DINAMIKA SISTEM PERTAMBAHAN NILAI KAYU JATI DI KPH BANTEN PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN ABDUL LATIF E

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DINAMIKA SISTEM PERTAMBAHAN NILAI KAYU JATI DI KPH BANTEN PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN ABDUL LATIF E"

Transkripsi

1 DINAMIKA SISTEM PERTAMBAHAN NILAI KAYU JATI DI KPH BANTEN PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN ABDUL LATIF E Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN ABDUL LATIF (E403040). Dinamika Sistem Pertambahan Nilai Kayu Jati di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Di bawah bimbingan HERRY PURNOMO dan DODIK RIDHO NURROCHMAT. Studi dinamika sistem pertambahan nilai kayu jati bertujuan untuk menggambarkan sistem pengusahaan kayu jati dalam sebuah model simulasi, diperolehnya informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai produk kayu jati dan tersusunnya rekomendasi skenario kebijakan masa depan yang sesuai dan menguntungkan bagi para aktor yang berperan. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan sistem dinamik, yaitu dengan menganalisis komponen dari sistem secara keseluruhan. Dari studi ini diperoleh hasil bahwa secara umum nilai jati mengalami penurunan yang dikarenakan produksi bahan baku yang tidak stabil dan cenderung menurun, sehingga jika tidak diantisipasi dapat mempengaruhi industri hilir seperti industri furnitur. Pertambahan nilai kayu jati juga diperankan oleh banyak aktor, dan masingmasing aktor yang berperan memiliki nilai yang berbeda-beda. Pertambahan nilai dari hasil studi ini menunjukkan bahwa pertambahan nilai yang dihasilkan dari bahan yang digunakan, Perum Perhutani sebagai pemasok bahan baku menikmati sekitar 40,6% dari total pertambahan nilai sebesar Rp Sedangkan pada pertambahan nilai dari produk, aktor yang menikmati pertambahan nilai terbesar adalah produsen furnitur dengan 2,63% dari total pertambahan nilai produk sebesar Rp Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya penurunan jumlah potensi hutan dan penurunan pertambahan nilai kayu jati, maka dibuatlah skenario masa depan yang dikembangkan untuk membantu meningkatkan pertambahan nilai jati diantaranya dengan peningkatan efisiensi produksi, meningkatkan volume tebang dengan membuka investasi penanaman lahan kosong dan memberikan perhatian khusus bagi penjual domestik dan mancanegara dengan memberi insentif pemasaran. Dari skenario yang dibuat dapat diprediksi bahwa skenario dengan membuka investasi penanaman lahan kosong dapat meningkatkan pertambahan nilai kayu jati. Kata kunci : jati, furnitur, nilai tambah, sistem dinamik

3 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Sistem Pertambahan Nilai Kayu Jati di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2008 Abdul Latif NRP E403040

4 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Dinamika Sistem Pertambahan Nilai Kayu Jati di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten Nama Mahasiswa : Abdul Latif NRP : E Departemen : Manajemen Hutan Fakultas : Kehutanan Menyetujui : Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing 2 Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp Dr. Ir. Dodik R. Nurrochmat, M.Sc NIP NIP Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP Tanggal lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada hari Kamis tanggal 26 Desember 985, putra kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Mabaryanto dan Ibu Hayati. Pendidikan formal penulis dimulai di Madrasah Ibtidaiyyah Darul Muqinin Jakarta pada tahun 99 dan lulus pada tahun 997 kemudian melanjutkan studi di SLTP Negeri 27 Jakarta dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan ke SMU Negeri 2 Pesanggrahan, Jakarta dan lulus pada tahun Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor Fakultas Kehutanan Program Studi Manajemen Hutan melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2006 penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan Hutan di KPH Banyumas Barat, KPH Banyumas Timur, Batu Raden dan Praktek Pengelolaan Hutan di kampus Getas UGM gelombang II. Pada bulan Juni- Agustus 2007 penulis melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK PT. Diamond Raya Timber, Kec. Bangko Kab. Rokan Hilir Provinsi Riau. Selama masa studi penulis aktif di DKM Ibadurrahman pada tahun sebagai anggota Dept. PSDM Ibadurrahman dan sebagai Ketua pada salah satu Biro di Dept. PSDM Ibadurrahman. Pada tahun penulis diamanahkan sebagai asisten praktikum mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Pada tahun 2006 menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Informatika. Pada tahun menjadi koordinator salah satu event Dompet Dhuafa pada bulan Ramadhan yaitu Zakat Goes to Mall. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyusun skripsi dengan judul Dinamika Sistem Pertambahan Nilai Kayu Jati di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten di bawah bimbingan Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp dan Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc.

6 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin. Segala Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-nya, yang telah memilih kita sebagai ummat Sayyidina Muhammad saw. Segala Puji bagi Allah Dzat Pemberi Hidayah, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan Rahmat dan Kemudahan dari- Nya SWT. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, para sahabatnya, serta para pengikutnya yang tetap setia dan istiqomah dalam mengikuti jejak perjalanannya. Kami datang pada panggilanmu wahai Nabi saw yang telah membimbing kami dan menyatukan kami, kami datangi panggilanmu wahai Rasulullah. Skripsi ini berjudul Dinamika Sistem Pertambahan Nilai Kayu Jati di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini menggambarkan pertambahan nilai kayu jati, informasi faktor dan aktor yang berperan dan menggambarkan kedinamisan sebuah sistem serta membuat skenario-skenario peningkatan pertambahan nilai kayu jati. Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dalam tulisan ini. Karena itu, masukan, kritikan dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan tulisan ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp dan Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan dan saran terhadap penulisan penelitian ini. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat serta menjadi pendorong bagi penulis untuk mengkaji dan menggali lebih dalam pengetahuan yang telah diperoleh. Bogor, Agustus 2008 Penulis

7 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan yang tiada terhitung dan atas anugerah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad saw. yang teramat mencintai ummatnya sehingga mengajarkan kepada kita kebaikan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :. Dr. Ir. Herry Purnomo, M.Comp dan Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi atas keikhlasannya dalam meluangkan waktu, berbagi ilmu, bimbingan dan nasihat serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan sebaik-baik balasan. 2. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS sebagai dosen penguji wakil Departemen Hasil Hutan dan Dr. Ir. Yeni A. Mulyani, M.Sc sebagai dosen penguji wakil Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah memberikan arahan, masukan dan pengalaman berharga untuk penyempurnaan skripsi ini. 3. Ayah dan Ibu tersayang atas setiap do a yang tercurah, setiap kebaikan yang terlimpah, kasih sayang dan pengorbanan yang senantiasa diberikan serta motivasi untuk penulis. Aa Hadi dan adik-adikku tersayang Evi dan Doni, tiada kebaikan yang tersia-siakan, semoga Allah SWT mencurahkan keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan selalu. 4. Habibana Munzir bin Fuad al Musawa, Bang Emil Fadli, Wisnu, Febi Muryanto, Sandrio dan kawan Lingkaran Pengokoh Ruhiyah terima kasih atas do a, ilmu, perhatian dan bantuan. Semoga Allah menguatkan ukhuwah kita, semoga kita dapat berkumpul di surga-nya nanti di bawah Panji Rasulullah saw. 5. Kepala, Staf dan Pegawai KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dan KBM Wilayah II bogor atas bantuan penelusuran data dan kemudahan yang diberikan.

8 iii 6. Sahabatku dalam kebaikan : Arizia, Jati, Hadi, Agus, Nuralim, Dwi, Arul, Nur, Sofwan, Azam, Ncep, Nurban, dan teman-teman MNH 40 atas do a, motivasi dan dukungan. Semoga kalian dalam kebahagian selalu. 7. Ibu Riksawati atas bantuan, pinjaman komputernya dan keluarga besar Lab. Biometrika Hutan atas ilmu, pengalaman dan dukungan. 8. Keluarga besar DKM Ibaadurrahman, saudaraku di Rotan 40 dan FMNC (Forum Management Ngaji Club) yang telah memberikan banyak pelajaran untuk selalu memperbaiki diri dan cerdas dalam memaknai kehidupan, semoga tetap Ikhlas dan Profesional dalam berdakwah. 9. Sahabatku di Angka Event Organizer untuk setiap waktu dan kebersamaan yang telah terjalin. Semoga semakin sukses dan mendapatkan apa yang kalian selama ini cari. 0. Sahabatku di kost-an : Aliy Cool, Sarwo, Santo, Mamo, Ramdhan. Makasih atas PGT-annya, sehingga masih bisa numpang hingga penulis lulus, semoga kebaikan kalian menjadi anugerah yang mendekatkan kalian kepada Rabb yang teramat mencintai hamba-nya.. Seluruh staf pengajar Fakultas Kehutanan IPB khususnya Departeman MNH atas ilmu yang diberikan, semoga menjadi ilmu yang manfaat dunia dan akhirat. Staf administrasi Departeman MNH atas bantuan dan kerjasamanya, Terima kasih banyak. 2. Teman-teman satu almamater Fakultas Kehutanan IPB dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga senantiasa kebaikan kalian semua menjadi kebaikan di sisi Allah SWT.

