menggali kuburan yang sudah tinggal kerangka tulangnya saja. Pengalaman ini ada hal yang menarik bagi pencipta yaitu pada saat menyusun kembali tulang-tulang yang masih tersisa kebagian posisi semula seperti tulang kaki di bawah, tulang dada di tengah, dan tengkorak bagian atas.

5 Secara kebetulan suatu ketika pencipta berjalan-jalan di pantai, pencipta melihat tulang-tulang dipasir, pencipta perkirakan itu adalah tulang hewan yaitu anjing. Pencipta mulai mengamati dan kemudian mengambil beberapa tulang untuk disusun secara sederhana. Berawal rasa iseng bermain dengan tulang-tulang tersebut membawa pencipta pada khayalan yang merangsang munculnya ide-ide kreatif, menyegarkan ingatan pencipta tentang bentuk-bentuk tulang yang pernah pencipta amati terdahulu ketika melihat tulang-tulang pada upacara ngaben. Ternyata pengalaman tersebut memunculkan ide untuk menciptakan bentukbentuk seni patung terutama dalam menciptakan komposisi-komposisi setatis dan dinamis. Untuk pengembangan ide tersebut di atas pencipta memandang perlu menambah wawasan tulang, maka itu diperlukan studi tentang tulang, dengan mencari refrensi-refrensi bacaan di perpustakaan maupun di internet, dengan melihat poto-poto, gambar-gambar tentang tulang telah merangsang kreativitas pencipta. Dipilihnya bentuk tulang sebagai sumber inspirasi karena tulang memiliki bentuk-bentuk yang menarik ada yang pipih, bulat, panjang, dan berongga, ketika disusun sedemikian rupa mampu memberikan imajinasi kreatif. Keunikan tulang adalah tulang disatukan oleh sendi-sendi yang memiliki fungsi tersendiri, tulang satu mendukung tulang yang lain membentuk satu-kesatuan sebagai penyangga tubuh. Keunikan akan tulang yang telah dijelaskan timbul keinginan pencipta untuk mewujudkannya ke dalam bentuk karya seni berupa patung yang nantinya menghilangkan gambaran negatif tentang tulang yang dulunya dianggap memiliki nilai mistis semata, namun ada nilai estetika yang terdapat pada patung tulang yang akan dibuat, sehingga orang yang menikmati akan merasakan isi dan tujuan pembuatan patung tulang ini.

6 Rumusan Masalah Pada saat melihat, mengamati bentuk-bentuk tulang, pencipta tertarik menciptakan patung-patung abstrak dengan mengabstraksi bentuk-bentuk tulang. Dalam penciptaan ini ada beberapa masalah yang perlu dikaji lebih lanjut antara lain: a. Bagaimana mewujud seni patung yang terinspirasi dari bentuk-bentuk tulang? b. Bagaimanakah proses perwujudan karya seni patung yang terinspirasi dari bentuk-bentuk tulang? Batasan Masalah Mengingat luasnya cakupan masalah, pencipta memandang perlu adanya batasan masalah dalam hal ini pencipta batasi pada bahasan karya-karya pencipta yang semuanya terinspirasi dari bentuk-bentuk tulang manusia. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses berkarya diantaranya : a. Untuk menambah wawasan tentang bagaimana bentuk tulang bila diwujudkan ke dalam bentuk patung abstrak. b. Terwujudnya ide pencipta yang terinspirasi bentuk tulang manusia hingga terwujud menjadi karya patung dalam menempuh Tugas Akhir di FSRD ISI Denpasar ini. Manfaat Penciptaan Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam proses berkarya diantaranya: a. Bagi pencipta sendiri dapat menumbuhkan kreativitas dengan wawasan sumber ide yang baru dan mendalam. b. Bagi lembaga ISI Denpasar dapat menambah refrensi keanekaragaman dalam pengungkapan ide, daya cipta dan kreasi. c. Bagi masyarakat seni dapat dijadikan bahan apresiasi seni khususnya tentang seni patung yang terinspirasi dari tulang manusia.

7 KAJIAN PUSTAKA Tulang Tulang atau kerangka adalah penopang tubuh Vertebrata. Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur. Maret Kerangka embrio pada permulaannya terdiri dari tulang yang sebenarnya bukan tulang, melainkan tulang rawan hyaline atau membrane fibrosa yang setrukturnya menyerupai tulang. Setruktur ini lambat laun akan berubah menjadi tulang yang sebenarnya dengan melalui proses yang rumit. Tulang rawan hyaline itu akan berubah menjadi tulang dengan cara yang demikian rupa yang disebut dengan tulang-tulang endochondra (Chitrawathi. 2001:23). Refrensi dari Karya Seni Dalam penciptaan karya Tugas Akhir ini pencipta juga memanfaatkan beberapa refrensi dari karya seniman terdahulu diantaranya: Gundah Seniman : Baby Chorles (Narasi A.P.I., 2009 : 28) Dilihat dari karya seniman Baby Chorles yang berjudul Gundah di atas, pencipta tertarik dengan garisnya yang lugas, tegas, tekstur halus serta finishingnya yang mengkilap membuat pencipta ingin membuat karya yang

8 terinspirasi dari ide-ide pencipta dengan mengkombinasikan gaya-gaya, garis dan penyelesaian akhirnya yang pencipta akan buat. Tulang Punggung Seniman Winoto (Soedarso, 1992 : 83) Karya seniman Winoto yang berjudul Tulang punggung, pada karya tersebut pencipta tertarik dengan refetisi tidak beraturan mendukung ide pencipta ingin membuat karya yang bentuk-bentuknya berulang-ulang tetapi tidak beraturan serta memiliki tekstur halus agar mendapatkan karya yang harmonis.

