KETERAMPILAN BERPIKIR REFLEKTIF GURU MATEMATIKA DALAM PRAKTIK LESSON STUDY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KETERAMPILAN BERPIKIR REFLEKTIF GURU MATEMATIKA DALAM PRAKTIK LESSON STUDY"

Transkripsi

1 KETERAMPILAN BERPIKIR REFLEKTIF GURU MATEMATIKA DALAM PRAKTIK LESSON STUDY Subanji Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang Abstrak: Kegiatan lesson study memiliki tiga tahapan, yakni PLAN - perencanaan, DO - praktik pembelajaran (DO), dan SEE - observasi dan refleksi. Kegiatan refleksi sangat penting dalam aktivitas lesson study, karena sangat menentukan langkah perbaikan berikutnya. Kegiatan refleksi membutuhkan keterampilan berpikir reflektif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keterampilan berpikir reflektif guru matematika dalam praktik lesson study. Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan kegiatan ongoing - Teachers Quality Improvement Program (TEQIP) yang melibatkan 12 guru Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keterampilan berpikir reflektif guru berkembang seiring dengan praktik lesson study, (2) berpikir reflektif membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran, dan (3) kegiatan refleksi secara kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan berpikir reflektif guru. Kata Kunci: keterampilan berpikir reflektif, lesson study Salah satu komponen utama untuk mempercepat peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas guru. Guru secara langsung berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga pengaruh guru terhadap perkembangan siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sangat besar. Begitupula guru sangat menentukan dalam membentuk pola pikir siswa dalam proses belajar, membentuk karakter siswa dalam bertindak, dan menginspirasi siswa dalam mengembangkan diri. Betapa pentingnya peran guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan, maka peningkatan kualitas guru harus senantiasa dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu program peningkatan kualitas guru adalah Teachers Quality Improvement Program (TEQIP) yang memiliki dua komponen pengembangan, yakni pembelajaran bermakna dan lesson study. Menurut Subanji (2013), pembelajaran bermakna merupakan suatu proses sistematis dan terencana yang dirancang oleh guru untuk membelajarkan siswa sehingga terjadi konstruksi pengetahuan melalui pengaitan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama dan siswa mampu: memahami materi lebih dari sekedar tahu; menjawab apa, mengapa, dan bagaimana; menginternalisasi pengetahuan ke dalam diri sedemikian hingga membentuk perilaku; dan mengolah perilaku menjadi karakter diri. Untuk mempercepat perwujudan pembelajaran bermakna, guru perlu difasilitasi untuk berkolaborasi dalam merencanakan (PLAN), melaksanakan (DO), dan merefleksikan (SEE) pembelajaran yang dikenal dengan lesson study. Hal penting dan menarik untuk dikaji dalam pelaksanaan lesson study adalah proses refleksi pembelajaran. Proses refleksi sangat menentukan perbaikan pembelajaran selanjutnya. 1

2 2, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015 Semakin detail dalam proses refleksi, maka memiliki peluang lebih besar untuk memperoleh masukan dalam merancang perbaikan pembelajaran berikutnya. Sebaliknya proses refleksi yang hanya sekedarnya, tidak akan mampu berdampak pada proses perbaikan pembeajaran. Agar bisa melakukan proses refleksi yang berkualitas, perlu memiliki kemampuan berpikir reflektif. Kajian terkait dengan berpikir reflektif sudah banyak dilakukan (Gurol, 2011; Choy & Cheah, 2009; Rudd, 2007). Gurol (2011) menyatakan bahwa berpikir reflektif merupakan proses kegiatan terarah dan tepat dimana seseorang menyadari untuk dapat: menganalisis, mengevaluasi, memotivasi, dan mendapatkan makna yang mendalam. Dalam kegiatan refleksi pembelajaran di lesson study, guru dituntut untuk menganalisis dan mengevaluasi proses pembelajaran yang sudah dilakukan sekaligus mengambil makna positif nya supaya bisa dijadikan bahan perbaikan bersama antar guru. Pada akhirnya proses refleksi dapat memotivasi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermakna dan memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Sezer (dalam Chee & Pao, 2012) yang menyatakan bahwa berpikir reflektif sebagai suatu kesadaran tentang informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah. Choy & Cheah (2009) dan Rudd (2007) menekankan bahwa berpikir reflektif dapat berkembang secara maksimal jika prosesnya dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari. Dalam kegiatan lesson study di TEQIP, proses refleksi dilakukan berdasarkan kenyataan pembelajaran yang dialami, diamati, dan dirasakan secara langsung dari suatu praktik pembelajaran. Karena itu proses refleksi tidak hanya didasarkan pada teori tetapi lebih menekankan pada fakta yang ditemui sebagai suatu masalah atau suatu pelajaran berharga dalam praktik pembelajaran. Proses refleksi dilakukan secara terus menerus dalam praktik lesson study, dengan demikian proses refleksi tersebut dapat mengasah kemampuan berpikir reflektif dari peserta lesson study. Lebih jauh, Lee (2005) mengidentifikasi komponen-komponen yang ada dalam berpikir reflektif, yakni: recall, rationalization, dan reflectivity. Dalam aktivitas recall, seseorang mendeskripsikan apa yang dialaminya, menafsirkan situasi berdasarkan pengalamannya, dan berupaya meniru cara-cara yang diamatinya. Kegiatan refleksi dalam praktik lesson study diawali dari mengamati pembelajaran dan mendeskripsikan proses pembelajaran, sampai membandingkan apa yang terjadi dengan apa yang diharapkan dalam proses perencanaan. Aktivitas rationalization dilakukan dalam bentuk menghubungkan pengalaman dengan praktik pembelajaran yang dihadapi, menginterpretasi situasi berdasarkan hal-hal yang masuk akal (rasional), dan menggeneralisasi hasil pengamatan berdasarkan hasil pengolahan data dengan penalaran yang rasional. Dalam kegiatan lesson study, guru melakukan pengamatan sekaligus membandingkannya dengan praktik pembelajaran yang dianggap paling ideal dan pengalaman menarik yang pernah dilakukannya, sehingga dapat digunakan untuk menggeneraliasi kesimpulan atas dasar kesesuaian atau ketidaksesuaian pembelajaran dengan yang diharapkan. Aktivitas reflectivity dilakukan dalam bentuk menelusuri apa yang sudah dilakukan, membandingkan praktik pembelajaran yang diamati dengan pengalaman yang dimiliki dan kondisi ideal yang diharapkan, dan menganalisis situasi yang dihadapi dalam berbagai perspektif. Dalam kegiatan lesson study, guru melakukan observasi dengan menangkap semua kondisi nyata dari praktik pembelajaran. Guru juga menganalisis kondisi pembelajaran ter-

