KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN BUAH PEPAYA CALLINA PADA UMUR PETIK DAN UMUR TANAMAN BERBEDA JAMILUDIN SUGITO A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN BUAH PEPAYA CALLINA PADA UMUR PETIK DAN UMUR TANAMAN BERBEDA JAMILUDIN SUGITO A"

Transkripsi

1 KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN BUAH PEPAYA CALLINA PADA UMUR PETIK DAN UMUR TANAMAN BERBEDA JAMILUDIN SUGITO A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya Callina pada Umur Petik dan Umur Tanaman Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2015 Jamiludin Sugito NIM A

4

5 ABSTRAK JAMILUDIN SUGITO. Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya Callina pada Umur Petik dan Umur Tanaman Berbeda. Dibimbing oleh KETTY SUKETI dan WINARSO DRAJAD WIDODO. Pemanenan dan penanganan pascapanen yang dilakukan dengan benar dan tepat waktu dapat meningkatkan umur simpan buah. Percobaan ini bertujuan mendapatkan kriteria kematangan pascapanen, kriteria umur simpan, dan kriteria akumulasi satuan panas pepaya Callina dari beberapa umur petik pada umur tanaman berbeda. Percobaan dilaksanakan pada bulan April hingga November 2014 di kebun petani pepaya Desa Leuwisadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Rancangan percobaan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak split plot dengan 3 ulangan. Petak utama adalah umur tanaman sedangkan anak petak adalah umur petik. Umur tanaman pada populasi tanaman pepaya berumur 9 bulan dan tanaman pepaya berumur 15 bulan, sedangkan perbedaan umur petik buah yaitu 120, 125, 130, 135, dan 140 hari setelah antesis. Umur tanaman tidak mempengaruhi kriteria kematangan pascapanen pepaya Callina pada 6 skala warna kulit buah. Umur petik buah mempengaruhi umur simpan, kekerasan kulit buah, kekerasan daging buah, padatan terlarut total, dan kandungan vitamin C. Umur petik terbaik dicapai pada 125 HSA (akumulasi satuan panas sebesar o C hari) karena memiliki kandungan mutu kimia dan mutu fisik yang baik dengan umur simpan 9 hari. Pepaya Callina dapat dipanen pada 120 HSA dengan akumulasi satuan panas o C hari. Umur simpan terlama pepaya Callina diperoleh pada umur petik 120 HSA dengan umur simpan 10 hari yang tidak berbeda dengan umur petik 125 HSA. Umur simpan terpendek pepaya Callina selama 4 5 hari diperoleh pada umur petik 135 dan 140 HSA. Kata kunci: antesis, mutu fisik, umur simpan

6 ABSTRACT JAMILUDIN SUGITO. Criteria of Postharvest Ripeness of Callina Papaya Fruit in Different Harvesting Date and Planting Age. Supervised by KETTY SUKETI and WINARSO DRAJAD WIDODO. Harvesting and postharvest handling with good practices and timely can increase shelf life of fruit. This experiment aims to get the maturity criteria of postharvest ripeness, shelf life, and heat unit accumulation of Callina papaya of some harvesting date on different planting age. The experiment was conducted at the papaya farmer s garden in Leuwisadeng, Bogor and Postharvest Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural University in April to November The research was arranged by split plot randomized block design with 3 replication. The main plot was planting age while sub plot was harvesting date. The planting age at papaya population that was 9 and 15 months, while difference harvesting date of fruit that was 120, 125, 130, 135, and 140 Days After Anthesis. Planting age doesn t effect criteria for post harvest maturity of Callina papaya on 6 colour scale of skin fruit. Harvesting date effect the shelf life, skin fruit hardness, flesh fruit hardness, total soluble solid content, and vitamin C content. The best harvesting date was achieved in 125 DAA (heat unit accumulation o C day) because the chemical quality and physical quality was good with the shelf life was 9 days. Callina papaya can be harvested on 120 DAA with heat unit accumulation o C day. The longest shelf life for Callina papaya obtained at harvesting date 120 DAA with 10 days of shelf life that not different with harvesting date 125 DAA. The shortest shelf life for Callina papaya during 4 5 days obtained at harvesting date 135 and 140 DAA. Keywords: anthesis, physical quality, shelf life

7 KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN BUAH PEPAYA CALLINA PADA UMUR PETIK DAN UMUR TANAMAN BERBEDA JAMILUDIN SUGITO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8

9 Judul Skripsi Nama NIM : Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya Callina pada Umur Petik dan Umur Tanaman Berbeda : Jamiludin Sugito : A Disetujui oleh Dr Ir Ketty Suketi, MSi Pembimbing I Ir Winarso Drajad Widodo, MS, PhD Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10

11 PRAKATA Segala puji hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya Callina pada Umur Petik dan Umur Tanaman Berbeda. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dan sebagai tugas akhir Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari peranan berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungannya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua penulis, Bapak Sugito dan Ibu Juanah serta seluruh keluarga atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya. 2. Dr Ir Ketty Suketi, MSi dan Ir Winarso Drajad Widodo, MS, PhD sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan panduan dan bimbingannya selama penelitian ini berlangsung. 3. Ir Megayani Sri Rahayu, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis belajar di Institut Pertanian Bogor. 4. Dr Ani Kurniawati, SP, MSi sebagai dosen penguji pada ujian tugas akhir yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan karya ilmiah ini. 5. Keluarga besar Beastudi Etos LPI DD Republika yang telah memberikan fasilitas beasiswa dan pembinaan pengembangan diri selama 6 semester penulis kuliah di Institut Pertanian Bogor. 6. Keluarga besar Genksi Social Fund (GSF) beasiswa alumni IPB angkatan 14 yang telah memberikan dukungan beasiswa pada tahun Ibu Uun Unaesih, Ibu Siti, Bapak Anwar, Ibu Andayani, Kakak Anni Kholida, Kakak Yaghi Permana, dan Kakak Endro Prasetyo yang telah memberikan nasihat, saran, dan masukan kepada penulis selama belajar di Institut Pertanian Bogor. 8. Keluarga Edelweiss 47 serta teman teman yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2015 Jamiludin Sugito

12

13 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Pepaya 2 Panen 3 Pascapanen 4 Produksi etilen 5 METODE PENELITIAN 5 Tempat dan Waktu Percobaan 5 Bahan Percobaan 5 Peralatan Percobaan 5 Prosedur Percobaan 6 Pengamatan 7 Analisis Data 10 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Rekapitulasi Sidik Ragam 11 Umur simpan 12 Mutu Fisik 14 Mutu Kimia 15 KESIMPULAN DAN SARAN 17 Kesimpulan 17 Saran 17 DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 24

14 DAFTAR TABEL 1 Rekapitulasi sidik ragam 11 2 Satuan panas dan umur simpan pepaya 13 3 Kualitas fisik pepaya Callina pada skala warna Kualitas kimia pepaya Callina pada skala warna 5 15 DAFTAR GAMBAR 1 Keragaan tanaman pepaya pada umur tanaman berbeda 6 2 Pengukuran susut bobot buah pepaya Callina 8 3 Perubahan warna kulit buah pepaya Callina 8 4 Pengukuran kekerasan buah pepaya Callina 9 5 Perubahan warna kulit buah pepaya Callina hasil penelitian 12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Deskripsi pepaya Callina 21 2 Sidik ragam pengaruh umur tanaman dan umur petik terhadap umur simpan pepaya Callina 21 3 Sidik ragam pengaruh umur tanaman dan umur petik terhadap susut bobot pepaya Callina 21 4 Sidik ragam pengaruh umur tanaman dan umur petik terhadap kekerasan kulit buah pepaya Callina 22 5 Sidik ragam pengaruh umur tanaman dan umur petik terhadap kekerasan daging buah pepaya Callina 22 6 Sidik ragam pengaruh umur tanaman dan umur petik terhadap padatan terlarut total pepaya Callina 22 7 Sidik ragam pengaruh umur tanaman dan umur petik terhadap asam tertitrasi total pepaya Callina 23 8 Sidik ragam pengaruh umur tanaman dan umur petik terhadap kandungan vitamin C pepaya Callina 23

