Analisis Pengaruh Suhu Pengolahan dan Derajat Brix terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Gula Kelapa Cair dengan Metode Pengolahan Vakum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Pengaruh Suhu Pengolahan dan Derajat Brix terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Gula Kelapa Cair dengan Metode Pengolahan Vakum"

Transkripsi

1 Analisis Pengaruh Suhu Pengolahan dan terhadap Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Gula Kelapa Cair dengan Metode Pengolahan Vakum Analysis of Processing Temperature and Brix Degree Effect to the Phisico- Chemistry and Sensory characteristics of Liquid Coconut Sugar using Vacuum Processing Method Agung Sukoyo*, Bambang Dwi Argo, Rini Yulianingsih Jurusan Keteknikan Pertanian Minat Teknik Bioproses - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang *Penulis Korespondensi, anatshiagung@yahoo.co.id ABSTRAK Gula kelapa hasil pengolahan secara konvensional umumnya berbentuk padat dan cukup keras, yang mengharuskan para konsumen untuk mengiris dan melarutkannya terlebih dahulu sebelum digunakan. Hal ini dinilai sebagai sesuatu yang tidak efisien bagi konsumen dan para produsen gula merahtradisional, maka dari itu perlu dikembangkan produk gula kelapa dalam bentuk cair. Adanya produk gula kelapa yang dimodifikasi dalam bentuk cair merupakan trobosan baru yang nantinya diharapkan dapat lebih memudahkan konsumen dari segi penggunaanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pemasakan dan derajat brix terhadap karakteristik fisikokimia dan sensoris gula kelapa cair, serta mengetahui perlakuan terbaik dalam pengolahan gula kelapa cair. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap yang disusun secara faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama terdiri dari dua level dan faktor kedua terdiri empat level. Faktor I variasi suhu pemasakan vakum60 dan 70 0 C. Faktor II pengaturan derajat brix 60, 65, 70, 75 0 Brix. Hasil analisa menunjukkan bahwa nilai perlakuan terbaik terdapat pada gula kelapa cair yang diolah dengan menggunakan evaporator vakum pada suhu 60 0 C dan derajat brix 75. Pada perlakuan ini nilai viskositas Cp, gula pereduksi 6.44 %, ph 5.90, parameter warna R 109, G 55,33, dan B 49,33, organoleptik rasa 5,65 (agak menyukai), tekstur 5,35 (agak menyukai), aroma 5,10 (agak menyukai) dan warna 5,20 (agak menyukai). Kata kunci: Gula kelapa cair, nira kelapa, evaporator vakum. ABSTRACT Coconut sugar as the product of conventional processing commonly has a solid form; thus, it should be sliced and melted before using it. That is not efficient for consumers and traditional producers, therefore the new liquid product of coconut sugar need to be produced. A new kind product of coconut sugar in liquid form is a kind of breakthrough that is expected to facilitate consumers in using it. This research is intended to find the effect of processing temperature and Brix Degree to Psycho-Chemistry and sensory characteristics of liquid coconut sugar. Moreover, this research also designed to find the proper formula in processing liquid coconutsugar. The research method was randomized complete design arranged in a factorial with two factor. The first factor consists of two levels, while the second factor consists of four levels. First factor (factor I) use vacuum 60 0 and 70 0 C as the processing variation degree. Second Factor (Factor II) is Brix degree in 60 0, 65 0, 70 0,75 0 Brix.The result shows that the value of the most proper treatment are on liquid coconut sugar treated by using evaporator vacuum at 60 0 C and brix degree of 75. At this treatment the value of viscosity is Cp, reduction sugar of 6.44 %, ph 5.90, color parameter of R 109, G 55,33, and B 49,33, organoleptik taste is 5,65 (approximately like), texture of 5,35 (approximately like), aroma on 5,10 (approximately like) and color on 5,20 (approximately like). Key words: Liquid coconut sugar, coconut sap, evaporator vacuum. 170

2 PENDAHULUAN Indonesia memiliki luas perkebunan kelapa (Cocos nusifera L) terbesar di dunia yakni 3,712 juta Ha, sebagian besar merupakan perkebunan rakyat (96,6%) sisanya milik negara (0,7%) dan swasta (2,7%) (ICN, 2011). Kelapa merupakan tanaman perkebunan dengan bermacam-macam kegunaan. Hampir semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk bermacam-macam produk, salah satu bagian yang dapat dimanfaatkan adalah nira kelapa. Nira kelapa adalah salah satu bagian dari tanaman kelapa yang banyak dikembangkan sebagai produk olahan antara lain sebagai gula kelapa. Gula kelapa hasil pengolahan secara konvensional berbentuk padat dan cukup keras yang mengharuskan para konsumen untuk mengiris dan melarutkannya terlebih dahulu sebelum digunakan. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak efisien bagi konsumen sekaligus bagi para produsen gula tradisional, maka dari itu perlu dikembangkan produk gula kelapa dalam bentuk cair. Adanya produk gula kelapa yang dimodifikasi berbentuk gula cair merupakan trobosan baru yang nantinya diharapkan dapat lebih memudahkan konsumen dari segi penggunaanya. Selain itu bagi para produsen akan dapat mengurangi bahan bakar karena waktu pengolahan yang menjadi lebih singkat dibandingkan ketika gula kelapa dibuat dalam bentuk padatan. Salah satu metode pengolahan yang dapat digunakan untuk membuat gula cair adalah dengan menggunakan metode vakum. Metode vakum dipilih karena prosesnya tertutup, sehingga dapat menghasilkan gula cair dengan kualitas yang lebih baik daripada diolah dengan metode tradisional menggunakan wajan atau panci yang terbuka. Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu ada penelitian tentang pembuatan gula kelapa cair dengan menggunakan metode pengolahan vakum serta karakteristik fisikokimia dan sensoris gula kelapa cair dengan bahan baku nira kelapa. Alat dan Bahan METODE PENELITIAN Alat-alat yangyang digunakan untuk memproduksi gula cair meliputi evaporator vakum, kain saring dan ember. Untuk keperluan analisa digunakan hand refractometer, ph meter, gelas ukur, pipet tetes, color reader, Spectrofotometer, viskometer, beaker glass dan timbangan digital. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan baku utama: nira kelapa, air kapur, minyak goreng. Bahan baku nira kelapa diperoleh dari petani kelapa di Desa Bangsri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor yaitu suhu pengolahan vakum dan variasi derajat brix, selanjutnya dianalisis menggunakan ANOVA yang disertai dengan standar deviasi dan diuji lanjut dengan menggunakan uji BNT. Pengaturan suhu pengolahan vakum dan variasi derajat brix yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Pengaturan Suhu Pengolahan Vakum (60 dan 70 0 C) dan Variasi Derajat Brix (60, 65, 70, 75 0 Brik) Pengaturan Suhu Variasi Konsentrasi Tepung Porang (B) Pemasakan Vakum (A) B1 (60 0 Brix) B2 (65 0 Brix) B3 (70 0 Brix) B4 (75 0 Brix) A1 (60 0 C) A2 (70 0 C) A1B1 A2B1 A1B2 A2B2 A1B3 A2B3 A1B4 A2B4 Proses persiapan bahan baku nira kelapa Nira kelapa yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Bangsri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar hasil penyadapan pagi hari. Sebelum memulai penyadapan timba tempat penampungan nira telah ditambahkan air kapur sebanyak ± 10 ml. Dalam proses penyadapan, timba penyadap akan ditutup dengan menggunakan kain untuk mencegah kotoran dan air hujan yang masuk ke dalam timba selama proses penyadapan. Nira kelapa hasil penyadapan selanjutnya akan disaring terlebih dahulu untuk memisahkan nira dari kotoran. Sebelum diolah dengan meneggunakan evaporator vakum nira kelapa dipanaskan terlebih dahulu selama kurang lebih 1 jam sampai nira mendidih dan mengeluarkan buih. 171