9 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i UCAPAN TERIMA KASIH...ii DAFTAR ISI...iv DAFTAR TABEL...vi DAFTAR GAMBAR...vii PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Rumusan Masalah...2 C. Pendekatan masalah...2 D. Tujuan Penelitian...3 E. Output Yang Diharapkan...3 F. Manfaat Penelitian...4 TINJAUAN PUSTAKA...5 A. Hutan dan Jati...5 B. Teori Sistem, Analisis dan Dinamika Sistem...7 C. Analisis dan Desain Sistem...8 D. Sistem Dinamik...9 E. Rantai Nilai dan Nilai Tambah...9 METODE PENELITIAN...4 A. Waktu dan Lokasi Penelitian...4 B. Alat dan Bahan...4. Alat Bahan... 4 C. Metode Pengumpulan Data...5 D. Metode analisis...5 E. Pengolahan Data, Pembuatan Model, dan Analisis Data...6 KONDISI UMUM PERTAMBAHAN NILAI JATI...20 HASIL DAN PEMBAHASAN...24 A. Pengembangan Model Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan... 24

10 v 2. Konseptualisasi Pertambahan Nilai Jati KPH Banten Spesifikasi Model... 3 B. Evaluasi...37 C. Penggunaan Model Simulasi Dasar Pembuatan skenario KESIMPULAN DAN SARAN...50 A. Kesimpulan...50 B. Saran...50 DAFTAR PUSTAKA...5 LAMPIRAN...54

11 DAFTAR TABEL Tabel Harga jual kayu bundar di Myanmar pada tahun Tabel 2 Harga rata-rata gergajian kayu jati Myanmar (April-Mei 2007)...2 Tabel 3 Volume penjualan kayu bulat jati dan penerimaan Perhutani ( )...22 Tabel 4 Nilai Kayu gergajian jati di berbagai negara...23 Tabel 5 Pertambahan nilai kayu jati di tiap aktor dan produk (Rp x.000/m 3 )...29 Tabel 6 Pertambahan nilai kayu jati (Rp x 000/m 3 )...29 Tabel 7 Pertambahan nilai kayu jati pada bahan dan produk hasil (Rp x 000)..30 Tabel 8 Analisis sensitivitas dengan total pertambahan nilai (Rp)...39 Tabel 9 Jumlah pohon tiap KU pada akhir tahun simulasi dasar...40 Tabel 0 Stok kayu dan volume penjualan tahun (simulasi dasar)...4 Tabel Total pertambahan nilai tahun ke-7, 3 dan 00 (simulasi dasar)...42 Tabel 2 Urutan skenario penyesuaian dengan pertambahan nilai...48

12 DAFTAR GAMBAR Gambar Model dasar value chain...0 Gambar 2 Rantai nilai sederhana oleh Kaplinsky dan Morris (2000)... Gambar 3 Tahapan Pemodelan...8 Gambar 4 Konseptualisasi model yang dikembangkan...27 Gambar 5 Diagram sebab akibat alir kayu jati KPH...28 Gambar 6 Submodel areal hutan...32 Gambar 7 Submodel penjualan kayu KPH...33 Gambar 8 Submodel perantara (broker)...34 Gambar 9 Submodel penggergajian...35 Gambar 0 Submodel furnitur...36 Gambar Submodel Finishing dan penjual...36 Gambar 2 Analisis sensitivitas model terhadap perubahan total pertambahan nilai...38 Gambar 3 Dinamika tegakan kelas umur (simulasi dasar)...40 Gambar 4 Pertambahan nilai dari KPH...42 Gambar 5 Pertambahan nilai broker (simulasi dasar)...43 Gambar 6 Pertambahan nilai kayu pada penggergajian (simulasi dasar)...43 Gambar 7 Pertambahan nilai kayu pada industri furnitur (simulasi dasar)...44 Gambar 8 Pertambahan nilai kayu pada industri finishing dan penjual furnitur (simulasi dasar)...45 Gambar 9 Total pertambahan nilai pada skenario I...46 Gambar 20 Total pertambahan nilai pada skenario II...47 Gambar 2 Total pertambahan nilai pada skenario III...48

13 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan jati di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan secara baik dan dikelola menurut asas kelestarian secara ekonomi, ekologi dan sosial. Hutan jati di Indonesia saat ini merupakan tegakan yang tidak normal, yang didominasi oleh pohon-pohon muda yang seharusnya tidak dipanen dalam jangka waktu puluhan tahun. Permasalahan yang terjadi dalam pengusahaan hutan jati begitu kompleks, mulai dari kegiatan produksi (pembuatan tanaman), pemeliharaan sampai dengan pemasaran hasil hutannya. Permasalahan ini tidak hanya dari segi teknis tanammenanam saja tetapi juga menyangkut aspek ekonomi, sosial budaya sampai dengan kebijakan pemerintah. Permasalahan tersebut menjadi menarik sebagian orang untuk terus belajar dan mencari tahu. Ada dua permasalahan penting yang berkaitan dengan pengusahaan kayu jati, yaitu: pertama, batas etat yang diperbolehkan dalam penebangan dan kedua, nilai jual. Jika batas pasokan yang pada etat tersebut selalu memperoleh tekanan untuk memenuhi kebutuhan industri, maka yang terjadi adalah penurunan daya produksi hutan dan kerusakan sumberdaya hutan dan lingkungan. Ini berarti menjadikan produktivitas hutan sebagai penjaga gawang terakhir bagi keberlanjutan produksi bahan baku, produksi industri kerajinan dan kebutuhan konsumen. Dalam pengembangan pengusahaan kayu jati, informasi tentang pasar komoditi (kayu) yang dihasilkan hutan, baik yang dikelola pemerintah maupun rakyat sangatlah penting sehingga pasar sangat berperan dalam menentukan harga jual, begitu juga faktor kelestarian hutan mutlak dibutuhkan untuk memengaruhi pasar. Untuk itu diperlukan kajian mengenai sistem pengusahaan hutan dan bisnis perkayuan, khususnya jati, yang menguntungkan dengan tetap memerhatikan produktivitas hutan, karena bagaimanapun juga penanam dan aktor bisnis perkayuan mengharapkan keuntungan dari penjualan kayunya.

14 2 B. Rumusan Masalah Penjualan dan perkembangan bisnis kayu jati memiliki andil dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemasukan kas negara. Namun demikian, pada umumnya keuntungan yang diperoleh petani dalam penjualan kayu yang dihasilkan masih tergolong rendah dibanding pelaku pasar lainnya. Selama ini, disinyalir sistem pemasaran yang kurang menguntungkan dipengaruhi oleh kinerja pengusahaan hutan dan bisnis perkayuan. Terdapat hubungan tarik menarik antara struktur, perilaku dan kinerja pengusahaan hutan rakyat dalam batasan kelestarian ekosistem, sosial dan ekonomi serta sistem pemanenan yang tebang butuh. Hubungan ini membentuk suatu permasalahan sistemik dimana antara satu dengan yang lainnya saling terkait dan saling memberikan pengaruh. Untuk itu penelitian ini ingin menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:. Bagaimana penggambaran sistem pengusahaan kayu jati dan simulasi model dinamik komponen pertambahan nilai dalam sistem pengusahaan kayu jati? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan nilai produk kayu jati? 3. Skenario apa yang mendorong bagi kelangsungan kelestarian hutan dan industri furnitur? C. Pendekatan masalah Pengusahaan hutan dapat dipandang sebagai sebuah sistem yang terbentuk dari subsistem-subsistem yang mendukungnya dan saling berhubungan. Sistem yang membentuk pengusahaan hutan dan bisnis perkayuan terdiri dari tiga subsistem yaitu subsistem produksi, subsistem pengolahan hasil hutan, dan subsistem pemasaran. Hubungan antar elemen atau subsistem ini kemudian menimbulkan suatu permasalahan yang kompleks, yang mengarah pada permasalahan sistemik dan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain Ruang lingkup kajian ini adalah analisis structure (struktur), conduct (perilaku), performance (kinerja) pengusahaan hutan rakyat. Dengan menganalisis ketiga aspek tersebut (struktur, perilaku dan kinerja) yang terjadi dalam