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) dari keluarga Caricaceae adalah salah satu jenis buah yang diusahakan secara komersial di banyak negara. Pepaya mengandung nutrisi yang tinggi diantaranya vitamin A, vitamin C, kalsium, dan karbohidrat. Potensi luar biasa secara komersial menjadikan pepaya sebagai komoditas yang diutamakan di India (Singh et al. 2012). Jumlah konsumsi per kapita nasional tahun mencapai kg, pada urutan ke 3 terbanyak dikonsumsi setelah pisang dan rambutan (PKHT 2013). Produksi pepaya tahun 2013 mencapai ton (BPS 2015), dengan total volume ekspor dan volume impor masing masing sebesar 468 dan 299 ton (PKHT 2013). Jika dikaitkan data volume ekspor terhadap data produksi pepaya nasional, jumlah konsumsi per kapita, dan volume impor sangat memprihatinkan, bahkan nilai ekspor impor pepaya pada tahun 2012 menunjukkan bahwa nilai ekspor hanya mencapai US dolar sedangkan nilai impor sebesar US dolar (Ditjenhort 2013). Hal hal yang menyebabkan nilai komoditas pepaya menurun yaitu kualitas pepaya yang tidak sesuai standarisasi GHP (Good Handling Practices) dan tidak memenuhi keinginan konsumen. Penanganan pascapanen yang baik dan benar diperlukan untuk menghasilkan kualitas buah yang menjamin keamanan pangan dan memenuhi keinginan konsumen. Berdasarkan BSN (2009), ketentuan minimum varietas komersial dari pepaya (Carica papaya L.) famili Caricaceae yang dipasarkan untuk konsumsi segar setelah penanganan dan pengemasan adalah utuh, penampilan buah segar, bertekstur padat, layak konsumsi, bersih, bebas dari benda benda asing yang tampak, bebas dari hama dan penyakit, bebas dari memar, bebas dari kerusakan akibat temperatur rendah dan atau tinggi, bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal, bebas dari aroma dan rasa asing, dan tangkai buah memiliki panjang tidak lebih dari 3 cm. Mengacu pada PKBT (2004), penampilan fisik adalah hal pertama yang dilihat konsumen saat memilih buah buahan. Sifat sifat buah pepaya yang diinginkan untuk konsumsi segar adalah berukuran kecil medium ( kg per buah) atau besar (bobot buah kurang dari 3 kg per buah), warna daging buah jingga sampai merah, mempunyai warna kulit hijau dengan warna merah jingga di selanya, rongga buah kecil, kulit buah halus, buah dari bunga hermafrodit, bentuk lonjong, tekstur padat, rasa manis dan tidak ada pahitnya atau rasa getah, shelf life lama, dan beraroma khas. Sentra produksi pepaya tersebar di berbagai daerah di Indonesia, diantaranya DKI Jakarta: Jagakarsa; Jawa Barat: Sukabumi, Cibinong, dan Citayam; Jawa Tengah: Pati, Kudus, Banyumas, Cilacap, Kesugihan, Pringsurat, Boyolali, dan Musuk; DI Yogyakarta: Sleman; Jawa Timur: Turen (Malang); Lampung Tengah: Metro; Sulawesi Selatan: Toraja; dan Sulawesi Utara: Manado (Sunarjono 2007). Berbagai macam tujuan pasokan buah pepaya mulai dari pasar tradisional, swalayan, dan ekspor. Sampai saat ini presentase pasokan buah paling besar dipasok ke pasar tradisional, kemudian swalayan, dan terakhir ekspor. Pengendalian mutu dalam pemenuhan standarisasi yang cukup ketat pada pasokan swalayan dan ekspor menjadi kendala bagi petani buah pepaya dari skala kecil sampai dengan skala besar (Basulto et al. 2009). Buah pepaya yang diangkut

16 2 melalui udara harus dipertimbangkan dengan manajemen yang tepat seperti suhu, jenis kultivar, dan stadia kematangan buah. Suhu panas atau dingin selama penanganan pascapanen dapat menimbulkan kerugian yang sangat signifikan pada tingkat konsumen (Nunes et al. 2006). Pemanenan dan penanganan pascapanen buah yang dilakukan dengan benar dan tepat waktu dapat meningkatkan umur simpan buah (Suketi et al. 2010a). Salah satu masalah penanganan pascapanen adalah penentuan indeks panen yang masih belum dikembangkan. Hal ini mempengaruhi mutu dan kualitas pepaya akibat terlalu cepat atau lambat dilakukan pemetikan. Semakin tua umur panen atau semakin lama waktu simpan, persentase warna kulit buah yang berwarna kuning semakin besar, dan buah semakin lunak (Suketi et al. 2007). Tanaman pepaya Callina mulai berbunga pada umur 4 bulan setelah tanam dan buah dapat dipanen pada umur 8.5 bulan setelah tanam (PKBT 2010), namun belum ada penelitian yang menjelaskan irama pertumbuhan dan perkembangan buah pepaya. Berdasarkan hasil penelitian PPKKI (2010) pada tanaman kakao periodisitas musim berbunga dipengaruhi oleh umur tanaman dan berhubungan dengan irama pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Pada tanaman muda pertumbuhan didominasi oleh pertumbuhan vegetatif, kemudian setelah berumur 3 4 tahun pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan berjalan berurutan bahkan didominasi oleh perkembangan yaitu pembungaan dan pembentukan buah. Penelitian tentang penyimpanan pascapanen pepaya telah banyak dilakukan, namun hasil yang diperoleh belum memuaskan karena informasi indeks panen belum tersedia. Intensitas pembungaan pada umur tanaman tertentu akan berkolerasi dengan kualitas dan kuantitas buah pepaya yang dihasilkan. Informasi mengenai kisaran umur tanaman pepaya Callina yang optimal dalam menghasilkan kualitas dan kuantitas buah akan sangat membantu dalam memperkirakan umur produksi kebun pepaya yang diupayakan dalam usaha pertanian. Budidaya dalam skala besar memerlukan lebih banyak informasi tentang sifat fisiologi tanaman pepaya pada beberapa umur tanaman yang akan berguna bagi manajemen budidaya untuk efisiensi dan optimalisasi produksi buah pepaya yang diusahakan secara komersial. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang kriteria kematangan panen, kriteria umur simpan, dan kriteria akumulasi satuan panas pepaya Callina dari beberapa umur petik pada umur tanaman berbeda. Tujuan Penelitian Percobaan ini bertujuan mendapatkan kriteria kematangan pascapanen, kriteria umur simpan, dan kriteria akumulasi satuan panas pepaya Callina dari beberapa umur petik pada umur tanaman berbeda. TINJAUAN PUSTAKA Pepaya Tanaman pepaya banyak dibudidayakan baik di daerah tropis maupun subtropis. Pepaya dapat ditanam di daerah daerah basah dan kering

17 3 atau di daerah daerah dataran dan pegunungan sampai ketinggian m dpl (BAPPENAS 2000). Secara umum tanaman pepaya tumbuh optimal pada ketinggian m dpl. Pertumbuhan pepaya menjadi lambat dan memiliki rasa kurang manis pada ketinggian di atas 500 m dpl, selain itu penanaman pepaya pada dataran tinggi menyebabkan mudah terserang penyakit karena kelembaban udara relatif tinggi (Sujiprihati dan Suketi 2009). Tanaman pepaya tumbuh dengan baik pada lahan dengan ph atau ph netral. Pada ph netral unsur hara utama, seperti nitrogen, fosfor, kalium, belerang, kalsium, dan magnesium tersedia dalam jumlah optimal. Pepaya tergolong tanaman yang memerlukan cahaya penuh (Kalie 1999). Tanaman pepaya yang mendapat sinar matahari dalam jumlah banyak lebih cepat berbunga dan berbuah, mempercepat proses pemasakan buah dan mempengaruhi kemanisan buah. Curah hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman pepaya adalah berkisar antara sampai mm/tahun. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman pepaya berkisar antara 22 sampai 26 o C, sedangkan suhu minimum 15 o C dan suhu maksimum 43 o C (BPTBT 2008). Pada penelitian lain tanaman pepaya berproduksi secara optimal pada suhu 25 sampai 30 o C dan cocok ditanam pada daerah curah hujan mm/tahun dengan bulan kering (CH<600 mm) selama 3 4 bulan (Sujiprihati dan Suketi 2009). Pepaya digolongkan dalam 3 kelas mutu, yaitu kelas super, kelas A, dan kelas B. Kelas super merupakan buah bermutu paling baik, mencerminkan ciri varietas komersial, bebas dari kerusakan atau presentasi kerusakan sangat kecil. Kelas A merupakan buah bermutu baik memiliki kriteria dengan kerusakan kecil yaitu sedikit penyimpangan pada bentuk, sedikit kerusakan pada kulit buah, dan total kerusakan tidak lebih 1% dari luas permukaan kulit. Kelas B merupakan buah bermutu baik memiliki kriteria dengan kerusakan yang diperbolehkan, yaitu penyimpangan pada bentuk, penyimpangan warna, kerusakan pada kulit buah, sedikit terdapat serangan hama dan penyakit, total kerusakan maksimum 15% dari luas permukaan kulit, dan tidak mempengaruhi daging buah (BSN 2009). Panen Pepaya dipanen pada stadium mendekati matang pohon, yakni setelah buah menunjukkan garis garis menguning (Sunarjono 2007). Tanaman pepaya dapat dipanen setelah berumur 9 12 bulan. Buah pepaya yang dipetik harus menunjukkan tanda tanda kematangan, yaitu warna kulit buah mulai menguning. Namun banyak petani yang memetik buah pepaya saat buah belum terlalu matang. Periode panen pepaya pada umumnya dilakukan setiap 10 hari (DPTP Jawa Barat). Berdasarkan penelitian Suketi (2011) buah pepaya genotipe IPB 9 dapat dipanen pada stadia kematangan buah 25% yaitu pada 130 Hari Setelah Antesis (HSA). Stadia kematangan tersebut merupakan awal waktu pemanenan yang sudah tepat untuk buah pepaya yang bersifat klimakterik dan dikonsumsi pada stadia kematangan buah 75% (140 HSA). Mengacu pada BPPT (2007) pemanenan pepaya dilakukan pada pagi hari (pukul ) atau sore hari (pukul ) dalam keadaan cerah. Setiap pohon diperkirakan dapat menghasilkan 30 buah bahkan sampai 150 buah. Setelah panen pertama, pohon pepaya terus menerus berbuah, sebaliknya sesudah 4 tahun kebun tersebut harus dibongkar.

