BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Aplikasi TiO 2
|
|
- Bambang Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TEORI DASAR 2.1. TiO 2 (Titanium Dioxide) TiO 2 (Titanium dioxide/titania) adalah material semikonduktor yang termasuk kedalam keluarga oksida metal. Umumnya TiO 2 digunakan sebagai pigmen putih pada cat (51% dari produksi total), plastik (19%), dan kertas (17%), yang menggambarkan aplikasi TiO 2 pada sektor habis pakai[7]. Aplikasi ini dikarenakan TiO 2 mempunyai indeks bias yang tinggi (n = 2,4) dan juga tahan terhadap degradasi warna akibat sinar matahari. Selain aplikasi sebagai pigmen, karakteristik fotokatalis dan semikonduktor dari TiO 2 juga membuat material ini banyak digunakan sebagai pendekomposisi bahan organik dengan proses oksidasi, sel surya, dan juga sensor gas. Aplikasi-aplikasi dari TiO 2 ini ditunjukkan pada Gambar 2.1. TiO 2 Sel Surya Fotokatalis Sensor gas Degradasi Polutan Produksi Hidrogen dengan Dekomposisi Air Super- Hydrophilic Gambar 2.1. Aplikasi TiO 2 Di alam umumnya TiO 2 mempunyai tiga fasa yaitu rutile, anatase, dan brookite seperti ditunjukkan struktur kristalnya pada Gambar 2.2. Fasa rutile dari TiO 2 adalah fasa yang umum dan merupakan fasa yang disintesis dari mineral ilmenite melalui proses Becher. Pada proses Becher, oksida besi yang terkandung dalam ilmenite dipisahkan dengan temperatur tinggi dan juga dengan bantuan gas sulfat atau klor sehingga menghasilkan TiO 2 rutile dengan kemurnian 91-93%. Titania pada fasa anatase umumnya stabil pada ukuran partikel kurang dari 11 nm, fasa 6
2 brookite pad ukuran partikel nm, dan fasa rutile diatas 35 nm[8]. Karakteristik dari fasa-fasa titania ini ditunjukkan pada Tabel a. Rutile b. Anatase c. Brookite Gambar 2.2. Struktur Kristal TiO 2 Tabel 1.1. Karakteristik dari fasa-fasa TiO 2 Karakteristik Rutile Anatase Brookite Bentuk kristal tetragonal tetragonal orthogonal Massa jenis (g/cm 3 ) 4,27 3,90 4,13 Indeks bias 2,72 2,52 2,63 Band gap (ev) 3,05 3,26 - Konstanta kisi c/a (nm) 0,644 2,51 0,944 Titik leleh ( o C) 1825 Transformasi ke rutile Transformasi ke rutile Dalam aplikasinya pada fotokatalis dan sel surya, umunya digunakan TiO 2 pada fasa anatase karena mempunyai kemapuan fotokatalitik yang tinggi. Selain itu untuk meningkatkan kinerja sistem, struktur nanokristal dan juga luas permukaan yang tinggi dari TiO 2 adalah faktor yang penting untuk meningkatkan densitas dan transfer elektron[9] Material mesopori Pendahuluan 7
3 Material mesopori merupakan material solid berpori yang mempunyai diameter pori antara 2 nm sampai 50 nm. Definisi ini berasal dari IUPAC[10], yang membagi material solid berpori menjadi tiga kategori berdasarkan ukuran diameter porinya (d), yaitu mikropori (d < 2 nm), mesopori (2 nm < d < 50 nm), dan makropori (d > 50 nm). Riset mengenai material mesopori muncul karena kebutuhan akan material yang mempunyai sistem pori yang bisa dikontrol sehingga mempunyai aplikasi luas untuk penetrasi molekul yang berukuran antara sub-nanometer sampai nanometer Metoda Sintesa Material Mesopori Material mesopori disintesa dengan menggunakan kombinasi antara sifat selfassembly dari surfaktan sebagai template, dengan metoda sol-gel untuk membentuk material inorganik disekitar template. Surfaktan, organik molekul yang terdiri dari dua bagian dengan polaritas yang berbeda yaitu bagian non-polar atau hidrofobik dan bagian polar atau hidrophilic, ketika dilarutkan pada suatu pelarut maka energi permukaan larutan tersebut akan berkurang sejalan dengan peningkatan konsentrasi dari surfaktan. Namun, pengurangan energi permukaan tersebut akan terhenti ketika suatu konsentrasi kritis tercapai, dan energi permukaan akan cenderung konstan