PERKEMBANGAN R&D MIKROELEKTRONIKA DAN APLlKASINYA
|
|
- Yulia Sasmita
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERKEMBANGAN R&D MIKROELEKTRONIKA DAN APLlKASINYA oleh: Samaun Samadikun Peneliti Senior, PPAU-ME, ITB SEMINAR NASIONAL PENGEMBANGAN R&D MIKROELEKTRONIKA DAN APLIKASINYA BANDUNG, 8 OKTOBER 2003 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG - 1 -
2 Pendahuluan. 1. Perkembangan R&D Mikroelektronika menuju ke berbagai arah dan dilaksanakan oleh keahlian yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini disebabkan karena kedewasaan bidang mikroeletronika yang telah masuk kedalam segala segi kehidupan manusia, dan telah menjadi sarana pendukung yang vital bagi perkembangan bidang-bidang keahlian lain. 2. Aplikasi bidang ME di Indonesia telah cukup maju, dan membantu Indonesia agar dapat terintegrasi dalam kehidupan internasional dan ikut bersaing untuk dapat memperoleh nilai tambah dari kegiatan tersebut. 3. Indonesia telah mengeluarkan Undang-undang No. 16, tahun 2002, tentang Sistem Nasional Iptek, yang mengidentifikasi unsur-unsur yang perlu dikembangkan dan disinergikan agar Iptek pada umumnya dapat lebih membantu meningkatkan kesejahteraan bangsa. Meskipun ME tidak dapat dilepaskan dari bidang-bidang lain, penterjemahan UU tersebut untuk bidang ME perlu dilakukan. 4. Indonesia perlu mengembangkan kapasitas untuk dapat memanfaatkan ME, yang tidak cukup hanya terdiri dari para ahli dalam bidang ME saja tetapi juga yang berada di bidang-bidang lain tetapi berminat untuk bergerak dan melakukan usaha yang berkaitan dengan ME. Peran pemerintah juga perlu ditingkatkan dalam pemanfaatan peluang yang masih ada dalam bidang ME. Penelitian, Pengembangan dad Rekayasa (PP&R/RD&E) untuk menyeleseikan masalah 5. Kegiatan PP&R memerlukan sumber daya yang perlu dibiayai sehingga harus ada tujuannya yang jelas. Untuk seorang pribadi tujuan tersebut dapat murni ingin tahu, atau untuk suatu masyarakat tujuan tersebut dapat untuk menyeleseikan suatu masalah yang sedang dihadapi masyarakat tersebut. Dalam makalah ini akan dicoba untuk menata kegiatan PP&R dalam bidang Mikroelektronika yang dapat membantu menyelesaikan masalah pengangguran di Indonesia. 6. Masalah pengangguran hanya dapat diatasi dengan investasi, karena untuk menciptakan setiap tempat kerja tertentu diperlukan investasi tertentu pula, yang besarnya tergantung dari bidang yang dikerjakan. Banyak negara, khususnya didaerah Asia yang menggunakan industri elektronika sebagai salah satu pendorong pembangunan untuk penciptaan lapangan kerja dan penghasil devisa utama. 7. Meskipun harga satu tempat kerja industri ME tidak yang paling murah diantara pilihan industri yang ada, pilihan jatuh dalam bidang ME karena sifatnya yang mempunyai pasar yang luas, pertumbuhan yang tinggi, dapat dipakai sebagai pendorong industri lain, bersifat high tech tetapi dapat dikerjakan oleh tenaga kerja dari berbagai keahlian, mulai dari buruh perakit peralatan ME sederhana sampai perancang microchip yang paling rumit. 8. Terjadinya investasi dalam industri ME di suatu daerah tidak saja didorong oleh adanya kegiatan PP&R teknologi ME didaerah tersebut, tetapi masih tergantung faktor lain seperti stabilitas politik, keamanan, pasar lokal, logistik, tenaga kerja yang dapat dilatih, dan lainlain. Seberapa jauh kegiatan PP&R berperan menjadi daya tarik terjadinya investasi tidak mudah untuk ditentukan, dan tergantung dari daerahnya. Sebagai contoh, Silicon Valley yang menjadi pusat kegiatan PP&R dunia juga menjadi salah satu pusat investasi industri ME, sedangkan kota Kuching, ibu kota negara bagian Sarawak, Malaysia, dapat menarik investasi satu pabrik pengolah microchip sebesar 1.5 milyar USD, sedangkan didaerah tersebut tidak ada kegiatan PP&R ME sama sekali. 9. Tetapi kami perkirakan adalah logis bahwa bila ada banyak kegiatan PP&R ME didaerah tersebut dapat menjadi daya tarik industri ME dan mengurangi kelemahan yang ada didaerah tersebut. Departemen Perindustrian dan Perdagangan dalam usahanya untuk menarik investasi dalam industri ME telah mempromosikan daerah Bandung, yang secara tradisional telah - 2 -