18 4 Pascapanen Tanaman pepaya merupakan jenis tanaman buah buahan tropis yang tergolong cepat menghasilkan. Tingkat kemasakan buah pepaya biasanya dibagi menjadi 5 kriteria, yaitu: 1) Buah muda, buah muda adalah buah yang masih dalam proses pertumbuhan dan pembentukan ke arah tingkat buah tua. Bentuk, bobot, dan komposisi buah masih belum utuh dan belum lengkap. Kulit buah berwarna hijau muda dan mengandung banyak getah. Daging buah dan biji masih berwarna putih. Bila dipetik masih mengeluarkan banyak getah. Bila diperam atau dikarbit buah akan masak tidak sempurna. Kulit dan daging buah berwarna pucat dan rasanya tawar bahkan terasa pahit. 2) Buah tua (green mature stage), buah tua ditandai dengan warna kulit yang masih hijau. Getah sudah banyak berkurang dan encer. Daging buah masih keras, tetapi bagian dalamnya mulai tampak perubahan warna. 3) Buah mengkal (firm ripe stage), buah mengkal ditandai dengan kulit buah mulai menguning, terutama di bagian ujung buah. Daging buah masih keras, tetapi bagian dalam telah berubah warna. 4) Buah masak (ripe stage), seluruh kulit buah telah berubah warna menjadi kuning atau kuning kemerahan. Daging buah seluruhnya telah lunak dan berwarna kuning atau merah menyala. Rasanya manis segar, beraroma, dan berair banyak. 5) Buah masak bonyok (over ripe stage), buah sudah terlalu masak. Kulit dan daging buah sangat lembek. Rasa daging buah sudah tidak enak dan ada rasa pahitnya. Pada beberapa bagian buah tersebut terdapat antraknosa (BPTBT 2008). Buah pepaya genotipe IPB 9 memiliki daya simpan selama 6 7 hari (Suketi 2011). Proses penanganan pascapanen meliputi sortasi, pencucian, pencelupan fungisida, pengeringan, klasifikasi berdasarkan mutu (grading), dan pengemasan (Kwok et al. 1999). Penanganan pascapanen bertujuan meningkatan kualitas dan mutu pepaya untuk memenuhi standar GHP (Good Handling Practices) dan memenuhi keinginan konsumen (PKBT 2004). Hasil penelitian Basulto et al. (2009) tentang indikator kematangan pascapanen pepaya Maradol menjelaskan bahwa perubahan warna kulit buah disebabkan oleh kenaikan luminositas (kecerahan) dan warna kuning, bukan karena hilangnya warna hijau. Perubahan warna kulit yang dijadikan indikator memberikan banyak informasi tentang indeks kematangan pascapanen buah pepaya. Skala warna kulit buah pada tahap kematangan tertentu meliputi matang hijau dengan warna hijau penuh, skala 1 dengan warna hijau disertai garis kuning muda, skala 2 dengan warna hijau disertai garis kuning lebih banyak, skala 3 dengan satu atau lebih garis garis warna jingga, skala 4 dengan warna jingga dan sebagian hijau muda, skala 5 dengan warna jingga penuh yang merupakan karakteristik pepaya Maradol, dan skala 6 sama seperti skala 5 hanya saja warna jingga lebih gelap. Berdasarkan nilai warna dan sifat kematangan buah, skala 1 dan 2 adalah waktu yang tepat pemanenan buah pepaya untuk pengiriman jarak jauh (ekspor), sementara buah yang dipanen pada skala 3 untuk pasar lokal. Hasil penelitian Kwok et al. (1999) menjelaskan bahwa buah pepaya Eksotika untuk ekspor dipanen pada saat skala warna 2, skala 3 untuk pasar lokal, sementara skala 4, 5, dan 6 dianggap terlalu matang untuk penanganan dan pengangkutan. Perubahan kekerasan daging buah yang signifikan pada skala 1, 3, dan 4 pada buah pepaya Maradol menunjukkan bahwa terdapat tingkat kekerasan pada skala tertentu untuk layak konsumsi. Skala 5 merupakan tahap kematangan

19 5 pepaya yang sudah sesuai untuk dikonsumsi karena memiliki kandungan Padatan Terlarut Total (PTT) paling tinggi yang tidak berbeda dengan skala 6 dan tingkat kekerasan (firm) yang sesuai (Basulto et al. 2009). Hasil penelitian Bari et al. (2006) menyatakan bahwa kandungan vitamin C pada stadia kematangan awal meningkat kemudian menurun pada buah yang disimpan sampai mendekati busuk, berdasarkan hal tersebut skala 6 sangat rentan dengan kondisi busuk yang memiliki kandungan air berlebih sehingga kandungan vitamin C sangat mudah hilang. Produksi Etilen Etilen dikategorikan sebagai hormon alami untuk penuaan dan pemasakan, secara fisiologis sangat aktif dalam konsentarsi sangat rendah (<0.005 ul/l) (Wills et al. 1998). Kemasakan buah klimakterik seperti pepaya (Carica papaya L.) diduga disebabkan oleh aktivitas gas etilen disertai proses penyusutan yang mempengaruhi kualitas pascapanen dan kerusakan buah (Ahmad et al. 2013). Etilen secara alami berperan sangat penting pada proses fisiologi pascapanen, baik yang bersifat menguntungkan maupun yang merugikan, diantaranya mempercepat senesen dan menurunkan umur simpan, memicu respirasi klimakterik, mempercepat, dan menyeragamkan pemasakan (Kays 1997). METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan dilaksanakan pada bulan April hingga November Penandaan buah dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2014 di kebun milik petani pepaya seluas 1.5 hektar dengan jumlah pohon pepaya sebanyak pohon pada 2 umur tanaman berbeda yaitu 9 bulan dan 15 bulan. Lokasi kebun di Desa Leuwisadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Pengujian pascapanen dilaksanakan pada bulan September 2014 di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB Darmaga, Bogor. Bahan Percobaan Bahan utama yang digunakan dalam percobaan ini adalah buah pepaya Callina dengan umur petik dan umur tanaman berbeda. Deskripsi pepaya Callina disajikan pada Lampiran 1. Bahan perlakuan yang digunakan yaitu larutan natrium hipoklorit 5.25% sebagai desinfektan, larutan iodine 0.01 N, NaOH 0.1 N, indikator Phenolphthalein, tepung kanji, dan aquades. Peralatan Percobaan Alat yang digunakan adalah termometer, timbangan analitik, stoples, hand refractometer, penetrometer, blender, labu takar, dan alat alat titrasi lainnya.

20 6 Prosedur Percobaan Penandaan buah Penandaan buah dilakukan pada bulan April 2014 di kebun pepaya milik petani Desa Leuwisadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor. Penandaan buah dilakukan untuk mendapatkan buah pepaya dengan umur petik yang diinginkan. Bunga yang ditandai adalah bunga dari tanaman hermafrodit. Penandaan buah dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu waktu panen, dihitung mundur sesuai dengan umur petik setelah antesis. Buah dipanen serentak dengan umur petik yang telah ditentukan yaitu 120, 125, 130, 135, dan 140 HSA pada umur tanaman 9 dan 15 bulan sehingga dalam sekali panen terdapat buah pepaya dengan 5 umur petik berbeda pada masing masing umur tanaman berbeda. Mengacu pada Kalie (1999), penandaan dilakukan setiap hari diantara pukul pagi yang merupakan waktu bunga hermafrodit mekar penuh. Keragaan tanaman pepaya pada umur tanaman berbeda (Gambar 1). Pemupukan dilakukan 3 bulan sekali dengan dosis 300 g ZA, 200 g Urea, 250 g TSP, dan 250 g KCl per pohon. Pengendalian hama dilakukan 1 minggu sekali dengan pengaplikasian pestisida dan penyiangan gulma dilakukan 1 bulan sekali. (a) Gambar 1 Keragaan tanaman pepaya pada umur tanaman berbeda; (a) umur 15 bulan, (b) umur 9 bulan. Pemanenan, pengangkutan, dan penanganan buah Pemanenan buah pepaya dilakukan pada 120, 125, 130, 135, dan 140 hari setelah antesis (HSA). Pepaya yang dibutuhkan untuk sekali panen sebanyak 15 buah pada masing masing populasi umur tanaman, sehingga buah yang dibutuhkan sekali panen berjumlah 30 buah. Mengacu pada BPPT (2007) pemanenan buah dilakukan pagi hari pada pukul dengan cara dipetik untuk menghindari terjadinya goresan atau luka. Gesekan, goresan, atau luka membuat buah pepaya menjadi cacat sehingga warna kulit maupun penampilan buah menjadi tidak utuh. Hal tersebut menyebabkan infeksi mikroorganisme sehingga daya simpan buah menjadi berkurang. Setiap buah dibungkus dengan koran lalu dimasukkan dalam kotak karton (Kalie 1999). Kemudian buah diangkut ke Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Buah yang telah dibawa ke laboratorium dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan. (b)