15 3 pengusahaan hutan jati maupun sifat hubungan antar ketiga aspek tersebut diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi atau acuan dalam pengambilan keputusan dalam penentuan kebijakan pengusahaan hutan dan hasil hutan, khususnya jati, baik dari sisi produksi, pemeliharaan, maupun pemasaran. Permasalahan ini akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu, sehingga pendekatan yang kemudian digunakan dan dianggap sesuai dalam penelitian ini adalah dengan melalui pendekatan sistem. Pendekatan yang digunakan dalam studi ini adalah pendekatan sistem dinamik, yaitu pendekatan dalam pembuatan model yang menekankan hubungan sebab akibat antar variabel dan pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan dengan bertambahnya waktu. Software yang digunakan untuk membantu analisis dalam pendekatan sistem dinamik adalah STELLA. Penggunaan pendekatan ini lebih ditekankan kepada tujuan-tujuan peningkatan pemahaman tentang bagaimana tingkah laku muncul dari struktur kebijakan dalam suatu sistem. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:. Tergambarkannya sistem pengusahaan kayu jati dalam sebuah model simulasi serta mempelajarinya dengan pendekatan sistem dinamik. 2. Diperolehnya informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan rantai nilai produk kayu jati. 3. Tersusunnya rekomendasi skenario kebijakan yang sesuai dan menguntungkan bagi para pelaku pada sistem pengusahaan hutan dan hasil hutan, khususnya usaha furnitur kayu jati. E. Output Yang Diharapkan. Informasi mengenai keterkaitan antar komponen pada proses pengusahaan hutan dan hasil hutan, khususnya jati. 2. Tersedianya simulasi model sistem pengusahaan hutan dan hasil hutan, khususnya jati. 3. Tersedianya dokumen yang berisi gambaran mengenai perilaku dan kinerja pasokan bahan baku industri furnitur.

16 4 F. Manfaat Penelitian. Bagi Pemerintah Daerah Tersedianya informasi mengenai alternatif peningkatan potensi dan kesejahteraan bagi masyarakat di daerah yang bisa digunakan sebagai acuan dalam perumusan kebijakan, khususnya untuk pengembangan hutan rakyat. 2. Bagi masyarakat Tersedianya informasi mengenai pengembangan pengusahaan hutan dan industri furnitur kayu jati (furnitur) agar tetap sukses bertahan pada pasar global. 3. Bagi KPH (Perhutani) Tersedianya informasi bagi KPH dalam upaya menyeimbangkan rasio kelestarian hutan dengan produksi yang dihasilkan serta masukan pengembangan usaha lainnya.

17 TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan dan Jati Dalam UU No. 4 tahun 999 tentang kehutanan dijelaskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Jati merupakan tanaman tropika dan subtropika yang sejak abad ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi. Di Indonesia, jati digolongkan sebagai kayu mewah (fancy wood) dan memiliki kualitas awet tinggi yang tahan gangguan rayap serta jamur dan mampu bertahan hingga 500 tahun (Sumarna, 2003). Dalam sistem klasifikasi, tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub-kelas : Dicotyledone Famili : Verbenaceae Genus : Tectona Spesies : Tectona grandis Linn. F Jati menyebar luas mulai dari India, Myanmar, Laos, Kamboja, Thailand, sampai ke Indonesia khususnya Pulau Jawa. Jati tumbuh di hutan yang menggugurkan daun di musim kemarau. Menurut sejumlah ahli botani, jati merupakan spesies asli di Myanmar, yang kemudian menyebar ke semenanjung India, Muangthai, Filipina, dan Jawa. Sebagian ahli botani lain menganggap jati adalah spesies asli di Myanmar, India, Thailand dan Laos. Sekitar 70% kebutuhan jati dunia pada saat ini dipasok oleh Myanmar. Sisa kebutuhan itu dipasok oleh India, Thailand, Indonesia, Srilangka, dan Vietnam. Pasokan dunia dari hutan jati alam satu-satunya berasal dari Myanmar. Sedangkan lainnya berasal dari hasil hutan tanaman jati (Wikipedia Indonesia, 2007).

18 6 Jati paling banyak tersebar di Asia. Selain di keempat negara asal jati (Myanmar, India, Thailand dan Laos) dan Indonesia, jati dikembangkan sebagai hutan tanaman di Srilangka (sejak 680), Tiongkok (awal abad ke-9), Bangladesh (87), Vietnam (awal abad ke-20), dan Malaysia (909). Iklim yang cocok adalah yang memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat yang optimal adalah antara m dpl; meski jati bisa tumbuh hingga 300 m dpl. Tegakan jati sering terlihat seperti hutan sejenis, yaitu hutan yang seakan-akan hanya terdiri dari satu jenis pohon. Ini dapat terjadi di daerah beriklim muson yang begitu kering, kebakaran lahan mudah terjadi dan sebagian besar jenis pohon akan mati pada saat itu. Tidak demikian dengan jati. Pohon jati termasuk spesies pionir yang tahan kebakaran karena kulit kayunya tebal. Tanah yang sesuai adalah yang agak basa, dengan ph antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca) dan fosfor (P). Jati tidak tahan tergenang air. Pada masa lalu, jati sempat dianggap sebagai jenis asing yang dimasukkan (diintroduksi) ke Jawa; ditanam oleh orang-orang Hindu ribuan tahun yang lalu. Di Jawa, hutan jati tercatat menyebar di pantai Utara Jawa, mulai dari Kerawang hingga ke ujung Timur pulau ini. Namun, hutan jati paling banyak menyebar di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu sampai ketinggian 650 meter di atas permukaan laut. Hanya di daerah Besuki jati tumbuh tidak lebih dari 200 meter di atas permukaan laut. Di kedua provinsi ini, hutan jati sering terbentuk secara alami akibat iklim muson yang menimbulkan kebakaran hutan secara berkala. Hutan jati yang cukup luas di Jawa terpusat di daerah alas roban Rembang, Blora, Grobogan, dan Pati. Bahkan, jati jawa dengan mutu terbaik dihasilkan di daerah tanah perkapuran Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Saat ini, sebagian besar lahan hutan jati di Jawa dikelola oleh Perhutani, sebuah perusahaan umum milik negara di bidang kehutanan. Pada 2003, luas lahan hutan Perhutani mencapai hampir seperempat luas Pulau Jawa. Luas lahan hutan jati Perhutani di Jawa mencapai sekitar,5 juta hektar. Ini nyaris setara dengan setengah luas lahan hutan Perhutani atau sekitar % luas Pulau Jawa (Wikipedia Indonesia, 2007). Di Indonesia sendiri, selain di pulau Jawa dan pulau Muna, jati

19 7 juga dikembangkan di pulau Bali dan Nusa Tenggara. Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya untuk mengembangkan jati di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, namun hasilnya kurang menggembirakan. B. Teori Sistem, Analisis dan Dinamika Sistem Menurut Amirin (992), istilah sistem berasal dari istilah Yunani systema yang mengandung arti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari sekian banyak bagian; berarti pula hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Istilah sistem dipergunakan untuk menunjukkan banyak hal diantaranya untuk menunjukkan suatu himpunan bagian yang saling berkaitan; keseluruhan organ-organ tubuh tertentu; sehimpunan ide-ide, prinsip dan sebagainya; hipotesis atau teori; metode atau tata cara (prosedur); skema atau metode pengaturan susunan sesuatu. Sedangkan menurut Simatupang (995), sistem adalah kumpulan obyekobyek yang saling berinteraksi dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang komplek. Obyek yang dimaksud disini adalah bagian-bagian dari sistem, seperti input, proses, output, pengendalian umpan balik, dan batasan-batasan dimana setiap bagian ini mempunyai beberapa nilai atau harga yang bersama-sama menggambarkan keadaan sistem pada suatu saat tertentu. Interaksi disini menghasilkan suatu ikatan antar obyek-obyek dalam proses sistem, antara sistem dengan subsistem, sehingga dihasilkan suatu perilaku sistem tertentu. Lima unsur utama dalam sistem, yaitu elemen-elemen atau bagian-bagian yang meliputi: a. Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen atau bagian-bagian b. Adanya sesuatu yang mengikat elemen-elemen atau bagian-bagian tersebut menjadi suatu kesatuan c. Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir d. Berada dalam suatu lingkungan yang kompleks. Studi teori sistem dapat didefinisikan sebagai studi transdisiplin tentang abtraksi organisasi fenomena, yang independen dari substansinya, tipe maupun skala spasial dan temporal dari keberadaannya. Studi ini menginvestigasi prinsipprinsip umum dari entitas-entitas kompleks, dan biasanya menggunakan model

