BAB II KAJIAN PUSTAKA. sikap, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Nilai-nilai yang selama ini menjadi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. sikap, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Nilai-nilai yang selama ini menjadi"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Sosial Dan Faktor Penyebabnya Semua orang menyadari bahwa masyarakat hidup dan bekerja dalam suatu lingkungan senantiasa mengalamai perubahan dan cepat. Perubahan di suatu bidang secara langsung akan mengakibatkan perubahan di bidang lain. Perubahan dalam peningkatan taraf hidup (pembangunan) akan dapat mempengaruhi dan mengubah sikap, nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Nilai-nilai yang selama ini menjadi pedoman mulai mengalami benturan yang diakibatkan masuknya pengaruh nilai dari luar, hal ini sesuai dengan pendapat (Soekanto, 1990) bahwa, setiap masyarakat dalam hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan itu dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola prilaku, organisasi sosial, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, kekuasaaan wewenang, interaksi sosial dan yang lainnya. Perubahan sosial terjadi pada semua masyarakat dan dalam setiap proses dan waktu, dan akibat dari perubahan itu dapat berakibat positif dan negatif. Perubahan sosial merupakan gejala yang wajar dalam kehidupan manusia. Demikian Parson berpendapat bahwa teori tindakan sama-sama memperhatikan prasyarat stabilitas prasyarat perubahan, mustahil dapat mempelajari yang satu tanpa yang lain. Perubahan yang terjadi pada masyarakat terutama pada dekade terakhir dapat dikategorikan sebagai perubahan sosial yang disengaja (intended change) dan tidak disengaja (intended change) atau dengan istilah contact change dan immanen change.

2 Intended change atau contact change merupakan perubahan sosial yang bersumber dari luar masyarakat baik yang disengaja maupun tidak disengaja, melalui agen of change orang yang terlibat dalam perubahan tersebut) maupun secara spontan dikombinasikan oleh pihak-pihak dari luar masyarakat (Soekanto, 1990). Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial masyarakat dapat muncul dari dalam (endogen) maupun dari faktor dari luar (exsogen) sistem sosial. Faktor exsogen dari perubahan adalah perubahan genetic penduduk dan perubahan dalam lingkungan fisik yang diartikulasikan dalam teknologi. Faktor exsogen utama adalah sistem sosial yang berinteraksi dengan sistem sosial yang bersangkutan, konflik antara dua masyarakat dan perang atau ancaman perang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan sosial. Menurut Davis (Soekanto, 1990), perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi di dalam struktur dan fungsi masyarakat. Sebagaimana dikatakan oleh Selo Soemarjan (Soekanto 1990) bahwa perubahan sosial adalah segala perubahanperubahan pada lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalam nilai-nilai sikap dan pola prilaku antar kelompok-kelompok di dalam masyarakat Sesuai dengan konsep yang demikian maka penelitian ini berusaha menggali faktor-faktor apa yang melatar belakangi terjadinya suatu perubahan sosial pada masyarakat Desa Daulu Kec. Berastagi.

3 Faktor-faktor penyebab terjadi perubahan sosial Pada dasarnya perubahan sosial terjadi karena anggota masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap kehidupannya yang lama, norma-norma dan lembaga-lembaga sosial, atau sarana penghidupan yang lama dianggap tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru. Ada tiga faktor-faktor utama dalam perubahan sosial yaitu: 1. Timbunan kebudayaan dan penemuan baru Timbunan kebudayaan merupakan faktor penyebab perubahan sosial yang penting karena kebudayaan dalam kehidupan masyarakat senantiasa terjadi penimbunan yaitu suatu kebudayaan semakin lama semakin beragam dan bertambah secara akumulatif. Menurut Kuncaraningrat (Syani, 1994), faktor-faktor yang mendorong individu untuk mencari penemuan baru adalah sebagai berikut a) Kesadaran dari orang perorangan akan berkurang dalam kebudayaannya b) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan c) Perangsang dari aktifitas-aktifitas penciptaan dalam masyarakat Perubahan sosial yang terjadi pada mayarakat yang tergolong fanatik terhadap kebudayaan-kebudayaan lama tidak mudah dihilangkan. Tetapi dengan adanya kebudayaan baru maka akan terjadi benturan-benturan kebudayaan, jika kebudayaan baru dianggap lebih besar fungsinya oleh sebagian besar anggota masyarakat maka kebudayaan lama akan ditinggal atau dilebur menjadi satu dengan kebudayaan yang baru.

4 Masyarakat perkotaan merupakan contoh perubahan yang relative cepat, oleh karena masyarakat kota cenderung terbuka terhadap kebudayaan-kebudayaan baru. Tetapi bagi masyarakat terpencil, biasanya cenderung sulit berubah paling tidak berubahnya lambat. Koencaraningrat (Soekanto, 1990) berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar dari masyarakat dan cara-cara unsur kebudayaan baru yang diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan baru dapat berupa benda-benda tertentu bersifat fisik, dapat pula bersifat nonfisik seperti ide-ide baru, hukum dan aliran-aliran kepercayaan yang baru. 2. Perubahan jumlah penduduk Perubahan jumlah penduduk juga merupakan menyebaban terjadinya perubahan sosial, seperti berkuranagnya dan bertambahnya jumlah penduduk pada suatu daerah tertentu. Bertambahnya suatu penduduk pada suatu daerah dapat mengakbatkan perubahan padastruktur masyarakat, terutama mengenai lembaga-lemabaga kemasyarakatan. Ditinjau dari segi pertambahan penduduk misalnya transmigrasi jika berjalan secara ideal dengan memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, budaya, keamanan, mungkin akan terjadi perubahan yang positif. Artinya dengan adanya pendatang baru yang bekerja di daerah industri yang terampil dan siap bekerja ditempat yang baru, maka akan besar kemungkinan justru tidak hanya menguntungkan bagi pihak transmigran belaka, melainkan juga ikut berpengaruh pada penduduk asli untuk ikut bekerja dengan pola menguntungkan sama dengan