3 Subanji, Keterampilan Berpikir Reflektif Guru Matematika, 3 utama berkaitan proses belajar siswa termasuk interaksi antar siswa dan interaksi guru-siswa. Dari kondisi nyata yang terjadi dijadikan bahan untuk menganalisis keberhasilan-keberhasilan dan kelemahan-kelemahan yang terjadi untuk bahan perbaikan praktik pembelajaran berikutnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam kegiatan real teaching Training of Trainers (TOT), ongoing pasca kegiatan TOT dan pasca kegiatan diseminasi pelatihan guru TEQIP. Peneliti berpartisipasi langsung dalam proses observasi pembelajaran di kelas bersama dengan para trainers dan pengawas. Karena itu metode pengambilan data yang dilakukan adalah observasi partisipatif. Subjek penelitian ini adalah 12 guru sekolah dasar yang mengikuti kegiatan TEQIP 2015 yang tersebar dalam enam kabupaten di lima provinsi (Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Barat). Adapun sebaran subjek disajikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Sebaran Subjek Kab/Kota Subjek Waktu kegiatan Kotawaringin Timur 2 Real teaching TOT 1 Fak-fak 2 Real teaching TOT 2 Agam 2 Pasca TOT 1 Padangpariaman 2 Pasca TOT 1 Maluku 2 Pasca TOT 2 Tenggara Kendari 2 Pasca Diseminasi Jumlah 12 subjek penelitian Data yang diperoleh dari 12 subjek penelitian tersebut berupa dokumen hasil observasi dan rekaman hasil refleksi. Selanjutnya data dianalisis dan dipaparkan secara kualitatif berdasarkan komponen berpikir reflektif dari Lee (2005), yaitu recall, rationalization, dan reflectivity. Selanjutnya data yang dipaparkan di recall adalah data yang diperoleh di praktik pembelajaran di daerah (tidak termasuk real teaching). Data yang dipaparkan di rationalization adalah kasus satu praktik pembelajaran dengan alasan supaya bisa mendeskripsikan secara mendalam. Sedangkan aktivitas yang dideskripsikan di reflectivity adalah enam praktik refleksi yang dilakukan secara kolaboratif dalam kegiatan lesson study. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keterampilan berpikir reflektif didasarkan pada komponen-komponen yang diungkapkan oleh Lee (2005) yang terdiri dari recall, rationalization, dan reflectivity. Recall dideskripsikan berdasarkan kegiatan perencanaan pembelajaran yang dilakukan. Rationalization dideskripsikan berdasarkan proses observasi dan hasil yang ditangkap dalam observasi. Reflectivity dideskripsikan berdasarkan pada kegiatan refleksi pasca pembelajaran. Aktivitas Recall Dalam merencanakan pembelajaran 12 orang subjek bekerja secara kolaboratif menghasilkan 6 rencana pembelajaran. Dalam merancang pembelajaran subjek memanfaatkan pengalamannya (recall) untuk menyusun rencana pembelajaran yang ideal. Dengan mengungkap kembali pengalaman yang dimiliki subjek mencoba membuat inovasi praktik pembelajaran. Rencana pembelajaran yang dihasilkan oleh 12 subjek dalam 6 kelompok memiliki karakteristik yang sama (meskipun materinya berbeda), yakni menekankan pembelajaran bermakna, menyajikan pembelajaran yang menyenangkan, dan memanfaatkan media pembelajaran. Dalam proses merancang pembelajaran bermakna, subjek mengingat kembali praktik pembelajaran yang sudah dilakukan dan mengelompokkan berdasarkan praktik yang sudah ber-