20 8 matematika untuk menggambarkan prinsip-prinsip tersebut (Heylighen dan Joslyn, 992). Purnomo (2005) menyebutkan bahwa teori sistem erat hubungannya dengan sibernetika dan dinamika sistem (system dynamics), yaitu model-model yang terdiri dari jaringan peubah yang berubah dengan waktu; seperti model-model world dynamics dari Jay Forrester dan Club of Rome. Dijelaskan pula bahwa model adalah abstraksi dari sebuah sistem. Sistem adalah sesuatu yang terdapat di dunia nyata (real world). Sehingga pemodelan adalah kegiatan yang membawa seluruh dunia nyata ke dalam dunia tak nyata atau maya tanpa kehilangan sifatsifat utamanya. Melalui model tersebut beragam percobaan dan perlakuan bisa dimplementasikan, sehingga dampak dari beragam implementasi tersebut dapat segera diketahui. C. Analisis dan Desain Sistem Analisis sistem berguna mendekati masalah yang secara intuitif dapat digolongkan ke dalam organized complexities atau kompleksitas yang terorganisasi. Analisis sistem berguna untuk membahas sistem kompleks yang terorganisasi baik yang terlihat atau tidak terlihat (Purnomo, 2005). Analisis sistem juga mempersyaratkan adanya dasar pemahaman terhadap sistem tersebut baik sedikit atau banyak. Pemahaman tersebut dapat dicari melalui perenungan atau sejumlah pustaka yang ada. Tahapan pemodelan yang berbasis komputer telah dikemukakan dalam banyak literatur, salah satunya dikemukakan oleh Grant et al. (997) yang menjelaskan tahapan tersebut sebagai berikut:. Menentukan batasan sistem yang akan diteliti dan mengidentifikasi komponen-komponen dari sistem berupa parameter dan peubah sistem. 2. Pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. 3. Menentukan model matematika yang nenyatakan hubungan fungsional antar komponen tersebut. 4. Evaluasi model, dimana model dimantapkan dengan percobaanpercobaan melalui komputer dan dibandingkan dengan keadaan sistem yang sebenarnya atau melalui komputer dan dibandingkan dengan

21 9 keadaan sistem yang sebenarnya atau melalui uji stastistik dan observasi. 5. Eksperimen model dengan komputer, termasuk uji kepekaan (sensitivity analysis). 6. Implementasi hasil simulasi (aplikasi model). D. Sistem Dinamik Ford (999) dalam Purnomo (2005) menjelaskan bahwa sistem dinamik atau system dynamics secara formal mulai dikenal tahun 960-an melalui kerja Jay W. Forrester dan koleganya dari Sloan School of Management di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat. Mereka mengembangkan ide-ide penerapan konsep teori kontrol umpan balik terhadapa sistem-sistem industri. Ideide ini kemudian dikenal sebagai industrial dynamics yang diimplementasikan dengan perangkat lunak DYNAMO. Forrester (999) dalam Purnomo (2005) mendefinisikan dinamika sistem sebagai sebuah bidang untuk memahami bagaimana sesuatu berubah menurut waktu. Dinamika sistem berakar dari atau dibentuk oleh persamaan-persamaan difference dan diferensial. Purnomo (2005) juga menjelaskan bahwa dinamika sistem merupakan studi mengenai perubahan sistem menurut waktu dengan memperhatikan faktor umpan balik. E. Rantai Nilai dan Nilai Tambah Istilah value chain (rantai nilai) pertama kali dikemukakan oleh Michael Porter dalam bukunya berjudul "Competitive Advantage: Creating and Sustaining superior Performance" pada tahun 985. Analisis rantai nilai ini, menguraikan aktivitas di dalam dan sekitar organisasi dan menghubungkannya pada posisi dan suatu analisa organisasi pesaing yang kuat (Recklies, 200). Gambar berikut merupakan model dasar rantai nilai dari Porter (985). Gambar tersebut menjelaskan bahwa istilah margin (keuntungan) menyiratkan bahwa kemampuan organisasi atau perusahaan untuk mendapatkan profit margin tergantung kepada kemampuan mengelola hubungan antar semua aktivitas dalam rantai nilai, dengan kata lain sebuah organisasi atau perusahaan akan mampu

22 0 memberikan sebuah barang atau jasa kepada konsumen dengan kemampuan membayar lebih (willingness to pay) dari jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rantai nilai tersebut. Inbound Logistics Sumber : Porter (985) > Operations > Outbound Logistics Firm Infrastructure HR Management Technology Development Procurement > Marketing and Sales > Service > M A R G I N M A R G I N Gambar Model dasar value chain Gambar di atas juga menjelaskan bahwa kegiatan transformasi input menjadi output yang meliputi inbound logistik, operasional, outbound logistik, pemasaran dan penjualan, dan jasa serta berbagai pendukung perusahaan seperti infrastruktur perusahaan, SDM, pengembangan teknologi, dan pengadaan yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaannya merupakan kegiatan yang saling terkait dalam value chain. Menurut sebuah artikel dalam tujuan aktivitas transformasi yang digambarkan Porter (985) adalah untuk menciptakan nilai yang melebihi biaya yang dikeluarkan dalam menyediakan produk atau jasa, dengan demikian dapat meningkatkan keuntungan. Dalam artikel tersebut juga menjelaskan proses primer value chain, yaitu :. Inbound logistik, proses ini meliputi penerimaan, pergudangan, dan pengendalian persediaan masukan material 2. Operasional merupakan aktivitas yang berhubungan dengan proses pembentukan nilai yang mengubah input kepada produk akhir 3. Outbound logistik adalah aktivitas yang diperlukan untuk mendapatkan produk jadi kepada konsumen, termasuk pergudangan dan pemenuhan pesanan

23 4. Pemasaran dan penjualan adalah aktivitas yang berhubungan dengan pembeli yang potensial termasuk di dalamnya pemilihan saluran penjualan, iklan dan penetapan harga 5. Jasa atau layanan merupakan aktivitas pemeliharaan dan peningkatan nilai produk termasuk di dalamnya menjaga kepuasan konsumen dan perbaikan pelayanan. Rantai nilai menguraikan cakupan aktivitas yang diperlukan untuk membawa produk atau jasa (layanan) dari konsepsi, sampai tahap produksi yang berbeda (menyertakan suatu kombinasi perubahan bentuk fisik dan masukan berbagai produsen jasa), penyerahan ke konsumen akhir, dan penjualan akhir setelah penggunaannya (Kaplinsky dan Morris, 2000). Empat mata rantai nilai secara sederhana menurut Kaplinsky dan Morris (2000) dapat dilihat pada Gambar 2 berikut : Desain Produksi Pemasaran Konsumsi dan pendauran ulang Gambar 2 Rantai nilai sederhana oleh Kaplinsky dan Morris (2000) Kaplinsky dan Morris (2000) juga menjelaskan bahwa, dunia produksi dan pertukarannya yang sering diteliti bersifat kompleks dan heterogen. Tidak hanya berbeda rantai nilai (keduanya berada di dalam dan antar sektor), tetapi juga dilakukan dalam konteks lokal dan nasional. Tidak ada metodologi mekanis yang digunakan melainkan dengan metode rantai nilai. Tiap rantai masing-masing mempunyai karakteristik tertentu, peneliti dapat membedakan dan mengaitkan objek penelitiannya lebih luas dan dapat secara efektif ditangkap dan diteliti dengan pemahaman yang luas pula. Metode rantai nilai dimulai dengan pemahaman alami pasar akhir (final markets), serta dipengaruhi:. Titik masukan untuk rantai nilai analisa. 2. Pemetaan rantai nilai. 3. Segmen produk dan faktor sukses kritis pasar akhir.