5 penduduk pendatang. Kehidupan masyarakat pun akan berubah karena pencampuran antara berbagai macam pola prilaku sosial dan kebudayaan begitu juga ekonomi, politik dan keamanan Industri Pedesaan dan Perubahan Sosial yang Diakibatkannya Pembangunan industri yang pada awalnya ditujukan untuk mendorong kemajuan perekonomian, berpengaruh pula secara sosial terhadap perkembangan masyarakat. Hadirnya industri di pedesaan dengan cepat membangun komunitas di sekitarnya. Tumbuhnya industri di daerah pedesaan akan memunculkan perubahan bagi masyarakat lokal setempat. Perubahan Sosial sebagaimana dikemukakan oleh Gillin & Gillin (Soemardjan dan Soemardi, 1964) Suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi atau penemuanpenemuan baru dalam masyarakat tersebut. Perubahan sosial itu sendiri terjadi dalam masyarakat, maupun terjadi karena faktor-faktor yang datang dari luar. Kalau dilihat saat ini, terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat desa, kebanyakan datang dari luar masyarakat. Terlihat dari segi komunikasi dimana dengan hal ini masyarakat didorong untuk menghubung-hubungkan apa yang didengar dengan apa yang dilihat; apa yang dilakukan dengan apa yang diperoleh. Berkaitan dengan perkembangan masyarakat tersebut, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat

6 modern. Masyarakat sederhana memiliki solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas pada masyarakat modern. Dalam interaksinya, penduduk pendatang dan pribumi dituntut pula untuk mempertimbangkan latar belakang sosial budaya masing-masing. Hal ini menyebabkan intensitas dan pola interaksi komunitas mengalami perubahan orientasi, termasuk juga dialami oleh penduduk pribumi yang terseret oleh dinamika industri. Komunitas yang ada disekitar industri, baik yang pada awalnya adalah komunitas pedesaan maupun komunitas diciptakan setelah adanya industri, mengembangkan karakteristik tertentu yang sesuai dengan kebutuhan industri. Industri memiliki pengaruh yang besar terhadap komunitas untuk menimbulkan terjadinya perubahan di dalam masyarakat. Dampak industri terhadap masyarakat sangat banyak, misalnya dampak positifnya: terbukanya kesempatan kerja yang besar yang menyerap penganguran, munculnya prasarana dan sarana ekonomi seperti jalan dan transportasi, pasar, toko-toko, telekomunikasi, bank, perkreditan, perdagangan pergudangan, penginapan, rumah makan. Sedangkan dampak negatif dapat pula terasa seperti polusi air bersih, dan udara, pemukiman semakin sesak, meningginya temperature, kenaikan harga barang-barang, dan perbedaan yang menyolok dalam kehidupan dalam kawasan industri tersebut. Industri memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam masyarakat. Akibat yang dirasakan oleh masyarakat bisa dalam bentuk yang berbeda. Bila suatu wilayah sangat tergantung sangat tergantung hanya kepada satu jenis

7 industri atau perusahaan, perkembangan industri atau perusahaan tersebut akan menentukan apakah wilayah tersebut akan berkembang atau hancur. Munculnya industri-industri baru dalam suatu wilayah akan memberi pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja. Menurut Glaeser (Miguel, et al. 2002) hadirnya Industri akan menjadikan suatu daerah menjadi tujuan daerah urbanisasi karena dengan hadirnya industri membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga banyak orang memutuskan untuk bertransmigrasi ke daerah yang memiliki lapangan pekerjaan seperti industri. Pertambahan penduduk dan pengurangan penduduk ini pada gilirannya memperlemah gotong royong dalam masyarakat di daerah yang dekat dengan industri Modal Sosial (Social Capital) Secara etimologis social capital mempunyai pengertian modal yang dimiliki oleh masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat. Modal ini merupakan perpaduan antara sesuatu yang bersifat material dan non material. Material mempunyai makna tentang kepemilikan berkaitan dengan aset-aset finansial yang dimiliki, sedangkan non material, modal berwujudan adanya mutual trust (kepercayaan) dan gathering system (sistem kebersamaan) dalam suatu masyarakat. Pengertian modal sosial yang berkembang selama ini lebih banyak didasarkan pada pandangan tiga orang ilmuwan sosial, yaitu Pierre Bourdie, James Coleman, dan Robert Putnam.

