FOR SALE.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FOR SALE."

Transkripsi

1 SOLD OUT READY FOR SALE

2

3 2 Pendahuluan Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan merupakan salah satu dari 6 (enam) Kebijakan Prioritas Kementerian Kehutanan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan berharap kemajuan teknologi industri kehutanan berbasis hutan tanaman di Pulau Jawa yang maju pesat dapat ditularkan ke wilayah lain. Dalam hal lain, masalah nasional dalam sektor kehutanan adalah eksploitasi hutan alam yang berlebihan. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya bencana alam, seperti tanah longsor, banjir bandang, dan kekeringan pada musim kemarau. Menurut Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (2004), laju degradasi hutan di Indonesia mencapai 1,6-2,5 juta ha/tahun. Dilihat dari segi kelestarian lingkungan, rusaknya hutan menyebabkan hilangnya fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan. Padahal sebagai penyangga kehidupan, hutan berfungsi untuk 1. daerah resapan air, 2. konservasi tanah, 3. sumber biodiversitas (keanekaragaman hayati), dan 4. pengendalian iklim. Sementara itu, dalam revitalisasi sektor kehutanan terutama industri kehutanan telah menempatkan target pencapaian peningkatan kapasitas industri perkayuan, yaitu pada 2007 dari 6,5 juta ton per tahun pulp menjadi 16 juta ton per tahun pada tahun Apabila asumsi 1 ton pulp memerlukan bahan baku kayu 4,9 m 3, kayu yang dibutuhkan adalah sebanyak 78 juta m 3 per tahun. Di sisi lain, kemampuan penanaman secara nasional per tahun berkisar antara ha sehingga masih terdapat kekurangan bahan baku hampir 50%. Pemerintah berharap agar sumber bahan baku yang berasal dari hutan tanaman rakyat menjadi nafas bagi industri perkayuan. Hutan alam tetap terjaga, hutan produksi terus dikembangkan. Hutan tanaman di masa depan akan menjadi tulang punggung bagi industri perkayuan nasional. Dengan demikian, jumlah industri kehutanan pun meningkat. Hal inilah yang menjadi salah satu dasar PT Global Agro Bisnis (I-GIST) disingkat PT GAB (I-GIST) mencetuskan dan mengembangkan program Green Property. Green Property mengembangkan hutan tanaman rakyat yang ditanami pohon jabon (Anthocephalus cadamba Miq) dengan mengacu pada 5 (lima) pilar kelayakan, yaitu 1. kelayakan ekonomi, 2. kelayakan ekologis, 3. kelayakan sosial, 4. kelayakan lingkungan, dan 5. kelayakan spiritual.

4 3 Kelayakan Ekonomi Laju Kebutuhan Kayu Tidak Sebanding dengan Ketersediaan Kayu Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi manusia, kebutuhan akan kayu terus berkembang. Sementara itu suplai kayu sendiri membutuhkan waktu dan ketersediaannya tidak sebanding dengan laju kebutuhannya. Berdasarkan data Kementrian Kehutanan menunjukkan kebutuhan kayu nasional rata-rata mencapai 43 juta m 3 per tahun. Adapun 9,1 juta dari jumlah tersebut dipasok dari hutan alam sehingga terdapat kekurangan 34 juta m 3. Kekurangan inilah yang akan dipenuhi salah satunya dari hutan tanaman rakyat (HTR). Lalu bagaimana dengan pasar kayu jabon sendiri? Hasil riset Majalah Trubus Edisi November 2011 menyimpulkan bahwa kebutuhan kayu jabon sangat besar. Dari beberapa industri yang sudah melakukan ekspansi pasar ke luar negeri menyebutkan bahwa - Jabon sebagai kayu kelas kuat V itu disukai konsumen; - Jabon diekspor untuk para pelanggan/pembeli dari Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa yang meminta 100% kayu alam; - Jabon biasanya dipakai untuk pelapis atas dan bawah karena tekstur seratnya bagus; - Jabon juga disukai pembeli dari Jepang, Korea, dan Uni Emirat Arab karena kayunya ringan, kuat, dan halus. Kebijakan Lingkungan yang Melindungi Hutan Alam Pemerintah semakin memperketat izin penggunaan hutan alam. Salah satu buktinya adalah moratorium izin kehutanan, yaitu Inpres No.6/2013 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Tujuannya adalah menjaga luasan hutan di Indonesia, bahkan diharapkan bertambah luasannya. Harga Kayu yang Cenderung Terus Meningkat ITTO adalah organisasi antar pemerintah yang mempromosikan konservasi dan pengelolaan berkelanjutan, penggunaan dan perdagangan sumber daya hutan tropis. Anggotanya mewakili sekitar 80% dari hutan tropis dunia dan 90% dari perdagangan kayu tropis global. Melalui www. itto.int dapat dilihat tren harga kayu di pasar Internasional setiap tahunnya. Berikut adalah grafik tren harga kayu yang cenderung naik setiap tahunnya.