24 2 4. Bagaimana produsen mengakses pasar akhir. 5. Benchmarking efisiensi produksi. 6. Penguasaan berharga rantai. 7. Meningkatkan mutu rantai nilai. 8. Distribusi. Schmitz (2005) dalam Purnomo (2006) menjelaskan bahwa analisa rantai nilai sangat efektif digunakan pada aliran perdagangan produk, dapat menunjukan tahapan pertambahan nilai dan mengidentifikasi aktor kunci dan kerjasama terhadap aktor lainnya dalam sistem. Menurut Schiebel (2007) Analisis rantai nilai didefinisikan sebagai sebuah satu kesatuan yang terintegrasi (aktivitas struktur harga dasar, biaya kepemilikan, biaya eksternal dan internal) dan proses yang digunakan untuk menggambarkan capaian dan biaya-biaya pada saat ini, seperti halnya dalam menilai dampak potensi yang diusulkan oleh ECR (Efficient Consumer Response) pada peningkatan konsep keseluruhan rantai persediaan untuk kategori produk konsumsi. Sedangkan dalam artikel yang dimuat oleh disebutkan definisi analisa rantai nilai yaitu suatu alat analisis untuk mendapatkan bagaimana kemungkinan nilai terbesar bagi konsumen, sebagaimana mendapatkan nilai keuntungan maksimal bagi produsen/penjual. Pada artikel tersebut juga menyebutkan tahapan proses analisa rantai nilai yaitu:. Analisa aktivitas, langkah pertama yang dilakukan dalam analisa rantai nilai adalah mengidentifikasi yang dilakukan untuk menciptakan suatu barang atau jasa. 2. Analisa nilai, langkah kedua adalah menilai aktivitas yang dilakukan agar mendapat nilai terbesar bagi konsumen 3. Evaluasi dan perencanaan, langkah ketiga adalah mengevaluasi apakah barang atau jasa yang dihasilkan mengalami perubahan nilai atau tidak, kemudian merencanakan tindakan kedepan. Samuelson (980) dan Gordon (98) dalam Prahasto (990) menjelaskan konsep nilai tambah (value added) pada awalnya merupakan metoda yang digunakan dalam perhitungan produk nasional kotor (GNP), dengan konsep ini,

25 3 maka total nasional adalah penjualan dari nilai tambah setiap sektor. Perhitungan GNP dengan metoda ini terutama ditunjukkan untuk menghindarkan terjadinya double counting product akibat dihitungnya produk antara (intermediate product) dalam GNP padahal sebenarnya termasuk pada perhitungan produk akhir. Nilai tambah adalah seluruh tambahan biaya yang mencakup upah, bunga, sewa, dan keuntungan akibat bertambahnya rantai kegiatan ekonomi atau tahapan produksi (Samuelson, 980 dalam Prahasto, 990). Perubahan dari ekspor kayu bulat menjadi ekspor kayu gergajian, selain menambah panjang rantai pengolahan produk sebelum diekspor juga menambah biaya yang diperlukan untuk pengolahan yang merupakan nilai tambah.

26 METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Propinsi Banten. KBM Wilayah II Bogor, dan Industri pengolahan kayu jati wilayah sekitar Jakarta pada bulan November hingga Desember B. Alat dan Bahan. Alat Alat yang digunakan meliputi : a. Seperangkat komputer, software STELLA 8.0 dan Minitab 4 b. Panduan penelitian c. Kuisioner pertanyaan 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder untuk proses simulasi dan pemodelan : a. Data primer, meliputi: catatan lapangan (field report) sebagai hasil pengamatan langsung, lembar jawaban kuisioner dan hasil wawancara dari setiap aktor yang terlibat dalam rantai nilai serta sumber informasi penting lainnya. b. Data sekunder, meliputi: berbagai dokumentasi administratif bidang kehutanan, seperti blangko data (form) monografi kehutanan pada berbagai tingkat pemerintahan, blangko administrasi kayu meliputi daftar penjualan, daftar harga jual dasar kayu bundar jati, data biaya pengelolaan, data potensi luasan dan volume, data sosial ekonomi serta sebaran jenis hutan serta data penunjang lainnya yang dianggap perlu.

27 5 C. Metode Pengumpulan Data Data sekunder diperoleh dari KPH Banten dan KBM Wilayah II Bogor yang meliputi data luasan hutan kelas perusahaan jati, volume dan luasan tebang, potensi hutan, data pembiayaan pengelolaan hutan, daftar penjualan, dan daftar harga jual dasar kayu bundar jati. Pengumpulan informasi lainnya yaitu melalui wawancara terstruktur dan studi pustaka. a. Wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk tujuan mengumpulkan data dan pendapat dari responden yang ada hubungannya dengan studi penelitian. Teknik kuisioner dipilih untuk menggali informasi terkait dengan objek penelitian dengan mengumpulkan informasi dari broker, dan industri pengolahan kayu jati yang menggunakan kayu KPH Banten sebagai bahan baku. b. Studi pustaka. Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dari sumber-sumber yang relevan. Studi dokumenter mencakup dokumentasi administratif dari lembaga yang besangkutan, juga berbagai literatur dan hasil penelitian lain yang berhubungan. Studi pustaka adalah mempelajari pustaka yang terkait dengan penelitian untuk lebih memahami kondisi riil lapangan. Pustaka yang dipilih difokuskan pustaka-pustaka yang masih terkait dengan tema penelitian. D. Metode analisis Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem digunakan sebagai metode untuk mengintegrasikan ragam pengetahuan yang didapat dari beragam metode untuk menyelesaikan masalah yang kompleks (Purnomo, 2005). Pendekatan sistem menekankan pada sebuah analisis dan desain secara keseluruhan, dari sebuah komponen atau bagian-bagian. Pendekatan sistem melihat suatu permasalahan dari luar dan memperhitungkan dari setiap segi dan variabel, dan hubungan sosial dengan aspek-aspek teknologi.

28 6 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pemodelan sistem yang merupakan bagian dari pendekatan sistem. Pendekatan ini dilakukan untuk menghadapi permasalahan yang kompleks dan tidak mungkin diselesaikan dengan pendekatan analitis. Pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang memanfaatkan persamaan-persamaan deduktif untuk menggambarkan keseluruhan sistem dan dinamikanya. Purnomo (2005) menyebutkan bahwa analisis sistem mendasarkan pada kemampuan untuk memahami fenomena dari jumlah data yang tersedia. Analisis sistem adalah sebuah pemahaman yang berbasis pada proses, sehingga sangat penting untuk berusaha memahami prosesproses yang terjadi. Analisis sistem juga menguraikan suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatankesempatan, hambatan-hambatan dan kebutuhan-kebutuhan yang terjadi pada dunia nyata yang diharapkan menjadi umpan balik informasi, sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya. E. Pengolahan Data, Pembuatan Model, dan Analisis Data. Identifikasi isu, tujuan dan batasan. Identifikasi isu, tujuan dan batasan penting dilakukan untuk mengetahui dimana sebenarnya pemodelan perlu dilakukan. Membuat tujuan secara spesifik agar semakin memudahkan proses pembuatan model, dalam hal ini peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada produk-produk furnitur kayu jati yang berasal dari satu KPH. Sedangkan isu yang diangkat adalah mencari model pertambahan rantai nilai serta pihak yang berperan dalam meraih keuntungan. 2. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Pengolahan data wawancara terstruktur (kuisioner). Pengolahan data tahap ini bertujuan untuk membuat data input model, data diolah menjadi data kuantitatif (tabulasi) baik dalam bentuk tabel, grafik ataupun diagram. b. Pengolahan data sekunder, seperti data produksi, data penjualan kau bulat Perhutani dan volume. Pengolahan data sekunder ini