8 James Coleman mendefinisikan modal sosial merupakan konsep yang sering digunakan untuk menggambarkan kapasitas sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memelihara integrasi sosial. Pengertian modal sosial yang berkembang selama ini mengarah pada terbentuknya tiga level modal sosial, yakni pada level nilai, institusi, dan mekanisme. Dengan demikian, dalam pengertian yang luas, modal sosial bisa berbentuk jaringan sosial atau sekelompok orang yang dihubungkan oleh perasaan simpati, kewajiban, norma pertukaran, dan civic engagement yang kemudian diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dalam level mekanismenya, modal sosial dapat mengambil bentuk kerja sama sebagai upaya penyesuaian dan koordinasi tingkah laku yang diperlukan untuk mengatasi konflik. Akhir-akhir ini modal sosial menjadi sangat populer sebagai salah satu isu pembangunan yang menuntut perhatian seksama. Modal sosial adalah sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Seperti diketahui bahwa sesuatu yang disebut sumber daya (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk dikonsumsi, disimpan dan diinvestasikan. Sumber daya yang digunakan untuk investasi disebut sebagai modal (capital), dimensi modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan

9 kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma dalam kelompok. Di Indonesia, studi tentang modal sosial secara formal masih merupakan hal yang baru. Namun meskipun secara eksplisit belum menggunakan terminology modal sosial, sebenarnya telah ada beberapa studi terutama berupa kajian tentang hubungan kerja sama saling menguntungkan antar warga masyarakat didaerah pedesaan yang pada esensinya memiliki keterkaitan erat dengan modal sosial terdiri dari norma, jaringan dan kepercayaan, maka sebenarnya hal tersebut secara historis bukan merupakan fenomena baru dan asing bagi masyarakat Indonesia dan hal tersebut lebih berakar kuat dan terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di pedesaan. Semangat dan implementasi dari kemauan untuk saling bekerjasama dalam upaya memenuhi kepentingan sosial dan kepentingan individu atau personal telah termanivestasikan dalam berbagai bentuk aktivis bersama yang secara umum dikenal dengan kegiatan saling tolong menolong atau secara luas terwadahi dalam tradisi gotong royong. Tradisi gotong royong memiliki aturan main yang disepakati bersama (norma), menghargai prinsip timbal balik dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dan dalam waktu tertentu akan menerima kompensasi/reward sebagai bentuk dari resiprositas, ada saling kepercayaan antar pelaku bahwa masingmasing akan mematuhi semua bentuk aturan main yang telah disepakati (trust), serta kegiatan kerjasama tersebut diikat oleh hubungan-hubungan spesifik antara lain mencakup kekerabatan, pertetanggaan, dan pertemanan sehingga saling menguatkan jaringan antar pelaku.

10 Tradisi gotong royong secara nyata telah melembaga dan mengakar kuat, ini diwujudkan dalam berbagai aktifitas keseharian masyarakat Indonesia. Kegiatan gotong royong terexpresikan dalam berbagai aktivitas mulai dari yang bersifat sosial, sosial personal serta personal yang diwujudkan dalam bentuk pertukaran. Ditinjau dari bentuk yang dikerjasamakan, gotong royong bisa mencakup material, tenaga, uang, dan social spirit. Aktifitas gotong royong dalam berbagai dimensinya memberikan implikasi semangat dan nilai untuk saling memberikan jaminan atas hak dan kelangsungan hidup antar sesama warga masyarakat yang masih melekat kuat di pedesaan. Salah satu tokoh utama yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran modal sosial adalah Jamens Coleman (1990). Ia mendefenisikan konsep modal sosial sebagian entitas, terdiri dari beberapa structural sosial yang memfasilitasi tindakan dari para pelakunya, apakah dalam bentuk personal atau korporasi dalam suatu structural sosial. Modal sosial menurutnya inheren dalam struktur relasi antar individu. Struktur relasi dan jaringan inilah yang menciptakan iklim saling percaya, membawa saluran informasi, dan menetapkan norma-norma dan sangsi sosial bagi para anggotanya. Fukuyama (1995; 2003) menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, dan didalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan disegala bidang kehidupan kehidupan dan terutama bagi kestabilan pembangunan ekonomi dan demokrasi. Pada masyarakat secara tradisional telah

11 terbiasa dengan gotong royong serta bekerjasama dalam kelompok atau organisasi yang besar cenderung akan merasakan kemajuan dan akan mampu, secara efesien dan efektif, memberikan kontribusi penting bagi kemajuan masyarakat. Modal sosial dalam bentuknya menyumbang terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan politik melalui pembagian informasi, memberikan kesempatan dan memfasilitasi kelompok pembuat keputusan (Wool Cock dan Narayan, 2000). karena Menurut Lesser (Mariana, 2006) modal sosial sangat penting bagi komunitas (1) Mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas; (2) Menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas; (3) Mengembangkan solidaritas (4) Memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas; (5) Memungkinkan pencapaian bersama; dan (6) Membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas. Modal Sosial bisa diukur kedalam enam dimensi, adapun keenam dimensi tersebut adalah kelompok dan jaringan, kepercayaan dan solidaritas, tindakan kolektif dan kerja sama, informasi dan komunikasi, kohesi (kepaduan) sosial dan pemasukan dan yang terakhir adalah kekuasaan dan tindakan politik.