5 4 Market Kayu Sengon (termasuk Jabon) berdasarkan rilis resmi International Tropical Timber Organizations (ITTO) Jepang, melalui dapat dilihat pada gambar di samping. Kelayakan Ekonomi Program Penanaman hektar Kelayakan ekonomi penanaman pohon jabon ha berdasarkan potensi hasil panen jabon 5-6 tahun dan 9-10 tahun jika mengacu pada biaya tanam, jumlah pohon, dan beberapa asumsi harga jual adalah sebagai berikut. Biaya Tanam Biaya tanam per hektar adalah Rp ,- Maka biaya tanam untuk ha adalah Rp , = Rp ,- Biaya tanaman untuk ha adalah Rp10 Triliun Jumlah Pohon Jumlah pohon yang ditanam setiap hektarnya adalah 700 pohon Maka jumlah pohon yang ditanam di lahan ha adalah 700 pohon = pohon Jumlah total pohon yang ditanaman di ha adalah 70 juta pohon Potensi Hasil Panen Beberapa asumsi harga jual pohon jabon adalah sebagai berikut. a. Asumsi harga jual rendah Rp ,- /m 3 b. Asumsi harga jual sedang Rp ,- / m 3 c. Asumsi harga jual tinggi Rp ,- / m 3

6 5 Dengan demikian akan diperoleh tabel ilustrasi potensi hasil panen berikut. ASUMSI HARGA JUAL BIAYA MENANAM POHON HA JUMLAH POHON ILUSTRASI POTENSI PANEN 5-6 TAHUN (Rp) (BAGI HASIL 70%) ILUSTRASI POTENSI PANEN 9-10 TAHUN (Rp) (BAGI HASIL 50%) TOTAL POTENSI PANEN (Rp) PROSENTASE KENAIKAN PER TAHUN Rendah Rp10 Triliun 70 juta 29,4 Triliun* 21 Triliun* 50,4 Triliun* 40% Sedang Rp10 Triliun 70 juta 39,2 Triliun* 28 Triliun* 67,2 Triliun* 57% Tinggi Rp10 Triliun 70 juta 49 Triliun* 35 Triliun* 84 Triliun* 74% * Harga jual ditentukan harga pasar pada saat panen, ilustrasi di atas bersifat prediksi dengan melihat harga jual pada saat ini, yaitu Rp1juta-Rp1,2 juta. Berdasarkan data pada tabel di atas diperoleh kesimpulan bahwa prosentase potensi kenaikan hasil yang diperoleh dibandingkan biaya tanam adalah 40%-74%. Hasil tersebut dapat dikatakan sudah layak secara ekonomi. 4 Faktor Menentukan Nilai Ekonomi Menanam Pohon Jabon Ada 4 (empat) faktor yang dapat menentukan nilai ekonomi menanam pohon jabon. Keempat faktor tersebut adalah sebagai berikut. 1. Faktor kubikasi; 2. Faktor harga pasar; 3. Biaya panen; 4. Produk akhir yang dijual. 1. Faktor Kubikasi Kubikasi merupakan nilai volume yang didapatkan dari hasil kayu yang ditanam. Kubikasi ditentukan oleh 2 (dua) hal/faktor utama, yaitu a. Faktor Alam, meliputi: cuaca, kondisi tanah, suhu udara, karakter hewan dan serangga di lingkungan tersebut; b. Faktor Teknis, meliputi: tata cara penanaman dan pemeliharaan. a. Faktor Alam Bagaimana pun juga alam sangat mempengaruhi pertumbuhan pohon jabon. Baik itu cuaca, kondisi tanah, suhu udara, karakter hewan dan serangga yang ada di lingkungan sekitar pohon yang ditanam. PT Global Agro Bisnis (I-GIST) telah memiliki standar dan manajemen risiko dalam menangani pengaruh faktor alam tersebut. Salah satu akibat pengaruh faktor alam, pohon jabon terkena serangan hama Pohon jabon yang terkena serangan hama sudah sehat kembali setelah dilakukan penanganan

7 6 b. Faktor Teknis Selain faktor alam, kubikasi pun dipengaruhi oleh faktor teknis yang dilakukan, misalnya tata cara penanaman dan pemeliharaan. Setiap pohon memiliki karakteristik tersendiri termasuk pohon jabon. Penanganan yang tepat dapat menghasilkan kubikasi yang diharapkan. Salah satu hal yang penting adalah mengenai pemilihan bibit. I-GIST memiliki standar dalam pengembangan bibit unggul, yaitu 1) pemilihan induk pohon terbaik, 2) pemilihan benih biji terbaik, dan 3) pemilihan hasil semai terbaik. pemilihan induk pohon terbaik pemilihan benih biji terbaik pemilihan hasil semai terbaik Manajemen Evaluasi dan Kontrol I-GIST yang Terpadu Untuk mengoptimalkan hasil dari penanaman ini, sangat diperlukan manajemen kontrol dan eavluasi yang terpadu. PT GAB (I-GIST) memiliki standar untuk mengoptimalkan hasil penanaman. Beberapa hal yang dilakukan i-gist untuk menjalankan kontrol dan evaluasi terpadu adalah sebagai berikut. a. Penggunaan sistem pemetaan dan geodesi detail setiap lahan yang ditanam; b. Rekapitulasi opname populasi pohon di setiap cluster; c. Rekapitulasi tingkat pertumbuhan pohon di setiap cluster; d. Menyediakan cluster supervisor di setiap 10 hektar lahan; e. Sistem monitoring dan pelaporan online eye grow yang merupakan bank data rekapitulasi opname kondisi penanaman. a. Sistem Pemetaan dan Geodesi di Setiap Lahan yang Ditanam I-GIST

8 7 Dalam hal penanaman I-GIST menggunakan teknologi pola tanam Legowo 1 yang dapat dilihat seperti dalam gambar berikut. Berikut adalah tahapan masa penanaman yang dilakukan oleh PT GAB (I-GIST).

9 8 b. Rekapitulasi Opname Populasi Pohon di Setiap Cluster Berikut adalah beberapa hal yang dilakukan oleh I-GIST dalam hal pemeliharaan. 1. Lahan Cianjur Setelah Penanaman 2. Lahan Cianjur Terkena Hama Ulat Gerayak 3. Proses Recovery, Tahap1: Opname & Cek Medis 4. Proses Recovery, Tahap 2: Persiapan Bibit Sulaman - dengan Bibit Besar 5. Proses Recovery, Tahap 3: Proses Pendangiran (Pengemburan Lingkaran Sekitar Pohon) 6. Proses Recovery, Tahap 4: Penyulaman & Aplikasi Pupuk Organik 7. Proses Recovery, Tahap 5: Penyemprotan Berkala Pupuk Organik Cair 8. Lahan Cianjur Setelah Recovery

10 9 c. Rekapitulasi Tingkat Pertumbuhan Pohon Di Setiap Cluster Pertumbuhan pohon setiap cluster diukur dan dipantau oleh I-GIST kemudian dibuat rekapitulasinya. d. Cluster Supervisor Di Setiap 10 Hektar Lahan I-GIST membentuk Cluster Supervisor di setiap 10 hektar lahan untuk mengoptimalkan pengelolaan setiap cluster. e. Sistem Monitoring dan Pelaporan Online Eye Grow yang Merupakan Bank Data Rekapitulasi Opname Kondisi Penanaman I-GIST memiliki Sistem IT terpadu sebagai pendukung sistem monitoring dan pelaporan yang merupakan Bank Data Rekapitulasi Opname Kondisi Penanaman. System Report Rekam Medis Eye Grow Progress Report Peta Cluster Pohon

11 10 2. Faktor Harga Pasar Harga jual kayu per kubik, merupakan faktor yang menentukan nilai ekonomi kayu yang ditanam ketika panen. Harga pasar ditentukan oleh perbandingan antara: Suplai, dan Permintaan Seperti diketahui dari penjelasan sebelumnya, bahwa permintaan kayu untuk industri masih lebih besar dibandingkan ketersediaan/suplai kayu itu sendiri. Dengan demikian harga jual kayu di pasar nasional maupun internasional cenderung meningkat setiap tahunnya. Contoh Harga Kayu Jabon di Pasar Nasional Tahun 2013 HARGA LOG KAYU JABON DENGAN DIAMETER Rp /m 3 sedangkan HARGA LOG KAYU DENGAN DIAMETER DI ATAS 30 Rp1 juta Rp1,2 juta 3. Biaya panen Biaya panen termasuk ke dalam komponen yang akan mengurangi hasil panen pohon. Biaya panen tersebut meliputi: a. Ongkos tebang dan angkut; b. Biaya surat menyurat legaltias panen (SKAU/Surat Keterangan Asal Usul); c. Biaya transportasi menuju pabrik pengolahan kayu. D. Produk akhir yang dijual

12 11 Kayu Olahan dari Jabon Kayu jabon dapat diolah sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi. Berikut beberapa proses pengolahan jabon. SHAWN TIMBER ENGINEERING WOOD PARQUET WOOD PALLET

13 12 Kelayakan EkoLOGIS Sebaran Tempat Tumbuh Jabon Berdasarkan informasi dari berbagai sumber literature, jabon sebagai tumbuhan asli dari berbagai Negara, yaitu Cina, Sri Langka, India, Nepal, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia, Indonesia dan Papua Nugini. Nurhasbi dan Muharam (2003) menjelaskan bahwa di Indonesia jabon tumbuh di Jawa Barat, Jawa Timur, seluruh Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Papua Barat. Jabon tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Adapun pertumbuhan optimal/paling baik pada ketinggian dpl, curah hujan rata-rata antara mm/tahun, dan suhu maksimum C atau suhu optimum rata-rata tahunan 23 C. Jabon hidup di berbagai tipe tanah tetapi akan tumbuh baik di lahan yang subur dan berdrainase baik. Walaupun begitu jabon toleran terhadap asam dan berdrainase tidak baik/kadang terendam tetapi bukan tanah ter-erosi. Musim Buah Jabon memiliki buah, buah jabon termasuk jenis buah majemuk dan terdiri atas minimal seribu anak buah. Masing-masing anak buah terdiri atas butir biji. Buah berbentuk bulat dengan diameter 4-6 cm berwarna kuning sampai oranye. Ketika masih muda buah jabon berwarna hijau. Menurut Ruhendi (2009), benih kering udara berjumlah juta butir dan dalam 1 kg terdapat sekitar 33 buah. Jabon dapat berbuah sepanjang tahun, yaitu pada bulan Juni sampai dengan Agustus. Pada umumnya musim buah masak terjadi pada bulan Maret April. Menurut Trubus (2010), dari satu buah masak jabon rata-rata menghasilkan anakan atau setara 8,5 hektar.

14 13 Pertumbuhan Berikut karakteristik pertumbuhan pohon jabon. Jabon termasuk pohon jenis cepat tumbuh dan merupakan jenis pionir; Terhadap kebutuhan cahaya termasuk jenis tanaman intoleran Oleh karena itu, tanaman ini tidak tahan naungan dan membutuhkan pencahayaan penuh sepanjang tahunnya. Batang pohon jabon lurus dan silindris; Percabangannya yang juga silindris dan membentuk tajuk seperti payung; Jabon mempunyai sifat self prunning (pengguguran cabang sendiri) yang cukup kuat sehingga pada masa pertumbuhan cabang akan rontok dengan sendirinya sehingga jabon tidak memerlukan pemangkasan cabang; Tinggi pohon jabon dapat mencapai 45m sedangkan tinggi pohon sampai dengan bebas cabang mencapai 30m, berdiameter sampai dengan 160 cm. Pertumbuhan riap tinggi pohon jabon adalah 3m per tahun sedangkan pertumbuhan riap diameternya adalah 7cm per tahun (Soerianegara & Lemmens, 2005); Pertumbuhan pohon jabon pada Hutan Rakyat di Provinsi Riau dengan jarak tanam 4m x 5m dengan pemeliharaan intensif pada umur 2 tahun tingginya dapat mencapai 13m dan diameternya 15cm. Dengan pemeliharaan semi intensif (tanpa pemupukan) pada umur 1 tahun, pertumbuhan tinggi tanaman jabon dapat mencapai 5,3m dan diameternya 9cm. Adapun pada lahan hutan tanaman industri (HTI) pulp dengan kesuburan tanah rendah (lahan marjinal) dengan jarak tanam 3m x 2m tinggi pohon jabon dapat mencapai 7,5m dan daimeternya 11 cm. Sifat Kayu Berikut sifat-sifat kayu jabon. Kayu jabon termasuk kayu lunak dan mudah dikerjakan dengan berat jenis (BD) rendah sampai sedang yaitu 0,29 0,56 (BD rata-rata 0,42), kelas kuat III (sedang) dan kelas awet IV-V (Soerianegara & Lemmens, 2005). Kayu jabon berwarna putih agak kekuningan tanpa terlihat seratnya, sangat sesuai bagi industri pulp dan kertas, vinir, kayu lapis (plywood), industri mebel, peti buah, mainan anak, korek api, alas sepatu, papan dan produk kayu lainnya (Ruhendi, 2009). Kayu jabon sangat memenuhi syarat sebagai bahan baku pulp dengan kualitas serat II. Karena beberapa keunggulan pohon jabon dibandingkan tanaman kayu lainnya seperti sengon, akhir-akhir ini jabon telah menjadi jenis alternatif andalan bagi industri perkayuan.

15 14 Kelayakan Sosial Salah satu hal yang menjadi pilar kelayakan Green Property I-GIST adalah kelayakan sosial. PT GAB (I-GIST) memperhatikan bagaimana program green property ini dapat berdampak baik untuk sosial dan masyarakat. Baik dari sisi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat. Kontribusi tersebut berupa: - Upah kerja; - Peternakan kambing/sapi yang dikelola bersama masyarakat; - Tumpah sari di sela-sela pohon jabon yang ditanam dan dikelola bersama masyarakat; Berikut beberapa hal yang dilakukan PT GAB (I-GIST) sebagai program pemberdayaan masyarakat. 1. Merekrut penanggung jawab cluster dari putra daerah; 2. Budi daya palawija, di antaranya: - Minyak Sereh; - Minyak Nilam; Kedua minyak ini adalah bahan baku untuk pembuatan green power sebagai penghemat bbm dan penurun emisi gas buang karbon.

16 15 3. Peternakan, Penggemukan & Pembibitan Kotoran Ternak dari peternakan digunakan untuk Bahan Pupuk Organik Pohon Jabon. Kotoran Ternak digunakan untuk Bahan Pupuk Organik Pohon Jabon Apabila program penanaman pohon di lahan ha dilaksanakan maka akan banyak sekali masyarakat sekitar yang terlibat dan memperoleh pekerjaan serta penghasilan. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat pun meningkat sehingga program Green Property dapat dikatakan layak sosial.

17 16 Kelayakan Lingkungan Berbagai media informasi memberitakan tentang kondisi bumi yang sedang kritis. Fakta-fakta yang terjadi sekarang menunjukkan bahwa perlu adanya tindakan nyata untuk memperbaiki kondisi lingkungan kita. Hal tersebut menjadi tantangan kita bersama untuk menjaga keberlangsungan alam ini. Berikut beberapa fakta yang diambil dari berbagai sumber pemberitaan. Tingginya Penyumbang Emisi Gas Karbon Jumlah kendaraan bermotor yang diproduksi tahun 2012 di dunia mencapai 84 juta unit setahun atau sebanyak 234 ribu unit/hari (Sumber: oica.net The International Organization of Motor Vehicle Manufacturers) Area Hutan Di Dunia sebagai Konverter Gas Karbon Terus Berkurang Menurut globalchange.umich.edu, sekira 1½ hutan yang menutupi bumi hilang. Setiap tahunnya, 16 juta hektar lagi menghilang. Prediksi 2028 bisa menjadi Akhir Dunia Salah satu prediksi dari seorang jurnalis dan aktivis perubahan iklim bernama Bill McKibben di hadapan orang di University of California Los Angeles: - Dunia akan hancur jika co 2 di udara mencapai 565 gigaton karbon; - Cadangan bahan bakar minyak dunia, bisa menghasilkan gigaton. Secara matematis sederhana, angka 565 gigaton karbon akan tercapai dalam 16 tahun kedepan dengan kondisi polusi seperti saat sekarang

18 17 PT GAB (I-GIST) dalam program green property dengan menanam pohon jabon merupakan bagian dari solusi masalah lingkungan tersebut. Terutama dalam menghijaukan kembali tanahtanah yang marjinal dan tanah yang bertopografi miring yang rawan terhadap erosi. Berikut manfaat-manfaat program green property dengan menanam pohon jabon terhadap lingkungan. mencegah erosi dan banjir; menyelamatkan lahan kritis; mengurangi dampak global warming; menghasilkan oksigen; menyerap CO 2 ; Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Endes N Dahlan, Seorang dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Pada tahun tentang daya serap karbondioksida pada berbagai jenis tanaman. No. Nama Lokal Nama Ilmiah Daya serap CO 2 (kg/pohon/tahun) 1. Trembesi Samanea saman ,39 2. Cassia Cassia sp 5.295,47 3. Kenanga Canangium odoratum 756,59 4. Pingku Dysoxylum excelsum 720,49 5. Beringin Ficus benyamina 535,90 6. Kirai payung Fellicium decipiens 404,83 7. Matoa Pometia pinnata 329,76 8. Mahoni Swettiana mahagoni 295,73 9. Saga Adenanthera pavoniana 221, Bungur Lagerstroemia speciosa 160, Jati Tectona grandis 135, Nangka Arthocarpus heterophyllus 126, Johar Cassia grandis 116, Sirsak Annona muricata 75, Puspa Schima wallichii 63, Akasia Acacia auriculiformis 48, Flamboyan Delonix regia 42, Sawo kecik Manilkara kauki 36,19 19 Tanjung Mimusops elengi 34,29 20 Bunga merak Caesalpinia pulcherrima 30, Sempur Dilenia retusa 24, Khaya Khaya anthotheca 21, Merbau pantai Intsia bijuga 19, Akasia Acacia mangium 15, Angsana Pterocarpus indicus 11, Asam kranji Pithecelobium dulce 8, Saputangan Maniltoa grandiflora 8, Dadap merah Erythrina cristagalli 4, Rambutan Nephelium lappaceum 2, Asam Tamarindus indica 1, Kempas Coompasia excelsa 0,20 Penyerapan CO2 oleh Pohon Jabon di Lahan ha Jika mengacu pada hasil penelitian di atas, setelah dilakukan pengukuran pada daun jabon maka secara fisik bentuk dan lebar daun jabon hampir sama dengan daun pohon jati dengan lebar daun antara 8-25 cm. Berdasarkan hal tersebut dapat diasumsikan daya serap CO 2 Pohon Jabon 135,27 Kg per Tahun per pohon. Dapat diperoleh perhitungan pada program penanaman Hektar Hutan Tanaman, dapat menyerap CO 2 sebesar ton / tahun.

19 18 Kelayakan Spiritual Setiap agama di dunia memerintahkan manusia untuk menjaga alam serta saling membantu sesama. Salah satunya dalam ajaran agama islam berdasarkan beberapa dalil berikut. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra. : Rasulullah Saw pernah bersabda, akan dipandang sebagai melakukan sedekah, seorang muslim yang menabur benih dan menanam pohon, kemudian manfaat diambil oleh manusia, burung-burung, atau hewan lainnya. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab AL-Muzaro ah] Tak ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah karenanya. [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab AL-Muzaro ah (2320), dan Muslim dalam Kitab Al-Musaqoh (3950)] Allah berfirman: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka.. anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. [QS. An-Nisa (4) :9] Nabi Muhammad saw bersabda: Bila kamu tinggalkan ahli warismu kaya, itu lebih baik.. dari pada kamu tinggalkan mereka dalam keadaan miskin dan akan menjadi beban orang lain. [H.R. Bukhari, dalam Bab Jana-iz, No dan Muslim, dalam Bab Wasiat, No. 1628] Menanam pohon adalah salah satu bentuk menjaga kelestarian alam. Sesuai dengan perintah agama untuk menjaga alam dan membantu sesama, Green property I-GIST adalah program menanam pohon jabon yang memberi manfaat kepada alam serta ikut membantu sesama/masyarakat. Dengan demikian program menanam pohon green property memenuhi/ layak secara spiritual.

20 19 Penutup Berdasarkan penjelasan pada bagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa program green property PT Global Agro Bisnis (I-GIST), yaitu penanaman tanaman jabon secara umum telah memenuhi 5 (lima) pilar kelayakan. 5 (lima) pilar kelayakan yang dipenuhi oleh program green property meliputi: 1. kelayakan ekonomi; 2. kelayakan ekologis; 3. kelayakan sosial; 4. kelayakan lingkungan; 5. kelayakan spiritual. Melihat kelayakannya dan manfaatnya yang hebat, green property perlu dilaksanakan dan dikembangkan. Akan tetapi, agar program green property ini dapat berkesinambungan perlu dukungan segenap lapisan masyarakat dari berbagai kalangan. Semakin banyak masyarakat yang bergabung dengan green property maka semakin banyak pohon yang ditanam. Semakin banyak pohon yang ditanam diharapkan semakin hijau bumi kita, semakin banyak masyarakat yang sejahtera kehidupannya, dan semakin baik pula spiritualnya. Dengan demikian, mari bersama-sama untuk ikut mendukung program Green Property I-GIST demi mewujudkan bumi dan lingkungan serta kehidupan yang lebih baik.

21

PENGELOLAAN SARANA PENDUKUNG RAMAH LINGKUNGAN

PENGELOLAAN SARANA PENDUKUNG RAMAH LINGKUNGAN Komponen 4 PENGELOLAAN SARANA PENDUKUNG RAMAH LINGKUNGAN Bimbingan Teknis Adiwiyata 2014, Jakarta 25-27 Maret 2014 Linda Krisnawati & Stien J. Matakupan 1 Lader of Participation developed by Hart (1992)

Lebih terperinci

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO 2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (Studi Kasus : Surabaya Pusat dan Selatan)

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO 2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (Studi Kasus : Surabaya Pusat dan Selatan) SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO 2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (Studi Kasus : Surabaya Pusat dan Selatan) Oleh : Soegih Ratri Widyanadiari

Lebih terperinci

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si

Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Studi Kebutuhan Hutan Kota Sebagai Penyerap CO₂ Di Kota Tobelo Tahun 2012 Oleh : Ronald Kondo Lembang, M.Hut Steven Iwamony, S.Si Latar Belakang Perkembangan suatu kota ditandai dengan pesatnya pembangunan

Lebih terperinci

ENDES N. DAHLAN. Diterima 10 Desember 2007/Disetujui 15 Mei 2008 ABSTRACT

ENDES N. DAHLAN. Diterima 10 Desember 2007/Disetujui 15 Mei 2008 ABSTRACT JUMLAH EMISI GAS CO 2 DAN PEMILIHAN JENIS TANAMAN BERDAYA ROSOT SANGAT TINGGI: STUDI KASUS DI KOTA BOGOR (The Amount of CO 2 Gasses Emission and Selection of Plant Species with Height Carbon Sink Capability:

Lebih terperinci

Oleh Driananta Praditiyas NRP Dosen Pembimbing Abdu Fadli Assomadi, SSi., MT NIP

Oleh Driananta Praditiyas NRP Dosen Pembimbing Abdu Fadli Assomadi, SSi., MT NIP ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) SEBAGAI PENYERAP EMISI CO 2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (STUDI KASUS : SURABAYA UTARA DAN TIMUR) Dosen Pembimbing Abdu Fadli Assomadi, SSi., MT

Lebih terperinci

GLOBAL BUSINESS OPPORTUNITY

GLOBAL BUSINESS OPPORTUNITY GLOBAL BUSINESS OPPORTUNITY PT. GMN didirikan tahun 2005 dengan basis usaha teknologi telekomunikasi & informasi. FC Malang FC ACEH Cikarang Denpasar Bekasi Tangerang PT. GMN didirikan tahun 2005 dengan

Lebih terperinci

Ahmad Rivai 2, Pindi Patana 3, Siti Latifah 3

Ahmad Rivai 2, Pindi Patana 3, Siti Latifah 3 Pendugaan Emisi CO 2 dan Kebutuhan O 2 Serta Daya Serap CO 2 dan Penghasil O 2 Pada Taman Kota dan Jalur Hijau di Kota Medan 1 Esstimation Emissions of CO 2 and needs of O 2 and Absorption of CO 2 and

Lebih terperinci

Jurnal Ekonomi Volume 20, Nomor 3 September 2012

Jurnal Ekonomi Volume 20, Nomor 3 September 2012 PENYEIMBANGAN LINGKUNGAN AKIBAT PENCEMARAN KARBON YANG DITIMBULKAN INDUSTRI WARUNG INTERNET DI KOTA PEKANBARU Nobel Aqualdo, Eriyati dan Toti Indrawati Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fotosintesis Menurut Dwijoseputro (1980), fotosintesis adalah proses pengubahan zatzat anorganik berupa H 2 O dan CO 2 oleh klorofil (zat hijau daun) menjadi zat-zat organik

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Kemampuan

Lebih terperinci

Pemilihan Jenis Pohon dalam rangka pembangunan dan pengembangan hutan kota. Serang, 14 Oktober 2014

Pemilihan Jenis Pohon dalam rangka pembangunan dan pengembangan hutan kota. Serang, 14 Oktober 2014 Pemilihan Jenis Pohon dalam rangka pembangunan dan pengembangan hutan kota Serang, 14 Oktober 2014 Hutan kota : pepohonan yg berdiri sendiri / berkelompok / vegetasi berkayu di kawasan perkotaan yg pada

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Jalan Perkotaan 1. Klasifikasi Jenis Jalan Menurut UU No 38 Tahun 2004 tentang jalan, definisi jalan adalah sebagai berikut : Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi

Lebih terperinci

Kata kunci: Emisi Karbon, Daya Serap Vegetasi,Kecamatan Genteng, dan Ruang Terbuka Hijau.

Kata kunci: Emisi Karbon, Daya Serap Vegetasi,Kecamatan Genteng, dan Ruang Terbuka Hijau. ANALISA KEMAMPUAN JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN GENTENG SURABAYA ANALYSIS OF THE ABILITY OF

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan konsentrasi karbon di atmosfer menjadi salah satu masalah lingkungan yang serius dapat mempengaruhi sistem kehidupan di bumi. Peningkatan gas rumah kaca (GRK)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis Pengaruh Peningkatan Emisi CO 2 di Dunia terhadap Peningkatan Pencairan Es di Berbagai Benua Peningkatan Emisi CO 2 yang menyebabkan pemanasan global secara fakta

Lebih terperinci

KAJIAN KONSEP DESAIN TAMAN DAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI

KAJIAN KONSEP DESAIN TAMAN DAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI 114 Lampiran 1. Format Kuesioner Analytical Hierarchy Process KUESIONER AHP KAJIAN KONSEP DESAIN TAMAN DAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI IDENTITAS PAKAR Nama : Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan Umur : Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hutan. Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan hutan terluas di dunia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hutan. Indonesia menempati urutan ketiga negara dengan hutan terluas di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, hutan merupakan vegetasi alami utama dan salah satu sumber daya alam yang sangat penting. Menurut UU No. 5 tahun 1967 hutan didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan bumi, meningkatnya 1 I. PENDAHULUAN Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan fenomena alam meningkatnya suhu permukaan bumi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari pemanasan global antara lain naiknya suhu permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan milik masyarakat berangsur-angsur menjadi pemukiman, industri atau usaha kebun berorientasi komersil. Karena nilai ekonomi lahan yang semakin meningkat maka opportunity

Lebih terperinci

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari Didukung oleh: Talaud Lestari Mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik harus segera

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH Atok Subiakto PUSKONSER, Bogor Antusias masyarakat menanam jabon meningkat pesat Mudah menanamnya Dapat ditanam dimana saja Pertumbuhan cepat Harga kayu

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK POTENSI HUTAN RAKYAT DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA Oleh : Sukadaryati 1) ABSTRAK Hutan rakyat sudah lama ada dan terus berkembang di masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari hutan rakyat sangat dirasakan

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merbau Darat 1. Deskripsi Ciri Pohon Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Martawijaya dkk., 2005). Regnum Subregnum Divisi Kelas Famili

Lebih terperinci

Q GREEN PLAN A TREE! Adalah sebuah Platform Green Investment PT POG Indonesia yang menjual menjual bibit jabon unggul dan ditanamkan sampai panen,

Q GREEN PLAN A TREE! Adalah sebuah Platform Green Investment PT POG Indonesia yang menjual menjual bibit jabon unggul dan ditanamkan sampai panen, PLAN A TREE! Q GREEN PLAN A TREE! Adalah sebuah Platform Green Investment PT POG Indonesia yang menjual menjual bibit jabon unggul dan ditanamkan sampai panen, sekaligus dijualkan langsung ke pabrik kayu

Lebih terperinci

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PROGRAM STELLA (STUDI KASUS: SURABAYA UTARA DAN TIMUR)

ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PROGRAM STELLA (STUDI KASUS: SURABAYA UTARA DAN TIMUR) ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU SEBAGAI PENYERAP EMISI CO 2 DI PERKOTAAN MENGGUNAKAN PROGRAM STELLA (STUDI KASUS: SURABAYA UTARA DAN TIMUR) ADEQUACY ANALYSIS OF GREEN OPEN SPACE AS CO 2 EMISSION

Lebih terperinci

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI LEMPUNG 20/05/2013 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI JOGYAKARTA SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI Produktifitas tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor kesesuaian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan upaya strategis dalam mengatasi permasalahan kelangkaan bahan baku industri pengolahan kayu domestik di Indonesia. Tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku Resensi Buku Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p.33-38 Judul Buku: : Rencana Kehutanan Tingkat Nasional (RKTN) Tahun 2011-2030 Penyunting Akhir : Ir. Basoeki Karyaatmadja, M.Sc., Ir. Kustanta Budi Prihatno,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan,

BAB I PENDAHULUAN. disekitarnya. Telah menjadi realita bila alam yang memporak-porandakan hutan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan adalah sumber kehidupan karena hutan bukan hanya penopang kehidupan manusia namun juga hewan dan bahkan tumbuhan itu sendiri. Kelangsungan hutan terancam oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan kayu meningkat setiap tahun, sedangkan pasokan yang dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu dunia diperkirakan sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis merupakan sektor yang paling penting di hampir semua negara berkembang. Sektor pertanian ternyata dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Keadaan Umum Kota Bogor Kota Bogor merupakan kota pendukung DKI Jakarta yang merupakan ibukota negara Republik Indonesia. Letak geografis

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Berdasarkan

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota 23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan seperti banjir, erosi dan longsor terjadi dimana-mana pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005). I. PENDAHULUAN Hutan adalah masyarakat tetumbuhan dan hewan yang hidup di lapisan permukaan tanah yang terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D

Muhimmatul Khoiroh Dosen Pembimbing: Alia Damayanti, S.T., M.T., Ph.D PERENCANAAN VEGETASI PADA JALUR HIJAU JALAN SEBAGAI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK UNTUK MENYERAP EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR DI KECAMATAN SUKOLILO SURABAYA Muhimmatul Khoiroh 3310

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan merupakan unsur terpenting bagi semua makhluk hidup di bumi, karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Hutan juga

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013)

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013) Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013) Muhammad Satriadi, S.P. Pengendali Ekosistem Hutan Pertama BPTH Bali dan Nusa Tenggara Intisari

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI KEHUTANAN BERBASIS HUTAN TANAMAN penyempurnaan P.14/2011,P.50/2010, P.38 ttg SVLK) dan update peta P3HP.

PENGEMBANGAN INDUSTRI KEHUTANAN BERBASIS HUTAN TANAMAN penyempurnaan P.14/2011,P.50/2010, P.38 ttg SVLK) dan update peta P3HP. PENGEMBANGAN INDUSTRI KEHUTANAN BERBASIS HUTAN TANAMAN penyempurnaan P.14/2011,P.50/2010, P.38 ttg SVLK) dan update peta P3HP. Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Jakarta, 14 Juni 2011 1 A. Dasar Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan bertopografi miring diperlukan kajian yang

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Oleh : Binti Masruroh Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jabon merah ( Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil.) merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang cepat tumbuh (fast growing species) dan relatif tahan terhadap

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Iklim

Dampak Perubahan Iklim Pemanasan Global, Perubahan Iklim, pencemaran lingkungan Bab Pemanasan III Dampak Global, Perubahan Perubahan Iklim Iklim, & pencemaran lingkungan Dampak Perubahan Iklim Menteri Negara Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL PEMANASAN GLOBAL APA ITU PEMANASAN GLOBAL Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

Setitik Harapan dari Ajamu

Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu: Pelajaran tentang Sukses Pemanfaataan Gambut Dalam untuk Sawit Oleh: Suwardi, Gunawan Djajakirana, Darmawan dan Basuki Sumawinata Departemen Ilmu

Lebih terperinci

REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUGAMPING DI GUNUNG SIDOWAYAH DESA BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUGAMPING DI GUNUNG SIDOWAYAH DESA BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUGAMPING DI GUNUNG SIDOWAYAH DESA BEDOYO KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Moch. Hasan Dulahim PT. Sugih Alamanugroho Disampaikan

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN Isi Materi Teknik Tk ikpenanaman Teknik Pemeliharaan Tanaman Evaluasi Hasil Penanaman Faktor Keberhasilan Penanaman Kesesuaian Tempat Tumbuh/Jenis Kesesuaian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis Pengaruh Peningkatan Penjualan Kendaraan Bermotor terhadap Peningkatan Emisi CO 2 di udara Indonesia merupakan negara pengguna kendaraan bermotor terbesar ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sengon merupakan salah satu tanaman cepat tumbuh yang dipilih dalam program pembangunan hutan tanaman industri (HTI) karena memiliki produktivitas yang tinggi dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tambang batubara merupakan salah satu penggerak roda perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia baik sebagai sumber energi maupun sumber devisa negara. Deposit batubara

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BAB IV RANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV RANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV RANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 TAHAPAN RISET Dalam tahapan riset dilakukan dengan survei lokasi yakni di daerah Gedawang. Selanjutnya pernyataan diberikan kepada responden dalam rentang usia 15-50

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, yang mengakibatkan peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan bahan baku kayu. Menurut Kementriaan Kehutanan (2014), data

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan salah satu sektor penunjang perekonomian di Provinsi Jawa Timur. Hal ini terlihat dengan nilai ekspor produk kayu dan barang dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi dan lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik pada masa kini maupun pada

Lebih terperinci

BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati BAB 13. KELUARGA DAN PERUBAHAN IKLIM Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati DAMPAK AKTIVITAS MANUSIA Mekamisme yang terjadi pada sistem alam sangat luar biasa rumitnya. Ekosistem mempunyai keseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam

Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran Hutan Alam Ekspansi Industri Pulp: Cara Optimis Penghancuran *Contoh Kasus RAPP dan IKPP Ringkasan Sampai akhir Desember 27 realisasi pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) hanya 33,34 persen dari total 1.37 juta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Lahan Sitorus (1985) menjelaskan ada empat kelompok kualitas lahan utama : (a) Kualitas lahan ekologis yang berhubungan dengan kebutuhan tumbuhan seperti ketersediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PENAWARAN MENJADI INVESTOR

PENAWARAN MENJADI INVESTOR PENAWARAN MENJADI INVESTOR INVESTASI POHON JABON SISTEM BERKELOMPOK (13 KELOMPOK INVESTOR) Management : Elfad Investment Ketua Team Pengelola : Eliya Fadiyah, S.Pd. HP : 087878880569 Email : elfad.group@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembibitan Jati Jati (Tectona grandis L.) adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan bahan baku kertas dunia semakin meningkat seiring meningkatnya permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011). Berdasarkan

Lebih terperinci