dengan penambahan konsentrasi surfaktan. Konsentrasi kritis ini disebut Critical Micellar Concentration (CMC). Pada konsentrasi ini surfaktan-surfaktan akan membentuk kumpulan surfaktan yang disebut micelle. Micelle umumnya terdiri dari monomer surfaktan atau lebih. Pembentukan micelle dikarenakan dari efek hidrofobik dari interaksi surfaktan denga pelarut, karena sifat ini maka surfaktan dapat membentuk supramolecular array pada pelarut. Tergantung dari konsentrasi surfaktan pada pelarut, terdapat beberapa fasa yang berhubungan dengan molekul surfaktan pada pelarut untuk membentuk struktur template seperti di ilustrasikan pada Gambar 2.3. Proses pembentukan ini biasa disebut dengan Liquid Crystal Templating. 8
4 (a) (b) (d) (c) Gambar 2.3. Ilustrasi Pembentukan Template (Liquid Crystal Templating)[11] (a) Monomer (konsentrasi surfaktan rendah) (b) Micelle (konsentrasi surfaktan = CMC 1) (c) Fasa Cylinder (konsentrasi surfaktan (CMC 2) > CMC 1) (d) Fasa Hexagonal (konsentrasi surfaktan > CMC 2) Bentuk dari micelle tergantung dari struktur molekul surfaktan. Menurut Huo[12], perbedaan ini dapat dijelaskan dengan suatu parameter yang disebut parameter g, yang dirumuskan sebagai berikut. v g = (2.1) l c a o Pengaruh dari rantai hidrofobik diberikan pada rasio v / l, dimana v adalah volume rantai dan l adalah panjang rantai. Untuk bagian polar pada surfaktan (hidrophilic), kontribusinya diberikan oleh permukaan optimal efektif,. Untuk memastikan fluiditas dari rantai, l harus pada kondisi l < l, dimana l merupakan panjang rantai maksimal. Untuk sistem silika, peningkatan nilai g mengakibatkan terjadinya transisi fasa yaitu kubik hexagonal kubik bikontinu lamellar[13][14] yang strukturnya ditunjukkan pada Gambar 2.4. c c a o 9
5 Hexagonal Lamellar Kubik Gambar 2.4. Struktur Micellar Secara umum pembentukan mesopori oksida dibagi kedalam dua proses utama yang diilustrasikan pada Gambar 2.5. yaitu : a. Pembentukan struktur yang terorganisasi dikarenakan karakteristik selfassembly dari template. Proses ini menghasilkan pemisahan fasa secara mikro dalam dua domain yaitu hidrofobik dan hidrophilic. b. Pembentukan struktur inorganik. Material inorganik akan terbentuk disekitar template melalui proses kondensasi pada reaksi sol-gel. Gambar 2.5. Ilustrasi Pembentukan Material Mesopori[4] Untuk menghasilkan struktur mesopori, terdapat tiga interaksi yang menentukan hasil akhir dari material : surfaktan surfaktan, inorganik inorganik, dan 10
6 surfaktan inorganik. Interaksi ini terjadi pada interface antara inorganik template. Pelarut juga memegang peranan dalam pembentukan struktur meso. Aspek termodinamika dari pembentukan struktur meso dijelaskan oleh Huo melalui ms ΔG ms er yang menyatakan energi bebas pembentukan struktur meso[15]. ΔG = ΔGint + ΔG + ΔG + ΔG (2.2) inorg org sol Δ G ms dipengaruhi oleh empat faktor yaitu kontribusi interface antara inorganik organik ( ΔG int er ), material inorganik ( ( ΔG org ), dan kontribusi dari larutan ( Δ Ginorg Δ ). Gsol ), self-assembly dari molekul organik Metoda Karakterisasi Material Mesopori Berbagai kombinasi metoda karakterisasi bisa dilakukan untuk menganalisa struktur mesopori suatu material. Umumnya metoda yang paling sering digunakan yaitu SAXS/SANS (Small-angle X-Ray/Neutron Scattering), adsorpsi gas, dan TEM (Transmission Electron Microscope)[16]. Dengan penggunaan metodametoda ini, ukuran pori, distribusi pori, dan keteraturan pori dapat dianalisa Metoda adsorpsi Gas N 2 Metoda adsorpsi gas banyak digunakan untuk menganalisa luas permukaan spesifik, ukuran pori, dan distribusi ukuran pori material solid. Gas yang digunakan yaitu yang bersifat hanya teradsorp secara fisik pada permukaan material solid