KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata (LAKIP) Tahun 2013 merupakan wujud pertanggungjawaban Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dalam mencapai misi dan tujuan yang ditetapkan sebagaimana Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Akuntabilitas tersebut adalah untuk pelaksanaan akuntabilitas di Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dalam rangka mendorong terwujudnya Pemerintah yang baik dan terpercaya. Capaian kinerja yang termuat dalam LAKIP ini merupakan realisasi kinerja dari targettarget kinerja yang termuat dalam Penetapan Kinerja Tahun Kami sampaikan bahwa pada umumnya capaian kinerja Tahun Anggaran 2013 Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dapat direalisasikan sebesar % untuk realisasi kinerja dan 79% untuk realisasi anggaran. Keberhasilan capaian kinerja Tahun Anggaran 2013 tentunya tidak terlepas dari peran aktif selurah jajaran pejabat dan staf di lingkungan Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata. Kami berterima kasih atas kerja sama dan kemauan yang tak kunjung padam untuk terus merealisasikan misi dan tujuan Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata. Menyadari bahwa masih banyak yang perlu dibenahi untuk mewujudkan Indonesia yang berdaya saing di bidang kepariwisataan, maka diperlukan usaha dan komitmen dari semua pihak. Semoga, Laporan Akuntabilitas Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata ini bermanfaat untuk menentukan arah kebijakan dan program di lingkungan Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata kedepan. Jakarta, Februari 2013 DIREKTUR JENDERAL PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA FIRMANSYAH RAHIM

3 DAFTAR ISI 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii RINGKASAN EKSEKUTIF... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TENTANG DIREKTORAT JENDERAL PDP... 1 C. INDIKATOR KINERJA UTAMA... 2 D. STRUKTUR ORGANISASI... 4 E. SISTEMATIKA PENYAJIAN... 4 BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA... 5 A. VISI, MISI DAN SASARAN... 5 B. RPJMN C. PERENCANAAN KINERJA... 6 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... 8 A. IKHTISAR CAPAIAN KINERJA... 8 B. CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA TAHUN BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN BAB V PENUTUP LAMPIRAN

4 RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RPJMN merupakan dasar bagi Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata untuk melaksanakan visi dan misi yang kemudian dijabarkan melalui rencana strategis Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dan penetapan kinerja (PK). Adapun capaian kinerja Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata berdasarkan RPJMN dan PK Tahun 2013 adalah sebagai berikut: iii a. Berdasarkan RPJMN Capaian kinerja Ditjen PDP berdasarkan sasaran strategis dalam RPJMN dapat dilihat pada tabel berikut: RINGKASAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA BERDASARKAN RPJMN NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS 1 Pengembangan Daya Tarik Pariwisata 2 Peningkatan PNPM Mandiri Bidang pariwisata 3 Pengembangan usaha, industri dan investasi pariwisata 4 Dukungan manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata SASARAN INDIKATOR TARGET Meningkatnya kualitas dan kuantitas penataan daya tarik wisata Meningkatnya jumlah desa wisata Berkembangnya usaha, industri dan investasi pariwisata Terselenggaranya kegiatan perencanaan dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan, penyusunan kebijakan, peningkatan kualitas SDM aparatur, dan pendukungan teknis dalam meningkatkan kapasitas pengelolaan destinasi pariwisata Jumlah daya tarik wisata alam, bahari dan budaya % Jumlah desa wisata % Jumlah profil investasi pariwisata 1. Jumlah Organisasi Pengelolaan Destinasi (Destination Management Organisation/ DMO) (buah) 2. Jumlah dukungan fasilitas pariwisata (daya tarik) REALISASI % % %

5 RINGKASAN EKSEKUTIF b. Berdasarkan PK (Penetapan Kinerja) Tahun 2013 Capaian kinerjan Ditjen PDP berdasarkan PK (penetapan kinerja) tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut: iv Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Sasaran Strategis Target Realisasi % Meningkatnya devisa dan 1 Jumlah penerimaan devisa wisatawan pengeluaran wisatawan mancanegara (US$ Milliar) 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional 4 Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia 5 Meningkatnya keragaman destinasi pariwisata 6 Meningkatnya keragaman produk wisata minat khusus dan zona kreatif di Indonesia 7 Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program 8 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata 9 Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen PDP 10 Meningkatnya kualitas sumber daya manusia (SDM) Ditjen PDP Indikator Kinerja 2 Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara (Rp Trilliun) 3 Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/ kunjungan (US$) 4 Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/ kunjungan (Rp Ribu) 1 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional 2 Jumlah fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi pariwisata (%) 3 Rasio jumlah kamar hotel per 100 penduduk 0.2 n/a n/a (%) 1 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 2 Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (%) 3 Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/ TK/ Tahun) 1 Daya saing kepariwisataan Indonesia (nilai) 4,08 n/a n/a 2 Rekomendasi memperpanjang nilai bisnis 5,22 n/a n/a (nilai) 3 Perilaku masyarakat terhadap wisatawan 6,02 n/a n/a asing (nilai) 4 Jumlah lokasi KSPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (lokasi) 1 Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (lokasi) 2 Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (desa) 3 Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (pola) 1 Jumlah produk wisata minat khusus yang dikembangkan (lokasi) 2 Jumlah aktivasi kota kreatif sebagai destinasi pariwisata (kota) Pencapaian target indikator program dan kegiatan (%) Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP (%) Pelimpahan barang milik negara ke daerah (%) Jumlah norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) yang dihasilkan Ditjen PDP (naskah) 2 Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan Ditjen PDP (naskah) Jumlah SDM Ditjen PDP yang difasilitasi untuk peningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait pengembangan destinasi pariwisata (orang)

6 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (Ripparnas), pengembangan kepariwisataan nasional mencakup 4 (empat) komponen utama, yaitu (a) Destinasi Pariwisata; (b) Pemasaran Pariwisata; (c) Industri Pariwisata dan (d) Kelembagaan Pariwisata. Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata memiliki peran strategis dalam pembangunan kepariwisataan nasional, dimana dalam Ripparnas, Ditjen PDP memiliki tusi untuk mengembangkan destinasi pariwisata dan industri pariwisata. Komponen dalam Ripparnas tersebut kemudian dituangkan ke dalam program dan kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata merupakan amanat Instruksi Presiden No. 7 tahun 1990 tentang Akuntabilitas Kinerja dimana LAKIP berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan kinerja. Menindaklanjuti hal tersebut, Ditjen PDP menyusun LAKIP yang berisi capaian-capaian indikator kinerja utama. B. Tentang Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata merupakan Unit Eselon I yang bertanggung jawab langsung di bawah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata memiliki tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan destinasi pariwisata, dengan fungsi sebagai berikut: a. Perumusan kebijakan di bidang pengembangan destinasi pariwisata;

7 BAB I PENDAHULUAN b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan destinasi pariwisata; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan destinasi pariwisata; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengembangan destinasi pariwisata; dan e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata 2 Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dibantu oleh 6 (enam) unit Eselon II: a. Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata b. Direktorat Industri Pariwisata c. Direktorat Pengembangan Daya Tarik Wisata d. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat e. Direktorat Perancangan dan Investasi Pariwisata f. Direktorat Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Event. C. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata memiliki serangkaian target kinerja yang harus dicapai dalam tiap kurun waktu 1 (satu) tahun anggaran atau yang biasa disebut sebagai Indikator Kinerja Utama (IKU). Adapun IKU Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata adalah sebagai berikut:

8 BAB I PENDAHULUAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 3 NO SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 1 Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program 8 9 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia Meningkatnya keragaman destinasi pariwisata Meningkatnya keragaman produk wisata minat khusus dan zona kreatif di Indonesia Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen PDP Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen PDP 10 Meningkatnya kualitas SDM Ditjen PDP 1. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara (US$ milliar) 2. Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara (Rp. Triliun) 3. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/ kunjungan (US$) 4. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/ kunjungan (Rp. Ribu) 1. Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase) 2. Jumlah fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi pariwisata (lokasi) 3. Rasio jumlah kamar hotel per 100 penduduk (persentase) 1. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan pariwisata 2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (persentase) 3. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/ TK/ Tahun) 1. Daya saing kepariwisataan Indonesia 2. Rekomendasi memperpanjang nilai bisnis (nilai) 3. Perilaku masyarakat terhadap wisatawan asing (nilai) 4. Jumlah lokasi KSPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinas (DMO) (lokasi) 1. Jumlah lokasi daya tarik di DPN yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (lokasi) 2. Jumlah desa yang difasilitasi yang dikembangkan sebagai desa wisata (desa) 3. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (pola) 1. Jumlah produk wisata minat khusus yang dikembangkan (lokasi) 2. Jumlah aktivasi zona kreatif sebagai destinasi pariwisata (zona) Pencapaian target indikator program dan kegiatan (persentase) 1. Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP (persentase) 2. Pelimpahan barang milik negara ke daerah (Pelimpahan barang milik negara ke daerah (persentase) 1. Jumlah NSPK yang dihasilkan Ditjen PDP (naskah) 2. Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan Ditjen PDP (naskah) Jumlah SDM Ditjen PDP yang difasilitasi untuk peningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait pengembangan destinasi pariwisata (orang)

9 BAB I PENDAHULUAN D. Struktur Organisasi Bagan struktur organisasi Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dapat dilihat pada tabel berikut: 4 Sumber: Kemparekraf, 2013 E. Sistematika Penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) Tahun 2013 disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang, struktur organisasi Ditjen PDP dan Indikator Kinerja Utama. 2. Bab II Perencanaan Kinerja, yang berisi visi, misi dan sasaran; target RPJMN , dan perencanaan kinerja 3. Bab III Akuntabilitas Kinerja, yang berisi ikhtisar capaian kinerja, capaian dan analisis kinerja tahun Bab IV Akuntabilitas kinerja tahun Bab V Penutup