9 PERWUJUDAN Ide Penciptaan Ide adalah gagasan atau dasar pemikiran. Sedangkan penciptaan adalah suatu proses, cara, dan perbuatan menciptakan (Tim Penyusun, 2002 : 298). Ide penciptaan adalah suatu dasar pemikiran untuk melakukan proses perwujudan hasil pemikiran ke dalam bentuk karya seni dengan mengadakan suatu imajinasi yang kreatif, bisa dipicu atau ditimbulkan dari endapan estetis. Dalam hal ini pencipta terinspirasi untuk memvisualisasikan karya seni patung terilhami dari bentuk-bentuk tulang manusia. Setelah mengamati dan melihat gambar atau refrensi tulang dari yang panjang, pendek, bulat, pipih, bentuk-tulang tulang tersebut yang mengandung elemen-elemen seni rupa seperti garis, warna, tekstur, ruang dan bidang. Elemen-elemen tersebut pencipta komposisikan sesuai dengan pertimbangan rasa dan gubahan ide kreatif pencipta menjadi karya tiga dimensional Pencipta mewujudkan keindahan tulang menggunakan konsep penyederhanaan bentuk yang lebih menekankan pada permainan keindahan ruang dan bidang sesuai dengan imajinasi pencipta. Setiap bentuk yang diwujudkan, pencipta sederhanakan menjadi sesederhana mungkin tetapi tanpa menghilangkan kesan dari bentuk yang akan diwujudkan. Pencipta mengkomposisikan ruang dan bidang dengan lebih menekankan pada garis lengkung, tekstur, komposisi dan unsur-unsur seni rupa lainya menjadi karya tiga dimensional. Sehingga menampilkan karya yang menekankan pada keindahan ruang, bidang, garis secara maksimal dan menjadi satu kesatuan yang harmonis. Metode Penciptaan a. Eksplorasi Pada tahap eksplorasi (penjelajahan) dalam penciptaan ini adalah merupakan suatu proses penjelajahan ide dari pengalaman yang pernah pencipta alami maupun dari pengamatan terhadap kenyataan lingkungan dimana pencipta berada.

10 Eksplorasi termasuk berpikir, berimajinasi merasakan dan merespon bentuk tulang yang pencipta jadikan objek atau sumber penciptaan patung. Dalam hal ini pencipta melihat dan mengamati gambar-gambar tulang. Berbagai macam bentuk tulang diantarnya tulang iga, tulang belakang, tulang tengkorak, tulang punggung dan sebagainya. Di samping melakukan pengamatan melalui gambar-gambar, pencipta juga melakukan studi kepustakaan dimana pencipta membaca buku-buku ataupun literatur yang ada kaitannya dengan judul yang pencipta angkat. Data lainnya diproleh dengan memanfaatkan kemajuan teknologi pencipta mencari gambargambar maupun literatur di internet yang bisa dijadikan perbandingan dan sumber ide dalam pembuatan karya patung. Dari semua data yang sudah terkumpul kemudian pencipta melakukan perenungan untuk mendapatkan beberapa bayangan atau reka-reka ide yang nantinya akan diwujudkan menjadi karya seni patung. b. Eksperimentasi Eksperimen merupakan percobaan yang bersistem dan berencana. Percobaan yang dimaksud sebagai proses penyeleksian ide, ide yang sudah melalui tahapan eksplorasi, kemudian dilanjutkan pada tahap percobaan. Dalam proses ini sangat diperlukan eksperimen-eksperimen baik yang menyangkut bahan, teknik dan finishing. Pada tahap ini adalah kelanjutan dari tahap eksplorasi dimana setelah melakukan pengamatan pada objek, terlebih dahulu diawali dengan pembuatan sket. Pembuatan sket ini adalah bertujuan untuk memvisualisasikan dengan garis bayangan-bayangan atau reka-reka ide yang didapat pada eksplorasi. Dengan garis inilah ide-ide tersebut terus diolah sampai mendekati bentuk yang sesuai, tentunya dengan tidak mengabaikan komposisi dan kesatuan bentuk. Sket-sket ini nantinya banyak memberikan alternatif bentuk yang bisa dipilih untuk diwujudkan menjadi karya. Setelah melakukan percobaan-percobaan dengan sket, pencipta lanjutkan dengan membuat maket atau sket tiga dimensi. Maket ini pencipta buat dengan bahan lunak/plastisin, disamping karena harganya relatif murah juga mudah untuk

11 dibentuk. Dengan dibuatnya maket ini tentunya akan memudahkan dalam pembentukan pada karya patung. Maket ini nantinya akan menjadi panduan dalam perwujudan karya patung. Gambar sketsa-sketsa karya : Sketsa karya 1 (foto Ardika. 2012) Sketsa karya 2 (foto Ardika. 2012) Sketsa karya 3 (foto Ardika. 2012) Sketsa karya 4 (foto Ardika. 2012)

12 Sketsa karya 5 (foto Ardika. 2012) Sketsa Karya 6 (foto Ardika. 2012) Sketsa karya 7 (foto Ardika. 2012) Sketsa karya 8 (foto Ardika. 2012) Bahan dan Alat Dunia seni khususnya seni patung, material atau bahan yang bisa dijadikan karya patung itu memiliki sifat yang konkrit dan abstrak yang bisa dilihat, diraba dan mutlak harus ada (Suparli, 1983 : 69). Bahan Dalam pembuatan karya Tugas Akhir ini pencipta menggunakan beberapa bahan yaitu : Resin Resin adalah bahan kimia yang berbentuk cair, menyerupai minyak goreng, tetapi lebih kental. Untuk bahan fiberglass, umumnya menggunakan resin bening atau resin berwarna merah muda. dengan nomer seri 3314.

13 Katalis Katalis berbentuk cair, berwarna bening, dan berbau sengak. Digunakan untuk mempercepat proses pengerasan dan pengeringan adonan fiberglass. folder/kalsium karbonat Bahan ini berbentuk serbuk dan berwarna putih yang menyerupai tepung terigu. Yang berfungsi untuk mencampur resin agar lebih kental sesuai dengan kebutuhan Styrofoam Merupakan bahan yang mudah dibentuk dan sangat ringan. Pencipta menggunakan bahan ini pada saat pembuatan model global yang nanti hasil akhirnya dicetak dengan gipsum. Batu Karangasem Merupakan batu yang banyak dipergunakan untuk kerajinan pelinggih. Pencipta menggunakan batu karena bahan ini mudah dibentuk dan masih jarang digunakan sebagai bahan patung. Plastisin Plastisin merupakan bahan lilin mainan yang memiliki sifat lebih plastis dari pada tanah liat. Pencipta menggunakan plastisin pada saat pembuatan maket karena mudah dibentuk dan tidak mudah kering. Kayu Kayu merupakan salah satu bahan yang sering dijadikan sebagai bahan patung, kayu juga memiliki jenis dan serat kayu yang berbeda-beda. Salah satu jenis kayu yang pencipta gunakan sebagai karya patung adalah kayu Suar dan kayu waru. Pencipta menggunakan kayu jenis ini karena memiliki serat yang bagus dan tidak terlalu keras. Semir lantai Semir lantai merek MAA merupakan bahan pengkilap, disini pencipta menggunakan semir untuk melapisi cetakan. Politur Politur pencipta gunakan pada saat proses finishing patung berbahan kayu dan fiberglass