3 ph Pemanansan disini berfungsi untuk mengurangi kandungan mikroorganisme yang terkandung didalam nira dan untuk membersihkan nira dari kotoran (buih) yang timbul selama pemanansan. Proses pembuatan gula kelapa cair dengan evaporator vakum Tahapan kedua dalam penelitian ini adalah menggolah nira kelapa yang telah melalui proses pemanasan terlebih dahulu dengan menggunakan evaporator vakum. Suhu pemasakan vakum dikontrol pada suhu 60 0 C dan 70 0 C, masing- masing suhu pengolahan akan digunakan untuk mengolah 6 liter nira kelapa. Selama dalam proses pengolahan gula kelapa cair akan dipantau derajat brixnya hingga mencapai derajat brix 60, 65, 70 dan 75. Pengukuran derajat brix dilakukan dengan menggunakan refractometer, dengan menggambil sampel pada saat pengolahan. Ketika gula cair telah mencapai derajat brix yang telah ditetapkan, gula cair akan langsung dimasukan ke dalam botol untuk selanjutkan akan dilakukan analisa yang meliputi ph, viskositas, gula pereduksi, indeks warna (R, G, B), serta uji sensoris yang meliputi rasa, aroma, warna, dan tekstur. Parameter Pengamatan Parameter yang diukur meliputi derajat brix, ph, viskositas, gula pereduksi, dan intensitas warna (R, G, B), uji organoleptik (rasa, aroma, warna dan tekstur) dan perlakuan terbaik. Pelaksanaan pengamatan terhadap parameter parameter tersebut dilaksanakan dengan menggunakan cara sebagai berikut : Pengukuran intensitas warna menggunakan color reader menurut Yuwono dan Susanto (1998), pengukuran ph menggunakan ph meter, viskositas menggunakan viscometer dan derajat brix menggunkan refractometer menurut AOAC (1999), penentuan gula peredruksi menggunakan metode nelson simogyi menurut sudarmaji dkk., (1997). Uji organoleptik (rasa, aroma, warna dan tekstur) menggunakan metode Hedonic Scale (tingkat kesukaan) menurut Soekarto (2002) dengan melibatkan panelis tidak terlatih sebanyak 20 orang. Perlakuan terbaik dipilih menggunakan metode De Garmo, et al., (1984) dalam Purwanto (2012). A. Sifat Fisikokimia HASIL DAN PEMBAHASAN 1. ph Hasil analisa ragam menunjukan bahwa perlakuan suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix, serta interaksi diantara keduanya (AxB) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap ph gula kelapa cair. Pengaruh suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix terhadap ph disajikan pada gambar Gambar 1. Rerata pengaruh suhu pengolahan vakum dan derajat brix terhadap ph gula kelapa cair. Berdasarkan hasil penelitian pada gambar 1 terlihat bahwa antara pengolahan dengan suhu 60 0 C dan 70 0 C menggunakan evaporator vakum dan pengaturan derajat brix tidak berdampak pada kenaikan dan penurunan ph secara drastis dengan nilai rerata ph yang diperoleh adalah Menurut Diniyah dkk., (2012), perlakuan pengaruran derajat brix tidak memberikan sumbangan ion H + atau pegaruh reaksi kimia karena pengaturan derajat brix hanya bersifat fisik yaitu pemekatan atau penguapan air dari larutan gula saja. 172

4 Gula Reduksi (%) Viskositas (Cp) 2. Viskositas Rerata viskositas dari gula kelapa cair akibat perbedaan suhu pengolahan vakum dan perbedaan derajat brix berkisar antara (Cp) sampai (Cp). Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan suhu pengolahan vakum memberikan pengaruh tidak berbeda nyata, sedangkan pengaturan derajat brix memberikan pengaruh yang sangat nyata ( P > 0.01 ) sedangkan interaksi antara kedua perlakuan (AxB) tidak berbeda nyata terhadap viskositas gula kelapa cair. Pengaruh suhu pengolahan vakum dan derajat brix terhadap viskositas gula kelapa cair disajikan pada gambar Suhu 60 C Suhu 70 C Gambar 2. Grafik rerata pengaruh suhu pengolahan vakum dan derajat brix terhadap viskositas gula kelapa cair. Berdasarkan hasil penelitian, semakin tinggi nilai derajat brix akan menyebabkan kenaikan viskositas. Menurut Diniyah dkk., (2012), semakin lama waktu penguapan akan dapat menyebabkan kenaikan viskositas. Hal ini disebabkan karena air yang menguap akan semakin banyak dan total padatan terlarut semakin meningkat, sehingga viskositas akan meningkat. Sedangkan dari perbedaan suhu tidak memberikan pengaruh yang nyata diduga karena selisih suhu yang digunakan tidak terlalu besar, sehingga menghasilkan produk dengan viskositas yang hampir sama. 3. Total Gula Pereduksi Besar kecilnya kadar gula pereduksi sangat ditentukan oleh besar kecilnya kadar gula pereduksi dalam bahan dan tingkat inversi selama proses pemasakan. Rerata hasil analisis total gula pereduksi gula kelapa cair akibat perbedaan suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix berkisar antara 5.28 sampai dengan Hasil analisa ragam menunjukan bahwa perlakuan suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix, serta interaksi diantara keduanya (AxB) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap total gula pereduksi gula kelapa cair. Pengaruh suhu pengolahan vakum dan derajat brix terhadap total gula pereduksi gula kelapa cair disajikan pada gambar Suhu 60 Suhu 70 Gambar 3. Grafik rerata pengaruh suhu pengolahan vakum dan derajat brix terhadap total gula pereduksi gula kelapa cair. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan dalam pengolahan gula kelapa cair maka akan meningkatkan total gula reduksi pada gula kelapa cair. Menurut Desrosier (1997), besarnya kadar gula pereduksi dipengaruhi oleh adanya dekomposisi sukrosa oleh 173