21 7 Buah yang sudah kering dicelupkan ke dalam larutan natrium hipoklorit 5.25% selama 30 detik untuk mengendalikan cendawan yang terdapat pada kulit buah, ini mengacu pada hasil penelitian Suketi et al. (2015). Buah pepaya Callina yang telah dicelupkan kedalam larutan tersebut kemudian diletakkan ke dalam stoples ukuran 5 L. Pengamatan Pengamatan yang dilakukan dalam percobaan meliputi suhu harian rata rata, bobot buah, kekerasan daging buah dan kulit buah, padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), dan kandungan vitamin C. Suhu Harian Rata rata Pencatatan suhu harian dilakukan dengan memasang termometer maksimum minimum di lapangan. Pengamatan suhu maksimum dan suhu minimum dilakukan setiap hari di lapang untuk menentukan satuan panas yang diterima buah pepaya Callina selama proses perkembangan buah dari bunga antesis hingga pemanenan. Akumulasi panas yang diterima selanjutnya disebut satuan panas. Menurut Leclerc (2003), secara umum tanaman Angiospermae dengan tipe fotosisntesis C4 masih dapat melangsungkan proses fotosintesis pada suhu 5 10 o C kemudian mulai meningkat setelah melebihi suhu 10 o C dan meningkat signifikan setelah melebihi suhu 20 o C. Goldsworthy dan Fisher (1992) menjelaskan bahwa pengaruh fotoperiode dan suhu harian rata rata terhadap hari penanaman sampai pembungaan pada perlakuan kultivar kacang Tunggak peka fotoperiode menunjukkan fotoperiode kritis pada suhu 10 o C. Berdasarkan hal tersebut maka suhu dasar yang digunakan sebesar 10 o C. Menurut Boote dan Gardner (1998), akumulasi panas yang diterima diperoleh melalui penjumlahan rata rata suhu maksimum dan suhu minimum dikurangi suhu dasar. Berikut persamaannya: SP n = ( t maks (i) + t min (i) /2) t b Keterangan: SP n = akumulasi panas sampai hari ke n ( o Cd) t maks (i) = suhu maksimum harian ( o C) t min (i) = suhu minimum harian ( o C) tb = suhu dasar ( o C) i n = hari setelah tanam = hari pada fase tertentu Menurut Zulkarnain (2009) satuan panas mempengaruhi metabolisme dan penyerapan nutrisi mineral oleh tanaman karena proses fotosintesis dan transpirasi meningkat seiring dengan meningkatnya suhu sampai batas maksimal. Susut Bobot Persamaan untuk menghitung hasil susut bobot buah mengacu pada hasil penelitian Suketi et al. (2015), yaitu: Susut bobot = bobot awal bobot akhir x 100% bobot awal

22 8 Pengukuran susut bobot dilakukan dengan menimbang buah pepaya pada hari ke 0 setelah panen sebagai bobot awal dan pada saat buah matang sebagai bobot akhir. Ilustrasi pengukuran susut bobot terdapat pada Gambar 2. (a) Gambar 2 Pengukuran susut bobot buah pepaya Callina; (a) bobot awal buah, (b) bobot akhir buah. Warna kulit buah Mengacu pada penelitian Suketi et al. (2010b) dan Suketi et al. (2015) perubahan warna kulit buah berdasarkan 6 skala warna kulit buah, yaitu muncul semburat warna kuning pada kulit buah (stadia I), warna kuning 25 49% pada kulit buah (stadia II), warna kuning 50 74% pada kulit buah (stadia III), warna kuning diatas 75% pada kulit buah (stadia IV), warna kuning penuh 100% pada kulit buah (stadia V), dan lewat matang (over ripe). Hal ini sesuai dengan pengamatan Kwok et al. (1999), yaitu nilai 1 = hijau; 2 = hijau semburat kuning pada pangkal buah; 3 = hijau lebih banyak dari pada kuning; 4 = kuning lebih banyak dari pada hijau; 5 = kuning sedikit hijau pada ujung buah; 6 = kuning penuh atau orange. Hasil penelitian Suketi et al. (2015) menjelaskan indeks skala warna 4 dijadikan acuan dalam menentukan umur simpan buah. Hal ini berdasarkan kriteria layak jual dan konsumsi karena telah mencapai matang. Perubahan warna kulit buah yang diamati mengacu pada penelitian Suketi et al. (2010b) dan Suketi et al. (2015) pada 6 skala warna kulit buah pepaya (Gambar 3). (b) Sumber: Suketi et al. (2015) Gambar 3 Perubahan warna kulit buah pepaya Callina Kekerasan daging dan kulit buah Pengukuran kekerasan daging buah dan kulit buah dilakukan dengan menggunakan penetrometer pada 3 bagian buah yang berbeda, yaitu pangkal, tengah, dan ujung buah. Buah pepaya dikupas terlebih dahulu untuk melakukan

23 9 pengukuran kekerasan daging buah, sedangkan pengukuran kekerasan kulit buah dilakukan tanpa pengupasan buah. Pengukuran dilakukan saat buah matang yaitu pada skala 5 warna kulit buah. Satuan yang diperoleh dari alat adalah mm/50 g/5 detik dan data dikonversi ke dalam satuan mm/g/detik. Ilustrasi pengukuran kekerasan daging buah dan kulit buah dapat dilihat pada Gambar 4. (a) Gambar 4 Pengukuran kekerasan buah pepaya Callina; (a) kekerasan kulit buah, (b) kekerasan daging buah. Padatan terlarut total Padatan terlarut total (PTT) diukur menggunakan alat hand refractometer. Pengukuran dilakukan dengan cara: buah dikupas dan dipotong potong, kemudian dihancurkan dengan blender hingga halus. Beberapa tetes dari cairan hasil blender diambil dan diteteskan pada permukaan prisma hand refractometer. PTT dapat diketahui dengan melihat angka yang tertera pada skala alat. Satuan yang digunakan adalah o Brix. Pengukuran PTT dilakukan saat buah masak yaitu warna kuning penuh 100% (Stadia V). Asam tertitrasi total Asam tertitrasi total (ATT) diukur dengan metode titrimetri. Pengukuran kandungan ATT buah dengan cara menghancurkan daging buah sebanyak 25 g kemudian disaring dengan menambahkan aquades dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, larutan diambil sebanyak 25 ml dan ditambahkan 2 tetes indikator Phenolphthalein, kemudian dititrasi dengan NaOH 0.1 N hingga larutan berubah menjadi warna merah muda. Titrasi dilakukan 2 kali. Pengukuran dilakukan saat buah matang. Mengacu pada Sibarani et al. (1986), kandungan ATT dalam buah dihitung dengan menggunakan persamaan: Asam Tertitrasi Total (mg/100 g bahan) = ml NaOH x 0.1 N x fp x100 Bobot contoh (g) Keterangan: N = Normalitas larutan NaOH (0.1 N) Fp = Faktor pengenceran (100 ml/25 ml) Kandungan vitamin C Kandungan vitamin C diukur dengan titrasi menggunakan iodine dan 3 4 tetes indikator larutan amilum dengan konsentrasi 1g/100 ml. Larutan amilum dibuat dengan cara mencampurkan tepung kanji sebanyak 1 g ke dalam aquades (b)

24 ml. Pengukuran kandungan vitamin C dilakukan dengan cara menghancurkan daging buah sebanyak 25 g kemudian disaring dengan menambahkan aquades dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, larutan diambil sebanyak 25 ml dan diberi 3 4 tetes indikator larutan amilum kemudian dititrasi dengan iodine. Titrasi dilakukan sampai terbentuk warna biru tua yang stabil. Mengacu pada Sudarmadji et al. (1984), kandungan vitamin C dihitung menggunakan persamaan: Vitamin C (mg/100 mg bahan) = ml Iodine 0.01 N x 0.88 x fp x 100 Bobot contoh (g) Keterangan: N = Normalitas larutan iodine (0.01 N) Fp = Faktor pengenceran (100 ml/25 ml) 1 mg iodine 0.01 N = 0.88 mg asam askorbat Analisis Data Percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) split plot dengan umur tanaman pepaya sebagai petak utama dan umur petik sebagai anak petak. Umur tanaman pada populasi tanaman pepaya berumur 9 bulan dan tanaman pepaya berumur 15 bulan, sedangkan perbedaan umur petik buah yaitu 120, 125, 130, 135, dan 140 hari setelah antesis (HSA). Umur petik 130 dan 140 HSA mengacu pada penelitian Suketi (2011), buah pepaya genotipe IPB 9 dapat dipanen pada stadia kematangan buah 25% (130 HSA) dan dikonsumsi pada stadia kematangan buah 75% (140 HSA). Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 30 satuan percobaan dengan 3 buah pepaya per satuan percobaan. Model statistik yang digunakan adalah: Y ijk = μ + γ i + α j + ε a + β k + (αβ) jk + ε b Keterangan: Y ijk = nilai pengamatan pengaruh faktor A ke j, faktor B ke k, dan kelompok ke i, μ = rataan umum, γi = nilai tambah pengaruh kelompok ke i, αj = nilai tambah pengaruh faktor A ke j, εa = pengaruh galat a, βk = nilai tambah pengaruh faktor B ke k, (αβ)jk = nilai tambah pengaruh interaksi faktor A ke j dengan faktor B ke k, εb = pengaruh galat b Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F. Hasil uji F yang menunjukkan perbedaan nyata diuji lanjut dengan menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.