4 4, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015 makna dan praktik yang belum bermakna sehingga bisa menyusun rencana pembelajaran yang bermakna. Subjek juga memikirkan kembali pengalaman yang sudah dimiliki (recall) untuk menyusun aktivitas yang menyenangkan bagi siswa dan media yang sesuai untuk materi yang akan diajarkan. Aktivitas recall dalam merencanakan pembelajaran dirangkum dalam Tabel 2 berikut. Tabe1 2. Ringkasan Kegiatan Recall Subjek Penelitian Subjek Materi Pendekatan/ Model/Metode Pembelajaran Bermakna S1 Pengukuran Mengaitkan waktu dan konsep waktu sudut S2 S3 S4 Penulisan notasi waktu 24 jam Operasi bilangan dan hukum komutatif Mengukur sudut dengan satuan tidak baku Pendekatan Realistics Mathematics Education (RME) Kooperatif STAD Inquiry dan Kooperatif Demonstrasi dan kooperatif STAD dan sudut dengan kehidupan siswa, mengajak siswa untuk praktik memahami waktu dan sudut Mengaitkan penulisan waktu notasi 24 jam dengan arloji yang dimiliki oleh siswa dan jam dinding yang ada di sekolah Mengaitkan sifat komutatif penjumlahan dan perkalian dengan praktik penjumlahan dan perkalian beserta urutannya Mengaitkan konstruksi pengukuran sudut dengan satuan tidak baku. Pembelajaran menyenangkan Mengajak siswa belajar waktu dan sudut dengan mengawali bernyanyi lagu sudut Mengajak siswa belajar waktu dengan menyaji lagu bangun tidur dan mengajak siswa mengidentifikasi penanda waktu di lingkungan Mengajak siswa memodelkan perkalian dengan praktik di depan kelas dan praktik di kelompok Mengajak siswa mendemonstrasikan pengukuran sudut dengan satuan tidak baku Pemanfaatan Media Memanfaatkan media model sudut satuan untuk membentuk konsep sudut dan menentukan besar sudut Memanfaatkan media model jam dinding dan jam digital dan lembar kerja siswa untuk mempraktikkan penulisan notasi waktu Memanfaatkan media kartu bilangan dan lembar kerja siswa untuk menemukan sifat komutatif penjumlahan dan perkalian Memanfaatkan media sudut satuan dan model busur untuk mengukur sudut Aktivitas Rationalization Dalam praktik pembelajaran dilakukan observasi proses belajar siswa. Dalam hal ini, subjek melakukan observasi keterlaksanaan rencana pembelajaran yang disusun dengan praktik yang dilakukan. Subjek melakukan penalaran yang menghubungkan antara perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menganalisis komponen-komponen rencana pembelajaran mana saja yang belum sesuai dengan yang diharapkan dan komponen-komponen pembelajaran mana saja yang sudah sesuai dengan harapan. Salah satu praktik pembelajaran yang dideskripsikan adalah praktik pembelajaran oleh Subjek dari Padang Pariaman. Kegiatan pendahuluan dilakukan oleh subjek dengan mengajak siswa

5 Subanji, Keterampilan Berpikir Reflektif Guru Matematika, 5 bernyanyi lagu sudut dengan iramanya mengikuti lagu menanam jagung. Teks lagu mengukur sudut dibuat oleh subjek seperti berikut. Ayo Kawan Kita Bersama Mengukur Sudut Di Kelas Kita Ambil Busurmu Ukur Sudutnya Kita Mengukur Bersama-Sama Ayo-Ayo Ukur Sudutnya Ukur Yang Tepat Pasti Akurat Dengan menyanyikan lagu mengukur sudut siswa menjadi bersemangat untuk belajar. Dalam hal ini siswa terlihat antusias dan bersemangat untuk belajar. Kegiatan inti dilakukan dengan mengawali sebuah cerita tentang Rafi dengan tujuan menanamkan karakter rajin belajar, disiplin, bertanggungjawab, dan rajin beribadah supaya menjadi anak pintar. Rafi adalah seorang siswa kelas V, dia dikenal sebagai seorang siswa yang pintar, rajin, dan disiplin waktu. Setiap hari bangun pagi pukul langsung ke kamar mandi untuk berwudhu dan sholat subuh. Sebelum mandi Rafi member-sihkan tempat tidur dan kamarnya sendiri terlebih dahulu. Karena rumahnya cukup jauh, Rafi berangkat ke sekolah pukul Rafi pulang sekolah pada pukul Setelah pulang sekolah, Rafi segera sholat dhuhur dan belajar sebentar Cerita tentang Rafi juga dimaksudkan untuk menyambungkan materi mengukur sudut dengan jarum jam yang menunjukkan waktu, karena itu subjek (dalam hal ini guru model) melanjutkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. G: Anak-anak, menurut kamu, Rafi itu anak yang baik apa tidak? S: Anak baik Bu (jawaban serentak) G: kenapa? S: karena dia rajin belajar, suka membantu orang tua bersihkan tempat tidur, rajin sholat G: siapa yang mau seperti Rafi S: saya bu (siswa menjawab serentak) Dialog tersebut menunjukkan bahwa siswa bisa menilai karakter yang baik dan harapannya guru mau mencontoh perilaku Rafi. Untuk menyambungkan dengan materi yang akan diberikan, guru melanjutkan dialog dengan siswa. G: Rafi setaip hari bangun pukul 05.00, ayo siapa yang bisa menunjukkan posisi jarum jam pada pukul 05.00? S: saya bu (seorang siswa maju menunjukkan jarum jam pendek di angka 5 dan jarum panjang di angka 12) G: bagus, tepuk tangan untuk kawanmu yang sudah sukses menjawab pertanyaan bu guru. Guru melanjutkan kegiatan dengan meminta siswa untuk menunjukkan posisi jarum jam pada pukul dan pukul Siswa nampaknya sudah bisa menunjukkan posisi jarum jam dengan baik, sehingga kegiatan dilanjutkan dengan menginformasikan bahwa siswa akan diajak belajar mengukur sudut. Selanjutnya guru membagikan lembar kerja siswa (LKS 1) dan media pembelajaran. Awalnya siswa mencoba membuat jam di lingkaran yang diberi oleh guru. Siswa mencoba-coba memanfaatkan media yang diberi oleh guru dengan menjadikannya sebagai jarum jam panjang dan jarum jam pendek. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa ini belum sesuai dengan yang dikehendaki oleh guru.