5 Indeks Warna G Indeks Warna R mikroba menjadi glukosa dan fruktosa pada nira. Semakin rendah ph dan semakin tinggi suhu penguapan, laju inversi semakin tinggi. Pengamatan total gula reduksi terhadap parameter kontrol juga menunjukan nilai total gula reduksi yang lebih besar dibandingkan dengan nilai setiap perlakuan. Hal ini diduga karena suhu yang digunakan pada parameter kontrol lebih besar, sehingga laju inversi semakin tinggi dan total jula reduksi menjadi semakin besar. 4. Indeks Warna R Hasil analisa menunjukan bahwa rerata indeks warna R gula kelapa cair akibat perbedaan suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix berkisar antara 103,00 sampai dengan 130,67. Pengaruh perbedaan suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix disajikan pada gambar Suhu 60 Suhu 70 Gambar 4. Grafik rerata pengaruh suhu pengolahan vakum dan derajat brix terhadap indeks warna R (red) gula kelapa cair. Pada gambar 4 terlihat bahwa semakin tinggi derajat brix gula kelapa cair, maka akan menyebabkan penurunan nilai kemerahan (R) dari gula kelapa cair. Semakin kecil angka yang ditunjukan oleh color reader maka hal itu menyatakan tingkat warna yang lebih gelap dibandingkan dengan ketika color reader menunjuk ke angka yang lebih besar. Hasil analisa ragam menunjukan bahwa perlakuan suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix, serta interaksi diantara keduanya (AxB) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap total gula pereduksi gula kelapa cair. Pengaruh tidak nyata tersebut disebabkan karena hasil dari analisa warna menggunakan colour reader tidak memberikan selisih yang sangat besar diantara berbagai perlakuan, selain itu dari pengamatan secara visual tampak bahwa perbedaan warna dari brix yang rendah menuju brix yang tinggi tidak terlalu terlihat secara jelas. 5. Indeks Warna G Hasil analisa menunjukkan bahwa rerata indeks warna G gula kelapa cair akibat perbedaan suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix berkisar antara sampai dengan Pengaruh perbedaan suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix disajikan pada gambar Suhu 60 Suhu 70 Gambar 5. Grafik rerata pengaruh suhu pengolahan vakum dan derajat brix terhadap indeks warna G (green) gula kelapa cair. 174

6 Indeks Warna R Pada gambar 5 terlihat bahwa semakin naiknya derajat brik maka indeks warna hijau akan mengalami penurunan, penurunan ini menandakan bahwa semakin naiknya derajat brik warna gula cair yang dihasilkan juga semakin gelap. Hasil analisa ragam menunjukan bahwa perbedaan suhu pengolahan vakum dan kenaikan derajat brix memberikan pengaruh yang tidak nyata (ɑ = 0.05). Pengaruh tersebut karena pengolahan vakum dengan menggunakan suhu 60 0 C dan suhu 70 0 C menghasilkan gula cair dengan warna yang hampir mirip, sedangkan dari segi kenaikan derajat brix menunjukan terdapat penurunan indek warna G pada gula kelapa cair dengan penurunan yang kecil. 6. Indeks Warna B Hasil analisa menunjukkan bahwa rerata indeks warna B gula kelapa cair akibat perbedaan suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix berkisar antara 45,67 sampai dengan Pengaruh perbedaan suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix disajikan pada gambar Suhu 60 Suhu 70 Gambar 6. Grafik rerata pengaruh suhu pengolahan vakum dan derajat brix terhadap indeks warna B (blue) gula kelapa cair. Pada gambar 6 terlihat bahwa semakin naiknya derajat brik akan menyebabkan penurunan pada indeks warna biru, penurunan ini menandakan bahwa semakin naiknya derajat brik warna gula cair yang dihasilkan akan semakin gelap. Hasil analisa ragam menunjukan bahwa perbedaan suhu pengolahan vakum memberikan pengaruh yang tidak nyata (ɑ = 0.05), sedangkan kenaikan derajat brix memberikan pengaruh yang sangat nyata (ɑ = 0.01) terhadap penurunan indeks warna biru. Menurut Ozdemir (1997), menyatakan bahwa pencoklatan yang terjadi pada proses pengolahan dikarenakan terjadinya reaksi maillard dan karamelisasi, yang disebabkan oleh keberadaan gula pereduksi, protein, dan lemak dalam nira. Reaksi maillard adalah reaksi yang terjadi antara asam amino dengan gula pereduksi apabila dipanaskan bersama-sama. Sedangkan reaksi karamelisasi adalah reaksi yang terjadi pada pemanasan gula dalam asam, basa, dan pemanasan tanpa air. Hal itulah yang memungkinkan menjadi penyebab timbulnya perbedaan warna pada gula kelapa sehingga memberikan pembacaan indeks warna R, G, B yang berbeda-beda, walaupun perbedaan tersebut tidak berbeda nyata menurut analisa statistik. Menurut Santoso (1995), adanya keragaman warna dan kekerasan pada produk gula merah di pasaran Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu rendahnya teknologi pengolahan, adanya fariasi bahan baku (kondisi nira), maupun proses pengolahan yang tidak konsisten. B. Uji Organoleptik 1. Tingkat Kesukaan Rasa Rasa merupakan faktor penting yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk menerima atau menolak makanan. Rerata nilai kesukaan rasa gula kelapa cair dari 20 panelis berkisar antara 5,65 (agak menyukai) sampai 4,7 (netral). Nilai rata rata penilaian panelis terhadap rasa gula kelapa cair hasil pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix disajikan pada gambar

