RINGKASAN EKSEKUTIF. iii

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN EKSEKUTIF. iii"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LKj) Instansi Pemerintah Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan (Badan P2SDM Kehutanan) Tahun 2014 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan P2SDM Kehutanan selama Tahun Penyusunan LKj ini sesuai amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja Badan P2SDM Kehutanan memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang, tugas pokok, fungsi dan organisasi; perencanaan kinerja yang meliputi Renstra Badan P2SDM Kehutanan, Rencana Kerja (Renja) dan Penetapan Kinerja; Akuntabilitas Kinerja berisi Capaian Kinerja Organisasi dan Capaian Kinerja Anggaran Tahun 2014; Penutup. Laporan Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 diharapkan dapat memberi informasi kinerja pelaksanaan pembangunan bidang penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan. Selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perencanaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan pada kurun waktu yang akan datang. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan LKj Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 diucapkan banyak terima kasih. Semoga LKj ini dapat bermanfaat dan dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, Februari 2015 i

3 ii

4 RINGKASAN EKSEKUTIF Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan (Badan P2SDM Kehutanan) merupakan salah satu eselon I Kementerian Kehutanan - saat ini sudah berubah menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan - yang mempunyai tugas dalam bidang penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan jo. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 33/Menhut-II/2012 dan bertanggung jawab kepada Menteri. Badan P2SDM Kehutanan mempunyai peran penting dalam mendukung pembangunan kehutanan karena terkait dengan upaya membangun SDM yang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidang kehutanan dan mampu berperanserta dalam proses pembangunan kehutanan. Oleh karena itu program penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan harus mampu memberikan dukungan yang maksimal untuk keberhasilan pembangunan kehutanan di tingkat tapak. Sejalan dengan itu, untuk mewujudkannya Kementerian Kehutanan menerbitkan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.6/Menhut-II/2011 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.44/Menhut- II/2013 tentang Rencana Kerja Tahun Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.6/Menhut-II/2011, pada Tahun 2014 Badan P2SDM Kehutanan menetapkan lima Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu : 1) Terbentuknya 10 Kerjasama Kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat. 2) Pembentukan 100 kelompok masyarakat produktif mandiri. 3) Sertifikasi penyuluh kehutanan sebanyak 500 orang. 4) Diklat Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM kehutanan lainnya minimal sebanyak orang peserta. 5) Pendidikan menengah kehutanan sebanyak 288 orang. Target Tahun 2014 yang telah ditetapkan pada lima Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagaimana tersebut di atas seluruhnya tercapai dan bahkan secara kuantitas realisasinya melebihi yang ditargetkan. Hasil pengukuran menunjukan nilai capaian kinerja Badan P2SDM Kehutanan pada Tahun 2014 adalah 120,12%. Hasil pengukuran capaian kinerja anggaran menunjukkan bahwa dari pagu anggaran Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 sebesar Rp , sampai dengan 31 Desember 2014 terealisasi sebesar Rp , sehingga capaian kinerja anggaran Badan P2SDM Kehutanan sebesar 94,03%. Sedangkan capaian kinerja fisik sebesar iii

5 98,60%. Hasil pengukuran nilai efektifitas capaian kinerja Badan P2SDM Kehutanan pada Tahun 2014 adalah sebesar 0,89 (rasio efektifitas <1), yang berarti terdapat penurunan capaian kinerja dibandingkan Tahun Sedangkan hasil pengukuran nilai efisiensi capaian kinerja pada Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 adalah sebesar 1,28. Hal ini berarti Badan P2SDM Kehutanan pada Tahun 2014 telah menggunakan anggaran secara efisien tanpa mempengaruhi target fisik yang telah ditetapkan. Penurunan efektivitas capaian kinerja tersebut di atas disebabkan karena capaian target pada Tahun 2013 jauh lebih besar dibandingkan capaian target pada Tahun Sebagai contoh capaian target Kerjasama Kemitraan antara pelaku utama dan pelaku usaha Tahun 2013 sebanyak 16 kerjasama kemitraan dari target 13 kerjasama atau realisasi sebesar 123,08%, sedangkan capaian kinerja Tahun 2014 sebanyak 10 kerjasama kemitraan dari target 10 kerjasama kemitraan atau realisasi sebesar 100%. Penyerapan anggaran Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 tidak dapat terealisasi 100% disebabkan oleh: 1) Beberapa kegiatan anggarannya bersumber dari dana PNBP dimana pelaksanaannya melalui mekanisme Surat Edaran (SE) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan secara bertahap dan dibatasi maksimal pencairannya sesuai dengan Penerimaan Dana Reboisasi dan Provisi Sumber Daya Hutan. Selama Tahun 2014 SE terbit sebanyak 10 kali dengan jumlah anggaran yang dapat dicairkan sebesar 96,84% sehingga beberapa kegiatan terhambat dan bahkan tidak dapat dilaksanakan. 2) Keterlambatan penerbitan SE-58/PB/2014 Tanggal 8 Desember 2014 tentang batas maksimal pencairan dana PNBP sebesar 96,84% dari pagu PNBP DIPA masing-masing Satker, sedangkan sesuai dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan Nomor Per- 37/PB/2014 Tanggal 11 November 2014 tentang Pedoman Pelayanan Penerimaan dan Pengeluaran Negara Akhir Tahun Anggaran 2014, batas akhir permintaan uang pengajuan tambahan (UP- TUP) Tanggal 5 Desember Tahun anggaran 2014 merupakan tahun terakhir dari periode Renstra Hasil pengukuran capaian kinerja Badan P2SDM Kehutanan selama lima tahun berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU) adalah sebesar 121,34%. Kelima IKU untuk lima tahun ( ) yaitu: 1) Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat. 2) Pembentukan 500 kelompok masyarakat produktif mandiri. 3) Sertifikasi Penyuluh Kehutanan sebanyak orang. iv

6 4) Diklat Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM kehutanan lainnya minimal sebanyak orang peserta. 5) Pendidikan menengah kehutanan sebanyak orang. Beberapa strategi yang akan dilakukan oleh Badan P2SDM Kehutanan, agar permasalahan-permasalahan tersebut tidak terulang di Tahun 2015, yaitu: 1) Badan P2SDM Kehutanan cq. Pusat yang berada dalam Badan P2SDM Kehutanan akan memprioritas pelaksanaan anggaran yang terkait dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan melakukan pemantauan terhadap capaian kinerja. 2) Mengusulkan agar Sekretariat Jenderal mengupayakan sebagian besar kegiatan Badan P2SDM Kehutanan dibiayai dengan anggaran Rupiah Murni (RM) dan sebagian kecil kegiatan yang bukan IKU dapat dibiayai dengan anggaran PNBP. 3) Mengusulkan agar Sekretariat Jenderal mengupayakan adanya kepastian tatawaktu dan prosentase pencairan dana PNBP. Badan P2SDM Kehutanan berkomitmen terus menerus menyempurnakan dan mengembangkan sistem akuntabilitas kinerja sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja. Hal ini dikarenakan akuntabilitas merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, melalui alat pertanggungjawaban yang dibuat secara periodik. v

7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i RINGKASAN EKSEKUTIF... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii DAFTAR SINGKATAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tugas Pokok dan Fungsi... 6 C. Organisasi Struktur Organisasi Sumber Daya Manusia Sarana Prasarana BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis (Renstra) Badan P2SDMK Visi, Misi dan Kebijakan Prioritas Kementerian Kehutanan Visi dan Misi Badan P2SDM Kehutanan Sasaran Strategis Badan P2SDM Kehutanan B. Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan P2SDMK C. Rencana Kerja (RKT) Badan P2SDMK Tahun Arah Kebijakan dan Strategi Tahun Program dan Kegiatan Target Rencana Kerja Tahun DIPA dan Satuan Kerja Unit Badan P2SDM Kehutanan Tahun Anggaran D. Penetapan Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Reviu atas Dokumen Perencanaan vi

8 Halaman 2. Reviu terhadap Hasil Audit Inspektorat Jenderal Kemenhut Pada LAKIP Badan P2SDMK Tahun Metode Pengukuran... a. Pengukuran Kinerja Sasaran... b. Evaluasi Kinerja... c. Analisis Akuntabilitas Kinerja Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Tahun a. Pengukuran Capaian Kinerja... b. Efektivitas dan Efisiensi Capaian Kinerja c. Perbandingan Realisasi Kinerja sampai dengan Tahun 2014 terhadap Target Renstra Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Capaian Indikator Kinerja 1 : Terbentuknya kerjasama kemitraan antara pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Capaian Indikator Kinerja 2 : Terbentuknya Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri Capaian Indikator Kinerja 3 : Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Capaian Indikator Kinerja 4 : Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya Capaian Indikator Kinerja 5 : Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan B. Pelaksanaan Capaian Kinerja Anggaran BAB IV PENUTUP LAMPIRAN vii

9 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Jumlah Jabatan Struktural dan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Lingkup Badan P2SDM Kehutanan Tabel 2 Rekapitulasi Pegawai Badan P2SDM Kehutanan di Kantor Pusat berdasarkan Golongan Tabel 3 Rekapitulasi Pegawai Badan P2SDM Kehutanan di Kantor Pusat berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4 Rekapitulasi Pegawai Badan P2SDM Kehutanan di UPT Badan berdasarkan Golongan Tabel 5 Rekapitulasi Pegawai Badan P2SDM Kehutanan di UPT Badan berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 6 Keadaan Sarana dan Prasarana Kantor Badan P2SDM Kehutanan pada Masing-Masing Unit Kerja Eselon II lingkup BadanP2SDM Kehutanan Tabel 7 Indikator Kinerja Badan P2SDMK Tahun Tabel 8 Usulan Rencana Kerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun Tabel 9 Pokok-pokok Output Kegiatan Badan P2SDM Kehutanan Tahun Tabel 10. Alokasi Anggaran Badan P2SDM Kehutanan Tahun Tabel 11 Penetapan Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun Tabel 12 Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun Tabel 13 Hasil Pengukuran Efektivitas Pencapaian Kinerja Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tahun Tabel 14 Hasil Pengukuran Efisiensi Pencapaian Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun Tabel 15 Hasil Pengukuran Kinerja Badan P2SDM Kehutanan s/d Tahun Tabel 16 Pengukuran Kinerja Badan P2SDM Kehutanan pada Indikator Kinerja Utama Kerjasama Kemitraan Tahun Tabel 17 Realisasi Capaian Kinerja Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri pada Tahun Tabel 18 Hasil Uji Kompetensi dan Sertifikasi Profesi Penyuluh Kehutanan Tahun viii

10 Halaman Tabel 19 Pelaksanaan Uji Kompetensi Penyuluh Kehutanan Tahun Tabel 20 Sebaran pelaksanaan sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun 2010 s/d Tabel 21 Realisasi Capaian Kinerja Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Tahun Tabel 22 Rekap Pelaksanaan Diklat Kehutanan Tahun 2014 di Pusat Diklat Kehutanan dan UPT Balai Diklat Kehutanan Tabel 23 Realisasi Capaian Kinerja Pendidikan Menengah Kehutanan Tahun Tabel 24 Sebaran Realisasi Penerimaan Siswa SMK Kehutanan pada Tahun Tabel 25 Tingkat penerimaan dan kelulusan siswa SMK Kehutanan Tahun Tabel 26 Realisasi Pencapaian Pelaksanaan Anggaran Badan P2SDM Kehutanan Tahun ix

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Struktur Organisasi Badan Penyuluhan dan Pengembangan Halaman SDM Kehutanan Gambar 2 Struktur Organisasi Sekretariat Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Gambar 3 Struktur Organisasi Pusat Penyuluhan Kehutanan Gambar 4 Struktur Organisasi Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan Gambar 5 Struktur Organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Gambar 6 Struktur Organisasi Balai Diklat Kehutanan Gambar 7 Struktur Organisasi Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Negeri Gambar 8 Hubungan Visi Misi Kemenhut dan Badan P2SDM Kehutanan Tahun Gambar 9 Sasaran dan Tujuan Pembangunan Kehutanan Gambar 10 Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Kerjasama Kemitraan Gambar 11 Penandatangan MoU kerjasama kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha Tahun 2014 di Kabupaten Temanggung disaksikan oleh Sekretaris Badan P2SDM Kehutanan 55 Gambar 12 Pertemuan Kelompok Tani Hutan Rakyat Tani Lestari dan PT. Sejahtera Usaha Bersama yang difasilitasi oleh Penyuluh Kehutanan di Kabupaten Mojokerto Gambar 13 Produksi Arang dan Cuka Kayu Kelompok Usaha Produktif Kelompok Wanita Tani (KWT) Dewi Sri Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Gambar 14 Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri Gambar 15 Inokulan Gaharu Serbuk dan Penyulingan Daun Gaharu Hasil KUP Binaan Penyuluh Kehutanan di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung x

12 Halaman Gambar 16 Pelaksanaan uji tertulis sertifikasi Penyuluh Kehutanan di Provinsi Jawa Tengah Gambar 17 Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun Gambar 18 Pengisian Portofolio Peserta Sertifikasi Penyuluh Kehutanan di Provinsi Jawa Barat Gambar 19 Pelaksanaan Kegiatan Training of Fasilitator (ToF) Diklat Kepemimpinan Tingkat III dan IV Pola Baru di Pusat Diklat Kehutanan Gambar 20 Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya Gambar 21 Praktek Lapang Diklat Calon Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (CKKPH) Tahun Gambar 22 Perkembangan Capaian Pengukuran Kinerja Indikator Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan Gambar 23 Kegiatan Praktek Lapangan Siswa SMK Kehutana Gambar 24 Prosesi Kelulusan Siswa SMK Kehutanan Tahun Kelulusan xi

13 Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. DAFTAR LAMPIRAN Dokumen Penetapan Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 Dokumen Target Penetapan Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 Dokumen MoU Kerjasama Kemitraan Hutan Rakyat antara Set. Badan P2SDM Kehutanan Dishutbun Kab. Wonosobo, Set. Bakorluh Jawa Tengah, Dinhut Jawa Tengah dan PT Phoenix- Wonosobo Tahun 2014 Dokumen MoU Kerjasama Kemitraan Hutan Rakyat antara Set. Badan P2SDM Kehutanan, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab. Temanggung, Bapeluh Temanggung, Set. Bakorluh Jawa Tengah, Dinhut Jawa Tengah dan PT. Albasia Bhumiphala Persada Tahun 2014 Dokumen MoU Kerjasama Kemitraan Hutan Rakyat Set. Badan P2SDMK, Dinhut Prov. Jawa Tengah, Set. Bakorluh Prov. Jawa Tengah, Dishutbun Kab. Batang, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kab. Batang dan PT. Rimba Partikel Indonesia Tahun 2014 Lampiran 6. Daftar Kelompok Tani Hutan, Perusahaan dan Penyuluh Pendamping Kerjasama Kemitraan Tahun Lampiran 7. Daftar Kelompok Tani Hutan, Perusahaan dan Penyuluh Pendamping Kerjasama Kemitraan Tahun 2014 Lampiran 8. Daftar Kelompok Usaha Produktif (KUP) Tahun 2014 Lampiran 9. Lampiran 10. Daftar Penyuluh Kehutanan Bersertifikat per kabupaten/kota Contoh Sertifikat Kompetensi Penyuluh Kehutanan Lampiran 11. Daftar Pelaksanaan Diklat Kehutanan Tahun 2014 Lampiran 12. Capaian Realisasi Diklat Tahun Lampiran 13. Lampiran 14. Capaian Realisasi Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan Tahun Hasil Monitoring Indikator Kinerja Utama Triwulan I sampai dengan Triwulan IV xii

14 DAFTAR SINGKATAN APBN Bakorluh Bapeluh BDK BLU BNSP BPDAS-PS BPKH BUK CPNS DAS HHBK HKm HOK HPH HR HTR IKK IKU KPH KTH KTHR KUP LSP P2SDM PDAS-PS PNBP PP Renstra Renja RSKKNI RHL RKT SDH SDA SDM SKKNI SKPD SMK SPKS UPT UPPK UU : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara : Badan Koordinasi Penyuluhan : Badan Pelaksanan Penyuluhan : Balai Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Kehutanan : Badan Layanan Umum : Badan Nasional Sertifikasi Profesi : Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial : Balai Pemantapan Kawasan Hutan : Bina Usaha Kehutanan : Calon Pegawai Negeri Sipil : Daerah Aliran Sungai : Hasil Hutan Bukan Kayu : Hutan Kemasyarakatan : Hari Orang Kerja : Hak Pengelolaan hutan : Hutan Rakyat : Hutan Tanaman Rakyat : Indikator Kinerja Kegiatan : Indikator Kinerja Utama : Kesatuan Pengelolaan Hutan : Kelompok Tani Hutan : Kelompok Tani Hutan Rakyat : Kelompok Usaha Produktif : Lembaga Sertifikasi Profesi : Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia : Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial : Penerimaan Negara Bukan Pajak : Peraturan Pemerintah : Rencana Strategis : Rencana Kerja : Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia : Rehabilitasi Hutan dan Lahan : Rencana Kerja Tahunan : Sumber Daya Hutan : Sumber Daya Alam : Sumber Daya Manusia : Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia : Satuan Kerja Perangkat Daerah : Sekolah Menengah Kejuruan : Surat Perjanjian Kerjasama : Unit Pelaksana Teknis : Unit Percontohan Penyuluhan Kehutanan : Undang-undang xiii

15 xiv

16 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, bahwa dalam rangka pengurusan hutan secara lestari, diperlukan SDM yang berkualitas melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, serta penyuluhan kehutanan yang berkesinambungan. Sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 maka diterbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Salah satu fungsi eselon I Kementerian Kehutanan yang dibentuk adalah Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan (Badan P2SDM Kehutanan), yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan jo Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012. Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah bahwa setiap program dan kegiatan dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kinerja atau hasil akhir kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka mewujudkan good governance. Badan P2SDM Kehutanan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara diwajibkan untuk mempertanggungjawabkan 1

17 pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja Tahunan yang ditetapkan oleh unit kerja. Sesuai dengan kewajiban yang digariskan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 dan sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, Badan P2SDM Kehutanan menyusun Laporan Kinerja (LKj) Instansi Pemerintah Tahun Laporan Kinerja Tahun 2014 Badan P2SDM Kehutanan ini merupakan hasil capaian terhadap Indikator Kinerja Utama (IKU) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.6/Menhut-II/2011. Badan P2SDM Kehutanan mempunyai lima IKU yang harus dipertanggungjawabkan sebagai bentuk capaian kinerja kepada Menteri Kehutanan. Penyusunan LKj dimaksudkan sebagai pertanggungjawaban secara administrasi baik fisik maupun keuangan atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan P2SDM Kehutanan Tahun Adapun tujuan dari penyusunan LKj adalah untuk memberikan informasi tentang capaian kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 dan sebagai umpan balik bagi pengambil keputusan dalam rangka pemantapan/reviu perencanaan pada waktu yang akan datang. Landasan hukum yang dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan Laporan Kinerja (LKj) Instansi Pemerintah adalah : 1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 2) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2

18 3) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660); 4) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452); 5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018); 7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun ; 8) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penelitian dan Pengembangan, Serta Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5099); 9) Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 10) Intruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah; 11) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan jo Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/ 2012; 3

19 12) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem Perencanaan Kehutanan; 13) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2010 tentang Renstra Kementerian Kehutanan jo Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.15/Menhut-II/2013; 14) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2011 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Kementerian Kehutanan; 15) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/Menhut-II/2011 tentang Enam Kebijakan Prioritas Bidang Kehutanan dalam Program Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II; 16) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2011 tentang Rencana Kerja Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun ; 17) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan; 18) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.52/Menhut-II/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Negeri; 19) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 20) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 21) Peraturan Kepala Badan P2SDM Kehutanan Nomor P.03/IX-SET/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan P2SDM Kehutanan Nomor P.01/IX-SET/2012 tentang Rencana Strategis Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tahun ; 4

20 22) Surat Pengesahan DIPA BA-029 Sekretariat Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tahun Anggaran 2014 DIPA Nomor: DIPA /2014 tanggal 5 Desember Dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1) Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/sekretariat badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. 2) Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik. 3) Capaian kinerja adalah ukuran prestasi kerja yang akan dicapai dari keadaan semula dengan mempertimbangkan faktor, kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program dan kegiatan. 4) Dampak adalah pengaruh kuat dari suatu kebijakan publik yang mendatangkan akibat/manfaat bagi masyarakat luas. 5) Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap program dan kegiatan pada satuan kerja. 6) Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi. 7) Kebijakan adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuk dijadikan pedoman, pegangan dalam pengembangan, pelaksanaan program/kegiatan. 8) Laporan Kinerja (LKj) Instansi Pemerintah adalah media pertanggungjawaban yang berisi mengenai capaian kinerja instansi pemerintah. 5

21 9) Misi adalah suatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah, sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. 10) Output adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan. 11) Outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program. 12) Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil, guna mencapai sasaran tertentu. 13) Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi dalam rumusan yang lebih pendek dari tujuan. 14) Strategi adalah cara mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan ke dalam kebijakan-kebijakan dan program-program. 15) Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahunan. 16) Visi adalah pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana instansi pemerintah harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. B. Tugas Pokok dan Fungsi Badan P2SDM Kehutanan sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan jo P.33/Menhut-II/2012, merupakan salah satu Unit Kerja Eselon I di Kementerian Kehutanan. Badan P2SDM Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan tugas di bidang penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Badan P2SDM Kehutanan menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan kebijakan teknis, programa, rencana, dan program di bidang penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan; 6