12 Jaringan Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai veriasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan oleh prisip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan keadaban (civility). Kemampuan anggota-anggota kelompok/masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergetis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial masyarakat. Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologi khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Pada kelompok sosial yang biasanya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis keturunan (lineage), pengalaman-pengalaman sosial turun (repeated social experiences) dan kesamaan kepercayaan pada dimensi ketuhanan (religion beliefs) cenderung memiliki kohesifitas tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangunan sangat sempit. Sebaliknya, pada kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dan dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih modern. Kelompok dan jaringan memungkinkan orang untuk mengakses sumber-sumber dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan, ini adalah konsep bagian penting dari modal sosial. Jaringan informal di manifestasikan dalam pertukaran yang spontan dan tidak teratur terhadap informasi dan sumber penghasilan kelompok seperti usaha dalam kerja sama, kordinasi dan saling membantu yang dapat memaksimalkan kegunaan sumber yang ada. Jaringan informal dapat dihubungkan dengan hubungan horizontal dan vertikal

13 yang dibentuk melalui faktor-faktor lingkungan, termasuk pasar, kekeluargaan dan persahabatan. Jenis lainnya dari jaringan terdiri dari perkumpulan, dimana anggotanya dihubungkan secara horizontal. Jaringan seperti ini sering secara jelas menggambarkan struktur, peran dan peraturan yang memerintah bagaimana anggota kelompok bekerjasama untuk mencapai tujuan utama. Jaringan ini juga memiliki potensi alami untuk membantu diri sendiri, bantuan mutual, solidaritas dan upayaupaya kerjasama dalam kelompok. Mata Rantai (vertical) modal sosial disisi lain, termasuk hubungan dan interaksi di antara kelompok dan pemimpinnya dan memperluas hubungan antara kampung, pemerintah dan pasar Trust (kepercayaan) dan Solidaritas Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung paling tidak, tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1990, 1995, dan 2002). Dalam pandangan Fukuyama (1995, 2002), trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. Berbagai tindakan kolektif yang didasari atas saling mempercayai yang tinggi akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam konteks membangun kemajuan bersama. Kehancuran rasa saling percaya dalam masyarakat, akan saling mengundang

14 hadirnya berbagai problematik sosial yang serius. Masyarakat yang kurang memiliki perasaan saling mempercayai akan sulit menghindari berbagai situasi kerawanan sosial dan ekonomi yang mengancam. Semangat kolektifitas tenggelam dan partisipasi masyarakat untuk membangun bagi kepentingan kehidupan yang lebih baik akan hilang. Lambat laun akan mendatangkan biaya tinggi bagi pembangunan karena masyarakat cenderung bersikap apatis dan hanya menunggu apa yang akan diberikan oleh pemerintah. Jika saling mempercayai telah luntur maka yang akan terjadi adalah sikap-sikap yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku. Menurut Fukuyama (2003) bahwa, trust sebagai komponen ekonomi yang relevan melekat pada kultur yang ada pada masyarakat yang akan membentuk kekayaan modal sosial. Sedangkan Fukuyama (1995) meyakini bahwa dimensi trust merupakan warna dari suatu sistem kesejahteraan bangsa. Kemampuan berkompetisi akan tercipta dan dikondisikan oleh satu karakteristik yang tumbuh di masyarakat yaitu trust. Trust akan kehilangan daya optimalnya ketika mengabaikan salah satu spektrum penting yang ada di dalamnya, yaitu rentang rasa mempercayai (the radius of trust). Pada kelompok, asosiasi atau bentuk-bentuk group lainnya yang berorientasi inward looking cenderung memiliki the radius of trust yang sempit. Kelompok ini kemungkinan akan memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mengembangkan modal sosial yang kuat dan menguntungkan. Dimensi modal sosial ini menunjuk secara luas pada orang-orang yang merasa bahwa mereka bisa percaya kepada hubungan keluarga, ketetanggaan, kolega, kenalan, penyedia layana kunci, bahkan

15 orang lain untuk membantu mereka atau sedikitnya tidak akan terjadi kejahatan. Menggambarkan kepercayaan dalam konteks sosial adalah suatu prasayarat untuk bisa memahami kompleksitas hubungan manusia. Kadang-kadang kepercayaan merupakan pilihan, pada saat yang lain kepercayaan mencerminkan ketergantungan yang penting yang didasarkan pada peningkatan kontak atau jaringan yang lebih dekat. Perbedaan tak terbatas antara kedua rangkaian ini sangat penting untuk bisa memahami jarak hubungan sosial masyarakat dan kemampuan hubungan ini untuk bertahan dalam kesulitan atau dengan cepat bisa mengubah keadaan. Untuk mengukur modal sosial dua jenis dari indikator digunakan. indikator masukan meliputi kesetiakawanan dan percaya. Kepercayaan adalah dibagi menjadi percaya kepada tetangga dan percaya kepada anggota lainnya. Kepercayaan sosial adalah salah teori dimensi modal sosial, terdiri dari kompleks sub-dimensions, sedemikian sehingga banyak dari pertanyaan-pertanyaan pada umumnya diminta dari para informan untuk mengukur tingkat kepercayaan sosial. Durkheim (Lawang, 1994) menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka. Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya, solidaritas dapat

16 dibedakan antara solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak menghasilkan integrasi apapun, dan dengan demikian tidak memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri : Mengikat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa perantara Suatu sistem-sitem fungsi yang berbeda dan khusus, yang menyatukan hubungan-hubungan yang tetap. Telah terspesialisasi. Solidaritas dipertahankan sejauh kesadaran individu pada masyarakat sama kuatnya, dengan sendirinya akan memelihara unsur-unsur pengintegrasian yang ada pada masyarakat tersebut. Solidaritas tidak dapat dengan seketika diamati secara efektif, maka diperlukan suatu indeks extern. Menurut Durkheim (Layendecker, 1991:290) indeks extern adalah peraturan-peraturan hukum. Solidaritas sosial terwujud dalam hubungan timbal balik, yang mendapat persyaratan dalam sifat dan jumlah peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Solidaritas mekanis didasarkan pada persamaan, dalam suatu masyarakat yang ditandai oleh solidaritas ini semua anggotanya mempunyai kesadaran kolektif yang sama. Kesadaran kolektif adalah keseluruhan keyakinan dan perasaan yang membentuk sistem tertentu yang mempunyai kehidupan tersendiri dan dimiliki bersama oleh anggota masyarakat. Kesadaran kolektif memiliki sifat keagamaan, karena mengharuskan rasa hormat dan ketaatan.