7 Rerata Kesukaan Aroma Rerata Kesukaan Rasa Suhu 60 C Suhu 70 Gambar 7. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa gula kelapa cair hasil pengolahan dengan evaporator vakum dan pengaturan derajat brix. Dari gambar 7 diketahui bahwa rerata kesukaan panelis tertinggi terdapat pada gula cair dengan brix yang tinggi yaitu pada brix 75 yang diolah dengan suhu 60 0 C, walaupun tingkat kesukaan panelis hampir sama pada setiap perlakuan. Rerata kesukaan para panelis terhadap rasa gula kelapa cair dengan pengolahan vakum lebih besar dibandingkan dengan parameter kontrol, hal itu menunjukan penerimaan yang baik dari para panelis terhadap rasa gula kelapa cair. Dari hasil uji tingkat kesukaan menunjukan bahwa perlakuan suhu pengolahan dan derajat brix tidak berbeda nyata (α = 0,05). Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa gula kelapa cair dari berbagai perlakuan memiliki rasa yang hampir sama. Rasa gula cair sangat dipengaruhi oleh bahan bahan pembuatanya. Bahan baku pembuatan gula kelapa cair didapatkan dari tempat yang sama sehingga juga memiliki kesamaan dalam rasanya. Menurut Nurhayati (1996), gula kelapa memiliki rasa manis dan sedikit asam. Rasa asam disebabkan adanya kandungan asam-asam organik di dalamnya. Adanya asam-asam organik ini menyebabkan gula kelapa mempunyai aroma yang khas, sedikit asam dan berbau karamel. Rasa karamel pada gula kelapa diduga adanya reaksi karamelisasi akibat panas selama pemasakan. Santoso (1995), menambahkan bahwa gula merah mempunyai nilai kemanisan 10% lebih manis dibandingkan dengan gula pasir. Adanya bahan-bahan dari berbagai jenis gula seperti sukrosa, fruktosa, glukosa dan maltosa menyebabkan rasanya manis. 2. Tingkat Kesukaan Aroma Aroma merupakan salah satu parameter yang menentukan rasa enak dari suatu produk. Konsumen akan menerima suatu bahan pangan jika mempunyai aroma yang tidak menyimpang dari aroma normal. Rerata nilai kesukaan aroma gula kelapa cair berkisar antara 4,7 (netral) sampai 5,1 (agak menyukai). Nilai rata rata penerimaan panelis terhadap aroma gula kelapa cair hasil pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix disajikan Gambar Suhu 60 C Suhu 70 C 0 Gambar 8. Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma gula kelapa cair hasil pengolahan dengan vaporator vakum dan pengaturan derajat brix. 176

8 Rerata Kesukaan Warna Gambar 8 menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma gula kelapa cair hasil pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix. Hasil uji tingkat kesukaan terhadap aroma, menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (α = 0,05). Dari situ berarti bahwa aroma gula cair dari berbagai perlakuan tidak terdapat perbedaan, aroma gula kelapa cair sama-sama beraroma seperti gula kelapa dalam bentuk cetakan padat. Menurut Diniyah dkk., (2012), aroma pada gula cair dihasilkan oleh keberadaan komponen voletil. Hal ini didukung oleh penelitian Ho et al., (2006) yang menyatakan bahwa komponen volatil gula nira adalah 5-methyl-6, 7-dihydro-5H-cyclopenta pyrazine dan 4-hydroxy-2,5- dimetil-3(2h) furanone yang akan mempengaruhi aroma gula dan manisnya karamel. 3. Tingkat Kesukaan Warna Warna merupakan komponen sensoris yang penting, karena warna merupakan aspek yang pertama kali dinilai oleh konsumen pada saat melihat produk. Rerata nilai kesukaan panelis terhadap warna gula kelapa cair berkisar antara 4,45 (netral) sampai 5,25 (agak menyukai). Nilai rata rata penerimaan panelis terhadap warna gula kelapa cair hasil pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix disajikan padagambar Suhu 60 C Suhu 70 C Gambar 9. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna gula kelapa cair hasil pengolahan dengan evaporator vakum dan pengaturan derajat brix. Gambar 14 menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap warna gula kelapa cair hasil pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix. Hasil uji tingkat terhadap warna, menunjukkan bahwa perlakuan suhu pengolahan dan derajat brix tidak berpengaruh nyata (α = 0,05). Hal ini disebabkan setiap perlakuan menghasilkan warna gula kelapa cair yang hampir sama yaitu kuning kecoklatan, sehingga para panelis kesulitan untuk membedakan warna gula kelapa cair dari berbagai perlakuan. Menurut Nengah (1990), perbedaan warna pada gula merah terbentuk karena adanya reaksi pencoklatan (browning) selama pengolahan, baik melalui reaksi Maillard maupun reaksi karamelisasi. Kandungan asam dan gula pereduksi yang tinggi akan mempercepat penggosongan pada proses pembuatan gula merah, sehingga produk yang dihasilkan akan mempunyai warna yang gelap. Dari gambar 9 tersebut juga diketahui bahwa rarata kesukaan panelis terhadap gula cair hasil pengolahan vakum lebih tinggi daripada gula cair kontrol yang diolah dengan menggunakan wajan yang terbuka, hal itu dikarenakan dari segi penampakan gula cair yang diolah menggunakan vakum memberikan warna yang lebih cerah dibandingkan apabila gula cair tersebut diolah dengan menggunakan wajan ataupun alat- alat pengolahan taradisional yang lain. 4. Tingkat Kesukaan Tekstur Konsumen umumnya menilai suatu produk selain dari penampakan dan warna adalah dari tekstur produk tersebut. Tekstur yang baik diharapkan halus dan tidak mengandung butiran- butiran kristal sukrosa. Rerata nilai kesukaan tekstur gula kelapa cair berkisar antara 3.15 (agak tidak menyukai) sampai 5,35 (agak menyukai). Nilai rata rata penerimaan panelis terhadap tekstur gula kelapa cair hasil pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix disajikan Gambar