14 Pewarna Pewarna politur pencipta gunakan dengan merk seriti untuk menghasilkan warna coklat dan hitam pada karya berbahan kayu. Alat Adapun alat-alat yang pencipta gunakan dalam proses berkarya yaitu : Pahat Pahat merupakan alat yang digunakan dalam pembentukan karya berbahan kayu dan juga batu. Pahat memiliki berbagai macam ukuran dari ukuran kecil hingga berukuran besar, dan memiliki ujung yang datar (pengerancap), pahat dengan ujung yang lengkung (pemuku/pengelokob) dan (penatar, penyawian). Palu Palu merupakan alat untuk memukul pahat, palu yang pencipta gunakan adalah palu besi digunakan dalam pembuatan karya patung berbahan batu. Dan palu kayu (semeti/pengotok) merupakan alat yang digunakan dalam pembuatan karya patung berbahan kayu. Gergaji mesin Gergaji mesin (mesin sensor) merupakan alat untuk memotong, dan digunakan pada saat pembutan patung berbahan kayu. Pencipta menggunakan mesin ini pada saat proses pembentukan global dengan cara mengurangi bahan sdikit demi sedikit. Mesin Gerinda Mesin gerinda merupakan alat untuk memotong, pencipta menggunakan alat ini pada saat proses pembuatan karya patung batu menggunakan piringan khusus untuk memotong batu. Mesin gerinda juga digunakan saat proses penghalusan karya dengan mengunakan amplas. Mesin Bor Bor merupakan alat untuk melubangi, pencipta menggunakan bor pada saat pembuatan lubang pada karya patung kayu. Bor juga digunakan saat proses penghalusan bagian-bagian yang tidak terjangkau mesin gerinda, dan juga sebagai alat bantu untuk mengaduk campuran resin.

15 Kompresor Kompresor pada dasarnya adalah mesin penghasil angin. Pengecatan dilakukan dengan teknik semprot atau air brush. Spraygun Spraygun pencipta gunakan pada saat proses finishing dengan politur Pisau dan Gergaji Pisau dan gergaji pencipta gunakan pada saat pembuatan bentuk global pada bahan styrofoam Pisau (Pengutik dan Pangot) Pisau (Pengutik dan Pangot) pencipta gunakan pada saat pembuatan dan penghalusan permukaan patung berbahan kayu. Butsir Butsir meruakan alat utuk membentuk pada saat pembuatan maket. Butsir terdiri dari dua jenis, diantarnya butsir kayu dan butsir dengan ujungnya yang berbahan kawat baja, dan memiliki bentuk yang berbeda-beda menurut kegunaannya. Palet Palet adalah alat sejenis cetok dengan bermacam-macam bentuk dan ukuran. Palet pencipta gunakan saat penempelan dan pembentukan pada karya patung berbahan fiberglass. Amplas Amplas merupakan alat bantu untuk menghaluskan permukaan pada karya patung, dan berbentuk lembaran. Amplas memiliki nomer seri yang berbeda-beda menurut kegunaannya. Kuas Kuas pencipta gunakan untuk melapisi semir dan politur pada saat proses finishing. Ember Ember digunakan sebagai tempat campuran resin.

16 Proses Perwujudan Proses perwujudan adalah totalitas dari endapan pengalaman estetis yang dimiliki oleh seorang pencipta, baik berupa kegelisahan harapan, pemikiran dan hasil-hasil yang lain yang terpendam dalam batin yang terwujud dalam ketrampilan atau kemampuan skill. Pembentukan ini akan dipengaruhi oleh aspek idioplastis sebagai aspek internal karena merupakan gambaran tentang ide, gagasan atau dasar pemikiran yang diekspresikan menjadi isi wujud karya. Ini didapat melalui proses penjajakan (eksplorasi). Aspek ini tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan kehadirannya dari proses membaca, mengamati, menghayati berbagai kesan yang ditimbulkan sebagai sebuah tanda yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tampak pada penuangan unsur visual seni patung yaitu garis, bidang, bentuk, ruang dan tekstur dalam wujud karya sehingga menampilkan karya yang maksimal dan menjadi satu kesatuan yang harmonis. Pada umumnya proses perwujudan karya patung melalui beberapa tahapan, pertama pembuatan sket dua dimensi karya yang akan diwujudkan, kemudian dipindahkan ke dalam bentuk sket tiga dimensi (maket). Selanjutnya dimulai dengan pembuatan bentuk global sesuai dengan maket yang telah dibuat sebagai panduan dalam pentransferan ke media yang ingin di buat seperti media kayu, batu, fiberglass, dan plat aluminium. Sesudah pembentukan global dilanjutkan dengan pembentukan global detail, dan seterusnya proses penghalusan hingga mencapai bentuk detail sesuai dengan maket. Tahapan terakhir adalah finishing untuk memaksimalkan hasil karya yang telah di buat. Pada proses perwujudan pencipta melakukan beberapa tahapan baik yang mengguanakan bahan fiberglass, kayu maupun batu. Tahapan-tahapan pembentukan menggunakan bahan fiberglass sebagai berikut. 1. Tahap pembentukan pencipta awali dengan membuat bentuk yang akan diwujudkan dengan bahan styrofoam, selanjutnya dicetak menggunakan gipsum.