10 BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 5 A. VISI, MISI DAN SASARAN Dalam Menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata menetapkan visi, misi dan tujuan. Adapun visi, misi dan tujuan Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Visi Terwujudnya destinasi dan industri pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berbasis masyarakat dan berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah. b) Misi Dalam mewujudkan visi tersebut, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata kemudian menjabarkannya dalam serangkaian misi sebagai berikut: 1) Peningkatan kontribusi ekonomi kepariwisataan melalui pengembangan destinasi 2) Peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia melalui pengembangan destinasi 3) Menciptakan tata pemerintahan Ditjen PDP yang responsive, transparan dan akuntabel. c) Tujuan Berdasarkan visi dan misi tersebut, ditetapkanlah tujuan sebagai berikut: 1) Peningkatan devisa dan pengeluaran wisatawan 2) Peningkatan investasi di sektor pariwisata 3) Peningkatan kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional 4) Peningkatan citra kepariwisataan Indonesia 5) Peningkatan diversifikasi destinasi pariwisata 6) Peningkatan kualitas kinerja organisasi Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata 7) Peningkatan kualitas SDM Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata

11 BAB II PERENCANAAN KINERJA B. RPJMN Target kinerja Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata pada tahun 2013 berdasarkan RPJMN adalah sebagai berikut: 6 NO RINGKASAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA BERDASARKAN RPJMN SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS 1 Pengembangan Daya Tarik Pariwisata Meningkatnya kualitas dan kuantitas penataan daya tarik wisata SASARAN INDIKATOR TARGET Jumlah daya tarik wisata alam, bahari dan budaya 29 2 Peningkatan PNPM Mandiri Bidang pariwisata 3 Pengembangan usaha, industri dan investasi pariwisata Meningkatnya jumlah desa wisata Berkembangnya usaha, industri dan investasi pariwisata Jumlah desa wisata 350 Jumlah profil investasi pariwisata 7 4 Dukungan manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Terselenggaranya kegiatan perencanaan dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan, penyusunan kebijakan, peningkatan kualitas SDM aparatur, dan pendukungan teknis dalam meningkatkan kapasitas pengelolaan destinasi pariwisata 1. Jumlah Organisasi Pengelolaan Destinasi (Destination Management Organisation/ DMO) (buah) 2. Jumlah dukungan fasilitas pariwisata (daya tarik) C. PERENCANAAN KINERJA Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana stratejik, yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Dalam menyusun perencanaan kinerja yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tidak lepas dari Rencana Kerja Tahunan dan DIPA pada tahun yang bersangkutan. Adapun perencanaan kinerja Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:

12 BAB II PERENCANAAN KINERJA Unit Organisasi Eselon I Tahun Anggaran PENETAPAN KINERJA TINGKAT UNIT ORGANISASI ESELON I KEMENTERIAN/ LEMBAGA : : Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Sasaran Strategis 1 1 Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional 4 Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia 5 Meningkatnya keragaman destinasi pariwisata 6 Meningkatnya keragaman produk wisata minat khusus dan zona kreatif di Indonesia 7 Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program 8 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata 9 Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen PDP 10 Meningkatnya kualitas sumber daya manusia (SDM) Ditjen PDP Indikator Kinerja 2 Target 3 1 Jumlah penerimaan devisa wisatawan US$ Milliar mancanegara 2 Nilai total penerimaan dari pengeluaran Rp 178, 63 Trilliun 3 wisatawan Jumlah pengeluaran nusantara per wisatawan US$1.150 mancanegara/ kunjungan 4 Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/ Rp 714,5 Ribu kunjungan 1 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap 4.64% total investasi nasional 2 Jumlah fasilitasi perancangan destinasi untuk 3 lokasi investasi pariwisata 3 Rasio jumlah kamar hotel per 100 penduduk 0.20% 1 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung 8.35 juta orang dan ikutan sektor pariwisata 2 Kontribusi sektor pariwisata terhadap 7.09% penyerapan tenaga kerja nasional 3 Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata Rp 13,54 juta/ TK/ Tahun 1 Daya saing kepariwisataan Indonesia Nilai 4,08 2 Rekomendasi memperpanjang nilai bisnis Nilai 5,22 3 Perilaku masyarakat terhadap wisatawan asing Nilai 6,02 4 Jumlah lokasi KSPN yang difasilitasi untuk 15 Lokasi meningkatkan kualitas tata kelola destinasi 1 Jumlah (DMO) lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata 29 lokasi Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi 2 destinasi Jumlah desa pariwisata yang difasilitasi untuk 963 desa dikembangkan sebagai desa wisata 3 Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan 20 pola 1 Jumlah produk wisata minat khusus yang 10 lokasi dikembangkan 2 Jumlah aktivasi kota kreatif sebagai destinasi 5 kota pariwisata Pencapaian target indikator program dan kegiatan 96% 1 Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP 93% 2 Pelimpahan barang milik negara ke daerah 100% 1 Jumlah norma, standar, prosedur, dan kriteria 22 naskah (NSPK) yang dihasilkan Ditjen PDP 2 Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang 30 naskah dihasilkan Ditjen PDP Jumlah SDM Ditjen PDP yang difasilitasi untuk peningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait pengembangan destinasi pariwisata 96 orang

13 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 8 A. IKHTISAR CAPAIAN KINERJA Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata didasarkan pada dokumen Penetapan Kinerja (PK) tahun 2013 yang ditetapkan pada awal tahun anggaran dan RPJMN Adapun capaian kinerja Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata dapat dilihat pada tabel dibawah ini: a) Capaian Kinerja Ditjen PDP berdasarkan RPJMN Capaian kinerja Ditjen PDP pada tahun 2013 berdasarkan RPJMN dapat dilihat sebagai berikut: RINGKASAN CAPAIAN INDIKATOR KINERJA BERDASARKAN RPJMN NO SUBSTANSI INTI/ KEGIATAN PRIORITAS 1 Pengembangan Daya Tarik Pariwisata 2 Peningkatan PNPM Mandiri Bidang pariwisata 3 Pengembangan usaha, industri dan investasi pariwisata 4 Dukungan manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata SASARAN INDIKATOR TARGET Meningkatnya kualitas dan kuantitas penataan daya tarik wisata Meningkatnya jumlah desa wisata Berkembangnya usaha, industri dan investasi pariwisata Terselenggaranya kegiatan perencanaan dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan, penyusunan kebijakan, peningkatan kualitas SDM aparatur, dan pendukungan teknis dalam meningkatkan kapasitas pengelolaan destinasi pariwisata Jumlah daya tarik wisata alam, bahari dan budaya % Jumlah desa wisata % Jumlah profil investasi pariwisata 1. Jumlah Organisasi Pengelolaan Destinasi (Destination Management Organisation/ DMO) (buah) 2. Jumlah dukungan fasilitas pariwisata (daya tarik) REALISASI % % % b) Capaian Kinerja Ditjen PDP berdasarkan Penetapan Kinerja (PK) tahun 2013 Penetapan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana stratejik, yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan.

14 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Capaian kinerja Ditjen PDP berdasarkan Penetapan Kinerja (PK) tahun 2013 secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut: 9 Ringkasan Capaian Indikator Kinerja Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Sasaran Strategis Target Realisasi % Meningkatnya devisa dan 1 Jumlah penerimaan devisa wisatawan pengeluaran wisatawan mancanegara (US$ Milliar) 2 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 3 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional 4 Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia 5 Meningkatnya keragaman destinasi pariwisata 6 Meningkatnya keragaman produk wisata minat khusus dan zona kreatif di Indonesia 7 Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program 8 Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata 9 Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen PDP 10 Meningkatnya kualitas sumber daya manusia (SDM) Ditjen PDP Indikator Kinerja 2 Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara (Rp Trilliun) 3 Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/ kunjungan (US$) 4 Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/ kunjungan (Rp Ribu) 1 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional 2 Jumlah fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi pariwisata (%) 3 Rasio jumlah kamar hotel per 100 penduduk 0.2 n/a n/a (%) 1 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang) 2 Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional (%) 3 Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (Rp juta/ TK/ Tahun) 1 Daya saing kepariwisataan Indonesia (nilai) 4,08 n/a n/a 2 Rekomendasi memperpanjang nilai bisnis 5,22 n/a n/a (nilai) 3 Perilaku masyarakat terhadap wisatawan 6,02 n/a n/a asing (nilai) 4 Jumlah lokasi KSPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (lokasi) 1 Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata (lokasi) 2 Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata (desa) 3 Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan (pola) 1 Jumlah produk wisata minat khusus yang dikembangkan (lokasi) 2 Jumlah aktivasi kota kreatif sebagai destinasi pariwisata (kota) Pencapaian target indikator program dan kegiatan (%) Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP (%) Pelimpahan barang milik negara ke daerah (%) Jumlah norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) yang dihasilkan Ditjen PDP (naskah) 2 Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan Ditjen PDP (naskah) Jumlah SDM Ditjen PDP yang difasilitasi untuk peningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait pengembangan destinasi pariwisata (orang)

15 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA B. CAPAIAN DAN ANALISIS KINERJA Sasaran Strategis I: Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan 10 Indikator sasaran strategis meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan, adalah sebagai berikut: a) Jumlah Penerimaan Devisa Wisatawan Mancanegara Pada tahun 2013, jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara adalah sebagai berikut: INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % US$ milliar Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara Sumber: pusdatin, Kemparekraf Berdasarkan data tersebut diatas, jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara tidak tercapai 100% atau hanya tercapai 97.1% atau US$ milliard dari target penerimaan devisa sebesar US$ milliard. Disisi lain, penerimaan devisa wisatawan mancanegara pada tahun 2013 meningkat dari tahun sebelumnya dari angka 9.12 US$ milliard. Peningkatan jumlah penerimaan devisa tersebut dinilai oleh beberapa faktor: 1) Selisih nilai tukar mata uang asing Semakin banyaknya jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia, maka akan semakin banyak pula transaksi dalam bentuk rupiah yang akan dilakukan. Perbedaan selisih kurs jual dan beli mata uang asing tersebut turut menyumbang pada besarnya devisa wisatawan mancanegara. Adapun tren kurs mata uang asing terhadap rupiah Indonesia selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