dan dapat di-deadsorpsi dengan menurunkan tekanan gas pada temperatur yang sama, oleh karena itu umunya digunakan gas nitrogen (N 2 ) atau untuk material dengan luas permukaan spesifik yang kecil (< 1 m 2 /g) digunakan gas krypton. Gas ini umunya disebut dengan adsorbat. Sebelum gas dimasukan, sampel terlebih dahulu dipanaskan dalam keadaan vakum untuk menghilangkan kontaminan seperti air dan minyak. Kemudian gas dimasukkan secara bertahap dan gas tersebut akan membentuk lapisan (monolayer) diseluruh permukaan material solid pada rentang P/P 0 antara 0,05-0,30 dengan P adalah tekanan gas dan P 0 adalah tekanan saturasi gas. Dengan 11
7 menggunakan teori Brauneur-Emmet-Teller (BET) bisa diketahui jumlah molekul adsorbat yang membentuk monolayer sesuai dengan persamaan, P / P = n(1 P / P ) n m c + c n c m P P 0 (2.3) dengan n adalah jumlah adsorbat pada tekanan relatif P / P 0, n adalah kapasitas monolayer, dan c adalah konstanta. Selanjutnya untuk memperoleh luas permukaan spesifik digunakan persamaan, A = n a L (2.4) dan m m a = A / m (2.5) dengan a m adalah luas area material solid yang dilingkupi oleh satu molekul adsorbat, m adalah massa sampel dan A dan a berturut-turut adalah luas permukaan total dan luas permukaan spesifik. m Gambar 2.6. Ilustrasi Metoda Adsorpsi Gas Nitrogen (Metoda BET) (P/P o = 0-1) Small-angle Neutron Scattering (SANS) Small-angle Neutron Scattering (SANS) adalah teknik untuk mendeteksi hamburan neutron pada sudut dibawah 5 [17]. Metoda berdasarakan fenomena hamburan ini sangat berguna untuk mempelajari material yang heterogen dalam skala nano khususnya untuk material yang mempunyai struktur nanopori[18]. Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7. SANS dapat mempelajari struktur material pada skala sepuluh sampai beberapa ratus Angstrom. Pada kisaran ukuran ini 12
8 terdapat berbagai material yang dapat dipelajari pada berbagai bidang studi yaitu, mulai protein dan virus (biologi), emulsi dan mikroemulsi (polimer dan ilmu material), sampai fraktal (fisika, geologi, dan metalurgi). Gambar 2.7. Teknik Karakterisasi dan Kisaran Ukurannya.[20] Konsep dari eksperimen hamburan adalah sederhana. Seperti terlihat pada Gambar 2.8., sinar monokromatik diarahkan kepada sampel. Intensitas dari radiasi hamburan diukur sebagai fungsi dari sudut hamburan yang mempunyai simbol θ. Namun umumnya variabel yang penting yaitu vektor hamburan, Q, yang nilainya berhubungan dengan sudut hamburan dan panjang gelombang : 4π sinθ / 2 Q = (2.6) λ 13
9 Gambar 2.8. Skema Diagram dari Eksperimen Hamburan.[19] Jarak yang terukur dari eksperimen adalah berbanding terbalik dengan Q (jarak ~ o 2π / Q ). Artinya untuk struktur dengan ukuran besar (contoh 100 A atau 10 nm) o dibutuhkan Q yang kecil (contoh Q ~ 0,06A 1 ). Untuk mendapatkan nilai Q kecil pada eksperimen hamburan dibutuhkan kombinasi antara panjang gelombang yang besar dan sudut hamburan yang kecil. Untuk hamburan cahaya, panjang gelombang yang sesuai dengan atau lebih besar dari ukuran partikel hamburan umunya dipakai. Untuk hamburan x-ray dan neutron, umunya digunakan hamburan pada sudut kecil. Untuk studi material berpori, SANS adalah teknik yang penting karena dapat menunjukkan informasi detail dari mikrostruktur pori dalam kisaran ukuran 1 - >100nm. Dengan menganalisa berbagai bagian dari kurva hamburan yang didapatkan maka bisa didapatkan informasi mengenai ukuran pori, bentuk, dan luas permukaan. Hamburan neutron timbul dari variasi scattering length density, ρ b, yang terjadi pada jarak melebihi jarak interatomik dan juga terjadi apabila material solid mengandung pori. Informasi detail mengenai porositas dan luas permukaan didapatkan dari pengukuran distribusi angular intensitas hamburan (Gambar 2.9). 14