9 Rerata Kesukaan Tekstur Suhu 60 C Suhu 70 C 0 Gambar 10. Tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur gula kelapa cair hasil pengolahan dengan evaporator vakum dan pengaturan derajat brix. Dari grafik diatas diketahui bahwa rerata kesukaan panelis tertinggi terdapat pada perlakuan pengolahan dengan suhu 60 0 C dan derajat brix 75, sedangkan rerata kesukaan terendah terdapat pada perlakuan pengolahan dengan suhu 70 0 C dan derajat brix 60. Dari pengujian tersebut para panelis lebih menyukai terksture yang kental (brix 75) daripada teksture yang kurang kental (brix 60). Hasil uji tingkat kesukaan terhadap teksture, menunjukkan bahwa perlakuan suhu pengolahan vakum dan pengaturan derajat brix berpengaruh sangat nyata (α = 0,01). Hal ini dikarenakan tekstur yang lebih kental pada gula cair lebih bagus dibandingkan tesktur yang tidak kental berdasarkan penilaian panelis. Menurut Diniyah dkk., (2012), semakin naiknya derajat brix maka kekentalan gula cair juga akan meningkat, karena air sebagai pelarut mengalami penguapan sehingga dengan semakin naiknya derajat maka total padatan akan meningkat dan kekentalan gula cair juga akan meningkat. C. Analisa Perlakuan Terbaik Pemilihan perlakuan terbaik pada penelitian kali ini menggunakan metode indeks efektifitas (De Garmo et al., 1984) dalam Purwanto (2012), yaitu dengan memberikan bobot berdasarkan tingkat kepentingan setiap parameter dalam mempengaruhi konsumen yang diwakili panelis. Untuk parameter dengan rerata besar semakin baik, maka nilai terendah sebagai salah satu nilai terjelek dan nilai tertinggi sebagai nilai terbaik. Hasil parameter perlakuan terbaik dan terjelek disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Parameter Perlakuan Terbaik dan Terburuk Parameter Perlakuan Terbaik Kontrol Perlakuan Terburuk (A1B4) (A2B1) Kontrol Sifat Fisikokimia ph Viskositas Gula Reduksi R G B Organoleptik Rasa Aroma Warna Tekstur KESIMPULAN Perlakuan pengolahan gula kelapa cair dengan menggunakan evaporator vakum dan pengaturan derajat brix memberikan pengaruh terhadap sifat fisikokimia dan sensoris gula kelapa cair. Parameter yang dihasilkan yaitu ph berkisar antara 5.87 sampai 5.97, Viskositas berkisar antara (Cp). Gula pereduksi berkisar antara %, Indeks warna R berkisar antara , indeks 178

10 warna G berkisar antara , indeks warna B berkisar antara Parameter sensoris yang dihasilkan yaitu rasa berkisar antara 4.7 (netral) sampai 5.65 (agak menyukai), aroma berkisar antara 4,7 (netral) sampai 5,1 (agak menyukai), warna berkisar antara 4,45 (netral) sampai 5,25 (agak menyukai), tekstur berkisar antara 3.15 (agak tidak menyukai) sampai 5,35 (agak menyukai). Dari berbagai perlakuan yang telah didapatkan kebanyakan didapatkan hasil tidak berbeda nyata, hal itu dikarenakan perbedaan faktor A (suhu pemasakan vakum) yang hanya berbeda 10 0 C dan sifat fisikokimia antara kedua perlakuan yang hampir mirip. Hasil perlakuan terbaik pengolahan gula kelapa cair pada penelitian ini terdapat pada gula kelapa cair yang diolah dengan menggunakan evaporator vakum pada suhu 60 0 C dan derajat brix 75. Pada perlakuan ini nilai viskositas Cp, gula pereduksi 6.44 %, ph 5.90, parameter warna R 109, G 55,33, dan B 49,33, organoleptik rasa 5,65 (agak menyukai), tekstur 5,35 (agak menyukai), aroma 5,10 (agak menyukai) dan warna 5,20 (agak menyukai). DAFTAR PUSTAKA AOAC, Official Method of Analysis. 16 th edition. As sociation of Official Analytical Chemist International. USA. Desrosier, N. W Teknologi Pengawetan Pangan. Terjemahan: Muchji Muljodiharjo. UI-Press. Jakarta. Diniyah, N., Wijanarko, S. B. & Purnomo, H Teknologi Pengolahan Gula Coklat Cair Nira Siwalan. (Borassus flabellifer L.). Jurnal Teknologi dan Industri PanganVolXXIII No 1. Tahun Ho CW, Wan Aida WM, Maskat MY, Osman H Changes in volatile compound of palm sap (arenga pinnata) during the heating process for production of palm sugar. Jfood Chem 102: ICN Diakses Tanggal 2 Januari Nengah, I, K, P Kajian Reaksi Pencoklatan Termal Pada Proses Pembuatan Gula Merah Dari Nira Aren. Tesis. Program Studi Ilmu Pangan. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor. Nurhayati Mempelajari Kontribusi Flavor Gula Merah pada Pembentukan Flavor Kecap Manis. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Ozdemir, M Food Browning and its. Okyanus. Danismanlik. Diakses 29 juni Purwanto, R. O Pengaruh Komposisi Sirup Glukosa dan Variasi Suhu Pengeringan Terhadap Sifat Fisiko-Kimia dan Inderawi Dodol Rumput Laut (Eucheuma spinosium). Skripsi. Jurusan Keteknikan Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Santoso, H.B Pembuatan Gula Kelapa. Kanisius. Yogyakarta. Soekarto Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudarmadji, S. Haryono, B. dan Suhardi Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. Yuwono, S. S. dan Susanto, T Pengujian Fisik Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. 179

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA (Effect of Addition of Palm Sugar and Heating Temperature on Organoleptic and Quality of Coconut Water

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENGOLAHAN GULA COKLAT CAIR NIRA SIWALAN (Borassus flabellifer L.)

TEKNOLOGI PENGOLAHAN GULA COKLAT CAIR NIRA SIWALAN (Borassus flabellifer L.) Hasil Penelitian J. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXIII No. 1 Th. 1 TEKNOLOGI PENGOLAHAN GULA COKLAT CAIR NIRA SIWALAN (Borassus flabellifer L.) [Brown Sugar Syrup Processing from Siwalan Palm Saps

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN VARIASI JENIS GULA TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL PEPAYA (Carica vasconcellea)

PENGARUH PERLAKUAN VARIASI JENIS GULA TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL PEPAYA (Carica vasconcellea) PENGARUH PERLAKUAN VARIASI JENIS GULA TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL PEPAYA (Carica vasconcellea) THE EFFECT OF SUGAR VARIATION ON PREFERRENCY OF PAPAYA (Carica vasconcellea) DODOL 1) Sukmawati 1), Methatias

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI GULA MERAH DENGAN KACANG TANAH DAN PENAMBAHAN TERASI TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA DAN ORGANOLEPTIK BUMBU RUJAK MANIS CEPAT SAJI

PENGARUH PROPORSI GULA MERAH DENGAN KACANG TANAH DAN PENAMBAHAN TERASI TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA DAN ORGANOLEPTIK BUMBU RUJAK MANIS CEPAT SAJI PENGARUH PROPORSI GULA MERAH DENGAN KACANG TANAH DAN PENAMBAHAN TERASI TERHADAP SIFAT FISIKO KIMIA DAN ORGANOLEPTIK BUMBU RUJAK MANIS CEPAT SAJI The Effect of The Proportion of Plam Sugar With Peanuts