16 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 11 2) Jumlah wisatawan mancanegara Besarnya jumlah wisatawan mancanegara dan besarnya pengeluaran yang mereka keluarkan di Indonesia turut berpengaruh terhadap jumlah devisa wisatawan mancanegara. KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN Sumber: Kemenparekraf, ) Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara Jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara berpengaruh signifikan terhadap jumlah devisa yang diterima oleh negara. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: TAHUN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA JUMLAH PENERIMAAN DEVISA Sumber: Kemenparekraf, 2013

17 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 4) Lama tinggal wisatawan mancanagera Program dan kegiatan yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata untuk meningkatkan jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara adalah sebagai berikut: - Melakukan diversifikasi produk wisata dalam rangka meningkatkan junjungan wisatawan dan memperpanjang lama tinggal, melalui kegiatan: Pengembangan Daya Tarik Wisata di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Pengembangan daya tarik wisata di DPN pada tahun 2013 adalah sebanyak 29 lokasi, dengan rincian sebagai berikut: 12 Fasilitasi pengembangan desa wisata Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata melakukan fasilitasi pengembangan 963 desa wisata. Penyusunan pola perjalanan wisata (travel pattern) Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata mengembangkan 16 pola perjalanan wisata. - Penataan destinasi pariwisata di Indonesia melalui kegiatan tugas pembantuan ataupun program DMO (Destination Management Organisation). Kegiatan penataan destinasi pariwisata tersebut dilakukan untuk meningkatkan daya tarik pariwisata Indonesia sehingga meningkatkan kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang berimbas pada meningkatnya devisa wisatawan. b) Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara Rp. Trilliun INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara Sumber: Pusdatin, Kemparekraf 2014

18 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara tidak mencapai target yang diharapkan atau hanya tercapai 98.7% dengan nilai Rp trilliun. Sama halnya dengan jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara, nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang hanya di angka Rp trilliun. 13 Melalui Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan diamanatkan bahwa terdapat 13 bidang usaha pariwisata. ke-13 bidang usaha pariwisata tersebut, tentunya menghasilkan PAD (pendapatan asli daerah) melalui pajak yang disetor ke negara. Pendapatan negara dari sektor tersebut, merupakan salah satu faktor dalam penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara. Kenaikan nilai total pengeluaran wisatawan nusantara dari tahun sebelumnya didukung oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1) Naiknya jumlah perjalanan wisatawan nusantara, sebesar 248 juta perjalanan atau meningkat dibandingkat jumlah perjalanan tahun lalu sebesar 245 juta perjalanan. Sumber: Pusdatin, Kemparekraf ) Meningkatnya pengeluaran wisatawan nusantara sebesar 711 ribu rupiah per kunjungan atau meningkat dari tahun lalu sebesar 700 ribu. 3) Ditetapkannya 13 jenis usaha pariwisata dalam Undang-Undang Kepariwisataan sehingga berdampak pada besarnya PAD yang diterima oleh negara melalui ke-13 jenis usaha tersebut. c) Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/ kunjungan juta perjalanan INDIKATOR KINERJA Jumlah perjalanan wisatawan nusantara INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/ kunjungan Sumber: Pusdatin, Kemparekraf 2014 US$

19 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/ kunjungan merupakan faktor penting dalam industri kepariwisataan karena faktor tersebut menentukan besarnya devisa negara yang dihasilkan oleh sektor kepariwisataan. Besaran pengeluaran per wisatawan mancanegara/ kunjungan pada tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar US$ Hal tersebut dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut: 1) Jumlah wisatawan mancanegara yang meningkat dibandingkan dengan tahun lalu. Pada tahun 2013 PERBANDINGAN KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA 14 TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN Sumber data: BPS, ) Banyak dibukanya destinasi wisata baru melalui penataan destinasi yang sudah ada, yaitu melalui DMO dan Penataan Daya Tarik di Destinasi Pariwisata melalui Tugas Pembantuan. d) Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/ kunjungan Rp Ribu INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara Sumber: Pusdatin, Kemparekraf 2014 Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/ kunjungan tercapai 99.5% atau tercapai sebesar Rp. 711 ribu rupiah. Faktor yang mempengaruhi tercapainya jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/ kunjungan adalah sebagai berikut: 1) Harga yang kompetitif, baik harga hotel, transportasi dll. Berdasarkan data WEF tahun 2012, Indonesia dinilai asih kompetitif untuk urusan harga hotel, transportasi dll sehingga daya saing kepariwisataan Indonesia pada tahun 2012 meningkat dari tahun sebelumnya.

20 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 2) Pendapatan per kapita Indonesia yang naik dari tahun sebelumnya. Berdasarkan bisniskeuangan.kompas.com, pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2013 mencapai Rp juta. Angka ini meningkat dibandingkan dengan pendapatan Indonesia per kapita tahun 2012 sebesar Rp juta. 3) Dibukanya Daya Tarik Wisata yang baru melalui tugas pembantuan, fasilitasi desa wisata dan DMO. 15 Adapun kegiatan di Ditjen PDP yang mendukung indikator tersebut adalah: Pengembangan daya tarik di destinasi pariwisata melalui Tugas Pembantuan (TP) Diversifikasi usaha melalui fasilitasi desa wisata dan penyusunan pola perjalanan Fasilitasi industri pariwisata untuk memberikan pelayanan yang prima kepada wisatawan melalui bimbingan teknis pelayanan prima dan sosialisasi standar usaha pariwisata. 2. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Investasi di Sektor Pariwisata Meningkatnya investasi di sektor pariwisata memiliki indikator kinerja sebagai berikut: a) Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional % Sumber: Dit. Perancangan dan Investasi Pariwisata, 2014; BKPM, 2014 Pada tahun 2013, kontribusi sektor pariwisata terhadap sektor pariwisata nasional tercapai sebesar 2.97% atau 64% dari target yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Target yang terdapat di Renstra merupakan data Nesparnas yang menggunakan referensi data BPS, sedangkan data realisasi yang terdapat dalam LAKIP menggunakan sumber data BKPM yang mencatat seluruh realisasi sektor pariwisata investasi langsung, seperti hotel dan restoran.

21 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 2) Dibandingkan Tahun 2012, di tahun 2013 Penanaman Modal Asing (PMA) di Bidang Pariwisata mengalami penurunan, namun PMDN mengalami kenaikan secara signifikan. 16 Investasi di Bidang Kepariwisataan TAHUN PMA (US$ Juta) PMDN (US$ Juta) TOTAL (US$ Juta) % Pertumbuhan % % % % % % *Sumber : Diolah dari Laporan Kegiatan Penanaman Modal BKPM 3) Terjadi peningkatan sejak tahun 2009, yaitu dengan rata-rata sebesar 49.96%. Puncak peningkatan tejadi pada tahun 2012 sebesar % atau US$ juta. Sedangkan tahun 2013 jumlah realisasi investasi sebesar US$ juta atau mengalami peningkatan 114% dari tahun Sumber: Dit. Perancangan, ) Daya saing kepariwisataan Indonesia yang dinilai masih kurang, terutama dalam bidang infrastruktur serta kemudahan dalam berinvestasi. 5) Kurangnya dukungan sektor lain dalam meningkatkan investasi bidang pariwisata, terutama dalam pendukungan kemudahan berusaha di bidang pariwisata melalui Tata Cara Pendaftaran Usaha Pariwisata. Adapun kegiatan di Ditjen PDP yang mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut adalah:

22 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 1. Pelaksanaan Indonesia Tourism Investment Forum Pada tanggal 20 Maret 2013, diselenggarakan kegiatan Indonesia Tourism Investment Forum (ITIF) 2013 sebagai side event dari HIW Kegiatan ini dihadiri oleh partisipan HIW 2013, dan dilakukan pemaparan sebagai berikut: 17 Indonesia Economic Development, yang disampaikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; Advantages of Investing in The Tourism Sector in Indonesia, Badan Koordinasi Penanaman Modal; Indonesia Tourism Infrastructure Development Planning dan Indonesia Tourism Special Economic Zone Implementation And Benefits, yang disampaikan oleh Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, Kemenko Perekonomian; dan Prospektus Investasi Pariwisata oleh pengembang kawasan pariwisata: Mandalika, Tanjung Lesung, Grand Kawanua, dan Teluk Mekaki. 2. Partisipasi Pada Even Investasi Pariwisata Untuk meningkatkan kapasitas investasi pariwisata didaerahdaerah di Indonesia yang berdaya saing, serta menarik minat investor, baik PMA maupun PMDN pada tahun 2013 telah dilaksanakan kegiatan Partisipasi Pada Even Investasi Pariwisata, dengan sasaran : Meningkatkan minat investasi pariwisata bagi investor dalam dan luar negeri. Menumbuhkan minat pemerintah daerah untuk melakukan promosi investasi pariwisata.

