PENGHEMATAN ENERGI PENERANGAN JALAN UMUM DKI JAKARTA: SURVEI, POTENSI DAN KEEKONOMIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGHEMATAN ENERGI PENERANGAN JALAN UMUM DKI JAKARTA: SURVEI, POTENSI DAN KEEKONOMIAN"

Transkripsi

1 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan, Vol. 9 No. 2 Desember 2 : ISSN PENGHEMATAN ENERGI PENERANGAN JALAN UMUM DKI JAKARTA: SURVEI, POTENSI DAN KEEKONOMIAN M. Indra al Irsyad, Marhento Wintolo, dan Hartono Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan Jl. Ciledug Raya Kav. 9 Telp.(2)72353, Cipulir Kebayoran Lama, Jakarta Selatan al_irsyad2@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan langkah penghematan energi PJU yang paling layak secara ekonomis dan teknis. Langkah-langkah penghematan yang dilakukan adalah pemasangan kwh meter, penggunaan lampu jalan yang efisien, pemasangan capacitor bank dan dimmer, serta penggunaan PJU berbasis energi baru terbarukan. Analisis keekonomian menggunakan metoda discounted payback period (DPB) dan total life cycle cost (TLCC). Menurut perhitungan keekonomian menggunakan metode payback period dengan discount rate 5% maka hanya ada 2 panel PJU yang layak dipasang capacitor bank. Diperoleh juga bahwa pemasangan kwh meter hanya membutuhkan 2 bulan untuk mengembalikan biaya investasi 8 juta rupiah, sedangkan untuk biaya dan DPB untuk penggantian lampu, capacitor bank dan dimmer masingmasing adalah 23 juta rupiah ( bulan), 72 juta rupiah ( bulan) dan 69 juta rupiah (33 bulan). PJU EBT masih belum direkomendasikan karena biaya pemeliharaan masih lebih mahal daripada penghematan yang didapat. Kata kunci: penerangan jalan umum, konservasi energi, kelayakan ekonomi dan teknik ABSTRACT This research aims to recommend several energy conservation measures on street lightings in perspective of economic and technical feasibilities. Those measures are installments of kwh meter, dimmer and capacitor bank and also efficient street lamp uses. Economic analysis methods used are discounted payback period (DPB) and total life cycle cost (TLCC). Based on payback period method with discount rate 5%, capacitor bank is only feasible for 2 panels of street lighting. The DPB result also shows that kwh meter only needs 2 months to cover investment cost 8 million rupiah while investment cost and DPB for efficient lamp, capacitor bank and dimmer are 23 million rupiah ( month), 72 million rupiah ( months) and 69 million rupiah (33 months) consecutively. Renewable-energy based street lighting is still not recommended because its cost is still higher than its savings. Keywords: street lighting, energy conservation, technical and economic feasibility PENDAHULUAN Latar Belakang Program demand side management yang dicanangkan pemerintah bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi di berbagai sektor. Keberadaan program ini dipertegas dengan Instruksi Presiden yang diterbitkan pada tahun 982 melalui Inpres No. 8 Tahun 982 yang kemudian disempurnakan dengan Keppres No. 43 Tahun 99 tentang Konservasi Energi dan Inpres No. Tahun 25 tentang 89

2 9 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan, Vol. 9 No. 2 Desember 2 : Penghematan Energi. Kurang berhasilnya instruksi tersebut membuat Presiden kembali mengeluarkan Inpres No. 2 Tahun 28 tentang Penghematan Energi dan Air. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri telah menindaklanjuti Inpres /25 dengan adanya Instruksi Gubernur No. 77 tahun 25 tentang Program Implementasi Hemat Energi Di Lingkungan Unit Kerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satu sektor yang berpotensi untuk penghematan energi listrik adalah penerangan jalan umum (PJU) yang pada saat ini belum didesain optimal untuk kebutuhan jam puncak pemakaian jalan. Di Jakarta, kesibukan lalu lintas di malam hari biasanya terjadi dari jam 8. hingga 23., namun PJU tetap memberikan layanan tingkat pencahayaan yang sama sepanjang malam. Didukung oleh anggaran yang besar, DKI Jakarta lebih siap dari daerah lain dalam melakukan penghematan energi di PJU. PJU merupakan fasilitas penerangan yang membantu warga dalam menjalankan aktivitas ekonomi dan sosialnya di malam hari. Dampak lain dari PJU adalah membaiknya tingkat keamanan dan ketertiban, memperindah suasana kota, dan meningkatnya daya tarik suatu wilayah sehingga cepat berkembang. Untuk mencapai dampak tersebut, maka sistem PJU harus handal dengan kriteria sebagai berikut: (Sumber: []) a. Hemat energi (low energy) sehingga mengurangi permintaan listrik di waktu beban puncak dan sekaligus mengurangi emisi yang dihasilkan PJU. b. Mempunyai intensitas cahaya (light intensity) yang sesuai dengan peruntukkan jalan. c. Pengendalian silau (glare control), kerataan cahaya (uniformity) dan distribusi cahaya (light distribution) yang baik sehingga tidak menimbulkan silau yang dapat mengganggu kenyamanan pengguna jalan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan beberapa cara atau sistem penghematan energi di PJU. Perbandingan meliputi seberapa besar potensi penghematan dan biaya yang diperlukan. METODOLOGI Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data survei pemakaian daya di PJU DKI Jakarta tahun 24 dan 27. a. Pengumpulan data primer Pada tahun 27 dilakukan survei dengan melakukan pengukuran langsung konsumsi daya pada 82 panel dari 2. panel PJU yang ada di 5 wilayah DKI Jakarta. Dengan dasar kepadatan penduduk dan lalu lintas, 4 kecamatan di masing-masing wilayah Jakarta dipilih untuk di survei. Proses berikutnya adalah melihat besarnya tagihan listrik setiap panel di kecamatan yang dipilih sehingga kemudian dipilih minimal 4 panel PJU di setiap kecamatan. Jumlah dan jenis panel yang menjadi sampel disadari belum mewakili jumlah keseluruhan panel yang ada namun prosedur pengambilan sampel telah