6 6, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015 Kegiatan dilanjutkan dengan menggambar sudut pada permukaan jam. Siswa mampu menggambarkan jarum jam pada lingkaran yang disediakan oleh guru. Berikut salah satu contoh hasil kerja siswa dalam menggambar jam. Gambar 1: Aktivitas Kerja Kelompok Siswa Guru berkeliling dan menemukan kesalahan siswa dalam memahami maksud dari LKS yang diberikan. Dalam hal ini siswa memperhatikannya dan akhirnya siswa memahami bahwa yang diinginkan adalah menentukan banyaknya satuan dari suatu sudut. Guru melakukan pembimbingan kepada siswa dengan melakukan dialog sebagai berikut. G: ini sudut satuan (guru memegang sudut satuan), coba ukur sudut yang kamu buat dengan sudut satuan ini, ada berapa sudut satuan yang dapat menutup sudutmu? S: ada dua bu G: ya betul. Kalau bu guru ingin menutup sudut siku-siku ini perlu berapa sudut satuan S: perlu tiga sudut satuan bu G: baik. Lanjutkan lagi ya Dengan bimbingan guru tersebut, siswa bisa melanjutkan mengerjakan LKS 1 dan menghasilkan jawaban sebagai berikut. Gambar 3: Hasil Pekerjaan Siswa Setelah selesai mengerjakan lembar kegiatan siswa, dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyajikan hasil kerjanya di depan kelas. Siswa nampak berebut untuk menunjukkan hasil kerjanya di depan kelas. Dalam hal ini guru ikut menegaskan hasil kerja siswa kepada semua siswa di dalam kelas. Berikut proses menyajikan hasil kerja siswa salah satu kelompok. Guru mengadakan dialog terhadap jawaban siswa ini. G: bagaimana dengan jawaban kelompok 2? Apakah menurut kalian sudah benar? S: sudah benar bu (jawaban siswa secara serentak). Gambar 2: Aktivitas Diskusi Kelompok Siswa Gambar 4: Aktivitas Presetasi Siswa di Depan Kelas

7 Subanji, Keterampilan Berpikir Reflektif Guru Matematika, 7 Kegiatan dilanjutkan dengan mengukur sudut pada bangun datar. Guru menyediakan LKS 3 yang berisi bangun datar persegi panjang dan segitiga. Dalam LKS, siswa menentukan besar sudut dari persegi panjang dan siswa menyimpulkan bahwa persegi panjang memiliki sudut 90 derajat. Guru menekankan bahwa persegi panjang memiliki ciri sudut-sudutnya 90 derajat. Kegiatan berlanjut dengan mengukur sudut segitiga sama kaki dan sama sisi. Kegiatan berlangsung secara baik dan siswa aktif menentukan ukuran sudut segitiga sama kaki dan sama sisi. Aktifitas Reflectivity Kegiatan refleksi dilakukan setelah praktik pembelajaran dan dilakukan secara bersama-sama antara guru model, trainer, pengawas, dan peneliti. Masing-masing observer termasuk peneliti mengungkapkan hasil pengamatannya dengan mengaitkan antara perencanaan dan praktik pembelajaran terutama aktifitas belajar siswa. Dari dua belas subjek penelitian, semua bisa melakukan proses refleksi dengan. Mereka mampu mengungkapkan fakta yang terjadi dalam proses pembelajaran dan membandingkannya dengan kondisi ideal yang diharapkan terjadi. Sebagai contoh subjek mengungkapkan fakta bahwa pada awal pembelajaran (ketika siswa diberi media sudut satuan) ditemukan bahwa siswa salah menginterpretasi. Guru menghendaki agar media yang dibagikan sebagai media sudut satuan tetapi yang dipikirkan siswa justru sebagai jarum jam, sehingga dalam menyelesaikan LKS siswa mengalami kesalahan. Menurut subjek, kesalahan tersebut terjadi karena adanya kesalahan sambungan antara informasi dari yang baru diberikan terkait dengan cerita Rafi dan LKS yang sedang dihadapi. Kesalahan tersebut tidak berlangsung lama, karena kesigapan guru dalam menangkap dan mengatasi kesalahan yang dialami oleh siswa. Guru segera membantu mengarahkan siswa yang mengalami kesalahan. Ini menunjukkan ada hikmah yang bisa diambil bahwa informasi yang diberikan oleh guru kepada siswa belum tentu diinterpretasi oleh siswa sesuai dengan kehendak guru. Ketajaman subjek dalam menganalisis dan memanfaatkan hasil pengamatan menunjukkan adanya keterampilan berpikir reflektif. Ketajaman berpikir reflektif ini berkembang di 12 orang subjek penelitian seiring dengan praktik lesson study. Karena itu proses refleksi dalam kegiatan lesson study ini dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan keterampilan berpikir reflektif dan mengembangkan profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini terjadi karena dalam proses kegiatan lesson study guru saling merefleksi dan saling belajar untuk memperbaiki praktik pembelajaran. SIMPULAN Keterampilan berpikir reflektif guru berkembang seiring praktik lesson study mulai dari aktifitas perencanaan pembelajaran, praktik pembelajaran, dan refleksi pembelajaran. Keterampilan berpikir reflektif guru dapat membantu dalam mengembangkan pembelajaran bermakna, kreatif, dan menyenangkan melalui proses refleksi pasca praktik pembelajaran. Kegiatan refleksi secara kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan berpikir reflektif guru. Hal ini terjadi karena guru saling belajar dan saling membantu untuk berinovasi dalam mengembangkan pembelajaran.