23 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Meningkatkan jumlah penanaman modal ke Indonesia. 18 Beberapa even investasi yang telah diikuti antara lain : A. The 2nd Annual Hospitality Investment World (HIW) Indonesia 2013, Maret 2013 di Hotel Pullman Central Park Kemenparekraf bekerjasama dengan Terrapin dari Singapura, melaksanakan kegiatan promosi investasi di bidang hospitality yang dihadiri oleh pemilik hotel lokal dan CEO/top management chain hotel internasional, operator dan service providers hotel dan bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat dan terkini kepada para partisipan yang bergerak di bidang hospitality dan perbankan untuk rencana pengembangan bisnis/investasi bidang pariwisata di Indonesia Pada kegiatan ini, Wakil Menteri Parekraf menyampaikan Keynote Speech mengenai The Indonesian National Tourism Masterplan Identifying The Strategic Areas and Tourism Investment Opportunities Selama berlangsungnya pelaksanaan HIW Indonesia 2013, dilakukan: 1) Indonesia Tourism Investment Forum (ITIF) 2) One on one meetings dengan para CEO perusahaan di bidang hospitality dan perbankan untuk menyampaikan dan menawarkan secara langsung peluang investasi kawasan pariwisata di Indonesia. 3) Exhibition, bekerjasama dengan para pengembang kawasan pariwisata di Indonesia, untuk menawarkan peluang

24 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA investasi pada kawasan yang dimiliki oleh masing-masing pengembang 19 B. The 1st Annual Indonesia Hospitality and Tourism Investment Conference (IHT) 2013, 7 8 Mei 2013 di Hotel The Ritz-Carlton Pacific Place Jakarta Kementerian Parekraf bersama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bekerjasama dengan HVS Hospitality Services melaksanakan kegiatan investasi di bidang hospitality and tourism yang dihadiri oleh top manajemen jaringan hotel internasional, para investor, pengembang/pemilik properti, dan kalangan perbankan; dan bertujuan untuk membahas hal-hal penting seperti: sumber pembiayaan dari dalam dan luar negeri untuk investasi dan pengembangan bisnis, cara-cara pemilik hotel dan pengembang untuk mengoptimalkan keuntungan dan pengembalian investasi, serta melihat pengembangan pasar yang sedang terjadi. Pada kegiatan ini, Menteri Parekraf menyampaikan Keynote Speech mengenai The Indonesian National Tourism Masterplan Leading Initiatives for the Nation's Tourism and Creative Economy, dan menerima penganugerahan The Tourism Excellence Award dari HVS Hospitality Services. Selama berlangsungnya pelaksanaan IHT 2013, dilakukan: 1) One on one meetings dengan para CEO perusahaan di bidang hospitality and tourism untuk menyampaikan dan menawarkan secara langsung peluang investasi kawasan pariwisata di Indonesia. 2) Pertemuan bisnis dengan perusahaan dari Singapore Hospitality Sector 3) Exhibition, bekerjasama dengan para pengembang kawasan pariwisata di Indonesia, untuk menawarkan peluang investasi pada kawasan yang dimiliki oleh masing-masing pengembang.

25 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA C. The 3rd Edition Annual Investment Meeting (AIM) 2013, 30 April 2 Mei 2013 di Dubai International Exhibition and Convention Center 20 AIM 2013 merupakan kegiatan investasi yang mencakup konferensi, presentasi negara, networking serta pameran, yang diikuti dan dihadiri oleh beberapa negara di dunia yang bertujuan untuk menawarkan potensi investasi mereka. Selama berlangsungnya pelaksanaan AIM 2013, dilakukan : 1) One on one meetings dengan para CEO perusahaan di bidang hospitality, transportation dan real estate untuk menyampaikan dan menawarkan peluang investasi pariwisata di Indonesia. 2) Exhibition, bekerjasama dengan BKPM, BKPMD serta Pemda untuk menawarkan peluang investasi yang dimiliki D. Asia Pacific Tourism Destination Investment Conference (APTDI), Oktober 2013, di Suntec Singapore Convention and Exhibition Centre APTDI merupakan konferensi yang membahas mengenai isu serta tantangan di bidang investasi dan pengembangan kawasan pariwisata dan dihadiri oleh para CEO dari perusahaan real estate, pengembang theme park, pengembang kawasan serta international chain hotel. Selama berlangsungnya pelaksanaan APTDI 2013, dilakukan : 1. Ibu Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menjadi panelist pada keynote panel : Effective Governance Models for Lasting Local Partnerships. 2. Bapak Henky Manurung, Kasubdit Investasi Pariwisata, menjadi panelis pada keynote panel : Leveraging Tourism Sector Growth to Achieve National Economic Development Goals 3. Exhibition, bekerjasama dengan para pengembang Kawasan Pariwisata untuk menawarkan peluang investasi yang dimiliki

26 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Selain itu, untuk mendukung promosi investasi pariwisata, dilaksanakan fasilitasi berupa business meeting dengan investor ataupun daerah yang potensial untuk dipromosikan investasinya serta kegiatan Promosi Investasi Pariwisata Melalui Media Fasilitasi Pertemuan Bisnis dengan Investor/Calon Investor a. Pertemuan Bisnis dengan Investor dilakukan di Hotel Adlon Kempinski, Berlin, Jerman, pada tanggal 4 Maret 2013, dengan agenda : Penandatanganan joint venture pembangunan 20 hotel di Indonesia antara Panorama Group (Indonesia) dengan Carlson Rezidor Hotel Group (USA) yang disaksikan langsung oleh Menteri Parekraf dan Kepala BKPM, serta Penyampaian secara langsung memo rencana pengembangan 100 hotel ACCOR Group di Indonesia sampai dengan tahun 2015 dari CEO ACCOR Group, Perancis kepada Presiden RI. b. Brunch Business Meeting pada tanggal 23 Oktober 2013, di Pan Pacific Hotel Singapura Pertemuan bisnis ini dipimpin langsung Ibu Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan dihadiri oleh 5 (lima) kelompok investor, yaitu investor di bidang pengembang property, seperti The Far East Singapore, salah satu pengembang property terbesar di Singapura; investor di bidang transportasi, seperti Star Cruise; investor di bidang hotel dan resort, seperti Banyan Tree dan chained international hotels, The Intercontinental Hotels Group; asosiasi bisnis, yaitu Business Indonesia-Singapore Association dan International Enterprises Singapura; dan networking investasi lainnya yang terdiri dari investor dari berbagai bidang yang tertarik untuk berinvestasi dalam bidang pariwisata di Indonesia.

27 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 2. Promosi Investasi Melalui Media Dalam upaya meningkatkan awareness pengusaha, pengembang/calon investor di sektor kepariwisataan, baik di dalam maupun luar negeri, terhadap peluang berinvestasi di Indonesia, perlu dilakukan beberapa hal yang salah satunya dengan melakukan penyebaran informasi mengenai potensi kawasan pariwisata atau daerah yang memiliki potensi investasi. Sehubungan dengan hal tersebut, pada tahun 2013 akan dilaksanakan kegiatan Promosi Investasi Pariwisata Melalui Media, dengan sasaran : Meningkatkan nilai realisasi investasi pariwisata baik dari PMDN maupun PMA. Meningkatkan nilai jual potensi daerah-daerah investasi pariwisata di Indonesia. Tahun 2013, telah dilakukan pencetakan materi promosi investasi pariwisata dalam bentuk booklet Indonesia Tourism Investment Prospectus, dan brosur yang berisi proposal investasi pariwisata di daerah : Bugam Raya, Wakatobi, dan Toba Samosir. Materi cetak ini telah dipergunakan dalam berbagai kegiatan / even investasi pariwisata, baik di dalam maupun luar negeri, seperti Marketing Investasi Indonesia (MII) 2013 di Beijing yang diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Indonesia Tourism Investment Forum (ITIF) 2013, dan Hospitality Investment World (HIW) 2013 di Jakarta. Selanjutnya, dilakukan penyebaran informasi mengenai potensi investasi pariwisata di Indonesia melalui pemberitaan pada media cetak, penyebaran buku dan brosur Indonesia Tourism Investment Prospectus dalam berbagai kegiatan / even-even investasi pariwisata, baik di dalam maupun luar negeri, serta pembuatan website dengan alamat 22

28 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3. Penyusunan Proposal Investasi Pariwisata Salah satu upaya untuk menarik minat investor adalah dengan menyusun proposal investasi yang berisikan konsep dan perencanaan bisnis yang terstruktur dengan baik dengan memaksimalkan potensi daya tarik wisata yang tersedia, aspek Geografis dan Demografis, Gambaran lahan dan aspek lainnya yang perlu disampaikan kepada para potensial investor untuk meyakinkan kelayakan berinvestasi di daerah tersebut. 23 Selama Tahun 2013 telah dilakukan penyusunan proposal investasi pariwisata melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dan kunjungan lapangan di daerahdaerah: a) Kawasan Pusuk Buhit, Aek Natonang dan Lagundi, Kab. Samosir pada tanggal Mei b) Kawasan Medana, Kab. Lombok Utara pada tanggal 31 Juli 2 Agustus c) Kawasan Bono, Kab. Pelalawan pada tanggal September d) Kab. Kepulauan Anambas pada tanggal, November e) Kawasan Segitigam Man, Kab Maluku Tenggara Barat pada tanggal November b) Jumlah Fasilitasi Perancangan Destinasi Untuk Investasi Pariwisata lokasi INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi pariwisata Sumber: Dit. Perancangan dan Investasi Pariwisata Pada tahun 2013, kegiatan fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi pariwisata tercapai sebesar 166.7% dari target yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Fasilitasi ini dilaksanakan melalui kegiatan Penyusunan Proposal Investasi Parwisata yang merupakan salah satu upaya untuk menarik minat investor yang berisikan konsep dan perencanaan