17 2. Setelah mendapatkan cetakan negatif kemudian dibuat hasilnya dengan resin. Setelah kering cetakan dibuka atau dihancurkan. 3. Tahap penghalusan pencipta lakukan dengan menggunakan amplas, baik yang digosok dengan tangan maupun dengan bantuan mesin gerinda. 4. Tahap akhir di cat dengan teknik air brush. Tahapan-tahapan pembentukan mengguanakan bahan kayu sebagai berikut: 1. Tahap pembentukan global, tahap ini pencipta awali dengan memastikan ukuran kayu dengan skala maket yang akan diwujudkan. Pada pembentukan global pencipta menggunakan gergaji-gergaji mesin (sensor). 2. Tahap pembentukan global detail, setelah pembentukan global pencipta lanjutkan dengan tahap pembentukan yang lebih detail dengan menggunakan pahat berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan fungsinya. 3. Tahap penghalusan, tahap penghalusan pencipta lakukan setelah tahap pembentukan detail selesai, alat yang pencipta gunakan adalah pisau pengutik dan pangot untuk mendapatkan permukaan yang rata dengan tujuan mempermudah tahap penyelesaian akhir. 4. Tahap penyelesaian akhir, tahap ini merupakan rangkaian akhir dalam proses pembuatan karya patung dengan menghaluskan memakai amplas dan cat. Tahapan-tahapan pembentukan dengan bahan batu sebagai berikut 1. Tahap pembentukan global, merupakan proses mengurangi bahan sedikit demi sedikit dengan menggunakan mesin gerinda dan pancak untuk mendekati bentuk global detail. 2. Tahap global detail, setelah pembentukan global dilanjutkan dengan tahap pembentukan yang lebih detail mengikuti bentuk maket dengan

18 menggunakan pahat dan mesin gerinda. Dan pembuatan tekstur dengan menggunakan pahat, dan pancak. 3. Tahap penghalusan dan penyelesaian akhir, tahap penghalusan pencipta lakukan menggunakan amplas dengan bantuan mesin gerinda hingga mencapai tingkat kehalusan yang diinginkan. Kemudian tahap akhir/finishing menggunakan semir lantai dengan merek MAA, warna bahan terlihat lebih jelas dan mengkilap Teknik Pengerjaan Secara umum dalam penciptaan karya seni patung terdapat tiga teknik yang bisa diterapkan diantaranya: a. Teknik mengurangi media, teknik mengurangi media dapat diterapkan dalam proses pembuatan patung berbahan marmer, batu, batu padas, dan kayu dengan menggunakan alat manual maupun menggunakan mesin. b. Teknik menambah media, teknik menambah media dapat diterapkan dalam proses pembuatan patung berbahan yang lunak seperti tanah liat dan plastisin. Media ini ditambahkan/disusun hingga mencapai bentuk-bentuk yang diinginkan dengan menggunakan alat butsir. c. Teknik kombinasi menambah dan mengurangi, pada umumnya teknik ini diterapkan pada media beton, yang dimaksud media ini adalah campuran antara pasir, semen, mil, dan besi sebagai kerangkanya. Alat yang digunakan adalah cetok, palet, pahat, fleser dan tang. Dari ketiga teknik diatas dalam menciptakan karya patung pencipta menggunakan tiga teknik yaitu: a. Teknik memahat (mengurangi media) Teknik ini pencipta terapkan pada karya dengan media kayu dan batu. Pada bahan kayu untuk pembentukan global pencipta menggunakan bantuan mesin sensor tangan (gergaji mesin), dilanjutkan ketahap global detail dengan menggunakan pahat, dilanjutkan proses penghalusan dengan menggunakan pisau

19 (pengutik/pengot), kemudian diamplas hingga mendapatkan kehalusan permukaan yang diinginkan. Pada karya dengan media batu pencipta menggunakan mesin gerinda, pahat dan pancak untuk membuat bentuk global. Kemudian dilanjutkan dengan proses penghalusan menggunakan amplas dengan bantuan mesin gerinda dan menggunakan pahat dan paku beton untuk membuat tekstur. Kemudian proses akhir pencipta menggunakan semir sebagai pelapis agar terlihat lebih mengkilap dan berkesan antik. b. Teknik menambah, mengurangi media (kombinasi) dan mencetak. Teknik ini pencipta terapkan pada karya dengan menggunakan media fiberglass, langkah pertama yang pencipta lakukan dengan penerapan teknik ini adalah, pembuatan model global dengan styrofoam menggunakan gergaji dan pisau yang kemudian dicetak menggunakan bahan gipsum untuk mendapatkan cetakan negatifnya. Dari negatif ini kemudian dibuat hasilnya dengan menggunakan bahan fiberglass. Setelah semua selesai selanjutnya cetakan dibuka dengan cara gipsum dihancurkan dengan dipukul-pukul. Hasil cetakan telah didapat kemudian direstorasi untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Dilanjutkan dengan proses pengamplasan dengan menggunakan bantuan mesin bor dan gerinda, dan terakhir proses.

20 ULASAN KARYA Karya I Nama : I Komang Ardika Judul : Itu Ukuran : 105 x 24 x 25 cm Bahan : Kayu akasia Tahun : 2012 Foto : Ardika Aspek Ideoplastis Kata itu dipakai untuk menunjukan sesuatu. Itu contohnya, seperti jari tangan yang digerakan untuk menunjukan sesuatu. Penghayatan atas jari tersebut pencipta mendapat inspirasi untuk mewujudkan karya patung. Pencipta tertarik dengan lekukan garis sambungan tulang, memberikan kesan sebuah irama. Irama dalam pengungkapan suatu, sebuah kata dengan irama tertentu memiliki makna berbeda.

21 Aspek Fisikoplastis Karya ini diwujudkan memanjang di atas dua tiang yang trinspirasi dari bentuk tulang jari, dan mengkomposisikan bentuk bidang cekung yang dipadukan dengan bentuk bulat/cembung dengan irama garis sebagai upaya pencapaian makna tentang Itu yang diwujudkan dari sebuah jari telunjuk yang biasa digunakan orang-orang dalam menunjukan sesuatu. Tekstur kasar dan halus disusun sedemikan rupa untuk mendapatkan karya yang harmonis. Kayu yang natural berkesan alami diibaratkan jujur dan tulus akan lebih bermakna bermanfaat dalam kehidupan. Menunjukan sesuatu dengan irama halus walaupun katanya sama bisa bermakna berbeda. Pesan yang ingin disampaikan hendaknya kita tidak meremehkan kata Itu karena jika kita salah mengartikan akan menemukan kekeliruan makna begitu sebaliknya jika kita mempercayai Itu saja lebih keliru lagi nantinya.