10 Gambar 2.9. Diagram Skematik dari Sistem SANS.[21] Analisis hamburan pada kisaran 0,1 Qd 1, dengan d adalah ukuran pori, memberikan detail mengenai ukuran dan bentuk objek hamburan (pori) sedangkan informasi mengenai luas dan karakteristik permukaan didapatkan pada sudut lebih besar ( Qd >> 1) seperti dtunjukkan Gambar Gambar Ilustrasi Kurva SANS untuk Objek, contohnya Pori, dengan dimensi d. Hamburan koheren neutron berasal dari nuklei dan mempunyai distribusi spatial, yang merupakan fungsi distribusi dari nuklei tersebut. Hamburan ini ditunjukkan dalam persamaan, dσ coh dω = I S I (Ω) 0 N (2.7) 15
11 dimana I S adalah intensitas hamburan (neutron s -1 ) pada sudut Ω, adalah flux I 0 datang (neutron s -1 cm -2 ) dan N adalah jumlah nuklei hamburan yang terkena sinar. Menurut Porod, untuk kasus dimana terdapat sistem dua fasa dimana terdapat batas yang jelas antara keduanya dan densitas hamburan untuk satu fasa, ρ 1, adalah konstan dan yang lainnya nol, maka dihasilkan persamaan, dσ dω Q = 2. π. S 2 4 ρ1. Q N (2.8) dengan S merupakan total permukaan antara fasa. Persamaan ini memprediksikan bahwa pada sudut besar dari kurva hamburan, intensitas berkurang dengan asimtot. Selain itu intensitas absolut hamburan pada area ini bergantung hanya pada dua parameter pada sistem yaitu perbedaan densitas panjang hamburan (scattering length density) antara kedua fasa, dan S total area interface antara kedua fasa. 4 Q Secara umum hamburan untuk banyak sistem material berpori, persamaan hamburannya secara singkat diilustrasikan dengan, 2 p 2 I( Q) = V n ( ρ ρ ). P( Q). S( Q) (2.9) p p s dengan V adalah volume pori, n densitas pori, p p ρ p dan ρs berturut-turut adalah densitas panjang hamburan dari pori dan fasa solid kontinu, dan P(Q) adalah faktor bentuk dari pori. S(Q) adalah faktor struktur, yang ditentukan oleh keteraturan dari struktur pori (ordering). Khusus untuk material dengan struktur pori teratur (contohnya nanoporous material), salah satu karakteristik pola hamburannya yaitu adanya puncak interferensi yang menandakan ordering pada struktur pori Proses Sol-Gel Pada proses sol-gel, prekursor molekular dirubah menjadi partikel berukuran nano untuk membentuk suspensi koloid atau sol. Nanopartikel koloid ini kemudian 16
12 berikatan satu dengan yang lain melalui proses polimerisasi untuk membentuk gel. Polimerisasi membuat proses difusi kimia terus meningkat kemudian gel tersebut dikeringkan dan dikalsinasi untuk menghasilkan bubuk. Proses polimerisasi dari sol menjadi gel ditunjukkan pada Gambar Gambar Transformasi Sol ke Gel (pembentukan gel point) Sebagai contoh pada proses pembuatan oksida metal, proses hidrolisis alkoxide sebagai prekursor metal dilakukan dalam larutan alkohol, sehingga menghasilkan metal hidroksida. (2.10) Pada reaksi ini terjadi pertukaran ion dari grup OH δ- yang bermuatan negatif ke metal grup bermuatan positif (M δ+ ). Kemudian terjadi transfer proton kepada grup alkoxy bersamaan dengan eliminasi ROH. 17
13 (2.11) Kondensasi dari molekul hidroksida dengan proses eliminasi air membentuk terjadinya struktur gel dari metal hidroksida dengan reaksi, (2.12) Dengan perlakuan termal kepada gel metal hidroksida maka bubuk oksida metal dapat dihasillkan. Karena proses ini dimulai dari koloid yang terdiri dari partikelpartikel berukuran nano, maka material yang dihasilkan juga berskala nano. Alur proses pembuatan metal oksida ini diilustrasikan pada Gambar Gambar Alur Proses Sol-Gel pada Pembentukan Bubuk Oksida Metal[22] 18