22 b. Pelaksanaan tugas di bidang penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan sesuai peraturan perundang-undangan; c. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang penyuluhan kehutanan; d. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang penyuluhan dan pengembangan SDM kehutanan; dan e. Pelaksanaan administrasi Badan P2SDM Kehutanan. Badan P2SDM Kehutanan terdiri dari empat eselon II yaitu Sekretariat Badan, Pusat Punyuluhan Kehutanan, Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan dan Pusat Diklat Kehutanan. Unit Pelaksana Teknis Badan meliputi tujuh Balai Diklat Kehutanan, dan lima Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan Negeri. Sekretariat Badan P2SDM Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pembinaan, serta pelayanan administrasi di lingkungan Badan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Sekretariat Badan P2SDM Kehutanan menyelenggarakan fungsi : a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, anggaran, dan kerja sama; b. Koordinasi dan pemantauan, evaluasi dan pelaporan rencana, program dan anggaran; c. Koordinasi dan pengelolaan data, informasi, publikasi dan diseminasi hasil penyuluhan serta pengelolaan urusan perpustakaan; dan d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Badan. Pusat Penyuluhan Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan penyuluhan kehutanan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Pusat Penyuluhan Kehutanan menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pengembangan metode, sarana dan alat bantu penyuluhan, serta programa penyuluhan kehutanan, ketenagaan Penyuluh Kehutanan serta pemberdayaan masyarakat; 7

23 b. Penyiapan pelaksanaan tugas di bidang pengembangan metode, sarana dan alat bantu penyuluhan, serta programa penyuluhan kehutanan, ketenagaan Penyuluh Kehutanan serta pemberdayaan masyarakat; c. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi bimbingan teknis di bidang pengembangan metode, sarana dan alat bantu penyuluhan, serta programa penyuluhan kehutanan, ketenagaan Penyuluh Kehutanan serta pemberdayaan masyarakat; d. Penyiapan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pengembangan metode, sarana dan alat bantu penyuluhan, serta programa penyuluhan kehutanan, ketenagaan Penyuluh Kehutanan dan pemberdayaan masyarakat. e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat. Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan perencanaan pengembangan SDM kehutanan di luar penyusunan rencana dan program kepegawaian, penyiapan bahan koordinasi dan pembinaan serta penyusunan formasi, pengadaan pegawai dan pengembangan pegawai. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang perencanaan pengembangan SDM kehutanan di luar penyusunan rencana dan program kepegawaian, penyiapan bahan koordinasi dan pembinaan serta penyusunan formasi, pengadaan pegawai, dan pengembangan kepegawaian; b. Pelaksanaan penyusunan rencana, program dan kegiatan di bidang perencanaan pengembangan SDM kehutanan diluar penyusunan rencana dan program kepegawaian, penyiapan bahan koordinasi dan pembinaan serta penyusunan formasi, pengadaan pegawai, dan pengembangan kepegawaian; c. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pengembangan SDM kehutanan diluar penyusunan rencana dan program kepegawaian, penyiapan bahan koordinasi dan 8

24 pembinaan serta penyusunan formasi, pengadaan pegawai, dan pengembangan kepegawaian; d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi aparatur kehutanan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana, program, kerja sama dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan SDM aparatur dan SDM kehutanan. b. Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan dan pelatihan kehutanan meliputi tenaga, sistem, tata cara, serta sarana pendidikan dan pelatihan. c. Pelaksanaan tugas di bidang pendidikan dan pelatihan kehutanan meliputi tenaga, sistem, tata cara, serta sarana pendidikan dan pelatihan; d. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan dan pelatihan kehutanan meliputi tenaga, sistem, tata cara, serta sarana pendidikan dan pelatihan; e. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut- II/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan, Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan (BDK) adalah unit pelaksana teknis di bidang pendidikan dan pelatihan kehutanan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan P2SDM Kehutanan. Balai Diklat Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan aparatur dan non aparatur di bidang kehutanan. Dalam melaksanakan tugas tersebut BDK menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyusunan rencana, program dan anggaran pendidikan dan pelatihan; b. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan; c. Pelaksanaan kerjasama pendidikan dan pelatihan; 9

25 d. Pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan; e. Pelaksanaan pengelolaan hutan pendidikan dan pelatihan; f. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pendidikan dan pelatihan; g. Pelaksanaan pelayanan data dan informasi di bidang pendidikan dan pelatihan; h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.52/Menhut-II/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan Negeri Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Negeri adalah unit pelaksana teknis dibidang pendidikan menengah kejuruan formal di lingkungan Kementerian Kehutanan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan P2SDM Kehutanan. SMK Kehutanan mempunyai tugas melaksanakan pendidikan kejuruan kehutanan bagi tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau sederajat. Dalam melaksanakan tugasnya SMK Kehutanan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: a. Penyusunan rencana dan program pendidikan pengajaran; b. Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di dalam dan di luar sekolah; c. Pelaksanaan kerjasama pendidikan dan pengajaran; d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. 10

26 C. Organisasi 1. Struktur Organisasi Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.33/Menhut-II/2012, maka struktur organisasi Badan P2SDM Kehutanan sebagaimana disajikan pada Gambar 1. PUSAT PENYULUHAN KEHUTANAN PUSAT PERENCANAAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN Gambar 1. Struktur Organisasi Badan P2SDM Kehutanan 11

27 Sekretariat Badan P2SDM Kehutanan dipimpin oleh Sekretraris Badan yang membawahi empat bagian, masing-masing bagian membawahi tiga sub bagian. Adapun empat bagian tersebut yaitu: 1) Bagian Program dan Kerjasama; 2) Bagian Evaluasi, Diseminasi dan Perpustakaan; 3) Bagian Kepegawaian, Hukum, Organisasi dan Tata Laksana; dan 4) Bagian Keuangan dan Umum. Struktur organisasi Sekretariat Badan P2SDM Kehutanan disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Struktur Organisasi Sekretariat Badan P2SDM Kehutanan 12

28 Pusat Penyuluhan Kehutanan dipimpin oleh Kepala Pusat yang membawahi 3 (tiga) bidang, yaitu Bidang Pengembangan Penyuluhan Kehutanan, Bidang Ketenagaan Penyuluh Kehutanan dan Bidang Bina Pemberdayaan Masyarakat. Setiap bidang membawahi dua sub bidang. Untuk Sub Bagian Tata Usaha, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah Bidang Pengembangan Penyuluhan Kehutanan. Gambar struktur organisasi Pusat Penyuluhan Kehutanan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Struktur Organisasi Pusat Penyuluhan Kehutanan 13

29 Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan dipimpin oleh Kepala Pusat yang membawahi 3 (tiga) bidang, yaitu Bidang Perencanaan Pengembangan SDM Aparatur Kehutanan, Bidang Perencanaan Pengembangan SDM Non Aparatur Kehutanan dan Bidang Perencanaan Pengembangan Kompetensi SDM Kehutanan. Masing-masing bidang membawahi dua sub bidang. Untuk Sub Bagian Tata Usaha, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah Bidang Perencanaan Pengembangan SDM Aparatur. Gambar struktur organisasi Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan disajikan pada Gambar 4. PUSAT PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEHUTANAN SUBBAGIAN TATA USAHA BIDANG PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR KEHUTANAN BIDANG PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA NON APARATUR KEHUTANAN BIDANG PERENCANAAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA KEHUTANAN SUBBIDANG PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR KEHUTANAN SUBBIDANG PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA NON APARATUR SUBBIDANG PENGKAJIAN KOMPETENSIS SUMBER DAYA MANUSIA KEHUTANAN SUBBIDANG EVALUASI DAN PELAPORAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR KEHUTANAN SUBBIDANG EVALUASI DAN PELAPORAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA NON APARATUR KEHUTANAN SUBBIDANG PENGUJIAN KOMPETENSIS SUMBER DAYA MANUSIA KEHUTANAN Gambar 4. Struktur Organisasi Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan 14

30 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan dipimpin oleh Kepala Pusat yang membawahi 3 (tiga) bidang, yaitu Bidang Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan, Bidang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan serta Bidang Pengelolaan Pendidikan. Masing-masing Bidang membawahi 2 (dua) sub bidang. Untuk Sub Bagian Tata Usaha, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah Bidang Pengembangan Diklat. Gambar struktur organisasi Pusat Diklat Kehutanan disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Struktur Organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan 15

31 Balai Diklat Kehutanan terdiri Kepala Balai Diklat yang membawahi tiga seksi atau eselon IV yaitu Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Penyelenggaraan dan Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan dan Seksi Sarana dan Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan. Struktur organisasi Balai Diklat Kehutanan sebagaimana disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Struktur Organisasi Balai Diklat Kehutanan SMK Kehutanan didukung oleh satu eselon IV yang menangani aspek administrasi keuangan, kepegawaian, umum dan rumah tangga. Struktur organisasi SMK Kehutanan sebagaimana disajikan pada Gambar 7. SMK KEHUTANAN NEGERI SUBBAGIAN TATA USAHA Gambar 7. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Negeri 16

32 2. Sumber Daya Manusia Jumlah pegawai Badan P2SDM Kehutanan secara keseluruhan adalah 980 orang yang tersebar di unit kerja Pusat dan di UPT sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Jabatan Struktural dan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Lingkup Badan P2SDM Kehutanan No. Jabatan Jumlah 1. Eselon I 1 2. Eselon II 4 3. Eselon III 23 -Pusat 16 -UPT (BDK) 7 4. Eselon IV 59 -Pusat 33 -UPT (BDK) dan SMK Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan 5 a. Pegawai Satker Pusat Untuk penyelenggaraan kegiatan Badan P2SDM Kehutanan di Pusat didukung personil sebanyak 245 orang dengan jumlah berdasarkan golongan sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi Pegawai Badan P2SDM Kehutanan di Kantor Pusat Berdasarkan Golongan No Golongan Laki-laki Perempuan Jumlah (orang) 1 Golongan IV Golongan III Golongan II Golongan I Jumlah Berdasarkan tingkat pendidikan sebaran pegawai Badan P2SDM Kehutanan di Satker Pusat sebagaimana disajikan pada Table 3. 17

33 Tabel 3. Rekapitulasi Pegawai Badan P2SDM Kehutanan di Kantor Pusat Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Golongan Laki-laki Perempuan Jumlah (orang) 1 S S S1/D D SLTA/D1/D SLTP SD Jumlah b. Pegawai UPT Badan P2SDM Kehutanan Untuk penyelenggaraan kegiatan Badan P2SDM Kehutanan di Unit Pelaksana Teknis (Balai Diklat Kehutanan dan SMK Kehutanan Negeri) didukung personil sebanyak 735 orang dengan jumlah berdasarkan golongan sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Pegawai Badan P2SDM Kehutanan di UPT Badan Berdasarkan Golongan No Golongan Laki-laki Perempuan Jumlah (orang) 1 Golongan IV Golongan III Golongan II Golongan I Jumlah Berdasarkan tingkat pendidikan sebaran pegawai Badan P2SDM Kehutanan di UPT Badan sebagaimana disajikan pada Table 5. Tabel 5. Rekapitulasi Pegawai Badan P2SDM Kehutanan di UPT Badan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Golongan Laki-laki Perempuan Jumlah (orang) 1 S S S1/D D SLTA/D1/D SLTP SD Jumlah

34 3. Sarana Prasarana Untuk mendukung kelancaran tugas Badan P2SDM Kehutanan, dilengkapi dengan sarana prasarana perkantoran dan sarana transportasi, secara rinci sebagaimana disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Sarana dan Prasarana Kantor Badan P2SDM Kehutanan pada Masing-Masing Unit Kerja Eselon II lingkup BadanP2SDM Kehutanan NO JENIS SARANA DAN PRASARANA KONDISI BAIK RUSAK JUMLAH I. Sekretariat Badan P2SDM Kehutanan 1 Jeep Sedan Mini Bus ( Penumpang 14 Orang Kebawah ) Sepeda Motor a. Sekretariat Badan 9-9 b. Kabupaten/Kota (Penyuluh Kehutanan) Mesin Ketik Manual Portable (11-13 Inci) Lemari Besi/Metal Lemari Kayu Rak Kayu Brandkas Kardex Besi Lemari Katalog White Board Alat Penghancur Kertas Mesin Absensi LCD Projector/Infokus Meja Kerja Kayu Kursi Besi/Metal Kursi Kayu Sice Meja makan kayu Kursi Fiber Glas/Plastik Partisi Meubel Air Lainnya Jam Elektronik Lemari Es AC Window AC Split Kipas Angin Televisi Sound System Camera Video Dispenser Karpet Gordyn/Kray

35 NO JENIS SARANA DAN PRASARANA KONDISI BAIK RUSAK JUMLAH 35 DVD Player Voice Recorder Lensa Kamera Alat Pemanas Processing (Water Heater) Layar Film Projector Pesawat Telephone Facsimile Alat Komunikasi Lainnya Cooling Water Circulator TV Monitor Kamera Digital Lemari Kamera P.C Unit Lap Top Note Book Printer (Peralatan Personal Komputer) Scanner (Peralatan Personal Komputer) External Floppy Disk Drive Server Gedung dan Bangunan Dalam Renovasi Monografi 1-1 II Pusat Penyuluhan Kehutanan 1 Jeep Mini Bus ( Penumpang 14 Orang Kebawah ) Sepeda Motor a. Pusat Penyuluhan Kehutanan b. Kabupaten/Kota (Penyuluh Kehutanan) Lori Dorong Mesin Ketik Manual Portable (11-13 Inci) Mesin Ketik Manual Standard (14-16 Inci) Mesin Ketik Listrik Potable (11-13 Inci) Mesin Fotocopy Folio Lemari Besi/Metal Lemari Kayu Rak Kayu Filing Cabinet Besi Brandkas Kardex Besi Papan Visual/Papan Nama White Board Copy Board/Elektric White Board Peta Alat Penghancur Kertas Globe Mesin Absensi Alat Pemotong Kertas Headmachine Besar Overhead Projector

36 NO JENIS SARANA DAN PRASARANA KONDISI BAIK RUSAK JUMLAH 25 Panel Pameran Laser Pointer LCD Projector/Infocus Meja Kerja Kayu Kursi Besi/Metal Sice Meja Rapat Meja Komputer Lemari Es Televisi Wireless Megaphone Camera Video Tustel Dispenser Handy Cam Gordyin/Kray DVD Player Disc Record Player Blitzzer Camera Electronic Video Tape Recorder Portable Video Caption Adder Film Projector Slide Projector Lensa Kamera Duplicator DVD Telephone (PABX) Intermediate Telephone/Key Telephone Facsimile Tape Recorder (Alat Laboratorium Kebisingan Dan Getaran) Kamera Digital GPS P.C Unit Lap Top Note Book Personal Komputer Lainnya Printer (Peralatan Personal Komputer) Scanner (Peralatan Personal Komputer) CD Writter Peralatan Personal Komputer Lainnya Gedung dan Bangunan Dalam Renovasi Software Komputer 2-2 III. Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan 1 Mini Bus ( Penumpang 14 Orang Kebawah ) Kendaraan Bermotor Penumpang Lainnya Sepeda Motor Mesin Ketik Manual Standard (14-16 Inci)

37 NO JENIS SARANA DAN PRASARANA KONDISI BAIK RUSAK JUMLAH 5 Mesin Ketik Elektronik/Selektrik Lemari Besi/Metal Lemari Kayu Rak Kayu Filing Cabinet Besi Brandkas Kardex Besi White Board LCD Projector/Infocus Focusing Screen/Layar LCD Projector Portable Air Conditioner (Alat Pendingin) Televisi Megaphone Dispenser Handy Cam Voice Recorder Facsimile Serial Scanner/Printer Kamera Digital P.C Unit Lap Top Note Book Printer (Peralatan Personal Komputer) Voice Recorder 3-3 IV. Pusat Diklat Kehutanan 1 Ruang Kelas Ruang Diskusi Ruang Makan Aula Asrama Perpustakaan Media Center Tempat Ibadah Laboratorium Bahasa Inggris dan Komputer Rumah Dinas Sarana Olah Raga Gedung Kantor Kendaraan Roda Kendaraan Roda Kendaraan Roda Kendaraan Roda 4 (Pick Up) PC. Komputer LCD Komputer Camera Digital Voice Recorder Printer

38 BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis (Renstra) Badan P2SDM Kehutanan Tahun Visi, Misi dan Kebijakan Prioritas Kementerian Kehutanan Mengacu Rencana Strategis Kementerian Kehutanan yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut- II/2010 jo. P.15/Menhut-II/2013, pernyataan visi Kementerian Kehutanan Tahun adalah Hutan Lestari untuk Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan. Berdasarkan visi tersebut, Kementerian Kehutanan telah menetapkan misi Tahun , sebagai berikut: 1) Memantapkan kepastian status kawasan hutan serta kualitas data dan informasi kehutanan. 2) Meningkatkan Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL). 3) Memantapkan penyelenggaraan perlindungan dan konservasi sumberdaya alam. 4) Memelihara dan meningkatkan fungsi dan daya dukung DAS. 5) Menyediakan teknologi dasar dan terapan. 6) Memantapkan kelembagaan penyelenggaraan tata kelola kehutanan Kementerian Kehutanan. 7) Mewujudkan SDM kehutanan yang profesional. Untuk mencapai visi dan misi pembangunan kehutanan, Kementerian Kehutanan telah menetapkan enam Kebijakan Prioritas Pembangunan Kehutanan melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/Menhut- II/2011, yang mencakup: 1) Pemantapan kawasan hutan. 2) Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS). 3) Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan. 4) Konservasi keanekaragaman hayati. 5) Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan. 23

39 6) Pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. 2. Visi dan Misi Badan P2SDM Kehutanan Pernyataan Visi Badan P2SDM Kehutanan Tahun sebagaimana tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Nomor P.03/IX- SET/2012 tentang Rencana Strategis Badan P2SDM Kehutanan Tahun adalah SDM Penyelenggara Pembangunan Kehutanan Kompeten dan Profesional. Untuk mewujudkan visi Badan P2SDM Kehutanan tersebut, telah ditetapkan misi: Mengisi Kesenjangan Kompetensi SDM Kehutanan. Sejalan visi dan misi Badan P2SDM Kehutanan Tahun , maka tujuan penyelenggaraan pembangunan kehutanan bidang P2SDM Kehutanan adalah Mewujudkan kebijakan penyuluhan dan Pengembangan SDM kehutanan dalam rangka meningkatkan kinerja pengelolaan hutan di tingkat tapak. Gambaran hubungan keterkaitan visi dam misi Badan P2SDM Kehutanan Tahun sebagai penjabaran lebih lanjut dari visi dan misi Kementerian Kehutanan Tahun sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 8. KEMENHUT Tahun BADAN P2SDM KEHUTANAN Tahun VISI : Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan. VISI: SDM Penyelenggara Pembangunan Kehutanan Kompeten dan Profesional MISI ke-7 Mewujudkan SDM Kehutanan yang Profesional MISI: Mengisi Kesenjangan Kompetensi SDM Kehutanan. Gambar 8. Hubungan Visi Misi Kemenhut dan Badan P2SDM Kehutanan Tahun

40 3. Sasaran Strategis Badan P2SDM Kehutanan Dalam kaitannya dengan implementasi Kebijakan Prioritas Pembangunan Kehutanan, Badan P2SDM Kehutanan mempunyai tanggung jawab dalam mengawal pemberdayaan masyarakat sekitar hutan (butir ke-6). Konsepsi pembangunan kehutanan berbasis pemberdayaan masyarakat berorientasi pada upaya pelibatan masyarakat sekitar hutan sebagai pelaku utama pembangunan kehutanan dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari sebagaimana ilustrasi pada Gambar 9. Gambar 9. Sasaran dan Tujuan Pembangunan Kehutanan Berdasarkan konsepsi tersebut, terdapat rumusan sasaran strategis pembangunan kehutanan Tahun dalam rangka mewujudkan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, yaitu Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya dalam rangka peningkatan kualitas SDM Kehutanan baik SDM aparatur maupun non aparatur yang diintervensi melalui penyelenggaraan kegiatan kediklatan kehutanan, terdapat rumusan sasaran strategis pembangunan kehutanan Tahun : Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan lainnya minimal sebanyak orang. 25

41 B. Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan P2SDM Kehutanan Tahun Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) bidang P2SDM Kehutanan Tahun merupakan ukuran keberhasilan dari kinerja organisasi Badan P2SDM Kehutanan. Mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun , IKU dan IKK Badan P2SDM Kehutanan Tahun secara detil disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Indikator Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tujuan Dan Outcome/Hasil Tujuan: Peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha melalui upaya penyuluhan, serta peningkatan kapasitas aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya. Outcome/hasil: Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya. Kegiatan Prioritas Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan Sasaran (Hasil Outcomes Atau Output Yang Diharapkan) Terselenggaranya pengembangan SDM Kehutanan Meningkatnya kesadaran dan partisipasi pelaku utama dan pelaku usaha serta peran penyuluh dalam pembangunan kehutanan Indikator a. Pemetaan dan Pengembangan Aparatur Kehutanan (Kemenhut dan Daerah) selesai di 33 Provinsi. b. Pemetaan dan Perencanaan Pengembangan SDM Non Aparatur selesai di 33 provinsi. c. Sertifikasi Penyuluh Kehutanan sebanyak 1500 orang. a. Terbentuknya 500 Kelompok Usaha Produktif Kehutanan. b. Tercukupinya Sarana Prasarana dan Alat Bantu Penyuluhan Kehutanan Sebanyak 60 Unit Percontohan Pemberdayaan Masyarakat dan Unit Kendaraan Operasional Penyuluh Kehutanan. c. Tercukupinya Tenaga Penyuluh Kehutanan dalam rangka 26

42 Program Tujuan Dan Outcome/Hasil Kegiatan Prioritas Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan lainnya Sasaran (Hasil Outcomes Atau Output Yang Diharapkan) Meningkatnya kualitas dan kapasitas aparatur Kementerian Kehutanan serta SDM Kehutanan lainnya Indikator mendukung Pengelolaan Hutan melalui pendayagunaan Orang Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat dan/atau Penyuluh Kehutanan Swasta. a. Pendidikan dan Pelatihan kepemimpinan, teknis dan administrasi kehutanan minimal sebanyak orang peserta. b. Pendidikan menengah kejuruan kehutanan sebanyak siswa. c. Pendidikan pasca sarjana jenjang S2 dan S3 sebanyak 325 orang lulusan. d. Sertifikasi ISO 9001 : 2008 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan sejumlah 5 unit 27