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian in. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau, Laboratorium Kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS Aniswatul Khamidah 1 dan Eliartati 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (4.1) Penelitian Pendahuluan, dan (4.2) Penelitian Utama. 4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JENIS DAN KONSENTRASI PASTA (SANTAN DAN KACANG) TERHADAP KUALITAS PRODUK GULA MERAH

PENGARUH PENAMBAHAN JENIS DAN KONSENTRASI PASTA (SANTAN DAN KACANG) TERHADAP KUALITAS PRODUK GULA MERAH PENGARUH PENAMBAHAN JENIS DAN KONSENTRASI PASTA (SANTAN DAN KACANG) TERHADAP KUALITAS PRODUK GULA MERAH The Influence of Type and Concentration Paste (Coconut Milk and Nuts) Toward Brown Sugar Quality

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae) THE CHEMICAL NATURE AND LEVEL (HARD CANDY) SARI NUTMEG (Myristica fragrans houtt

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM METABISULFIT DAN SUHU PEMASAKAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI VAKUM TERHADAP KUALITAS GULA MERAH TEBU

PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM METABISULFIT DAN SUHU PEMASAKAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI VAKUM TERHADAP KUALITAS GULA MERAH TEBU PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM METABISULFIT DAN SUHU PEMASAKAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI VAKUM TERHADAP KUALITAS GULA MERAH TEBU Influences of Sodium Metabisulphite and Evaporation Vacuum Temperature on

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016 - Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman ini memerlukan udara panas yaitu 24-30 ºC dengan perbedaan suhu musiman tidak lebih dari 6 ºC, perbedaan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI

PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI PENGARUH PROPORSI DAGING BUAH PALA DENGAN AIR DAN KONSENTRASI PUTIH TELUR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SARI DAGING BUAH PALA SKRIPSI OLEH: MEGAWATI GUNAWAN 6103010022 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

YUWIDA KUSUMAWATI A

YUWIDA KUSUMAWATI A PEMANFAATAN BIJI KECIPIR (Psophocarpus tetragonolobus) SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM PEMBUATAN KECAP DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK NANAS DAN EKSTRAK PEPAYA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS GULA MERAH DAN PENAMBAHAN BAWANG PUTIH TERHADAP SIFAT BUMBU RUJAK MANIS CEPAT SAJI

PENGARUH JENIS GULA MERAH DAN PENAMBAHAN BAWANG PUTIH TERHADAP SIFAT BUMBU RUJAK MANIS CEPAT SAJI PENGARUH JENIS GULA MERAH DAN PENAMBAHAN BAWANG PUTIH TERHADAP SIFAT BUMBU RUJAK MANIS CEPAT SAJI The Effect of Brown Sugar and Addition of Garlic on Properties of Instant Rujak Manis Seasoning Dyah Ayu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI GULA KRISTAL Dan ASAM SITRAT TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP AIR KELAPA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

PENGARUH KONSENTRASI GULA KRISTAL Dan ASAM SITRAT TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP AIR KELAPA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN (JSTP) ISSN: 2527-6271 2016 PENGARUH KONSENTRASI GULA KRISTAL Dan ASAM SITRAT TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP AIR KELAPA (Effect of concentration of sugar and Citric Acid on

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN JENIS GULA AREN (Arenga pinnata Merr) TERHADAP MUTU SENSORIS HALUA KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.)

PENGARUH PERBANDINGAN JENIS GULA AREN (Arenga pinnata Merr) TERHADAP MUTU SENSORIS HALUA KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) PENGARUH PERBANDINGAN JENIS GULA AREN (Arenga pinnata Merr) TERHADAP MUTU SENSORIS HALUA KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) THE EFFECT OF COMPARISON OF PALM SUGAR TYPE ON SENSORY QUALITY OF PEANUT HALUA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gula merah kelapa diperoleh dari nira kelapa yang telah diuapkan dan dicetak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gula merah kelapa diperoleh dari nira kelapa yang telah diuapkan dan dicetak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gula merah kelapa Gula merah kelapa diperoleh dari nira kelapa yang telah diuapkan dan dicetak dalam berbagai bentuk (Gambar 1). Sampai saat ini, pembuatan gula kelapa dikerjakan

Lebih terperinci

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Force (Gf) V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.2 Tekstur Tekstur merupakan parameter yang sangat penting pada produk cookies. Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Tekstur

Lebih terperinci

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract The Effect of Addition of Tempe Powder on Consumer Acceptance, Protein, and NPN Composition of fish Protein Concentrate Prepared from Pangasius Catfish (Pangasiushypopthalmus) By M. Yogie Nugraha 1), Edison

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA EFFECT OF THE ADDITION OF SUGAR AND AMMONIUM SULFATE ON THE QUALITY OF NATA SOYA Anshar Patria 1*), Murna Muzaifa 1), Zurrahmah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU 1 Taufik Rahman, 2 Agus Triyono 1,2 Balai Besar

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus) Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus) The Influence Of Drying Temperature and Natrium Metabisulfit

Lebih terperinci

Pembuatan Gula Aren Cair dengan Pengaturan Kapur dan Suhu Evaporasi

Pembuatan Gula Aren Cair dengan Pengaturan Kapur dan Suhu Evaporasi Pembuatan Gula Aren Cair dengan Pengaturan Kapur dan Suhu Evaporasi (Development of Liquid Palm Sugar with Lime and Evaporation Temperature Settings) Didik Nursafuan 1), Ersan 2), dan Dedi Supriyatdi 2)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan PENDAHULUAN Latar Belakang Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan bunga jantan tanaman penghasil nira seperti aren, kelapa, tebu, bit, sagu, kurma, nipah, siwalan, mapel,

Lebih terperinci

Kata Kunci : langsat, selai, sukrosa, uji organoleptik, uji proksimat

Kata Kunci : langsat, selai, sukrosa, uji organoleptik, uji proksimat Pengaruh Penambahan Sukrosa pada Pembuatan Selai Langsat A. Khairun Mutia dan Rafika Yunus Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gorontalo andikhairunmutia@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, analisa dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Jelly drink rosela-sirsak dibuat dari beberapa bahan, yaitu ekstrak rosela, ekstrak sirsak, gula pasir, karagenan, dan air. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 13 No 2 Mei 2015 ISSN PENGARUH DOSIS PENAMBAHAN NATRIUM BISULFIT DAN NATRIUM METABISULFIT TERHADAP KUALITAS GULA KELAPA

Jurnal Cendekia Vol 13 No 2 Mei 2015 ISSN PENGARUH DOSIS PENAMBAHAN NATRIUM BISULFIT DAN NATRIUM METABISULFIT TERHADAP KUALITAS GULA KELAPA PENGARUH DOSIS PENAMBAHAN NATRIUM BISULFIT DAN NATRIUM METABISULFIT TERHADAP KUALITAS GULA KELAPA Oleh: Aulia Dewi Rosanti ABSTRAK Pada penelitian ini dilakukan pengolahan gula dengan menambahkan berbagai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian pembuatan es krim dengan penambahan ekstrak kulit buah naga super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, resistensi pelelehan, total

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN STUDY OF PROCESSING SEAWEED CANDY WITH THE DIFFERENT SUGAR CONCENTRATION ON

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada dodol susu kambing mampu meningkatkan kualitas organoleptik, meningkatkan kadar lemak, dan kadar total karbohidrat.

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY Ella Salamah 1), Anna C Erungan 1) dan Yuni Retnowati 2) Abstrak merupakan salah satu hasil perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN

PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN RATIO INFLUENCE OF LABLAB FLOUR WITH WHEAT FLOUR AND EGG WHITE USE OF THE CHARACTERISTICS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Fisik Gelatin Pengujian fisik gelatin meliputi rendemen, kekuatan gel dan viskositas. Pengujian fisik bertujuan untuk mengetahui nilai dari rendemen, kekuatan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Dodol Susu, Sukrosa, Kadar air, Gula reduksi, Indeks pencoklatan. ABSTRACT. Kajian Penggunaan Sukrosa (A. Manab) 58

Kata Kunci: Dodol Susu, Sukrosa, Kadar air, Gula reduksi, Indeks pencoklatan. ABSTRACT. Kajian Penggunaan Sukrosa (A. Manab) 58 KAJIAN PENGGUNAAN SUKROSA TERHADAP PENCOKLATAN NON-ENZIMATIS DODOL SUSU Oleh: Abdul Manab Fakultas Peternakan Unibraw Abstrak Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan sukrosa pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan

I. PENDAHULUAN. mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin banyak. Upaya pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gula merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Setiap tahun konsumsi gula penduduk Indonesia semakin meningkat. Produksi gula tebu dalam negeri tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Pembuatan sirup rosella dilakukan di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

Untuk Daerah Tertinggal

Untuk Daerah Tertinggal Daya Saing Agroindustri Gula Semut Untuk Daerah Tertinggal Oleh :Edi Mulyadi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UPN Veteran Jawa Timur Gula a. Komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Mardan Syah Putra 1, Eva Murlida 1, Irfan 1* 1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

PENDAHULUAN. Mardan Syah Putra 1, Eva Murlida 1, Irfan 1* 1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Analisis Mutu Gula Merah Berbahan Dasar Tebu (Saccharum officinarum) Di Kabupaten Aceh Tengah (Quality Analyzing of Brown Sugar made from Sugar Cane (Saccharum officinarum) in Central Aceh District) Mardan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lehan Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Abstrak

Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Abstrak J. Tek. Pert. Vol 4 (1) : 13 - Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji, Kajian Pengaruh dan Jenis Bahan Pengekstrak. Widya Dwi Rukmi Putri*, Elok Zubaidah*, N. Sholahudin** staf pengajar Jur.Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Semarang untuk analisis kadar protein, viskositas, dan sifat organoleptik.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: VANDA FIKOERITRINA WIDYA PRIMERIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian serta Laboratorium Pangan dan Gizi, Program Studi

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI EKSTRAK KULIT BAGIAN DALAM DURIAN DAN GULA PASIR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK JELLY ROSELA-PULP KULIT DURIAN

PENGARUH PROPORSI EKSTRAK KULIT BAGIAN DALAM DURIAN DAN GULA PASIR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK JELLY ROSELA-PULP KULIT DURIAN PENGARUH PROPORSI EKSTRAK KULIT BAGIAN DALAM DURIAN DAN GULA PASIR TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK JELLY ROSELA-PULP KULIT DURIAN SKRIPSI OLEH: MELINDA NATALIE INDRA NRP 6103007089 PROGRAM

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Rata-rata kadar air kukis sagu MOCAL dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil uji lanjut DNMRT terhadap kadar air kukis (%) SMO (Tepung sagu 100%, MOCAL 0%) 0,331"

Lebih terperinci

Studi Komposisi Sari Jagung Manis dan Karagenan Pada Kualitas Jeli Jagung Manis

Studi Komposisi Sari Jagung Manis dan Karagenan Pada Kualitas Jeli Jagung Manis Studi Komposisi Sari Jagung Manis dan Karagenan Pada Kualitas Jeli Jagung Manis Study the compotition of Sweet Corn Extract and Carrageenan Concentration on Sweet Corn Jelly Characteristics Arif Ashadi

Lebih terperinci

PEMBUATAN GULA SEMUT KELAPA (KAJIAN ph GULA KELAPA DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT) Making Coconut Palm Sugar

PEMBUATAN GULA SEMUT KELAPA (KAJIAN ph GULA KELAPA DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT) Making Coconut Palm Sugar Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No p.09-9, Januari 206 PEMBUATAN GULA SEMUT KELAPA (KAJIAN ph GULA KELAPA DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT) Making Coconut Palm Sugar Crysse Zuliana *, Endrika Widyastuti,

Lebih terperinci

Daya Simpan Gula Siwalan Kristal Ditinjau Dari Jenis Pengemas Dan Kondisi Pengemasan

Daya Simpan Gula Siwalan Kristal Ditinjau Dari Jenis Pengemas Dan Kondisi Pengemasan Daya Simpan Gula Siwalan Kristal Ditinjau Dari Jenis Pengemas Dan Kondisi Pengemasan Oleh: Tri Rahayuningsih, Endang Noerhartati, Fungki Sri Rejeki, Endang Retno W. dan Diana Puspitasari 1 Abstract This

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP MUTU SORBET AIR KELAPA

PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP MUTU SORBET AIR KELAPA PENGARUH KONSENTRASI BUBUR BUAH MANGGA DAN CMC (CARBOXY METHYL CELLULOSE) TERHADAP MUTU SORBET AIR KELAPA SKRIPSI OLEH TETTY ULI OKTAVIANA SITUMEANG 050305032 / TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penghasil devisa negara, penyedia

Lebih terperinci

STUDI PROSES PENGOLAHAN PASTA MANGGA PODANG URANG (Mangifera indica L.) (Kajian Konsentrasi Dekstrin dan Metode Pengawetan Termal)

STUDI PROSES PENGOLAHAN PASTA MANGGA PODANG URANG (Mangifera indica L.) (Kajian Konsentrasi Dekstrin dan Metode Pengawetan Termal) STUDI PROSES PENGOLAHAN PASTA MANGGA PODANG URANG (Mangifera indica L.) (Kajian Konsentrasi Dekstrin dan Metode Pengawetan Termal) Arie Febrianto Mulyadi 1), Susinggih Wijana 1), Yuni Hastuti 2), 1). Dosen

Lebih terperinci

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan mengenai : (3.1) Bahan dan Alat, (3.2) Metode Penelitian, dan (3.3) Prosedur Penelitian. 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang Digunakan Bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen laboratorium. Faktor perlakuan meliputi penambahan pengembang dan pengenyal pada pembuatan kerupuk puli menggunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958) LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI 01-3546-2004 yang dimodifikasi*) Penentuan Total Padatan Terlarut (%Brix) saos tomat kental dilakukan dengan menggunakan Hand-Refraktometer Brix 0-32%*.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu kambing menurut hasil penelitian dalam Sodiq dan Abidin (2008) mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

Studi Pembuatan Sirup Tamarillo (Kajian Perbandingan Buah Dan Konsentrasi Gula)

Studi Pembuatan Sirup Tamarillo (Kajian Perbandingan Buah Dan Konsentrasi Gula) Studi Pembuatan (Kajian Perbandingan Buah Dan Konsentrasi Gula) Study Of Making Tamarillo Syrup (The Effect Of Fruit Proportion And Concentration Of Sugar) Satria Bagus Pratama 1 ), Susinggih Wijana 2

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH CAIR DAN NIRA TERHADAP KARAKTERISTIK GULA SEMUT (Palm Sugar)

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH CAIR DAN NIRA TERHADAP KARAKTERISTIK GULA SEMUT (Palm Sugar) PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH CAIR DAN NIRA TERHADAP KARAKTERISTIK GULA SEMUT (Palm Sugar) Siti Zahratun Hasanah 123020139 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Dr. Ir. Yudi Garnida, MS. Penguji Ir.Hervelly,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RESIDU BREM SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN ARENIA STICKY RICE

PEMANFAATAN RESIDU BREM SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN ARENIA STICKY RICE Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017 PEMANFAATAN RESIDU BREM SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN ARENIA STICKY RICE Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Veteran

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN. EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN Ira Maya Abdiani Staf Pengajar Jurusan Budidaya Perairan FPIK Universitas Borneo Tarakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf 4.1.1 Daya Ikat Air Meatloaf Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang rawan ayam terhadap daya

Lebih terperinci

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN STUDY OF PROCESSING SEAWEED CANDY WITH THE DIFFERENT SUGAR CONCENTRATION ON

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi). Di Sulawesi Utara, pengolahan etanol dari nira aren dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan ragi). Di Sulawesi Utara, pengolahan etanol dari nira aren dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengolahan Nira Aren Menjadi Etanol Nira aren merupakan bahan baku potensial untuk diolah menjadi etanol. Proses pengolahan yang umum dilakukan petani aren adalah fermentasi

Lebih terperinci

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA DARi BATAWG..- YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA Oleh FlRNA VARlNA F 23 0033 1990 FAKULTAS TEKNOLOGI INSTITUT PERTANIAN B O G O R PERTANIAN BOGOR Firna Varina. F 23 0033. Pembuatan Gula Semut dari Batang

Lebih terperinci

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA

DARi BATAWG YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA DARi BATAWG..- YAWG DITUNDA EKSTRAKSI NIRANVA Oleh FlRNA VARlNA F 23 0033 1990 FAKULTAS TEKNOLOGI INSTITUT PERTANIAN B O G O R PERTANIAN BOGOR Firna Varina. F 23 0033. Pembuatan Gula Semut dari Batang

Lebih terperinci

Pengolahan Abon Ikan Karandang (Channa pleurophthalmus) dengan Penambahan Kelapa Parut

Pengolahan Abon Ikan Karandang (Channa pleurophthalmus) dengan Penambahan Kelapa Parut Pengolahan Abon Ikan (Channa pleurophthalmus) dengan Penambahan Kelapa Parut Processing Shredded Fish from (Channa pleurophthalmus) with The Addition of Grated Coconut Restu Fakultas Perikanan Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK Jurnal Galung Tropika, 2 (3) September 2013, hlmn. 129-135 ISSN 2302-4178 ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA Syamsuar 1) dan Mukhlisa

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF GULA CAIR KIMPUL

KEUNGGULAN KOMPETITIF GULA CAIR KIMPUL KEUNGGULAN KOMPETITIF GULA CAIR KIMPUL Fungki Sri Rejeki *, Diana Puspitasari, dan Endang Retno Wedowati Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya *e-mail: fungki_sby@yahoo.com

Lebih terperinci

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan. Penentuan kadar serat kasar Kadar serat kasar dianalisa dengan menggunakan metode Sudarmadji dkk, 1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml kemudian ditambahkan 200 ml H 2 SO4

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU KUKIS YANG DISUBSTITUSI TEPUNG SUKUN

EVALUASI MUTU KUKIS YANG DISUBSTITUSI TEPUNG SUKUN EVALUASI MUTU KUKIS YANG DISUBSTITUSI TEPUNG SUKUN (Artocarpus communis) BERBASIS MINYAK SAWIT MERAH (MSM), TEPUNG TEMPE DAN TEPUNG UDANG REBON (Acetes erythraeus) The Quality Evaluation Of Cookies Which

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai dengan Januari 2017. Bertempat di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Prosedur pelaksanaan dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tahap preparasi dan tahap pengolahan. 4.1 Tahap preparasi 4.1.1 Tahap Preparasi untuk Tempe Ada beberapa hal yang harus

Lebih terperinci

Kata kunci: Sorbet, terong belanda, buah bit, carboxy methyl cellulose, antioksidan.

Kata kunci: Sorbet, terong belanda, buah bit, carboxy methyl cellulose, antioksidan. Pengaruh Perbandingan Jenis Buah (Terong Belanda Dan Bit) dan Konsentrasi Carboxy Methyl Cellulose (CMC) Terhadap Mutu Organoleptik Sorbet (The Influence of Fruit Types Comparison (Terong Belanda and Beetroot)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam pembangunan bidang ekonomi di Provinsi Lampung. Kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SALE PISANG KAPAS(Musa comiculata)

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SALE PISANG KAPAS(Musa comiculata) PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGERINGAN TERHADAP SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK SALE PISANG KAPAS(Musa comiculata) THE EFFECT OF TEMPERATURE AND DURATION TIME OF DRYING ON THE CHEMICAL PROPERTIES AND ORGANOLEPTIC

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan aseptibilitas, kesegaran dan daya tahan bahan itu. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan

Lebih terperinci