25 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Rekapitulasi Sidik Ragam Hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan umur tanaman tidak mempengaruhi semua peubah pengamatan. Perlakuan umur petik sangat mempengaruhi umur simpan buah. Pada kualitas fisik buah perlakuan umur petik sangat mempengaruhi kekerasan kulit buah dan kekerasan daging buah, tetapi tidak mempengaruhi susut bobot. Sementara itu pada kualitas kimia buah, umur petik pepaya tidak mempengaruhi asam tertitrasi total (ATT), tetapi sangat mempengaruhi padatan terlarut total (PTT), dan kandungan vitamin C. Tabel sidik ragam pengaruh umur tanaman dan umur petik terhadap semua peubah pengamatan disajikan pada Lampiran 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Berdasarkan penelitian Suketi et al. (2010a) stadia kematangan saat buah dipanen tidak mempengaruhi karakter fisik buah, sedangkan karakter kimia buah yang dipengaruhi ialah kandungan padatan terlarut total dan kandungan vitamin C. Penelitian Taris et al. (2015) menunjukkan mutu fisik pepaya Callina pada tingkat kematangan pascapanen yang sama tidak dipengaruhi umur petik ( HSA). Pada Tabel 1 diperoleh koefisien keragaman tidak lebih dari 20%, yaitu koefisien keragamaan pada umur simpan, kualitas fisik, dan kualitas kimia buah berkisar 9.42% 18.03%. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) nilai koefisien keragaman (KK) di bidang pertanian yang dianggap wajar adalah 20 25%. Hal tersebut menunjukkan tingkat ketelitian percobaan cukup baik. Hasil rekapitulasi sidik ragam percobaan kriteria kematangan pascapanen buah pepaya Callina pada umur petik dan umur tanaman berbeda dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam Peubah Umur tanaman Umur petik Interaksi KK pengamatan KT F KT F KT F (%) Umur simpan tn ** tn Kualitas fisik Susut bobot tn tn tn Kekerasan tn ** tn kulit buah Kekerasan tn ** tn daging buah Kualitas kimia PTT tn ** tn 9.42 ATT tn tn tn Vitamin C tn ** tn Keterangan: PTT = Padatan Terlarut Total ATT = Asam Tertitrasi Total KT = Kuadrat Tengah KK = Koefisien Keragaman ** = nyata pada taraf 1% * = nyata pada taraf 5% tn = tidak nyata

26 12 Umur Simpan Umur simpan mulai diamati sejak 0 hari setelah panen (HSP) hingga warna kulit buah pepaya mencapai skala warna 5. Perubahan warna kulit buah pepaya Callina dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Perubahan warna kulit buah pepaya Callina hasil penelitian; (1) hijau, (2) hijau dengan sedikit kuning, (3) hijau kekuningan, (4) kuning lebih banyak dari hijau, (5) kuning dengan ujung hijau, (6) kuning penuh. Hasil percobaan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan umur tanaman tidak mempengaruhi lama umur simpan, sedangkan semakin tua umur petik maka semakin cepat kematangan pascapanen sehingga masa simpan buah semakin singkat. Dengan demikian umur petik sangat mempengaruhi umur simpan. Pepaya Callina dapat dipanen pada umur petik 120 HSA dengan akumulasi satuan panas mencapai o C hari, semakin lama umur petik semakin besar akumulasi satuan panas yang diperoleh buah (Tabel 2). Penelitian Taris et al. (2015) yang dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2014, pepaya Callina dipanen setelah mencapai satuan panas o C hari pada umur petik 115 HSA, satuan panas o C hari pada 120 HSA, satuan panas o C hari pada 125 HSA, dan o C hari pada 130 HSA. Suhu minimum yang dihasilkan pada percobaan adalah 19 o C, sedangkan penelitian Taris et al. (2015) sebesar 16 o C. Hasil penelitian Crane (2006) menunjukkan pertumbuhan buah menurun begitu pula tingkat kemanisan dan ukuran buah pepaya pada suhu kritis. Suhu melebihi 32 o C menyebabkan bunga rontok dan suhu terendah kurang dari 15 o C mencegah terjadinya pembungaan atau menghambat pembentukan buah normal. Nakasone dan Paull (1999) lebih dahulu menjelaskan bahwa suhu optimum berkisar 21 dan 33 o C. Pepaya sangat sensitif dengan cuaca dingin dan jika suhu turun dibawah o C beberapa jam saat malam hari dapat memberikan beberapa pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Umur petik 140 HSA adalah umur petik paling tua dengan umur simpan 4.67 HSP. Umur petik 120 HSA adalah umur petik paling muda dengan umur simpan HSP (Tabel 2). Hal ini sesuai penelitian Taris et al. (2015) bahwa buah pepaya yang dipetik tua lebih cepat mencapai kematangan pascapanen dibandingkan dengan buah pepaya yang dipetik muda. Perlakuan kontrol pada pepaya Callina penelitian Pratiwi et al. (2014) yang dipanen pada stadium matang hijau (± HSA) memiliki umur simpan 10 HSP, perlakuan kontrol pepaya Callina pada penelitian Rini (2008) yang dipanen pada stadia I memiliki umur

27 13 simpan 12 HSP, begitu pula pada penelitian Suketi et al. (2015) perlakuan kontrol pepaya Callina yang dipanen pada stadia I memiliki umur simpan HSP. Hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan lama umur simpan lebih singkat dibanding penelitian sebelumnya. Metode penentuan umur petik pada penelitian sebelumnya tidak dibarengi dengan penandaan bunga antesis pada tanaman pepaya hermafrodit sehingga diduga data yang diperoleh tidak valid. Hal tersebut sangat dimungkinkan karena metode yang digunakan hanya wawancara pada petani atau pengurus teknis kebun penelitian. Perbedaan persepsi, kesalahan perkiraan, dan keterbatasan lainnya tanpa dilakukan percobaan dengan parameter pengukuran yang sama akan menghasilkan data dengan keragaman sangat tinggi sehingga berpengaruh pada fisiologi buah yang dijadikan bahan penelitian tersebut. Menurut Zulkarnain (2009) fisiologi buah berkaitan erat dengan stadia kematangan buah yang mempengaruhi lama umur simpan buah setelah dipanen. Hasil penelitian Suketi (2011) menunjukkan buah pepaya genotipe IPB 9 yang dipanen pada umur petik 130 HSA memiliki daya simpan selama 6 7 hari. Hasil penelitian tersebut dijadikan acuan paling sesuai dibanding hasil penelitian lainnya, selain itu hasil penelitian Taris et al. (2015) yang dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2014 menunjukkan buah pepaya Callina pada umur petik 120 HSA memiliki umur simpan 6 hari, umur petik 125 HSA memiliki umur simpan 5 hari, dan umur petik 130 HSA memiliki umur simpan 4 hari. Faktor prapanen khususnya suhu mempengaruhi kondisi pepaya saat dipanen. Suhu mempengaruhi metabolisme dan penyerapan nutrisi mineral oleh tanaman karena tingkat transpirasi meningkat dengan meningkatnya suhu. Hasil penelitian Nunes et al. (2006) menunjukkan suhu panas atau dingin selama penanganan pascapanen dapat menimbulkan kerugian yang sangat signifikan pada tingkat konsumen. Zulkarnain (2009) menjelaskan waktu panen sangat ditentukan oleh jenis atau varietas tanaman, hari tanam atau hari berbunga, dan kondisi lingkungan selama musim tanam. Buah yang dipanen sebelum memasuki fase matang fisiologis menyebabkan kualitas buah sangat cepat menurun. Umur simpan dan satuan panas pepaya Callina saat mencapai skala 5 dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2 Satuan panas dan umur simpan pepaya Callina Perlakuan Umur simpan (HSP) Satuan panas ( o C hari) Umur tanaman 9 bulan bulan 7.67 Umur petik Umur simpan (HSP) 120 HSA 10.11a HSA 9.05ab HSA 8.27b HSA 5.33c HSA 4.67c Keterangan: Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α = 5%.