43 Program Tujuan Dan Outcome/Hasil Kegiatan Prioritas Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan P2SDM Kehutanan Sasaran (Hasil Outcomes Atau Output Yang Diharapkan) Penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan P2SDM Kehutanan secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan Indikator a. Tata kelola pemerintahan yang baik di lingkungan Badan P2SDM Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 17 satker. b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di lingkungan Badan P2SDM Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut wajar tanpa pengecualian mulai laporan keuangan Tahun 2011 sebanyak 17 satker. c. Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat. d. Terbentuknya kelembagaan penyuluhan di 6 provinsi dan 100 kabupaten/kota. Keterangan: Indikator kinerja yang dicetak tebal merupakan IKU Bidang P2SDM Kehutanan Tahun

44 C. Rencana Kerja (RKT) Badan P2SDM Kehutanan Tahun Arah Kebijakan dan Strategi Tahun 2014 Arah kebijakan penyelenggaraan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan dalam mendukung keberhasilan pembangunan kehutanan telah dirumuskan sesuai Rencana Strategis Badan P2SDM Kehutanan Tahun adalah sebagai berikut: 1) Terpenuhinya kebijakan mengenai pemenuhan kompetensi SDM pengelolaan hutan. 2) Terpenuhinya kebijakan dan sistem penyuluhan kehutanan dalam rangka mendukung pengelolaan hutan. 3) Meningkatnya kualitas SDM kehutanan untuk mendukung pengelolaan hutan termasuk di tingkat tapak. 4) Terpenuhinya kebutuhan tenaga penyuluh kehutanan. Sesuai arah kebijakan penyelenggaraan penyuluhan dan pengembangan SDM Kehutanan tersebut, strategi yang ditempuh adalah sebagai berikut: 1) Penguatan kebijakan dan kelembagaan pengembangan SDM kehutanan. 2) Mendorong kebijakan mengenai standar kompetensi SDM kehutanan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kehutanan. 3) Menetapkan kebijakan sistem pendidikan dan pelatihan kehutanan berbasis kompetensi. 4) Pengembangan kurikulum pendidikan dan pelatihan kehutanan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kehutanan. 5) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kehutanan untuk mendukung pengelolaan hutan di tingkat tapak. 6) Menetapkan kebijakan sistem penyuluhan kehutanan guna mendukung pengelolaan hutan di tingkat tapak. 7) Mendorong kelembagaan penyuluhan dalam mendukung pengelolaan hutan di tingkat tapak. 8) Mengembangkan sistem insentif penyuluhan kehutanan. 29

45 9) Mendorong pelaku usaha bidang kehutanan dalam pengembangan kapasitas SDM kehutanan. 10) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik. 2. Program dan Kegiatan Sesuai arah kebijakan dan strategi penyelenggaraan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan, maka rencana tindak Badan P2SDM Kehutanan diformulasikan dalam satu pengembangan program dengan nomenklatur Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan. Program tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam jenis kegiatan utama meliputi: 1) Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan; 2) Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan lainnya; 3) Peningkatan Penyuluhan Kehutanan; 4) Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya unit Badan P2SDM Kehutanan. 3. Target Rencana Kerja Tahun 2014 Rencana Kerja (Renja) Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 merupakan instrumen dasar untuk kerangka kerja, perkiraan Program Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kehutanan pada Tahun Substansi Renja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 merupakan jabaran lebih lanjut dari Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.44/Menhut-II/2013 tentang Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Tahun Dokumen Renja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 menjadi acuan dalam penyusunan rancangan/usulan rencana kerja dan anggaran seluruh satuan kerja unit Badan P2SDM Kehutanan Tahun Pagu anggaran Renja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 merupakan pagu indikatif sebagai batas atas belanja dalam penyusunan rancangan/usulan kegiatan sesuai hasil trilateral meeting antara Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Kehutanan cq. Badan P2SDM 30

46 Kehutanan. Pagu indikatif untuk penyelenggaraan Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tahun 2014 adalah sebesar Rp. 220,72 Milyar atau 4,43% dari alokasi pagu indikatif total Kementerian Kehutanan sebesar 4,98 Trilyun. Dari alokasi pagu indikatif Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tahun 2014 telah diusulkan Rencana Kerja Badan P2SDM Kehutanan berdasarkan IKU dan IKK sebagaimana disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Usulan Rencana Kerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 No. Pagu Indikatif Kegiatan dan Indikator Kinerja (Rp. Juta) 1. Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan 9.943,5 a. Pemetaan dan pengembangan aparatur kehutanan di 16 Provinsi 5.257,0 b. Pemetaan dan perencanaan pengembangan SDM Non Aparatur di 16 Provinsi 1.500,0 c. Sertifikasi penyuluh kehutanan sebanyak 500 orang 3.106,5 2. Peningkatan pelayanan penyuluhan kehutanan ,0 a. Kelompok masyarakat produktif mandiri, sebanyak 100 kelompok ,0 b. Tercukupinya sarana dan prasarana dan alat bantu penyuluhan kehutanan sebanyak 30 unit percontohan pemberdayaan masyarakat 2.700,0 c. Tercukupinya tenaga penyuluh kehutanan dalam rangka mendukung pengelolaan hutan melalui pendayagunaan orang penyuluh kehutanan swadaya masyarakat dan/atau penyuluh kehutanan swasta ,0 3. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur ,0 Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan lainnya a. Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, teknis dan administrasi kehutanan minimal sebanyak orang peserta 80,016,3 b. Pendidikan menengah kejuruan kehutanan sebanyak 288 siswa ,0 c. Pendidikan pasca sarjana jenjang S2 dan S3 sebanyak 65 orang lulusan ,0 4. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan ,0 a. Tata kelola pemerintahan yangbaik di lingkungan Badan P2SDM Kehutanan sesuai kerangka reformasi birokrasi untuk menjamin kinerja yang optimal di 17 satker 4.847,0 b. Tertib administrasi pengelolaan keuangan dan BMN di 7.790,0 lingkungan Badan P2SDM Kehutanan dalam rangka mewujudkan opini laporan keuangan Kemenhut :wajar tanpa pengecualian di 17 satker 31

47 No. Kegiatan dan Indikator Kinerja c. Terbentuknya 10 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peren serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat d. Terbentuknya kelembagaan penyuluhan di 6 propinsi dan 100 kabupaten/kota *) Pagu Indikatif (Rp. Juta) 1.923,0 Jumlah ,8 - Keterangan *) Tidak dialokasikan pembiayaannya dan pada persetujuan trilateral meeting telah disetujui tidak lagi sebagai IKK. Berdasarkan tugas dan fungsi, arah kebijakan, strategi, serta kemampuan pembiayaan Tahun 2014, maka pokok-pokok output kegiatan sebagai jabaran lebih lanjut usulan Rencana Kerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 disajikan pada Tabel 9. 32

48 33 Tabel 9. Pokok-Pokok Output Kegiatan Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 No 6 Laporan 10. Kapasitas SDM Penyuluh Kehutanan dan - Orang 11. Laporan peningkatan kinerja penyuluh - Laporan 12. Kampanye Indonesia Menanam (KIM) dan Kecil 1 Kegiatan 14. Sarana dan Prasarana Penyuluhan Kehutanan - Unit Kegiatan Utama Sasaran Kegiatan Output Volume I. Peningkatan Penyuluhan Meningkatnya kesadaran dan 1. Laporan pembinaan dan kegiatan penyuluhan kehutanan Kehutanan partisipasi pelaku 2. Materi Penyuluhan Kehutanan 15 Materi utama dan pelaku 3. Pedoman/Juklak/Juknis Bidang Penyuluhan 4 Draft usaha serta peran penyuluh dalam 4. Kehutanan Dokumen Perencanaan dan Pengelolaan 3 Dokumen pembangunan kehutanan 5. anggaran Laporan monitoring dan evaluasi penyuluhan 22 Laporan kehutanan 6. Pengembangan sarana dan prasarana - Unit penyuluhan kehutanan 7. Lomba Wana lestari 2 Kegiatan 8. Percontohan penyuluhan kehutanan dan 62 Unit pemberdayaan masyarakat 9. kemitraan penyuluhan Kehutanan 2 Laporan Masyarakat kehutanan Menanam Dewasa Memanen (KMDM) 13. Programa Penyuluhan Kehutanan 1 Laporan 15. Kelompok Usaha Produktif (KUP) 69 Kelompok 16. Layanan Perkantoran 12 Bulan Layanan 17. Peralatan dan Fasilitasi Perkantoran 18 Unit 18. Gedung/Bangunan 148 M2 19. Bakti Sarjana Kehutanan (BASARHUT)*) 120 Orang

49 No 3. Pengukuran perilaku kerja pegawai dengan metode 1 Laporan 4. Perencanaan tenaga kerja sektor kehutanan 1 Laporan 7. Monitoring dan evaluasi bidang pengembangan 2 Laporan SDM kehutanan (aparatur dan non aparatur) Kegiatan Utama Sasaran Kegiatan Output Volume II. Perencanaan Terselenggaranya 1. Pemetaan dan Perencanaan Pengembangan SDM 4 Laporan Pengembangan SDM Kehutanan pengembangan SDM Kehutanan Aparatur dan Non Aparatur 2. Penyusunan draft kebijakan pengembangan SDM kehutanan 1 Laporan 360 derajat 5. Bakti sarjana kehutanan (BASARHUT)*) 1 Laporan 6. Penyelenggaraan bursa kerja (JOB FAIR) 1 Laporan 8. Pengkajian kompetensi SDM kehutanan 2 Laporan 9. Sertifikasi kompetensi SDM kehutanan 500 Orang 10. Dokumen Penyusunan Perencanaan 4 Laporan 11. Layanan perkantoran 12 Bulan Layanan 12. Peralatan dan fasilitas perkantoran 14 Unit III. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya 1. Lulusan Diklat Kepemimpinan, Teknis, dan Fungsional Kehutanan 826 Orang 34 Penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM secara efektif dan efisien baik di unit pusat maupun di unit daerah, dan menjadi bagian dalam mewujudkan reformasi birokrasi dan tata kelola di lingkup Kementerian Kehutanan 2. Karyasiswa Pasca Sarjana (Program S2 dan S3) 149 Orang 3. Draft Peraturan Tentang Kediklatan 7. Dokumen Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran 6 Dokumen 10. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 21 Unit 9 Draft 4. Publikasi Kediklatan Eksemplar 5. Materi Kediklatan 25 Buku 6. Kerjasama Teknik 2 Dokumen 8. Laporan Kegiatan dan Pembinaan 15 Laporan 9. Layanan Perkantoran 12 Bulan 11. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 380 Unit

50 35 No Kegiatan Utama Sasaran Kegiatan Output Volume IV. Dukungan Penyelenggaraan 1. Laporan hasil pembinaan penyuluhan dan 7 laporan Manajemen dan pelaksana tugas tugas dan fungsi Badan Penyuluhan pengembangan SDM Kehutanan 2. Laporan monitoring dan evaluasi 7 Laporan teknis lainnya dan Pengembangan 3. Dokumen perencanaan dan pengelolaan anggaran 7 Dokumen unit Badan SDM secara efektif 4. Draft peraturan bidang penyuluhan dan 3 Draft peraturan P2SDM Kehutanan dan efisien baik di unit pusat maupun pengembangan SDM Kehutanan 5. Layanan perkantoran 12 Bulan layanan di unit daerah, dan 6. Laporan pembinaan administrasi umum, keuangan 12 Laporan menjadi bagian dan kepegawaian dalam mewujudkan 7. Peralatan dan Fasilitasi Perkantoran 32 Unit reformasi birokrasi 8. Gedung/Bangunan 650 M2 dan tata kelola di lingkup Kementerian 9. Dokumen kemitraan/jejaring kerja 4 Dokumen Kehutanan Keterangan : *) Tenaga Bakti Sarjana Kehutanan diusulkan sebagai crash program pemenuhan kebutuhan SDM kehutanan.

51 4. DIPA dan Satuan Kerja Unit Badan P2SDM Kehutanan Tahun Anggaran 2014 Dalam rangka mendukung pembiayaan penyelenggaraan Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tahun 2014, telah diterbitkan DIPA BA. 29 Unit Badan P2SDM Kehutanan Tahun Anggaran (TA) 2014 berdasarkan pagu definitif sebesar Rp ,- (dua ratus tiga puluh dua milyar seratus Sembilan puluh empat juta enam ratus lima puluh lima ribu rupiah). Sumber dana DIPA tersebut terdiri Rupiah Murni (RM) sebesar Rp ,- (77,04%), dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp ,- (22,96%). Pagu tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan pagu indikatif dalam Rencana Kerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun Kenaikan pagu tersebut utamanya untuk mendukung pembiayaan crash program Tenaga Bakti Sarjana Kehutanan. Dalam rangka efisiensi/pemotongan anggaran DIPA Unit Badan P2SDM Kehutanan TA sesuai Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2014, pagu anggaran Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan TA 2014 sebesar Rp ,- telah dioptimalisasi utamanya terhadap belanja belanja perjalanan dinas dan konsyiring. Sesuai DIPA Unit Badan P2SDM Kehutanan TA 2014 hasil APBN-P yang diterbitkan pada Bulan Juli 2014, pagu anggaran unuit Badan P2SDM Kehutanan berubah menjadi Rp ,- (dua ratus dua puluh lima milyar tiga puluh tujuh juta delapan ratus empat puluh enam ribu rupiah). Sumber dana DIPA tersebut terdiri dari RM sebesar Rp ,- (79,48%) dan PNBP sebesar Rp ,- (20,52%). Pada Tahun 2014 Semester II terdapat anggaran hibah dari Dinas Pendidikan Provinsi sebesar Rp (sembilan ratus enam puluh enam juta tujuh ratus empat puluh delapan ribu rupiah) sehingga total pagu anggaran DIPA unit Badan P2SDM Kehutanan TA menjadi sebesar Rp dengan rincian per kegiatan sebagaimana disajikan Tabel

52 Tabel 10. Alokasi Anggaran pada DIPA unit Badan P2SDM Kehutanan Tahun Anggaran 2014 Pagu Anggaran Pagu Revisi No Kegiatan (Rp) Pengehematan (Rp) 1. Peningkatan penyuluhan Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan 3. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan 4. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya BP2SDM Kehutanan 5. Kegiatan dekonsentrasi di Provinsi (Pembinaan Penyuluhan Kehutanan, Fasilitasi Penyuluhan Kehutanan dan Monitoring dan Evaluasi) Total Penyelenggaraan program P2SDM Kehutanan dilaksanakan oleh 49 satuan kerja (Pusat, UPT dan satuan kerja pengelola Dana Dekonsentrasi Penyuluhan Kehutanan). Daftar Satker Pusat dan daerah lingkup Badan P2SDM Kehutanan adalah sebagai berikut: a. Satuan Kerja Pusat, Satker, yaitu: 1. Pusat Penyuluhan Kehutanan; 2. Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan; 3. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan; 4. Sekretariat Badan P2SDM Kehutanan. b. Satuan Kerja UPT (12 Satker), yaitu: 1. Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Bogor; 2. Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Kadipaten; 3. Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Pematangsiantar; 4. Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Pekanbaru; 5. Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Samarinda; 6. Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Makassar; 37

53 7. Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan Kupang; 8. Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Negeri Kadipaten; 9. Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Negeri Pekanbaru; 10. Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Negeri Samarinda; 11. Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Negeri Makassar; 12. Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan Negeri Manokwari. Terkait pelaksanaan kegiatan kediklatan di wilayah Papua dan Papua Barat yang pada tahun sebelumnya dilakukan oleh BLK Manokwari, maka pada Tahun 2014, pembiayaannya diakomodir di BDK Makassar dengan pertimbangan status BLK Manokwari sebagai UPTD. c. Satuan kerja pengelola kegiatan dekonsentrasi penyuluhan kehutanan (33 Satker), yaitu : 1. Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta; 2. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Jawa Barat; 3. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah; 4. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY; 5. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur; 6. Dinas Kehutanan Provinsi Aceh; 7. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara; 8. Dinas Kehutanan provinsi Sumatera Barat; 9. Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Riau; 10. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jambi; 11. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan; 12. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian,Kehutanan dan Perikanan Provinsi Lampung; 13. Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat; 14. Badan Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Kalimantan Tengah; 38

54 15. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan; 16. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Timur; 17. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara; 18. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah; 19. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan; 20. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara; 21. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Maluku; 22. Dinas Kehutanan Provinsi Bali; 23. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat; 24. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Nusa Tenggara Timur; 25. Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua; 26. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Bengkulu; 27. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Maluku Utara; 28. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Banten; 29. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Kep. Bangka Belitung; 30. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Gorontalo; 31. Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Provinsi Kepulauan Riau; 32. Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat; 33. Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat; 39

55 Pada Tahun 2014 terdapat dua Satker Pengelola Dana Dekonsentrasi Dinas Kehutanan Provinsi yang dipindahkan ke Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan/Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan yaitu di Provinsi Jawa Barat dan Banten. D. Penetapan Kinerja Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut- II/2011 tentang Indikator Kinerja Utama Kementerian Kehutanan, penetapan kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 telah ditandatangani oleh Menteri Kehutanan dan Kepala Badan P2SDM Kehutanan pada Bulan Januari Tahun 2014 sebagaimana disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Penetapan Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 PRORAM SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Keterangan: Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan lainnya. 1. Terbentuknya kerjasama kemitraan dalam rangka peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat 2. Terbentuknya kelompok masyarakat produktif mandiri 3. Sertifikasi Penyuluh Kehutanan sebanyak 4. Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM kehutanan lainnya 5. Pendidikan menengah kehutanan 10 dokumen kerjasama 100 Kelompok 500 orang orang 288 orang ANGGARAN (Rp x Juta) *) *) Alokasi anggaran pada Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2014 merupakan pagu DIPA Unit Badan P2SDM Kehutanan TA sebelum revisi/penghematan. 40

56 A. Capaian Kinerja Organisasi BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 1. Reviu atas Dokumen Perencanaan Dalam rangka pengendalian dan pengamanan pelaksanaan APBN TA 2014, telah diterbitkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) dalam rangka Pelaksanaan APBN TA Poin utama dalam Instruksi Presiden tersebut adalah: a. K/L melakukan identifikasi secara mandiri (self blocking) terhadap program/kegiatan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) TA 2014, yang akan dihemat dan memastikan anggarannya tidak dicairkan. b. Penghematan dan pemotongan dilakukan utamanya terhadap belanja honorarium, perjalanan dinas, biaya rapat/konsinyering, iklan, pembangunan gedung kantor, pengadaan kendaraan operasional, belanja bantuan sosial, sisa dana lelang atau swakelola, serta anggaran dari kegiatan yang belum terikat kontrak Dalam rangka efisiensi/pemotongan anggaran DIPA Unit Badan P2SDM Kehutanan TA 2014 sesuai Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2014, pagu anggaran Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan TA 2014 sebesar Rp ,- telah dioptimalisasikan utamanya terhadap belanja belanja perjalanan dinas dan konsinyering. Sesuai DIPA Unit Badan P2SDM Kehutanan TA 2014 hasil APBN-P yang diterbitkan pada Bulan Juli 2014, pagu anggaran unit Badan P2SDM Kehutanan berubah menjadi Rp ,- terdiri dari sumber dan RM sebesar Rp ,- (79,48%) dan PNBP sebesar Rp ,- (20,52%). 41

57 2. Reviu terhadap Hasil Audit Inspektorat Jenderal Kemenhut Pada LAKIP Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2013 Berdasarkan hasil evaluasi oleh tim Inspektorat Jenderal, ditemukan permasalahan menyangkut sistem akuntabilitas kinerja Tahun 2013 dari lingkup Eselon I Badan P2SDM Kehutanan dengan contoh acak empat Satuan Kerja, sebagai berikut: a. Dokumen Renstra Eselon I Badan P2SDM Kehutanan belum sepenuhnya selaras dengan dokumen Renstra Kementerian Kehutanan. Hal ini terlihat adanya indikator kinerja kegiatan berupa terbentuknya kelembagaan penyuluhan di enam provinsi dan 100 kabupaten/kota, belum dimuat dalam dokumen renstra Eselon I. Berdasarkan konfirmasi dengan pihak terkait diketahui bahwa hal tersebut dikarenakan pembentukan kelembagaan penyuluhan di enam provinsi merupakan tanggung jawab dinas provinsi. b. Dokumen renstra Eselon II belum seluruhnya dilakukan reviu secara berkala. c. Dokumen Renstra Eselon II belum seluruhnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan. d. Target capaian Indikator Kinerja Renstra Eselon II belum seluruhnya selaras dengan Renstra Badan P2SDM Kehutanan. e. Output pada target PK Eselon II tidak selaras dengan output pada Renstra Badan P2SDM Kehutanan dan Indikator Kinerja Utama (IKU). f. Pengumpulan data kinerja pada satker lingkup Badan P2SDM Kehutanan belum sepenuhnya dapat diandalkan, yaitu belum terdapat indikator kinerja individu yang mengacu pada IKU unit kerja serta Pengukuran Capaian Kinerja individu belum dilaksanakan. 42

