ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember"

Transkripsi

1 ISSN: PENGGUNAAN AUTHENTIC ASESMENT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN MATH- EMATICS PROBLEM SOLVING PERFORMANCE MODELLING UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember Abstrak Pembelajaran kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah dasar jarang menjadi fokus perhatian guru karena sulitnya mengajarkan sekaligus menilai kemampuan pemecahan masalah. Penilaian kemampuan pemecahan masalah merupakan kewajiban guru ketika melaksanakan pembelajaran pemecahan masalah. Penilaian ini harus bersifat menyeluruh mulai dari proses hingga akhir sehingga guru dapat memonitor perkembangan belajar siswa. Penilaian pemecahan masalah dapat dilakukan melalui penilaian terhadap performa siswa dalam memecahkan masalah dengan authentic asesment. Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling menawarkan solusi untuk penilaian sebagai media pembelajaran. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah diases dengan instrumen authentic asesment dalam format pembelajaran yang model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling. Instrument authentic asesment yang digunakan meliputi exemplar rubrik siswa dan exemplar rubric guru 37

2 Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar Kata kunci: problem solving, exemplar rubric, Mathematics Problem Solving Performance Modelling. Pendahuluan Masalah merupakan hal yang pasti dijumpai oleh manusia. Ketika seseorang dihadapkan pada suatu masalah, maka kemampuannya pemecahan masalah menjadi hal penting dalam pengambilan keputusan untuk memperoleh solusi terbaik. Oleh karena itu, dalam kurikulum pendidikan di Indonesia dan pada setiap level pendidikan formal termasuk juga di sekolah dasar, kemampuan pemecahan menjadi learning outcome yang diharapkan dapat dicapai siswa. misal melalui pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah. Pembelajaran kemampuan pemecahan masalah seringkali dilaksanakan melalui pendekatan pemecahan masalah. Namun sayangnya, pembelajaran pemecahan masalah jarang diterapkan di sekolah dasar karena sulitnya mengajarkan sekaligus menilai kemampuan pemecahan masalah. Hal ini mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa juga kurang berkembang. Padahal siswa sekolah dasar mempunyai potensi yang cukup besar untuk bisa mengembangkan kemampuan pemecahan masalahnya. Para siswa pada usia ini begitu haus dengan pengetahuan tentang bagaimana sesuatu bekerja (Kallick and Brewer, 1997). Sugiarti dan Lestari (2014) memperkenalkan model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling sebagai alternatif solusi bagi permasalahan tersebut. Model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling merupakan model pembelajaran pemecahan masalah yang memfokuskan pada pemodelan terhadap kinerja dalam memecahkan masalah baik dalam kelompok belajar maupun secara individu. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa Sekolah Dasar (Sugiarti 38

3 Nurcholif Diah Sri Lestari dan Lestari, 2015). Dalam model pembelajaran ini, terdapat tiga instrumen penting dalam pelaksanaan pembelajarannya yaitu: 1. Masalah yang disajikan dalam bentuk exemplar problem untuk memfasilitasi pemodelan performance secara individu, 2. Lembar Kerja Siswa yang memfasilitasi pemodelan performance secara kelompok, dan 3. Instrumen authentic assessmen untuk menilai kemampuan pemecahan masalah. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah diases dengan instrumen authentic asesment dalam format pembelajaran yang model pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling. Instrument authentic asesment yang digunakan meliputi exemplar rubrik siswa dan exemplar rubric guru MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA PROBLEM SOLV- ING PERFORMANCE MODELLING Sintaksis dalam model pembelajaran problem solving performance modelling meliputi fase pra pembelajaran, 8 fase pembelajaran, dan fase pasca pembelajaran (Sugiarti dan Lestari, 2014). Berikut ini adalah penjabarannya: Pra pembelajaran Pada kegiatan pra pembelajaran, guru memberikan soal tes awal berupa pemecahan masalah kepada siswa, membagikan exemplar rubric siswa dan mensosialisasikan penggunaannya, meminta siswa untuk mencoba melakukan penilaian sendiri terhadap jawaban tes awal mereka dengan exemplar rubric berdasarkan persepsi atas kemampuan masing-masing. Hasil tes awal siswa dinilai dan dianalisis berdasarkan exemplar 39

4 Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar rubric guru untuk dapat mengkategorikan siswa dalam level kemampuan pemecahan masalah dan sebagai bahan pertimbangan untuk membentuk kelompok heterogen. Fase 1. Orientasi Fase orientasi bertujuan untuk menyiapkan siswa dalam belajar. Pada fase ini, guru diharuskan untuk menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa. Tujuan pembelajaran terkait dengan konten kurikulum dan tujuan model pembelajaran. Kegiatan motivasi dapat dilakukan dengan memberikan siswa pengalaman pengalaman tentang (1) bagaimanakah hasil pemecahan masalah mereka diases dan atau (2) memperkaya strategi pemecahan masalah siswa serta materi prasyarat yang diperlukan. Kegiatan ini dilakukan dengan mencontohkan bagaimana pekerjaan salah satu siswa (beserta exemplar rubric yang telah diisi) diases. Fase 2. Pemecahan Masalah Secara Individu Pada fase ini pembelajaran telah bergeser dari teacher centered menjadi student centered. Setelah guru membagikan exemplar problem (uncued problem) dan pedoman pemecahan masalah serta menjelaskan bagaimana pedoman pemecahan masalah dapat digunakan untuk membantu mereka dalam memecahkan masalah, maka siswa mulai mengerjakan exemplar problem secara individu. Masalah yangn digunakan adalah masalah yang sifatnya uncued, yaitu masalah yang memungkinkan adanya banyak cara atau banyak jawaban benar Fase 3. Pengorganisasian Kelompok Pada fase tiga, siswa ditempatkan dalam setting belajar kooperatif. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen berdasarkan level kemampuan pemecahan masalah awal (hasil pretes pada pra pembelajaran atau hasil evaluasi dari pembelajaran sebelumnya). Setiap kelompok terdiri atas

5 Nurcholif Diah Sri Lestari siswa dengan level kemampuan pemecahan masalah yang beragam mulai dari level pemula sampai level ahli (jika ada). Fase 4. Diskusi Kelompok Fase ini betujuan untuk memperkuat ketajaman penalaran dalam pemecahan masalah melalui tukar pendapat dalam suatu diskusi kelompok. Kelompok ini diberi tugas untuk mendiskusikan kembali exemplar problem yang telah dikerjakan secara individu pada fase sebelumnya yang dikemas dalam suatu lembar kerja siswa (LKS). Pada kegiatan ini siswa dalam kelompok-kelompok bertukar pendapat, saling menyempurnakan gagasan pemecahan masalah dan terakhir memilih strategi dan pemecahan masalah yang paling mudah atau paling efektif sesuai petunjuk yang ada dalam LKS. Fase 5. Diskusi Kelas Pada fase diskusi kelas, guru meminta perwakilan beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Ketika perwakilan suatu kelompok menyampaikan materi di depan kelas, siswa pada kelompok yang lain berkewajiban untuk memberikan saran, masukan ataupun argumen terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi. Pada waktu siswa anggota kelompok tidak mewakili kelompoknya menyajikan hasil di depan kelas, mereka bertugas membantu teman yang presentasi jika memerlukan bantuan. Dalam kegiatan diskusi kelas, guru berperan sebagai moderator dan fasilitator yang menghubungkan kelompok penyaji dengan audience, dan mendukung terciptanya suasana diskusi kelas yang kondusif. Fase 6. Pemberian contoh Penilaian Setelah perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusinya dan siswa lain menanggapi, selanjutnya guru memberi contoh bagaimana hasil pemecahan masalah kelompok tersebut diases dengan exemplar rubric. Berdasarkan contoh 41

6 Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar penilaian yang dilakukan guru, setiap kelompok akan diminta untuk melakukan penilaian sendiri terhadap hasil kerja pemecahan masalah kelompok atau individu. Fase 7. Evaluasi Fase evaluasi ditujukan untuk menguji kemampuan siswa dalam pemecahan masalah setelah pembelajaran dilaksanakan. Pada fase ini, guru membagikan exemplar problem dan pedoman pemecahan masalah kepada siswa. Siswa diminta untuk menyelesaikan soal dalam exemplar problem dengan berdasar pada pedoman pemecahan masalah serta melakukan penilaian terhadap pekerjaannya dengan exemplar rubric. Fase 8. Penutup Fase penutup ditujukan untuk mereview dan menyatukan pengetahuan yang baru diperoleh siswa pada pembelajaran hari ini. Review dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang siswa untuk memperoleh poin-poin penting pada pembelajaran yang diharapkan. Pasca Pembelajaran Pembelajaran dengan model pembelajaran matematika berbasis authentic asesment melalui exemplar problem ini dapat dilakukan berulang-ulang (siklus) dengan exemplar problem yang berbeda-beda (terutama berkaitan dengan strategi pemecahan masalah yang bisa digunakan) maksimal 1 kali seminggu. Kemampuan Pemecahan Masalah Pelevelan kemampuan pemecahan masalah yang disampaikan oleh Kallick and Brewer [1] adalah sebagai berikut. a. Pemula (Novice) 42

7 Nurcholif Diah Sri Lestari Siswa pada level ini benar-benar tidak bisa memulai, siswa ini tidak memiliki penyelesaian yang sesuai dengan masalah karena mereka tidak memahami masalah, tidak dapat mengembangkan strategi, dan atau tidak dapat prosedur matematika yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Seorang pemula tidak mempunyai penjelasan yang bisa dipahami atau yang berkaitan dengan masalah, bahkan mereka tidak secara tepat gambar-gambar atau istilah matematika. b. Pemagang (Apprentice) Siswa pada level ini sudah mampu memulai, tetapi tidak bisa menemukan penyelesaian yang lengkap. Siswa memahami masalah, dan mampu sebagian strategi pemecahan masalah, tetapi tidak memiliki cukup pemahaman untuk mendapatkan penyelesaian yang lengkap. Pemagang sudah beberapa istilah dan notasi matematika atau gambar representasi masalah. c. Pelaksana (Practitioner) Siswa pada level pelaksana mampu memahami masalah dengan baik dan memilih strategi yang tepat dalam menyelesaikan masalah dengan benar. Pelaksana penalaran dan prosedur matematika dengan efektif, penjelasan yang diberikan jelas, dan gambar, notasi dan istilah matematika yang sesuai. d. Ahli (Expert) Siswa dalam level ahli memberikan penyelesaian yang melebihi siswa pada level pelaksana. Ahli strategi yang lebih efisien dan penalaran yang lebih kompleks, prosedur dengan akurat dan benar, penjelasannya jelas, representasi gambar, istilah dan 43

8 Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar notasi dengan tepat, bahkan siswa dapat memverifikasi penyelesaiannya dengan mengecek langkah demi langkah Instrumen authentic asesment. Penilaian adalah salah satu bagian pembelajaran yang sangat penting. Melalui penilaian (assessment) maka seorang akan bisa mengetahui seberapa efektif pembelajaran yang dilaksanakan. Menurut Department of Education Republic of South Africa (2003:45) sebelum seorang guru menilai kinerja siswanya, hal penting yang tidak dapat diabaikan adalah bahwa tujuan dari pelaksanaan asesmen harus jelas dan tidak ambigu. Hal ini penting untuk membantu guru dalam mengambil keputusan tentang jenis asesmen yang akan digunakan. Menurut Johnson & Johnson (2002:2-6) asesmen adalah suatu kegiatan yang melibatkan pengumpulan informasi tentang kualitas atau kuantitas dari perubahan dalam siswa, kelompok, kelas, sekolah, guru atau administrator. Sehingga dalam pelaksanaannya terdapat banyak hal yang akan dilihat tingkat keberhasilannya (diases) misal hasil belajar akademik, penalaran, ketrampilan dan kompetensi, perilaku, dan kebiasaan dalam bekerja. Asesmen yang efektif bergantung pada: pencapaian tujuan bahwa asesmen yang dibuat adalah asesmen yang valid dan reliabel, hubungan kerjasama yang baik antara pengases (guru), yang diases (siswa) dan stakeholder-stakeholder yang relevan, serta peningkatan motivasi semua pihak yang terlibat untuk berpartisipasi lagi. Menurut Nurhadi & Senduk, (2003:52), authentic asesment memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) mengukur semua aspek pembelajaran, yang terdiri dari proses, kinerja, dan produk; b) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; 44

9 Nurcholif Diah Sri Lestari c) berbagai cara dan berbagai sumber dalam proses penilaiannya; d) tes hanya sebagai salah satu alat pengumpul data penilaian; e) tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan siswa sehari-hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari; f) penilaian harus menekankan pada kedalaman pengetahuan dan keahlian siswa, bukan keluasannya (kuantitatif). Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa ada banyak alasan mengapa penilaian performa/kinerja siswa dalam memecahkan masalah harus diases. Model pembelajaran problem solving performance modelling adalah model pembelajaran yang ditujukan untuk mengajarkan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan cara memodelkan atau memberikan contoh bagaimana suatu kemampuan pemecahan masalah matematika dinilai dengan instrument authentic asesment yaitu exemplar rubric siswa dan exemplar rubric guru [2]. Instrumen ini harus dikomunikasikan dan dicontohkan bagaimana penggunaannya kepada siswa sehingga dapat membangun kebiasaan berpikir secara disiplin, mengetahui apa yang diperlukan, mengecek keakuratan, ketepatan dan kualitas pekerjaan mereka dalam pemecahan masalah bahkan siswa dapat menilai sendiri pekerjaan mereka sebelum dikumpulkan kepada guru. Kallick & Brewer (1997), memperkenalkan exemplar rubric yang disusun berdasarkan level-level kemampuan siswa dengan indikator penilaian kemampuan penyelesaian masalah meliputi: (1) pemahaman, (2) strategi, penalaran dan prosedur, dan (3) 45

10 Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar komunikasi. Terdapat dua macam exemplar rubric yaitu, exemplar rubric untuk guru dan exemplar rubric untuk siswa. Isi kedua exemplar rubric tersebut disusun sedemikian hingga memuat maksud yang sama dan atau saling melengkapi sebagai suatu bentuk triangulasi. Namun khusus untuk siswa exemplar rubric disajikan dengan bahasa yang lebih sederhana dan lebih mencerminkan pada apa yang seharusnya dilakukan. Rubrik ini selain digunakan sebagai alat penilaian juga digunakan sebagai bagian dari pembelajaran. Dengan exemplar rubric diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk membangun kebiasaan berpikir secara disiplin dalam menghadapi masalah, mengetahui apa yang mereka perlukan untuk mengecek keakuratan, ketepatan dan kualitas pekerjaan mereka bahkan siswa dapat menilai sendiri pekerjaan mereka sebelum dikumpulkan kepada guru Exemplar Rubric Guru Petunjuk 1) Isilah nama siswa pada tempat yang telah disediakan 2) Lingkarilah simbol ( ) untuk setiap kategori yang sesuai dengan performance yang siswa. 3) Level kemampuan pada setiap aspek adalah level dengan performance terbanyak yang dilingkari. 4) Level kemampuan pemecahan masalah siswa adalah level dengan aspek kemampuan yang dominan. 5) Exemplar rubric juga dapat digunakan untuk menilai aspek kognitif dan aspek keterampilan siswa 6) Indikator untuk aspek kognitif ditandai dengan huruf yang tercetak miring sedangkan indikator untuk aspek keterampilan adalah huruf standart Nama Siswa: Level Pemahaman Strategi, Pen- Komunikasi 46

11 Nurcholif Diah Sri Lestari Pemula Tidak ada penyelesaian, Ada penyelesaian tetapi penyelesaiannya sama sekali tidak sesuai dengan masalah alaran dan Prosedur Tidak menunjukkan strategi atau prosedur pemecahan masalah, atau Menggunakan strategi yang tidak membantu menyelesaikan masalah. Tidak menunjukkan adanya penalaran matematika yang logis Ada banyak kesalahan dalam prosedur matematika sehingga masalah tidak dapat diselesaikan. Tidak ada penjelasan tentang penyelesaian, atau Ada penjelasan tetapi tidak dapat dipahami atau tidak berkaitan dengan masalah Tidak menggunaka n representasi matematika yang sesuai (misal: gambar, diagram, grafik atau tabel, dll). Tidak menggunaka n istilah dan notasi matematika yang sesuai atau 47

12 Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar menggunaka n istilah dan notasi matematika tetapi tidak sesuai Pemagang Ada sebagian dari penyelesaian yang mengarah pada penyelesaian masalah meskipun penyelesaiannya belum sempurna/ belum lengkap Menggunakan strategi yang bermanfaat meskipun hanya sebagian yang mengarah pada penyelesaian Menunjukkan sedikit penalaran matematika logis Tidak dapat prosedur matematika secara lengkap Penjelasan tidak lengkap, tidak disajikan dengan jelas. Menggunaka n sedikit representasi matematika yang sesuai Menggunaka n sedikit istilah dan notasi matematika yang sesuai dengan masalah. Pelaksana Mendapatkan satu penyelesaian yang sesuai dengan permasalahan serta menunjukkan kemampuan memahami permasalahan, men- Menggunakan strategi yang mengarah pada penyelesaian matematika yang benar Menggunakan penalaran ma- Ada penjelasan yang jelas Menggunaka n representasi matematika dengan benar Menggunaka 48

13 Nurcholif Diah Sri Lestari gidentifikasi konsep matematika dan informasi yang sesuai untuk menyelesaikan masalah. tematika yang benar Menggunakan prosedur matematika dengan benar n istilah dan notasi matematika dengan benar Ahli Mendapatkan lebih dari satu penyelesaian atau cara penyelesaian yang sesuai permasalahan atau Mendapatkan satu penyelesaian yang benar dan efektif Menggunakan strategi yang sangat efektif yang mengarah langsung pada penyelesaian. Menggunakan penalaran yang kompleks dan halus Menerapkan prosedur dengan akurat untuk menyelesaikan masalah dengan benar dan memverifikasi hasil. Menjelaskan secara jelas, efektif dan detail tentang bagaimana masalah tersebut diselesaikan. Termasuk setiap langkah penyelesaian sehingga pembaca tidak perlu menduga bagaimana dan mengapa sebuah keputusan dibuat Memilih menggunaka n representasi matemat- 49

14 Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar ika sebagai alat untuk mengkomunikasikan ide dan menyelesaikan masalah dengan tepat Menggunaka n istilah dan notasi matematika secara tepat dan efektif Exemplar Rubric Siswa Lingkarilah simbol ( ) untuk setiap kategori yang sesuai dengan performance siswa Level kemampuan siswa adalah level dengan performance terbanyak yang dilingkari Nama Siswa: Level Pemahaman Strategi, Penalaran dan Prosedur Komunikasi Pemula tidak tahu apa yang diketahui dan yang ditanya tidak mengerjakan mengerjakan tidak punya ide sama sekali bagaimana mengerjakann ya hanya mencoba-coba tidak menuliskan penjelasan tentang penyelesaian menuliskan langkahlangkah 50

15 Pemagang meskipun asalasalan sehingga jawabannya salah Sebagian pekerjaan/jawaban saya benar Nurcholif Diah Sri Lestari melakukan banyak kesalahan pada langkahlangkah pekerjaan Sebagian cara yang saya gunakan benar tahu bagaimana mencari sebagian data yang saya perlukan Jawaban saya belum lengkap penyelesaian tetapi sulit dipahami tidak gambar, diagram, grafik atau tabel. salah istilah (kata) atau notasi (simbol) matematika menjelaskan langkahlangkah penyelesaian meskipun tidak lengkap gambar, grafik atau tabel tetapi tidak lengkap Sebagian istilah (kata) atau notasi (simbol) yang saya gunakan benar Pelaksa- Jawaban saya hanya menulis- 51

16 Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar na benar meskipun awalnya saya bingung bagaimana mengerjakannya mengetahui satu cara seperti yang saya lakukan untuk mendapat jawaban yang benar data yang diperlukan mengecek kembali langkah pekerjaan saya kan penjelasan pada setiap langkah salah satu dari grafik atau gambar atau tabel yang sesuai istilah (kata) dan notasi (simbol) matematika yang benar Ahli dapat menemukan cara atau jawaban yang lain cara yang paling mudah untuk mendapatkan jawaban yang benar. langkahlangkah penyelesain yang tepat menuliskan secara jelas, detail setiap langkah pekerjaan beberapa gambar/tabel/simb ol untuk memperjelas pemikiran saya 52

17 Nurcholif Diah Sri Lestari mencoba menemukan cara atau jawaban yang berbeda istilah dan notasi matematika yang tepat dan benar 53

18 Penggunaan Authentic Asesment Sebagai Media Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Mathematics Problem Solving Performance Modelling Untuk Siswa Sekolah Dasar Tabel 1. Konversi Level Kemampuan Pemecahan Masalah ke Skor Pemecahan Masalah No Level Pemecahan Masalah Skor 1 Pemula (Novice) 1 2 Pemagang (Apprentice) 2 3 Pelaksana (Practitioner) 3 4 Ahli (Expert) 4 Penutup Penilaian yang dilakukan dalam model pembelajaran mathematics problem solving performance modelling dilaksanakan secara holistik yang meliputi penilaian kognitif, keterampilan, dan sikap. Penilaian kognitif dan keterampilan dilaksanakan dengan exemplar problem dan exemplar rubric. Pemetaan antara aspek kognitif dan aspek keterampilan tampak pada exemplar rubric untuk guru. Penilaian sikap diperoleh melalui penilaian aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Penilaian individu diperoleh dari hasil evaluasi pada akhir pembelajaran yang didasarkan pada exemplar rubric guru. Penilaian kelompok (dalam proses pembelajaran di kelas) diperoleh melalui penyelesaian masalah dalam LKM. Nilai pemecahan masalah ini dikonversi dari level pemecahan masalah siswa. Skor ini kemudian digabungkan menjadi skor kognitif dan keterampilan kelompok. Skor akhir setiap kelompok diperoleh baik skor kognitif dan keterampilan maupun skor afektif. Kelompok terbaik akan ditentukan berdasarkan skor akhir tertinggi dan akan diumumkan pada pertemuan berikutnya. 54

19 Nurcholif Diah Sri Lestari DAFTAR PUSTAKA Johnson & Johnson Meaningfull Assessment A Manageable and Cooperative Process. Bosto: Allyn & Bacon Kallick & Brewer How to Assess Problem-Solving Skills in Math. Scholastic: New York. Nurhadi Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Malang: Universitas Negeri Malang. Polya, G How to Solve It. Second Edition. Princeton University Press. Princeton, New Jersey. Sugiarti, Titik dan Lestari, NDS Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berbasis Authentic asesment dengan Exemplars Problem untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sekolah Dasar. Laporan penelitian tidak dipublikasikan Profil Perkembangan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sekolah Dasar Dalam Menyelesaikan Masalah Melalui Model Pembelajaran Problem Solving Performance Modelling. Makalah dalam prosiding seminar nasional SEMNASTIKA di Unesa Surabaya. 55

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING Kode/Nama Rumpun Ilmu:772/Pendidikan Matematika EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AUTHENTIC ASSESSMENT DENGAN EXEMPLAR PROBLEM UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING Kode/Nama Rumpun Ilmu:772/Pendidikan Matematika EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AUTHENTIC ASSESSMENT DENGAN EXEMPLAR PROBLEM UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH DOSEN PEMULA

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH DOSEN PEMULA 1 Kode/Nama Rumpun Ilmu:772/Pendidikan Matematika EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH DOSEN PEMULA DESAIN TUGAS DAN ASESMEN BERBASIS PROYEK YANG TERINTEGRASI DENGAN E-LEARNING MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMENT AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MATAKULIAH TEACHING AND LEARNING MATHEMATICS

PENGEMBANGAN INSTRUMENT AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MATAKULIAH TEACHING AND LEARNING MATHEMATICS PENGEMBANGAN INSTRUMENT AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MATAKULIAH TEACHING AND LEARNING MATHEMATICS Nurcholif Diah, Sri Lestari, dan Sunardi Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN TIPE JIGSAW Cucu Komaryani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan penghubung antar manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang yang mempunyai kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia. Sejalan dengan

Lebih terperinci

Melatih Literasi Matematis Siswa dengan Metode Naive Geometry

Melatih Literasi Matematis Siswa dengan Metode Naive Geometry JRPM, 7, (), 8-9 JURNAL REVIEW PEMBELAJARAN MATEMATIKA http://jrpm.uinsby.ac.id Melatih Literasi Matematis Siswa dengan Metode Naive Geometry Maria Ulfa, Ahmad Lubab, Yuni Arrifadah 3,,3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, manusia akan mampu mengembangkan potensi diri sehingga akan mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan penting yang dapat diterapkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawai, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yg saling mempengaruhi mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan penekanan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus diarahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi secara umum diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadiannya.

Lebih terperinci

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng Eka Setya Ningsih (Eka Setya Ningsih/148620600018/6/B1) S-1 PGSD Universitas

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR- SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS X MIA 1 SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Sigit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat berperan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MEMBANTU SISWA MENGATASI KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA POKOK BAHASAN BILANGAN BULAT SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP PLUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar. Hal ini diakui oleh banyak orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT DWI ASTUTI MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT (STAD) Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Kode Makalah PM-1 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Abstrak Dalam KBK telah dimasukkan tujuan-tujuan

Lebih terperinci

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses Meningkatkan sikap belajar siswa dengan model problem based learning yang dikombinasikan dengan model cooperative learning pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.150 PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Nurul Afifah Rusyda 1), Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang terus-menerus melakukan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Salah satu yang mendapat sorotan yaitu pada sektor pendidikan.

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN OSCAR Iis Holisin 1), Chusnal Ainy 2), Febriana Kristanti 3) 1)2)3) Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan uraian pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Penerapan langkah-langkah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya yaitu aspek pendidikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunkan dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunkan dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunkan dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1 LATAR BELAKANG MAKRO : Kondisi pendidikan secara makro di indonesia dalam lingkup internasional maupun nasional Kondisi pembelajaran di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut disiapkannya penerus bangsa yang siap menghadapi berbagai tantangan. Individu yang siap adalah individu yang sukses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL LATAR BELAKANG MAKRO : Kondisi pendidikan secara makro di indonesia dalam lingkup internasional maupun nasional yang masih rendah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi: PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Matematis Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan baik secara formal maupun informal harus disesuaikan dengan

Lebih terperinci

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA USIA TAHUN DI BANDA ACEH. Intan Kemala Sari 1. Abstrak

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA USIA TAHUN DI BANDA ACEH. Intan Kemala Sari 1. Abstrak PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA USIA 14-15 TAHUN DI BANDA ACEH Intan Kemala Sari 1 Abstrak Pemecahan masalah merupakan suatu proses psikologis yang melibatkan aplikasi dalil-dalil atau teorema

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV SDN Santigi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV SDN Santigi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV SDN Santigi Alprida Lembang Mongan, Mestawaty As. A, dan Lestari Alibasyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Analisis terhadap proses belajar mengajar dalam penelitian ini didasarkan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Analisis terhadap proses belajar mengajar dalam penelitian ini didasarkan BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Proses Pembelajaran dan Refleksi Analisis terhadap proses belajar mengajar dalam penelitian ini didasarkan pada tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi siswa maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Materi Konsentrasi Larutan dan Perhitungan Kimia Kelas X Teknik Gambar Bangunan A SMK Negeri 3 Palu Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A Feri Ambar Wati, Supriyono Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI Oleh: Cendika M Syuro Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM email: cendikahusein@yahoo.com

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. A3. Surat Permohonan Izin Validasi Perangkat Pembelajaran. A4. Surat Keterangan Validasi Perangkat Pembelajaran

LAMPIRAN A. A3. Surat Permohonan Izin Validasi Perangkat Pembelajaran. A4. Surat Keterangan Validasi Perangkat Pembelajaran LAMPIRAN A A1. Surat Permohonan Izin Validasi Instrumen A2. Surat Keterangan Validasi Instrumen A3. Surat Permohonan Izin Validasi Perangkat Pembelajaran A4. Surat Keterangan Validasi Perangkat Pembelajaran

Lebih terperinci

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II. 11 a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II. b. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dikatakan meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga mempunyai peranan dalam berbagai disiplin ilmu lain, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran. Matematika merupakan pelajaran penting diberikan sejak dini

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI SMP N 2 SEDAYU YOGYAKARTA Dhian Arista Istikomah FKIP Universitas PGRI Yogyakarta E-mail: dhian.arista@gmail.com

Lebih terperinci

ASSESSMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

ASSESSMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ASSESSMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK Hasma Mallaherang 1 SMA Negeri 2 Bua Ponrang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan dunia pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan untuk berargumentasi, memberi kontribusi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI A. Pembahasan 1. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan tabel 4.4. yang terdapat pada bab IV tentang hasil analisis guru selama kegiatan belajar mengajar model

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER Sri Irawati Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura Alamat : Jalan Raya Panglegur 3,5 KM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Penelitian Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN (TKJ) 2 SMK NEGERI 2 PEKANBARU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan penalaran matematis siswa SMP kelas VII pada materi himpunan dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tipe-tipe kesalahan Penyebab kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika menurut Suhertin (dalam Lisca, 2012) dikarenakan siswa tidak menguasai

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA Shofia Hidayah Program Studi Magister Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang shofiahidayah@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara. Hal ini sesuai dengan pendapat Joesoef (2011) yang menyatakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik (Majid, 2014:15). Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Darsono (2000:32) belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu Slameto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kemampuan Komunikasi Matematika Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih, dan di dalamnya terdapat pertukaran informasi dalam rangka mencapai suatu

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sangat berperan dalam perkembangan dunia. Matematika sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dalam pemecahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Pada masa sekarang banyak model pembelajaran yang sering digunakan, salah satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs Lussy Midani Rizki 1), Risnawati 2), Zubaidah Amir MZ 3) 1) UIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan demi meningkatnya kualitas pendidikan. Objek yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan demi meningkatnya kualitas pendidikan. Objek yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu negara. Begitu pentingnya, hingga inovasi dalam pendidikan terus menerus dikembangkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR Taufiq 1, Fahrul Basir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seorang guru ketika memberikan pelajaran, terutama dalam pembelajaran matematika, diharapkan dapat mengoptimalkan siswa dalam menguasai konsep dan memecahkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA Oleh: Muslim Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI Eka Senjayawati STKIP SILIWANGI BANDUNG senja_eka@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pengalaman belajar diberbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu. Karena dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIGA PADA PEMBELAJARAN SAINS SMP. Universitas Darussalam Ambon. Diterima ; Terbit

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIGA PADA PEMBELAJARAN SAINS SMP. Universitas Darussalam Ambon. Diterima ; Terbit Bimafika, 2014, 6, 717-727 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIGA PADA PEMBELAJARAN SAINS SMP Abdullah Derlean 1, Nurlaila Sehuwaky 2 1,2 Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika Dasar-dasar Pembelajaran Fisika Dr. Johar Maknun, M.Si. 08121452201; johar_upi@yahoo.co.id LATAR BELAKANG MAKRO International Education Achievement (IEA) Kemampuan membaca siswa SD menempati urutan 30

Lebih terperinci

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA AL-HUDA PEKANBARU Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan masyarakat menyebabkan perubahan-perubahan dalam masyarakat, perubahan ini akan menyebabkan perubahan

Lebih terperinci