3 Penghematan Energi Penerangan Jalan Umum DKI Jakarta: Survei, Potensi Dan Keekonomian 9 memprioritaskan panel yang paling layak untuk diperbaiki terlebih dahulu. Lingkup survei meliputi kondisi fisik panel PJU dan kualitas beban yang tersambung. Kondisi fisik panel yang dilihat adalah ada tidaknya kwh meter, jumlah phasa yang digunakan, jumlah dan jenis lampu yang terhubung dan tinggi tiang PJU. Sedangkan pada pemeriksaan kualitas beban dilakukan pengukuran pemakaian daya, faktor daya dan intensitas cahaya lampu. b. Pengumpulan data sekunder Pengambilan data sekunder dari Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta berupa pengumpulan data rekapitulasi tagihan PLN tahun 24 berdasarkan kontrak pemasangan PJU. c. Analisis keekonomian Ekonomi konvensional mengenal beberapa metoda analisis kelayakan suatu proyek energi yaitu net present value (NPV), total life cycle cost (TLCC), levelized cost of energy (LCOE), revenue requirements (RR), internal rate of return (IRR), modified internal rate of return (MIRR), simple payback period (SPB), discounted payback period (DPB), benefit to cost ratio (B/C) dan saving to investment ratio (SIR) (Sumber: [2]). DPB merupakan metoda yang paling mudah untuk mengetahui seberapa cepat investasi akan kembali namun metoda ini tidak bisa menginformasikan berapa total investasi dan berapa total penghematan yang didapat. Penelitian ini akan menggabungkan DPB dan TLCC tergantung dari tujuan analisis tiap rekomendasi. Kedua metoda ini membutuhkan discount rate yang mencerminkan nilai uang di masa depan. Proyek energi merupakan infrastruktur publik yang mempunyai resiko tinggi bagi investasi masyarakat/swasta sehingga discount rate menjadi tinggi. Sebaliknya, pemerintah mempunyai kewajiban membangun infrastruktur sehingga discount rate menjadi rendah. Amerika Serikat menggunakan discount rate 3% untuk infrastruktur energi (Sumber: [2]) untuk nilai uang real. Sebaliknya, pembangunan infrastruktur energi di Indonesia khususnya di bidang EBT dan konservasi energi belum se-intensif di Amerika Serikat untuk itu diasumsikan nilai discount rate sebesar 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada data survei 27, panel PJU Jakarta Pusat yang disurvei berada pada posisi pertama dalam mengkonsumsi daya yaitu sebesar 237,28 kw. Kemudian, disusul Jakarta Utara (4,47 kw), Jakarta Timur (37,5 kw), Jakarta Barat (33,74 kw) dan Jakarta Selatan (3,79 kw). Jumlah lampu yang tersurvei seluruhnya berjumlah 5.39 unit, dengan rincian Jakarta Pusat sebanyak 2. unit, Jakarta Utara sebanyak 854 unit, Jakarta Barat sebanyak 82 unit, Jakarta Selatan sebanyak 84 unit dan Jakarta Timur sebanyak 73 unit. Selama ini penggunaan daya listrik untuk PJU berdasarkan kontrak tetap atau bersifat abonemen bulanan antara Pemprov DKI dan PT PLN sebagaimana yang diatur dalam Keppres 89 Tahun 22. Akan tetapi sistem ini membuat Pemprov DKI Jakarta tidak

4 92 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan, Vol. 9 No. 2 Desember 2 : mempunyai insentif untuk melakukan penghematan energi di PJU. Secara logika sederhana, walaupun konservasi energi dilakukan, Pemprov DKI Jakarta tetap membayar jumlah tagihan listrik yang sama untuk PJU setiap bulannya. Berdasarkan kesepakatan kontrak, rekening tersebut kemudian dinaikkan dari beban daya sebenarnya untuk mengkompensasi apabila Pemprov DKI Jakarta mengganti lampu PJU dengan daya yang lebih besar ataupun adanya penambahan PJU liar dari masyarakat dan sebagainya. Namun kekhawatiran ini tidak terjadi. Terlihat pada Gambar, survei 27 mencatat pemakaian daya pada panel yang disurvei mencapai 67,5 kwh, nilai ini lebih rendah 244,38 kwh dari data survei 24 yang dilakukan oleh PLN. Dengan harga listrik untuk PJU adalah Rp 6,-/kWh sebagaimana Keppres No.4/23 tentang tarif dasar listrik (TDL) 24 (Sumber: [3]) maka selisih daya ini menyebabkan Dinas Perindustrian dan Energi membayar Rp 52,7 juta/bulan atau 633,4 juta/tahun lebih banyak dari seharusnya. Angka ini hanya untuk panel PJU yang disurvei Daya 24 (kwh) 67.5 Daya Ukur (kwh) Selisih Daya Konservasi energi di PJU harus dilakukan dengan tepat tanpa mengurangi kualitas layanannya. Berikut beberapa upaya yang mungkin dilaksanakan demi terwujudnya konservasi energi sektor PJU. a. Pemasangan kwh meter Permasalahan utama Pemprov DKI Jakarta saat ini adalah tidak adanya insentif untuk melakukan penghematan energi di PJU. Hal ini diakibatkan karena PJU yang ada tidak dilengkapi dengan kwh meter. Sehingga, walaupun Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta melakukan konservasi energi di PJU, Pemprov DKI Jakarta tetap membayar jumlah tagihan listrik yang sama. Pemasangan kwh meter adalah langkah terpenting untuk memotivasi penghematan energi di PJU. Hal ini pun telah disadari oleh Gubernur DKI Jakarta yang meminta PLN untuk memasang kwh meter untuk 2. panel PJU yang ada di Jakarta. [4] Pemasangan kwh meter ini merupakan tanggung jawab PLN. Sebagai imbalannya, Pemprov harus memperbaiki jaringan listrik panel PJU menjadi seimbang. Pada Gambar 2 ditunjukkan beban pada tiap phasa. Terlihat bahwa tidak semua panel PJU berbeban tidak seimbang. Ketidakseimbangan beban lebih dari % tiap phasanya akan menimbulkan urutan tegangan negatif, arus putar dan menaikkan tegangan dan arus di konduktor netral yang pada akhirnya menimbulkan rugi jaringan yang merugikan PLN. Gambar. Selisih daya PJU yang disurvei

5 Penghematan Energi Penerangan Jalan Umum DKI Jakarta: Survei, Potensi Dan Keekonomian 93 Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur Gambar 4. Nilai capacitor bank (dalam kvar) Series: CAPBANK Sample 6 Observations 6 Mean Median Maximum 33.8 Minimum Std. Dev Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability. 2 3 Nilai capacitor bank ditentukan sebagai berikut: Jumlah Phasa Kapasitor Bank( kvar) VAR VAR Gambar 2. Kondisi phasa panel PJU Dalam perhitungan keekonomiannya, bila biaya pemasangan kwh meter diasumsikan Rp.5.,- per panel PJU maka investasi yang dibutuhkan adalah Rp 23..,-. Nilai investasi ini akan kembali dalam 3 bulan dari penghematan pembayaran tagihan listrik Pemprov DKI Jakarta. b. Perbaikan faktor daya Series: FAKTOR_DAYA Sample 82 Observations 82 Mean Median.65 Maximum.96 Minimum.3 Std. Dev Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability.493 Gambar 3. Faktor daya jaringan PJU Faktor daya saluran PJU yang disurvei umumnya masih rendah sebagaimana yang terlihat pada Gambar 3. Hal ini menyebabkan arus saluran naik sehingga terjadi rugi panas pada saluran dan menimbulkan jatuh tegangan. ( VI) P cos sin sin ( VI) P cos sin sin () Keterangan: P = Daya nyata ukur (kw) VAR = Daya reaktif ukur (VAR) VAR = Daya reaktif perbaikan (VAR) V = Tegangan (V) I = Arus (A) Ө = Sudut faktor daya ukur Ө = Sudut faktor daya perbaikan (Sumber: [5]) Nilai capacitor bank yang dibutuhkan untuk memperbaiki faktor daya panel yang disurvei hingga menjadi,85 dapat dilihat pada Gambar 4. Nilai tersebut dihitung dengan Persamaan. Nilai sama dengan kvar ataupun lebih kecil berarti bahwa panel tersebut tidak membutuhkan capacitor bank karena faktor dayanya sudah baik. Perbaikan faktor daya sebenarnya tidak mengurangi pemakaian daya lampu PJU. Namun faktor daya yang rendah menyebabkan arus yang mengalir di jaringan listrik PJU menjadi besar dan kemudian menimbulkan rugi jaringan berupa panas. Rugi jaringan dihitung menggunakan Persamaan 2. P rugi = I 2 R kabel (2)

6 PF 9 94 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan, Vol. 9 No. 2 Desember 2 : Keterangan: P rugi I R kabel = Rugi daya jaringan PJU (W) = Arus (A) = Impedansi kabel listrik (Ω) Nilai R kabel di dapat dari panjang jaringan listrik tiap panel PJU dikali dengan faktor impendansi kabel yang disediakan oleh pabrikan. Dalam penelitian ini diasumsikan semua kabel listrik PJU DKI Jakarta menggunakan kabel NYFGbY 3x mm 2 dengan R max = 2,9 Ω/km untuk koneksi panel ke lampu PJU dan NYFGbY 3x6 mm 2 dengan R max =,376 Ω/km untuk koneksi panel ke gardu listrik. Penghematan yang didapat dari pemasangan capacitor bank ada 2 yaitu penghematan rugi daya dan penghematan kapasitas. Perhitungan penghematan hanya dilakukan pada panel yang memiliki faktor daya di bawah,8 dan atau memiliki arus di atas A. Pemasangan capacitor bank pada panel dengan faktor daya di atas,8 dan atau arus di bawah A tidak ekonomis dan cukup menggunakan kapasitor di tiap lampu PJU. Besar penghematan konsumsi listrik dari tiap panel bervariasi terhadap nilai faktor daya dan arus sebelum pemasangan kapasitor seperti ditunjukkan pada Gambar 5, secara rata-rata adalah sebesar 8.83%. Sedangkan penghematan kapasitas yang didapat dari pemasangan capacitor bank adalah 3,68% dari 64 panel yang dianggap bermasalah dengan total penghematan sebesar 94 kva. Ini berarti PLN dapat menunda pembangunan pembangkit listrik baru berkapasitas 94 kva bila 64 panel ini dipasang capacitor bank P_HEMAT Gambar 5. Persentase penurunan daya dari pemasangan kapasitor Harga capacitor bank 3 kvar di pasar saat ini berkisar 6 juta rupiah dan mempunyai garansi selama 2 tahun. Dengan perhitungan keekonomian menggunakan metode pay back period dengan discount rate 5% maka hanya ada 2 panel PJU yang layak dipasang capacitor bank yaitu T22N, T7A, TP7, K68N, K43 di Jakarta Pusat, PK37N, AB65 di Jakarta Utara, D 95 di Jakarta Barat, PM8, K66I, PM 98 di Jakarta Selatan dan E49 di Jakarta Timur. Total biaya investasi adalah 72 juta rupiah dengan total penghematan di tahun pertama sebesar 79,6 juta rupiah. c. Penggunaan lampu PJU hemat energi Teknologi lampu PJU ada beberapa tipe seperti dtunjukkan pada Tabel. Dari spesifikasi di Tabel tersebut, lampu merkuri 8W (2.8 lm) di daerah permukiman dapat diganti dengan lampu metal halide 35W (2.625 lm). Demikian juga di jalan utama, lampu mercury vapour 4W (4. lm) dan 25W

7 Penghematan Energi Penerangan Jalan Umum DKI Jakarta: Survei, Potensi Dan Keekonomian 95 (8.75 lm) dapat diganti dengan lampu metal halide 5W (2.75 lm). Tabel. Karakteristik jenis lampu jalan Lampu Mercury Vapour (MV) Metal Halide (MH) High Pressure Sodium (HPS) Low Pressure Sodium (LPS) Light Emitting Diode Karakteristik Murah, pencahayaan warna baik (putih), usia rendah (2. jam), efikasi 35-55, ketahanan lumen rendah, handal, tahan terhadap suhu sekitar. Mahal, pencahayaan warna baik (putih), usia jam, efikasi 75-, ketahanan lumen rendah Harga menengah. Usia 24. jam. Efikasi 7-4. Warna merahkuning. Semakin tinggi daya semakin panjang usia. Harga menengah. Efikasi Ukuran besar. Usia 2. jam. Warna lampu oranye membuat lampu ini tidak sesuai untuk jalan kecil. Mahal. Usia panjang 5. jam. Pencahayaan warna baik dan efikasi.7. Harga (Rp/unit) 52. (8W) 64. (4W) 38. (25W) 3,2 juta (2W) 29. (7W) 846. (W) 248. (35W) 99. (8W) 2,5 juta (36W),5 juta (8W) Analisis keekonomian total life cycle cost (TLCC) dari penggantian lampu ditunjukkan pada Gambar 6. Analisis mengasumsikan usia lampu 2. jam untuk MH25W, 24. untuk HPS75W dan 2. jam untuk MV4W dan LPS35W. Pemilihan keempat lampu ini berdasarkan nilai lumen yang relatif sama yaitu sekitar lumen. Perhitungan total life cycle cost (TLCC) dengan discount rate 5% dilakukan selama 24. jam sehingga biaya lampu MV4W dan LPS35W menjadi 2 kali. Dari perhitungan keekonomian diperoleh bahwa lampu yang memiliki biaya total paling sedikit adalah lampu HPS. Untuk itu, perbandingan keekonomian antar rekomendasi akan dilakukan hanya pada lampu HPS. Untuk meminimalkan biaya investasi awal, sebaiknya penggantian lampu dilakukan pada saat lampu lama rusak. 3,6 5,76 Biaya Listrik (ribu Rp) Biaya Lampu (ribu Rp),944 2, ,2 MV 4W MH 25W HPS 5W LPS 35W Gambar 6 TLCC lampu jalan d. Pemasangan Dimmer Langkah lain konservasi energi PJU adalah pengurangan tingkat pencahayaan setelah jam 23. WIB yaitu ketika kepadatan lalu lintas telah berkurang. Pada awalnya Pemprov DKI Jakarta mematikan lampu di antara dua lampu seperti pada Gambar 7. Cara ini akan menghemat energi hingga 5% tapi menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Gambar 7 Pemadaman diantara dua lampu Kelemahan ini dapat dihindari dengan menggunakan teknologi dimming. Sistem dimming mengurangi daya dan cahaya secara bertahap sehingga lebih nyaman. Sayangnya, harga dimmable electronic ballast seperti ini masih mahal. Perhitungan DPB untuk penggunaan dimmer diberikan pada Tabel 2. Perhitungan ini

8 92 96 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan, Vol. 9 No. 2 Desember 2 : didasarkan atas discount rate 5%, harga satuan barang/jasa DKI Jakarta tahun 28, dimmer 25 W dan 4W, serta asumsi seperti pada Gambar 8. BaU % % % Jam Operasi Dimmer % 7% % Gambar 8 Sketsa Business as usual (BaU) dan penggunaan dimmer Dimmer mampu menghemat daya sebesar 3% selama 6 jam per hari. Penghematan listrik tersebut kemudian di kali dengan tarif dasar listrik untuk PJU sebesar Rp 6,-/kWh. Penghematan biaya dari pemasangan dimmer pada panel pada lampu 4 W sebesar Rp 3.4,-/bulan sehingga butuh waktu 2 bulan untuk mengembalikan biaya investasi. Sedangkan pada lampu 25 W, dibutuhkan waktu 28 bulan. Tabel 2 Penghematan biaya dari pemasangan dimmer Daya (W) 25 4 Investasi (ribu rupiah) Konservasi (%) 3 3 Penghematan daya per 6 jam (kwh),45,72 Penghematan daya per tahun (kwh) 64,3 262,8 Penghematan biaya (ribu rupiah) 98,5 57,7 (Sumber: [6]) e. Penggunaan PJU energi baru terbarukan Pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk PJU merupakan implementasi dari kebijakan diversifikasi energi. EBT yang telah dimanfaatkan secara komersial untuk PJU adalah surya dan angin seperti yang terlihat pada Gambar 9. Gambar 9 EBT untuk PJU Sistem PJU EBT ini terbagi menjadi 2 kategori yaitu sistem terpisah dan sistem terintegrasi. Sistem terpisah adalah menyatukan alat EBT pada satu tempat dan kemudian menyalurkan listrik yang dihasilkan ke panel PJU. Sedangkan sistem terintegrasi memasang peralatan EBT pada tiap tiang PJU. Biaya sistem terpisah diberikan pada Tabel 3. Biaya ni hanya memperhitungkan biaya peralatan EBT belum termasuk biaya jaringan dan biaya lahan. Biaya-biaya ini tidak ada di PJU EBT sistem terintegrasi sehingga pada akhirnya biaya kedua sistem ini relatif sama. Tabel 3 Biaya investasi EBT untuk PJU Energi Alternatif Terpisah Rp/kW) Terintegrasi (/W unit) Energi surya 7 juta 22 juta Energi angin 3 juta 5 juta (Sumber: Diskusi dengan PT. Surya Energi Indotama) Dari sisi keekonomian, sistem PJU EBT ini masih belum bisa bersaing dengan listrik PLN. Dengan asumsi biaya pemeliharaan per tahun 2% dari investasi, penghematan yang didapat dari PJU surya W selama 25 tahun hanya Rp 262.8,-/tahun. Nilai ini masih di bawah biaya pemeliharaan baterai dan panel surya yang rata-rata setahunnya Rp 44.,-. Untuk itu, keekonomian PJU EBT tidak akan dibandingkan dengan rekomendasi lainnya.

9 Penghematan Energi Penerangan Jalan Umum DKI Jakarta: Survei, Potensi Dan Keekonomian 97 f. Perbandingan Keekonomian Perbandingan keekonomian dari seluruh rekomendasi menjadi kompleks karena tidak semua rekomendasi tersebut dapat diterapkan pada tiap panel. Seperti penggunaan capacitor bank yang hanya layak pada 2 panel. Selain itu, biaya investasi awal di beberapa rekomendasi sulit ditentukan. Misalnya kwh meter, biaya investasi seharusnya dibebankan kepada PLN sebagai tanggung jawab penyedia listrik sehingga Pemprov tidak membutuhkan biaya investasi, namun dana PLN adalah dana pemerintah sehingga kembali harus diperhitungkan. Demikian juga pada penggunaan lampu hemat energi yang menggantikan lampu yang rusak. Berbeda dengan rekomendasi lain yang dapat mencari alat dengan harga termurah, penggantian lampu mengharuskan harga investasi yang mahal namun biaya operasional murah. Untuk itu, harga lampu HPS harus dikurangi harga lampu MV sebagai biaya investasi. Usia peralatan konservasi juga menjadi masalah dalam perhitungan karena ada beberapa alat yang mempunyai usia lama seperti kwh meter dan dimmer namun ada juga mempunyai usia yang relatif pendek seperti capacitor bank Biaya investasi (juta Rp) Penghematan (juta Rp/bulan) kwh meter Periode pengembalian (bulan) Gambar. Perbandingan biaya dan DPB Untuk mempermudah analisis, perbandingan keekonomian hanya dilakukan pada 2 panel yang layak dipasang capacitor bank. Hasil perbandingan dengan discount rate 5% per tahun dapat dilihat pada Gambar. Pemasangan kwh meter membutuhkan biaya 8 juta rupiah namun Pemprov akan mempunyai keuntungan juta rupiah per bulan dari kesalahan tagihan sekarang yaitu sebesar 45 juta rupiah. Penghematan dari rekomendasi lain dapat dicapai bila kwh meter telah terpasang namun biaya investasi belum memasukkan biaya kwh meter. Biaya dan penghematan kwh meter dan salah satu rekomendasi dapat dijumlah secara langsung tetapi tidak bisa menggunakan capacitor bank, penggantian lampu dan dimmer secara bersamaan. Penggantian lampu menyebabkan perubahan kapasitas capacitor bank dan jenis dimmer yang digunakan. Demikian juga saat dimmer dipasang maka akan merubah kualitas daya panel. Untuk itu, analisis gabungan ke-3 rekomendasi memerlukan pengukuran faktor daya ulang saat lampu baru atau dimmer dipasang. Rekomendasi, selain pemasangan kwh meter, yang membutuhkan biaya investasi terkecil dengan penghematan terbesar adalah penggantian lampu dengan periode pengembalian hanya bulan. Namun kesimpulan ini memerlukan verifikasi melalui survei jenis lampu karena dalam perhitungan semua lampu diasumsikan jenis merkuri dan kemudian diganti dengan lampu HPS yang setara.

10 94 98 Ketenagalistrikan Dan Energi Terbarukan, Vol. 9 No. 2 Desember 2 : KESIMPULAN Penghematan energi di PJU mempunyai potensi yang cukup baik. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasang kwh meter dimana biaya investasi akan kembali dalam 2 bulan. Langkah berikutnya adalah mengganti lampu merkuri dengan lampu HPS. Penggantian lampu ini dapat dilakukan ketika lampu lama rusak sehingga selisih biaya lampu dapat kembali dalam bulan. Pemasangan capacitor bank dan dimmer dapat menghemat energi namun membutuhkan biaya yang besar sehingga masing-masing periode pengembalian adalah dan 33 bulan dengan real discount rate 5%. Analisis keekonomian yang dilakukan tidak menggabungkan seluruh rekomendasi karena hal ini memerlukan survei ulang khususnya survei faktor daya baru saat penggantian lampu. [5]. Anonymous, Power Factor Correction Handbook, ON Semiconductor, Colorado, 24. [6]. Keputusan Kepala Biro Perlengkapan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6438/ tentang Patokan Harga Satuan Barang/Jasa Lainnya Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Buku I Golongan Barang Pakai Habis, Biro Perlengkapan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jakarta, 28. [7]. Anonymous, Statistik Energi Indonesia 26, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, 27. DAFTAR ACUAN []. Anonymous, Master Plan Pengembangan PJU DKI Jakarta, Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta, Jakarta, 26. [2]. Short, W., Packey, D.J., dan Holt, T., A Manual for the Economic Evaluation of Energy Efficiency and Renewable Energy Technologies, National Renewable Energy Laboratory, Colorado, 995. [3]. Keputusan Presiden RI No. 4/23 tentang Harga Jual Listrik tahun 24, PJU : -45 VA 9 VA [4]. read/gubernur-minta-pln-pasang-meteran/, diambil pada 3 Maret 2

Policy Paper PENGHEMATAN ENERGI DI PENERANGAN JALAN UMUM

Policy Paper PENGHEMATAN ENERGI DI PENERANGAN JALAN UMUM Policy Paper PENGHEMATAN ENERGI DI PENERANGAN JALAN UMUM Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (P3TKEBTKE) Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT 4.1. Perancangan Instalasi dan Jenis Koneksi (IEEE std 18-1992 Standard of shunt power capacitors & IEEE 1036-1992 Guide for Application

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) 4.1 Pola Penggunaan Energi Daya listrik yang dipasok oleh PT PLN (Persero) ke Gedung AUTO 2000 Cabang

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

SETAHUN PROGRAM DEMAND SIDE MANAGEMENT

SETAHUN PROGRAM DEMAND SIDE MANAGEMENT SETAHUN PROGRAM DEMAND SIDE MANAGEMENT 2001-2002 A. Program DSM 1. Latar Belakang : Kebijakan Pemerintah di bidang energi yang ditempuh sejak awal tahun 1980 an dan direvisi secara periodik dituangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya yang sebelumnya tentang kajian managemen konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung perkantoran PT. PHE

Lebih terperinci

Tarif dan Koreksi Faktor Daya

Tarif dan Koreksi Faktor Daya Tarif dan Koreksi Faktor Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono @uny.ac.id Tujuan: Mahasiswa dapat: 1.

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN LOSSES PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH DENGAN PERBAIKAN PEMASANGAN KAPASITOR. Ratih Novalina Putri, Hari Putranto

ANALISIS PERHITUNGAN LOSSES PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH DENGAN PERBAIKAN PEMASANGAN KAPASITOR. Ratih Novalina Putri, Hari Putranto Novalina Putri, Putranto; Analisis Perhitungan Losses Pada Jaringan Tegangan Rendah Dengan Perbaikan Pemasangan Kapasitor ANALISIS PERHITUNGAN LOSSES PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH DENGAN PERBAIKAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

Proposal Proyek. Judul Proyek : Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Penerangan Jalan Umum

Proposal Proyek. Judul Proyek : Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Penerangan Jalan Umum Proposal Proyek Judul Proyek : Pembuatan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Penerangan Jalan Umum Tanggal Mulai : 2015 Tanggal Berakhir : 2016 Pelaksana : Ringkasan Proyek Operasional penerangan jalan

Lebih terperinci

SURVEI LAMPU SWA-BALAST YANG MEMENUHI PERSYARATAN LABEL HEMAT ENERGI DAN IDENTIFIKASI KEBIJAKAN PENDUKUNG. M. Indra al Irsyad dan Weltis Sasnofia

SURVEI LAMPU SWA-BALAST YANG MEMENUHI PERSYARATAN LABEL HEMAT ENERGI DAN IDENTIFIKASI KEBIJAKAN PENDUKUNG. M. Indra al Irsyad dan Weltis Sasnofia SURVEI LAMPU SWA-BALAST YANG MEMENUHI PERSYARATAN LABEL HEMAT ENERGI DAN IDENTIFIKASI KEBIJAKAN PENDUKUNG M. Indra al Irsyad dan Weltis Sasnofia Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,

Lebih terperinci

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN Sylvia Handriyani 2200109034 LATAR BELAKANG Rendahnya faktor daya listrik pada KUD Tani Mulyo Lamongan Besarnya

Lebih terperinci

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 83 89 ISSN: 2085 1227 Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan

Lebih terperinci

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR M. Hariansyah 1, Joni Setiawan 2 1 Dosen Tetap Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya Analisis Pemasangan Kapasitior Daya Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono@uny.ac.id Analisis Pemasangan Kapasitor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF BAB III PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF 3.1. Perancangan Perbaikan Faktor Daya ( Power Factor Correction ) Seperti diuraikan pada bab terdahulu, Faktor

Lebih terperinci

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kebijakan Manajemen Energi Listrik Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta giriwiyono@uny.ac.id KONDISI ENERGI SAAT INI.. Potensi konservasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

PENUTUP BAB V. 5.1 Kesimpulan. Dari audit dan analisa yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

PENUTUP BAB V. 5.1 Kesimpulan. Dari audit dan analisa yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari audit dan analisa yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Intensitas Konsumsi Energi ( IKE) kotor pada hotel Lebak Gunung Permai sebesar 149,5 KWh/m

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Audit Energi Dan Analisa Peluang Hemat Energi AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Derry Septian1,

Lebih terperinci

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Rita Prasetyowati Jurusan Pendidikan Fisika-FMIPA UNY ABSTRAK Masyarakat luas mengenal alat penghemat listrik sebagai alat yang dapat menghemat

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Audit Energi Dan Analisa Peluang Hemat Energi AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Derry Septian 1, Joko Prihartono 2, Purwo Subekti 3 ABSTRAK Dari penelitian yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, energi listrik merupakan kebutuhan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Masalah di bidang tersebut yang sedang menjadi perhatian utama saat

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi

Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi Disampaikan pada Seminar Membuka Sumbatan Investasi Efisiensi Energi di Indonesia: Tantangan dan Peluang Kebijakan dan Regulasi Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Daya Listrik Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN KOMPARATIF SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS SISTEM KELISTRIKAN PADA PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL DAN SOLAR CELL

PERENCANAAN KOMPARATIF SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS SISTEM KELISTRIKAN PADA PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL DAN SOLAR CELL PERENCANAAN KOMPARATIF SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS SISTEM KELISTRIKAN PADA PENERANGAN JALAN UMUM KONVENSIONAL DAN SOLAR CELL (Aplikasi Jalan by Pass Padang) Emi Safria (1310017111032) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data yang Didapat Data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk menunjang sebagai analisis perbandingan lampu yaitu menggunakan data jenis lampu yang digunakan pada area

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan bentuk usaha akomodasi pariwisata dengan perkembangan yang cukup pesat di Indonesia. Jumlah hotel terus bertambah setiap tahunnya dan menyumbang devisa

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Oleh : Ani Hidayati Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Keputusan Investasi (capital investment decisions) Berkaitan dengan proses perencanaan, penentuan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi kelayakan pengembangan pabrik lampu neon electronic (Ne) Sukoharjo Solo. Disusun oleh : NIM. I

BAB I PENDAHULUAN. Studi kelayakan pengembangan pabrik lampu neon electronic (Ne) Sukoharjo Solo. Disusun oleh : NIM. I Studi kelayakan pengembangan pabrik lampu neon electronic (Ne) Sukoharjo Solo Disusun oleh : Nina Lutfia NIM. I0398041 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tarif Dasar Listrik (TDL) di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan suatu kegiatan, manusia selalu memanfaatkan energi, baik yang disadari maupun tidak disadari. Namun, setiap kegiatan yang memanfaatkan energi memiliki

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik Awang Djohan Bachtiar 9105205402 Pendahuluan Profil PT Petrokimia Gresik. Penjelasan singkat Mengapa butuh power monitoring

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN Djoko Susilo 1 dan Christiono Utomo Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: 1) djokoyysusilo@yahoo.com

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

EVALUASI PENERANGAN JALAN UMUM KOMPLEK KANTOR KABUPATEN BOYOLALI

EVALUASI PENERANGAN JALAN UMUM KOMPLEK KANTOR KABUPATEN BOYOLALI EVALUASI PENERANGAN JALAN UMUM KOMPLEK KANTOR KABUPATEN BOYOLALI Adevia Arva Puspa *), Karnoto, and Bambang Winardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH,

Lebih terperinci

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r. Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi (R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian pada SDP dan SDP AC gedung KPPN, maka dapat ditarik kesimpulan : a. SDP KPPN Pada SDP KPPN memiliki nilai frekuensi, tegangan, harmonisa

Lebih terperinci

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya pembangunan yang diikuti dengan pertumbuhan dan perekembangan perekonomian Indonesia, kebutuhan energi nasional juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu contoh energi yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut, energi

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rangkaian Elektronik Lampu Navigasi Energi Surya Rangkaian elektronik lampu navigasi energi surya mempunyai tiga komponen utama, yaitu input, storage, dan output. Komponen input

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA 3.1 Sistem Kelistrikan Sejak tahun 1989 PT Maju Jaya melakukan kontrak pasokan listrik dari PLN sebesar 865 KVA dengan tegangan kerja 20 KV, 3 phasa. Seluruh sumber listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu tumbuh terciptanya sarana dan prasarana insfrastuktur yang harus memadai untuk kegiatan

Lebih terperinci

Table 1 Aliran dana dengan dana kumulatifnya

Table 1 Aliran dana dengan dana kumulatifnya ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) DI KABUPATEN JEMBER Ahmad Fadly Irawan¹, Moch. Dhofir², Hadi Suyono ³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tenaga listrik demikian pesatnya seiring dengan begitu

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tenaga listrik demikian pesatnya seiring dengan begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan tenaga listrik demikian pesatnya seiring dengan begitu cepatnya perkembangan di industri. Pada industri PT Kusumaputra Santosa Karanganyar membutuhkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang penting. Opportunity cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG

ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG M. Fahmi Hakim, Analisis Kebutuhan Capacitor Bank, Hal 105-118 ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG Muhammad Fahmi Hakim

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK. MEMENUHI PENAMBAHAN BEBAN 300 kva TANPA PENAMBAHAN DAYA PLN

ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK. MEMENUHI PENAMBAHAN BEBAN 300 kva TANPA PENAMBAHAN DAYA PLN ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK MEMENUHI PENAMBAHAN BEBAN 300 kva TANPA PENAMBAHAN DAYA PLN 1. Ir. H. Mohammad Amir., M.Eng 2. Aji Muharam Somantri Konsentrasi Teknik Tenaga Listrik, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya. Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal

Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya. Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal Pengantar Presentasi ini dipersiapkan oleh Azhar Kamal untuk acara Sesi Info Listrik Tenaga

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN LAMPU LED UNTUK EFISIENSI PADA PENCAHAYAAN JALAN LAYANG RE MARTADINATA

STUDI PENGGUNAAN LAMPU LED UNTUK EFISIENSI PADA PENCAHAYAAN JALAN LAYANG RE MARTADINATA STUDI PENGGUNAAN LAMPU LED UNTUK EFISIENSI PADA PENCAHAYAAN JALAN LAYANG RE MARTADINATA Ir.Setia Gunawan, M.Sc 1 Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta setiagunawan55@yahoo.com ABSTRAK Penerangan jalan umum

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

Arif Joni Prasetyo (1), Jamhir Islami (2) Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak

Arif Joni Prasetyo (1), Jamhir Islami (2) Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak 1 Manajemen Sisi Beban Untuk Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Konservasi Energi Di Kota Pontianak (Studi Kasus: Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pontianak) Arif Joni Prasetyo (1), Jamhir Islami

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek

BAB I PENDAHULUAN. Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu obyek secara visual. Penerangan jalan dibuat untuk mempermudah dan membantu manusia dalam melihat obyek

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 30

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 30 No.665, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG TATA

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL Abdullah Iskandar 1), Agus Supriyadi 2) 1) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan 2) Program Studi Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI PENGHEMATAN ENERGI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KOTA BANDUNG

ANALISIS POTENSI PENGHEMATAN ENERGI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KOTA BANDUNG Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan ISSN 1978-2365 ANALISIS POTENSI PENGHEMATAN ENERGI PENERANGAN JALAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN KOTA BANDUNG ENERGY SAVING POTENTIAL ANALYSIS FOR STREET LIGHTING SYSTEMS

Lebih terperinci

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015 Mengacu Permen ESDM No. 09 Tahun 2015, Permen ESDM No: 31 Tahun 2014 & Permen ESDM No. 33 Tahun 2014 P T P L N ( P e r s e r o ) J l. T r u n o j o y o B l

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK Beban tidak seimbang pada jaringan distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA

RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA Ema Kartika Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal. 62-68 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan Teguh Prayudi Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas

Kata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas SWASTANISASI PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN MENGGUNAKAN ANALISA TEKNIS DAN FINANSIAL (Studi Kasus Proyek Pembangunan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kapuas) Astati Novianti, Retno Indryani,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN KAPASITOR SHUNT TERHADAP KONSUMSI DAYA AKTIF INSTALASI LISTRIK

PENGARUH PEMASANGAN KAPASITOR SHUNT TERHADAP KONSUMSI DAYA AKTIF INSTALASI LISTRIK Abstract PENGARUH PEMASANGAN KAPASITOR SHUNT TERHADAP KONSUMSI DAYA AKTIF INSTALASI LISTRIK Oleh : Winasis, Azis Wisnu Widhi Nugraha Program Sarjana Teknik Unsoed Purwokerto The application of shunt capacitor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan pengembangan bisnis merupakan suatu analisis mendalam mengenai aspek-aspek bisnis yang akan atau sedang dijalankan, untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI

BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI 24 BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI 4.1. Metodologi Dalam penelitian ini, mencakup pemilihan sistem kogenerasi dan evaluasi nilai ekonomi. Pemilihan sistem kogenerasi yang diimplementasikan mempertimbangkan

Lebih terperinci

ROADMAP PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM KOTA PARINGIN KABUPATEN BALANGAN LAPORAN AKHIR

ROADMAP PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM KOTA PARINGIN KABUPATEN BALANGAN LAPORAN AKHIR ROADMAP PENGELOLAAN PENERANGAN JALAN UMUM KOTA PARINGIN KABUPATEN BALANGAN LAPORAN AKHIR PEMERINTAH KABUPATEN BALANGAN BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH 1 RUANG LINGKUP SPATIAL 2 2 JARINGAN DISTRIBUSI

Lebih terperinci

Maulana Syarip 1, Karnoto, ST, MT 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Maulana Syarip 1, Karnoto, ST, MT 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro AUDIT ENERGI DI PT. SUYUTI SIDO MAJU PROGRAM KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI (EBTKE) KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN PT. REKADAYA SENTRA MANDIRI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci

Materi 7 Metode Penilaian Investasi

Materi 7 Metode Penilaian Investasi Pendahuluan Materi 7 Metode Penilaian Investasi Dalam menentukan usulan proyek investasi mana yang akan diterima atau ditolak Maka usulan proyek investasi tersebut harus dinilai 1 2 Metode Penilaian 1.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumber pendapatan dari sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional didasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG. Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin ABSTRACT

ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG. Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin ABSTRACT ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia. ABSTRACT SAHDIANNOR,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan energi listrik merupakan salah satu aspek penting dalam aktivitas manusia. Oleh karena itu, penyediaan tenaga listrik harus menjadi prioritas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor penting bagi perkembangan perekonomian wilayah dan kehidupan masyarakat. Adanya pertumbuhan dan perkembangan aktivitas di suatu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada Warnet Pelangi, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Warnet Pelangi belum menerapkan

Lebih terperinci

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive) 15 BAB III CAPACITOR BANK 3.1 Panel Capacitor Bank Dalam sistem listrik arus AC/Arus Bolak Balik ada tiga jenis daya yang dikenal, khususnya untuk beban yang memiliki impedansi (Z), yaitu: Daya Semu (S,

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC maka dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan instrument-instrument kelayakan investasi menunjukkan

Lebih terperinci