17 Tindakan Kolektif dan Kerjasama Tindakan kolektif dan kerja sama berhubungan erat dengan dimensi solidaritas dan kepercayaan. Bagaimanapun dimensi terdahulu telah menyelidiki kedalaman yang lebih besar dan bagaimana orang-orang bekerja dengan orang lain dalam masyarakat atau bergabung dengan proyek data merespon masalah atau krisis. Hal ini juga menyadarkan konsekwensi pelanggaran harapan masyarakat akan normanorma partisipasi. Norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk prilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian itu sendiri adalah sekumpulan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tetentu. Norma-norma ini biasanya terinstutionalisasi dan mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dari kebiasaan yang berlaku dimasyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota masyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial. Aturan-aturan kolektif ini misalnya, bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua, menghormati pendapat orang lain, norma untuk tidak mencurangi orang lain, norma untuk selalu bersama-sama dan sejenisnya. Jika dalam suatu komunitas, norma tersebut tumbuh, dipertahankan dan kuat akan mempertahankan masyarakat itu sendiri. Norma seperti halnya nilai, senantiasa memiliki implikasi yang ambivalen, tetapi disisi lain, norma cenderung tidak merangsang munculnya ide-ide baru, karena semua bentuk hubungan lebih mengutamakan kulit luar yaitu suatu label

18 ketimbang pada dimensi substansi isinya. Konfigurasi norma yang tumbuh ditengah masyarakat juga mementukan apakah norma tersebut akan memperkuat keretakan hubungan antar individu dan memberikan dampak positif bagi perkembangan masyarakat tersebut. Nilai adalah sesuatu ide yang turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat. Nilai senantiasa berperan penting dalam kehidupan manusia. Pada setiap kebudayaan, biasanya terdapat nilai-nilai tertentu yang mendominasi ide yang berkembang. Dominasi ide tertentu dalam masyarakat akan membentuk dan mempengaruhi aturan-aturan bertindak masyarakat dan aturan bertingkah laku yang secara bersama-sama membentuk pola cultural, teori modal sosial, seperti norma-norma dan kepercayaan-kepercayaan, pengaruh-pengaruh sosial struktural. Meletakkan studi-studi sebelumnya ini bersama-sama, itu akan nampak lebih mungkin bahwa kepercayaan sosial adalah faktor pokok untuk meningkatkan kesejahteraan/ kesehatan individu dan juga pengembangan sosial ekonomi pada masyarakat. Oleh karena itu, di dalam banyak aksi kolektif studi-studi empiris telah diperlakukan sebagai satu indikator keluaran dari modal sosial, bagaimanapun aksi kolektif sendiri membantu perkembangan norma-norma dari kerja sama/kolaborasi, pembentukan organisasi, dan tindakan kolektif yang merupakan indikator penting di dalam mengukur tingkat modal sosial (Grootaert, 2003).

19 Informasi dan Komunikasi Meningkatkan akses terhadap informasi sering kali dianggap sebagai pusat mekanisme untuk membantu masyarakat, memperkuat suara mereka dalam berbagai hal yang mempengaruhi kesejahteraan mereka (Word Bank, 2002) Kohesi Sosial Kohesi sosial dan pemasukan dihubungkan dengan keempat dimensi dari modal sosial yakni kelompok dan jaringan, kepercayaan dan solidaritas, tindakan kolektif dan kerja sama, serta informasi dan komunikasi. Namun fokusnya lebih spesifik dalam ketahanan ikatan sosial dan potensi ganda mereka untuk masuk dan keluar sebagai anggota masyarakat. Kohesi sosial dapat didemonstrasikan melalui kegiatankegiatan masyarakat, misalnya dan pemakaman, atau kegiatan melalui kegiatankegiatan yang bisa meningkatkan solidaritas, penguatan kohesi sosial, meningkatkan komunikasi, menyediakan pembelajaran untuk kegiatan organisasi, mempromosikan unsur kewarganegaraan dan sikap rendah hati dan membangun kesadaran kolektif Kekuasaan dan tindakan Politik Individu dikuasakan dalam tingkat bahwa memiliki ukuran kendali atas lembaga dan proses-proses yang secara langsung mempengaruhi kesejahteraan mareka. Dimensi modal sosial kekuaaan dan aksi politik menjelaskan rasa puas, keberuntungan pribadi dan kapasitas anggota jaringan dan kelompok untuk mempengaruhi kegiatan lokal dan hasil politik yang lebih luas. Kekuasaan dan aksi politik dapat terjadi dalam asosiasi lingkungan yang kecil atau dalam tingkat lokal,

20 regional dan nasional yang lebih luas. Masing-masing tingkat memiliki kepentingan masing-masing dan dapat dianggap terpisah sebaik dalam hubungannya dengan yang lain. Dimensi ini juga mengakibatkan perpecahan sosial, apakah informasi kunci dengan pemimpin politik dan pemimpin pekerja, bersama dengan representasi sistem pengadilan dan media, juga penting untuk menjelaskan dimensi ini. Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat yang modern. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan sosiabilitas yang rendah. Dalam interaksinya, penduduk pendatang dan pribumi dituntut pula untuk mempertimbangkan latar belakang sosial budaya masing-masing. Hal ini menyebabkan intensitas dan pola interaksi komunitas mengalami perubahan orientasi, termasuk juga dialami oleh penduduk pribumi yang terseret oleh dinamika industri. Dinamika pada komunitas disekitar industri, dalam jangka panjang akan mengembangkan komunitas tersebut manjadi berbeda dengan bentuk komunitas sebelumnya. Komunitas yang ada disekitar industri, baik yang awalnya adalah komunitas pedesaan maupun komunitas yang diciptakan setelah adanya industri mengembangkan satu karakteristik tertentu yang sesuai dengan kebutuhan industri. Hal ini terjadi karena industri memiliki daya pengaruh yang besar terhadap komunitas untuk menimbulkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Sebuah komunitas yang mendapatkan pengaruh dari adanya industri akan berkembang ke

21 arah suatu komunitas perkotaan, yang memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan sebelum industri didirikan. Durkheim (Soekanto, 1990) secara jelas membagi klasifikasi masyarakat atas dasar ikatan solidaritas mekanis dan organis. Bentuk ikatan itu menurutnya ditandai dengan kekentalan hubungan antar individu, baik berdasarkan hubungan darah ataupun hubungan kepentingan masyarakat terpaut dalam bentuk ikatan yang mendasarinya. Tonnies (Soekanto, 1990) mengemukakan bahwa didalam masyarakat dapat dijumpai dua jenis kelomok primer dalam masyarakat yaitu patembayan dan paguyuban. Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni bersifat alami dan kekal. Sedangkan patembayan merupakan ikatan yang lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek. Menurut Tonnies didalam masyarakat selalu dijumpai salah satu dari tiga bentuk paguyuban yaitu : a) Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinchaft by blood) yaitu paguyuban yang didasarkan pada ikatan darah b) Paguyuban karena tempat (Gemeinchaft of place) yaitu suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong menolong, misalkan RT, RW, Arisan c) Paguyuban karenajiwa-pikiran (Gemeinchaft of mind) yang merupakan suatu gemeinchaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak

22 memiliki hubunan darahataupub tempat tinggalnya tidak berdekatan maka mereka memiliki jiwa pikiran yang sama Dalam masyarakat pedesaan biasanya akan dijumpai masyarakat yang saling tolong menolong karena berdekatan tempat tinggal sehingga memiliki solidaritas yang kuat, tapi ketika masuknya indusri dalam suatu komunitas maka akan ada perubahan dalam masyarakat tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu

Lebih terperinci

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07 MODUL PERKULIAHAN Kelompok & Organisasi Sosial Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 07 MK61004 Nurwidiana, SKM MPH Abstract Mata kuliah ini merupakan pengantar bagi

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan

BAB II. Kajian Pustaka. Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan BAB II Kajian Pustaka 2.1. Kelompok Sosial Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial (social capital) yang mampu membuat individu individu yang ada didalam komunitas tersebut berbagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Modal sosial adalah hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Modal Sosial (Social Capital)

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Modal Sosial (Social Capital) PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL Modal Sosial (Social Capital) Apa yang dimaksud dengan Modal Sosial dan apa relevansinya dengan Pembangunan? Modal yang dibutuhkan dalam proses pembangunan: Modal Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya terdapat perbedaan antara keadaan sistem

Lebih terperinci

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro

BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO. 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro 46 BAB VI PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TAHAPAN PEROLEHAN KREDIT MIKRO 6.1 Pengaruh Modal Sosial terhadap Perolehan Kredit Mikro Modal sosial merupakan hal yang penting dalam membentuk suatu kerjasama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1992:78). Dalam pengertian lain industrialisasi merupakan transformasi proses

BAB I PENDAHULUAN. 1992:78). Dalam pengertian lain industrialisasi merupakan transformasi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi adalah proses segala hal yang berkaitan dengan teknologi, ekonomi, perusahaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya (SR. Parker, 1992:78).

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN Ir. Sunarsih, MSi Pendahuluan 1. Kawasan perbatasan negara adalah wilayah kabupaten/kota yang secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan masyarakat (community development) Pengembangan masyarakat (community development) adalah salah satu kegiatan yang menjadi bagian dari program corporate social responsibility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup yaitu sebagai seorang individu dan mahluk sosial. Sebagai seorang individu manusia mempunyai beberapa

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Relasi Kekuasaan Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial selalu tersimpul pengertian pengertian kekuasaan dan wewenang. Kekuasaan terdapat disemua bidang

Lebih terperinci

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09 1. Pengertian Perubahan Sosial Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas Dalam penelitian kualitatif, analisis data

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh

II.TINJAUAN PUSTAKA. dengan teori-teori yang telah dikemukakan oleh ahli. Untuk menghubungkan hasil penelitian dengan teori yang dikemukakan oleh 11 II.TINJAUAN PUSTAKA Setelah merumuskan latar belakang masalah yang menjadi alasan dalam mengambil masalah penelitian, pada bab ini penulis akan merumuskan konsepkonsep yang akan berkaitan dengan objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan organisme hidup karena masyarakat selalu mengalami pertumbuhan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai fungsi

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Suatu kelembagaan merupakan suatu sistem kompleks yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses, dan peran masing-masing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial 2.1.1 Pengertian Modal Sosial Modal sosial adalah suatu keadaan yang membuat masyarakat atau sekelompok orang bergerak untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya PENDAHULUAN Latar Belakang Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya secara individu maupun kelompok bila berhadapan dengan penyakit atau kematian, kebingungan dan ketidaktahuan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Kelompok Sosial Manusia pada dasarnya dilahirkan seorang diri namun di dalam proses kehidupan selanjutnya, manusia membutuhkan manusia

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar 4.2 Sistem Sosial

BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar  4.2 Sistem Sosial BAB IV SISTEM SOSIAL 4.1 Pengantar Kebudayaan merupakan proses dan hasil dari kehidupan masyarakat. Tidak ada mayarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan, hanya saja kebudayaan yang dimiliki masyarakat

Lebih terperinci

Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial

Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Modul ke: Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Media massa berlaku sebagai agen pembawa perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari keadaan lingkungan yang mulai tidak terjaga kebersihannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bekerja bersama-sama untuk mencapai berbagai hal yang tidak dapat mereka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bekerja bersama-sama untuk mencapai berbagai hal yang tidak dapat mereka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial Modal sosial merupakan suatu cara untuk membangun hubungan dengan sesama dan menjaganya agar terus berlangsung sepanjang waktu, orang mampu bekerja bersama-sama

Lebih terperinci

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK MASING-MASING SUB STRUKTUR BERJALAN DENGAN SISTEMNYA MASING-MASING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijabarkan pada dua bab sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa komunitas karakter sosial dan juga karakter

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL Keinginan sebagai mahluk sosial 1) Keinginan bersatu dgn manusia lain di sekitarnya 2) Keinginan bersatu dgn alam sekitarnya Kelompok Sosial : Himpunan dari beberapa orang individu

Lebih terperinci

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah Kecamatan Kahayan Kuala merupakan salah satu wilayah Kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau yang sangat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Bank Plecit Bank plecit merupakan koperasi simpan pinjam yang memberikan tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang

Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang Hilman Nugraha 1, Dasim Budimansyah 2, Mirna Nur Alia A 3 ¹Mahasiswa Program Magister Pendidikan Sosiologi, Sekolah Pascasarjana

Lebih terperinci

SOCIAL CAPITAL. The important thing is not what you know, but who you know

SOCIAL CAPITAL. The important thing is not what you know, but who you know SOCIAL CAPITAL The important thing is not what you know, but who you know Social capital Sumberdaya yang diraih oleh pelakunya melalui struktur sosial yang spesifik dan kemudian digunakan untuk memburu

Lebih terperinci

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur TUGAS AKHIR Oleh: Rudiansyah L2D 004 348 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB VI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN MODAL SOSIAL

BAB VI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN MODAL SOSIAL BAB VI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN MODAL SOSIAL 6.1. Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Kendel Kehidupan ekonomi tertanam secara mendalam kepada kehidupan sosial serta tidak bisa dipahami terpisah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 92 VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA 8.1. Identifikasi Potensi, Masalah dan Kebutuhan Masyarakat 8.1.1. Identifikasi Potensi Potensi masyarakat adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Sintang merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara lain, yaitu Malaysia khususnya Negara Bagian Sarawak. Kondisi ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Desa Pertanian Desa merupakan suatu daerah yang dijadikan tempat tinggal masyarakat yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian bersumber dari alam. Di

Lebih terperinci

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berbagai macam karakter masyarakat di Yogyakarta mampu memecah jaringan sosial yang dimiliki oleh kelompok masyarakat termasuk kelompok pengusaha asal Kuningan

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

: PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA

: PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA 11 PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada perkembangan perekonomian dan juga sumber daya manusia. Proses perekonomian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal ini terjadi karena manusia mempunyai kepentingan-kepentingan yang berbeda, dan perubahan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Strategi Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah

Lebih terperinci

MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA 1. Hakekat Perubahan Sosial yang Terjadi di Masyarakat Perubahan sosial merupakan sebuah proses yang tidak dapat dihindari dalam sebuah masyarakat, baik perubahan

Lebih terperinci

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA Ascosenda Ika Rizqi Dosen, Universitas Merdeka Pasuruan, Jl. H. Juanda 68, Kota Pasuruan Abstrak Desa merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan sejarah diketahui bahwa masyarakat Indonesia sudah menegenal ekonomi yang disebut pasar. Pasar merupakan kegiatan jual-beli itu, biasanya (1) berlokasi yang mudah didatangi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pedesaan sebagai bagian dari pembangunan nasional memfokuskan diri pada masalah kemiskinan di pedesaan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) untuk mempercepat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian dinamika menurut wibowo, ( 1998 : 41) bahwa dinamika adalah

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian dinamika menurut wibowo, ( 1998 : 41) bahwa dinamika adalah BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Dinamika Pengertian dinamika menurut wibowo, ( 1998 : 41) bahwa dinamika adalah masyarakat dapat diartikan melalui asal katanya yaitu, Dinamika dan masyarakat untuk memberi

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economists and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Transmigrasi Transmigrasi merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah dalam mengambil keputusan, guna tercapainya keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja,

Lebih terperinci

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi PENGANTAR SOSIOLOGI 1. Pengertian Dasar Sosiologi berasal dari kata latin socius dan kata yunani yaitu logos. Socius berarti kawan atau teman; Logos berarti pengetahuan. Maka sosiologi berarti pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama. Durkheim membagi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Solidaritas Sosial Pengertian solidaritas sosial berasal dari dua pemaknaan kata yaitu solidaritas dan sosial. Solidaritas sosial merupakan perasaan atau ungkapan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh desa dan adat istiadat desa tersebut. Dilihat dari asal katanya, desa

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki oleh desa dan adat istiadat desa tersebut. Dilihat dari asal katanya, desa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era otonomi daerah ini pemerintah memberikan kewenangan pada masing-masing daerah untuk mengurus daerahnya dengan menggunakan azas demokrasi, mulai dari

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang dilakukan secara terus menerus untuk mendorong terjadinya perubahan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,

Lebih terperinci

MAKALAH Syarat dan Ciri Kelompok Sosial Sosiologi & Antropologi

MAKALAH Syarat dan Ciri Kelompok Sosial Sosiologi & Antropologi MAKALAH Syarat dan Ciri Kelompok Sosial Sosiologi & Antropologi Disusun Oleh : 1. Angelista Putri Siman 2. Aswin Setiawati 3. Febry Putri Arbianti 4. Nisa Ussa adah Nurhaliza 5. Sjech Ridho Nurfaiza Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etos Kerja Etos Kerja merupakan perilaku sikap khas suatu komunitas atau organisasi mencakup sisi spiritual, motivasi, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode

Lebih terperinci

Manusia, Kebutuhan, dan Etika. Nurasih Shamadiyah, S.Ant., M.Sc. Ilmu Sosial Budaya Dasar Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh 2015

Manusia, Kebutuhan, dan Etika. Nurasih Shamadiyah, S.Ant., M.Sc. Ilmu Sosial Budaya Dasar Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh 2015 Manusia, Kebutuhan, dan Etika Nurasih Shamadiyah, S.Ant., M.Sc. Ilmu Sosial Budaya Dasar Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh 2015 Kebutuhan Manusia Menurut Abraham Maslow (teori Maslow), kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kebudayaan Tradisional Masyarakat Desa Konsep kebudayaan tradisional mengacu pada gambaran tentang cara hidup (way of life) masyarakat desa yang belum dirasuki oleh penggunaan

Lebih terperinci

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

STUDI MASYARAKAT INDONESIA STUDI MASYARAKAT INDONESIA 1. Prinsip Dasar Masyarakat Sistem Sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya saling hubungan di antara komponenkomponen yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap individu yang diperoleh selama masa perkembangan. Kemandirian seseorang

Lebih terperinci

Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial. Lolytasari, M.Hum

Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial. Lolytasari, M.Hum Perilaku Sosial dan Kontrol Sosial Lolytasari, M.Hum Perilaku Menyimpang Adalah suatu perilaku yang buruk dan dapat menimbulkan masalah, penyakit masyarakat, anti sosial, para ahli menyebutnya dengan disfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan secara tepat, modal sosial akan melahirkan serangkaian nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. digunakan secara tepat, modal sosial akan melahirkan serangkaian nilai-nilai atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modal sosial merupakan fasilitator penting dalam pembangunan ekonomi. Modal sosial yang dibentuk berdasarkan kegiatan ekonomi dan sosial dipandang sebagai faktor yang

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka

Lebih terperinci

MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL

MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL MATERI 6 HUBUNGAN INTERAKSI DAN DINAMIKA SOSIAL 1. Hubungan Interaksi Sosial dan Dinamika Kehidupan Sosial Interaksi sosial akan menyebabkan kegiatan hidup seseorang semakin bervariasi dan kompleks. Jalinan

Lebih terperinci

Mata Kuliah Sosiologi Pertanian. Sosiologi Perkebunan

Mata Kuliah Sosiologi Pertanian. Sosiologi Perkebunan Mata Kuliah Sosiologi Pertanian Sosiologi Perkebunan POKOK BAHASAN 1. Pengertian kelembagaan pertanian 2. Kebutuhan dasar manusia dan kelembagaan sosial ekonomi 3. Lembaga tradisional dan lembaga modern

Lebih terperinci

Perlu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca.

Perlu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca. KEBIJAKAN PEMDA DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA BACA MASYARAKAT Oleh Dardjo Sumardjo Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab sehingga minat dan budaya baca masyarakat kita belum sebagaimana yang diharapkan.

Lebih terperinci

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 P BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN ENREKANG DENGAN

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR. www.kas.de

SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR. www.kas.de SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR www.kas.de DAFTAR ISI 3 MUKADIMAH 3 KAIDAH- KAIDAH POKOK 1. Kerangka hukum...3 2. Kepemilikan properti dan lapangan kerja...3

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kehidupan Masyarakat Istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun bahasa sehari-hari adalah masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Kelembagaan merupakan suatu sistem yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses dan peran masing-masing komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi yang berkaitan dengan peristiwa kelahiran, kematian dan perkawinan, serta berbagai peristiwa lainnya ternyata banyak ragamnya. Bagi masyarakat Jawa berbagai

Lebih terperinci

KELOMPOK SOSIAL GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI

KELOMPOK SOSIAL GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI KELOMPOK SOSIAL GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI Definisi Kelompok Sosial 1. Menurut Soerjono Soekanto, kelompok adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan

Lebih terperinci

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN Keterampilan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap individu. Melalui komunikasi individu akan merasakan kepuasan, kesenangan atau

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Fakultas ILMU KOMUNIKASI Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Program Studi HUBUNGAN MASYARAKAT www.mercubuana.ac.id Perubahan Sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

BAB IX PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IX PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IX PENUTUP A. Kesimpulan Desa Pecuk, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah dengan lingkungan rentan giz, karena pendapatan masyarakatnya yang relatif rendah, pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IV.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut

Lebih terperinci