29 7 bertujuan untuk membuat data input model dari sumber yang relevan yang selanjutnya data tersebut diolah menjadi data kuantitatif (tabulasi) baik dalam bentuk tabel maupun grafik atau diagram. c. Studi pustaka digunakan sebagai bahan tambahan, dasar perhitungan yang relevan untuk studi ini. 3. Konseptualisasi Model Pemodelan dinamik merupakan pemodelan yang menggambarkan perubahan yang terjadi pada suatu sistem berdasarkan waktu (bersifat dinamis). Dalam pemodelan ini satuan waktu yang digunakan adalah tahun. Fase ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang model yang dibuat. Memasukkan data yang telah diolah ke dalam model (sebagai input) dan membuat simulasi. 4. Spesifikasi Model Melakukan perumusan yang lebih detil dari setiap hubungan yang ada dalam model konseptual. Jika pada model konseptual, hubungan dua komponen dapat digambarkan dengan anak panah, maka pada fase ini anak panah tersebut dapat berupa persamaan numerik dengan satuan-satuan yang jelas. Peubah waktu yang dapat digunakan dalam pemodelan juga harus ditentukan. 5. Evaluasi Model Fase ini bertujuan untuk melihat apakah relasi yang dibuat telah logis sesuai dengan harapan atau perkiraan. Tahapan dalam fase ini adalah: a. Pengamatan model dan membandingkan dengan kenyataan pada dunia nyata b. Mengamati perilaku model, apakah sesuai dengan harapan/ kenyataan yang digambarkan pada fase konseptualisasi model c. Membandingkan perilaku model dengan data yang didapat dari sistem atau dunia nyata Proses pengujian kewajaran dan kelogisan model adalah melakukan pembandingan dunia nyata dengan model yang dibuat. Perbandingan dilakukan dengan uji Khi Kuadrat (χ 2 ) (Walpole, 995) dengan rumus berikut : χ 2 hitung = (y riil y model ) 2 / y model

30 8 dengan hipotesis Dengan kriteria hitung uji = H o : y model = y riil H : y riil y model = χ 2 hitung < χ 2 tabel : terima H o χ 2 hitung > χ 2 tabel : tolak H o 6. Penggunaan Model Model dapat dipakai untuk mengevaluasi ragam skenario atau kebijakan dan pengembangan perencanaan dan agenda bersama antar pihak. Dalam penggunaan model ini diperlukan kegiatan: o Membuat daftar panjang skenario dari semua skenario yang mungkin dapat dibuat dan akan dikembangkan o Menganalisis hasil dari daftar pendek skenario o Merumuskan skenario tersebut menjadi pilihan kebijakan. Tahapan pemodelan dan analisis data pada studi ini disajikan pada Gambar 3 berikut: Identifikasi Isu, tujuan dan batasan Konseptualisasi model Spesifikasi model Evaluasi model Penggunaan model Gambar 3 Tahapan Pemodelan

31 9 Dalam penelitian ini, analisis rantai nilai dilakukan dengan :. Penelusuran rantai nilai tataniaga kayu dari produsen (Perhutani) sampai ke pedagang dan konsumen, serta melakukan pemetaan aliran produk yang mencakup: a) nilai output kotor, b) nilai input, dan c) aliran fisik dari produk 2. Analisa nilai tambah dan distribusi nilai tambah yang diterima masing-masing aktor yang dirumuskan sebagai berikut : π = H j B Dimana: π = Keuntungan yang diterima oleh aktor H j = Harga jual produk B = Total biaya 3. Selanjutnya memasukkan nilai-nilai yang telah dicari ke dalam model simulasi.

32 KONDISI UMUM PERTAMBAHAN NILAI JATI Jati merupakan salah satu komoditi berasal dari hutan yang baik dan bernilai jual tinggi, karena memiliki nilai fisik dan estetika yang tinggi. Di Indonesia jati banyak diperoleh di Pulau Jawa. Selain di Indonesia jati juga banyak ditemukan di Kamboja, Thailand, Myanmar dan India. Nilai jati terus mendapat perhatian karena perannya dalam peningkatan devisa negara serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di Kamboja, pengelolaan hutan jati yang dikelola oleh negara dengan rotasi 30 tahun dengan perlakuan penjarangan menghasilkan nilai keuntungan bagi perusahaan sebesar US$.000/Ha pada tahun ke-3, US$ 2.000/Ha pada tahun ke-8 dan US$ 4.000/Ha pada tahun ke-5 dan 20 sedangkan pada tahun ke-30 pada pengelolaan tersebut mengasilkan keuntungan US$ /Ha. Nilai yang hampir sama didapat pada pengelolaan tanpa penjarangan, yaitu sebesar US$ /Ha, dengan nilai estimasi pohon berdiri sebesar US$ 00/pohon dan terdapat 300 pohon/ha (Agrifood Consulting International, 2005). Pengelolaan hutan jati tanpa penjarangan memiliki nilai NPV/Ha/Tahun sekitar US$ 55 pada tingkat suku bunga 0%, sedangkan penjualan kayu persegi oleh lahan miliki pribadi, dijual seharga US$ 300/m 3, sehingga pada waktu panen perusahaan pengelola hutan jati menjual kayu yang dipanennya kepada perusahaan penggergajian pribadi untuk meningkatkan nilai kayu tersebut (Agrifood Consulting International, 2005). Di Myanmar, produksi kayu bulat jati pada tahun yang diizinkan oleh pemerintah adalah rata-rata sebesar m 3 /tahun. Nilai jual kayu bundar jati berbeda tiap tahunnya. Berikut ini harga jual kayu bundar di Myanmar pada beberapa tahun : Tabel Harga jual kayu bundar di Myanmar pada tahun Tahun 994/ / / /998 Harga (US$/log) Perusahaan perkayuan di Myanmar memiliki efisiensi produksi produk dari pemanenan dengan nilai tingkat sisa produksi (limbah) sampai produk akhir sebesar 25%, sehingga pada produk akhir di pasar 00 m 3 membutuhkan kayu

33 2 yang dipanen sebanyak 25 m 3 (Castrén, 999). Ekspor produk hasil hutan di Myanmar memiliki peran yang cukup penting. Perputaran kayu banyak didominasi oleh kayu bundar yaitu sebesar 80-85%, hanya sekitar /5 dari total pendapatan ekspor hasil hutan diisi oleh produk pengolahan kayu. Produk olahan primer seperti penggergajian, kayu lapis, dan kayu vinir mencapai 0-5% serta pertambahan nilai pada industri kayu lainnya seperti moulding, flooring dan furnitur hanya 5% dari total ekspor hasil hutan. Saat ini Myanmar banyak menggunakan hutan alam sebagai penghasil kayu bulat jati. Harga log kayu jati pada bulan Januari hingga Juni tahun 2007 bervariasi. Harga Kualitas II dihargai sebesar 4.55/m 3, harga kualitas III dihargai sebesar 4.288/m 3 dan kualitas IV dengan harga 3.944/m 3. Tabel 2 Harga rata-rata gergajian kayu jati Myanmar (April-Mei 2007) Kualitas Kayu Gergajian Harga Rata-rata perhoppus* Ton April Mei Kualitas I Kualitas II Kualitas III - - Kualitas IV Kualitas V Sumber: ITTO (2007); *Hoppus ton =,8 m 3 ( US$ = 0,726 = Rp 9.042) Furnitur di negara Cina memiliki peran penting bagi pendapatan negara tersebut. Asosiasi furnitur Cina secara formal menganugerahi sebuah sebutan furnitur klasik Eropa pada daerah Yuhuan di Provinsi Zheijiang. Daerah ini dapat menghasilkan 90% industri furnitur yang memproduksi furnitur klasik Eropa, dengan rata-rata kapasitas produksi sebesar set furnitur pertahun. Hal ini merupakan produksi terbesar di Cina bagian Timur dan memiliki andil 30% dari pasar nasional Cina, serta 70% produk furnitur telah dijual kepada 30 negara. Harga kayu gergajian jati dengan panjang 4 meter dari Cina dihargai sebesar Yuan/m 3 atau sebesar US$/m 3 dengan nilai tukar sebesar US$ = 7,57 Yuan (ITTO, 2007). Di Amerika Utara, pertumbuhan konsumsi furnitur di Amerika sejalan dengan pendapatan bersih pajak pada tingkat 6,% pada tahun 2006, meningkat