22 Karya II Nama : I Komang Ardika Judul : Pelindung dan Pusat kendali Ukuran : 60 x 43 x 57 cm Bahan : Aluminium Tahun : 2012 Foto : Ardika Aspek Ideoplastis Tengkorak dibentuk oleh tulang-tulang yang bentuknya tidak teratur, tulang-tulang berpasangan, tulang-tulang tidak berpasangan. Semua tulang tengkorak (kecuali sebuah) berhubungan erat satu sama lainnya, sehingga tidak dapat bergerak. Tengkorak terdiri dari dua bagian yaitu: kotak otak (neurocranium/cranium)dan bagian wajah (spanchnocranium). Kotak sebagai pelindung otak manusia dari berbagai benturan, karya ini terinspirasi dari pentingnya perlindungan hal yang pital, menjaga dan memeliharanya dengan baik.

23 Aspek Fisikoplastis Karya ini diwujudkan dengan jalinan kawat-kawat yang disusun pada bentuk plat aluminium. Kawat disusun menjadi dua bagian sebagai wujud keseimbangan asimetris. Untuk menggambarkan dinamika yang tetap harmonis sebagaimana dinamika pikiran manusia. Dipilihnya aluminium karena aluminium dengan sifat reflektifnya mendukung ide yaitu menggambarkan otak yang merekam segala aktifitas pikiran, yang didukung dengan permainan bentuk cekung, cembung dan datar pada lempengan aluminium untuk memperkuat sifat reflektif pada otak, di tengah-tengah pada karya terdapat suatu ruang kosong sebagai penyeimbang antara bentuk yang lainnya. Sehingga karya menjadi harmonis dan satu kesatuan yang utuh. Pesan yang ingin disampaikan adalah keseimbangan pikiran kita semestinya bisa dijaga dengan mengontrol pikiran kearah yang positf.

24 KESIMPULAN Kesimpulan 1. Bentuk-bentuk tulang manusia dengan berbagai estetika bentuknya dapat dijadikan sumber inspirasi dalam penciptaan karya-karya patung abstrak. Wujud patung abstrak yang dihasilkan tidak harus sesuai dengan bentuk-bentuk tulang. Unsur dan struktur seni rupa merupakan hal yang esensial dalam penciptaan pemahaman seni patung abstrak. 2. Proses perwujudan karya seni patung abstrak yang terinspirasi dari bentuk-bentuk tulang manusia dengan cara mengabstraksi bentuk tidaklah mudah karena tidak jarang muncul bentuk-bentuk yang sangat dekat dengan bentuk sumber inspirasi. Keseimbangan imajinasi kreatif sangat diperlukan dalam perwujudan karya. Saran Bagi kalangan umum agar tidak memikirkan hal-hal yang mitos saja tentang tulang, dimana selalu dipandang sebagai sesuatu yang memiliki nilai mistis semata. Dibalik itu ada nilai keindahan yang terlihat dari bentuk maupun susunan tulang manusia tersebut yang dapat dijadikan ide dalam pembuatan sebuah karya seni yang memiliki nilai yang artistik

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA 35 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN KARYA Dalam proses pembuatan karya seni, konsep adalah hal terpenting yang menjadi acuan dalam berkarya, yang menjadi dasar sebuah pemikiran. Konsep dari karya yang

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Ide atau gagasan Wajah merupakan bagian vital dalam anggota tubuh manusia yang tidak dapat disamakan fungsinya dengan anggota tubuh yang lain. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN. kebenaran, hal ini terkait sekali dengan realitas. 68 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya, hal itu diawali dengan adanya dorongan perasaan untuk menciptakan sesuatu yang baru

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Gagasan atau ide merupakan hal yang harus dimiliki seorang pencipta karya seni dalam proses penciptaan karya seni. Subjektifitas dari seorang

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis

Bagan 3.1 Proses Berkarya Penulis A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses

Lebih terperinci

WAJAH MANUSIA SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN SENI PATUNG

WAJAH MANUSIA SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN SENI PATUNG ARTIKEL ILMIAH STRATA 1 (S1) WAJAH MANUSIA SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN SENI PATUNG Oleh I Made Andi Saputra NIM: 200904002 Minat Seni Patung PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN 28 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Pemilihan Ide Pengkaryaan Bagan 3.1. Proses berkarya penulis 29 Seni adalah manifestasi atau perwujudan keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN PATUNG GAJAH IDE. Eksplorasi

BAB III METODE PEMBUATAN PATUNG GAJAH IDE. Eksplorasi 36 BAB III METODE PEMBUATAN PATUNG GAJAH A. Bagan Proses Penciptaan IDE Kajian teoritik tentang kesenirupaan dan bahasan yang berhubungan dengan karya (Studi literatur) Eksplorasi Obervasi Pemotretan Objek

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis Alasan penulis mengangkat momen keluarga sebagai sumber ide dalam penciptaan seni grafis, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME yang telah memberi

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk permainan sekoci handcar anak ini termasuk permainan tradisional, yang awalnya terinspirasi dari sebuah kendaraan tradisonal Handcar. Digunakan sekitar

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 50 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Perwujudan Karya Seni Kemajuan yang tengah dialami oleh kaum feminis (perempuan) merupakan suatu titik puncak kejenuhan atas ideologi patriarki, penulis sendiri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR BAGAN... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DALAM PROSES PENCIPTAAN SENI KRIYA KAYU I WAYAN JAGRI DI DESA SINGAPADU

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DALAM PROSES PENCIPTAAN SENI KRIYA KAYU I WAYAN JAGRI DI DESA SINGAPADU IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DALAM PROSES PENCIPTAAN SENI KRIYA KAYU I WAYAN JAGRI DI DESA SINGAPADU 1. Pendahuluan Oleh Nama: I Wayan Arissusila Nim : 201 121 001 Minat: Penciptaan Seni Seni kriya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir kreatif dan inovatif dalam berkarya seni patung baik dari segi teknik dan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir kreatif dan inovatif dalam berkarya seni patung baik dari segi teknik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman teknik dalam pembuatan karya seni patung sudah mengalami perkembangan yang sangat signifikan, dalam perkembangan seni patung

Lebih terperinci

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi

B. Kontemplasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013, hlm. 728) kontemplasi 36 BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Uraian Menurut Humardani (dalam Kartika, 2004, hlm. 3) mengemukakan bahwa memahami kesenian itu berarti menemukan sesuatu gagasan atau pembatasan yang berlaku

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBENTUKAN

BAB III PROSES PEMBENTUKAN BAB III PROSES PEMBENTUKAN Lahirnya karya seni rupa melalui proses penciptaan selalu terkait dengan masalah teknis, bahan, dan alat yang digunakan serta tahapan pembentukannya. Selain kemampuan dan pengalaman,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Kuda adalah hewan yang sangat berguna dalam keseharian sebagian besar manusia, baik itu tenaga, daging bahkan susunya, sejak dahulu memang kuda sudah diandalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa dalam pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya.

