ANALISA PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP ADANYA CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450
|
|
- Hadi Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 ANALISA PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP ADANYA CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450 Agung Tri H, Soeharto, Bambang Sudarmanta, Putu Suwarta Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Intitut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstrct Kebutuhan masyarakat akan penggunaan mobil di negara Indonesia yang cukup besar menimbulkan pemikiran bagaimana kita bisa membuat mobil sendiri tanpa import dari negara lain, sehingga dapat mengurangi harga beli suatu mobil. Kemen Ristek bekerja sama dengan ITS berencana dapat ikut campur dengan membuat salah satu bagian dari engine yaitu blok silinder. Blok silinder adalah bagian terpenting dari kendaraan. Dimana bahan pembuatnya terbuat dari cast iron (besi tuang) atau almunium, maksudnya untuk mengurangi berat dan menambah panas radiasi. Penelitian pada pembuatan blok silinder dari bahan FCD 450 dengan menggunakan 2 sistem aluran yang berbeda, yaitu dengan menggunakan sistem empat saluran masuk dan enam saluran masuk. Pada empat saluran masuk ini 2 saluran masuk diletakan diatas dan 2 saluran masuk yang lainnya diletakkan dibawah benda coran. Pada enam saluran masuk yang membedakan adalah penambahan 1 saluran masuk lagi pada bagian atas maupun bawah sehingga jumlahnya menjadi 6. Metode pengocarannya dengan menggunakan pasir cetak kering. Kemudian membandingkan cacat yang terjadi antara sistem empat saluran masuk dengan sistem enam saluran masuk, setelah itu diukur dan dianalisa dengan metode visual dan non destructive test (NDT) untuk mengetahui letak dan jenis cacat yang terjadi. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa sistem empat saluran masuk sebelum dimachining terdapat cacat yang berupa missrun yang terletak pada posisi I dan II, sedangkan pada enam saluran masuk cacat missrun tidak terjadi. Setelah dilakukanya NDT dengan metode liquid penetrant terdapat cacat surface crack yang paling banyak terdapat pada hasil coran dengan sistem empat saluran masuk yaitu pada posisi I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X. Pengujian dengan metode radhiography x-ray cacat yang terlihat pada flem hanya terdapat pada empat saluran masuk yaitu cacat retakan (crack) yang terletak pada posisi I. Kata kunci Pengecoran, Blok silinder, FCD 450, NDT 1. PENDAHULUAN Kebutuhan masyarakat akan penggunaan mobil di Indonesia yang cukup besar, maka Pemerintah menanggulangi hal tersebut dengan dicetuskannya program mobnas (mobil nasional). Sejarah menciptakan mobnas itu sendiri sudah dimulai sejak lama. Berawal dari era Toyota Kijang pada 1975 sampai mobil Esemka di era pemerintahan Joko Widodo sebagai walikota Surakarta di tahun Kemen Ristek bekerja sama dengan ITS berencana membuat salah satu bagian dari engine yaitu blok silinder. Blok silinder adalah bagian terpenting dari kendaraan. Bahannya cast iron (besi tuang) atau almunium, Maksudnya untuk mengurangi berat dan menambah panas radiasi. Disini terdapat lubang silinder yang diberi lapisan khusus (cylinder liner) untuk mengurangi keausan silinder, karena gesekan naik turunnya torak atau piston. Proses pemilihan bahan dalam penelitian ini menggunakan bahan FCD 450. Pemilihan bahan FCD ini dipilih karena FCD mempunyai sifat mekanik mampu tarik 450 N/mm 2, dengan mengacu pada analisa tegangan yang terjadi pada blok silinder dimana kekuatan tarik maksimum adalah 168 N/mm2, maka pemilihan bahan dengan FCD 450 dapat mengatasi kekuatan tarik maksimum yang terjadi pada blok silinder. Elongasi FCD sampai dengan 10%, sehingga FCD dapat digunakan untuk produk-produk yang mendapatkan beban impak atau tekuk yang tinggi. Cacat coran tersebut antara lain yang sering terjadi adalah cacat penyusutan (shrinkage), inklusi pasir, porositas, dan crack. Cacat pada coran harus dihindari karena akan berpengaruh pada kualitas hasil coran yang mengubah dimensi dan sifat mekanik dari benda hasil cor. Penyebab cacat-cacat tersebut antara lain berupa pembekuan atau solidifikasi yang tidak merata pada produk sehingga perlu dilakukan uji coba (trial and error) dan perancangan sistem saluran (gatting system) yang efektif untuk mencegah cacat tersebut. 2. DASAR TEORI 2.1 Pengertian Benda Cor Benda coran memiliki pengertian sederhana sebagai suatu benda atau produk yang dihasilkan melalui proses pencairan logam yang dicor (diisikan) kedalam suatu cetakan dan dibiarkan hingga membeku. Dalam hal ini cetakan memiliki suatu rongga cetak (cavity) yang bentuknya menyerupai bentuk benda yang diinginkan. Didalam rongga cetak inilah nantinya logam cair yang dimasukkan kedalam cetakan akan mengalami proses pembekuan hingga menghasilkan benda padat dengan bentuk profil sesuai dengan yang dinginkan. 2.2 Besi Cor nodular Besi cor nodular adalah logam yang kuat dan ulet serta machinability. Karbonnya berbentuk nodular grafit yang diperoleh dengan cara menambahkan Mg dan Ce, penambahan unsur paduan tersebut untuk menghilangkan kadar sulfur pada besi cor, semakin tinggi Mg dan Ce maka kemungkinan dapat merubah grafit menjadi bentuk nodular, tetapi jika terlalu rendah kemungkinan grafit menjadi bentuk flake. Pengaruh unsur Si dalam pembentukan grafit sebagai penstabil (grafit stabilizer), pembentukan jenis dari besi cor nodular juga dipengaruhi oleh carbon equivalent (CE), CE adalah nilai prosentase campuran antara carbon, silicon dan phosfor (C%+1/3(%Si+%P)). Jika jumlah CE lebih dari 4.3 maka didapatkan FCD 450 terbentuk struktur utama grafit berbentuk bulat. Prosentase kandungan karbon C dan silicon Si dapat dilihat pada gambar 1
2 2 Gambar 1. Prosentase carbon dan silicon untuk besi tuang nodular [2] 2.3 Pola Tunggal Pola tunggal biasanya dibentuk serupa dengan corannya dan bentuk lebih sederhana, kadang- kadang dibuat juga menjadi satu dengan telapak inti. Gambar 2. Pola tunggal [1] 2.4 Sistem Saluran Secara garis besar sistem saluran didefinisikan sebagai jalan masuk atau saluran bagi logam cair yang dituangkan dari ladel menuju ke dalam rongga cetakan. Pada umumnya sistem saluran dirancang untuk mengisi cetakan secepat mungkin dan tidak menimbulkan terbentuknya turbulensi. karena pendinginan tak seimbang pada penyusutan. Robekan panas tidak tajam dan dalam beberapa hal tidak kontinu, tetapi robekan pada temperatur rendah, tidak lebar, runcing dan lurus. 3. Penyusutan (Shrinkage) Hal itu terjadi karena adanya perubahan fase dari material cair menjadi padat sehingga akan terjadi perubahan volume. Jadi jika dibandingkan dengan ukuran pada rongga cetak, ukuran produk akan berbeda, yaitu ukurannya menjadi lebih kecil dibandingkan rongga cetaknya. 4. Salah alir Cacat salah alir adalah cacat disebabkan karena logam cair tidak cukup mengisi rongga cetakan. 5. Inklusi Pasir Inklusi pasir adalah cacat dimana pasir terbawa dalam coran dan cacat terjadi pada permukaan atau didalam coran. 2.6 Analisa Gaya Yang Terjadi Pada Blok Silinder Pada analisa distribusi tegangan pada blok silinder, daerah yang mengalami kritis terdapat pada bagian yang berhubungan dengan crank shaft. Dimana tegangan yang terjadi akibat putaran crank shaft. Pada bagian cylinder liner juga terjadi tegangan kritis, dikarenakan pada bagian ini terjadi gesekan dengan cylinder piston, sehingga apabila bahan yang digunakan tidak kuat pada bagian ini akan mengalami deformasi. Pada gambar 4 berdasarkan hasil simulasi daerah berwarna hitam mendapatkan tegangan tarik maksimum. Gambar 4. Ditribusi tegangan tarik pada blok silinder [7] Gambar. 3 Bagian-bagian sistem saluran [1] 2.5 Macam-Macam Cacat Coran 1. Rongga udara Rongga udara dapat muncul sebagai lubang pada permukaan atau di dalam coran, terutama sedikit di bawah permukaan yang merupakan rongga-rongga bulat. Sebab-sebab cacat rongga udara secara kasar digolongkan menjadi dua, yaitu disebabkan gas dari logam cair dan di sebabkan gas dari cetakan 2. Retakan Retakan secara luas dibagi menjadi retak penyusutan dan retak karena tegangan sisa, Retak penyusutan sering terjadi pada bagian filet yang tajam dari suatu coran. Lebar cetakan berbeda, tetapi bentuk retakan tidak tajam. Salah satu retakan yang disebabkan tegangan sisa adalah robekan panas yang terjadi pada temperatur tinggi, dan lainnya retakan pada temperatur rendah. Keduanya disebabkan 3. METODOLOGI 3.1 Pembuatan Pola Cara pembuatan Pola yaitu : 1. Membuat pola dengan dimensi pola diambil dari dimensi blok silinder yang sebenarnya ditambah toleransinya. 2. Membuat pola negative adalah pola blok silinder yang sudah jadi dituang cairan epoxy 3. Pembuatan pola positif yaitu dengan cara menata ulang pola negatif yang sudah jadi tersebut kemudian dituang cairan epoxy 3.2 Pembuatan Pola Inti Cara pembuatannya adalah : 1. Membuat pola negatif. Dimensi pola diambil dari dimensi blok silinder bagian dalam (profil yang berlubang. 2. Pembuatan kotak inti, dimana pada kotak inti disini dibuat dengan cara hasil dari pembuatan inti negatif dibelah.
3 3 3.3 Pembuatan Cetakan Mempersiapkan Pola yang sebelumnya telah di buat, mencampur pasir silica dengan ditambahkan hardener. Pasir cetak yang sudah dicampur maka dengan cepat dimasukkan kedalam rangka cetak, agar pasir cetak tidak mengeras lebih cepat dari yang di inginkan. 3.4 Variasi jumlah saluran masuk Empat Saluran Masuk Pada sistem empat saluran masuk ini menggunakan vertikal gating system dan menggunakan penambah (riser) dan ventilasi. Mekanisme aliran pengisian logam pada sistem empat saluran masuk disini adalah logam cair masuk lewat cawang tuang dan mengalir kebawah melewati sprue. Setelah aliran logam sampai pada well base aliran logam akan diteruskan memasuki gate pada bagian bawah. Setelah logam cair mengisi pada sprue hingga mencapai gate pada bagian atas maka logam cair akan masuk lewat gate atas tersebut. Kemuingkinan cacat terletak pada posisi A, B, C, dan D. 4. HASIL EKSPERIMEN 4.1 Empat Saluran Masuk Pada coran dengan 4 saluran masuk menggunakan riser dan ventilasi. sebelum proses machining dapat dilihat pada gambar 5. Cacat kombinasi antara rongga udara dan penyusutan terjadi pada posisi III. Pada posisi I dan II terjadi cacat salah alir yang diakibatkan logam cair tidak menyambung, sehingga terjadi lubang yang cukup dalam. Pada posisi IV terjadi cacat inklusi pasir Gambar 7. Hasil coran 4 saluran masuk sebelum machining Hasil proses machining dengan mengurangi 2 mm dari tebal awal terdapat cacat inklusi pasir pada bagian atas yaitu diposisi I, II, III dan pada bagian pandangan samping (b) terdapat cacat rongga udara yaitu diposisi IV dan V. Pandangan samping (c) tidak terdapat cacat setelah machining Gambar 5. Dimensi sistem 4 saluran masuk Enam Saluran Masuk Pada sistem enam saluran masuk ini menggunakan vertikal gating system yang menggunakan penambah (riser) dan ventilasi Mekanisme aliran pengisian logam pada sistem enam saluran masuk disini adalah logam cair masuk lewat cawang tuang dan mengalir kebawah melewati sprue. Setelah aliran logam sampai well base aliran logam akan diteruskan memasuki 3 gate pada bagian bawah. Setelah logam cair mengisi pada sprue hingga mencapai 3 gate pada bagian atas maka logam cair akan masuk lewat 3 gate atas tersebut. Kemungkinan cacat terletak pada posisi A, B dan C. Gambar 8. Hasil coran 4 saluran masuk sesudah machining Hasil coran 4 saluran masuk setelah diberi liquid penetrant pada pandangan (a) terdapat cacat surface crack pada posisi I, II, III, dan IV. Pandangan (b) cacat surface terjadi pada posisi V, VI, VII, dan VIII. Pada pandangan (c) cacat surface crack yang terjadi pada daerah tersebut hanya terdapat pada IX dan X. Gambar 6. Dimensi sistem 4 saluran masuk Gambar 9. Hasil coran 4 saluran masuk yang di LPT
4 4 Kemudian setelah dilakukan pengujian x-ray terdapat crack pada bagian atas terdapat pada posisi I. Sedangkan pada pandangan samping kiri dan kanan tidak terdapat cacat dikarenakan pada pemasangan flem pada pengujian x-ray disini kurang tepat. Sehingga cacat tidak dapat terdeteksi pada flem x-ray. Gambar 10. Hasil coran 4 saluran masuk yang di X-ray 4.2 Enam Saluran Masuk 6 saluran masuk adalah hasil coran yang menggunakan sistem enam saluran dengan menggunkan riser dan ventilasi. Pada pengecoran ini cacad yang terjadi sebelum machining relative sedikit dibandingkan dengan dengan sistem empat saluran masuk. Cacad yang terjadi pada posisi V yaitu penyusutan. Gambar 13. Hasil coran 6 saluran masuk yang di LPT Kemudian setelah dilakukan pengujian X-ray tidak terdapat cacat yang terjadi pada semua titik pengujian. Gambar 14. Hasil coran 6 saluran masuk yang di X-ray 5. ANALISA DATA dan PEMBAHASAN Gambar 11. Hasil Pengecoran dengan enam saluran Setelah proses machining terdapat cacat salah dalam proses machiningnya pada bagian samping (b) pada posisi IV, V dan VI. Gambar 12. Hasil coran 6 saluran masuk sesudah machining Kemudian setelah diberi liquid penetrant tidak terdapat cacat surface crack pada bagian atas dan samping kanan. Sedangkan pada pandangan samping kiri cacat surface crack terdapat pada posisi V, VI dan VII. 5.1 Sebelum dilakukan proses machining Kombinasi cacat rongga udara dan penyusutan pada 4 saluran masuk terjadi karena adanya udara yang terjebak dan dibagian depan terdapat adanya lubang yang besar, ini diakibatkan adanya cacat salah alir. Cacat salah alir dikarenakan logam cair tidak cukup mengisi rongga cetakan. Pada 4 saluran masuk ini akibat coran terlalu tipis sehingga jumlah gate tidak dapat mengatasi logam cair yang membeku sebelum mengisi rongga cetak secara keseluruhan. Cacat inklusi pasir pada 4 saluran masuk terjadi akibat adanya erosi pada dinding cetakan oleh aliran logam cair, kurangnya kepadatan cetakan atau kurangnya campuran hardener. Cacat penyusutan pada 4 saluran masuk terletak di dua posisi, semakin dekat dengan ingate volume penyusutan semakin dalam (pembekuan terarah). Cacat tersebut disebabkan adanya perbedaan luasan penampang, untuk luasan yang lebih tipis cenderung membeku lebih dulu dari pada luasan yang tebal akibat perbedaan laju pelepasan panas. Untuk mengatasi cacat yang terjadi pada 4 saluran masuk, perlu ditambahkanya saluran masuk (gate) untuk menanggulangi salah alir (misrun) pada coran dan memperbesar dimensi dari riser. Pemberian ventilasi supaya udara tidak terjebak serta penambahan prosentase hardener pada pasir cetak (pasir tidak mudah rontok).
5 5 Tabel. 1 Letak dan jenis cacat sebelum machining 5.2 Pengamatan dengan pengujian NDT dengan liquid penetrant Empat saluran masuk setelah dilakukan proses pengujian dengan NDT terdapat cacat surface crak pada pandangan atas terdapat cacat surface crack pada posisi I, II, III, IV, V, dan VI,. Pandangan samping kanan cacat surface terjadi pada posisi V, VI, VII, dan VIII. Pada pandangan samping kiri cacat surface crack yang terjadi pada daerah tersebut hanya terdapat pada IX dan X. Enam saluran masuk setelah dilakukan pengujian liquid penetrant test tidak terdapat cacat surface crack pada bagian atas dan samping kanan. Sedangkan pada pandangan samping kiri cacat surface crack terdapat pada posisi I, II dan III. Dimana cacat pada pandangan samping ini terjadi akibat adanya cacat akibat machining yang terlalu berlebihan, sehingga timbul disamping samping dari bagian tersebut timbul crack. Cacat surface crack yang terjadi pada coran ini terjadi akibat adanya rongga udara yang terjebak pada coran. Sehingga pada saat proses machining maka akan timbul lubang lubang pada permukaan. Untuk mengatasinya yaitu dengan mempertimbangkan kecepatan penuangan, luas penampang, waktu tuang dan temperature tuang agar tidak terjadi aliran turbulent. 5.3 Pengamatan dengan pengujian Radiography X-ray 4 saluran masuk setelah dilakukan proses pengujian dengan X-ray terdapat cacat crak pada pandangan atas terdapat pada posisi I. Retakan (crack) ini disebabkan adanya tegangan sisa yang terjadi karena pendinginan tak seimbang pada penyusutan. Pada bagian yang sedang membeku menyusut, bagian beku menarik logam yang belum cukup membeku, sehingga terjadi retakan penyusutan. 6 saluran masuk setelah dilakukan proses pengujian dengan x-ray tidak terdapat cacat yang terjadi, karena pada enam saluran masuk ini riser dapat berfungsi dengan baik yaitu dengan prosentase penyusutan hingga 2,89%. Cacat retakan dapat ditanggulangi dengan menambah luas penampang dari riser, sehingga pada saat logam cair membeku tidak terjadi tegangan sisa dikarenakan riser dapat mengisi pada saat pembekuan logam cair. Tabel 2 Letak dan jenis cacat setelah machining 5.4 Pengaruh waktu tuang terhadap hasil coran Berdasarkan hasil teoritis waktu tuang berpengaruh pada perencanaan sistem saluran, terutama dimensi sprue, runner, wall base dan gate. Semakin pendek waktu tuang maka dimensi sistem saluran untuk luas penampang sprue, runner dan ingate semakin kecil, sehingga dengan luasan yang kecil meyebabkan kemungkinan terjadinya cacat pada hasil coran. Cacat tersebut antara lain : Cacat penyusutan (terjadi jika ada perbedaan luasan penampang yang signifikan antara ingate dan luasan coran) Salah alir (semakin sempit luas penampang runner kemunggkinan logam cair tidak terisi penuh pada daerah coran terakhir) Inklusi pasir (jika luasan sistem saluran kecil maka kecepatan logam cair semakin tinggi sehingga dengan kecepatan dan densitas logam cair mengakibatkan dinding cetakan pasir tererosi. Untuk perbedaan waktu tuang antara teoritis dan aktual ketika sistem saluran sudah terpasang pada cetakan, jika perbedaanya tidak terlalu jauh tidak mempengaruhi cacat pada hasil coran. Tabel 3. Perbandingan Waktu Tuang Teoritis dan Aktual Waktu Tuang Waktu Tuang Jenis Saluran Teoritis Aktual 4 saluran masuk 14,7 sekon 25 sekon 6 saluran masuk 14,7 sekon 15 ekon 5.5 Perbandingan riser antara 4 saluran masuk dan 6 saluran masuk Hasil percobaan untuk enam saluran masuk ditemukan cacat yang terjadi pada hasil coran sebelum dilakukan proses machining pada posisi V. Ini diakibatkan pada posisi tersebut tidak terdapat riser, sehingga pada saat pendenginan terjadi penyusutan pada posisi tersebut. Hasil percobaan untuk empat saluran masuk banyak terjadi penyusutan pada bagian atas. Ini disebabkan karena pada riser prosentasi penyusutannya sedikit. Prosentase penyusutan pada riser 6 saluran masuk lebih besar (2,89%) dibandingkan riser 4 saluran masuk (2,69%) karena riser pada 6 saluran masuk dapat mensuplai logam cair dengan baik. Sehingga cacat yang terjadi pada enam saluran masuk ini lebih sedikit dibandingkan dengan 4 saluran masuk. 6. KESIMPULAN Dari hasil percobaan dan analisa di dapatkan beberapa kesimpulan diantara lain adalah: 1. Sistem empat saluran masuk sebelum dimachining terdapat cacat yang berupa missrun yang terletak pada posisi I dan II. Sedangkan pada enam saluran masuk cacat missrun tidak terjadi. 2. Setelah dilakukanya NDT dengan metode liquid penetrant terdapat cacat surface crack yang paling banyak terdapat pada hasil coran dengan sistem empat saluran masuk yaitu pada posisi I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X. 3. Setelah dilakukanya pengujian dengan metode radhiography x-ray cacat yang terlihat pada flem
6 6 hanya terdapat pada empat saluran masuk yaitu cacat retakan (crack) yang terletak pada posisi I. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada laboratorium Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar Udara Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri ITS yang telah banyak mendukung kelancaran penelitian kali ini serta bapak dosen pembimbing dan semua pihak yang membantu. DAFTAR PUSTAKA [1]. Surdia, Tata. Teknik Pengecoran Logam. 9th edition. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, [2]. Beely, P.R. Foundry Technology. Oxford: Butterworth-Heinemann, [3]. Campbell, John. Casting Practice The 10 Rule Of Casting. Oxford: Butterworth-Heinemann, [4]. Brown, John. Foseco Ferrous Foundryman s Handbook. 11 th edition. Oxford: Butterworth- Heinemann, [5]. American Foundrymen s Society. Basic Principle of Gating and Risering, [6]. ASM Handbooks Comitte, Metal Handbooks 9 th Vol. 15 Casting, ASM International, [7]. XU Yan, KANG Jinwu,HUANG Tianyou, HU Yongyi, Thermal Stresses in a Cylinder Block Casting Due to Coupled Thermal and Mechanical Effects, TSINGHUA SCIENCE AND TECHNOLOGY ISSN, Beijing China, april 2008.
PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN CRANKSHAFT MESIN SINAS METODE PENGECORAN PASIR DENGAN BAHAN FCD 600
PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN CRANKSHAFT MESIN SINAS METODE PENGECORAN PASIR DENGAN BAHAN FCD 600 Moh Nur Harfianto, Soeharto, Bambang sudarmanta Lab. TPBB Jurusan Teknik
Lebih terperinciRANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN TERHADAP CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450 DENGAN MENGGUNAKAN PASIR CETAK KERING
RANCANG BANGUN DAN ANALISA SISTEM SALURAN TERHADAP CACAT PENGECORAN PADA BLOK SILINDER (CYLINDER BLOCK) FCD 450 DENGAN MENGGUNAKAN PASIR CETAK KERING Oleh: Agung Tri Hatmoko 2111 105 017 Dosen Pembimbing:
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR
PENGARUH JUMLAH SALURAN MASUK TERHADAP CACAT CORAN PADA PEMBUATAN POROS ENGKOL (CRANKSHAFT) FCD 600 MENGGUNAKAN PENGECORAN PASIR Oleh: Muhamad Nur Harfianto 2111 105 025 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Soeharto,
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 Nurhadi
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (4) ISSN: 7-59 (-97 Print) F-66 Pengaruh Variasi Komposisi Serbuk Kayu dengan Pengikat Semen pada Pasir Cetak terhadap Cacat Porositas dan Kekasaran Permukaan Hasil Pengecoran
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., () ISSN: -97 Pengaruh Variasi Komposisi Serbuk Kayu Dengan Pengikat Semen Pada Pasir Cetak Terhadap Cacat Porositas Dan Kekasaran Permukaan Hasil Pengecoran Aluminium Alloy
Lebih terperinciSTUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING
Sidang Tugas Akhir (TM 091486) STUDI SIMULASI DAN EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN DINDING EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 METODE SAND CASTING oleh : Rachmadi Norcahyo
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Variasi Dimensi Cil dalam (Internal Chill) terhadap Cacat Penyusutan (Shrinkage) pada Pengecoran Aluminium 6061
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-271 Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Dimensi Cil dalam ( Chill) terhadap Cacat Penyusutan (Shrinkage) pada Pengecoran Aluminium
Lebih terperinciGambar 1 Sistem Saluran
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Sebutkan dan jelaskan komponen-komponen gating system! Sistem saluran (gating system) didefinisikan sebagai jalan masuk atau saluran bagi logam cair yang dituangkan dari ladel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silinder liner adalah komponen mesin yang dipasang pada blok silinder yang berfungsi sebagai tempat piston dan ruang bakar pada mesin otomotif. Pada saat langkah kompresi
Lebih terperinciPENGARUH VOLUME EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE SAND CASTING
TUGAS AKHIR Surabaya, 15 Juli 2014 PENGARUH VOLUME EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE SAND CASTING Oleh : Muhammad MisbahulMunir NRP. 2112 105 026 Dosen
Lebih terperinciPEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING
PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING URZA RAHMANDA, EDDY WIDYONO Jurusan D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya
Lebih terperinciAnalisa Pengaruh Penambahan Abu Serbuk Kayu Meranti Terhadap Karakteristik Pasir Cetak dan Cacat Porositas Hasil Pengecoran Aluminium 6061
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Analisa Pengaruh Penambahan Abu Serbuk Kayu Meranti Terhadap Karakteristik Pasir Cetak dan Cacat Porositas Hasil Pengecoran Aluminium 6061 Arfiansyah
Lebih terperinciMODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM
MODUL 7 PROSES PENGECORAN LOGAM Materi ini membahas tentang pembuatan besi tuang dan besi tempa. Tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai adalah (1) Menjelaskan peranan teknik pengecoran dalam perkembangan
Lebih terperinciPENGARUH VOLUME EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE SAND CASTING
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 1-8 1 PENGARUH VOLUME EXOTHERMIC RISER TERHADAP CACAT SHRINKAGE PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE SAND CASTING Muhammad M Munir, Indra Sidharta, Soeharto
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH VARIASI DIMENSI CIL DALAM (INTERNAL CHILL) TERHADAP CACAT PENYUSUTAN (SHRINKAGE) PADA PENGECORAN ALUMINIUM 6061 Oleh: NURHADI GINANJAR KUSUMA NRP. 2111106036 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciXI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA. Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar
XI. KEGIATAN BELAJAR 11 CACAT CORAN DAN PENCEGAHANNYA A. Sub Kompetensi Cacat coran dan pencegahannya dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu
Lebih terperinciBAB III PROSES PENGECORAN LOGAM
BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM 3.1.Peralatan dan Perlengkapan dalam Pengecoran Tahap yang paling utama dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan memahami peralatan dan perlengkapannya. Dalam Sand
Lebih terperinciPENGECORAN SENTRIFUGAL (CENTRIFUGAL CASTING) dimana : N = Kecepatan putar (rpm) G factor = Faktor gaya normal gravitasi selama berputar
PENGECORAN SENTRIFUGAL (CENTRIFUGAL CASTING) Kecepatan Putar Centrifugal Casting Kecepatan putar dapat dihitung melalui perumusan sebagai berikut [7]: dimana : N = Kecepatan putar (rpm) G factor = Faktor
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.
STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.0 Hari Subiyanto 1), Subowo 2), Gathot D.W 3), Syamsul Hadi
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM
ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM Indreswari Suroso 1) 1) Program Studi Aeronautika, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Yogyakarta
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Simulasi Dan Eksperimen Pengaruh Ketebalan Dinding Exothermic Riser Terhadap Cacat Shrinkage Pada Pengecoran Aluminium 6061 Metode Sand
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN
ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN Oleh: M.Nawarul Fuad Shibu lijack LATAR BELAKANG Fungsi velg sebagai roda
Lebih terperinci11 BAB II LANDASAN TEORI
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Velg Sepeda Motor [9] Velg atau rim adalah lingkaran luar logam yang sudah di desain dengan bentuk sesuai standar (ISO 5751 dan ISO DIS 4249-3), dan sebagai tempat terpasangnya
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK PENGECORAN KODE / SKS : KK / 2 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar
Minggu Pokok Bahasan 1 I. Pendahuluan sejarah dari teknologi pengecoran, teknik pembuatan coran, bahanbahan yang biasa digunakan untuk produk coran di tiap industri, serta mengetahui pentingnya teknologi
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-80 Studi Eksperimental Pengaruh Model Sistem Saluran dan Variasi Temperatur Tuang terhadap Prosentase Porositas, Kekerasan dan
Lebih terperinciPengaruh Bentuk Riser Terhadap Cacat Penyusutan Produk Cor Aluminium Cetakan Pasir
Pengaruh Bentuk Riser Terhadap Cacat Penyusutan Produk Cor Aluminium Cetakan Pasir (Soejono Tjitro) Pengaruh Bentuk Riser Terhadap Cacat Penyusutan Produk Cor Aluminium Cetakan Pasir Soejono Tjitro Dosen
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK KAYU MERANTI TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 1-6 1 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK KAYU MERANTI TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 Achmad Rifqi
Lebih terperinciTUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN
TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN Disusun Oleh Nama Anggota : Rahmad Trio Rifaldo (061530202139) Tris Pankini (061530200826) M Fikri Pangidoan Harahap (061530200820) Kelas : 3ME Dosen
Lebih terperinciPengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi Pengaruh Kuat Medan Magnet Terhadap Shrinkage dalam Pengecoran Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron) *Yusuf Umardani a, Yurianto a, Rezka
Lebih terperinciPengaruh kadar air pasir cetak terhadap kualitas coran paduan Aluminium
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 6, No.1, November 2014 1 Pengaruh kadar air pasir cetak terhadap kualitas coran paduan Aluminium Widi Widayat 1, Aris Budiyono 2 1,2. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Jenis Saluran pada Aluminium Sand Casting terhadap Porositas Produk Toroidal Piston
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 F-126 Studi Eksperimen Pengaruh pada Aluminium Sand Casting terhadap Porositas Produk Toroidal Piston Rizal Mahendra Pratama dan Soeharto Jurusan
Lebih terperinciVARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK
VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN RISER TERHADAP CACAT PENYUSUTAN DAN CACAT POROSITAS PRODUK COR ALUMINIUM CETAKAN PASIR
125 PENGARUH UKURAN RISER TERHADAP CACAT PENYUSUTAN DAN CACAT POROSITAS PRODUK COR ALUMINIUM CETAKAN PASIR I Harmonic Krisnawan 1, Bambang Kusharjanta 2, Wahyu Purwo Raharjo 2 1 Mahasiswa Program Sarjana
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR
INDUSTRI INOVATIF Vol. 6, No., Maret 06: 38-44 ANALISIS PERBANDINGAN MODEL CACAT CORAN PADA BAHAN BESI COR DAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI TEMPERATUR TUANG SISTEM CETAKAN PASIR ) Aladin Eko Purkuncoro, )
Lebih terperinciPERANCANGAN PENGECORAN KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA
KONSTRUKSI CORAN DAN PERANCANGAN POLA Arianto Leman S., MT Disampaikan dalam : PELATIHAN PENGEMBANGAN RINTISAN PENGECORAN SKALA MINI BAGI GURU-GURU SMK DI YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu penanganan yang tepat sehingga
Lebih terperinciBESI COR. 4.1 Struktur besi cor
BESI COR Pendahuluan Besi cor adalah bahan yang sangat penting dan dipergunakan sebagai bahan coran lebih dari 80%. Besi cor merupakan paduan besi dan karbon dengan kadar 2 %s/d 4,1% dan sejumlah kecil
Lebih terperinciSTUDI UKURAN GRAFIT BESI COR KELABU TERHADAP LAJU KEAUSAN PADA PRODUK BLOK REM METALIK KERETA API
STUDI UKURAN GRAFIT BESI COR KELABU TERHADAP LAJU KEAUSAN PADA PRODUK BLOK REM METALIK KERETA API Lilik Dwi Setyana Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM lilik_ugm@yahoo.co.id ABSTRAK Blok rem kereta api yang
Lebih terperinciPenyaringan (Filtration)
Penyaringan (Filtration) Kemajuan terbesar dalam menghadapi masalah inklusi adalah perkembangan filter modern untuk logam cair. Pada paduan ringan (massa jenis ringan), terdapat penggunaan teknik penyaringan
Lebih terperinciMultiple Channel Fluidity Test Castings Pengujian ini digunakan untuk mengetahui fluiditas aliran logam cair saat
Multiple Channel Fluidity Test Castings Pengujian ini digunakan untuk mengetahui fluiditas aliran logam cair saat melalui saluran lebih dari satu dan dengan penampang sempit, yang mana banyak terdapat
Lebih terperinciPENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST
PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST Ikwansyah Isranuri (1),Jamil (2),Suprianto (3) (1),(2),(3) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU Jl. Almamater,
Lebih terperinciK. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at. Kata kunci: Pengecoran Cetakan Pasir, Aluminium Daur Ulang, Struktur Mikro, Kekerasan.
K. Roziqin H. Purwanto I. Syafa at Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl Menoreh Tengah X/22 Semarang e-mail: roziqinuwh@gmail.com helmy_uwh@yahoo.co.id i.syafaat@gmail.com
Lebih terperinciMODUL PDTM PENGECORAN LOGAM
MODUL PDTM PENGECORAN LOGAM OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085736430673 TIM PDTM SMK PGRI 1 NGAWI 1 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI Judul modul ini adalah Modul Pengecoran.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang
Lebih terperinciCacat shrinkage. 1 1,0964 % Bentuk : merupakan HASIL DAN ANALISA DATA. 5.1 Hasil Percobaan
5.1 Hasil Percobaan TUGAS AKHIR METALURGI BAB 5 HASIL DAN ANALISA DATA Hasil percobaan yang telah dilakukan di dapatkan cacat shrinkage yang cukup besar pada bagian pertemuan bagian silinder dan balok.
Lebih terperinciPengaruh Modulus Cor Riser Terhadap Cacat Penyusutan Pada Produk Paduan Al-Si
Pengaruh Modulus Cor Riser Terhadap Cacat Penyusutan Pada Produk Paduan Al-Si (Soejono Tjitro, et al.) Pengaruh Modulus Cor Riser Terhadap Cacat Penyusutan Pada Produk Paduan Al-Si Soejono Tjitro Dosen
Lebih terperinci11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :
11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon : Material Teknik Suatu diagram yang menunjukkan fasa dari besi, besi dan paduan carbon berdasarkan hubungannya antara komposisi dan temperatur. Titik
Lebih terperinciMomentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN
Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 12-19 ISSN 0216-7395 ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN TITANIUM (Ti) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM DAUR ULANG BERBAHAN ALUMINIUM
Lebih terperinciDesain Gating System dan Parameter Proses Pengecoran untuk Mengatasi Cacat Rongga Poros Engkol
JTERA - Jurnal Teknologi Rekayasa, Vol. 2, No. 1, Juni 2017, Hal. 55-62 p-issn 2548-737X e-issn 2548-8678 Desain Gating System dan Parameter Proses Pengecoran untuk Mengatasi Cacat Rongga Poros Engkol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cairan logam tersebut dicorkan ke dalam rongga cetakan dan didinginkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengecoran logam merupakan bagian dari industri hulu dalam bidang manufaktur, terdiri dari proses mencairkan logam yang kemudian cairan logam tersebut dicorkan ke dalam
Lebih terperinciPENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam
PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam ABSTRAK Porositas merupakan salah satu jenis cacat coran yang sering terjadi
Lebih terperinciMerencanakan Pembuatan Pola
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Merencanakan Pembuatan Pola Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciKAJIAN JUMLAH SALURAN MASUK (INGATE) TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO HASIL PENGECORAN Al-11Si DENGAN CETAKAN PASIR
KAJIAN JUMLAH SALURAN MASUK (INGATE) TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO HASIL PENGECORAN Al-11Si DENGAN CETAKAN PASIR Singgih Tanoyo 1*, Bayu Priyowasito 2, Wijoyo 3* 1,2,3 Program Studi Teknik Mesin,
Lebih terperinciPENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A
PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A Agus Salim Peneliti pada Bidang Peralatan Transportasi Puslit Telimek LIPI ABSTRAK Telah dilakukan pengecoran
Lebih terperinciII. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar
II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM A. Sub Kompetensi Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu
Lebih terperinciPENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR
JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 2, OKTOBER 2015 1 PENGARUH MODEL SISTEM SALURAN PADA PROSES PENGECORAN LOGAM Al-Si DENGAN PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP
Lebih terperinciShrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 65 Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Toto Rusianto, Ellyawan, S.A. & Arif Rahmanto Jurusan Teknik Mesin, Institut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan korosi dan mempunyai alir yang baik sehingga banyak digunakan dalam aplikasi alat-alat rumah tangga,
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI DAN ANALISIS CETAKAN RING, CONE DAN BLADE
BAB IV SIMULASI DAN ANALISIS CETAKAN RING, CONE DAN BLADE Hasil perancangan cetakan sistem penambah dan sistem saluran pada bab III yang menghasilkan model cetakan dalam proses pengecoran belum dapat dipastikan
Lebih terperinciPREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION
PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net
Lebih terperinciMetal Casting Processes. Teknik Pembentukan Material
Metal Casting Processes Teknik Pembentukan Material Pengecoran (Casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan membeku
Lebih terperinciANALISIS CACAT COR PADA PROSES PENGECORAN BURNER KOMPOR (STUDI KASUS DI PT. SUYUTI SIDO MAJU, CEPER)
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISIS CACAT COR PADA PROSES PENGECORAN BURNER KOMPOR (STUDI KASUS DI PT. SUYUTI SIDO MAJU, CEPER) Sulardjaka*, A. Suprihanto,
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si
Pengaruh Temperatur Tuang dan Kandungan Silicon Terhadap Nilai Kekerasan Paduan Al-Si (Bahtiar & Leo Soemardji) PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si Bahtiar
Lebih terperinciSIMULASI DAN PERBAIKAN PENGECORAN CETAKAN PASIR PADA CRANKSHAFT SINJAI (MESIN JAWA TIMUR) MATERIAL FCD 600
TUGAS AKHIR - TM 091486 SIMULASI DAN PERBAIKAN PENGECORAN CETAKAN PASIR PADA CRANKSHAFT SINJAI (MESIN JAWA TIMUR) MATERIAL FCD 600 Achmad Fahruddin NRP. 2112 105 044 Dosen Pembimbing Indra Sidharta, ST.
Lebih terperinciBAB V PROSES PENGECORAN BAB V PROSES PENGECORAN
BAB V PROSES PENGECORAN Bertitik tolak pada cara kerja proses ini, maka proses pembuatan jenis ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Proses penuangan. 2. Proses pencetakan. Proses penuangan adalah proses
Lebih terperinciIII. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI. Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan pembuatan pola dan inti pada proses pengecoran.
III. KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBUATAN POLA DAN INTI A. Sub Kompetensi Pembuatan pola dan inti dapat dijelaskan dengan benar B. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini mahasiswa mampu menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat. ini, menuntut manusia untuk melaksanakan rekayasa guna
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan Aluminium dan Logam paduan Aluminium didunia industri terus berkembang dan di era modernisasi yang terjadi saat ini, menuntut manusia untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Mulai Studi Literatur Persiapan Bahan Pengecoran Dengan Penambahan Ti-B Coran dg suhu cetakan 200 o C Coran dg suhu cetakan 300 o C Coran dg suhu cetakan
Lebih terperinciStudi Penambahan Gula Tetes Pada Cetakan Pasir Terhadap Kuantitas Cacat Blow-hole
Studi Penambahan Gula Tetes Pada Cetakan Pasir Terhadap Kuantitas Cacat Blow-hole Tedy Purbowo Alumni Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Soejono Tjitro Dosen Fakultas
Lebih terperinciPENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM
Pengaruh Jarak Dari Tepi Cetakan Terhadap Kekuatan Tarik Dan Kekerasan Pada Coran Aluminium PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM H. Purwanto e-mail
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di kitab suci Al Quran sudah membahas tentang berbagai unsur kimia seperti besi, emas, tembaga dll. Disini akan membahas ayat kitab suci Al Quran tentang unsur tersebut.
Lebih terperinciANALISA CACAT COR PADA PROSES PENGECORAN BURNER KOMPOR
ANALISA CACAT COR PADA PROSES PENGECORAN BURNER KOMPOR Sugeng Tirta Atmadja 1) Abstract Objective of this research is to analyse casting defect in burner casting process. The research have been conducted
Lebih terperinciTI-2121: Proses Manufaktur
TI-11: Proses Manufaktur Dasar-dasar Pengecoran Logam Laboratorium Sistem Produksi www.lspitb.org 003 1. Hasil Pembelajaran Umum: Memberikan mahasiswa pengetahuan yang komprehensif tentang dasar-dasar
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM Membuat Pola Arianto Leman Soemowidagdo KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
Lebih terperinciProses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : KELAS : 4IC04
Proses Pengecoran Hingga Proses Heat Treatment Piston Di PT. Federal Izumi Manufacturing NAMA : MUHAMMAD FAISAL NPM : 24410682 KELAS : 4IC04 ABSTRAKSI Muhammad Faisal. 24410682 PROSES PELEBURAN HINGGA
Lebih terperinciSIMULASI PERANCANGAN SALURAN TUANG PADA PEMBUATAN PIPE REDUCER Ø 12'' KE Ø 10'' FC25 DENGAN PERANGKAT LUNAK SOLIDCAST
SIMULASI PERANCANGAN SALURAN TUANG PADA PEMBUATAN PIPE REDUCER Ø 2'' KE Ø 0'' FC25 DENGAN PERANGKAT LUNAK SOLIDCAST (SIMULATION DESIGN POUR ON LINE MAKING PIPE REDUCER Ø 2 TO Ø 0 '' FC25 WITH THE SOFTWARE
Lebih terperinciL.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati. produk puli pada pengecoran evoporatif (lost foam casting) dengan berbagai sistem saluran.
L.H. Ashar, H. Purwanto, S.M.B. Respati ANALISIS PENGARUH MODEL SISTEM SALURAN DENGAN POLA STYROFOAM TERHADAP SIFAT FISIS DAN KEKERASAN PRODUK PULI PADA PROSES PENGECORAN ALUMINIUM DAUR ULANG Jurusan Teknik
Lebih terperinciOPTIMASI DESAIN CETAKAN DIE CASTING UNTUK MENGHILANGKAN CACAT CORAN PADA KHASUS PENGECORAN PISTON ALUMINIUM
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi OPTIMASI DESAIN CETAKAN DIE CASTING UNTUK MENGHILANGKAN CACAT CORAN PADA KHASUS PENGECORAN PISTON ALUMINIUM Susilo Adi Widyanto*,
Lebih terperinciANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak
ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS Boedijanto, Eko Sulaksono Abstrak Bahan baku handle rem sepeda motor dari limbah piston dengan komposisi Al: 87.260, Cr: 0.017, Cu: 1.460,
Lebih terperinciBAB 2 PROSES PENGECORAN
BAB 2 PROSES PENGECORAN 2.1. Pendahuluan Proses pengecoran melalui beberapa tahap : pembutan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan proses
Lebih terperinciSTUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA
STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA Agus Yulianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UMS Jl. A. Yani Pabelan Kartosuro, Tromol Pos 1 Telp. (0271) 715448 Surakarta ABSTRAK
Lebih terperinciMETODOLOGI. Langkah-langkah Penelitian
METODOLOGI Langkah-langkah Penelitian 7. Centrifugal Casting Proses centrifugal casting yang dilakukan adalah pengecoran sentrifugal horisontal dengan spesifikasi sebagai berikut : Tabung Cetakan Diameter
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH KOMPOSISI KIMIA DAN KETEBALAN CORAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO BESI COR PADA KASUS PEMBUATAN BESI COR VERMICULAR
STUDI PENGARUH KOMPOSISI KIMIA DAN KETEBALAN CORAN TERHADAP STRUKTUR MIKRO BESI COR PADA KASUS PEMBUATAN BESI COR VERMICULAR Eko Surojo, Didik Djoko Susilo, Teguh Triyono, Nugroho Fajar Wicaksono Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50
PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50 Sudarmanto Prodi Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jalan Janti Blok R Lanud Adisutjipto, Yogyakarta
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL
TUGAS AKHIR PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BESI COR KELABU DENGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DARI KOKAS LOKAL DENGAN PEREKAT TETES TEBU DAN ASPAL Disusun untuk memenuhi dan syarat guna memperoleh gelar
Lebih terperinciPROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA. Idris Prasojo Teknik Mesin Dr.-Ing.
PROSES PEMBUATAN BANTALAN LUNCUR AXLE LINING di UPT. BALAI YASA YOGYAKARTA Idris Prasojo 23411466 Teknik Mesin Dr.-Ing. Mohamad Yamin Latar Belakang Berkembangnya teknologi pada industri kereta api. Beragam
Lebih terperinciProses Manufaktur (TIN 105) M. Derajat A
Proses Manufaktur (TIN 105) 1 Suatu proses penuangan logam cair ke dlm cetakan kemudian membiarkannya menjadi beku. Tahapan proses pengecoran logam (dengan cetakan pasir) : Bahan baku pola Pasir Persiapan
Lebih terperinci2. Logam Cair & Saluran dalam Pengecoran
2. Logam Cair & Saluran dalam Pengecoran Penuangan logam cair ke dalam cetakan adalah satu dari langkah- langkah kritis dalam pengecoran karena perilaku cairan dan pembekuannya serta pendinginan menentukan
Lebih terperinciPEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03
PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER NAMA : BUDI RIYONO NPM : 21410473 KELAS : 4ic03 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan dunia otomotif sangat berkembang dengan pesat, begitu juga halnya dengan
Lebih terperinciDesain Sistem Saluran Coran Arbor Press Frame Dengan Metode Resin Coated Sand Untuk Penerapan Pada Mesin Universal Resin Coated Sand Mold Maker
Desain Sistem Saluran Coran Arbor Press Frame Dengan Metode Resin Coated Sand Untuk Penerapan Pada Mesin Universal Resin Coated Sand Mold Maker Rachmad Syafikri 1, Bayu Wiro K. 2, dan Rizal Indrawan 3
Lebih terperinci6. Besi Cor. Besi Cor Kelabu : : : : : : : Singkatan Berat jenis Titik cair Temperatur cor Kekuatan tarik Kemuluran Penyusutan
Seperti halnya pada baja, bahwa besi cor adalah paduan antara besi dengan kandungan karbon (C), Silisium (Si), Mangan (Mn), phosfor (P), dan Belerang (S), termasuk kandungan lain yang terdapat didalamnya.
Lebih terperinciJurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :
PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN PADUAN AL-SI (SERI 4032) TERHADAP HASIL PENGECORAN Ir. Drs Budiyanto Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Proses produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kehidupan manusia semakin maju sehingga menuntut manusia untuk berkembang. Karena kehidupan manusia yang bertambah maju maka berbagai bidang teknologi
Lebih terperinciBAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC
BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS
PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN TERHADAP POROSITAS PADA CETAKAN LOGAM DENGAN BAHAN ALUMINIUM BEKAS Sri Harmanto Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl Prof. Sudarto, S.H., Tembalang, Kotak Pos
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN
Fakultas Program Studi Kelompok Mata Kuliah Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Bobot Semester Mata Kuliah Prasarat RENCANA PEMBELAJARAN Teknik Teknik Mesin Mata Kuliah Keahlian Berkarya Teknik Peng Logam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin majunya teknologi sekarang ini, tuntutan manusia dalam bidang industri semakin besar. kebutuhan akan material besi dalam bentuk baja dan besi cor juga
Lebih terperinciPengaruh Perlakuan Panas Austempering pada Besi Tuang Nodular FCD 600 Non Standar
Pengaruh Perlakuan Panas Austempering pada Besi Tuang Nodular FCD 600 Non Standar Indra Sidharta 1, a, *, Putu Suwarta 1,b, Moh Sofyan 1,c, Wahyu Wijanarko 1,d, Sutikno 1,e 1 Laboratorium Metalurgi, Jurusan
Lebih terperinci