3 menjadi pusat kegiatan PP&R ME di Indonesia, menjadi Bandung High Tech Valley (BHTV), dan dengan demikian dapat lebih menarik investasi dalam industri ME di Indonesia pada umumnya dan didaerah Jawa Barat pada khususnya. Industri Elektronika Indonesia. 10. Industri elektronika Indonesia dibangun sejak tahun 1965 dengan mulai diundangnya PMA. Keadaannya saat ini adalah sebagai berikut: Tahun 2002 Nilai produksi Rp Tr 93,5 Nilai tambah (pr) Rp Tr 31,4 NiIai ekspor USD Md 7,3 NiIai impor (produk) USD Md 1,5 Tenaga kerja (pr 2001) orang 281 ribu Penyebaran di Sumatra, Jawa dan Bali. 11. Meskipun kontribusi industri Elektronika cukup besar dalam perolehan devisa dan penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan akhir-akhir ini tidak terlalu menggembirakan, dan kemampuan Indonesia untuk memanfaatkan peluang pasar global juga masih terlalu kecil. Disamping itu industri yang beroperasi di Indonesia juga mulai melihat kemungkinan untuk memindahkan operasinya di negara lain yang mereka anggap lebih menguntungkan. 12. Kegiatan industri elektronika di Indonesia sebagian besar adalah berupa perakitan peralatan yang akan diekspor, sedangkan PP&R produk baru dikerjakan di induk perusahaannya yang berada di luar negeri. Polytron dan Industri Strategis yang bergerak dalam bidang elektronika melakukan PP&R di dalam negeri selain kegiatan perakitan. Mismatch kegiatan PP&R dengan kebutuhan industri. 13. Kalau kegiatan yang dikerjakan sebagian besar industri elektronika di Indonesia adalah kegiatan assembling peralatan elektronika, sedangkan sebagian besar kegiatan PP&R yang dikerjakan di Puslitbang dan perguruan tinggi ialah untuk mengembangkan produk baru, dan tidak untuk mengembangkan cara produksi yang baru, maka hal ini mungkin mengakibatkan tidak krasan -nya industri assembling di Indonesia, karena tidak banyak yang dapat dan mau memberikan dukungan kepada kegiatannya. 14. Masalah minat untuk bidang manufaktur peralatan elektronika tidak saja tercermin dalam kurangnya kegiatan dalam PP&R, tetapi juga dalam kurikulum pendidikan di tingkat menengah dan tinggi yang lebih mementingkan analisa dan sintesa, dan kurang membahas produksi dari peralatan serta sistem yang telah di kembangkan. Dalam pendidikan keahlian sipil keadaannya lebih seimbang antara perancangan dan pembangunan. Dalam pendidikan kimia dibagi dalam keahlian, Kimia Murni dan Kimia Teknik yang akan merancang pabrik kimia yang akan memproduksi zat kimia yang dirancang. Untuk pabrik yang produksi peralatan elektronika pada saat ini tidak ada pendidikannya. Keadaan ini juga di-identifikasi di Amerika 20 tahun yang lalu, karena dirasakan bahwa PP&R microchip dikuasainya tetapi produksinya kalah dengan Jepang, sehingga dibuat studi yang cukup mendasar yang menghasilkan program PP&R manufaktur microchip di beberapa universitas terkemuka di Amerika. Pelaksanaan dan Pengelolaan Program PP&R mikroelektronika yang dikaitkan dengan penciptaan lapangan kerja
4 15. Dari uraian diatas tampak bahwa industri manufaktur peralatan elektronika merupakan penghasil lapangan kerja yang besar dan juga penghasil devisa yang baik. Agar kegiatan PP&R dapat menghasilkan lapangan kerja maka kegiatan tersebut harus dikaitkan dengan kemungkinan akan terjadinya investasi sehingga diperlukan interaksi yang intensip dengan pelaku industri, Deperindag dan BKPM. Kegiatan PP&R sebaiknya merupakan bagian dari paket pemanis yang ditawarkan. pemerintah kepada calon investor, bersama-sama dengan insentip pajak, pelatihan, tanah, dll. 16. Kegiatan ini sebaiknya merupakan bagian dari suatu program nasional yang berjangka 10 sampai 15 tahun, yang mempunyai sasaran sosial, ekonomi dan teknologi. Deperindag mempunyai program untuk meningkatkan ekspor produk elektronika hingga mencapai USD 30 Md dalam sepuluh tahun mendatang. Untuk itu diperlukan investasi sebesar USD 10 Md yang akan menciptakan lapangan kerja bagi kira-kira satu juta pekerja. Melihat besarnya investasi dan ekspor yang direncanakan maka hal ini harus dilaksanakan secara profesional dan dengan standar internasional. Program ini yang biasanya hanya ditangani dari segi bisnis dan finance oleh Deperindag dan BKPM, sebaiknya juga diikutsertakan Kementerian Ristek. Peran Puslitbang dari LIPI yang berhubungan dengan ini harus bertindak sebagai Lembaga Nasional dan diberi tanggung jawab pencapaian sasaran teknologi pada khususnya dan sasaran socio-ekonomi pada umumnya. 17. Program PP&R ME yang dikerjakan diarahkan agar dapat membantu industri elektronika yang sudah beroperasi di Indonesia saat ini tidak berpindah ke negara lain. Bantuan ini dapat berupa pengembangan peralatan produksi baru atau peningkatan produktivitas peralatan atau proses yang ada, atau membantu meneliti masalah produksi umum lain yang mereka hadapi. Karena sebagian besar industri elektronika yang beroperasi di Indonesia melakukan kegiatan produksi, maka permasalahan akan lebih banyak dalam bidang produksi dan test. 18. Program lain adalah untuk membantu mendirikan usaha pendukung bagi industri yang sudah beroperasi, sehingga mempermudah dan mengurangi biaya produksi mereka karena memperoleh dukungan lokal yang lebih cepat dan murah. Membantu mengoperasikan teknologi baru yang di lisensi sehingga lebih cepat menghasilkan produk yang direncanakan. 19. Kegiatan lain yang tidak langsung berhubungan dengan bantuan kepada industri yang sudah beroperasi di Indonesia, ialah yang ditujukan untuk menarik investasi bagi industri elektronika lain yang saat ini masih belum beroperasi di Indonesia, tetapi dianggap penting bahwa industri yang menggunakan teknologi tersebut beroperasi di Indonesia. Sebagai contoh umpamanya dianggap penting bahwa ada industri yang dapat memproduksi microchip beroperasi di Indonesia, maka perlu dirancang suatu roadmap yang akan dapat mendatangkan investasi tersebut. 20. Industri Mikroelektronika dunia saat ini cukup besar dan masih akan tumbuh terus dimasa mendatang. Bila Indonesia ingin lebih memanfaatkan peluang yang ada dalam bisnis ini maka sebaiknya dibentuk Departemen Perindustrian, Perdagangan, dan Teknologi Elektronika, yang akan dapat melaksanakan program secara terpadu untuk mencapai sasaran penciptaan lapangan pekerjaan, devisa serta teknologi yang dicita-citakan. Diperkirakan bahwa dengan pendanaan tahunan sebesar 1% dari export tahunan bidang elektronika maka sasaran tersebut dapat terlaksana
5 - 5 -
6 - 6 -
7 - 7 -
PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT IPTEK DI INDONESIA
PENGEMBANGAN INDUSTRI PADAT IPTEK DI INDONESIA Oleh : Prof. DR. Ir. Semaun Samadikun DALAM SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INDUSTRI III ITS 1987 26 S/D 28 FEBRUARI 1987 TEMA STRATEGI PENGEMBANGAN IPTEK DALAM
Lebih terperinciPERKEMBANGAN BIDANG MIKROELEKTRONIKA DAN TANTANGANNYA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
Oleh Prof. Dr. Samaun Samadikun Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ITB PERKEMBANGAN BIDANG MIKROELEKTRONIKA DAN TANTANGANNYA DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Pidato llmiah pada Dies Natalis
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara FORUM EKSPOR INDUSTRI MANUFAKTUR Jakarta, 11 September 2013
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara FORUM EKSPOR INDUSTRI MANUFAKTUR Jakarta, 11 September 2013 Yang Terhormat : Saudara Menteri Keuangan; Saudara Menteri Perdagangan; Para Pejabat Eselon I dari
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H14104016 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciTERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012
1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Pengembangan sektor agribisnis sebagai salah
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA 3rd SUSTAINABLE BUSINESS DIALOGUE IN COOPERATION WITH THE GLOBAL PRACTITIONERS DIALOGUE ON CLIMATE
Lebih terperinciMEMBANGUN INDUSTRI YANG UTUH & MANDIRI. Oleh: Djoko Santoso (Rektor Institut Teknologi Bandung)
MEMBANGUN INDUSTRI YANG UTUH & MANDIRI Oleh: Djoko Santoso (Rektor Institut Teknologi Bandung) Makalah disampaikan pada Rapat Kerja Departemen Perindustrian RI, Jakarta 27 Februari 2008 PENDAHULUAN DIMANAKAH
Lebih terperinciMenuju Ekosistem Industri Elektronika Indonesia yang Solutif, Mandiri, dan Inspiratif
Buku Awardee LPDP Chapter IV: Menuju Ekosistem Industri Elektronika Indonesia yang Solutif, Mandiri, dan Inspiratif Rachmad Vidya W. P. Mahasiswa S2 Teknik Elektronika ITB Asisten Peneliti di Pusat Mikroelektronika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu rangkaian yang terencana menuju keadaan ke arah yang lebih baik. Tahun 1969 pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia mulai melaksanakan
Lebih terperinciDaya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia
Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. POU YUEN INDONESIA CIANJUR, 27 OKTOBER 2015
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. POU YUEN INDONESIA CIANJUR, 27 OKTOBER 2015 Yang saya hormati, 1. Menteri Tenaga Kerja Saudara M. Hanif Dakhiri; 2. Gubernur
Lebih terperinciRingkasan Dalam Bahasa Indonesia
Ringkasan Dalam Bahasa Indonesia 1. Pendahuluan Laporan ini dibuat oleh the Global Environmental Forum (Yayasan Forum lingkungan hidup global) atas permintaan Badan Lingkungan Hidup Jepang. Tujuan penelitian
Lebih terperinciNARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas
NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI JAWA TENGAH Melalui Kegiatan: FASILITASI STANDARISASI PRODUK INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI, ELEKTRONIKA TELEMATIKA DAN
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016 Yang terhormat Mr. Shosuke Mori, Chairman Kansai Economic Federation, Jepang; Rekan-rekan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PT. INDO BHARAT RAYON PURWAKARTA, 12 OKTOBER 2015
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN PERLUASAN PT. INDO BHARAT RAYON PURWAKARTA, 12 OKTOBER 2015 Yth. Gubernur Jawa Barat atau yang mewakili; Yth. Bupati Kabupaten Purwakarta; Yth. Pimpinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan kertas di Indonesia sendiri saat ini sudah mencapai 7,7 juta ton
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun volume kebutuhan terhadap kertas terus mengalami peningkatan. Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri tekstil di Indonesia terus menunjukan peningkatan bahkan mampu bersaing di pasar internasional. peningkatan taraf hidup yang lebih
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. terbesar dan merupakan ikon dari Samsung Group, yang merupakan konglomerasi
BAB V KESIMPULAN Samsung Electronics Co. Ltd adalah perusahaan pembuat perangkat elektronika terbesar di dunia, dan berkantor pusat di Seocho Samsung Town di Seoul, Korea Selatan. Perusahaan ini adalah
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLI INDONESIA PADA ACARA HALAL BIHALAL DI PT. ADIS DIMENSION FOOTWEAR TANGERANG BANTEN, 31 JULI 2015
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLI INDONESIA PADA ACARA HALAL BIHALAL DI PT. ADIS DIMENSION FOOTWEAR TANGERANG BANTEN, 31 JULI 2015 Yth. Komisaris PT. Adis Dimension Footwear, Bapak Harijanto; Yth.
Lebih terperinciStrategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008
Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;
Lebih terperinciStrategi pemasaran ekspor pada PT. Indo Veneer Utama di Karanganyar
Strategi pemasaran ekspor pada PT. Indo Veneer Utama di Karanganyar Oleh : Ayutyaning Ririn Hapsari F 3106071 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan perdagangan lintas negara atau sering
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Penerimaan devisa yang berasal dari ekspor dan adanya berbagai
Lebih terperinciRINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015 29 September 2015 KEBIJAKAN DEREGULASI TAHAP II Kemudahan Perizinan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Definisi Perusahaan Perusahaan adalah badan usaha berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum yang menjalankan perdagangan barang atau jasa dengan tujuan mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kebutuhan akan karet alam terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Hal ini terkait dengan kebutuhan manusia yang memerlukan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke seluruh dunia di hampir seluruh sektor. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang
Lebih terperinciANALISIS PELUANG INTERNASIONAL
ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2013
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2013 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-September 2013, neraca perdagangan Thailand
Lebih terperinciV. HASIL DAN ANALISIS
53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. CHANGSHIN REKSA JAYA GARUT, 27APRIL 2015
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. CHANGSHIN REKSA JAYA GARUT, 27APRIL 2015 Yth. Gubernur Propinsi Jawa Barat atau yang mewakili; Yth. Bupati Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciCopyright Rani Rumita
Perusahaan yang tetap beroperasi di dalam negeri untuk bermain aman, mungkin tidak hanya kehilangan peluang mereka untuk memasuki pasar lain, tetapi juga beresiko kehilangan pasar dalam negeri mereka.
Lebih terperinci1. Yulianty Widjaja (Direktur DAVINCI); dan 2. Para Hadirin Sekalian Yang Berbahagia.
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA PEMBUKAAN PAMERAN 22 TAHUN DAVINCI DI INDONESIA JAKARTA, 14 OKTOBER 2015 Yang Saya Hormati: 1. Yulianty Widjaja (Direktur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Globalisasi Ekonomi Adalah suatu kehidupan ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dengan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan
Lebih terperinciPenulis, pengarang, penerjemah, penyadur, penyuting, pengilustrasi, mampu mengembangkan buku sebanyak-banyaknya dan sebagus-bagusnya.
Penulis, pengarang, penerjemah, penyadur, penyuting, pengilustrasi, mampu mengembangkan buku sebanyak-banyaknya dan sebagus-bagusnya. Pengusaha industri perbukuan mendirikan penerbitan yang kuat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan
Lebih terperinciDUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN
DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Direktur Jenderal Perkebunan disampaikan pada Rapat Kerja Revitalisasi Industri yang Didukung oleh Reformasi Birokrasi 18
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara berusaha memenuhi kebutuhannya baik barang dan jasa, atinya akan ada kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penggunaan amplas di Indonesia sudah lama dikenal oleh. masyarakat namun pada saat itu penggunaannya masih terbatas untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan amplas di Indonesia sudah lama dikenal oleh masyarakat namun pada saat itu penggunaannya masih terbatas untuk usaha tertentu saja, yaitu untuk produk yang terbuat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciPERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS
PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS Jakarta, 27 Mei 2015 Pendahuluan Tujuan Kebijakan Industri Nasional : 1 2 Meningkatkan produksi nasional. Meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciBAB VII Perdagangan Internasional
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB VII Perdagangan Internasional Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan sumber pembiayaan yang sangat penting adalah devisa. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;
Lebih terperinciPeranan Pasar Modal Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia
Peranan Pasar Modal Indonesia dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia (Lomba Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Pendidikan Akuntansi FPIPS 2007) Pengertian Pembangunan Ekonomi Perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat terjadinya krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1997-1998, banyak negara-negara di Asia seperti Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia dan lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Arus globalisasi ekonomi dan proses liberalisasi perdagangan merupakan kenyataan yang saat ini semakin berkembang dari segi globalisasi produksi sampai dengan
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. ECO SMART GARMENT INDONESIA BOYOLALI, 26 AGUSTUS 2015
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. ECO SMART GARMENT INDONESIA BOYOLALI, 26 AGUSTUS 2015 Yth. Gurbenur Jawa Tengah; Yth. Menteri Perdagangan; Yth. Bupati
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENJELASAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG RKA-KL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2016 DALAM RAPAT KERJA DENGAN KOMISI VI DPR-RI Yth.: TANGGAL, 1 SEPTEMBER
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA JUMPA PERS AKHIR TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA JUMPA PERS AKHIR TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, 18 DESEMBER 2015 Yth. : Para Wartawan serta hadirin
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX, atau pasar mata uang) adalah bentuk pertukaran untuk perdagangan desentralisasi global mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi
Lebih terperinciIndeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi
KOPI, Jakarta Kinerja industri nasional kembali menunjukkan agresivitasnya seiring dengan peningkatan permintaan pasar domestik dan adanya perluasan usaha. Capaian ini terungkap berdasarkan laporan indeks
Lebih terperinciAnalisa Kebutuhan Sumber Daya Manusia Modul ke:
Analisa Kebutuhan Sumber Daya Manusia Modul ke: Widi Wahyudi,S.Kom, SE, MM. Fakultas Desain & Teknik Kreatif www.mercubuana.ac.id Program Studi Desain Produk Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor
Lebih terperinciSTRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL
STRATEGI OPERASI DI LINGKUNGAN GLOBAL Pengertian Globalisasi Kata globalisasi dari bahasa Inggris globalization. Global berarti universal yang mendapat imbuhan - lization yang bisa dimaknai sebagai proses.
Lebih terperinciBAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.
BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN Fakta bahwa Indonesia tidak meratifikasi konvensi ILO No.131 dan No. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN SDM INDUSTRI GARMEN
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN SDM INDUSTRI GARMEN JAKARTA, 19 JANUARI 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN SDM INDUSTRI GARMEN JAKARTA,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama pasca krisis ekonomi global tahun 2008 yang melanda dunia, perekonomian dunia mengalami berbagai penurunan ekspor non migas. Beberapa negara di dunia membatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT UMUM ANGGOTA (RUA) IX ASOSIASI EKSPORTIR DAN INDUSTRI KOPI INDONESIA (AEKI) Jakarta, 10 Maret 2016 Yth. Saudara Ketua Umum dan Pengurus Asosiasi
Lebih terperinciDengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah
Lebih terperinciPERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA
PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.
Lebih terperinciPEMBANGUNAN INDUSTRI MANUFAKTUR ICT DALAM NEGERI
PEMBANGUNAN INDUSTRI MANUFAKTUR ICT DALAM NEGERI Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi DISAMPAIKAN PADA : RAKORNAS TELEMATIKA DAN MEDIA 2002 KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI 23 JUNI 2008 LATAR BELAKANG 1.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciBismillahirrahmanirrahim,
SAMBUTAN SEKRETARIS BADAN LITBANG KEHUTANAN PADA ACARA PEMBUKAAN SEMINAR HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN PALEMBANG TAHUN 2013 Palembang, 2 Oktober 2013 Bismillahirrahmanirrahim, Yang saya hormati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dan memberikan kontribusinya pada perekonomian nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manufaktur merupakan sektor industri yang penting di lingkup perekonomian Indonesia, jumlah perusahaannya yang sangat besar dibagi menjadi sektor-sektor, salah
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode
1.1. Latar Belakang Pada umumnya perekonomian di negara-negara sedang berkembang lebih berorientasi kepada produksi bahan mentah sebagai saingan dari pada produksi hasil industri dan jasa, di mana bahan
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA SEMINAR IKATAN ALUMNI UNIVERSITAS SRIWIJAYA (IKA UNSRI) DALAM RANGKA KESIAPAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI
Lebih terperinci