29 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA bisnis yang terstruktur dengan baik dengan memaksimalkan potensi daya tarik wisata yang tersedia, aspek Geografis dan Demografis, Gambaran lahan dan aspek lainnya yang perlu disampaikan kepada para potensial investor untuk meyakinkan kelayakan berinvestasi di daerah tersebut. 2) Penyusunan dilakukan untuk 5 lokasi antara lain Kabupaten Samosir, Kabupaten Pelalawan, Kawasan Medana Bay - Lombok, Kepulauan Anambas, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. 3) Kawasan-kawasan tersebut dirasa sudah siap dalam mendukung pengembangan investasi parwisata dan memerlukan dukungan perancangan investasi untuk menarik minat investor. 4) Adanya potensi kawasan untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata dan menarik jumlah wisatawan. 5) Adanya efisiensi penggunaan anggaran sehingga dapat menambah jumlah kawasan yang difasilitasi untuk perancangan investasi pariwisata. 24 c) Rasio Jumlah Kamar Hotel Per 100 Penduduk Rasio jumlah kamar hotel per 100 penduduk merupakan salah satu indikator yang dikeluarkan oleh WEF melalui Tourism Travel Competitiveness Index (TTCI). Pada tahun 2013, WEF tidak mengeluarkan TTCI sehingga penilaian terhadap rasio jumlah kamar tidak dapat dilakukan. Sebagai gambaran, pada tahun 2012, nilai rasio jumlah kamar hotel per 100 penduduk adalah sebesar 0.2 atau naik dari tahun sebelunya 0.1. Kenaikan dari sisi nilai ini merupakan gambaran meningkatnya perkembangan industri pariwisata khususnya bidang hotel. Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi juga telah melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan nilai rasio jumlah kamar per 100 penduduk tersebut melalui berbagai kegiatan, antara lain melalui kegiatan Advokasi/ Pendampingan TDUP dimana pengusaha didorong untuk melakukan usaha di bidang pariwisata melalui kemudahankemudahan yang Pemerintah Indonesia telah sediakan.

30 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3. Sasaran Strategis 3: Meningkatnya Kontribusi Kepariwisataan Terhadap Kualitas Dan Kuantitas Tenaga Kerja Nasional 25 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional memiliki indikator sebagai berikut: a) Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata juta orang INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata Sumber: Pusdatin, Kemparekraf, 2014 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata mengalami kenaikan dan melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar juta orang atau tercapai sebesar 121.3%. pencapaian ini dikarenakan hal-hal sebagai berikut: 1) Meningkatnya investasi di bidang pariwisata terutama dari sisi penanaman modal dalam negeri, membuka banyak peluang usaha baru. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah industri pariwisata yang mengalami pertumbuhan signifikan seperti terlihat dalam grafik: TREN KENAIKAN USAHA PARIWISATA BIDANG AKOMODASI TAHUN HOTEL BERBINTANG AKOMODASI LAINNYA Total Sumber: Bps, ) Dengan diterapkannya Peraturan Menteri Parekraf tentang Standar Usaha Pariwisata memberi dampak pada jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung maupun ikutan sektor pariwisata yang

31 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA diserap oleh industri pariwisata untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan. 3) Meningkatnya jumlah usaha pariwisata, terlebih lagi dengan telah ditetapkannya 13 usaha pariwisata melalui UU no. 10 tentang kepariwisataan, akan berdampak kepada jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung maupun ikutan sektor pariwisata. 26 Kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata untuk mendukung indikator kinerja utama adalah sebagai berikut: Penyusunan Peraturan Menteri tentang Standar Usaha Pariwisata dimana setiap usaha pariwisata wajib untuk menerapkan standar minimal dalam beroperasi Advokasi/ pendampingan Tanda Daftar Usaha Pariwisata untuk memberikan pendampingan sekaligus sosialisasi bagi pengusaha yang ingin berusaha di bidang pariwisata Fasilitasi Pengembangan Wisata Special Even dalam rangka memberikan pengetahuan kepada masyarakat yang tertarik untuk mengembangkan wisata minat khusus, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata. b) Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional % Sumber: Pusdatin, Kemparekraf, 2014 Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional adalah sebesar 8.89 atau terealisasi sebesar 125.4% dari target yang telah ditetapkan. Faktor yang mempengaruhi pencapaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Kemudahan berusaha yang diberikan oleh Pemerintah dalam berusaha di bidang pariwisata secara tidak langsung berimbas

32 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA pada meluasnya lapangan usaha dan jumlah tenaga kerja di bidang pariwisata. 2) Pelatihan/ bimbingan teknis di bidang pariwisata, seperti pengelolaan daya tarik wisata buatan, alam dan budaya 3) Semakin banyaknya lapangan kerja di bidang pariwisata yang analog dengan meningkatnya jumlah industri pariwisata. 27 Adapun kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung pencapaian indikator tersebut adalah sebagai berikut: Workshop Pengembangan Incentive Travel di Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas, baik biro perjalanan wisata sendiri maupun tenaga kerja di dalamnya. Advokasi Tata Cara Pendaftaran usaha Pariwisata untuk memberikan pendampingan bagi masyarakat yang akan berusaha di bidang pariwisata Bimbingan teknis pengelolaan daya tarik wisata buatan, alam dan budaya c) Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata Rp juta/ TK/ Tahun INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata Sumber: Pusdatin, Kemparekraf, 2014 Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata tercapai 253.3% atau sebesar Rp 34.3 juta pertahun. Produktivitas tenaga kerja secara umum dapat diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang dan jasa. Meningkatnya produktivitas pariwisata pada tahun 2013 disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1) Meningkatnya kemampuan SDM di bidang pariwisata, dimana Kementerian Pariwisata telah menyusun Sertifikasi Kompetensi Bidang Pariwisata. adapun hingga tahun 2013, Kementerian Pariwisata telah melakukan sertifikasi kepada tenaga kerja di bidang pariwisata sebagai berikut:

33 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA JUMLAH TENAGA KERJA YANG DISERTIFIKASI SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 No. PROVINSI JUMLAH YANG DISERTIFIKASI S.D DKI JAKARTA ,845 1,960 1,010 7,527 2 BALI ,040 2,060 1,000 5,910 3 JAWA BARAT ,090 1, ,530 4 JAWA TENGAH , ,300 5 JAWA TIMUR ,450 1, ,685 6 SUMUT , ,205 7 KEP. RIAU ,284 8 SULSEL , ,944 9 DI YOGYAKARTA ,260 1, , KALTIM , BANTEN RIAU , SUMSEL , SUMBAR , KALSEL SULUT , NTB , BABEL JAMBI KALBAR MALUKU MALUKU UTARA NTT , LAMPUNG PAPUA PAPUA BARAT BENGKULU KALTENG SULTRA GORONTALO SULBAR ACEH SULTENG JUMLAH ,000 5,000 15,515 21,500 11,500 58,627 Sumber: Kementerian Parekraf, No. PROVINSI JUMLAH YANG DISERTIFIKASI S.D Hotel & Restoran ,420 3,100 9,400 9,590 4,870 31,492 2 SPA ,975 3,660 1,850 9,865 3 BPW ,000 1, ,870 4 KEP. Wisata ,170 2,000 1,220 4,640 5 Tour Leader Jasa Boga , ,440 7 MICE ,810 8 KEP. Ekowisata ,140 9 KEP. Arung Jeram KEP. Wisata Selam , KEP. Museum ,000 5,000 15,515 21,500 11,500 58,627 Sumber: Kementerian Parekraf, ) Motivasi tenaga kerja untuk terus menjadi lebih baik dalam bekerja. Hal tersebut dilakukan melalui bimbingan teknis dan workshop di bidang pengembangan destinasi pariwisata. 3) Disusunnya Permen tentang Standar usaha Pariwisata, dimana setiap usaha pariwisata dituntut untuk memenuhi standar minimum dalam mengoperasikan usahanya. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung menuntut tenaga kerja untuk lebih produktif dan memenuhi standar-standar pelayanan dalam bekerja.

34 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Kegiatan-kegiatan Ditjen PDP yang mendukung pencapaian indikator tersebut antara lain: 29 Bimbingan teknis pelayanan prima dalam rangka memberikan motivasi kepada tenaga kerja untuk memberikan pelayanan yang optimal di pintu gerbang utama bandara-bandara di Indonesia. Bimbingan teknis pengelolaan daya tarik wisata Alam, Budaya dan Buatan dalam rangka memberikan pengetahuan kepada pengelola daya tarik dalam mengoperasikan usahanya. Workshop Pengembangan Incentive Travel di Indonesia dalam rangka memberikan pengetahuan serta pengembangan usaha di bidang incentive travel. Bimtek Pengembangan Wisata MICE dalam rangka memberikan pengetahuan dan peningkatan kemampuan di wisata MICE. Pengenalan Produk Insentif Travel bagi Destination Management Company (DMC) dalam rangka pengembangan dan pengenalan produk insentif travel kepada pengusaha/ masyarakat yang ingin berusaha di bidang tersebut. 4. Sasaran Strategis 4: Meningkatnya Citra Kepariwisataan Indonesia Sasaran strategis meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia memiliki indikator sebagai berikut: a) Daya saing kepariwisataan Indonesia INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Daya saing kepariwisataan Indonesia 4.08 n/a n/a nilai Sumber: Pusdatin, Kemparekraf, 2014 Penilaian daya saing kepariwisataan Indonesia dilakukan oleh WEF melalui Tourism & Travel Competitiveness Index yang dikeluarkan tiap 2 (dua) tahun. Pada tahun 2013, WEF tidak melakukan penilaian sehingga nilai daya saing kepariwisataan Indonesia belum diketahui. Sedangkan data WEF tahun 2012 menunjukkan bahwa nilai daya saing kepariwisataan Indonesia naik sebesar 4.03 dari tahun 2010 sebesar Melihat peningkatan daya saing kepariwisataan Indonesia yang terus meningkat menunjukkan indikasi bahwa pembangunan kepariwisataan Indonesia mengarah ke hasil yang lebih baik.