58 g. Satker lingkup Badan P2SDM Kehutanan belum sepenuhnya membuat pedoman atau standar operational procedur (SOP) pengumpulan data kinerja dan tidak jelas waktu pengumpulannya. h. Informasi pencapaian sasaran yang bersifat outcome belum dijelaskan dan belum digunakan untuk menilai, serta belum memperbaiki pelaksanaan program/kegiatan. Terhadap permasalahan yang telah dikemukakan tersebut di atas, Inspektorat Jenderal memberikan rekomendasi sebagai berikut: a. Dokumen Rencana Strategis/Rencana Kerja/Rencana Kerja Tahunan/Penetapan Kinerja, supaya: 1) Diselaraskan dengan dokumen Renstra Kementerian Kehutanan 2) Dilakukan reviu secara berkala; 3) Renstra dijadikan acuan dalam penyusunan Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran 4) Renstra diselaraskan dengan capaian indikator kinerjanya. 5) Output pada target PK diselaraskan dengan Renstra dan IKU b. Dokumen Pengukuran Capaian Kinerja, supaya: 1) Melakukan monitoring penerapan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) lingkup Eselon I Badan P2SDM Kehutanan yang merupakan salah satu sarana untuk mengukur kinerja individu dan melakukan evaluasi pada akhir Tahun 2013; 2) Dibuat pedoman atau SOP pengumpulan data kinerja dan tata waktunya; 3) Dilakukan reviu terhadap pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) secara berkala 4) Indikator kinerja unit kerja diselaraskan dengan output dan relevan dengan kondisi yang diukur. c. Dokumen pelaporan kinerja (LAKIP), supaya: 1) Informasi kinerja LAKIP disempurnakan dengan menyajikan informasi pencapaian IKU 43

59 menyajikan informasi outcome yang diharapkan dari pencapaian sasaran. 2) Capaian seluruh kegiatan dievaluasi dan dianalisis secara rinci; 3) Informasi target dan realisasi anggaran Tahun 2013 disajikan secara rinci. d. Memerintahkan tim reformasi birokrasi lingkup Badan P2SDM Kehutanan yang sudah ditetapkan dengan SK Kepala Badan P2SDM Kehutanan Nomor 5 Tahun 2012 untuk berperan serta aktif dalam mengumpulkan bukti dokumen mendukung delapan area perubahan yang akan dinilai oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Terhadap hasil penilaian evaluasi dan rekomendasi yang telah diberikan oleh Tim Audit Inspektorat Jenderal Badan P2SDM Kehutanan telah melakukan perbaikan-perbaikan yaitu: a. Sesuai hasil trilateral meeting antara Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Kehutanan cq. Badan P2SDM Kehutanan tidak ditetapkan lagi indikator Terbentuknya kelembagaan penyuluhan di enam provinsi dan 100 kabupaten/kota sebagai Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Sekretariat Badan P2SDM Kehutanan. b. Dari hasil koordinasi dengan biro perencanaan pada Rapat Evaluasi Triwulan II, Biro perencanan telah menanggapi bahwa tidak ada revisi Renstra Kemenhut sehingga indikator Terbentuknya kelembagaan penyuluhan di enam provinsi dan 100 kabupaten/kota masih tetap tercantum walaupun statusnya tidak lagi sebagai IKK. c. Satker Pusat dan UPT lingkup Badan P2SDM Kehutanan telah menyusun Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) Tahun 2014 sebagai hasil Pengukuran Capaian Kinerja individu serta telah dilakukan penilaian dan evaluasi pada akhir Tahun

60 d. Sekretaris Badan telah menyurati Satker Pusat dan UPT berkenaan dengan butir-butir hasil evaluasi dan rekomendasi Tim Audit Inspektorat Jenderal untuk menjadi perbaikan bagi SAKIP tahun mendatang. 3. Metode Pengukuran Metode Pengukuran Capaian Kinerja menggunakan formula sederhana yaitu menentukan persentase capaian kinerja, meliputi kinerja fisik, kinerja keuangan, serta tingkat efektivitas dan efisiensi pelaksanaan capaian kinerja. a. Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran dimaksudkan adalah untuk mengetahui tingkat pelaksanaan pencapaian rencana dan/atau keberhasilan pencapaian visi dan misi Badan P2SDM Kehutanan. Hasil dari Pengukuran Capaian Kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja sasaran. Dalam melakukan Pengukuran Capaian Kinerja digunakan formulasi Pengukuran Capaian Kinerja sebagai berikut: Realisasi Capaian Kinerja = x 100% Rencana Pengukuran efektivitas capaian kinerja sasaran Tahun 2014 dilakukan dengan membandingkan capaian kinerja Tahun 2014 dengan capaian Tahun Dari hasil pembandingan tersebut dapat diketahui kemajuan efektivitas pelaksanaan kinerja sasaran yang dilaksanakan Tahun Efektivitas = Capaian Kinerja % Capaian kinerja fisik tahun berjalan % Capaian kinerja fisik tahun sebelumnya 45

61 Rasio yang dihasilkan > 1 berarti terjadi peningkatan efektivitas. Rasio yang dihasilkan = 1 maka efektivitas capaian kinerja tahun berjalan dibandingkan tahun sebelumnya adalah tetap atau sama dengan tahun sebelumnya. Rasio yang dihasilkan < 1 menunjukkan efektivitas capaian kinerja sasaran yang menurun, sehingga perlu adanya percepatan pencapaian kinerja pada tahun yang akan datang yang dirumuskan dalam Renja/RKT, guna mencapai kinerja yang telah ditetapkan sampai dengan akhir tahun periode Renstra. Efisiensi Capaian Kinerja sasaran Tahun 2014 dilakukan melalui pembandingan antara capaian kinerja (fisik) dengan pelaksanaan anggaran Tahun Dari hasil pembandingan tersebut dapat diketahui Efisiensi Capaian Kinerja sasaran yang dilaksanakan Tahun Efisiensi Capaian = Kinerja % Capaian kinerja fisik tahun berjalan % Capaian keuangan tahun berjalan Apabila rasio yang dihasilkan > 1 maka pelaksanaan pencapaian sasaran termasuk kategori efisien. Apabila rasio yang dihasilkan < 1 menunjukkan pencapaian kinerja sasaran kurang efisien. b. Evaluasi Kinerja Berdasarkan perhitungan Pengukuran Capaian Kinerja, dilakukan evaluasi terhadap pencapaian pada setiap indikator kinerja kegiatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai halhal yang mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kegiatan. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dihadapi agar dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan di waktu yang akan datang. 46

62 Berdasarkan pembatasan terhadap tingkat capaian kinerja yang diarahkan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk meminimalisir adanya bias dalam penghitungan capaian kinerja sasaran, khusus untuk sasaran yang memiliki tingkat capaian kinerja yang melebihi 150%, diasumsikan pencapaiannya maksimal hanya sebesar 150%. Evaluasi dilakukan dengan melakukan pengukuran tingkat efektivitas yang menggambarkan tingkat kesesuaian antara tujuan dengan hasil. Selain itu juga, evaluasi dilakukan terhadap setiap perbedaan kinerja (performance gap) yang terjadi, baik terhadap penyebab terjadinya gap maupun strategi pemecahan masalah yang telah dan akan dilakukan. c. Analisis Akuntabilitas Kinerja Analisis akuntabilitas kinerja meliputi uraian keterkaitan kinerja dengan program dan kebijakan dalam mewujudkan visi, misi, sasaran dan tujuan sebagaimana ditetapkan dalam rencana strategis. Dalam analisis ini dijelaskan perkembangan kondisi pencapaian dan tujuan secara efisien dan efektif sesuai dengan kebijakan, program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan informasi/data yang diperoleh secara lengkap dan akurat, dan apabila memungkinkan dilakukan evaluasi kebijakan itu sendiri maupun sistem dan proses pelaksanaannya. 4. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2014 Kinerja Badan P2SDM Kehutanan didasarkan pada empat komponen pengukuran yaitu: a. Pengukuran Capaian Kinerja; b. Efektivitas Capaian Kinerja; c. Efisiensi Capaian Kinerja; 47

63 d. Rasio Realisasi Kinerja Sampai dengan Tahun 2014 dengan Target Renstra; Adapun uraian setiap komponen Pengukuran Capaian Kinerja tersebut diatas adalah sebagai berikut : a. Pengukuran Capaian Kinerja Pada tahun anggaran 2014, Badan P2SDM Kehutanan sebagai salah satu eselon I pada Kementerian Kehutanan telah menetapkan satu sasaran yang akan dicapai dengan lima Indikator Kinerja Utama (IKU). Capaian realisasi pada akhir tahun menunjukkan bahwa target semua Indikator Kinerja Utama (IKU) tercapai, bahkan terdapat capaian indikator yang melebihi dari yang ditargetkan. Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan P2SDM Kehutanan dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja utama. Hasil pengukuran rata-rata kinerja Badan P2SDM Kehutanan pada Tahun 2014 adalah sebesar %. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator tersebut sebagaimana disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 PROGRAM SASARAN INDIKATOR KINERJA Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Meningkatnya Kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya. Kerjasama kemitraan antara pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Terbentuknya 500 kelompok masyarakat produktif mandiri sertifikasi Penyuluh Kehutanan sebanyak orang TARGET Realisasi % Capaian ,00 Dokumen Dokumen Kerjasama Kerjasama 100 Kelompok 100 Kelompok 100, orang 503 orang

64 PROGRAM SASARAN INDIKATOR KINERJA Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya minimal sebanyak orang TARGET Realisasi % Capaian ,00 orang orang Pendidikan menengah Kehutanan sebanyak orang 288 orang 474 orang 150,00 Rata-rata b. Efektivitas dan Efisiensi Capaian Kinerja 1) Efektivitas Capaian Kinerja Hasil pengukuran efektivitas capaian kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 sebagaimana disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Pengukuran Efektivitas capaian kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 Sasaran Program Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha melalui upaya penyuluhan, serta peningkatan kapasitas aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya Indikator Kinerja Terbentuknya kerjasama kemitraan dalam rangka peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Terbentuknya kelompok masyarakat produktif mandiri Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Satuan Dokumen Kerjasama Target Tahun 2014 Realisasi Tahun 2014 % Capaian Tahun 2014 % Capaian Tahun 2013 Efektivit as Capaian Kinerja ,00 123,08 0,81 Orang , ,73 Kelompok , ,90 49

65 Sasaran Program Indikator Kinerja Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya Pendidikan Menengah Kehutanan Satuan Target Tahun 2014 Realisasi Tahun 2014 % Capaian Tahun 2014 % Capaian Tahun 2013 Efektivit as Capaian Kinerja Peserta , , ,00 Siswa ,l ,00 Rata-rata Efektivitas Capaian Kinerja Tahun ,89 Berdasarkan Tabel 12 Indikator 1, 2 dan 3 memiliki rasio efektivitas <1, sedangkan indikator 4 dan 5 memiliki nilai =1, rata-rata efektivitas capaian kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 sebesar 0,89. 2) Efisiensi Capaian Kinerja Hasil pengukuran Efisiensi Capaian Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 sebagaimana disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Pengukuran Efisiensi Capaian Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 Sasaran Program Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha melalui upaya penyuluhan, serta peningkatan kapasitas aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan Indikator Kinerja Satuan Target Fisik Tahun 2014 Terbentuknya kerjasama kemitraan dalam rangka peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Terbentuknya kelompok masyarakat produktif mandiri Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Realisa si Fisik Tahun 2014 %Capaian Kinerja 2014 (%) Realisa si anggar an 2014 (%) Efisiensi Capaian Kinerja Kerjasama ,10 1,07 Kelompok ,26 1,08 Orang ,13 1,09 50

66 Sasaran Program lainnya Indikator Kinerja Satuan Target Fisik Tahun 2014 Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya Realisa si Fisik Tahun 2014 %Capaian Kinerja 2014 (%) Realisa si anggar an 2014 (%) Efisiensi Capaian Kinerja Peserta 3,000 5, ,57 1,59 Pendidikan Menengah Kehutanan Siswa ,23 1,58 Rata-rata Kinerja Badan P2SDM Kehutanan ,03 1,28 Tabel 14. menunjukkan bahwa Badan P2SDM Kehutanan pada Tahun 2014 telah berkinerja baik, penggunaan anggaran dalam mencapai target kinerja telah efisien. Hal ini ditunjukkan dengan rasio efisiensi seluruh indikator kinerja utama yang memiliki nilai 1,07 s/d 1,59 dengan rata-rata sebesar 1,28. c. Perbandingan Capaian Kinerja sampai dengan Tahun 2014 terhadap Target Renstra Perbandingan capaian kinerja sampai dengan Tahun 2014 dengan target Renstra diperoleh dengan cara membandingkan rata-rata reliasasi setiap Indikator Kinerja Utama Badan P2SDM Kehutanan selama lima tahun dengan target Renstra. Capaian kinerja kumulatif 2010 sampai dengan Tahun 2014 serta hasil pengukuran rasio realisasi kinerja sampai dengan Tahun 2014 sebagaimana disajikan pada Tabel

67 Rata-rata capaian kinerja Badan P2SDM Kehutanan selama 5 tahun (Renstra ) % Tabel 15. Hasil Pengukuran Capaian Kinerja Badan P2SDM Kehutanan s/d Tahun 2014 Program / Kegiatan Outcome/ Output Indikator Kinerja Target Satuan Progres/Kumulatif Capaian realisasi sd Penyuluhan dan pengembangan SDM Kehutanan Meningkatnya kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan Lainnya. Terbentuknya 50 kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Terbentuknya 500 kelompok masyarakat produktif mandiri sertifikasi Penyuluh Kehutanan sebanyak orang pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya minimal sebanyak orang Pendidikan menengah Kehutanan sebanyak orang 50 kerjasama kelompok orang , orang 5,190 9,231 3,036 4,667 5,480 27, orang ,

68 5. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Analisis dan evaluasi capaian kinerja Tahun 2014 pada Badan P2SDM Kehutanan dapat dijelaskan sebagai berikut: Capaian Indikator Kinerja 1 Terbentuknya kerjasama kemitraan antara pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat Pada penetapan kinerja Tahun 2014 target kinerja kerjasama kemitraan ditetapkan sebanyak 10 dokumen kerjasama dengan capaian kinerja 100%. Realisasi Pengukuran Capaian Kinerja dari Indikator kinerja kerjasama kemitraan antara pelaku utama dan pelaku usaha digambarkan sebagaimana disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Pengukuran Capaian Kinerja Badan P2SDM Kehutanan pada Indikator Kinerja Utama Kerjasama Kemitraan Tahun 2014 SASARAN Meningkatnya INDIKATOR KINERJA Jumlah kerjasama TARGET 10 Realisasi Output 10 % Capaian 100 Kapasitas pelaku kemitraan antara dokumen dokumen utama dan pelaku pelaku utama dan Kerjasama Kerjasama usaha serta pelaku usaha dalam kualitas aparatur pemberdayaan Kementerian masyarakat Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya. Kerjasama kemitraan dimaksudkan untuk mendukung terselenggaranya pengembangan Hutan Rakyat (HR) melalui kegiatan kemitraan antara industri pengolahan kayu dan Kelompok Tani Hutan (KTH/pelaku utama). Tujuan yang ingin dicapai dalam kerjasama kemitraan ini adalah meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan fungsi para pihak melalui pembentukan jejaring kerja dan sinergi kegiatan. 53

69 Perkembangan Capaian Kinerja indikator Kerjasama Kemitraan Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2010 s/d 2014 sebagaimana disajikan pada Gambar 10. Gambar 10. Perkembangan Capaian Kinerja Indikator Kerjasama Kemitraan Kegiatan kerjasama kemitraan ini memiliki nilai efektivitas 0,81 yang berarti terdapat penurunan capaian bila dibandingkan dengan Tahun Hal ini dikarenakan capaian Tahun 2013 sebanyak 16 kerjasama kemitraan sedangkan Tahun 2014 hanya 10 kerjasama kemitraan. Namun secara keseluruhan realisasi dari kegiatan ini telah melampaui target jangka menengah yang ditetapkan di dalam Renstra, dengan realisasi 56 kerjasama kemitraan dari target 50 kerjasama kemitraan. Untuk nilai efisiensi kegiatan pelaksanaan kerjasama Kemitraan memiliki nilai 1,07 lebih tinggi dari 1 yang berarti dalam capaian output kegiatan, penggunaan anggaran telah efisien. Rekapitulasi Kerjasama Kemitraan antara Perusahaan dengan Kelompok Tani selama lima tahun ( ) dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7. 54

70 Gambar 11. Penandatangan MoU kerjasama kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha Tahun 2014 di Kabupaten Temanggung disaksikan oleh Sekretaris Badan P2SDM Kehutanan Implementasi kerjasama kemitraan hutan rakyat yang telah dicapai pada Tahun 2014 mencakup kegiatan sebagai berikut: 1) Rapat Persiapan, Koordinasi dan Penandatanganan Kerjasama Kemitraan. Rapat koordinasi pusat dan daerah yang dilakukan di Provinsi Jawa Tengah dalam rangka persiapan dan koordasi kerjasama kemitraan pada Tahun Implementasi dari kegiatan ini adalah terjalinnya 10 kerjasama kemitraan antara pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat pada Tahun Kerjasama kemitraan tersebut berada pada Kabupaten Boyolali sejumlah 4 kerjasama kemitraan, Kabupaten Temanggung sejumlah 2 kerjasama kemitraan, Kabupaten wonosobo sejumlah 2 (dua) kerjasama kemitraan dan di Kabupaten Batang sejumlah 2 (dua) kerjasama kemitraan. 2) Rapat Konsolidasi kemitraan hutan rakyat Rapat Konsolidasi kemitraan hutan rakyat dilaksanakan guna meningkatkan sinergitas dan pembagian peran sesuai dengan fungsi institusi dalam pengelolaan hutan rakyat kemitraan. Kegitan ini dilaksanakan dengan melibatkan BP2SDMK, Ditjen BUK, Setjen 55

71 Kementerian Kehutanan dan Ditjen BPDAS-PS, Dinas Kehutanan Kabupaten Se-Provinsi Jawa Tengah di Provinsi Jawa Tengah. Penyelenggaraan Rapat Konsolidasi Kemitraan Hutan Rakyat bertujuan untuk melakasanakan evaluasi pelaksanaan kemitraan antara petani Hutan Rakyat Kemitraan dan Industri di Jawa Tengah dan membangun sinergitas pengelolaan Hutan Rakyat Kemitraan dan penetapan lokasi model pengintegrasian pengelolaan hutan rakyat kemitraan. 3) Pendampingan Kemitraan oleh Penyuluh Kehutanan Pendampingan kegiatan kemitraan oleh penyuluh kehutanan dilakukan agar mampu memberdayakan dan mensejajarkan posisi tawar antara kelompok tani dengan perusahaan perkayuan. Kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh penyuluh kehutanan sebagai pendamping kemitraan hutan rakyat adalah: a) Pendampingan oleh penyuluh kehutanan dalam hal teknis, administrasi dan kelembagaan b) Koordinasi dengan perusahaan mitra sehingga diharapkan untuk pelaksanaan kegiatan kemitraan antara pengusaha dengan kelompok tani dapat berjalan terus dan saling menguntungkan. c) Penyuluh memberikan penyuluhan tentang Peta Permasalahan Kegiatan Fisik Kelompok Tani meliputi satu wilayah desa, sehingga penyusunan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kelompok berdasarkan skala prioritas penanganan. d) Pembinaan ke Kelompok tani agar memiliki akses kemitraan dalam upaya untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan kemandirian Kelompok Tani. e) Pembinaan yang dilakukan oleh Penyuluh Pendamping kemitraan adalah tentang koperasi. f) Pelatihan bagi kelompok tani oleh penyuluh kehutanan dan perusahaan. 56

72 g) Pemberian informasi berupa informasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), pengkoperasian, dan akses pasar. h) Sosialisasi peraturan dan bantuan permodalan dari BLU i) Studi Banding Kemitraan yang dilakukan oleh penyuluh kehutanan dengan Kelompok Tani Hutan Rakyat. 4) Pembekalan kemitraan Hutan Rakyat Dalam mendorong pelaksanaan kegiatan kemitraan hutan rakyat diperlukan adanya pembekalan tentang kemitraan yang dilakukan sehingga keberhasilan pelaksanaan kegiatan kemitraan hutan rakyat lebih optimal. Penyuluh kehutanan melakukan pendampingan dan pemberdayaan bagi kelompok tani, kelompok tani dan perusahaan dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban sebagaimana dalam perjanjian kerjasama. Pada pembekalan kemitraan ini diharapkan peserta mendapatkan ilmu, pengalaman dan pembelajaran (lesson learned) dari pemateri yang memiliki keahlian. Peserta pembekalan kemitraan adalah penyuluh kehutanan sebagai pendamping kemitraan hutan rakyat, kelompok tani hutan rakyat dan dinas kehutanan kabupaten/provinsi, Badan Pelaksana Penyuluh dan Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah. 5) Monitoring Kemitraan pada 16 lokasi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Dalam rangka mengetahui progres dari kerjasama kemitraan hutan rakyat maka dilakukan monitoring kemitraan pada 16 lokasi kemitraan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Monitoring kemitraan dilakukan agar pelaksanaan kemitraan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana, sehingga dapat mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi dengan melakukan penilaian yang dilakukan selama ini sudah tepat untuk mencapai tujuan kegiatan kemitraan. 57

73 Monitoring kegiatan kemitraan ini bertujuan untuk mengetahui progres dari kerjasama yang ada dan sekaligus untuk menetapkan strategi yang akan ditempuh dalam upaya meningkatkan efektivitas pelaksanaan kerjasama kemitraan tersebut. Monitorting kemitraan dilakukan secara berjenjang yaitu: a) Pelaporan yang dilakukan oleh penyuluh kehutanan sebagai pendamping kemitraan kepada Dinas Kehutanan Kabupaten, Bapelluh, Dinas Kehutanan Provinsi, Sekretariat Bakorluh dan Badan P2SDMK. b) Monitoring kemitraan hutan rakyat oleh tim monitoring yang terdiri dari Dinas Kehutanan Kabupaten, Bapelluh, Dinas Kehutanan Provinsi, Sekretariat Bakorluh dan Badan P2SDMK. c) Tindak lanjut kegiatan monitoring kemitraan dengan pembinaan dan surat ke daerah. Hasil monitoring kemitraan yang dilakukan pada 16 lokasi kemitraan pada 3 provinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan hasil monitoring sebagai berikut: a) Penjualan kayu masih didominasi oleh pengepul/makelar sehingga keuntungan yang seharusnya menjadi milik kelompok tani malah dinikmati oleh pengepul. Petani mengalami rugi dan tidak mendapatkan keuntungan secara maksimal. Pemenuhan kebutuhan hidup yang biasanya dilakukan dengan tebang butuh dimanfaatkan oleh pedangang pengepul (broker). b) Komitmen perusahaan terhadap SPKS tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan misal penjualan kayu belum bisa dijual langsung ke perusahaan. Broker merajalela dan membeli kayu dengan harga yang murah. c) Perusahaan umumnya hanya membagikan bibit saja kepada kelompok tani, hanya di beberapa wilayah seperti di lumajang perusahaan sudah membantu pembuatan bibit (berupa pemberian bantuan polibag, benih dan pupuk), penyediaan biaya 58