14 Kuallitas dari bubuk menggunakan proses sol-gel sangat berkaitan dengan kecepatan proses hidrolisis dan kondensasi. Proses hidrolisis yang lebih lambat dan terkontrol umunya menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dan karakteristik yang lebih unik. Oleh karena itu parameter-parameter yang perlu dikontrol yaitu - konsentrasi air/alkohol/prekursor - ph larutan - temperatur proses - pemilihan prekursor (struktur molekul, karakteristik ikatan) 2.4. Dye-sensitized Solar Cell Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), sejak pertama kali ditemukan oleh Professor Michael Gratzel pada tahun 1991, telah menjadi salah satu topik penelitian yang dilakukan intensif oleh peneliti di seluruh dunia. DSSC bahan disebut juga terobosan pertama dalam teknologi sel surya sejak sel surya silikon[23]. Berbeda dengan sel surya konvensional, DSSC adalah sel surya fotoelektrokimia sehingga menggunakan elektrolit sebagai medium transport muatan. Selain elektrolit, DSSC terbagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari nanokristal pori TiO 2, molekul dye yang teradsorpsi di permukaan TiO 2, dan katalis yang semuanya dideposisi diantara dua kaca konduktif, seperti terlihat pada Gambar Gambar Struktur Dye-sensitized Solar Cell[24] Pada bagian atas dan alas sel surya merupakan glass yang sudah dilapisi oleh TCO (Transparent Conducting Oxide) bianya SnO 2, yang berfungsi sebagai 19
15 elektroda dan counter-elektroda. Pada TCO counter-elektroda dilapisi katalis untuk mempercepar reaksi redoks dengan elektrolit. Pasangan redoks yang umumnya dipakai yaitu I - /I 3- (iodide/triiodide). Pada permukaan elektroda dilapisi oleh nanokristal pori TiO 2 yang mana dye teradsorpsi di TiO 2. Jumlah pori yang lebih banyak dengan pengaturannya dalam struktur nano, memungkinkan dye yang teradsorpsi lebih banyak menghasilkan proses absorbsi cahaya yang lebih efisien. Dye yang umumnya digunakan yaitu jenis ruthenium complex. Skema kerja dari DSSC ditunjukkan pada Gambar Pada dasarnya prinsip kerja dari DSSC merupakan reaksi dari transfer elektron. Proses pertama dimulai dengan terjadinya eksitasi elektron pada molekul dye akibat absorbsi foton. Elektron tereksitasi dari ground state (D) ke excited state (D * ). D + e - D * (2.13) Elektron dari excited state kemudian langsung terinjeksi menuju conduction band (E CB ) titania sehingga molekul dye teroksidasi (D + ). Dengan adanya donor elektron oelh elektrolit (I - ) maka molekul dye kembali ke keadaan awalnya (ground state) dan mencegah penangkapan kembali elektron oleh dye yang teroksidasi. 2D + + 3e - - I 3 + 2D (2.14) Gambar Skema Kerja dari DSSC[24] 20
16 Setelah mencapai elektroda TCO, elektron mengalir menuju counter-elektroda melalui rangkaian eksternal. Dengan adanya katalis pada counter-elektroda, elektron diterima oleh elektrolit sehingga hole yang terbentuk pada elektrolit (I - 3 ), akibat donor elektron pada proses sebelumnya, berekombinasi dengan elektron membentuk iodide (I - ). I e - 3I - (2.15) Iodide ini digunakan untuk mendonor elektron kepada dye yang teroksidasi, sehingga terbentuk suatu siklus transport elektron. Dengan siklus ini terjadi konversi langsung dari cahaya matahari menjadi listrik. 21
SINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL
SINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL TUGAS AKHIR Oleh : Wilman Septina 13303022 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 SINTESA NANOKRISTAL
Lebih terperinciSINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL
SINTESA NANOKRISTAL MESOPORI TiO 2 DENGAN METODA SOL-GEL TUGAS AKHIR Oleh : Wilman Septina 13303022 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 SINTESA NANOKRISTAL
Lebih terperinciBAB 4 DATA DAN ANALISIS
BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi, sudah seharusnya Indonesia memanfaatkannya sebagai energi listrik dengan menggunakan sel surya.