28 14 Mutu Fisik Kelayakan konsumsi sesuai keinginan konsumen sangat berkaitan dengan mutu fisik buah, upaya mempertahankan kondisi fisik buah harus selalu dilakukan untuk memenuhi keinginan konsumen. Menurut Zulkarnain (2009) yang dimaksud kondisi yang baik adalah ada atau tidaknya penyakit, kerusakan, ataupun kelainan kelainan fisiologis. Faktor faktor yang mempengaruhi kondisi buah seperti suhu, jarak, dan waktu. Pengiriman ke tempat yang relatif lebih jauh harus diantisipasi dengan teknologi yang dikembangkan dari ilmu pengetahuan. Mutu fisik yang diamati meliputi susut bobot, kekerasan kulit buah, dan kekerasan daging buah. Data hasil susut bobot, kekerasan kulit buah, dan kekerasan daging buah pada skala warna 5 disajikan pada Tabel 3. Perlakuan Tabel 3 Kualitas fisik pepaya Callina pada skala warna 5 Susut Bobot (%) Kekerasan kulit buah (mm/g/detik) Kekerasan daging buah (mm/g/detik) Umur Tanaman 9 bulan bulan Umur Petik 120 HSA b 0.21b 125 HSA b 0.23b 130 HSA b 0.26b 135 HSA a 0.30a 140 HSA a 0.31a Keterangan: sama dengan keterangan Tabel 2. Susut bobot buah pepaya pada perlakuan umur tanaman berkisar antara 7.09% sampai 7.41% sedangkan pada perlakuan umur petik berkisar antara 5.55% sampai 9.53%, keduanya tidak menunjukkan perbedaan (Tabel 3). Walaupun demikian hasil menunjukkan semakin tua umur petik dan umur tanaman semakin kecil persen susut bobot pepaya Callina. Hasil penelitian Taris et al. (2015) menjelaskan bahwa buah pepaya Callina terdapat perbedaan susut bobot pada 4 umur panen yang digunakan, yaitu 115, 120, 125, dan 130 HSA namun tidak berbeda secara signifikan berdasarkan uji statistik. Kekerasan kulit buah antara umur petik 120, 125, dan 130 HSA berbeda dengan 135 HSA dan 140 HSA. Hal ini diduga karena kriteria umur petik yang berbeda pada selang HSA dan HSA. Demikian pula dengan hasil uji statistik kekerasan daging buah menunjukkan hasil uji statistik yang tidak berbeda dengan kekerasan kulit buah. Kekerasan kulit buah maupun kekerasan daging buah hanya dipengaruhi oleh perlakuan umur petik sedangkan perlakuan umur tanaman tidak mempengaruhi. Basulto et al. (2009) yang meneliti tentang indikator kematangan pascapanen pepaya Maradol membagi 2 kriteria tersebut, antara lain: kriteria kematangan matang fisiologi dimulai dengan skala 1 (umur petik 120 HSA) dan kriteria kematangan yang dapat dikonsumsi pada skala 5 6 (umur petik HSA). Hasil penelitian Kwok et al. (1999) menjelaskan bahwa buah pepaya Eksotika untuk ekspor dipanen pada saat skala warna 2, skala 3 untuk pasar lokal, sementara skala 4, 5, dan 6 dianggap terlalu matang untuk

29 15 penanganan dan pengangkutan. Menurut Paull (1993) secara umum buah pepaya yang dipanen pada tingkat kematangan berbeda menunjukkan pelunakan buah berbeda yang dapat menentukan kualitas buah. Paull et al. (1999) menjelaskan bahwa dalam proses pematangan buah terjadi hidrolisis pektin dan hemiselulosa yang merupakan komponen pembentuk struktur dinding sel sehingga perubahan ini mempengaruhi tingkat kerenyahan daging buah yang menyebabkan buah menjadi lunak apabila telah masak. Hasil penelitian Basulto et al. (2009) memberikan penjelasan bahwa kelunakan buah dijadikan dasar untuk pengiriman jarak jauh (ekspor) dan pasar lokal. Pengiriman jarak jauh atau ekspor dengan skala 1 dan 2 (umur petik HSA) dan pengiriman untuk pasar lokal dapat dilakukan pada skala 3 (130 HSA). Mutu Kimia Mutu kimia tidak kalah penting untuk diamati karena sangat mempengaruhi kelayakan konsumsi dan keinginan konsumen. Dengan demikian penerimaan konsumen terhadap buah yang diproduksi menjadi lebih baik. Kualitas kimia yang sesuai seperti kandungan gizi, tingkat kemanisan ( o Brix), dan kandungan lainnya amat diharapkan untuk keberlanjutan usaha perkebunan pepaya Callina. Hasil pengukuran padatan terlarut total (PTT), asam tertitrasi total (ATT), rasio PTT/ATT, dan kandungan vitamin C pada skala warna 5 disajikan pada Tabel 4. Perlakuan Tabel 4 Kualitas kimia pepaya Callina pada skala warna 5 Padatan terlarut total ( o Brix) Asam tertitrasi total (mg/100g bahan) Rasio PTT/ATT Kandungan vitamin C (mg/100 g bahan) Umur tanaman 9 bulan bulan Umur petik 120 HSA 8.40b b 125 HSA 8.77b b 130 HSA 9.32b b 135 HSA 10.50a b 140 HSA 10.96a a Keterangan: sama dengan keterangan Tabel 2. Berdasarkan hasil uji kualitas kimia pada Tabel 4, perlakuan umur petik sangat mempengaruhi padatan terlarut total (PTT). Data percobaan pepaya Callina yang dipanen pada umur petik 135 dan 140 HSA memiliki kandungan PTT yang sama, masing masing dan o Brix, tetapi memiliki perbedaan dengan pepaya Callina yang dipanen pada umur petik 120, 125, dan 130 HSA dengan kandungan PTT antara lain: 9.32, 8.77, dan 8.40 o Brix. Kandungan PTT pada pepaya Callina dengan umur petik 135 dan 140 HSA sesuai dengan penelitian Suketi et al. (2010b) bahwa kandungan PTT genotipe pepaya Callina adalah sebesar o Brix yang dipanen dengan stadia kematangan 75% dan 100%. Hasil penelitian Taris et al. (2015) kandungan PTT semakin tinggi pada umur

30 16 panen yang lebih tua. Namun pepaya Callina yang dipanen pada umur 120, 125, dan 130 HSA menunjukkan perbedaan kandungan PTT yang sangat signifikan. Kondisi yang terjadi adalah kebun pepaya tempat percobaan tidak dilakukan pemeliharaan sesuai SOP (Standard Operational Procedure) budidaya tanaman pepaya selama kurun waktu 3 periode, selain itu kurang lebih 50% area perkebunan tertutupi oleh naungan yaitu tanaman albasia sehingga mengurangi intesitas cahaya matahari yang dibutuhkan tanaman. Oleh sebab itu diduga kandungan PTT dalam buah pepaya Callina tidak dihasilkan maksimal. Menegristek (2001) menjelaskan bahwa kandungan PTT berkaitan dengan kemampuan unsur fosfat merubah gelombang cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Asupan hara fosfat perlu dilakukan dan ditingkatkan pada kondisi optimum. Unsur kalium dapat membantu perbaikan distribusi, transportasi, dan penumpukan hasil asimilat. Semakin tinggi pemberian hara fosfat, buah semakin manis dan mudah mencapai tingkat kemanisan 12 o Brix. Faktor cahaya mempengaruhi proses fotosisntesis sehingga menghasilkan karbohidrat, dengan cahaya optimum maka hasil fotosintesis maksimum. Setiap tanaman pepaya seharusnya sekali dalam sebulan diberi pupuk dengan 100 g ZA, 60 g Urea, 75 g TSP, dan 75 g KCl. Perlakuan umur petik dan umur tanaman pepaya Callina tidak mempengaruhi asam tertitrasi total (ATT). Walaupun demikian kandungan ATT pada Tabel 4 semakin meningkat sesuai stadia kematangan. Lazan et al. (1989) dan Wills et al. (1998) mengemukakan bahwa kandungan asam tertitrasi meningkat selama pemasakan sampai buah mencapai stadia warna kuning berkisar 75% atau sekitar stadia 5 6, setelah itu mengalami penurunan selama pemasakan. Rasio PTT/ATT buah pepaya Callina berkisar antara Hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai ATT berbanding lurus dengan nilai PTT (Tabel 4). Rasio PTT/ATT merupakan perbandingan nilai gula dan asam yang terkandung dalam buah, semakin besar nilai rasio PTT/ATT maka buah semakin manis (Pratiwi et al. 2014). Hasil yang sama diperoleh pada penelitian Suketi et al. (2007) bahwa semakin besar kandungan ATT maka nilai rasio perbandingan PTT/ATT semakin kecil. Semakin tinggi nilai PTT, nilai ATT juga semakin tinggi. Perlakuan umur tanaman tidak mempengaruhi kandungan vitamin C sedangkan perlakuan umur petik sangat mempengaruhi kandungan vitamin C (Tabel 4). Dengan demikian perbedaan umur petik menjadi faktor penyebab perbedaan kandungan vitamin C. Sesuai dengan penjelasan Muchtadi dan Sugiyono (1992) perbedaan kandungan vitamin C disebabkan perbedaan umur petik, genotipe yang berbeda, faktor budidaya, kondisi iklim sebelum panen, dan cara pemanenan. Pada perlakuan umur petik kandungan vitamin C semakin tinggi seiring dengan semakin tua umur petik. Kandungan vitamin C dihasilkan pada HSA, antara lain: 40.05, 42.83, 46.50, 47.09, dan mg per 100 g edible portion. Hal tersebut sesuai penelitian Bron dan Jacomino (2006) yang juga menunjukkan bahwa semakin tua kematangan buah pepaya Golden maka kandungan vitamin C semakin tinggi. Kandungan vitamin C yang diperoleh berkisar hingga mg per 100 g edible portion (Tabel 4). Penelitian lain menjelaskan kandungan vitamin C pada buah pepaya Callina berkisar hingga mg per 100 g edible portion (Suketi et al. 2015). Kandungan vitamin C pepaya Callina yang dipanen