35 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Faktor yang mempengaruhi daya saing kepariwisataan Indonesia, antara lain persaingan harga, banyaknya daya tarik wisata, kemudahan berinvestasi termasuk regulasi, kondisi infrastruktur, dll. Program dan kegiatan yang telah dilakukan oleh Ditjen PDP untuk meningkatkan nilai daya saing keparwisataan Indonesia adalah sebagai berikut: Diversifikasi daya tarik wisata melalui penyusunan pola perjalanan wisata Fasilitasi pengembangan desa wisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui pariwisata serta penciptaan daya tarik wisata baru Advokasi Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) dalam rangka kemudahan regulasi dalam berinvestasi di bidang pariwisata Fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi pariwisata sebanyak 5 (lima) lokasi 30 b) Rekomendasi memperpanjang nilai bisnis INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Rekomendasi memperpanjang nilai 5.22 n/a n/a bisnis Sumber: Pusdatin, Kemparekraf, 2014 nilai Rekomendasi memperpanjang nilai bisnis merupakan salah satu pilar yang penilaiannya dilakukan oleh WEF melalui TTIC. Pada tahun ini WEF tidak mengeluarkan TTIC sehingga penilaian terhadap rekomendasi nilai bisnis belum dapat dilakukan. Sebagai gambaran, nila rekomendasi memperpanjang nilai bisnis pada tahun 2012 adalah 5.1. Berbagai upaya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata untuk terus meningkatkan nilai rekomendasi memperpanjang nilai bisnis melalui berbagai program dan kegiatan sehingga akan berdampak baik pada meningkatnya lama tinggal wisatawan. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh Ditjen PDP untuk meningkatkan nilai rekomendasi memperpanjang nilai bisnis adalah sebagai berikut:

36 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Melakukan pelatihan sadar wisata dengan maksud menumbuhkan kesadaran masyarakat akan kualitas destinasi pariwisata di Indonesia Fasilitasi penyusunan pola perjalanan wisata dimana salah satu pesertanya adalah biro perjalanan wisata. Diharapkan, selain dapat menambah keragaman destinasi wisata, biro perjalanan tersebut dapat merekomendasikan destinasi-destinasi lain kepasa wisatawan sehingga lama tinggal wisatawan semakin panjang. 31 c) Perilaku Masyarakat terhadap Wisatawan Asing INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Perilaku masyarakat terhadap 6.02 n/a n/a wisatawan asing Sumber: TTCI, WEF, 2013 nilai Perilaku masyarakat terhadap wisatawan asing menentukan sejauh mana pembangunan kepariwisataan di suatu daerah dapat dikembangkan. Sejalan dengan hal tersebut, keberhasilan pembangunan kepariwisataan seharusnya turut menopang kehidupan masyarakat sekitar. Bukan hanya secara ekonomi, namun juga mampu melestarikan kebudayaan yang dimiliki. Penilaian perilaku masyarakat terhadap wisatawan asing dilakukan oleh WEF melalui TTCI. Pada tahun 2012, nilai perilaku masyarakat terhadap wisatawan asing berdasarkan penilaian WEF adalah 5.8. Dikarenakan pada tahun 2013 tidak dilakukan penilaian oleh WEF maka nilai perilaku masyarakat terhadap wisatawan asing juga tidak tersedia. Namun, berbagai kegiatan telah dilakukan oleh Ditjen PDP untuk meningkatkan nilai tersebut, antara lain gerakan Nasional Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona dalam rangka memberikan kesadaran masyarakat untuk bersikap supportif terhadap kegiatan kepariwisataan tanpa mengabaikan nilai-nilai lokal. d) Jumlah Lokasi KSPN yang Difasilitasi untuk Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Destinasi (DMO)

37 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA lokasi INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah lokasi KSPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (DMO) Sumber: Dit. PDIP, Kemparekraf Pada tahun 2013, Lokasi KSPN yang Difasilitasi untuk Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Destinasi (DMO) tercapai sebesar 100% sesuai target yang telah ditetapkan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) KSPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (DMO) telah dilaksanakan di 15 lokasi, mencapai target 100% dari yang telah ditetapkan melalui kegiatan Asistensi Tata Kelola Destinasi (Destination Management Organization/DMO). Kelima belas lokasi/cluster tersebut antara lain Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), Bromo-Tengger- Semeru (Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Batur (Bali), Rinjani (NTB), Komodo-Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja (Sulsel), Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sultra), dan Raja Ampat (Papua). 2) DMO merupakan tata kelola destinasi pariwisata yang terstruktur dan sinergis yang mencakup fungsi koordinasi, perencanaan, implementasi dan pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi yang terpimpin secara terpadu dengan peran serta masyarakat, pelaku/asosiasi, industry, akademisi dan pemerintah yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama. 3) Tahun 2013, sebagian besar dari 15 DMO sudah berada dalam tahap pengembangan manajemen destinasi dan sebagian sudah ada yang memasuki tahap penguatan dan penataan organisasi pengelolaan destinasi atau memasuki tahap transformasi DMO keempat. 5. Sasaran Strategis 5: Meningkatnya keragaman Destinasi Pariwisata Meningkatnya keragaman destinasi pariwisata memiliki indikator sebagai berikut: a) Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata.

38 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA lokasi INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata Sumber: Dit. PDTW, Kemparekraf Dalam rangka meningkatkan keragaman destinasi pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata mengembangkan 29 lokasi daya tarik di DPN untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata. adapun pengembangan lokasi daya tarik tersebut melalui kegiatan-kegiatan Tugas Pembantuan (TP) kepada Kabupaten/ Kota. Adapun rincian TP dapat dilihat pada lampiran. b) Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata Sumber: Dit. Pemberdayaan Masyarakat, Kemparekraf 2014 desa Tujuan PNPM Mandiri Bidang Pariwisata adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat terutama masyarakat miskin melalui pengembangan desa wisata. Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata memfasilitasi 980 desa untuk dikembangkan sebagai desa wisata atau terpenuhi 100% dari target. c) Jumlah Pola Perjalanan yang Dikembangkan lokasi INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan Sumber: Dit. Industri Pariwisata, Kemparekraf 2014

39 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Tujuan program penyusunan pola perjalanan wisata adalah untuk memudahkan dan membantu pelaku pariwisata dalam menyusun dan menjual paket-paket wisata sesuai dengan kebutuhan pasar, mengangkat obyek-obyek baru yang belum banyak dikenal supaya bisa lebih dikenal masyarakat dan diikutsertakan dalam penyusunan paket-paket wisata inbound, membuat pola-pola perjalanan baru sebagai dasar atau pedoman dalam penyusunan paket wisata inbound, memperbaiki paket-paket wisata yang sudah ada dengan menambahkan obyek-obyek wisata baru yang belum pernah diangkat sebelumnya. Pada tahun 2013, Ditjen PDP mengembangkan 16 pola perjalanan atau hanya tercapai 80% dari target yang ditetapkan yaitu 20 pola perjalanan. 34 Tidak terealisasinya target penyusunan pola perjalanan disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: 1) DIPA kegiatan review penyusunan travel pattern mengalami hambatan sehingga daerah Banten, Jambi, Maluku Utara dan Papua tidak dapat melaksanakan kegiatan. 2) Kurangnya sosialisasi dari Kantor Pelayanan Perbendahaan Negara (KPPN) daerah terhadap perubahan Mata Anggaran pada kegiatan tertentu sehingga pada saat akan mencairkan anggaran mengalami hambatan bahkan tidak bisa dicairkan. 3) Kurangnya kemampuan SDM daerah dalam mengelola kegiatan dan anggaran dekonsentrasi. 6. Sasaran Strategis 6: Meningkatnya Keragaman Produk Wisata Minat Khusus dan Zona Kreatif di Indonesia Indikator meningkatnya keragaman produk wisata minat khusus dan zona kreatif adalah sebagai berikut: a) Jumlah produk wisata minat khusus yang dikembangkan lokasi INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah produk wisata minat khusus yang dikembangkan Sumber: Dit. Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Even, Kemparekraf 2013 Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata mengembangkan produk wisata minat khusus yang difokuskan di 10 (sepuluh) lokasi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional berdasarkan flagship thematic. Hal tersebut mencapai target 100% dari yang ditetapkan. Adapun lokasi pengembangan

40 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA produk wisata minat khusus dimaksud yaitu Toba, Kintamani-Danau Batur, Rinjani, Pulau Komodo, Bunaken, Wakatobi, Raja Ampat, Kuta- Sanur-Nusa Dua, Ende-Kelimutu, dan Jakarta. 35 Target lokasi pengembangan produk wisata minat khusus tersebut dicapai melalui kegiatan, sebagai berikut : 1) Pengembangan Inovasi Wisata Minat Khusus Geowisata melalui Jaringan Geopark Nasional dan Global; 2) Penyelenggaraan Kegiatan Sail Komodo 2013; 3) Penyelenggaraan Program Indonesia World Underwater Photo Contest 2013; 4) Persiapan Kegiatan Jelajah Indonesia ; 5) Kegiatan Penetapan Rangking/Pemeringkatan dan Klasifikasi Destinasi Wisata MICE. b) Jumlah aktivasi kota kreatif INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah aktifasi kota kreatif Sumber: Dit. PDIP, Kemparekraf 2014 kota Tahun 2013, Aktivasi kota kreatif sebagai destinasi pariwisata telah dilaksanakan di 7 kota, melebihi target hingga 140% dari yang telah ditetapkan, dikarenakan : Kegiatan ini melanjutkan kegiatan tahun 2012 sebelumnya dimana Direktorat PDIP memfasilitasi 4 (empat) kota kreatif Indonesia ke UNESCO yaitu : Pekalongan ( Thema Craft and Folk Art ), Bandung ( Thema Desain ), Yogyakarta ( Thema Craft and Folk Art ) dan Solo ( Thema Desain ) dan hingga saat ini masih dalam proses penyempurnaan Dossier dan masih berkoordinasi dengan Pemda setempat. Pada Tahun 2013, ditambahkan 3 (tiga) kota yang diajukan ke UNESCO, antara lain Bukittinggi (Sumbar), Malang (Jatim), Denpasar (Bali). Kota Bukittingi memilih tema Craft and Folk Art, Kota Malang memilih tema Gastronomi, sementara Kota Denpasar memilih tema Craft and Folk Art. Sehingga selama tahun 2013 total terdapat 7 kota yang difasilitasi melalui koordinasi dan pertemuan-pertemuan dalam menyusun dossier cities creative network (CCN) untuk diajukan ke UNESCO