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa dalam pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan kreativitas di dalam dunia pendidikan pada saat ini masih dirasakan kurang maksimal, karena guru sebagai pendidik kurang bisa dalam membangun stimulus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Ide dalam proses penciptaan karya seni dapat diperoleh dari hasil pengalaman pribadi maupun pengamatan lingkungan. Kemudian, melalui proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Pada dasarnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan pada umumnya ada tiga elemen dalam berkomunikasi yaitu pembicara, pendengar dan sebuah

Lebih terperinci

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan Kerajinan dari Bahan Alam Oleh Maria Etik Sulistiyani Pembuatan Produk Kerajinan dari bahan alam Tanah Liat Serat Kayu Bambu Kulit Logam Batu Rotan Kemasan Produk Berdasarkan teknik, bahan, alat, dan prodesur

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH TEKANAN UDARA TERHADAP NILAI KEKASARAN PADA BENDA KERJA PLAT DENGAN BAHAN ST 37 PADA PROSES SANDBLASTING

TUGAS AKHIR PENGARUH TEKANAN UDARA TERHADAP NILAI KEKASARAN PADA BENDA KERJA PLAT DENGAN BAHAN ST 37 PADA PROSES SANDBLASTING TUGAS AKHIR PENGARUH TEKANAN UDARA TERHADAP NILAI KEKASARAN PADA BENDA KERJA PLAT DENGAN BAHAN ST 37 PADA PROSES SANDBLASTING Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Srata Satu Jurusan Teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X

BAB III METODE PENCIPTAAN. cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X BAB III METODE PENCIPTAAN A. Visualisasi Karya Karya lukis ini sebanyak 4 karya. Karya pertama berukuran 125 cm X 140 cm, karya ke dua berukuran 120 cm X 135 cm, karya ke tiga berukuran 100 cm X 50 cm,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN Batik merupakan warisan budaya dari Indonesia yang sudah disahkan oleh pihak UNESCO. Batik Yogyakarta atau Batik Jogja merupakan bagian dari budaya Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan dengan keterampilan tangan. Selain memiliki nilai estetis bentuk benda kerajinan tersebut memiliki

Lebih terperinci

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). Akan tetapi, pada dasarnya unsur kreativitas dan pengalaman

Lebih terperinci

lilin masih dalam bentuk bongkahan padat. Untuk membuatnya menjadi

lilin masih dalam bentuk bongkahan padat. Untuk membuatnya menjadi BABV PEMBAHASAN Dalam bab ini pembahasan akan dilakukan analisis untuk mengetahui ketepatan penggunaan metode Layer Deposition Manufacturing (LDM) dalam pembuatan model gunung, yaitu dengan cara membandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN

BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN BAB III METODOLOGI PENCIPTAAN A. Bagan Proses Penciptaan Perjuangan Nelson Mandela dalam menghapuskan politik apartheid dan kecintaan Nelson Mandela terhadap Batik Indonesia KONTEMPLASI STIMULUS IDE Budaya

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. PROSES PENCIPTAAN Pengolahan ide berkarya merupakan proses pengolahan konsep yang kemudian diwujudkan kedalam bentuk karya lukis dimulai dengan mengolah rasa, kepekaan,

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU Oleh: Drs. I Made Radiawan,M.Erg. 195804111985031001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013 ABSTRAK Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Gambar 1.1 karakter urban toys Kidrobot (Sumber foto: www.kidrobot.com) Pada desain urban toys ini mengutamakan bentuk dasar dari bentuk bentuk binatang, bahan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA MONUMENTAL SENI PATUNG

DESKRIPSI KARYA MONUMENTAL SENI PATUNG DESKRIPSI KARYA MONUMENTAL SENI PATUNG JUDUL KARYA: S I D A K A R Y A Di publikasikan melalui pameran seni rupa Pesta Kesenian Bali XXXIV 2012. Tema pameran Paaras Paros dinamika dalam kebersamaan yang

Lebih terperinci

KEINDAHAN BENTUK ULAT SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN SENI PATUNG

KEINDAHAN BENTUK ULAT SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN SENI PATUNG 1 KEINDAHAN BENTUK ULAT SEBAGAI SUMBER INSPIRASI DALAM PENCIPTAAN SENI PATUNG Oleh: I Putu Gede Herman Pranata 2009 04 003 Minat Seni Patung Program Studi Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa Dan Desain

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PENCIPTAAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PENCIPTAAN ANATOMI MANUSIAA SEBAGAI OBJEK PENCIPTAAN KARYA SENII LOGAM PENCIPTAAN Ahmad Shahredza H 1111602022 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDY S-1 S KRIYA SENI JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI S RUPA INSTITUT SENII INDONESIA

Lebih terperinci

III. PROSES PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN III. PROSES PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dunia virtual dalam media sosial memang amat menarik untuk dibahas, hal ini pulalah yang membuat penulis melakukan sebuah pengamatan, perenungan

Lebih terperinci

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI Disusun Oleh : Nama : Kelas : X Mipa 6 Pelajaran : Seni Budaya SMA TAHUN AJARAN 2016/2017 Seni Rupa Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk sebuah karya

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting TUGAS AKHIR Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 53 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide atau Gagasan Beberapa faktor dapat mempengaruhi sebagian karya dari ide yang dihasilkan seorang seniman, faktor tersebut bisa datang dari dalam maupun luar yang menjadikan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENCIPTAAN

BAB III. METODE PENCIPTAAN 34 BAB III. METODE PENCIPTAAN Seni merupakan media yang tepat dalam menyampaikan apa yang hendak kita ungkapkan, entah itu perasaan jiwa, isu sosial, juga termasuk kritik sosial. Khususnya seni lukis realis,