31 17 pada umur petik 130 dan 135 HSA adalah dan mg per 100 g edible portion (Tabel 4). Hasil penelitian Pratiwi et al. (2014) menjelaskan pemanenan buah pepaya IPB 9 yang dilakukan saat stadium matang hijau (± HSA) memiliki kandungan vitamin C yang berkisar antara hingga mg per 100 g edible portion. Sedangkan penelitian Suketi (2011) menjelaskan bahwa pepaya IPB 9 yang dapat dipanen pada stadia kematangan 25% atau 130 HSA memiliki kandungan vitamin C sebesar mg per 100 g edible portion. Kandungan vitamin C hasil dari percobaan yang dilakukan lebih rendah dari penelitian sebelumnya, diduga faktor budidaya seperti pemupukan dan pemeliharaan tanaman lainnya tidak dilakukan optimal. Proses pembentukan buah pada musim penghujan diduga menjadi faktor yang mempengaruhi kandungan vitamin C pada buah pepaya Callina sangat rendah. Pada hasil percobaan (Tabel 4) kandungan vitamin C menunjukkan peningkatan seiring dengan semakin tua umur petik dan tidak terdapat penurunan kadar vitamin C pada buah pepaya Callina. Hal tersebut menjelaskan bahwa cara pemanenan yang cukup baik dengan tidak terdapat goresan atau luka yang menjadi penyebab utama terjadinya infeksi penyakit pada buah pepaya Callina sehingga meminimalisir proses terjadinya pembusukan. Pengamatan pada skala warna 5 dianggap sesuai karena merupakan waktu yang tepat sebelum terjadinya penurunan kandungan vitamin C pada buah pepaya Callina. Hasil penelitian Bari et al. (2006) menyatakan bahwa kandungan vitamin C pada stadia kematangan awal meningkat kemudian menurun pada buah yang disimpan sampai mendekati busuk. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Umur tanaman tidak mempengaruhi kriteria kematangan pascapanen pepaya Callina pada 6 skala warna kulit buah. Umur petik buah mempengaruhi umur simpan, kekerasan kulit buah, kekerasan daging buah, padatan terlarut total (PTT), dan kandungan vitamin C. Umur petik terbaik dicapai pada 125 HSA (akumulasi satuan panas sebesar o C hari) karena memiliki kandungan mutu kimia dan mutu fisik yang baik dengan umur simpan 9 hari. Pepaya Callina dapat dipanen pada 120 HSA dengan akumulasi satuan panas o C hari. Umur simpan terlama pepaya Callina diperoleh pada umur petik 120 HSA dengan umur simpan 10 hari dan tidak berbeda dengan umur petik 125 HSA. Umur simpan terpendek pepaya Callina selama 4 5 hari diperoleh pada umur petik 135 dan 140 HSA. Saran Pepaya Callina dapat dipanen pada saat mencapai akumulasi satuan panas o C hari. Percobaan yang dilakukan di lahan milik perorangan atau petani sebaiknya dipertimbangkan dengan baik manajemen pengelolaan kebun sehingga percobaan lebih kondusif dan hasil yang diperoleh maksimal. Umur produksi tanaman pepaya berkaitan erat dengan umur tanaman pepaya Callina sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan beragam umur tanaman.

32 18 DAFTAR PUSTAKA Ahmad A, Ali ZM, Zainal Z Delayed softening of papaya (Carica papaya L. cv. Sekaki) fruit by 1 methylcyclopropene (1 MCP) during ripening at ambient and low temperature storage conditions. Australian J Crop Science. 7(6): [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan: Tentang budidaya pertanian. Pepaya. BAPPENAS. Jakarta. Bari L, Hasan P, Absar N, Haque ME, Khuda MIIE, Pervin MM, Khatun S, Hossain MI Nutritional analysis of local varieties of papaya (Carica papaya L.) at different maturation stages. Pakistan J Biol Sci. 9: Basulto FS, Duch ES, Gil FE, Plaza RD, Saavedra AL, Santamaria JM Postharvest ripening and maturity indices for Maradol papaya. Interciencia. 34 (8): [BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pusat Kajian Buah Tropika Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat IPB Acuan SOP Produksi Pepaya. Bogor (ID). IPB Pr. [BPS] Badan Pusat Statistik Produksi tanaman BST/buah buahan dan sayuran tahunan (ton) [Internet]. [diunduh 2015 Apr 14]. Tersedia pada: [BPTBT] Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Pengelolaan Kebun Pepaya Sehat. Solok (ID). BPTBT Pr. [BSN] Badan Standarisasi Nasional Petunjuk teknis panitia perumusan SNI pertanian. Pepaya. BSN. Jakarta. Boote KJ, Gardner FP Temperature. Sinclair TR, Gardner FP, editor. Principles of ecology in plant production. Florida (US): CAB International. Bron IU, Jacomino AP Ripening and quality of Golden papaya fruit harvested at different maturity stages. J Plant Physiol. 18(3): Crane JH Papaya growing in the Florida home landscape. Florida (US): Florida University Pr. [Ditjenhort] Direktorat Jenderal Hortikultura Nilai impor dan ekspor buah tahun 2012 [Internet]. [Diunduh 2013 Jan 23]. Tersedia pada: kultura.deptan.go.id [DPTP Jawa Barat] Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Budidaya pepaya: panen dan pascapanen pepaya [Internet]. [diunduh 2014 Feb 18]. Tersedia pada: Goldsworthy PR, Fisher NM Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Soedharoedjian, penerjemah; Tohari, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr. Terjemahan dari: The Physiologi of Tropical Field Crops. Kalie MB Bertanam Pepaya. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Kays SJ Postharvest Physiology of Perisable Plant Product. New York (US): Van Nostrand Reinhold. Kwok CY, Hasan MD, Bakar UKA The industry and varietal improvement in Malaysia. Hautea R, Chan YK, Attathom S, Krattinger AF, editor. The Papaya Biotechnology Network of Southeast Asia: Biosafety Consideration and Papaya Background Information. ISAAA briefs. 11:

33 Lazan H, Ali ZM, Liang KM, Yee KL Polygalacturonase activity and variation in ripening of papaya fruit with tissue depth and heat treatment. J Plant Physiol. 77: Leclerc JC Plant Ecophysiologi. Enfield (US): Science Publisher, Inc. Mattjik AA, Sumertajaya IM Rancangan percobaan dengan aplikasi SAS dan Minitab jilid I. Bogor (ID): IPB Pr. [Menegristek] Kementerian Negara Riset dan Teknologi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tentang Budidaya Pertanian: Pepaya (Carica papaya L.). Jakarta (ID): Menegristek Pr. Muchtadi TR, Sugiyono Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor (ID): Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Nakasone HY, Paull RE Tropical fruits. Wallingford (UK): CAB International. Nunes MCN, Emond JP, Brecht JK Brief deviations from set point temperatures during normal airport handling operations negatively affect the quality of papaya (Carica papaya) fruit. Postharvest Biol Technol. 41: [PKHT] Pusat Kajian Hortikultura Tropika Konsumsi per kapita horti kultura [Internet]. [diunduh 2013 Jan 23]. Tersedia pada: or.id /datastatistik/konsumsi buah dan sayur. [PKHT] Pusat Kajian Hortikultura Tropika Volume ekspor buah buahan [Internet]. [diunduh 2013 Jan 23]. Tersedia pada: pkht.or.id/ datastatistik/exim sayur/expor impor buah. [PKBT] Pusat Kajian Buah Buahan Tropika Laporan utama riset unggulan strategis nasional: Pengembangan buah buahan unggulan Indonesia. Pepaya. PKBT IPB. Bogor. [PKBT] Pusat Kajian Buah Buahan Tropika Deskripsi buah pepaya Callina [internet]. [diunduh 2013 jan 23]. Tersedia pada: http//pkht.ipb.ac.id/images/produk/pepaya%20callina.jpg. Paull RE Pineaple and papaya. Di dalam: G Seymour, L Taylor, G Tucker, editor. Biochemistry of fruit ripening. London (GB): Chapman and Hall. hlm Paull RE, Gross K, Qiu Y Changes in papaya cell walls during fruit ripening. Postharvest Biol Technol. 16: [PPKKI] Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Buku Pintar Budi Daya Kakao. Lukito AM, Mulyono, Tetty Y, Iswanto H, Riawan N, editor. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka. Pratiwi HE, Suketi K, Widodo WD Aplikasi Kalium Permanganat sebagai Oksidan Etilen dalam Penyimpanan Buah Pepaya IPB Callina. Di dalam: Kartika JG, Suwarno WB, Ardhie SW, Sanura CPE, Fitriana FN, editor. Membangun Sistem baru Agribisnis Hortikultura Indonesia pada Era Pasar Global. Prosiding Seminar Ilmiah Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI); 2013 Okt 9; Bogor, Indonesia (ID): PERHORTI. hlm Rini P Pengaruh sekat dalam kemasan kardus terhadap masa simpan dan mutu pepaya IPB 9 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 19