74 pembuatan bibit dalam bentuk HOK 10 orang 3 (tiga) bulan, dan biaya pemupukan. d) Belum terwujudnya pelaksanaan hak dan kewajiban dari perusahaan terhadap kelompok tani e) Masih belum terjalin koordinasi antara Dishut Prov, Bakorluh, Dinas Kabupaten dan perusahaan sesuai dengan pembagian peran masing-masing f) Penyuluh pendamping belum optimal melakukan identifikasi permasalahan kemitraan pada kelompok tani hutan rakyat sehingga belum bisa memberikan alternative/solusi pemecahan masalah. g) Belum semua penyuluh pendamping kemitraan mampu memfasilitasi KTHR dalam mengakses informasi pasar terutama harga kayu. Sebagian besar KTHR mendapatkan informasi harga dari pengepul/makelar/perusahaan. h) Belum semua penyuluh pendamping kemitraan mampu mengakses teknologi atau hasil-hasil penelitian terutama pada permasalahan hama penyakit tanaman sengon (karat furu) sehingga belum bisa memberikan solusi dalam mengatasi penyakit karat furu. Namun ada beberapa penyuluh memberikan alternative pemecahan dengan menanam sengon secara campuran (heterogen) dengan tanam keras lainnya. i) Kompetensi penyuluh kehutanan sebagai pendamping kemitraan Hutan Rakyat masih sangat lemah, oleh karena itu perlu peningkatan kompetensi penyuluh melalui kegiatan magang, studi banding maupun pelatihan teknik fasilitasi, teknik komunikasi dan lainnya. j) Substansi dari pendampingan kemitraan belum berupa upayaupaya dari penyuluh kehutanan dalam memperkuat kemitraan k) Masih kurangnya inisiatif dari penyuluh pendamping kemitraan untuk melakukan koordinasi dalam rangka mencari solusi masalah misalnya ke perusahaan, UPT terkait, dinas terkait, lembaga penelitian dan atau lembega pendidikan. 59

75 l) Kurangnya penguasaan teknik dan cara berkomunikasi dalam menghubungkan KTHR dengan pihak perusahaan dalam rangka meningkatkan posisi tawar petani. Outcome yang diperoleh dari kegiatan kerjasama kemitraan antara pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat di lapangan antara lain: a) Pemberian Bibit oleh Perusahaan b) Insentif Biaya Pemeliharaan kelompok tani oleh Perusahaan pada kerjasama kemitraan. c) Peningkatan kapasitas KTH pada kerjasama kemitraan oleh perusahaan d) Penguatan kelembagaan koperasi KTH. e) Akses permodalan dari perusahaan maupun pemerintah f) Bantuan Mesin Produksi Pengolahan Kayu dan Saprodi Sedangkan Dampak dari kegiatan kemitraan dari Tahun yang telah dirasakan yaitu peningkatan pendapatan kelompok tani antara lain Premium Price serta adanya jaminan Kelestarian hutan rakyat di Pulau Jawa. Kegiatan Kerjasama Kemitraan dari Tahun masih terpusat di wilayah pulau Jawa saja yaitu di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, hal ini dikarenakan salah satu persyaratan dari kelompok tani yang bermitra merupakan kelompok tani dengan kelas kelompok tani madya. Pada Tahun 2014 dilaksanakan evaluasi pelaksanaan kerjasama kemitraan yang telah terjalin dari Tahun pada 30 kelompok tani dari total 46 kelompok tani yang bermitra. Hasil dari Evaluasi Kerjasama Kemitraan yang telah berjalan sejak Tahun 2010 adalah sebagian besar telah berjalan dengan baik. Pada beberapa daerah bahkan mendapatkan penilaian yang sangat baik hingga memuaskan (Wonosobo). Namun pada daerah lainnya seperti Lumajang, Temanggung, dan Purworejo penilaiannya hanya mendapat predikat 60

76 Cukup. Hal ini dikarenakan proses kemitraan yang baru berjalan sekitar 1-2 Tahun. Rendahnya penilaian kerjasama kemitraan berdasarkan hasil evaluasi terdapat pada tahapan persiapan dan pelaksanaan kerjasama kemitraan. Kurangnya sosialisasi terhadap kelompok tani menjadi faktor yang sering ditemui pada evaluasi kemitraan di beberapa daerah. Disamping itu pertemuan antara pelaku utama dan pelaku usaha yang tidak rutin juga menjadi hambatan terhadap lancarnya kerjasama kemitraan yang terjalin. Gambar 12. Pertemuan Kelompok Tani Hutan Rakyat Tani Lestari dan PT. Sejahtera Usaha Bersama yang difasilitasi oleh Penyuluh Kehutanan di Kabupaten Mojokerto Pada tahapan pelaksanaan kerjasama kemitraan, bimbingan teknis terhadap kelompok tani masih minim disamping itu dukungan dari pelaku usaha terhadap pelaku utama juga kurang. Dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan MoU yang telah disepakati antara lain permasalahan penetapan harga jual. Kelompok tani kurang informasi terhadap harga kayu sehingga pada waktu menjual hasil kayu kelompok tani tidak tahu harus menawarkan harga berapa. 61

77 Pendampingan kerjasama kemitraan yang dilakukan penyuluh kehutanan swadaya masyarakat (PKSM) masih perlu pembinaan dari instansi teknis (Dinas Kehutanan/Bapelluh Kabupaten) karena PKSM yang ditunjuk sebagai pendamping belum tertib dalam pelaporan kegiatan yang dilaksanakan dan dalam pendokumenan kegiatan. Untuk memperoleh kesamaan cara dan teknis dalam melakukan pendampingan kepada kelompok tani, para penyuluh kehutanan yang ditunjuk sebagai pendamping perlu membentuk Forum Kemitraan Penyuluh Kehutanan. Capaian Indikator Kinerja 2 Terbentuknya Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri Indikator kinerja terbentuknya kelompok masyarakat produktif mandiri dicapai melalui kegiatan pendampingan Kelompok Usaha Produktif di 32 provinsi seluruh Indonesia melalui kegiatan dana dekonsentrasi penyuluhan Kehutanan. Maksud pendampingan KUP yaitu sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam mengembangkan usaha, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Adapun tujuannya adalah untuk memperkuat dan/atau mengembangkan kelembagaaan masyarakat yang terkait dengan pembangunan Kehutanan sehingga menjadi kelompok yang lebih produktif dan mandiri serta menciptakan kondisi kemitraan sejajar yang dinamis antara laki-laki dan perempuan sehingga memiliki kesamaan hak, kewajiban, kesempatan dan kedudukan dalam pembangunan bidang Kehutanan. 62

78 Gambar 13. Produksi Arang dan Cuka Kayu Kelompok Usaha Produktif Kelompok Wanita Tani (KWT) Dewi Sri Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Output kegiatan KUP yang dicapai pada Tahun 2014 yaitu terealisasinya kegiatan pendampingan KUP sebanyak 100 kelompok. Daftar Kelompok Usaha Produktif Tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 8. Capaian Tahun 2014 dibanding capaian Tahun 2013 menurun 37%, dengan rasio efektivitas capaian kinerja Namun demikian capaian KUP Tahun 2014 telah memenuhi target yang telah ditetapkan pada dokumen Renja maupun Penetapan Kinerja Tahun Berdasarkan penggunaan anggaran pelaksanaan kegiatan KUP Tahun 2014 juga telah efisien dengan nilai efisiensi capaian kinerja sebesar Capaian kinerja kelompok masyarakat produktif mandiri (KUP) Tahun 2014 dapat dilihat sebagaimana disajikan pada Tabel

79 Tabel 17. Realisasi Capaian Kinerja Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri pada Tahun 2014 SASARAN Meningkatnya Kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya. INDIKATOR KINERJA Jumlah kelompok masyarakat produktif mandiri TARGET Realisasi % Capaian 100 Unit 100 Unit 100 Target Renstra 500 kelompok masyarakat produktif mandiri selama 5 tahun juga telah tercapai. Capaian pelaksanaan KUP Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 sebanyak 552 kelompok atau sebesar 110,4%. Perkembangan Capaian Kinerja Indikator Kelompok Usaha Produktif Mandiri lingkup Badan P2SDM Kehutanan Tahun sebagaimana disajikan pada Gambar 14. Gambar 14. Perkembangan Capaian Kinerja Indikator Kelompok Masyarakat Produktif Mandiri Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap capaian kinerja terbentuknya kelompok masyarakat produktif mandiri yaitu: a. Tingginya komitmen penyelenggara penyuluhan terhadap kegiatan penyuluhan Kehutanan di lapangan. 64

80 b. Dukungan dan partisipasi pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kegiatan kelompok masyarakat semakin meningkat. c. Akses pasar komoditas Kehutanan semakin mudah dijangkau oleh masyarakat di sekitar hutan. KUP tersebar di 33 Provinsi Seluruh Indonesia meskipun sebagian masih terpusat di Pulau Jawa. Pembibitan tanaman Kehutanan, budidaya lebah madu, empon-empon serta HHBK lainnya merupakan jenis-jenis usaha yang digeluti kelompok-kelompok usaha produktif. Gambar 15. Inokulan Gaharu Serbuk dan Penyulingan Daun Gaharu Hasil KUP Binaan Penyuluh Kehutanan di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pelaksanaan kegiatan KUP sebagai salah satu implementasi pembangunan Kehutanan dinilai telah berhasil. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh beberapa indikator, diantaranya: a. Indikator ekonomi, berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. b. Indikator ekologi yaitu terjaganya sumber daya hutan beserta plasma nutfah yang ada di dalamnya. c. Indikator sosial budaya yaitu terjalinnya interaksi yang harmonis/serasi diantara anggota masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dan antara masyarakat dengan hutan beserta lingkungan ekosistemnya. 65

81 Dalam pelaksanaannya kegiatan KUP mengalami beberapa permasalahan antara lain sebagai berikut: 1) Pelaksana kegiatan fasilitasi KUP dana dekonsentrasi adalah Badan Koordinasi Penyuluhan/Dinas Kehutanan yang merupakan SKPD sehingga pengawasan dan evaluasi masih sangat kurang. 2) Koordinasi antara Badan Kordinasi Penyuluhan sebagai pelaksana kegiatan KUP dengan instansi lain, seperti Dinas Koperasi dan Dinas Perindustrian belum berjalan dengan baik. 3) Lemahnya sistem pelaporan kegiatan dana dekonsentrasi penyuluhan Kehutanan baik dari Satker Pengelola di Provinsi ke Pusat (Badan P2SDM Kehutanan) maupun dari Bapeluh (Pelaksana di Kabupaten ke Satker Pengelola di Provinsi). Sebagai upaya pemecahan masalah yang telah dan akan dilakukan oleh Badan P2SDM Kehutanan adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan pengawasan dan evaluasi kegiatan melalui arahan teknis dana dekonsentrasi. 2) Peningkatan pembinaan kepada Bakorluh dalam pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari dana dekonsentrasi. Outcome yang telah dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan pendampingan KUP yaitu: a) Tumbuh dan berkembangnya usaha kelompok masyarakat b) Meningkatnya kapasitas kelembagaan c) Meningkatnya kapasitas masyarakat Sedangkan dampak adanya KUP bagi masyarakat dan penyuluh pendamping yaitu meningkatnya perekonomian masyarakat, bertambahnya KUP baru serta meningkatnya kompetensi penyuluh sebagai pendamping kelompok KUP. 66

82 Capaian Indikator Kinerja 3 Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Uji kompetensi sertifikasi profesi Penyuluh Kehutanan dilaksanakan untuk menciptakan Penyuluh Kehutanan yang kompeten dan profesional dalam melakukan penyuluhan bidang Kehutanan. Penyuluh Kehutanan, sebagai salah satu pendukung program pembangunan Kehutanan melalui pemberdayaan masyarakat juga perlu disertifikasi dengan tujuan untuk mengukur dan mengetahui kompetensinya. Sertifikasi juga dapat menjamin bahwa presisi dan akurasi SDM dalam bekerja tetap tinggi. Gambar 16. Pelaksanaan uji tertulis sertifikasi Penyuluh Kehutanan di Provinsi Jawa Tengah Kegiatan uji kompetensi Penyuluh Kehutanan Tahun 2014 telah melampaui target yang ditetapkan yaitu sebanyak 503 orang Penyuluh Kehutanan bersertifikat. Capaian kinerja Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun 2014 dapat dilihat sebagaimana disajikan pada Tabel

83 68 Tabel 18. Realisasi Capaian Kinerja Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun 2014 SASARAN Meningkatnya Kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya. INDIKATOR KINERJA Sertifikasi Penyuluh Kehutanan TARGET Realisasi % Capaian 500 Unit 503 Unit Terhadap capaian Tahun 2013, capaian realisasi sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun 2014 juga mengalami penurunan, rasio efektivitas capaian kinerja kegiatan sertifikasi Penyuluh Kehutanan sebesar 0.9%. Seperti halnya Indikator Kinerja pendampingan KUP, Indikator Kinerja Sertifikasi Penyuluh Kehutanan telah memenuhi target yang ditetapkan pada dokumen RKT maupun Penetapan Kinerja Tahun Sedangkan berdasarkan penggunaan anggaran pelaksanaan kegiatan Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun 2014 telah efisien dengan nilai efisiensi capaian kinerja sebesar Adapun sebaran pelaksanaan Uji Kompetensi yang dilaksanakan pada Tahun 2014 disajikan sebagaimana Tabel 19. Sedangkan Data Penyuluh Kehutanan bersertifikat disetiap Kabupaten Tahun 2014 disajikan pada Lampiran 9. Tabel 19. Pelaksanaan Uji Kompetensi Penyuluh Kehutanan Tahun 2014 No Provinsi Tempat Uji Kompetensi Hasil Uji (Orang) 1 NAD Dinas Kehutanan Provinsi Aceh 13 2 Sumatera Utara Bakorluh Pertanian, Perikanan dan 29 Kehutanan Provinsi Sumatera Utara 3 Sumatera Barat Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat 26 4 Sumatera Selatan Bakorluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan 28 5 Bengkulu Bakorluh Pertanian, Perikanan dan 12 Kehutanan Provinsi Bengkulu 6 Lampung Bakorluh Pertanian, Perikanan dan 24 Kehutanan Provinsi Lampung 7 Jawa Barat BDK Kadipaten Provinsi Jawa Barat 99 8 Jawa Tengah Bakorluh Pertanian, Perikanan dan 84

84 No Provinsi Tempat Uji Kompetensi Hasil Uji (Orang) Kehutanan Provinsi Jawa Tengah 9 Jawa Timur Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Bali BP DAS Unda Anyar Provinsi Bali Nusa Tenggara 31 Barat Bakorluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat BDK Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur 12 Sulawesi Selatan BDK Makassar 4 Total 503 Berdasarkan data jumlah total Penyuluh Kehutanan Tahun 2014 sebanyak orang, dan telah mengikuti sertifikasi sampai dengan Tahun 2014 sebanyak orang. Target Renstra selama 5 tahun pelaksanaan Sertifikasi Penyuluh Kehutanan telah terpenuhi. Capaian sertifikasi Penyuluh Kehutanan sampai dengan Tahun 2014 sebanyak orang atau 3.39% melebihi target. Perkembangan Capaian Kinerja Indikator Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun sebagaimana disajikan pada Gambar 17. Gambar 17. Perkembangan Capaian Kinerja Indikator Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun

85 Sedangkan sebaran pelaksanaan Sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun 2010 s/d 2014 sebagaimana disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Sebaran pelaksanaan sertifikasi Penyuluh Kehutanan Tahun 2010 s/d 2014 No. Provinsi Total F F S F S F S A 1 NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan 5 Bengkulu Riau Lampung Jawa Barat Banten DIY Jawa Tengah Jawa Timur Bali NTB NTT Sulawesi Selatan 17 Sulawesi Tenggara 18 Kalimantan Selatan Jumlah * Keterangan: F : Fasilitator S : Supervisor A : Advisor * (1 orang dicabut sertifikatnya oleh LSP) Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian kinerja kegiatan sertifikasi penyuluhan Kehutanan adalah sebagai berikut: a. Kerjasama yang harmonis antara Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan dengan Bakorluh/Bapeluh, Dinas Kehutanan serta UPT Kementerian Kehutanan. b. Persiapan terhadap Penyuluh Kehutanan melalui sosialisasi 70

86 c. Komunikasi yang harmonis antara Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan dengan calon peserta uji kompetensi Gambar 18. Pengisian Portofolio Peserta Sertifikasi Penyuluh Kehutanan di Provinsi Jawa Barat Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan sertifikasi Penyuluhan Kehutanan yaitu sebagai berikut: 1) Pembangunan organisasi Lembaga Sertifikasi Tingkat I membutuhkan proses yang cukup panjang dan banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Selain itu terdapat hal yang cukup mendasar yaitu dalam pengusulan pembentukan LSP Tingkat I ke Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) perlu melampirkan kelengkapan dokumen yang dalam penyusunan dokumen tersebut juga membutuhkan kualifikasi tertentu. 2) Asesor yang tersedia dari sisi kuantitas belum memadai. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat ini baru memiliki ± 20 orang asesor yang telah mengikuti diklat asesor BNSP. Namun demikian, melihat jumlah keseluruhan SDM Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang ada, jumlah tersebut masih kurang memadai. 3) Keterbatasan SDM untuk menyusun dokumen sebagai persyaratan pengajuan LSP Tingkat I 71

87 Upaya pemecahan masalah yang telah dilakukan oleh Badan P2SDM Kehutanan melalui Pusat Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan adalah sebagai berikut: 1) Melakukan persiapan dalam pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Tingkat I dengan pembentukan Lembaga Sertifikasi Tingkat I lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta pembentukan Tim Asesor sebagai kelengkapan persyaratan legal formalnya melalui penetapan SK Kepala Badan P2SDM Kehutanan 2) Untuk mengatasi keterbatasan jumlah asesor, perlu diperbanyak crash program penyelenggaraan diklat pembentukan Asesor. 3) Menyiapkan SDM untuk menyusun dokumen yang diperlukan untuk pembentukan LSP Tingkat I dengan mengikutsertakan dalam diklat Penyusunan Dokumen yang diselenggarakan oleh BNSP. Outcome yang diperoleh dari sertifikasi Penyuluh Kehutanan yang telah dilaksanakan di tahun sebelumnya ( ) yaitu meningkatnya kompetensi dan profesionalisme Penyuluh Kehutanan sehingga kegiatan Penyuluhan dapat dilaksanakan secara profesional oleh penyuluh yang kompeten. Sedangkan dampak kegiatan sertifkasi Penyuluh Kehutanan yaitu meningkatnya kinerja kelompok tani hutan yang pada akhirnya pembangunan Kehutanan yang didampingi oleh penyuluh bersertifikat meningkat keberhasilannya. Capaian Indikator Kinerja 4 Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya Maksud dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan Aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan Lainnya adalah meningkatkan kemampuan aparatur Kehutanan dan SDM Kehutanan lainnya untuk mendukung program pembangunan Kehutanan melalui penyelenggaraan penidikan lanjutan (S2 dan S3), diklat prajabatan, diklat kepemimpinan, diklat teknis dan diklat fungsional lainnya. 72

88 Gambar 19. Pelaksanaan Kegiatan Training of Fasilitator (ToF) Diklat Kepemimpinan Tingkat III dan IV Pola Baru di Pusat Diklat Kehutanan Tahun 2014 Output penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya mencapai orang dari target orang atau % (atau diatas 150%) dari target yang ditetapkan pada Renja dan Penetapan Kinerja Badan P2SDM Kehutanan. Diklat ini terdiri dari orang peserta Diklat Aparatur yang dibiayai APBN (jenis pelaksanaan diklat APBN dapat dilihat pada Lampiran 11) dan orang peserta diklat yang dibiayai secara kerjasama. Realisasi capaian kinerja Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Tahun 2014 sebagaimana disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Realisasi Capaian Kinerja Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Tahun 2014 SASARAN Meningkatnya Kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya. INDIKATOR KINERJA Pendidikan dan pelatihan aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya minimal sebanyak orang TARGET Realisasi % Capaian orang orang

89 Alokasi anggaran Tahun 2014 untuk kegiatan diklat di Pusat Diklat Kehutanan dan 5 Balai Diklat Kehutanan hanya mencukupi untuk pelaksanaan diklat bagi orang. Sehingga untuk mencukupi target penetapan kinerja orang diperoleh dari pelaksanaan diklat pola kerjasama dan sharing budget dengan mitra terkait yang dilaksanakan di Pusat Diklat Kehutanan dan Balai Diklat Kehutanan. Kinerja kegiatan diklat Tahun 2014 memiliki rasio efektivitas sebesar 1. Hal ini dapat diartikan pelaksanaan diklat telah efektif. Sedangkan terhadap penggunaan anggaran pelaksanaan kegiatan diklat memiliki nilai rasio efisiensi sebesar 1.59, yang berarti realisasi kegiatan telah efisien. Rekapitulasi pelaksanaan Diklat Kehutanan Tahun 2014 di Pusat Diklat Kehutanan dan UPT Balai Diklat Kehutanan disajikan sebagaimana Tabel 22. Sedangkan Rekapitulasi realisasi Diklat Tahun pada setiap UPT BDK dapat dilihat pada Lampiran 12. Tabel 22 Rekapitulasi Pelaksanaan Diklat Kehutanan Tahun 2014 di Pusat Diklat Kehutanan dan UPT Balai Diklat Kehutanan No Unit Kerja Rencana 1 Tahun (APBN) Realisasi diklat APBN Realisasi diklat kerjasama Jumlah Realisasi Diklat 1 Pusat Diklat ,519 2 BDK Bogor BDK Kadipaten BDK P.siantar BDK Pekanbaru ,228 6 BDK Samarinda BDK Makassar BDK Kupang BLK Manokwari Jumlah 2,780 2,760 2,720 5,480 Pelaksanaan diklat Kehutanan selama 5 tahun Renstra telah melampaui batas target minimal yang ditetapkan yaitu orang. Total jumlah peserta diklat yang telah terselenggara dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 sebanyak orang. Perkembangan Capaian Kinerja Indikator Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya lingkup Badan P2SDM Kehutanan Tahun sebagaimana disajikan pada Gambar

90 Gambar 20. Perkembangan Capaian Kinerja Indikator Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kemenhut dan SDM Kehutanan lainnya Faktor yang berpengaruh dalam capaian kinerja pelaksanaan diklat Kehutanan yaitu ketersediaan sarana dan prasarana diklat yang memadai, sumber daya manusia (widyaiswara dan pengelola diklat yang professional dan kompeten), anggaran yang memadai khususnya anggaran kediklatan di biayai dengan rupiah murni sehingga pelaksanaan diklat dapat terencana dengan baik dan tepat waktu. Gambar 21. Praktek Lapang Diklat Calon Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (CKKPH) Tahun

91 Outcome yang dihasilkan oleh kegiatan pendidikan dan pelatihan yaitu adanya peningkatan kapasitas SDM aparatur dan SDM Kehutanan lainnya. Sedangkan Dampak dari kegiatan Diklat Aparatur Kehutanan yang telah dirasakan selama 5 tahun yaitu: a) Meningkatnya kapasitas SDM aparatur Kehutanan dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja organisasi alumni peserta diklat; b) Pengelolaan hutan yang kompeten dan profesional termasuk pengelolaan hutan sampai di tingkat tapak. Adapun Dampak kegiatan diklat non aparatur bagi masyarakat yaitu meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berperan serta di dalam pembangunan Kehutanan. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan diklat yaitu sebagai berikut: 1) Sebagian anggaran kediklatan yang bersumber dari dana PNBP pencairannya tidak jelas waktunya dan besarannya terbatas. Akibatnya Diklat yang dibiayai dengan anggaran PNBP pelaksanaannya menjadi tidak sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Bahkan untuk di Balai-Balai Diklat, anggaran PNBP tersebut tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan satu jenis diklat. Kondisi ini juga menjadi penyebab terjadinya penumpukan pelaksanaan diklat pada akhir tahun anggaran yang mengakibatkan penyelenggara diklat kesulitan dalam mendapatkan calon peserta diklat. 2) Khusus untuk diklat ganis, permasalahan/kendala yang dihadapi yaitu adanya peraturan yang mengatur tentang tenaga teknis (Permenhut Nomor 54 Tahun 2014) yang tidak sesuai dengan peraturan yang mengatur tentang kediklatan (PP. 12 Tahun 2010). 3) Adanya kebijakan dari LAN tentang pelaksanaan Diklat Kepemimpinan/prajabatan yang menggunakan pola baru yang memerlukan anggaran yang lebih besar, mekanisme/waktu lebih panjang serta persyaratan prasarana diklat yang digunakan dalam pelaksanaannya. 76

92 Solusi yang telah dilakukan oleh Pusat Diklat Kehutanan terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan diklat yaitu sebagai berikut: 1) Melaksanakan diklat pola kerjasama, sharing budget. 2) Memaksimalkan potensi sumber daya yang ada (anggaran, SDM dan Sarpras diklat). 3) Mengutamakan diklat-diklat prioritas. 4) Anggaran diklat yang diusulkan untuk Tahun 2015 agar mengikuti kebutuhan anggaran Diklat PIM/prajabatan pola baru. Terkait dengan kebijakan pemerintah Tahun 2015 bahwa pemerintah akan menyediakan kawasan hutan seluas ±12,7 juta Ha yang akan dikelola oleh masyarakat dalam bentuk HKm, HTR, Hutan Desa dan Hutan Adat, maka Pusat Diklat Kehutanan akan berkontribusi dalam penyiapan SDM pendamping yang kompeten melalui pendidikan dan pelatihan. Untuk itu perlu disediakan anggaran diklat dengan jumlah yang memadai. Capaian Indikator Kinerja 5 Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan Target Penyelenggaraan Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan pada Penetapan Kinerja Tahun 2014 sebanyak 288 orang dan output kinerja yang terealisasi sebanyak 474 orang. Pencapaian realisasi yang jauh melebihi target dikarenakan adanya kebijakan Kepala Badan P2SDM Kehutanan untuk melakukan penambahan kelas pada saat penerimaan siswa setiap tahunnya. Penambahan kelas ini sejalan dengan peningkatan permintaan tenaga terampil lulusan dari SMK Kehutanan pada tingkat tapak. Jika dibandingkan dengan Tahun 2013 terdapat peningkatan jumlah siswa yang diterima pada Tahun 2014 sebesar 2.82%. Nilai efektivitas capaian kinerja kegiatan pendidikan menengah kejuruan Kehutanan sebesar 1. Sedangkan nilai efisiensi capaian kinerja kegiatan pendidikan menengah kejuruan Kehutanan sebesar Penggunaan anggaran terhadap pencapaian output kegiatan telah efisien. 77

93 Capaian Kinerja Pendidikan Menengah Kehutanan Tahun 2014 disajikan sebagaimana Tabel 23. Tabel 23. Realisasi Capaian Kinerja Pendidikan Menengah Kehutanan Tahun 2014 SASARAN Meningkatnya Kapasitas pelaku utama dan pelaku usaha serta kualitas aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan Lainnya. INDIKATOR KINERJA Pendidikan Menengah Kehutanan sebanyak orang TARGET Realisasi % Capaian 288 orang 474 orang 150% Sebaran realisasi penerimaan siswa SMK Kehutanan pada Tahun 2014 dapat dilihat sebagaimana Tabel 24. Tabel 24. Sebaran Realisasi penerimaan siswa SMK Kehutanan pada Tahun 2014 No UPT SMK Kehutanan Target Renja 2014 Realisasi Penerimaan Siswa % Capaian SMK Pekanbaru ,25 2 SMK Samarinda ,88 3 SMK Makasar ,31 4 SMK Manokwari ,00 5 SMK Kadipaten ,38 Jumlah ,58 (> 150%) Target Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan Tahun 2010 s/d 2014 adalah sebanyak orang dan capaian realisasi sampai dengan Tahun 2014 sebanyak orang atau % dari target yang ditetapkan pada Renstra Badan P2SDM Kehutanan. Capaian Realisasi Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan Tahun pada lima UPT SMK Kehutanan dapat dilihat pada Lampiran 13. Sedangkan perkembangan Capaian Kinerja Indikator Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan lingkup Badan P2SDM Kehutanan Tahun sebagaimana disajikan pada Gambar

94 Gambar 22. Perkembangan Capaian Kinerja Indikator Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan lingkup Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Tahun Dengan adanya kewajiban penerapan kurikulum 2013, Badan P2SDM Kehutanan melalui Pusat Diklat Kehutanan selaku Pembina teknis Pendidikan Menengah Kejuruan Kehutanan mempersiapkan guru-guru SMK Kehutanan melalui workshop kurikulum 2013, agar para guru dapat memahami kaidah kurikulum 2013 sehingga dapat diterapkan sesuai dengan ketentuan. Pusdiklat Kehutanan juga telah menyiapkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran produktif Kehutanan. Dengan demikian materi pembelajaran sudah terstandar untuk diterapkan di SMK Kehutanan seluruh Indonesia secara bertahap, dan melakukan peningkatan kompetensi guru serta memaksimalkan potensi sarana yang tersedia. 79

95 Gambar 23. Kegiatan Praktek Lapangan Siswa SMK Kehutanan Outcome kegiatan pendidikan menengah Kehutanan yang dicapai yaitu tersedianya tenaga teknis terampil di bidang Kehutanan. Sedangkan dampak dari penyelenggaraan pendidikan menengah Kehutanan yaitu terpenuhinya kebutuhan tenaga teknis terampil di bidang Kehutanan dan terserapnya pangsa pasar SMK Kehutanan serta adanya respon positif dari pemerintah daerah (SMK Kehutanan Samarinda dan SMK Kehutanan Kadipaten) dalam memfasilitasi peningkatan proses belajar mengajar. Gambar 24. Prosesi Kelulusan Siswa SMK Kehutanan Tahun Kelulusan

96 Berdasarkan tingkat kelulusan siswa Tahun 2013 sampai dengan 2014, SMK Kehutanan telah meluluskan siswa sebanyak 563 orang siswa. Tahun 2013 Badan P2SDM meluluskan 267 orang, lulusan terserap seluruhnya melalui pengadaan CPNS Kementerian Kehutanan, Perum Perhutani, KPH dan HPH. Sedangkan pada Tahun 2014 terdapat 296 orang lulusan siswa SMK Kehutanan yang seluruhnya juga bekerja di Perum Perhutani, BPKH, KPH dan HPH serta pengadaan CPNS Kementerian Kehutanan. Sampai dengan Tahun 2014 Badan P2SDM Kehutanan telah meluluskan 563 orang siswa SMK Kehutanan yang seluruhannya telah terserap menjadi tenaga terampil Kehutanan. Tingkat penerimaan dan kelulusan siswa SMK Kehutanan Tahun sebagaimana disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Tingkat penerimaan dan kelulusan siswa SMK Kehutanan Tahun Tahun Rencana Siswa SMK (Orang) Realisasi Penerimaan Siswa (Orang) Jumlah Siswa Lulus (Orang) Peluang Kerja pengadaan CPNS Kementerian Kehutanan, Perum Perhutani, KPH dan HPH Perum Perhutani, BPKH, KPH dan HPH serta pengadaan CPNS Kementerian Kehutanan Jumlah 1, Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan menengah Kehutanan terdapat beberapa permasalahan yang dikelompokan dalam permasalahan teknis dan permasalahan administrasi. Permasalahan teknis dalam penyelenggaraan pendidikan menengah Kehutanan adalah sebagai berikut: 1) Modul materi pembelajaran belum sepenuhnya tersedia. 2) Kompetensi guru belum merata. 81

97 3) Materi uji kompetensi keahlian (UKK) peserta didik SMK Kehutanan belum sempurna. 4) Penerapan delapan standarisasi penyelenggaraan SMK Kehutanan belum merata. Upaya pemecahan masalah teknis pendidikan menengah Kehutanan adalah sebagai berikut: 1) Akan diterbitkan beberapa modul materi pembelajaran secara bertahap mulai Tahun ) Akan dilaksanakan diklat peningkatan kompetensi guru secara bertahap. 3) Akan dilakukan penyempurnaan materi UKK yang diselaraskan dengan SKKNI secara bertahap. 4) Monitoring dan supervisi ke SMK yang belum terstandar akan dilaksanakan secara bertahap. Permasalahan administrasi dalam penyelenggaraan pendidikan menengah Kehutanan adalah sebagai berikut: 1) Kapasitas asrama dan kelas belum terpenuhi. 2) Peralatan praktek belum terstandar. 3) Penyebaran tenaga pendidik tidak merata. 4) Masih terdapat beberapa siswa yang tidak disiplin. Upaya pemecahan masalah administrasi pendidikan menengah Kehutanan adalah sebagai berikut: 1) Akan diadakan renovasi/pembangunan penambahan asrama dan ruang kelas secara bertahap. 2) Pengadaan peralatan praktek sesuai dengan ketersediaan anggaran secara bertahap. 3) Pemenuhan pengangkatan CPNS formasi guru SMK Kehutanan. 4) Menerapkan peraturan Kepala Badan P2SDM Kehutanan tentang disiplin peserta didik SMK Kehutanan (pemecatan terhadap siswa yang indisipliner) serta meningkatkan pengamanan/pengawasan terhadap anak didik dan guru. 82

98 B. Capaian Kinerja Anggaran Total Anggaran (pagu) pada Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 adalah sebesar Rp. 226,004,594,000,- realisasi sampai dengan 31 Desember Tahun 2014 sebesar Rp. 212,511,279,459 atau 94.03%. Realisasi capaian fisik Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 sebesar 98.60%. Adapun rincian capaian kinerja anggaran setiap satker sebagaimana disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Realisasi Capaian Kinerja Anggaran Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 No. KEGIATAN PAGU Realisasi % Realisasi Keuangan % Fisik 1. Sekretriat Badan 14,670,674,000 13,658,634, Peningkatan Penyuluhan 49,777,957,000 45,926,979, Kehutanan a. Pusat Penyuluhan 22,073,357,000 19,892,629, Kehutanan b. Dekonsentrasi 27,704,600,000 26,034,350, Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan 10,009,280,000 9,221,367, Penyelenggaraan 151,546,683, ,704,297, Pendidikan & Pelatihan Aparatur Kemenhut & SDM Kehutanan Lainnya a. Pusat Diklat Kehutanan 34,230,688,000 31,519,282, b. UPT BDK 58,812,247,000 56,470,880, c. UPT SMK Kehutanan 58,503,748,000 55,714,134, JUMLAH 226,004,594, ,511,279, Penyerapan anggaran Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 tidak dapat terealisasi 100% disebabkan oleh: 1) Beberapa kegiatan anggarannya bersumber dari dana PNBP dimana pelaksanaannya melalui mekanisme Surat Edaran (SE) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan secara bertahap dan dibatasi maksimal pencairannya sesuai dengan penerimaan Dana Reboisasi dan Provisi Sumber Daya Hutan. Selama Tahun 2014 SE terbit sebanyak 10 kali dengan jumlah anggaran yang 83

99 dapat dicairkan sebesar 96,84% sehingga beberapa kegiatan terhambat dan bahkan tidak dapat dilaksanakan. 2) Keterlambatan penerbitan SE-58/PB/2014 Tanggal 8 Desember 2014 tentang batas maksimal pencairan dana PNBP sebesar 96,84% dari pagu PNBP DIPA masing-masing Satker, sedangkan sesuai dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan Nomor Per- 37/PB/2014 Tanggal 11 November 2014 tentang Pedoman Pelayanan Penerimaan dan Pengeluaran Negara Akhir Tahun Anggaran 2014, batas akhir permintaan uang pengajuan tambahan (UP- TUP) Tanggal 5 Desember Beberapa strategi yang akan dilakukan oleh Badan P2SDM Kehutanan, agar permasalahan-permasalahan tersebut tidak terulang di Tahun 2015, antara lain yaitu: 1) Badan P2SDM Kehutanan cq. Pusat yang berada dalam Badan P2SDM Kehutanan akan memprioritas pelaksanaan anggaran yang terkait dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan melakukan pemantauan terhadap capaian kinerja. 2) Mengusulkan agar Sekretariat Jenderal mengupayakan sebagian besar kegiatan Badan P2SDM Kehutanan dibiayai dengan anggaran Rupiah Murni (RM) dan sebagian kecil kegiatan yang bukan IKU dapat dibiayai dengan anggaran PNBP. 3) Mengusulkan agar Sekretariat Jenderal mengupayakan adanya kepastian tatawaktu dan prosentase pencairan dana PNBP. 84

100 BAB IV. PENUTUP Badan P2SDM Kehutanan merupakan perangkat organisasi unit kerja eselon I Kementerian Kehutanan saat ini telah berubah menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang membawahi 4 unit kerja eselon II. Untuk Tahun 2014 Badan P2SDM Kehutanan telah menetapkan 18 jenis indikator kinerja kegiatan yang dikelompokkan kedalam lima Indikator Kinerja Utama dalam satu program dan empat kegiatan yaitu Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Badan P2SDM Kehutanan, Peningkatan Pelayanan Penyuluhan Kehutanan, Perencanaan Pengembangan SDM Kehutanan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kementerian Kehutanan dan SDM Kehutanan lainnya. Kegiatan tersebut sesuai dengan visi dan misi organisasi yang ingin dicapai. Pengukuran capaian kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 memberi kesimpulan bahwa target Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014 tercapai seluruhnya dengan nilai capaian kinerja sebesar 120,12% terhadap target kinerja yang ditetapkan. Rasio efektifitas capaian kinerja Badan P2SDM Kehutanan mempunyai nilai 0,89 dan rasio efisiensi capaian kinerja sebesar 1,28. Laporan Kinerja ini merupakan bagian dari evaluasi penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Badan P2SDM Kehutanan, yang diharapkan akan dapat lebih meningkatkan kinerja capaian sasaran berdasarkan visi dan misi yang ditetapkan. 85

101 86

102 LAMPIRAN

103

104 Lampiran 1. Dokumen Penetapan Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014

105 Lampiran 2. Dokumen Target Penetapan Kinerja Badan P2SDM Kehutanan Tahun 2014

106 Lampiran 3. Dokumen MoU Kerjasama Kemitraan Hutan Rakyat antara Set. Badan P2SDMK Dishutbun Kab. Wonosobo, Set. Bakorluh Jawa Tengah, Dinhut Jawa Tengah dan PT Phoenix-Wonosobo Tahun 2014 PERJANJIAN KERJASAMA SEKRETARIS BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TENGAH KEPALA SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI JAWA TENGAH KEPALA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN WONOSOBO DIREKTUR PT. PHOENIX AGUNG PRATAMA NOMOR : PKS.2/SET-1/2014 NOMOR : / NOMOR : /0326 c NOMOR : 522.4/130.A NOMOR : 004/PAP-DIR/III/2014 TENTANG PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT POLA KEMITRAAN ANTARA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN KELOMPOK TANI Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Tujuh bulan Maret tahun Dua Ribu Empat Belas bertempat di Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, kami yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Dr. Ir. AMIR WARDHANA, M.For,Sc : Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kehutanan Kementerian Kehutanan RI berkedudukan di Jakarta, Gedung Manggala Wanabakti Jalan Gatot Subroto Senayan, berdasarkan Surat Penugasan Nomor : PT.14/IX- Set/2012 tanggal 19 Maret 2012 untuk Menandatangani dan Melaksanakan Perjanjian Kerjasama, bertindak untuk dan atas nama Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kehutanan Kementerian Kehutanan RI, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU. 2. Ir. BOWO SURYOKO, MM : Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, berkedudukan di Semarang, Jalan Menteri Supeno I Nomor 2, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 522/21 Tanggal 30 April 2012 Tentang Penunjukan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dan Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah Untuk Menandatangani dan Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan Hutan Rakyat Pola Kemitraan Antara Industri Pengolahan Kayu dengan Kelompok Tani, bertindak untuk dan atas nama Gubernur Jawa Tengah, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA

107 3. Ir. SUGENG RIYANTO, MSc : Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah, berkedudukan di Ungaran, Komplek Perkantoran Taru Budaya Jalan Gatot Subroto Nomor 1, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 522/21 Tanggal 30 April 2012 Tentang Penunjukan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dan Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah Untuk Menandatangani dan Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan Hutan Rakyat Pola Kemitraan Antara Industri Pengolahan Kayu dengan Kelompok Tani, bertindak untuk dan atas nama Gubernur Jawa Tengah, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KETIGA. 4. Ir. ABDUL MUNIR, M.Si : Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo, berkedudukan di Wonosobo, Jalan Mayor Jenderal Bambang Sugeng Nomor 159, berdasarkan Surat Perintah Bupati Wonosobo Nomor 879/1612/BKD/2011 Tanggal 1 Oktober 2011 Tentang Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo, bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Wonosobo, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEEMPAT. 5. MADE SUPAYANA, SE : Direktur PT. Phoenix Agung Pratama, berkedudukan di Wonosobo, Jl. Lingkar Utara Km.01 Andongsili, Mojotengah, berdasarkan Akte Notaris Perubahan Kedua Nomor 79 tanggal 25 Januari 2010, bertindak untuk dan atas nama PT. Phoenix Agung Pratama, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KELIMA Berdasarkan : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4471) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi

108 Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844). 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4768); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 Tentang Rehabilitasi Dan Reklamasi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4947); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan Dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018); 9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas Dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah. PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA, PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA secara bersama-sama selanjutnya disebut PARA PIHAK dan masing-masing disebut PIHAK bersepakat untuk melakukan Pengembangan Hutan Rakyat Pola Kemitraan antara Industri Pengolahan Kayu dengan Kelompok Tani, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut : BAB I MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 (1) Maksud Perjanjian Kerjasama ini adalah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan fungsi PARA PIHAK melalui pembentukan jejaring kerja dan sinergi kegiatan.