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II a. Orisinalitas METODE PERANCANGAN Banyak produk rak buku dengan berbagai macam bentuk yang sudah beredar dipasaran, namun dari banyaknya jenis rak yang sudah ada hanya sedikit sekali yang mengeksplorasi

Lebih terperinci

dari permainan egrang. Seperti yang kita ketahui permainan egrang kini sudah sangat

dari permainan egrang. Seperti yang kita ketahui permainan egrang kini sudah sangat V. ULASAN KARYA PERANCANGAN A. Konsep Perancangan Dalam proses perancangan desain meja belajar ini dibuat untuk turut serta melestarikan kebudayaan Indonesia melalui lemari minimalis yang mengandung esensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi untuk memperindah sesuatu atau sebagai simbol yang mengandung makna untuk mencapai sesuatu yang ada

Lebih terperinci

BAB III PROSES BERKARYA

BAB III PROSES BERKARYA BAB III PROSES BERKARYA Terdapat beberapa tahapan yang saya lalui dalam menciptakan karya tugas akhir ini. Beberapa tahapan tersebut meliputi gagasan saya dalam berkarya, pendekatan material dan teknik

Lebih terperinci

A. Implementasi Teoritik

A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Lebah Madu adalah serangga kaya manfaat, dalam klasifikasi dunia binatang, lebah dimasukan dalam Ordo Hymenoptera yang artinya sayap bening.

Lebih terperinci

BAB ll METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Beberapa desainer ada yang bergerak di dunia design toys atau bisa disebut Urban toys, tema yang mereka ambil biasanya karakter pribadi, tokoh kartun, superhero,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll. SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI 1. PEMBAGIAN BERDASARKAN DIMENSI Pengertian dimensi adalah ukuran yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi. Karya seni rupa yang hanya memiliki panjang dan lebar disebut

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Gambar 1. Meja Kopi Stainless (Sumber dari internet: http://desaininteriorrumah.info) Pada desain ini mengutamakan kesan minimalis dan modern dengan pengkombinasian

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan

BAB III METODE PENCIPTAAN. keluar dari kegelisahan tersebut. Ide/gagasan itu muncul didorong oleh keinginan 33 BAB III METODE PENCIPTAAN Setiap orang pasti mempunyai kegelisahan terhadap suatu persoalan yang ada didalam dirinya ataupun dilingkungan sekitar, sehingga menumbuhkan gagasan untuk keluar dari kegelisahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 46 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Persiapan 1. Ide Berkarya Kegemaran sejak kecil penulis mengamati tingkah laku dan bentuk binatang sekitar yang unik, menjadikan penulis untuk memperluas lagi pengetahuan

Lebih terperinci

JUDUL KARYA: NAGA SESA Di pamerkan di Museum Puri Lukisan Ubud tanggal 7-25 Oktober 2010

JUDUL KARYA: NAGA SESA Di pamerkan di Museum Puri Lukisan Ubud tanggal 7-25 Oktober 2010 DESKRIPSI PENCIPTAAN KARYA MONUMENTAL SENI PATUNG JUDUL KARYA: NAGA SESA Di pamerkan di Museum Puri Lukisan Ubud tanggal 7-25 Oktober 2010 DICIPTAKAN OLEH: TJOKORDA UDIANA NINDHIA PEMAYUN DICIPTAKAN TAHUN

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tema Karya yang di Angkat Penulis mengangkat bentuk visualisasi gaya renang indah ke dalam karya seni grafis karena berenang merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB II A. ORISINALITAS

BAB II A. ORISINALITAS BAB II A. ORISINALITAS Beberapa desainer ada yang bergerak di dunia design toys atau bisa disebut Urbantoys, tema yang mereka ambil biasanya karakter pribadi, tokoh kartun, superhero, streetart, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Pemanfaatan bahan kulit asli yang dihasilkan dari kulit hewan bisa mempengaruhi kesinambungan kehidupan hewan. Oleh karena itu diharapkan bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ekspresi atau ide pada bidang dua dimensi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni lukis adalah karya seni rupa dua dimensional yang menampilkan citra visual melalui unsur titik, garis, bidang, tekstur, dan warna. Sebagai karya seni murni,

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Kucing adalah hewan yang memiliki karakter yang unik dan menarik. Tingkah laku kucing yang ekspresif, dinamis, lincah, dan luwes menjadi daya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN LAPORAN KERJA PRAKTIK... iv

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN LAPORAN KERJA PRAKTIK... iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN LAPORAN KERJA PRAKTIK... iv RIWAYAT HIDUP... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Penumuan ide berkarya ini diawali karena domisili penulis yang berasal dari Sumedang, kemudian mendorong penulis untuk menciptakan karya seni yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis

BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoristis BAB III IKAN LELE SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoristis Penulis mengangkat Ikan Lele sebagai tema dalam seni grafis, karena ikan lele adalah ikan air tawar yang memiliki bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU

BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU BAB III METODOLOGI PEMBUATAN PATUNG KAYU A. Bagan Proses Penciptaan Ide Studi Literatur Eksplorasi - Observasi - Dokumentasi - Pemilihan Media - Teknik Improvisasi Perancangan Bentuk Proses Pembentukan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 1997 / 1998 KATA PENGANTAR Upaya para nelayan dalam mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PERANCANGAN. ruangan yang bersifat modern simple untuk menghemat suatu ruangan.

BAB II METODOLOGI PERANCANGAN. ruangan yang bersifat modern simple untuk menghemat suatu ruangan. BAB II METODOLOGI PERANCANGAN A. ORISINALITAS Metode perancangan ini mengacu kepada beberapa desain yang dikembangkan menjadi sebuah furniture yang berbeda dari sebuah desain dan material meja ruang tamu

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci

SENI PATUNG JENJANG SMK

SENI PATUNG JENJANG SMK SENI PATUNG JENJANG SMK Standar Kompetensi Guru Standar Isi Indikator Esensial Kompetensi Inti Kompetensi Guru Mapel/ Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Mengenal Karakteristik Peserta Didik 1.1

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Keterhubungan hasil rancangan dengan lingkungan yaitu penggunanaan bahan multipleks lapisan-lapisan kayu yang ditumpuk berlapis-lapis dan dipress

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ipan Nurfahmil Ulum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ipan Nurfahmil Ulum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciri dari kemajuan zaman atau peradaban adalah berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimplementasikan pada pembangunan dan penciptaan sebuah benda.