34 20 Sibarani S, Anwar F, Rimbawan, Setioso B Penuntun Praktikum Analisa Zat Gizi. Bogor (ID): Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB. Singh P, Mishra AK, Tripathi NN Assessment of mycoflora associated with postharvest losses of papaya fruits. J Agricul Technology [Internet]. [diunduh 2014 Januari 23]; 8(3): Tersedia pada Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta (ID): Liberty. Sujiprihati S, Suketi K Budidaya Pepaya Unggul. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Suketi K Studi morfologi bunga, penyebukan dan perkembangan buah sebagai dasar pengendalian mutu buah pepaya IPB [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suketi K, Poerwanto R, Sujiprihati S, Sobir, Widodo WD. 2010a. Karakter fisik dan kimia buah pepaya pada stadia kematangan berbeda. J Agron Indonesia. 38 (1): Suketi K, Poerwanto R, Sujiprihati S, Sobir, Widodo WD. 2010b. Studi karakter mutu buah pepaya IPB. J Hort Indonesia. 1 (1): Suketi K, Widodo WD, Dinarti D, Prasetyo HE, Pratiwi HE Efektivitas Oksidan Etilen terhadap Daya Simpan dan Kualitas Pascapanen Buah Pepaya Callina. Di dalam: Soemargono A, Muryati, Hadiati S, Martias, Sutanto A, Indriyani NLP, Jumjunidang, editor. Dukungan Teknologi dan Hasil Penelitian dalam Membangun Pertanian Bio industri Buah Tropika Berkelanjutan. Seminar Nasional Buah Tropika Nusantara II; 2014 Sep 23 25; Bukittinggi, Indonesia (ID): Kementerian Pertanian. hlm Suketi K, Widodo WD, Purba KD Kajian Daya Simpan Buah Pepaya. Di dalam: Rostini N, Nurmala T, Karuniawan A, Nuraini A, Amien S, Riswandi D, Qosim WA, editor. Pengembangan dan Optimalisasi Produksi Komoditas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, dan Bioenergi. Kongres IX Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI); 2007 Nov 15 17; Bandung, Indonesia (ID): PERAGI. hlm Sunarjono H Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Taris ML, Widodo WD, Suketi K Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya (Carica papaya L.) IPB Callina dari Beberapa Umur Panen. Di dalam: Widaryanto E, Aini N, Barunawati N, Setiawan A, editor. Peningkatan Daya Saing Produk Hortikultura Nusantara dalam Menghadapi Era Pasar Global. Prosiding Seminar Ilmiah Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI); 2014 Nov 5 7; Malang, Indonesia (ID): Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. hlm Wills R, Michael GB, Graham D, Joyce D Postharvest an introduction to the physiology and handling fruit and vegetable. Wallingford (UK): CAB International. Zulkarnain Dasar Dasar Hortikultura. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara

35 21 Lampiran 1 Deskripsi pepaya Callina Umur mulai berbunga : 4 bulan setelah tanam Umur petik : 8.5 bulan setelah tanam Bentuk buah : silindris Warna kulit buah : hijau lumut Warna daging buah : jingga Panjang buah : cm Diameter buah : cm Bobot per buah : g Tingkat kemanisan : o Briks Edible portion : % Daging buah : tebal dan renyah Daya simpan : lebih dari 1 minggu Umur tanaman : genjah Perawakan tanaman : rendah Nomor SK pelepasan : 2108/Kpts/SR.120/5/2010 Peneliti/pemulia : Prof Dr Ir Sriani Sujiprihati, MS Endang Gunawan, SP, Msi Kusuma Darma, SP, Msi Ahmad Kurniawan dan Hidayat Sumber : http//pkht.ipb.ac.id/images/produk/pepaya%20 callina.jpg Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh umur tanaman dan umur petik terhadap umur simpan pepaya Callina. Sumber keragaman Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Ulangan tn Umur Tanaman tn Umur Petik ** Interaksi tn Galat Total 29 kk = Lampiran 3 Sidik ragam pengaruh umur tanaman dan umur petik terhadap susut bobot pepaya Callina. Sumber keragaman Derajat bebas Kuadrat tengah F hitung Ulangan * Umur Tanaman tn Umur Petik tn Interaksi tn Galat Total 29 kk = 15.81%

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

Kriteria Kemasakan Buah Pepaya (Carica papaya L.) IPB Callina dari Beberapa Umur Panen

Kriteria Kemasakan Buah Pepaya (Carica papaya L.) IPB Callina dari Beberapa Umur Panen Kriteria Kemasakan Buah Pepaya (Carica papaya L.) IPB Callina dari Beberapa Umur Panen Criteria of Postharvest Ripeness of IPB Callina Papaya Fruit (Carica papaya L.) of Several Harvesting Age M. Luthfan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok

Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok D. Sutowijoyo, W.D. Widodo Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Darmaga Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Buah yang digunakan untuk bahan penelitian berasal dari kebun petani sentra produksi manggis Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-April 2009

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Perlakuan Bahan Pengisi Kemasan terhadap Mutu Fisik Buah Pepaya Varietas IPB 9 (Callina) Selama Transportasi dilakukan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia Abstrak. Abstract.

(Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia   Abstrak. Abstract. Daya Simpan dan Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu pada Beberapa Umur Petik (Shelf Life and Post Harvest Maturity of Banana cv. Raja Bulu on Several Picking Dates) Winarso Drajad Widodo 1, Ketty Suketi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BAHAN PEMBUNGKUS OKSIDATOR ETILEN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG RAJA BULU

EFEKTIVITAS BAHAN PEMBUNGKUS OKSIDATOR ETILEN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG RAJA BULU EFEKTIVITAS BAHAN PEMBUNGKUS OKSIDATOR ETILEN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG RAJA BULU Winarso D. Widodo *, Ketty Suketi dan Bungas Sabrina 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN RELA SARTIKA A24050014 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

Aplikasi Kalium Permanganat sebagai Oksidan Etilen dalam Penyimpanan Buah Pepaya IPB Callina

Aplikasi Kalium Permanganat sebagai Oksidan Etilen dalam Penyimpanan Buah Pepaya IPB Callina Aplikasi Kalium Permanganat sebagai Oksidan Etilen dalam Penyimpanan Buah Pepaya IPB Callina H.E.Pratiwi, K. Suketi, W.D. Widodo Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN PEPAYA SUKMA BERBASIS SATUAN PANAS TIA YANA PUTRI A

KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN PEPAYA SUKMA BERBASIS SATUAN PANAS TIA YANA PUTRI A i KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN PEPAYA SUKMA BERBASIS SATUAN PANAS TIA YANA PUTRI A24134021 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 ii i PERNYATAAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT

KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor 2009 KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT Wiwit Widyastuti 1), Ketty Suketi 2), Sriani Sujiprihati 2)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

TINJAUANPUSTAKA. ujung tanaman. Semua bagian tanaman dari buah, daun, maupun batang

TINJAUANPUSTAKA. ujung tanaman. Semua bagian tanaman dari buah, daun, maupun batang 5 II. TINJAUANPUSTAKA A. Pepaya 1. Botani Pepaya Tanaman pepaya mungkin berasal dari kawasan sekitar Meksiko dan Costa Rica. Tanaman pepaya berupa pohon kecil atau perdu dengan daunnya terletak pada ujung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang berasal dari daerah Amerika tropis. Tanaman ini termasuk dalam ordo Caricales, famili Caricaceae, dan genus Carica

Lebih terperinci

Pengaruh Umur Panen dan Suhu Simpan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis)

Pengaruh Umur Panen dan Suhu Simpan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis) Pengaruh Umur Panen dan Suhu Simpan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis) Effects of Fruit Age and Storage Temperature on Shelf-life of Super Red-Fleshed Dragon Fruit (Hylocereus

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SATUAN PANAS TERHADAP KEMATANGAN PASCAPANEN DAN VIABILITAS BENIH PEPAYA CALLINA RANI FARIDA

PENGARUH JUMLAH SATUAN PANAS TERHADAP KEMATANGAN PASCAPANEN DAN VIABILITAS BENIH PEPAYA CALLINA RANI FARIDA PENGARUH JUMLAH SATUAN PANAS TERHADAP KEMATANGAN PASCAPANEN DAN VIABILITAS BENIH PEPAYA CALLINA RANI FARIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Keadaan Umum Penelitian ini dilaksanakan di kebun buah naga di Desa Bojongkoneng, Bukit Sentul. udara rata-rata bulanan kawasan permukiman Bukit Sentul berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN (Changes in the quality of mangosteen fruits (Garcinia mangosiana L.) after transportation and

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, I. BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada bulan

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis Tanaman yang diberi kalsium menghasilkan skor getah kuning aril dan kulit buah yang lebih rendah daripada tanaman yang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F

KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F145981 29 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan salah satu jenis tanaman di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan serta dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki nilai

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2014 di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah dari famili caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman pepaya banyak ditanam baik di daerah

Lebih terperinci