41 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 7. Sasaran Strategis 7: Meningkatnya Kualitas Perencanaan, Pemantauan, dan Evaluasi Program INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Pencapaian target indikator program dan kegiatan Sumber: Setditjen PDP, Kemparekraf 2014 % 36 Target realisasi perencanaan, pemantauan dan evaluasi pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi tercapai 106.9% atau 111.4% dari target yang ditetapkan. Pencapaian tersebut dikarenakan halhal sebagai berikut: a) Kesesuaian antara Penetapan Kinerja dengan pelaksanaan kegiatan b) Koordinasi yang baik antara Ditjen PDP dengan lembaga-lembaga pariwisata terkait. Adapun pencapaian target indikator program dan kegiatan masing-masing Direktorat di lingkungan Ditjen PDP adalah sebagai berikut: PENCAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN UNIT ESELON II DI DIREKTORAT JENDERAL PDP NO DIREKTORAT CAPAIAN KINERJA 1 SEKDITJEN PDP DIREKTORAT INDUSTRI PARIWISATA DIREKTORAT PDTW DIREKTORAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIREKTORAT MINAT KHUSUS DIREKTORAT PERANCANGAN DESTINASI DAN INVESTASI PARIWISATA RATA- RATA CAPAIAN KINERJA Sumber: Sekditjen PDP, Sasaran Strategis 8: Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Indikator kinerja peningkatan kualitas pengelolaan keuangan Ditjen PDP adalah sebagai berikut:

42 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA a) Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP naskah INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP Sumber: Setditjen PDP, Kemparekraf Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP pada tahun 2013 adalah sebesar 79%. Dari target, maka kinerja Ditjen PDP dari sisi anggaran adalah sebesar 84.9%. Faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target adalah sebagai berikut: Adanya efisiensi anggaran Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan perencanaan Adanya sisa kontrak Adanya dana transito yang tidak bisa dicairkan sehingga berpengaruh terhadap penyerapan anggaran. b) Pelimpahan barang milik negara ke daerah Pelimpahan barang milik negara ke daerah pada tahun 2013 merupakan realisasi pelimpahan barang milik negara ke daerah pada tahun sebelumnya, yaitu tahun Sedangkan asset daerah pada tahun 2013 belum diserahterimakan dikarenakan masih dalam proses pembangunan fisik maupun tahap administrasi. a. Pelimpahan barang milik negara ke daerah tahun 2013: Pelimpahan barang milik negara ke daerah tahun 2013: INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Pelimpahan barang milik negara ke daerah Sumber: Setditjen PDP, Kemparekraf 2014 % Dari 54 aset daerah dalam kegiatan Tugas Pembantuan (TP), pada tahun 2013 sudah diserahkan ke negara 100%.

43 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 9. Sasaran Strategis 9: Meningkatnya Kualitas Organisasi Ditjen PDP Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen PDP memiliki indikator keberhasilan sebagai berikut: a) Jumlah norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) yang dihasilkan Ditjen PDP 38 Realisasi Jumlah norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) yang dihasilkan Ditjen PDP dapat dilihat pada tabel berikut: naskah INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) yang dihasilkan Ditjen PDP Sumber: Setditjen PDP, Kemparekraf 2014 Pada tabel diatas terlihat bahwa NSPK yang dihasilkan pada tahun 2013 tidak memenuhi target yang diinginkan atau hanya tercapai 54.5%. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan kajian/ telaahan terkait naskah akademik. b) Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan oleh Ditjen PDP naskah INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan oleh Ditjen PDP Sumber: Setditjen PDP, Kemparekraf 2014 Pada Tahun 2013, jumlah POS yang dihasilkan oleh Ditjen PDP adalah 62 naskah atau terealisasi sebanyak 206.7%. Realisasi dapat melebihi target yang diharapkan dikarenakan oleh factor sebagai berikut: Ada SOP yang perlu dikembangkan Beberapa pekerjaan perlu dibuatkan SOP untuk kelancaran pelaksanaan

44 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 10. Sasaran Strategis 10: Meningkatnya Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Ditjen PDP 39 orang INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Jumlah SDM Ditjen PDP yang difasilitasi untuk peningatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait pengembangan destinasi pariwisata Sumber: Setditjen PDP, Kemparekraf 2014 Dalam rangka meningkatan kualitas SDM/ pegawai di lingkungan Ditjen PDP, maka Ditjen PDP melakukan fasilitasi atau mengikutsertakan para pegawai dalam bimtek dan pelatihan-pelatihan terkait. Pada tahun 2013, jumlah SDM yang difasilitasi untuk peningkatan kemampuan kerja tercapai 245% atau sebanyak 235 orang. Adapun pelatihan-pelatihan yang diikuti adalah sebagai berikut: DAFTAR PELATIHAN YANG DIIKUTI OLEH PEGAWAI DI DITJEN PDP NO PELATIHAN JUMLAH PESERTA 1 PELATIHAN TEAM BUILDING 116 ORANG 2 PELATIHAN PRAPURNABAKTI 15 ORANG 3 PELATIHAN EFFECTIVE LEADERSHIP 27 ORANG 4 PELATIHAN EFFECTIVE BUSINESS 27 ORANG 5 BIMTEK DISIPLIN PEGAWAI 25 ORANG 6 BIMTEK KODE ETIK PEGAWAI 25 ORANG Sumber: Setditjen PDP, 2013

45 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN Pariwisata diakui memiliki begitu banyak potensi dan sumbangsih yang dapat diberikan kepada negara ini. Berdasarkan perolehan PDP, sumbangan devisa dari segi pariwisata terus naik dan pada tahun 2013, sektor pariwisata menyumbang sebesar 10.5 US$ Milliar. Adapun perkembangan kepariwisataan Indonesia dapat dilihat pada data akumulatif sebagai berikut: NO Indikator Kinerja Utama (IKU) 1 a Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara Satuan Ukur US$ Milliar Realisasi Target % Capaian b Nilai total penerimaan dari pengeluaran Rp Trilliun wisatawan nusantara c Jumlah pengeluaran per wisatawan US$ mancanegara/ kunjungan d Jumlah pengeluaran per wisatawan Rp Ribu nusantara/ kunjungan 2 a Kontribusi investasi sektor pariwisata % terhadap total investasi nasional b Jumlah fasilitasi perancangan destinasi lokasi untuk investasi pariwisata c Rasio jumlah kamar hotel per 100 penduduk % N/A 0.37 N/A a Jumlah tenaga kerja langsung, tidak juta langsung dan ikutan sektor pariwisata orang b Kontribusi sektor pariwisata terhadap % penyerapan tenaga kerja nasional c Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata Rp juta/ TK/ Tahun a Daya saing kepariwisataan Indonesia Nilai N/A 8.12 N/A b Rekomendasi memperpanjang nilai bisnis Nilai N/A 10.4 N/A c Perilaku masyarakat terhadap wisatawan Nilai N/A 12 N/A asing d Jumlah lokasi KSPN yang difasilitasi untuk Lokasi meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (DMO) 5 a Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi lokasi Pariwisata Nasional (DPN) yang b dikembangkan Jumlah desa yang menjadi difasilitasi destinasi untuk pariwisata desa dikembangkan sebagai desa wisata c Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan pola a Jumlah produk wisata minat khusus yang lokasi dikembangkan b Jumlah aktivasi kota kreatif sebagai kota destinasi pariwisata 7 Pencapaian target indikator program dan kegiatan % a Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP % b Pelimpahan barang milik negara ke daerah % a Jumlah norma, standar, prosedur, dan naskah kriteria (NSPK) yang dihasilkan Ditjen PDP b Jumlah prosedur operasi standar (POS) naskah yang dihasilkan Ditjen PDP 10 Jumlah SDM Ditjen PDP yang difasilitasi untuk orang peningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait pengembangan destinasi pariwisata

46 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Adapun perbandingan capaian kinerja tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel berikut: 41 NO 1 2 a b c d a b Indikator Kinerja Utama Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/ kunjungan Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/ kunjungan Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional Jumlah fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi pariwisata Satuan Ukur Realisasi Realisasi US$ Milliar Rp Trilliun US$ Rp Ribu % 3.97 lokasi 4 5 c Rasio jumlah kamar hotel per 100 penduduk % 0.2 n/a 3 4 a b c Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata juta orang % Rp juta/ TK/ Tahun a Daya saing kepariwisataan Indonesia Nilai 4.03 n/a b Rekomendasi memperpanjang nilai bisnis Nilai 5.1 n/a c Perilaku masyarakat terhadap wisatawan asing Nilai 5.8 n/a 5 d a Jumlah lokasi KSPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (DMO) Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata Lokasi lokasi b Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata desa c Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan pola a b Jumlah produk wisata minat khusus yang dikembangkan Jumlah aktivasi kota kreatif sebagai destinasi pariwisata lokasi 10 8 kota Pencapaian target indikator program dan kegiatan % a Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP % b Pelimpahan barang milik negara ke daerah % 0 0% 9 a Jumlah norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) yang dihasilkan Ditjen PDP naskah b Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan Ditjen PDP naskah Jumlah SDM Ditjen PDP yang difasilitasi untuk orang peningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait pengembangan destinasi pariwisata