8 8, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015 DAFTAR RUJUKAN Chee., dan Pou Reflective Thinking And Teaching Practices: A Precursor For Incorporating Critical Thinking Into The Classroom?. International Journal of Instruction. Vol 5. No 1. (e-issn: ). Choy & Cheah, (2009). Teacher Perceptions of Critical Thinking Among Students and its Influence on Higher Education. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 20(2), Gurol. A Determining the reflective thinking skills of pre-service teachers in learning and teaching process. Energy Education Science and Technology Part B: Social and Educational Studies 2011 Volume (issue) 3(3): Lee, J.H, Understanding and assessing preservice teachers reflective thinking. Teaching and Teacher Education 21 (2005) Rudd, R. D. (2007). Defining Critical Thinking. Techniques, 82(7), Subanji, Revitalisasi Pembelajaran Bermakna dan Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika Sekolah. Makalah disajikan di Seminar Nasional TEQIP 9 November 2013 di Universitas Negeri Malang.

PENERAPAN COOPERATIVE GI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IX-B SMP NEGERI 3 SANGGAU PENGALAMAN LESSON STUDY PADA KEGIATAN ON GOING TEQIP 2013

PENERAPAN COOPERATIVE GI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IX-B SMP NEGERI 3 SANGGAU PENGALAMAN LESSON STUDY PADA KEGIATAN ON GOING TEQIP 2013 PENERAPAN COOPERATIVE GI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IX-B SMP NEGERI 3 SANGGAU PENGALAMAN LESSON STUDY PADA KEGIATAN ON GOING TEQIP 2013 Nining Wijiyanti SMP Negeri 10 Sanggau Kalimantan Barat

Lebih terperinci

Helmi Nurul Hikmah Guru Matematika MTsN Tanah Grogot

Helmi Nurul Hikmah Guru Matematika MTsN Tanah Grogot PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAD UNTUK MENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATERI UKURAN PEMUSATAN DATA (STATISTIKA) SISWA KELAS IXF MTsN TANAH GROGOT: PENGALAMAN LESSON STUDY Helmi Nurul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tahap Identifikasi Masalah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Sebelum melakukan

Lebih terperinci

Miftahul Ayu et al., Pembentukan Karakter Konsisten dan Teliti Siswa SMP...

Miftahul Ayu et al., Pembentukan Karakter Konsisten dan Teliti Siswa SMP... 1 Pembentukan Karakter Konsisten dan Teliti Siswa SMP Dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Berbasis Lesson Study Pada Sub Pokok Bahasan Tabung Kelas IX C SMP Negeri 2 Panti Tahun Ajaran

Lebih terperinci

JAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR. Oleh Shahibul Ahyan

JAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR. Oleh Shahibul Ahyan JAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR Oleh Shahibul Ahyan A. PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu yang bisa diterapkan dalam kehidupan seharihari. Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN SUSUN BANGUN DATAR MANDIRI DALAM PRAKTIK LESSON STUDY DI SD GMIH IDAMGAMLAMO DAN SD LOCE HALMAHERA BARAT

PENERAPAN PEMBELAJARAN SUSUN BANGUN DATAR MANDIRI DALAM PRAKTIK LESSON STUDY DI SD GMIH IDAMGAMLAMO DAN SD LOCE HALMAHERA BARAT PENERAPAN PEMBELAJARAN SUSUN BANGUN DATAR MANDIRI DALAM PRAKTIK LESSON STUDY DI SD GMIH IDAMGAMLAMO DAN SD LOCE HALMAHERA BARAT Welhelmus Denny SD Loce Kecamatan Sahu Timur Kabupaten Halmahera Barat Abstrak:

Lebih terperinci

DIRECT INSTRUCTION SEBAGAI METODE UNTUK MENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI PEMANTULAN CAHAYA PADA OPEN CLASS LESSON STUDY DI SMPN MODEL TERPADU BOJONEGORO

DIRECT INSTRUCTION SEBAGAI METODE UNTUK MENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI PEMANTULAN CAHAYA PADA OPEN CLASS LESSON STUDY DI SMPN MODEL TERPADU BOJONEGORO G060 DIRECT INSTRUCTION SEBAGAI METODE UNTUK MENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI PEMANTULAN CAHAYA PADA OPEN CLASS LESSON STUDY DI SMPN MODEL TERPADU BOJONEGORO Siti Nurmalita 1, Fathur Rohim 2, Ahmadi 3 1,2,3

Lebih terperinci

P 41 BERPIKIR REFLEKTIF (REFLECTIVE THINKING ) SISWA SD BERKEMAMPUAN MATEMATIKA TINGGI DALAM PEMAHAMAN MASALAH PECAHAN

P 41 BERPIKIR REFLEKTIF (REFLECTIVE THINKING ) SISWA SD BERKEMAMPUAN MATEMATIKA TINGGI DALAM PEMAHAMAN MASALAH PECAHAN P 41 BERPIKIR REFLEKTIF (REFLECTIVE THINKING ) SISWA SD BERKEMAMPUAN MATEMATIKA TINGGI DALAM PEMAHAMAN MASALAH PECAHAN Hery Suharna Universitas Khairun Ternate, Jn. Bandara Babullah. Kelurahan Akehuda,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2.

PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI. Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2. PENINGKATAN PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN SOAL OPEN ENDED MENANTANG SISWA BERPIKIR TINGKAT TINGGI Endah Ekowati 1 dan Kukuh Guntoro 2 1) 2) SD Buin Batu Sumbawa Barat e-mail: endah.ekowati@newmont.com,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. dilaksanakan di MTs. Sunan Kalijogo Pati kelas VII A tahun ajaran 2013

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. dilaksanakan di MTs. Sunan Kalijogo Pati kelas VII A tahun ajaran 2013 38 A. Pelaksanaan Lesson Study BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Kegiatan penelitian dimulai pada tanggal 21 September sampai 3 Oktober 2013 dengan dengan tiga kali siklus kegiatan dan pengamatan. Penelitian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LESSON STUDY FOR LEARNING COMMUNITY DI MGMP MATEMATIKA SMP KOTA MALANG TAHUN 2017

PELAKSANAAN LESSON STUDY FOR LEARNING COMMUNITY DI MGMP MATEMATIKA SMP KOTA MALANG TAHUN 2017 PELAKSANAAN LESSON STUDY FOR LEARNING COMMUNITY DI MGMP MATEMATIKA KOTA MALANG TAHUN Lely Setyaningsih Negeri 7 lelynathan77@gmail.com Abstrak: Guru matematika harus selalu belajar demi meningkatkan kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58) 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58) mengemukakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Taufiq 1, Fahrul Basir

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK MELALUI LESSON STUDY

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK MELALUI LESSON STUDY PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK MELALUI LESSON STUDY OLEH SUFYANI PRABAWANTO JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2007

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR MELALUI TEACHERS QUALITY IMPROVEMENT PROGRAM (TEQIP) BERBASIS LESSON STUDY

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR MELALUI TEACHERS QUALITY IMPROVEMENT PROGRAM (TEQIP) BERBASIS LESSON STUDY MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR MELALUI TEACHERS QUALITY IMPROVEMENT PROGRAM (TEQIP) BERBASIS LESSON STUDY Subanji Isnandar Abstrak: Kegiatan TEQIP berbasis lesson study secara keseluruhan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING) MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMINAR PENDIDIKAN DISUSUN OLEH KALAM SIDIK PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MENGENALKAN KONSEP PERSENTASE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

MENGENALKAN KONSEP PERSENTASE PADA SISWA SEKOLAH DASAR MENGENALKAN KONSEP PERSENTASE PADA SISWA SEKOLAH DASAR Erry Hidayanto Dosen Jurusan Matematika FMIPA UM Abstrak: Pada hakekatnya pembelajaran adalah mengembangkan berpikir siswa sehingga mampu memecahkan

Lebih terperinci

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.1, April 2014, hlm

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.1, April 2014, hlm QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.1, April 2014, hlm. 25-38 25 MENINGKATKAN KETERAMPILAN ILMIAH SAINS MELALUI KEGIATAN ONE DAY ADVENTURE PADA MATERI TUMBUHAN HIJAU DI KELAS V SDN JURUBANU

Lebih terperinci

PENGALAMAN BERHARGA MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN CARA KERJA LENSA MATA UNTUK SISWA SMP MELALUI LESSON STUDY

PENGALAMAN BERHARGA MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN CARA KERJA LENSA MATA UNTUK SISWA SMP MELALUI LESSON STUDY PENGALAMAN BERHARGA MENGEMBANGKAN PEMBELAJARAN CARA KERJA LENSA MATA UNTUK SISWA SMP MELALUI LESSON STUDY Masdalifah SMP N 5 Sanggau, Kabupaten Sanggau Abstrak: Lesson study merupakan kerja kolaboratif

Lebih terperinci

Afrida SDN 001 Ranai, Bunguran Timur, Kabupaten Natuna

Afrida SDN 001 Ranai, Bunguran Timur, Kabupaten Natuna PEMANFAATAN MEDIA OBJEK LANSUNG DALAM PEMBELAJARAN MELAKUKAN SESUATU BERDASARKAN PETUNJUK PEMAKAIAN YANG DIBACA SISWA KELAS IV SD 004 HARAPAN JAYA KECAMATAN BUNGURAN TENGAH KABUPATEN NATUNA MELALUI LESSON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap negara di seluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas pendidikan. Indonesia merupakan salah satu negara yang terus berusaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian adalah SDN Orimalang

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian adalah SDN Orimalang 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi tempat peneliti melaksanakan penelitian adalah SDN Orimalang beralamat di Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon, karena

Lebih terperinci

Implementasi Problem Posing Dalam Setting Lesson Study Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMA. Abstrak

Implementasi Problem Posing Dalam Setting Lesson Study Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMA. Abstrak 34 Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 3. No. 1. Januari 2012 Implementasi Problem Posing Dalam Setting Lesson Study Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Di SMA Haratua Tiur Maria.S 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar,

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan ini yang memegang peranan penting. Suatu Negara dapat mencapai sebuah kemajuan jika pendidikan dalam Negara itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi Matematis Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Menurut Toda (Liliweri, 1997) komunikasi sebagai

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Metodius Makul Guru SDI Rai Ruteng - Manggarai Abstrak: Kenyataan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal Penelitian Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu dilakukan pengamatan langsung saat pembelajaran IPA dan kegiatan wawancara dengan guru

Lebih terperinci

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR RINI SOLIHAT Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Pendahuluan Profesional : Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan

Lebih terperinci

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Oleh :, M.Pd Jurusan Matematika FMIPA UNNES Abstrak Tingkat kemampuan berpikir

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI MTs AL IMAN BABADAN PONOROGOTAHUN PELAJARAN 2013/2014 Choyul

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Konten Matematika pada Buku Siswa Tematik Sekolah Dasar Kelas V Semester I Kurikulum 2013

Analisis Kesalahan Konten Matematika pada Buku Siswa Tematik Sekolah Dasar Kelas V Semester I Kurikulum 2013 Suska Journal of Mathematics Education (p-issn: 2477-4758 e-issn: 2540-9670) Vol. 3, No. 2, 2017, Hal. 74 82 Analisis Kesalahan Konten Matematika pada Buku Siswa Tematik Sekolah Dasar Kelas V Semester

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA)2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 201-206 ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematika Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Lisna Selfi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU IPA MELALUI PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY DI SMAN 2 LEMBAR

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU IPA MELALUI PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY DI SMAN 2 LEMBAR PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU IPA MELALUI PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY DI SMAN 2 LEMBAR Agus Ramdani, A. Wahab Jufri, Gito Hadiprayitno, Afriana Azizah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32 Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32 MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN: KEYAKINAN GURU MATEMATIKA TENTANG PENDEKATAN SAINTIFIK DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS XI SMK N 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Ahmad Abdul Mutholib 1, Imam Sujadi 2, Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang perhitungan secara sistematis, sehingga matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini untuk mendeskripsikan pelaksanaan lesson study di MI Mi rojul Ulum Kemloko Kabupaten Mojokerto dan kemampuan berpikir reflektif guru setelah

Lebih terperinci

7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%. Persentase siswa yang mencapai kategori terampil pada setiap aspek. psikomotor meningkat setiap siklus.

7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%. Persentase siswa yang mencapai kategori terampil pada setiap aspek. psikomotor meningkat setiap siklus. 59 b. Hasil Belajar 1) Ranah kognitif Indikator keberhasilan tindakan ditinjau dari hasil tes, jika rata-rata siswa 7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%. 2) Ranah Afektif Nilai aspek afektif dikatakan berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan merupakan pendeskripsian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan merupakan pendeskripsian yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan merupakan pendeskripsian yang mencakup seluruh temuan dan pembahasan hasil pada peserta

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PALOPO

IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 IMPLEMENTASI LESSON STUDY MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 PALOPO Taufiq 1, Patmaniar

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENERAPKAN ATURAN EKSPONEN

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENERAPKAN ATURAN EKSPONEN ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENERAPKAN ATURAN EKSPONEN Ristina Wahyuni, Subanji, Sisworo Universitas Negeri Malang aristina@smkn11malang.sch.id ABSTRAK : Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

Eko Sri Wahyuni Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak, Indonesia

Eko Sri Wahyuni Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak, Indonesia IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA KULIAH ANATOMI FISIOLOGI HEWAN MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS TANJUNGPURA Eko Sri Wahyuni Dosen Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan, Pelaksanaan, dan Refleksi 4.1.1 Siklus 1 4.1.1.1 Perencanaan Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar segi empat (persegi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan untuk perbaikan. Dimana guru tidak lagi menjadi pusat informasi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan untuk perbaikan. Dimana guru tidak lagi menjadi pusat informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kegiatan pembelajaran merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa. Pembelajaran tradisional beranggapan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN JURNAL BELAJAR BERBASIS LESSON STUDY UNTUK IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR DAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA DI PERKULIAHAN BIOLOGI SEL

PENGGUNAAN JURNAL BELAJAR BERBASIS LESSON STUDY UNTUK IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR DAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA DI PERKULIAHAN BIOLOGI SEL 4-032 PENGGUNAAN JURNAL BELAJAR BERBASIS LESSON STUDY UNTUK IDENTIFIKASI PROSES BERPIKIR DAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA DI PERKULIAHAN BIOLOGI SEL Marheny Lukitasari Prodi Pendidikan Biologi, FP MIPA IKIP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah seperti yang telah diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan metode Penelitian

Lebih terperinci

Joyful Learning Journal

Joyful Learning Journal JLJ 2 (3) (2013) Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN SETS PADA KELAS V Isti Nur Hayanah Sri Hartati, Desi Wulandari

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR REFLEKTIF MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI HIMPUNAN DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF BERDASARKAN LANGKAH POLYA

PROSES BERPIKIR REFLEKTIF MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI HIMPUNAN DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF BERDASARKAN LANGKAH POLYA βeta p-issn: 2085-5893 / e-issn: 2541-0458 http://jurnalbeta.ac.id Vol. 8 No. 2 (November) 2015, Hal. 115-124 βeta 2015 PROSES BERPIKIR REFLEKTIF MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI HIMPUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang bertujuan untuk menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu, matematika juga menuntut

Lebih terperinci

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung Puspa Handaru Rachmadhani,

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA 7 BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA A. Teori Belajar Dan Prestasi Belajar 1. Teori Belajar Menurut Gagne (Dahar, 1996: 11) Belajar dapat didefinisikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada perbaikan ini digunakan metode Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom

METODE PENELITIAN. Pada perbaikan ini digunakan metode Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom 36 III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pada perbaikan ini digunakan metode Penelitian Tindakan Kelas ( Classroom Action Research ) dengan penekanan terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai menengah untuk membekali mereka dengan kemampuan berfikir logis,analitis,

Lebih terperinci

Contoh Soal Kemampuan Matematika Siswa

Contoh Soal Kemampuan Matematika Siswa Contoh Soal Kemampuan Matematika Siswa 1. Problem Solving º Soal Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator : Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah : Menggunakan

Lebih terperinci

MENUJU GURU YANG PROFESIONAL MELALUI LESSON STUDY A. LATAR BELAKANG

MENUJU GURU YANG PROFESIONAL MELALUI LESSON STUDY A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG Selama ini proses pembelajaran kurang mendapat perhatian dari orang tua dan pemerintah. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas tidak ada yang tahu kecuali guru itu sendiri. Kebanyakan

Lebih terperinci

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA) KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA) Tri Hapsari Utami Abstract: This article discusses a design of mathematics learning at what

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada sekolah menengah atas adalah siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas 4 SD Negeri Ujung-Ujung 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013

Lebih terperinci

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.3, No.1, Mei 2016

P2M STKIP Siliwangi Jurnal Ilmiah UPT P2M STKIP Siliwangi, Vol.3, No.1, Mei 2016 IMPLEMENTASI LESSON STUDY PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA MATEMATIKA SMP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA Indah Puspita Sari 1, Adi Nurjaman 2 1, 2 STKIP Siliwangi 1 chiva.aulia@gmail.com, 2