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi cahaya matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik melalui suatu sistem yang disebut sel surya. Peluang dalam memanfaatkan energi matahari masih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad 21, persediaan minyak dan gas bumi semakin menipis. Sementara kebutuhan akan energi semakin meningkat, terutama dirasakan pada negara industri. Kebuthan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya
λ Panjang Gelombang 21 ω Kecepatan Angular 22 ns Indeks Bias Kaca 33 n Indeks Bias Lapisan Tipis 33 d Ketebalan Lapisan Tipis 33 α Koofisien Absorpsi 36 Frekuensi Cahaya 35 υ BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperinciLogo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si
SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan STUDI AWAL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU SEBAGAI DYE SENSITIZERS DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI
Lebih terperinciSintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi
Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka
Lebih terperinciSEL SURYA BERBASIS TITANIA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012 SEL SURYA BERBASIS TITANIA SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF Rita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karena tidak akan ada kehidupan di permukaan bumi tanpa energi matahari maka sebenarnya pemanfaatan energi matahari sudah berusia setua kehidupan itu sendiri.
Lebih terperinciSTUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC
STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC Surabaya 27 Januari 2012 Perumusan Masalah B Latar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan
Lebih terperinciJURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) X 1
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.2, (2013) 2301-928X 1 Pembuatan Dan Karakterisasi Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstraksi Kulit Buah Manggis Sebagai Dye Sensitizer Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sel surya merupakan suatu piranti elektronik yang mampu mengkonversi energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan dampak buruk terhadap
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini yang melanda dunia masih dapat dirasakan terutama di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi saat ini yang melanda dunia masih dapat dirasakan terutama di Indonesia. Pada tahun 2000 hingga tahun 2004 konsumsi energi primer Indonesia meningkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan nanoteknologi tersebut berbagai aspek persoalan dapat kita selesaikan (Anonim A, 2012). Pengembangan
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI 2.1 PHOTOVOLTAIC Efek Photovoltaic
BAB II DASAR TEORI 2.1 PHOTOVOLTAIC 2.1.1 Efek Photovoltaic Photovoltaic (PV) adalah suatu sistem atau cara langsung (direct) untuk mentransfer radiasi matahari atau energi cahaya menjadi energi listrik.
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI. elektron valensi memiliki tingkat energi yang disebut energi valensi.
BAB III DASAR TEORI 3.1 Semikonduktor Semikonduktor adalah bahan yang mempunyai energi celah (Eg) antara 2-3,9 elektron volt. Bahan dengan energi celah diatas kisaran energi celah semikonduktor adalah
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan TiO 2 sebagai fotokatalis diperkenalkan pertama kali oleh Fujishima dan Honda tahun 1972 mengenai pemecahan air menjadi oksigen dan hidrogen secara fotoelektrokimia
Lebih terperincicommit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC) Perkembangan sel surya atau photovoltaic menjadi penelitian yang dikembangkan pemanfaatannya sebagai salah satu penghasil energi. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan energi matahari di muka bumi sangat besar yakni mencapai 3x10 24 J/tahun atau sekitar 10.000 kali lebih banyak dari energi yang dibutuhkan makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Telah banyak dibangun industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berkembangnya industri tentu dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, tetapi juga menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sel surya generasi pertama berbahan semikonduktor slikon (Si) yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sel surya generasi pertama berbahan semikonduktor slikon (Si) yang berbentuk kristal tunggalatau kristal jamaktelah mapan dan mempunyai efisiensi berkesan
Lebih terperinciF- 1. PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA
PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA Rita Prasetyowati, Sahrul Saehana, Mikrajuddin Abdullah (a), dan Khairurrijal Kelompok Keahlian Fisika Material
Lebih terperinciPERFORMA SEL SURYA TERSENSITASI ZAT PEWARNA (DSSC) BERBASIS ZnO DENGAN VARIASI TINGKAT PENGISIAN DAN BESAR KRISTALIT TiO 2 SKRIPSI
UNIVERSITAS INDONESIA PERFORMA SEL SURYA TERSENSITASI ZAT PEWARNA (DSSC) BERBASIS ZnO DENGAN VARIASI TINGKAT PENGISIAN DAN BESAR KRISTALIT TiO 2 SKRIPSI WULANDARI HANDINI 04 05 04 0716 FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciPENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI
PENGARUH KONSENTRASI HIDROGEN KLORIDA (HCl) DAN TEMPERATUR PERLAKUAN HIDROTERMAL TERHADAP KRISTALINITAS MATERIAL MESOPORI SILIKA SBA-15 SKRIPSI Oleh M. HILMY ALFARUQI 04 04 04 04 7X DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mariya Al Qibriya, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri yang pesat akan mendorong peningkatan kebutuhan energi. Konsumsi energi manusia di dunia mencapai sekitar 88% bahan bakar fosil
Lebih terperinciLogo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si
SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN MENGGUNAKAN EKTRAKSI DAGING BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUS) SEBAGAI DYE SENSITIZER
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI
SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI Oleh Yuda Anggi Pradista NIM 101810301025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembuatan lapis tipis semikonduktor merupakan salah satu cara untuk memudahkan aplikasi semikonduktor baik sebagai solar sel maupun fotokatalis dalam degradasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Energi surya Energi surya merupakan sumber energi yang tak habis-habisnya berpotensi memenuhi sebagian besar energi masa depan dengan konsekuensi minimal yang merugikan lingkungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotokatalis telah mendapat banyak perhatian selama tiga dekade terakhir sebagai solusi yang menjanjikan baik untuk mengatasi masalah energi maupun lingkungan. Sejak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan eksperimental yang dilakukan di laboratorium Fisika Material, Jurusan pendidikan fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan melahirkan revolusi industri baru di abad 21 (Anonim, 2011). Sekarang ini nanoteknologi memiliki
Lebih terperinciTiO 2 jatuh pada 650 nm sedangkan pada kompleks itu sendiri jatuh pada 600 nm, dengan konstanta laju injeksi elektron sekitar 5,5 x 10 8 s -1 sampai
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Transfer elektron antara material semikonduktor nanopartikel dengan sensitiser, yaitu suatu senyawa berwarna (dye) yang didopingkan pada semikonduktor merupakan subyek
Lebih terperinci2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL
3 2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL Pendahuluan Bahan semikonduktor titanium oxide (TiO 2 ) merupakan material yang banyak digunakan dalam berbagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA. Oleh STEFANI KRISTA BP :
SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA Oleh STEFANI KRISTA BP : 0910412029 JURUSAN S1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan senyawa kompleks yang didopingkan pada material semikonduktor semakin banyak dilakukan dalam rangka mendapatkan material semikonduktor rekaan. Penggunaan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini diulas dalam tiga subbab. Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam, yaitu SEM-EDS, XRD dan DRS. Karakterisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenol merupakan senyawa organik yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Fenol merupakan salah satu senyawa organik yang bersifat karsinogenik,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan material dalam skala nano yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciSIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember
SIDANG TUGAS AKHIR Arisela Distyawan NRP 2709100084 Dosen Pembimbing Diah Susanti, S.T., M.T., Ph.D Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sintesa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja
Lebih terperinciBENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA
BENTUK KRISTAL TITANIUM DIOKSIDA TiO2 memiliki tiga macam bentuk kristal : Anatase rutil brukit namun yang memiliki aktivitas fotokatalis terbaik adalah anatase. Bentuk kristal anatase diamati terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi merupakan masalah terbesar pada abad ini. Hal ini dikarenakan pesatnya pertumbuhan ekonomi dunia sehingga kebutuhan manusia akan sumber energi pun meningkat.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V.
10 larutan elektrolit yang homogen. Pada larutan yang telah homogen dengan laju stirring yang sama ditambahkan larutan elektrolit KI+I 2 sebanyak 10 ml dengan konsentrasi 0.3 M tanpa annealing. Setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk mendukung hampir seluruh aktifitas manusia. Seiring dengan perkembangan dunia industri dan pertumbuhan ekonomi di
Lebih terperinciSEL SURYA FOTOELEKTROKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN NANOPARTIKEL PLATINUM SEBAGAI ELEKTRODA COUNTER GROWTH
SEL SURYA FOTOELEKTROKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN NANOPARTIKEL PLATINUM SEBAGAI ELEKTRODA COUNTER GROWTH Iwantono *), Erman Taer, Rika Taslim dan Lutfi Rindang Lestari Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing negara termasuk Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah metode eksperimen. Material yang digunakan berupa pasta TiO 2 produksi Solaronix, bubuk Dyesol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titanium dioksida (TiO 2 ) sejak beberapa tahun terakhir banyak digunakan dalam berbagai bidang anatas anatara lain sebagai pigmen, bakterisida, pasta gigi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya baru
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Saat ini nanomaterial seperti nanotubes, nanowires, nanofibers, dan nanobelts banyak mendapatkan perhatian karena nanomaterial tersebut dapat diaplikasikan di berbagai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian
Lebih terperinci2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO
2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Absorbansi Dye Antosianin Buah Delima Efisiensi DSSC salah satunya dipengaruhi oleh jenis dye terkait dengan efektifitasnya sebagai sunlight absorber. Umumnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintesis semikonduktor hibrid menggunakan material semikonduktor oksida dengan cara mendopingkan sensitiser pada material tersebut telah banyak diteliti. Sayo,
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING
PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING I Dewa Gede Panca Suwirta 2710100004 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah berkembang suatu mekanisme fotokatalis yang menerapkan pemanfaatan radiasi ultraviolet dan bahan semikonduktor sebagai fotokatalis, umumnya menggunakan bahan TiO2
Lebih terperinciSTRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS
STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS SKRIPSI Oleh : Ahsanal Holikin NIM 041810201063 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. luar biasa dalam penerapan nanosains dan nanoteknologi di dunia industri. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi pada bidang material dewasa ini sedang mengarah pada revolusi nanopartikel dimana dalam periode ini tejadi percepatan luar
Lebih terperinciSTUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL
STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU (HIBISCUS ROSA SINENSIS L) SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI DYE Henni Eka Wulandari, Drs. Gontjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam bidang sintesis material, memacu para peneliti untuk mengembangkan atau memodifikasi metode preparasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu yang mempelajari, menciptakan dan merekayasa material berskala nanometer dimana terjadi sifat baru. Kata nanoteknologi berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Semikonduktor sangat berperan besar dalam perkembangan teknologi dewasa ini khususnya untuk teknologi solar cell, fotokatalis maupun material sensor. Karena nilai
Lebih terperinci4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL
4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL 21 Pendahuluan Sel surya hibrid merupakan suatu bentuk sel surya yang memadukan antara semikonduktor anorganik dan organik. Dimana dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Spektrum Radiasi Matahari Spekrum radiasi elektomagnetik terdiri atas radiasi dengan beberapa panjang gelombang mulai dari yang sangat pendek sampai sangat panjang. Cahaya tampak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sel surya tersensitisasi zat warna (dye-sensitized solar cell, DSSC) merupakan jenis sel surya generasi ketiga yang banyak dikembangkan karena efisiensinya yang tinggi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA
SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA Astuti * dan Sulastriya Ningsi Laboratrium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari
Lebih terperinciSINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT
SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 21 SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT Rommi Prastikharisma, Insyiah Meida dan Heru Setyawan *) Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KONSENTRASI KLOROFIL TERHADAP DAYA KELUARAN DYE-SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC)
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI KLOROFIL TERHADAP DAYA KELUARAN DYE-SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) Dody Fanditya Rakhman, Sholeh Hadi Pramono dan Eka Maulana. Abstrak Dye-Sensitized Solar cell (DSSC) merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan
20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas
Lebih terperinciBAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN
29 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian XRD Hasil Pengeringan Pada pengujian XRD material TiO 2 hasil proses sol-gel hanya sampai proses pengeringan ini, akan dibandingkan pengaruh perbedaan molaritas
Lebih terperinciOptimasi Parameter Sintesis Nanopartikel TiO 2 untuk Dye Sensitized Solar Cell
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 10, NOMOR 2 JUNI 2014 Optimasi Parameter Sintesis Nanopartikel TiO 2 untuk Dye Sensitized Solar Cell Amalia Puji Winarni, Kusumandari, dan Ari Handono Ramelan Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan nanopartikel saat ini sangat pesat. Dalam beberapa puluh tahun terakhir berbagai negara di Eropa, Amerika, Australia dan sebagian Asia mengarahkan
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Elektrolit Gel Terhadap Arus dan Tegangan DSSC Prototipe DSSC Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 1, (213) 1-6 1 Pengaruh Penggunaan Elektrolit Gel Terhadap Arus dan Tegangan DSSC Prototipe DSSC Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.) Sebagai Dye Sensitizer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dunia penelitian sains hari ini dapat dikatakan telah dan akan terus memberikan banyak perhatian pada bidang nanoteknologi. Karakternya yang unik membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia menyebabkan beberapa perubahan yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Energi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
25 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, laboratorium Mikrobiologi, Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Outlook Energi Indonesia (2014), konsumsi energi dalam berbagai sektor di Indonesia meliputi sektor komersial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material mesopori menjadi hal yang menarik untuk dipelajari terutama setelah ditemukannya material mesopori berstruktur nano yang kemudian dikenal sebagai bahan M41S
Lebih terperinci