34 22 dari 4,7% dari tahun sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan konsumsi di Amerika ini, kemungkinan besar membawa peningkatan pada nilai pasar dunia sekitar US$ 88,58 milyar pada tahun 2007 dibandingkan pada tahun sebelumnya dengan nilai US$ 83,82 milyar. Sedangkan harga kayu jati gergajian (yang kasar) di Amerika Utara merupakan kayu impor dari Taiwan bernilai US$ 2.25/m 3 (ITTO, 2007). Indonesia memiliki peran yang sangat penting bagi persediaan kayu jati. Indonesia memiliki 3% dari sekitar 94% total luas tanaman jati tropis di Asia (Bhat, 2003). Di Indonesia, peran yang besar tersebut didominasi oleh pemegang hak pengelolaan kawasan jati khususnya di Jawa yaitu Perhutani. Perhutani sebagai pengelola kawasan jati terbesar di Indonesia, memperkirakan penerimaan pada tahun 2007 sebagai perusahaan pengelolaan hutan negara sebesar Rp 2,45 triliun, suatu kenaikan sebesar Rp 500 milyar dibanding tahun Pemasukan terbesar didapat dari hasil hutan kayu sebesar 75% dan 25% dari hasil hutan non kayu (ITTO, 2007). Tabel 3 Volume penjualan kayu bulat jati dan penerimaan Perhutani ( ) Penerimaan (Rp x 000) Tahun Volume (m 3 ) Total Rata-rata/m Sumber: Siswamartana (2003) Rata-rata harga kayu bulat jati di atas ditentukan beberapa faktor sebagai berikut : o Komposisi kayu menurut kelas diameter dan kualitas. o Illegal loging yang membuat kelebihan persediaan kayu dan menurunkan harga. o Krisis ekonomi yang menyebabkan merosotnya daya beli konsumen. Setiap meter kubik kayu jati yang dijual oleh Perhutani menyangkut kepada hal berikut ini :

35 23 o Pertambahan nilai pada pajak sebesar 0% dari harga kayu o Bagian sumberdaya hutan o Retribusi kepada pemerintah daerah o Fee lelang dan kepedulian sosial Setiap meter kubik diprediksi bagian wajib pajak sebesar Rp untuk penjualan langsung dan Rp untuk penjualan melalui lelang (Siswamartana, 2003). Berikut ini tabel perbandingan nilai kayu gergajian jati di berbagai negara pada tahun 2007 : Tabel 4 Nilai Kayu gergajian jati di berbagai negara Nama Negara Kualitas Nilai Kayu Jati (US$) Myanmar I II.572 IV.280 V.027 Cina* Taiwan Indonesia (penjualan I 809 dalam negeri) II 753 III 677 Sumber: ITTO (2007), Perhutani (2007); * US$ = 7,567 Yuan

36 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Model. Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan Tingkat kebutuhan kayu semakin meningkat dan diiringi dengan semakin bertumbuhnya industri pengolahan kayu. Permintaan kebutuhan kayu yang tinggi tidak diimbangi dengan persediaan sumber daya hutan terutama kayu. Hutan tanaman yang banyak berdiri menggantikan hutan alam yang kian berkurang juga berperan sebagai pendukung persediaan kayu bulat untuk memenuhi pasar. Perhutani sebagai perusahaan pengelolaan hutan tanaman terbesar di pulau Jawa memiliki andil besar dalam penyediaan kayu jati yang diminta oleh pasar. Total luas kawasan hutan yang dikelola Perhutani adalah seluas ha yang meliputi hutan produksi, hutan lindung, hutan konservasi, dan taman nasional, dengan luas ha berupa kawasan hutan jati. Pada 2003, sekitar 76% lahan hutan jati Perhutani di Jawa dikukuhkan sebagai hutan produksi, yaitu kawasan hutan dengan fungsi pokok memproduksi hasil hutan (terutama kayu). Hanya kurang dari 24% hutan jati Perhutani dikukuhkan sebagai hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, dan cagar alam. Sedangkan KPH Banten yang berada dibawah pengelolaan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten memiliki luas kawasan hutan jati sebesar ,55 Ha atau sebesar,2% dari total luas hutan Perum Perhutani dan sebesar 3,36% dari luas kawasan jati Perum Perhutani. Mengingat lahannya yang relatif cukup luas, hutan jati dipandang memiliki fungsi-fungsi non-ekonomis yang penting. Memiliki nilai yang besar dan penting untuk pendapatan negara. Begitu juga dengan industri hilir yang berada setelahnya, seperti penggergajian kayu, industri mebel dan lainnya. Nilai-nilai tersebut mengalir dari produsen hingga ke konsumen, dengan nilai yang berbeda. Pada penelitian ini penulis membatasi lingkup penelitian hanya pada jati yang berasal dari KPH Banten. Selanjutnya melakukan penelusuran aliran kayu hingga ke industri pengolahan kayu jati (furnitur) di daerah Jakarta dan sekitarnya. Pengelolaan hutan yang dilakukan oleh Perhutani memiliki banyak tujuan, selain sebagai pemasok kebutuhan bahan baku kayu, juga dapat meningkatkan

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di KPH Banten Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, Propinsi Banten. KBM Wilayah II Bogor, dan Industri pengolahan

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA PUTRI KOMALASARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

STUDI PENYUSUNAN MODEL PENGATURAN HASIL HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DI KPH CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH

STUDI PENYUSUNAN MODEL PENGATURAN HASIL HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DI KPH CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH STUDI PENYUSUNAN MODEL PENGATURAN HASIL HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DI KPH CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH Oleh Fajar Munandar E.14102901 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI

PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI PENGUJIAN KUALITAS KAYU BUNDAR JATI ( Tectona grandis Linn. f) PADA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA AHSAN MAULANA DEPARTEMEN HASIL HUTAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis L.f) Menurut Sumarna (2002), klasifikasi tanaman jati digolongkan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Menurut Sessions (2007), pemanenan hutan merupakan serangkaian aktivitas penebangan pohon dan pemindahan kayu dari hutan ke tepi jalan untuk dimuat dan diangkut

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN.

ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. ANALISIS BIAYA PENGOLAHAN GONDORUKEM DAN TERPENTIN DI PGT. SINDANGWANGI, KPH BANDUNG UTARA, PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT BANTEN. Dwi Nugroho Artiyanto E 24101029 DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH

ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH ANALISIS KEBIJAKAN PENEBANGAN RATA TANAH UNTUK POHON JATI (Tectona grandis Linn f ) di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur RIZQIYAH DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POTENSI

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH

ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH ANALISIS KETERKAITAN POLA PENGANGGARAN, SEKTOR UNGGULAN, DAN SUMBERDAYA DASAR UNTUK OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus Kota Batu Provinsi Jawa Timur) FATCHURRAHMAN ASSIDIQQI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, karena kayu jati telah dianggap sebagai sejatining kayu (kayu yang sebenarnya).

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Pleurotus spp. PADA MEDIA SERBUK GERGAJIAN KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) ALWIAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah)

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah) ARIEF KURNIAWAN NASUTION DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah hutan yang luas, yaitu sekitar 127 juta ha. Pulau Kalimantan dan Sumatera menempati urutan kedua dan ketiga wilayah hutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri kecil dan menengah, termasuk industri mebel merupakan hal yang penting bagi Indonesia karena selain memberikan kontribusi bagi penerimaan devisa, juga menciptakan lapangan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E14101043 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN LUKMANUL HAKIM.

Lebih terperinci

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Kemampuan

Lebih terperinci

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pohon Jati Pohon jati merupakan pohon yang memiliki kayu golongan kayu keras (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai 40 meter. Tinggi batang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI

KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA JENIS KAYU PERDAGANGAN INDONESIA ARIF RAKHMAN HARIJADI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 KADAR AIR TITIK JENUH SERAT BEBERAPA

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH (Studi Kasus Di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) IFA SARI MARYANI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Pengaruh Variasi Penyusunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis merupakan sektor yang paling penting di hampir semua negara berkembang. Sektor pertanian ternyata dapat

Lebih terperinci

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI

KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN LOA BEKAS KEBAKARAN 1997/1998 SERTA PERTUMBUHAN ANAKAN MERANTI (Shorea spp.) PADA AREAL PMUMHM DI IUPHHK PT. ITCI Kartika Utama KALIMANTAN TIMUR YULI AKHIARNI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor)

ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) ANALISIS LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP SUSU FORMULA LAKTOGEN (Studi Kasus di Ramayana Bogor Trade Mall, Kota Bogor) SKRIPSI AULIA RAHMAN HASIBUAN A.14104522 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Salah satunya adalah kekayaan sumber daya alam berupa hutan. Sebagian dari hutan tropis

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh: RONI A 14105600 PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN RONI, Dampak Penghapusan

Lebih terperinci

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT

EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (KASUS DI KONSESI HUTAN PT. SARI BUMI KUSUMA UNIT SERUYAN, KALIMANTAN TENGAH) IRVAN DALI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