Lebih terperinci

2014 GUNUNG KRAKATAU SEBAGAI IDE BERKARYA SENI GRAFIS

2014 GUNUNG KRAKATAU SEBAGAI IDE BERKARYA SENI GRAFIS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni selalu berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia sejak saat adanya peradaban manusia dan akan terus berkembang sampai masa yang akan

Lebih terperinci

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud) Seni Rupa Bab 1 Pembelajaran Menggambar Flora, Fauna, dan Alam Benda Kompetensi Inti KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA A. Implementasi Teoritis Mengamati anak-anak baik dalam kehidupan dirumah ataupun diluar rumah, memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa kecil

Lebih terperinci

PENGESAHAN. Yogyakarta, 22 Oktober 2013 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

PENGESAHAN. Yogyakarta, 22 Oktober 2013 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Dekan, PERSETUJUAN Tugas akhir karya seni yang berjudul Ikan Tuna Sebagai Inspirasi Penciptaan Lampu Hias ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan. Yogyakarta, 22 Oktober 2013 Pembimbing Muhajirin,

Lebih terperinci

yang diterapkan. Peta topografi digunakan sebagai gambar desain karena memiliki

yang diterapkan. Peta topografi digunakan sebagai gambar desain karena memiliki BAB IV PROSES PEMBUATAN PRODUK SENI MODEL GUNUNG Proses pembuatan produk seni model gunung ini mengunakan metode Layer Deposition Manufacturing (LDM), yaitu model gunung dibuat per layer atau per lapis

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN 1. Lingkungan Hidup a. Limbah Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industry maupun domestik ( rumah tangga

Lebih terperinci

MENULIS ITU BERCERITA!

MENULIS ITU BERCERITA! SERI JURNALISME DESA MENULIS ITU BERCERITA! Menulis itu (terasa) sulit. Demikian komentar banyak orang ketika mereka harus menulis. Benar kah demikian? Atau barangkali itu hanya pikiran kita saja? Sebelum

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM

MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan

Lebih terperinci

Keterbatasan produksi mainan lokal. Latar belakang + -

Keterbatasan produksi mainan lokal. Latar belakang + - Keterbatasan produksi mainan lokal Latar belakang + - Lebih produktif Bahan tidak aman Finishing aman Produksi lebih lambat Penggunaan bahan baku kayu Proses produksinya memungkinkan dilakukan secara skala

Lebih terperinci

Tanah liat dihasilkan oleh alam yang berasal dari pelapukan kerak bumi. Tanah liat memiliki karakteristik:

Tanah liat dihasilkan oleh alam yang berasal dari pelapukan kerak bumi. Tanah liat memiliki karakteristik: Pengertian Bahan Lunak Bahan adalah material yang memiliki sifat tertentu yang dapat mempengaruhi hasil karya yang dibuat dari material tersebut. Terdapat tiga kategori bahan, yaitu: Bahan lunak, yaitu

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Desain furnitur yang berkualitas mengandung kompleksitas nilai, ketrampilan teknik, muatan filosofi maupun metodologi. Pertimbangan perencanaan desain lampu hias

Lebih terperinci

DICIPTAKAN OLEH: TJOKORDA UDIANA NINDHIA PEMAYUN

DICIPTAKAN OLEH: TJOKORDA UDIANA NINDHIA PEMAYUN DESKRIPSI PENCIPTAAN KARYA MONUMENTAL SENI PATUNG JUDUL KARYA: P E M B U R U Di publikasikan melalui pameran seni patung dan seni lukis bersama, bertempat di Taman Budaya Bali (Art Centre), Tanggal Pameran:

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Waktu merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari rutinitas kehidupan manusia, tanpa waktu manusia akan sulit menjalankan kewajibannya. Waktu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan mengolah benda-benda dan kekayaan alam lingkungan sekitar kita menjadi suatu benda yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III PROSES BERKREASI BATIK GEOMETRIS. Banyak teknik yang digunakan para seniman untuk menunjang pembuatan

BAB III PROSES BERKREASI BATIK GEOMETRIS. Banyak teknik yang digunakan para seniman untuk menunjang pembuatan 31 BAB III PROSES BERKREASI BATIK GEOMETRIS A. Teknik Berkarya Seni Lukis dan Media Banyak teknik yang digunakan para seniman untuk menunjang pembuatan karyanya, begitu juga dalam seni lukis. Teknik dibedakan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Mata Pelajaran : Keterampilan Vokasional Paket Keterampilan : Seni dan Kerajinan Jenis Ketrampilan : Kriya Kayu SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNA

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Pelebon PENCIPTA : I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn PAMERAN : Pameran Seni Rupa Truly Bagus II Harmony in Diversity Cullity Gallery, Faculty of Architecture,

Lebih terperinci

Gambar 1 : Tempat Tidur Bayi Dari Kayu

Gambar 1 : Tempat Tidur Bayi Dari Kayu BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Gambar 1 : Tempat Tidur Bayi Dari Kayu Gambar di atas adalah Tempat tidur karya sejenis dari segi bahan dan materialnya produk di atas menggunakan bahan baku kayu,

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA YANG BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK 1.Nozzle Nozzle merupakan perangkat yang tidak kalah penting dalam pemadaman, fungsi nozzle ini adalah mempermudah

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA Judul : Prada Ukuran : 100x100 cm Tahun : 2010 Media : Batik di atas kain Dipamerkan pada acara Pameran Karya Seni Batik tingkat Nasional di Hall Rektorat UNY

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA IV. Kajian Estetika Feldman Kajian motif bunga mawar pada kelom geulis Sheny menggunakan teori Estetika Feldman, untuk mengkaji objek

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 2. Tataran System a. Bagian Bagian Casing PC.

BAB IV KONSEP. 2. Tataran System a. Bagian Bagian Casing PC. BAB IV KONSEP 1. Tataran Lingkungan / Komunitas Keterhubungan hasil rancangan ini pada komunitas pengguna komputer desktop untuk memberikan kualitas dan ragam produk kerajinan kriya yang dimasukan ke dalam

Lebih terperinci