109 (2) Tujuan Perjanjian Kerjasama ini adalah untuk mendukung terselenggaranya pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah melalui kegiatan kemitraan antara industri dan kelompok tani. BAB II OBYEK DAN RUANG LINGKUP KERJASAMA Pasal 2 (1) Obyek Perjanjian Kerjasama adalah Pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan di Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. (2) Ruang lingkup Perjanjian Kerjasama ini adalah : a. Koordinasi, sinkronisasi dan sinergi kegiatan PARA PIHAK untuk meningkatkan partisipasi kelompok tani dalam kegiatan Pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani; b. Memfasilitasi proses percepatan pembangunan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dan kelompok tani; c. Melaksanakan bimbingan teknis dan penyuluhan kehutanan; d. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi; e. Meningkatkan luasan tutupan lahan dan upaya peningkatan pendapatan masyarakat. (1) Hak BAB III HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 3 a. PIHAK KESATU berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEDUA dan PIHAK KETIGA. b. PIHAK KEDUA berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEEMPAT. c. PIHAK KETIGA berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEEMPAT. d. PIHAK KEEMPAT berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KELIMA. e. PIHAK KELIMA berhak untuk : 1. Mendapatkan saran, pendapat dan arahan dalam pelaksanaan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani dari PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA dan PIHAK KEEMPAT;

110 2. Mendapatkan pemenuhan bahan baku industri dan fasilitas lainnya dari hasil kegiatan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan berdasarkan kesepakatan dengan kelompok tani. (2) Kewajiban a. PIHAK KESATU berkewajiban untuk : 1. Memberikan saran dan arahan dalam penguatan kapasitas kelompok tani dan penyuluh kehutanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani; 2. Memfasilitasi pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan kegiatan dalam pembangunan dan/atau pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan yang berkaitan dengan pola kemitraan antara lain: proses perencanaan lokasi, pelaksanaan pembuatan bibit tanaman, penanaman, pemeliharaan, serta pasca panen sesuai dengan kemampuan dan peraturan perundangan yang berlaku; 3. Bersama PARA PIHAK melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan. b. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk : 1. Memberikan saran dan pendapat serta bimbingan teknis terhadap pelaksanaan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani; 2. Memfasilitasi kegiatan aneka usaha kehutanan dalam mendukung pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan serta mendorong pengembangan usaha industri pengolahan kayu hasil hutan rakyat; 3. Bersama PIHAK KESATU, PIHAK KETIGA dan PIHAK KEEMPAT melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 4. Menyampaikan laporan tahunan dan / atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KESATU. c. PIHAK KETIGA berkewajiban untuk : 1. Mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan dalam rangka mendukung pengembangan hutan rakyat kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani. 2. Bersama PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA dan PIHAK KEEMPAT melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 3. Menyampaikan laporan tahunan dan / atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KESATU. d. PIHAK KEEMPAT berkewajiban untuk : 1. Memberikan saran dan pendapat serta bimbingan teknis terhadap pelaksanaan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani;

111 2. Bersama PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA dan PIHAK KETIGA melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 3. Menyampaikan laporan tahunan dan / atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KETIGA. e. PIHAK KELIMA berkewajiban untuk : 1. Memberikan fasilitasi sarana prasarana, pembiayaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan dan/atau pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan sesuai dengan kemampuan dan kesepakatan bersama masyarakat pemilik hutan rakyat; 2. Membentuk Penyuluh Swasta untuk mendampingi kelompok tani dalam pembangunan hutan rakyat kemitraan; 3. Menyusun dan membuat perjanjian kerjasama dengan kelompok tani hutan rakyat / unit manajemen hutan rakyat sesuai dengan skema kemitraan yang disepakati oleh kedua belah pihak; 4. Bersama PARA PIHAK melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 5. Menyampaikan laporan tahunan dan / atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KEEMPAT. BAB IV JANGKA WAKTU Pasal 4 Perjanjian Kerjasama ini berlaku selama 7 (tujuh) tahun, terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama ini dan dapat diperpanjang atas persetujuan PARA PIHAK. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 5 Semua biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini dibebankan pada PARA PIHAK sesuai dengan peran dan tanggungjawab masing-masing. BAB VI FORCE MAJEUR Pasal 6 (1) Apabila terjadi peristiwa-peristiwa diluar dugaan atau diluar kemampuan PARA PIHAK untuk mengatasinya yang merupakan Force Majeure, sehingga mengakibatkan tertunda, terhambat dan terhalangnya Pihak yang terkena untuk melaksanakan kewajibannya, maka Pihak yang mengalami Force Majeure diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lain dalam waktu 3 x 24 jam setelah terjadinya peristiwa itu untuk mendapatkan pertimbangan Pihak lain.

112 (2) Peristiwa-peristiwa yang dianggap force majeure dalam Perjanjian Kerjasama ini adalah perang, pemberontakan, pemogokan, kerusuhan dan bencana alam yang dinyatakan oleh Instansi yang berwenang. (3) Apabila terjadi force majeure, maka PARA PIHAK sepakat untuk merundingkan kembali hak dan kewajiban masing-masing dengan tujuan untuk melanjutkan Perjanjian Kerjasama ini, selama belum tercapai kesepakatan mengenai Perjanjian Kerjasama yang baru tersebut maka ketentuan dalam Perjanjian Kerjasama ini tetap berlaku. BAB VII PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 7 (1) Apabila terjadi perselisihan sebagai akibat pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini, akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat. (2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. BAB VIII PENGAKHIRAN PERJANJIAN KERJASAMA Pasal 8 Perjanjian Kerjasama ini berakhir karena : a. kesepakatan PARA PIHAK; b. tujuan kesepakatan telah tercapai; c. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar perjanjian; d. muncul ketentuan perundang-undangan baru yang mengakibatkan kesepakatan ini tidak bisa dilaksanakan; e. obyek kesepakatan ini hilang; f. jangka waktu kesepakatan yang telah ditetapkan telah berakhir dan tidak diperpanjang; g. terdapat perubahan substansi yang mengakibatkan Perjanjian Kerjasama tidak dapat dilaksanakan; h. dibuat kesepakatan yang baru untuk menggantikan kesepakatan yang lama.

113

114 Lampiran 4. Dokumen MoU Kerjasama Kemitraan Hutan Rakyat antara Set. Badan P2SDMK, Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab.Temanggung, Bapeluh Temanggung, Set. Bakorluh Jawa Tengah, Dinhut Jawa Tengah dan PT. Albasia Bhumiphala Persada Tahun 2014 PERJANJIAN KERJASAMA SEKRETARIS BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TENGAH KEPALA SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI JAWA TENGAH KEPALA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG KEPALA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN TEMANGGUNG DIREKTUR PT. ALBASIA BHUMIPHALA PERSADA NOMOR : PKS.1/SET-1/2014 NOMOR : / NOMOR : /0326 b NOMOR : 5221/247/2014 NOMOR : 522.1/161/III/2014 NOMOR : 0015/ABP-SDH/PKS/III/2014 TENTANG PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT POLA KEMITRAAN ANTARA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN KELOMPOK TANI Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Tujuh bulan Maret tahun Dua Ribu Empat Belas bertempat di Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, kami yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Dr. Ir. AMIR WARDHANA, M.For,Sc : Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kehutanan Kementerian Kehutanan RI berkedudukan di Jakarta, Gedung Manggala Wanabakti Jalan Gatot Subroto Senayan, berdasarkan Surat Penugasan Nomor : PT.14/IX- Set/2012 tanggal 19 Maret 2012 untuk Menandatangani dan Melaksanakan Perjanjian Kerjasama, bertindak untuk dan atas nama Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kehutanan Kementerian Kehutanan RI, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU.

115 2. Ir. BOWO SURYOKO, MM : Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, berkedudukan di Semarang, Jalan Menteri Supeno I Nomor 2, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 522/21 Tanggal 30 April 2012 Tentang Penunjukan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dan Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah Untuk Menandatangani dan Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan Hutan Rakyat Pola Kemitraan Antara Industri Pengolahan Kayu dengan Kelompok Tani, bertindak untuk dan atas nama Gubernur Jawa Tengah, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA. 3. Ir. SUGENG RIYANTO, MSc : Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah, berkedudukan di Ungaran, Komplek Perkantoran Taru Budaya Jalan Gatot Subroto Nomor 1, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 522/21 Tanggal 30 April 2012 Tentang Penunjukan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dan Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah Untuk Menandatangani dan Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan Hutan Rakyat Pola Kemitraan Antara Industri Pengolahan Kayu dengan Kelompok Tani, bertindak untuk dan atas nama Gubernur Jawa Tengah, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KETIGA. 4. Ir. C. MASRIK AMIN ZUHDI, MM : Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung, berkedudukan di Temanggung, Jalan Suyoto Nomor 7, berdasarkan Surat Penunjukan Bupati Temanggung Nomor 522/265 Tanggal 28 Maret 2012 Tentang Pendelegasian Wewenang Untuk Menandatangani Dan Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan Antara Industri Dengan Kelompok Tani Melalui Bimbingan Teknis Dan Penyuluhan, bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Temanggung, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEEMPAT. 5. Ir. MA. AGUS PRASODJO : Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten

116 6. TANTY WIDYASTUTI, BA : Temanggung, berkedudukan di Temanggung, Jalan Suyoto Nomor 7, berdasarkan Surat Penunjukan Bupati Temanggung Nomor 522/265 Tanggal 28 Maret 2012 Tentang Pendelegasian Wewenang Untuk Menandatangani Dan Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan Antara Industri Dengan Kelompok Tani Melalui Bimbingan Teknis Dan Penyuluhan, bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Temanggung, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KELIMA. Direktur PT. Albasia Bhumiphala Persada, berkedudukan di Temanggung, Jalan Raya Kedu Km 3, berdasarkan Akta Notaris Nomor 2 Tahun 2008, bertindak untuk dan atas nama PT. Albasia Bhumiphala Persada, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEENAM. Berdasarkan : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4471) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844). 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4768); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ;

117 6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 Tentang Rehabilitasi Dan Reklamasi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4947); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan Dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018); 9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas Dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah. PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA, PIHAK KEEMPAT, PIHAK KELIMA, PIHAK KEENAM dan PIHAK KETUJUH secara bersama-sama selanjutnya disebut PARA PIHAK dan masing-masing disebut PIHAK bersepakat untuk melakukan Pengembangan Hutan Rakyat Pola Kemitraan antara Industri Pengolahan Kayu dengan Kelompok Tani, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut : BAB I MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 (1) Maksud Perjanjian Kerjasama ini adalah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan fungsi PARA PIHAK melalui pembentukan jejaring kerja dan sinergi kegiatan. (2) Tujuan Perjanjian Kerjasama ini adalah untuk mendukung terselenggaranya pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah melalui kegiatan kemitraan antara industri dan kelompok tani. BAB II OBYEK DAN RUANG LINGKUP KERJASAMA Pasal 2 (1) Obyek Perjanjian Kerjasama adalah Pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah. (2) Ruang lingkup Perjanjian Kerjasama ini adalah : a. Koordinasi, sinkronisasi dan sinergi kegiatan PARA PIHAK untuk meningkatkan partisipasi kelompok tani dalam kegiatan Pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani; b. Memfasilitasi proses percepatan pembangunan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dan kelompok tani; c. Melaksanakan bimbingan teknis dan penyuluhan kehutanan;

118 (1) Hak d. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi; e. Meningkatkan luasan tutupan lahan dan upaya peningkatan pendapatan masyarakat. BAB III HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 3 a. PIHAK KESATU berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEDUA dan PIHAK KETIGA. b. PIHAK KEDUA berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA. c. PIHAK KETIGA berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA. d. PIHAK KEEMPAT berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEENAM. e. PIHAK KELIMA berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEENAM. f. PIHAK KEENAM berhak untuk : 1. Mendapatkan saran, pendapat dan arahan dalam pelaksanaan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani dari PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA, PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA; 2. Mendapatkan pemenuhan bahan baku industri dan fasilitas lainnya dari hasil kegiatan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan berdasarkan kesepakatan dengan kelompok tani. (2) Kewajiban a. PIHAK KESATU berkewajiban untuk : 1. Memberikan saran dan arahan dalam penguatan kapasitas kelompok tani dan penyuluh kehutanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani;

119 2. Memfasilitasi pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan kegiatan dalam pembangunan dan/atau pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan yang berkaitan dengan pola kemitraan antara lain: proses perencanaan lokasi, pelaksanaan pembuatan bibit tanaman, penanaman, pemeliharaan, serta pasca panen sesuai dengan kemampuan dan peraturan perundangan yang berlaku; 3. Bersama PARA PIHAK melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan. b. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk : 1. Memberikan saran dan pendapat serta bimbingan teknis terhadap pelaksanaan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani; 2. Memfasilitasi kegiatan aneka usaha kehutanan dalam mendukung pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan serta mendorong pengembangan usaha industri pengolahan kayu hasil hutan rakyat; 3. Bersama PIHAK KESATU, PIHAK KETIGA, PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 4. Menyampaikan laporan tahunan dan / atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KESATU. c. PIHAK KETIGA berkewajiban untuk : 1. Mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan dalam rangka mendukung pengembangan hutan rakyat kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani. 2. Bersama PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 3. Menyampaikan laporan tahunan dan / atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KESATU. d. PIHAK KEEMPAT berkewajiban untuk : 1. Memberikan saran dan pendapat serta bimbingan teknis terhadap pelaksanaan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani; 2. Bersama PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA dan PIHAK KELIMA melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 3. Menyampaikan laporan tahunan dan / atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KETIGA. e. PIHAK KELIMA berkewajiban untuk : 1. Mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan dalam rangka mendukung pengembangan hutan rakyat kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani;

120 2. Bersama PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA dan PIHAK KEEMPAT melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 3. Menyampaikan laporan tahunan dan/atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KETIGA. f. PIHAK KEENAM berkewajiban untuk : 1. Memberikan fasilitasi sarana prasarana, pembiayaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan dan/atau pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan sesuai dengan kemampuan dan kesepakatan bersama masyarakat pemilik hutan rakyat; 2. Membentuk Penyuluh Swasta untuk mendampingi kelompok tani dalam pembangunan hutan rakyat kemitraan; 3. Menyusun dan membuat perjanjian kerjasama dengan kelompok tani hutan rakyat / unit manajemen hutan rakyat sesuai dengan skema kemitraan yang disepakati oleh kedua belah pihak; 4. Bersama PARA PIHAK melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 5. Menyampaikan laporan tahunan dan/atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA. BAB IV JANGKA WAKTU Pasal 4 Perjanjian Kerjasama ini berlaku selama 7 (tujuh) tahun, terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama ini dan dapat diperpanjang atas persetujuan PARA PIHAK. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 5 Semua biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini dibebankan pada PARA PIHAK sesuai dengan peran dan tanggungjawab masing-masing. BAB VI FORCE MAJEUR Pasal 6 (1) Apabila terjadi peristiwa-peristiwa diluar dugaan atau diluar kemampuan PARA PIHAK untuk mengatasinya yang merupakan Force Majeure, sehingga mengakibatkan tertunda, terhambat dan terhalangnya Pihak yang terkena untuk melaksanakan kewajibannya, maka Pihak yang mengalami Force Majeure diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lain dalam waktu 3 x 24 jam setelah terjadinya peristiwa itu untuk mendapatkan pertimbangan Pihak lain.

121 (2) Peristiwa-peristiwa yang dianggap force majeure dalam Perjanjian Kerjasama ini adalah perang, pemberontakan, pemogokan, kerusuhan dan bencana alam yang dinyatakan oleh Instansi yang berwenang. (3) Apabila terjadi force majeure, maka PARA PIHAK sepakat untuk merundingkan kembali hak dan kewajiban masing-masing dengan tujuan untuk melanjutkan Perjanjian Kerjasama ini, selama belum tercapai kesepakatan mengenai Perjanjian Kerjasama yang baru tersebut maka ketentuan dalam Perjanjian Kerjasama ini tetap berlaku. BAB VII PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 7 (1) Apabila terjadi perselisihan sebagai akibat pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini, akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat. (2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. BAB VIII PENGAKHIRAN PERJANJIAN KERJASAMA Pasal 8 Perjanjian Kerjasama ini berakhir karena : a. kesepakatan PARA PIHAK; b. tujuan kesepakatan telah tercapai; c. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar perjanjian; d. muncul ketentuan perundang-undangan baru yang mengakibatkan kesepakatan ini tidak bisa dilaksanakan; e. obyek kesepakatan ini hilang; f. jangka waktu kesepakatan yang telah ditetapkan telah berakhir dan tidak diperpanjang; g. terdapat perubahan substansi yang mengakibatkan Perjanjian Kerjasama tidak dapat dilaksanakan; h. dibuat kesepakatan yang baru untuk menggantikan kesepakatan yang lama.

122

123 Lampiran 6. Dokumen MoU Kerjasama Kemitraan Hutan Rakyat Set. Badan P2SDMK, Dinhut Prov. Jawa Tengah, Set. Bakorluh Prov. Jawa Tengah, Dishutbun Kab. Batang, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kab. Batang dan PT. Rimba Partikel Indonesia Tahun 2014 PERJANJIAN KERJASAMA SEKRETARIS BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TENGAH KEPALA SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI JAWA TENGAH KEPALA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN BATANG KEPALA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BATANG DIREKTUR PT. RIMBA PARTIKEL INDONESIA NOMOR : 019.5/251.5 NOMOR : / NOMOR : /0326 a NOMOR : PKS. 3/SET-1/2014 NOMOR : 522/196.1/2014 NOMOR : 036/LK/RPI/IX/2014 TENTANG PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT POLA KEMITRAAN ANTARA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DENGAN KELOMPOK TANI Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Tujuh bulan Maret tahun Dua Ribu Empat Belas bertempat di Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, kami yang bertanda tangan di bawah ini : 1. Dr. Ir. AMIR WARDHANA, M.For,Sc : Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kehutanan Kementerian Kehutanan RI berkedudukan di Jakarta, Gedung Manggala Wanabakti Jalan Gatot Subroto Senayan, berdasarkan Surat Penugasan Nomor : PT.14/IX- Set/2012 tanggal 19 Maret 2012 untuk Menandatangani dan Melaksanakan Perjanjian Kerjasama, bertindak untuk dan atas nama Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kehutanan Kementerian Kehutanan RI, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU.

124 2. Ir. BOWO SURYOKO, MM : Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, berkedudukan di Semarang, Jalan Menteri Supeno I Nomor 2, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 522/21 Tanggal 30 April 2012 Tentang Penunjukan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dan Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah Untuk Menandatangani dan Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan Hutan Rakyat Pola Kemitraan Antara Industri Pengolahan Kayu dengan Kelompok Tani, bertindak untuk dan atas nama Gubernur Jawa Tengah, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA 3. Ir. SUGENG RIYANTO, MSc : Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah, berkedudukan di Ungaran, Komplek Perkantoran Taru Budaya Jalan Gatot Subroto Nomor 1, berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 522/21 Tanggal 30 April 2012 Tentang Penunjukan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dan Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Jawa Tengah Untuk Menandatangani dan Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan Hutan Rakyat Pola Kemitraan Antara Industri Pengolahan Kayu dengan Kelompok Tani, bertindak untuk dan atas nama Gubernur Jawa Tengah, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KETIGA. 4. Ir. WONDI RUKI TRINANTO : Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Batang, berkedudukan di Batang, Jalan DR. Sutomo Nomor 18, bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Batang, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEEMPAT. 5. Drs. MURDIYONO, MM : Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Batang, berkedudukan di Batang, Jalan Tentara Pelajar Nomor 2, bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Batang, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KELIMA. 6. AGUS DJUNARKO : Direktur PT. Rimba Partikel Indonesia, berkedudukan di Kendal, Ds. Mororejo Kec. Kaliwungu, bertindak untuk dan atas nama PT. Rimba Partikel Indonesia, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEENAM.

125 Berdasarkan : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4471) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 110, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4532); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844). 3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4768); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 Tentang Rehabilitasi Dan Reklamasi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4947); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan Dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018); 9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas Dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah.

126 PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA, PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA secara bersama-sama selanjutnya disebut PARA PIHAK dan masing-masing disebut PIHAK bersepakat untuk melakukan Pengembangan Hutan Rakyat Pola Kemitraan antara Industri Pengolahan Kayu dengan Kelompok Tani, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut : BAB I MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 (1) Maksud Perjanjian Kerjasama ini adalah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas dan fungsi PARA PIHAK melalui pembentukan jejaring kerja dan sinergi kegiatan. (2) Tujuan Perjanjian Kerjasama ini adalah untuk mendukung terselenggaranya pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah melalui kegiatan kemitraan antara industri dan kelompok tani. BAB II OBYEK DAN RUANG LINGKUP KERJASAMA Pasal 2 (1) Obyek Perjanjian Kerjasama adalah Pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah. (2) Ruang lingkup Perjanjian Kerjasama ini adalah : a. Koordinasi, sinkronisasi dan sinergi kegiatan PARA PIHAK untuk meningkatkan partisipasi kelompok tani dalam kegiatan Pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani; b. Memfasilitasi proses percepatan pembangunan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dan kelompok tani; c. Melaksanakan bimbingan teknis dan penyuluhan kehutanan; d. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi; e. Meningkatkan luasan tutupan lahan dan upaya peningkatan pendapatan masyarakat. (1) Hak BAB III HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 3 a. PIHAK KESATU berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEDUA dan PIHAK KETIGA. b. PIHAK KEDUA berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA.

127 c. PIHAK KETIGA berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA. d. PIHAK KEEMPAT berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEENAM. e. PIHAK KELIMA berhak untuk : Mendapat laporan dan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan kegiatan dari PIHAK KEENAM. f. PIHAK KEENAM berhak untuk : 1. Mendapatkan saran, pendapat dan arahan dalam pelaksanaan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani dari PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA; 2. Mendapatkan pemenuhan bahan baku industri dan fasilitas lainnya dari hasil kegiatan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan berdasarkan kesepakatan dengan kelompok tani. (2) Kewajiban a. PIHAK KESATU berkewajiban untuk : 1. Memberikan saran dan arahan dalam penguatan kapasitas kelompok tani dan penyuluh kehutanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani; 2. Memfasilitasi pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan kegiatan dalam pembangunan dan/atau pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan yang berkaitan dengan pola kemitraan antara lain: proses perencanaan lokasi, pelaksanaan pembuatan bibit tanaman, penanaman, pemeliharaan, serta pasca panen sesuai dengan kemampuan dan peraturan perundangan yang berlaku; 3. Bersama PARA PIHAK melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan. b. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk : 1. Memberikan saran dan pendapat serta bimbingan teknis terhadap pelaksanaan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani; 2. Memfasilitasi kegiatan aneka usaha kehutanan dalam mendukung pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan serta mendorong pengembangan usaha industri pengolahan kayu hasil hutan rakyat; 3. Bersama PIHAK KESATU, PIHAK KETIGA, PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan;

128 4. Menyampaikan laporan tahunan dan/atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KESATU. c. PIHAK KETIGA berkewajiban untuk : 1. Mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan dalam rangka mendukung pengembangan hutan rakyat kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani. 2. Bersama PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 3. Menyampaikan laporan tahunan dan/atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KESATU. d. PIHAK KEEMPAT berkewajiban untuk : 1. Memberikan saran dan pendapat serta bimbingan teknis terhadap pelaksanaan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani; 2. Bersama PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA dan PIHAK KELIMA melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 3. Menyampaikan laporan tahunan dan/atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KETIGA. e. PIHAK KELIMA berkewajiban untuk : 1. Memberikan saran dan pendapat serta bimbingan teknis terhadap pelaksanaan pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan antara industri pengolahan kayu dengan kelompok tani; 2. Bersama PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA dan PIHAK KEEMPAT melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan; 3. Menyampaikan laporan tahunan dan/atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KETIGA. f. PIHAK KEENAM berkewajiban untuk : 1. Memberikan fasilitasi sarana prasarana, pembiayaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan dan/atau pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan sesuai dengan kemampuan dan kesepakatan bersama masyarakat pemilik hutan rakyat; 2. Membentuk Penyuluh Swasta untuk mendampingi kelompok tani dalam pembangunan hutan rakyat kemitraan; 3. Menyusun dan membuat perjanjian kerjasama dengan kelompok tani hutan rakyat / unit manajemen hutan rakyat sesuai dengan skema kemitraan yang disepakati oleh kedua belah pihak; 4. Bersama PARA PIHAK melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan;

129 5. Menyampaikan laporan tahunan dan/atau apabila sewaktu-waktu diperlukan atas pelaksanaan kerjasama pengembangan Hutan Rakyat Kemitraan kepada PIHAK KEEMPAT dan PIHAK KELIMA. BAB IV JANGKA WAKTU Pasal 4 Perjanjian Kerjasama ini berlaku selama 7 (tujuh) tahun, terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama ini dan dapat diperpanjang atas persetujuan PARA PIHAK. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 5 Semua biaya yang timbul sebagai akibat pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini dibebankan pada PARA PIHAK sesuai dengan peran dan tanggungjawab masing-masing. BAB VI FORCE MAJEUR Pasal 6 (1) Apabila terjadi peristiwa-peristiwa diluar dugaan atau diluar kemampuan PARA PIHAK untuk mengatasinya yang merupakan Force Majeure, sehingga mengakibatkan tertunda, terhambat dan terhalangnya Pihak yang terkena untuk melaksanakan kewajibannya, maka Pihak yang mengalami Force Majeure diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lain dalam waktu 3 x 24 jam setelah terjadinya peristiwa itu untuk mendapatkan pertimbangan Pihak lain. (2) Peristiwa-peristiwa yang dianggap force majeure dalam Perjanjian Kerjasama ini adalah perang, pemberontakan, pemogokan, kerusuhan dan bencana alam yang dinyatakan oleh Instansi yang berwenang. (3) Apabila terjadi force majeure, maka PARA PIHAK sepakat untuk merundingkan kembali hak dan kewajiban masing-masing dengan tujuan untuk melanjutkan Perjanjian Kerjasama ini, selama belum tercapai kesepakatan mengenai Perjanjian Kerjasama yang baru tersebut maka ketentuan dalam Perjanjian Kerjasama ini tetap berlaku.

130 BAB VII PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 7 (1) Apabila terjadi perselisihan sebagai akibat pelaksanaan Perjanjian Kerjasama ini, akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat. (2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. BAB VIII PENGAKHIRAN PERJANJIAN KERJASAMA Pasal 8 Perjanjian Kerjasama ini berakhir karena : a. kesepakatan PARA PIHAK; b. tujuan kesepakatan telah tercapai; c. salah satu pihak tidak melaksanakan atau melanggar perjanjian; d. muncul ketentuan perundang-undangan baru yang mengakibatkan kesepakatan ini tidak bisa dilaksanakan; e. obyek kesepakatan ini hilang; f. jangka waktu kesepakatan yang telah ditetapkan telah berakhir dan tidak diperpanjang; g. terdapat perubahan substansi yang mengakibatkan Perjanjian Kerjasama tidak dapat dilaksanakan; h. dibuat kesepakatan yang baru untuk menggantikan kesepakatan yang lama.

131

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2016 Kepala Badan, Dr. Ir. Bambang Soepijanto, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2016 Kepala Badan, Dr. Ir. Bambang Soepijanto, MM NIP KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LKj) Instansi Pemerintah Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BP2SDM) Tahun 2015 disusun sebagai bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi Badan P2SDM selama

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LKj)

LAPORAN KINERJA (LKj) Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Gd. Manggala Wanabakti, Blok I lantai 14 Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270 Website : http://bp2sdm.menlhk.go.id LAPORAN KINERJA (LKj) BADAN P2SDM TAHUN 2016

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG BADAN URUSAN ADMINISTRASI PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA

MAHKAMAH AGUNG BADAN URUSAN ADMINISTRASI PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA NAMA UAKPB...969 TAHUN ANGGARAN JULI 3 6 9 -- Kode Lap. LBSGSSKS 3 DESEMBER 3 TANAH,996,3,,,996,3,,... Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan II M,9,9,,,9,9,,... Tanah Bangunan Kantor Pemerintah M,,,3,,,,3,

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARIS BMN DJA PER 3 SEPTEMBER 2015

DAFTAR INVENTARIS BMN DJA PER 3 SEPTEMBER 2015 DAFTAR INVENTARIS BMN DJA PER AKUN NERACA/SUB-SUB KELOMPOK BARANG SAT 132111 PERALATAN DAN MESIN 11,569 74,917,915,013 9 14,630,000 0 0 11,578 74,932,545,013 3.01.03.04.002 Portable Generating Set Unit

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG BADAN URUSAN ADMINISTRASI PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA

MAHKAMAH AGUNG BADAN URUSAN ADMINISTRASI PENGADILAN TINGGI SUMATERA UTARA NAMA UAKPB : 00.0.0.0969 PENGADILAN NEGERI MEDAN TAHUN ANGGARAN 0 JANUARI 0 3 6 9 0 30 JUNI 0 : 6-0-0 : 3 TANAH,996,30,,0 0 0 0 0,996,30,,0.0.0.0.00 Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan II M,90,9,,00 0

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG PEMBANTU KUASA PENGGUNA TAHUNAN GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN BARANG PEMBANTU KUASA PENGGUNA TAHUNAN GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG TAHUN ANGGARAN 2016 NAMA UAPKPB :...99. PENGADILAN NEGERI KUNINGAN JANUARI 6 TAHUN ANGGARAN 6 3 9 : -6-6 : 3 DESEMBER 6 3 TANAH,9,99,,,9,99,,... Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan I M,3 9,,,3 9,,... Tanah Bangunan Kantor

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA TAHUNAN GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA TAHUNAN GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG TAHUN ANGGARAN 2016 NAMA UAKPB : 005.0.5.4094 PENGADILAN AGAMA SERUI JANUARI 06 TAHUN ANGGARAN 06 4 8 9 0 : 5--06 : DESEMBER 06 TANAH, 48,680,000 0 0 0 0, 48,680,000.0.0.0.00 Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan I M 8,680,000

Lebih terperinci

LISTING DATA BARANG MILIK NEGARA GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL S/D 16 JUNI 2014 URUT KODE BARANG

LISTING DATA BARANG MILIK NEGARA GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL S/D 16 JUNI 2014 URUT KODE BARANG NAMA UAPKPB : 5.1.19.3491. PENGADILAN AGAMA SUNGGUMINASA RUANG LINGKUP DATA : DI DBR/DBL/KIB BAIK URUT BARANG : 1 RUANG/ LOKASI 2.1.1.4.1 2.1.1.4.1 3.2.1.2.3 3.2.1.2.3 3.2.1.4.1 3.2.1.4.1 3.2.1.4.1 3.2.1.4.1

Lebih terperinci

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DIY

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DIY NAMA UAKPB : 89...55 POSISI MARET S/D 9 MARET TAHUN ANGGARAN : 9-- : MARET 8 9 9 MARET TANAH,,9,,,,9,,... Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan II M, 9,5,,, 9,5,,... Tanah Bangunan Kantor Pemerintah M,

Lebih terperinci

PERALATAN DAN MESIN 385 1,969,981, ,177, Mesin Ketik Manual Langewagon (18-27 Inci) Buah

PERALATAN DAN MESIN 385 1,969,981, ,177, Mesin Ketik Manual Langewagon (18-27 Inci) Buah NAMA UAKPB : 00.0.08.0088 PN PADANG PANJANG (0) TAHUN ANGGARAN 0 : 9-0-0 : JANUARI 0 8 9 0 0 JUNI 0 TANAH,6,68,88,000 0 0 0 0,6,68,88,000.0.0.0.00 Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan I M,6,8,88,000 0

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG BADAN URUSAN ADMINISTRASI PROVINSI JAWA BARAT

MAHKAMAH AGUNG BADAN URUSAN ADMINISTRASI PROVINSI JAWA BARAT NAMA UAKPB : 00.0.0.099 PENGADILAN AGAMA CIBADAK TAHUN ANGGARAN 0 JANUARI 0 8 9 0 0 JUNI 0 : 0-0-0 : TANAH,000 990,000,000 0 0 0 0,000 990,000,000.0.0.0.00 Tanah Bangunan Kantor Pemerintah M,000 990,000,000

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA SEMESTERAN INTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA SEMESTERAN INTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2017 NAMA UAKPB : 5...986 INTRAKOMPTABEL TAHUN ANGGARAN JANUARI 8 9 JUNI : 8--8 : Kode Lap. : LBSISSKS TANAH 6,6,6,8,9 6,6,6,8,9... Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan I M,6,8,,,6,8,,... Tanah Bangunan Kantor

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA TAHUNAN GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA TAHUNAN GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG TAHUN ANGGARAN 2016 : 1 131111 TANAH 64,784 33,648,187,000 0 0 0 0 64,784 33,648,187,000 2.01.01.01.001 Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan I M2 6,002 26,026,687,000 0 0 0 0 6,002 26,026,687,000 2.01.01.04.001 Tanah Bangunan

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA SEMESTERAN INTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA SEMESTERAN INTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2017 NAMA UAKPB : 5...986 INTRAKOMPTABEL TAHUN ANGGARAN JULI 3 8 9 : 8--8 : Kode Lap. : LBSISSKS 3 DESEMBER 3 TANAH 6,6 3,6,8,9 53,,, 6,6 6,963,5,... Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan I M,36,8,,,85,6,,36

Lebih terperinci

SALDO PER 1 JANUARI 2017 KUANTITAS NILAI KUANTITAS NILAI KUANTITAS NILAI KUANTITAS

SALDO PER 1 JANUARI 2017 KUANTITAS NILAI KUANTITAS NILAI KUANTITAS NILAI KUANTITAS : 1 131111 TANAH 64,784 33,648,187,000 0 0 0 0 64,784 33,648,187,000 2.01.01.01.001 Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan I M2 6,002 26,026,687,000 0 0 0 0 6,002 26,026,687,000 2.01.01.04.001 Tanah Bangunan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

LISTING DATA BARANG MILIK NEGARA GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL S/D 1 OKTOBER 2015 URUT KODE BARANG

LISTING DATA BARANG MILIK NEGARA GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL S/D 1 OKTOBER 2015 URUT KODE BARANG NAMA UAPKPB : 5.1.19.3424. RUANG LINGKUP DATA : DI DBR/DBL/KIB SEMUA URUT BARANG : 1 RUANG/ LOKASI 2.1.1.1.2 2.1.1.4.1 3.1.3.5.3 3.1.3.5.3 3.2.1.1.1 3.2.1.1.1 3.2.1.1.1 3.2.1.1.3 3.2.1.1.3 3.2.1.1.3 3.2.1.1.3

Lebih terperinci

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pusat Penyuluhan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pusat Penyuluhan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pusat Penyuluhan RINGKASAN EKSEKUTIF Tujuan penyuluhan kehutanan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA SEMESTERAN INTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2010

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA SEMESTERAN INTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2010 NAMA UAKPB :...866 PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG INTRAKOMPTABEL TAHUN ANGGARAN JULI 8 9 : -- : Kode Lap. : LBSISSKS DESEMBER TANAH, 9,,,, 9,,,... Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan I M, 86,9,, 86,9,...

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA TAHUNAN PERIODE 31 DESEMBER 2015

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA TAHUNAN PERIODE 31 DESEMBER 2015 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA PADA LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA TAHUNAN PERIODE 31 DESEMBER 2015 I. PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN BPLH KOTA BANDUNG A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA STRUKTUR ORGANISASI

GAMBARAN PELAYANAN BPLH KOTA BANDUNG A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA STRUKTUR ORGANISASI BAB II GAMBARAN PELAYANAN BPLH KOTA BANDUNG A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA STRUKTUR ORGANISASI T ugas pokok Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung yaitu melaksanakan sebagian kewenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Disampaikan pada Sosialisasi DAK Bidang Kehutanan Tahun 2014 Jakarta, 6 Februari 2014 Mandat Perundang-undangan

Lebih terperinci

LAKIP BPPSDMP TAHUN 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF

LAKIP BPPSDMP TAHUN 2011 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan amanat Inpres Nomor 7 Tahun 1999 yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 239/2003 serta disempurnakan dengan Peraturan Menteri

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN ANGGARAN 2015 CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA I. DASAR HUKUM KOMISI PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

RENJA PUSAT PENYULUHAN TAHUN 2017 PUSAT PENYULUHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN.

RENJA PUSAT PENYULUHAN TAHUN 2017 PUSAT PENYULUHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. RENJA Rencana Kerja PUSAT PENYULUHAN TAHUN 2017 PUSAT PENYULUHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pergantian

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke No. 426, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Akuntabilitas Kinerja. Sistem. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN, TUGAS DAN FUNGSI

GAMBARAN PELAYANAN, TUGAS DAN FUNGSI 5 BAB II GAMBARAN PELAYANAN, TUGAS DAN FUNGSI Gambaran pelayanan Badan Perencanaan Pembangunan memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam penyelanggaraan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

RENJA PUSAT PENYULUHAN 2016 BP2SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Rencana Kerja Tahun 2016 (Revisi)

RENJA PUSAT PENYULUHAN 2016 BP2SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Rencana Kerja Tahun 2016 (Revisi) RENJA Rencana Kerja Tahun 2016 (Revisi) PUSAT PENYULUHAN 2016 BP2SDM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pergantian pemerintahan Kabinet Kerja,

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.704, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Bakti Sarjana. Kehutanan. Pembangunan Hutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.30/MENHUT-II/2013 TENTANG BAKTI

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun 2014 1 PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 dilaksanakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

BARANG MILIK NEGARA KD BADAN PENGAWAS PEMILU PROVINSI JAWA TIMUR

BARANG MILIK NEGARA KD BADAN PENGAWAS PEMILU PROVINSI JAWA TIMUR BARANG MILIK NEGARA Kode Satker : Nama/Lokasi Satker : 5.0.05.686349.000.KD BADAN PENGAWAS PEMILU PROVINSI JAWA TIMUR No Kode Barang NUP Nama Barang Tahun Perolehan Merk/Type 305020400 3 Lemari Es 204

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA SATUAN KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TASIKMALAYA PERIODE SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2016 I. PENDAHULUAN 1.1 DASAR HUKUM A. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pasuruan, Januari 2015 INSPEKTUR KABUPATEN PASURUAN. Ir. DWITONO MINAHANTO Pembina Utama Muda NIP

KATA PENGANTAR. Pasuruan, Januari 2015 INSPEKTUR KABUPATEN PASURUAN. Ir. DWITONO MINAHANTO Pembina Utama Muda NIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LAKIP ) INSPEKTORAT KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2014 KATA PENGANTAR Akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

Bab I Laporan Tahunan 2007 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Laporan Tahunan 2007 BAB I PENDAHULUAN Bab I Laporan Tahunan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyusunan Laporan Kegiatan Tahunan merupakan laporan pelaksanaan kegiatan periode Januari sampai dengan Desember tahun, sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, 29 Agustus 2016 KEPALA BADAN, Dr. Ir. Bambang Soepijanto, MM NIP

PENGANTAR. Jakarta, 29 Agustus 2016 KEPALA BADAN, Dr. Ir. Bambang Soepijanto, MM NIP PENGANTAR Setiap pengambil kebijakan dituntut untuk dapat menyusun langkah pencapaian yang strategis untuk dapat mendukung terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Sebagai konsekuensi akibat adanya perubahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kecamatan merupakan salah satu ujung tombak dari Pemerintahan Daerah yang langsung berhadapan (face to

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 5 Tahun 004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Lebih terperinci

BAGIAN UMUM KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015

BAGIAN UMUM KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 BAGIAN UMUM KOTA MOJOKERTO TAHUN 2015 Bagian Umum TAHUN 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bagian

Lebih terperinci

PENERAPAN SAKIP BAGIAN KEUANGAN DAN ASSET SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

PENERAPAN SAKIP BAGIAN KEUANGAN DAN ASSET SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN PENERAPAN SAKIP BAGIAN KEUANGAN DAN ASSET SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN Disampaikan oleh : KEPALA BAGIAN KEUANGAN DAN ASET SETDA KABUPATEN LAMONGAN DASAR HUKUM SISTEM AKIP 1. UU No. 23 Tahun 2014

Lebih terperinci

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG

LAPORAN BARANG KUASA PENGGUNA GABUNGAN INTRAKOMPTABEL DAN EKSTRAKOMPTABEL RINCIAN PER SUB-SUB KELOMPOK BARANG NAMA UAKPB : 005.0..00 PENGADILAN TINGGI AGAMA AMBON OKTOBER 06 POSISI OKTOBER S/D OKTOBER 06 TAHUN ANGGARAN 06 8 9 0 OKTOBER 06 : -0-06 : TANAH 5,980,6,500,000 0 0 0 0 5,980,6,500,000.0.0.0.00 Tanah Bangunan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI KLAS IB BAUBAU

PENGADILAN NEGERI KLAS IB BAUBAU PENGADILAN NEGERI KLAS IB BAUBAU Jl. Betoambari No. 57 0402-2821020, Fax. 0402-2824569 Website: /www.pn-bau-bau-.go.id, Email: Master-pn-bau-bau@yahoo.com BAUBAU 9 3 7 2 5 Baubau, 05 Januari 2015 Kepada

Lebih terperinci

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH LAKIP 2015 BALAI PELATIHAN KESEHATAN BATAM LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum.wr.wb Alhamdulillah, kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2010

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2010 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2010 BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN NO PROGRAM UTAMA SASARAN URAIAN URAIAN A. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik 1 Pembayaran Gaji, Lembur, Honorium dan Vakasi - Terlaksananya

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SIAK 2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SIAK 2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI. BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN SIAK 2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI. a. Tugas Pokok dan Fungsi. Penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG A. Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 19 Tahun

Lebih terperinci

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW)

RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW) 1 RENJA BAGIAN PERTANAHAN TAHUN 2015 (REVIEW) Renja Bagian Pertanahan Tahun 2015 (Review) Page 1 2 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT Rencana Kerja Bagian Pertanahan Sekretariat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2

Lebih terperinci

2014, No639 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme

2014, No639 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 639, 2014 KEMENHUT. Akubilitas Kinerja. Instansi Pemerintah. Evaluasi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.26/Menhut-II/2014 TENTANG EVALUASI AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. TUGAS,FUNGSIDAN STRUKTUR ORGANISASISKPD Berdasarkan Peraturan Bupati Lamandau Nomor 48 Tahun 2013 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian Tugas Sekretariat DPRD Kabupaten

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2015 KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2015 KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud pertanggung jawaban dalam mencapai visi dan misi serta tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan penyelenggaraan

Lebih terperinci

2013, No /Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tent

2013, No /Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tent No.347, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Rencana Strategis. Tahun 2010-2014. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBIK INDONESIA NOMOR P.15/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel. RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Maret 2015 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2014 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2015 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian yang sangat strategis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBIK INDONESIA. NOMOR : P.15/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBIK INDONESIA. NOMOR : P.15/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBIK INDONESIA NOMOR : P.15/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 51/MENHUT-II/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan wujud pertanggung jawaban dalam mencapai visi dan misi serta tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BPMD

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BPMD BAB II GAMBARAN PELAYANAN BPMD 2.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi BPMD 2.1.1. Tugas Pokok Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2012 tentang organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA-018.02-0/2013 DS 2887-2051-5773-8818 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg No.1138, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penetapan IKU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 70 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Bapermades Prov. Jateng Th Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Bapermades Prov. Jateng Th Page 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya mewujudkan tata kelola Pemerintahan yang baik (good governance), salah satunya diwujudkan dalam Perencanaan Pembangunan Daerah yang berkualitas, komprehensif dan aplikatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN ( RKT )

BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN ( RKT ) 1 BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN ( RKT ) Berdasar Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (lembaran Negara R.I Tahun 2004 Nomor 1044,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

I N S P E K T O R A T

I N S P E K T O R A T PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU I N S P E K T O R A T Alamat :Jalan Nilam No. 7 Kotabaru Telp. (0518) 21402 Kode Pos 72116 KOTABARU ( LKj) TAHUN 2016 PERANGKAT DAERAH INSPEKTORAT KABUPATEN KOTABARU DAFTAR

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM - 2 - Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN DUKUNGAN MANAJEMEN DAN TEKNIS LAINNYA PADA DITJEN TANAMAN PANGAN TRIWULAN III 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS

LAPORAN AKUNTABILITAS Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM Kesehatan L LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

Lebih terperinci