Lebih terperinci

STUDI PEMASARAN PRODUK ROTAN UNTUK TUJUAN EKSPOR : KASUS CV. JAVA RATTAN, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT IDA KOIDAH

STUDI PEMASARAN PRODUK ROTAN UNTUK TUJUAN EKSPOR : KASUS CV. JAVA RATTAN, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT IDA KOIDAH STUDI PEMASARAN PRODUK ROTAN UNTUK TUJUAN EKSPOR : KASUS CV. JAVA RATTAN, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT IDA KOIDAH DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 STUDI

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SISTEM TATANIAGA PISANG TANDUK (Studi Kasus: Desa Nanggerang, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) Oleh : TANTRI MAHARANI A14104624 PROGAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

FISIKO- KIMIA MINYAK BIJI KARET

FISIKO- KIMIA MINYAK BIJI KARET OPTIMASI PENGEMPAAN BIJI KARET dan SIFAT FISIKO- UNTUK PENYAMAKAN KULIT KIMIA MINYAK BIJI KARET (Hevea brasiliensis) Muhammad Idham Aliem DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan tropis merupakan sumber utama kayu dan gudang dari sejumlah besar keanekaragaman hayati dan karbon yang diakui secara global, meskupun demikian tingginya

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS

PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS PENGARUH JUMLAH SADAPAN TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS (Pinus merkusii) DENGAN METODE KOAKAN DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT YUDHA ASMARA ADHI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI ANALISIS PENDAPATAN DAN MARGIN PEMASARAN PADI RAMAH LINGKUNGAN METODE SRI (System of Rice Intensification) (Kasus: Desa Ponggang Kecamatan Sagalaherang Kabupaten Subang, Jawa-Barat) Oleh : MUHAMMAD UBAYDILLAH

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN HUTAN TERHADAP IKLIM DI PULAU KALIMANTAN MENGGUNAKAN MODEL IKLIM REGIONAL (REMO) SOFYAN AGUS SALIM G

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN HUTAN TERHADAP IKLIM DI PULAU KALIMANTAN MENGGUNAKAN MODEL IKLIM REGIONAL (REMO) SOFYAN AGUS SALIM G ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN HUTAN TERHADAP IKLIM DI PULAU KALIMANTAN MENGGUNAKAN MODEL IKLIM REGIONAL (REMO) SOFYAN AGUS SALIM G02400013 DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANDY AKHDIAR A14104101 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A14104038 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Mata Kuliah Biometrika Hutan PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI Disusun oleh: Kelompok 6 Sonya Dyah Kusuma D. E14090029 Yuri

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan didalam perekonomian di Indonesia memiliki perananan yang cukup strategis, antara lain sebagai penyerapan tenaga kerja, pengadaan bahan baku untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

Pemodelan Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

Pemodelan Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom Pemodelan Proses Bisnis Mia Fitriawati M.Kom Pemodelan Proses Bisnis Pemodelan Proses Bisnis Pemodelan Proses (process modelling) merupakan pusat dari berbagai macam bentuk pemodelan, karena pemodelan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara yang memiliki kekayaan spesies burung dan menduduki peringkat pertama di dunia berdasarkan jumlah spesies burung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI OLEH SUCI NOLA ASHARI A14302009 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Analisis Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

Analisis Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom Analisis Proses Bisnis Mia Fitriawati M.Kom Pendahuluan Paradigma bisnis dari comparative advantage menjadi competitive advantage, yang memaksa kegiatan bisnis/perusahaan memilih strategi yang tepat. Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pengelolaan hutan merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dilakukannya penelitian, batasan masalah dalam penelitian, serta pada bagian akhir sub bab juga terdapat sistematika penulisan

Lebih terperinci

Objek akan menjadi suci apabila hati nurani mampu menghayati sebagai yang tersuci dan Sesuatu menjadi indah apabila matahati merasakan keindahan.

Objek akan menjadi suci apabila hati nurani mampu menghayati sebagai yang tersuci dan Sesuatu menjadi indah apabila matahati merasakan keindahan. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS SAYURAN UNGGULAN (Kasus Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat) Oleh : ENCEP ZACKY KOERDIANTO

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH) RIKA MUSTIKA SARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM PENDUGAAN POTENSI TEGAKAN HUTAN PINUS (Pinus merkusii) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM START MENGGUNAKAN UNIT CONTOH LINGKARAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11

MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11 MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis (07.00-10.00) Kelompok : 11 MODEL PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT NYAMPLUNG DENGAN SISTEM AGROFORESTRI SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU BIOFUEL Disusun

Lebih terperinci

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK

DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK DAMPAK FRAGMENTASI LAHAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA TRANSAKSI PETANI PEMILIK (Kasus: Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) OLEH: CORRY WASTU LINGGA PUTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA DALAM OPERASI PEMANENAN HASIL KAYU

MODEL PENDUGA KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA DALAM OPERASI PEMANENAN HASIL KAYU 1 MODEL PENDUGA KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA DALAM OPERASI PEMANENAN HASIL KAYU Ika Lestari Hutasuhut E151160111 Departemen Ilmu Pengelolaan Hutan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Jalan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG Oleh: RINA MULYANI A14301039 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI

ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN AGRIBISNIS DAN EFISIENSI TEKNIK USAHATANI PADI (Kasus Petani Binaan Lembaga Pertanian Sehat, Kab. Bogor, Jawa Barat) Oleh : Amir Mutaqin A08400033 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS CMA DALAM BENTUK PELET ORGANIK PADA BUDIDAYA JAGUNG (Zea mays saccharata) DI LAHAN KERING DESA GADING GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

EFEKTIVITAS CMA DALAM BENTUK PELET ORGANIK PADA BUDIDAYA JAGUNG (Zea mays saccharata) DI LAHAN KERING DESA GADING GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA EFEKTIVITAS CMA DALAM BENTUK PELET ORGANIK PADA BUDIDAYA JAGUNG (Zea mays saccharata) DI LAHAN KERING DESA GADING GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO RINGKASAN EKSEKUTIF WISHNU TIRTA, 2006. Analisis Strategi Penggunaan Bahan Baku Kayu Bersertifikat Ekolabel Di Indonesia. Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI dan BUDI SUHARDJO Laju kerusakan hutan di Indonesia

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FUNGI YANG BERASOSIASI DENGAN BENIH MAHONI (Swietenia macrophylla King. ) SEWAKTU MASIH DI POHON DAN SETELAH DISIMPAN

IDENTIFIKASI FUNGI YANG BERASOSIASI DENGAN BENIH MAHONI (Swietenia macrophylla King. ) SEWAKTU MASIH DI POHON DAN SETELAH DISIMPAN IDENTIFIKASI FUNGI YANG BERASOSIASI DENGAN BENIH MAHONI (Swietenia macrophylla King. ) SEWAKTU MASIH DI POHON DAN SETELAH DISIMPAN Oleh : Devie Fadhilah E 14202066 PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran sub sektor kehutanan pada perekonomian nasional Indonesia cukup menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode Pembangunan Lima Tahun Pertama

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

EVALUASI PERUBAHAN KELAS HUTAN PRODUKTIF TEGAKAN JATI (Tectona grandis L.f.) Pudy Syawaluddin E

EVALUASI PERUBAHAN KELAS HUTAN PRODUKTIF TEGAKAN JATI (Tectona grandis L.f.) Pudy Syawaluddin E EVALUASI PERUBAHAN KELAS HUTAN PRODUKTIF TEGAKAN JATI (Tectona grandis L.f.) (Kasus di Kesatuan Pemangkuan Hutan Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) Pudy Syawaluddin E14101052 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PEMEKARAN KOTA DEPOK (Studi Kasus : Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Beji)

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PEMEKARAN KOTA DEPOK (Studi Kasus : Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Beji) ANALISIS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PEMEKARAN KOTA DEPOK (Studi Kasus : Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Beji) YAMIN SURYAMIN NRP A14304051 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perkayuan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perolehan devisa dan pembangunan ekonomi negara. Perkembangan industri kayu di Indonesia dimulai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan milik masyarakat berangsur-angsur menjadi pemukiman, industri atau usaha kebun berorientasi komersil. Karena nilai ekonomi lahan yang semakin meningkat maka opportunity

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian. Ekspor negara Indonesia banyak dihasilkan dari sektor pertanian, salah satunya hortikultura

Lebih terperinci