Lebih terperinci

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN TEKNIK THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia

Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia p-issn 2476-9886 e-issn 2477-0302 Jurnal EDUCATIO Volume 3 Nomor 1, 2016, Hlm 19-25 Akses Online : http://jurnal.iicet.org Dipublikasikan oleh : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Ngringo. SD Negeri 04 Ngringo ini berlokasi di jalan Cempaka

Lebih terperinci

Penggunaan Hands On Lerning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa

Penggunaan Hands On Lerning Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 327 Makalah Pendamping

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT PADA PEMBELAJARANMODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT PADA PEMBELAJARANMODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT PADA PEMBELAJARANMODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING Ratna Purwati 1, Hobri 2, Arif Fatahillah 3 Email: ratnapurwati85@gmail.com

Lebih terperinci

KEGIATAN LESSON STUDY BIOLOGI DI SMPN 1 JATINANGOR Oleh : Siti Sriyati 1) dan Tuti Hasanah 2)

KEGIATAN LESSON STUDY BIOLOGI DI SMPN 1 JATINANGOR Oleh : Siti Sriyati 1) dan Tuti Hasanah 2) KEGIATAN LESSON STUDY BIOLOGI DI SMPN 1 JATINANGOR Oleh : Siti Sriyati 1) dan Tuti Hasanah 2) Telah dilaksanakan kegiatan Lesson study di SMP N 1 Jatinangor pada topik sistem pencernaan makanan pada manusia

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.1 (2016) : 47-52

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.1 (2016) : 47-52 Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.2 No.1 (2016) : 47-52 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP Rifda Mardian Arif Program

Lebih terperinci

Lesson Study dapat Diiplementasikan dalam Mata Pelajaran Bukan-MIPA. Oleh: Yosaphat Sumardi dan Ariswan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Lesson Study dapat Diiplementasikan dalam Mata Pelajaran Bukan-MIPA. Oleh: Yosaphat Sumardi dan Ariswan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Lesson Study dapat Diiplementasikan dalam Mata Pelajaran Bukan-MIPA Oleh: Yosaphat Sumardi dan Ariswan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Lesson Study merupakan model pelatihan pembinaan profesional pendidik

Lebih terperinci

456 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan SAINS Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 16 Maret 2014

456 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan SAINS Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember, 16 Maret 2014 456 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan dan SAINS IMPLEMENTASI LESSON STUDY DALAM MEMBENTUK LEARNING COMMUNITY DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI Kamalia Fikri 1) 1) Program Studi Pendidikan Biologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia dan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan keahlian

Lebih terperinci

Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika?

Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika? Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc (fadjar_p3g@yahoo.com & www.fadjarp3g.wordpress.com) Pakar Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan peneliti yang juga sebagai guru mata pelajaran yang terlibat dalam penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMBELAJARANIPSDENGAN MENGGUNAKAN MODELTALKING STICK DI SEKOLAH DASAR. Oleh Elva Susanti

PENINGKATAN PEMBELAJARANIPSDENGAN MENGGUNAKAN MODELTALKING STICK DI SEKOLAH DASAR. Oleh Elva Susanti PENINGKATAN PEMBELAJARANIPSDENGAN MENGGUNAKAN MODELTALKING STICK DI SEKOLAH DASAR Oleh Elva Susanti Elvasusanti1284@gmail.com Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Padang Abstrak Penelitian ini di

Lebih terperinci

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember ISSN: 2407-2095 PENGGUNAAN AUTHENTIC ASESMENT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN MATH- EMATICS PROBLEM SOLVING PERFORMANCE MODELLING UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Nurcholif Diah Sri Lestari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang memaparkan uraian masing-masing siklus, mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 9 JEMBER SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013/2014 PADA SUB POKOK BAHASAN GARIS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih 35 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk (2006: 16) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika, idealnya siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman dan pengetahuan yang dikembangkan oleh siswa sesuai perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Ebbut (dalam Wiriaatmadja, 2005: 12) mengungkapkan: Metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berarti kajian sistematik dari upaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA DANENGSIH, S.Pd., NIP.196506051992032011 ABSTRAK Berdasarkan hasil pengamatan di SDN

Lebih terperinci

ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL

ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL Muhammad Ikram 1, Taufiq 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang peranan dalam tatanan kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan taraf dan derajatnya

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.150 PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Nurul Afifah Rusyda 1), Dwi

Lebih terperinci

Bab 3 Mengapa Lesson Study?

Bab 3 Mengapa Lesson Study? Bab 3 Mengapa Lesson Study? A. Bagaimana Pengetahuan Berkembang? Dalam suatu pertemuan, sejumlah guru melakukan diskusi tentang masalah pembelajaran matematika SMP. Salah seorang guru mengemukakan pengalamannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Data Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat diskripsi secara

Lebih terperinci

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses yang harus dilalui manusia untuk mengembangkan potensinya menjadi individu yang berkualitas. Pengembangan potensi tersebut harus dilalui

Lebih terperinci

LAMPIRAN V RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen I) Nama Sekolah : SMP N 2 Kubung Mata Pelajaran : Matematika

LAMPIRAN V RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen I) Nama Sekolah : SMP N 2 Kubung Mata Pelajaran : Matematika 125 LAMPIRAN V RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (Kelas Eksperimen I) Nama Sekolah : SMP N 2 Kubung Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VII Semester : II (Dua) Jumlah Pertemuan : 1 x Pertemuan A.

Lebih terperinci