47 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Dalam bentuk diagram, pencapaian kinerja Ditjen PDP dapat dilihat sebagai berikut: 1. SASARAN STRATEGIS I: MENINGKATNYA DEVISA DAN PENGELUARAN WISATAWAN 42 a. Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara b. Nilai total penerimaan dari pengeluaran wisatawan nusantara

48 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA c. Jumlah pengeluaran per wisatawan mancanegara/ kunjungan 43 d. Jumlah pengeluaran per wisatawan nusantara/ kunjungan

49 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA MENINGKATNYA INVESTASI DI SEKTOR PARIWISATA a. Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional 44 b. Jumlah fasilitasi perancangan destinasi untuk investasi pariwisata

50 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA c. Rasio jumlah kamar hotel per 100 penduduk Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional a. Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata

51 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA b. Kontribusi sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional 46 c. Produktivitas tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata

52 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Meningkatnya citra kepariwisataan Indonesia a. Daya saing kepariwisataan Indonesia 47 b. Rekomendasi memperpanjang nilai bisnis

53 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA c. Perilaku masyarakat terhadap wisatawan asing 48 d. Jumlah lokasi KSPN yang difasilitasi untuk meningkatkan kualitas tata kelola destinasi (DMO)

54 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Meningkatnya keragaman destinasi pariwisata a. Jumlah lokasi daya tarik di Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) yang dikembangkan menjadi destinasi pariwisata 49 b. Jumlah desa yang difasilitasi untuk dikembangkan sebagai desa wisata

55 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA c. Jumlah pola perjalanan yang dikembangkan Meningkatnya keragaman produk wisata minat khusus dan zona kreatif di Indonesia a. Jumlah produk wisata minat khusus yang dikembangkan

56 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA b. Jumlah aktivasi kota kreatif sebagai destinasi pariwisata Meningkatnya kualitas perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program: Pencapaian target indikator program dan kegiatan

57 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata 52 a. Penyerapan anggaran belanja Ditjen PDP b. Pelimpahan barang milik negara ke daerah

58 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Meningkatnya kualitas organisasi Ditjen PDP a. Jumlah norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) yang dihasilkan Ditjen PDP 53 b. Jumlah prosedur operasi standar (POS) yang dihasilkan Ditjen PDP

59 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA Meningkatnya kualitas sumber daya manusia (SDM) Ditjen PDP: Jumlah SDM Ditjen PDP yang difasilitasi untuk peningkatan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait pengembangan destinasi pariwisata 54

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013

Laporan Akuntabilitas Kinerja. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tahun 2013 Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2013 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Laporan Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman. No.559, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. Pelaksanaan. Kegiatan. Badan Promosi Pariwisata. Pedoman. PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KATA PENGANTAR Kata Pengantar Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012 dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA DANAU TOBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN

MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN MATRIKS RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PARIWISATA 040 08 PROGRAM PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA 040 08 Meningkatnya keragaman destinasi

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 LAINNYA MATRIKS BUKU I RKP PROGRAM AKSI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT Tema Prioritas - Penanggungjawab Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Bekerjasama dengan Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan,

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

non pemerintah/ swasta yang dananya bersumber dari dana publik, baik APBN/ APBD, sumbangan masyarakat, maupun dari luar negeri.

non pemerintah/ swasta yang dananya bersumber dari dana publik, baik APBN/ APBD, sumbangan masyarakat, maupun dari luar negeri. 1 I. PENGANTAR Di era globalisasi saat ini kebutuhan dan keterbukaan akan informasi merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia dalam mengembangkan wawasan serta ilmu baik secara pribadi maupun golongan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN PENUGASAN PENUGASAN WAKIL PRESIDEN KEPPRES NO. 1 TAHUN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN ABSTRAK : - bahwa untuk menjaga lancarnya pelaksanaan pemerintahan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Laporan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERJALANAN WISATA PENGENALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Kreatif Indonesia (Kememparekraf), Mari Elka Pangestu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Kreatif Indonesia (Kememparekraf), Mari Elka Pangestu dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan industri pariwisata saat ini mengalami peningkatan yang sangat pesat dan menjadikan industri ini sebagai salah satu bagian dalam memberikan sumbangsih

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), disusun berdasarkan Instruksi Presiden R.I. Nomor 7 Tahun 1999, disajikan dengan menggunakan standar penyusunan laporan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Kawasan Terpadu Trans Studio Bandung, Bandung, 30 Juni 2012 Sabtu, 30 Juni 2012

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Kawasan Terpadu Trans Studio Bandung, Bandung, 30 Juni 2012 Sabtu, 30 Juni 2012 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Kawasan Terpadu Trans Studio Bandung, Bandung, 30 Juni 2012 Sabtu, 30 Juni 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN KAWASAN TERPADU TRANS STUDIO

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian nasional maupun daerah. Seperti yang dituangkan dalam konsep Masterplan Percepatan

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah perlu dilaksanakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan Organisasi dalam pencapaian visi dan misi serta tujuan organisasi

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA Oleh: Suska dan Yuventus Effendi Calon Fungsional Peneliti Badan Kebijakan Fiskal Pertumbuhan pariwisata yang cukup menggembirakan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA BAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA 2.1 Sejarah Program Studi Vokasi Universitas Indonesia Program Vokasi Universitas Indonesia atau disingkat Vokasi UI dibentuk tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah memiliki sumber daya alam dan potensi masing-masing dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya dapat menentukan prioritas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan

Lebih terperinci

MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA

MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DI INDONESIA : STUDI KASUS 10 DAERAH TUJUAN WISATA PUSAT KAJIAN ANGGARAN BADAN KEAHLIAN DPR RI 2017 Masalah Dan Tantangan Pembangunan Pariwisata Di Indonesia

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL EKONOMI KREATIF BERBASIS SENI DAN BUDAYA 2014 LAMPIRAN

Lebih terperinci

Denpasar, Juli 2012

Denpasar, Juli 2012 Denpasar, 12-14 Juli 2012 1. Latar Belakang 2. Tujuan dan Sasaran 3. Perkembangan Kegiatan 4. Hasil Yang Diharapkan LATAR BELAKANG MP3EI antara lain menetapkan bahwa koridor ekonomi Bali Nusa Tenggara

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN BUTIR-BUTIR KONSOLIDASI PENYATUAN LANGKAH AKSELERASI PENCAPAIAN SASARAN 2016 per-bidang PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN RAPAT KERJA NASIONAL PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 2015 Jakarta, 30 OKTOBER 2015 BUTIR-BUTIR

Lebih terperinci

Kementerian Pariwisata

Kementerian Pariwisata LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA MOR KM.109/UM.001/MP/2016 TENTANG INDIKATOR DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA 1. Nama Unit Organisasi : Kementerian Pariwisata 2. Tugas : Menyelenggarakan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Nomor 5262); 4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik In

2017, No Republik Indonesia Nomor 5262); 4. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Kementerian Pariwisata (Lembaran Negara Republik In No.1303, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. ORTA. Badan Pelaksana. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA OTORITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dalam arti yang bersifat umum adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF KEMENTERIAN PARIWISATA DAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia, negara kepulauan terluas di dunia yang terbentang di sepanjang garis khatulistiwa ini sangat kaya akan daya tarik (obyek) wisata. Sumber Daya Alamnya menduduki

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 29

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata di dunia dewasa ini berkembang dengan sangat cepat dan dikatakan berada ada tingkat sekunder, artinya keberadaan pariwisata bisa di sejajarkan dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor perekonomian utama di Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata telah menyumbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan devisa Negara di Indonesia disamping minyak dan gas bumi,

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan devisa Negara di Indonesia disamping minyak dan gas bumi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor utama dalam sumber penerimaan devisa Negara di Indonesia disamping minyak dan gas bumi, kelapa sawit, batu bara, dan karet olahan.

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

Excellent Good Average Poor GOVERNANCE GOALS

Excellent Good Average Poor GOVERNANCE GOALS ( IKU ) KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TAHUN 2012 Excellent Good Average Poor GOVERNANCE GOALS PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.55/HK.001/M.PEK/2012

Lebih terperinci

13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut :

13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut : RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Jenderal Tahun 2011 adalah perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

Lebih terperinci

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rencana Kinerja Tahunan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Bandung Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PARIWISATA 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BUPATI SIAK KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR : /HK/KPTS/2016 TENTANG

BUPATI SIAK KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR : /HK/KPTS/2016 TENTANG BUPATI SIAK KEPUTUSAN BUPATI SIAK NOMOR : /HK/KPTS/2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DINAS PARIWISATA KABUPATEN SIAK BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

ARAH DAN KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAN PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH TAHUN 2014

ARAH DAN KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAN PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH TAHUN 2014 ARAH DAN KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAN PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH TAHUN 2014 Oleh : Ir. Iskandar, M.Sc Sosialisasi Rencana Umum Penanaman Modal Aceh dalam rangka Sinkronisasi

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)

BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) 2.1. Sejarah BKPM Sebelum pemberlakuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, Pemerintah kurang menyadari pentingnya koordinasi di

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat strategis dan memiliki trend kontribusi positif terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia. Menurut data BPS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu,

BAB I PENDAHULUAN. kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia. Sementara itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi pariwisata sebagai pilar penting perekonomian terus ditingkatkan di seluruh dunia dengan pertumbuhannya saat ini mencapai angka 5% atau duatiga kali lebih tinggi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah merupakan dasar untuk terselenggaranya Good Governance yang artinya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN rencana kinerja tahunan (rkt) sekretariat ditjen.perkebunan tahun 2015 1 rencana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci