HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Cianjur dikenal dan lekat dengan pameo ngaos, mamaos dan maenpo. Ngaos adalah tradisi mengaji sebagai salah satu pencerminan kegiatan keagamaan. Mamaos adalah pencerminan kehidupan budaya daerah dimana seni mamaos tembang sunda Cianjuran berasal dari tatar Cianjur. Sedangkan maenpo adalah seni bela diri tempo dulu asli Cianjur yang sekarang lebih dikenal dengan seni bela diri Pencak Silat. Luas wilayah Kabupaten Cianjur hektar dengan jumlah penduduk berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 berjumlah jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,11 %. Lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 62,99 %. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan yaitu sekitar 14,60 %. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Cianjur yaitu sekitar 42,80 % disusul sektor perdagangan sekitar 24,62%. Secara administratif Pemerintah Kabupaten Cianjur terbagi dalam 26 Kecamatan, 335 Desa dan 6 Kelurahan di wilayah kota Cianjur, dengan batas-batas administratif sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. Secara geografis, Kabupaten Cianjur dapat dibedakan dalam tiga wilayah pembangunan yakni wilayah utara, tengah dan wilayah selatan. Wilayah Utara meliputi 13 Kecamatan : Cianjur, Cilaku, Warungkondang, Cibeber, Karangtengah, Sukaluyu, Ciranjang, Bojongpicung, Mande, Cikalongkulon, Cugenang, Sukaresmi dan Pacet. Wilayah Tengah meliputi 7 Kecamatan : Sukanagara, Takokak, Campaka, Campaka Mulya, Tanggeung, Pagelaran dan Kadupandak. Wilayah selatan meliputi 6 Kecamatan : Cibinong, Agrabinta, Sindangbarang, Cidaun, Naringgul dan Cikadu. Sebagaimana daerah beriklim tropis, maka di wilayah Cianjur utara tumbuh subur tanaman sayuran, teh dan tanaman hias. Di wilayah Cianjur Tengah tumbuh dengan baik tanaman padi, kelapa dan buah-buahan.

2 Sedangkan di wilayah Cianjur Selatan tumbuh tanaman palawija, perkebunan teh, karet, aren, cokelat, kelapa serta tanaman buah-buahan. Potensi lain di wilayah Cianjur Selatan antara lain obyek wisata pantai yang masih alami dan menantang investasi. Sebagai daerah agraris yang pembangunananya bertumpu pada sektor pertanian, kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah swa-sembada padi. Produksi padi pertahun sekitar ton dan dari jumlah sebesar itu telah dikurangi kebutuhan konsumsi lokal dan benih, masih memperoleh surplus padi sekitar 40 %. Produksi pertanian padi terdapat hampir di seluruh wilayah Cianjur. Kecuali di Kecamatan Pacet dan Sukanagara. Di kedua Kecamatan ini, didominasi oleh tanaman sayuran dan tanaman hias. Dari wilayah ini pula setiap hari belasan ton sayur mayur dipasok ke Jabotabek. Kecamatan Ciranjang dan Kecamatan Karang Tengah terletak di wilayah utara Kabupaten Cianjur. Kecamatan Ciranjang terdiri dari 5 Desa yaitu Desa Ciranjang, Desa Cibiuk, Desa Nanggala Mekar, Desa Sindang Sari dan Desa Mekar Galih, dengan jumlah RT 202 dan RW sebanyak 61. Berdasarkan susenas tahun 2004 jumlah penduduk di Kecamatan Ciranjang sebanyak jiwa. Sarana Kesehatan yang terletak di wilayah Kecamatan Ciranjang terdiri dari 1 Puskesmas DTP yang terletak di Desa Ciranjang, 1 Puskesmas lengkap terletak di Desa Cipeuyeum dan 57 Posyandu. Kecamatan Karang Tengah terdiri dari 16 Desa. Pada akhir tahun 2006 terjadi pemekaran sehingga Kecamatan Karang Tengah terdiri dari 8 Desa, 8 Desa lainnya masuk ke dalam wilayah Kecamatan Ciherang. 8 Desa yang termasuk Kecamatan Karang Tengah yaitu Desa Sukamanah, Desa Bojong, Desa Sindanglaka, Desa Maleber, Desa Sindangasih, Desa Sukataris, Desa Sabandar dan Desa Sukamulya. Kecamatan Karang Tengah terdiri dari 305 RT dan 75 RW. Berdasarkan susenas tahun 2004 jumlah penduduk Kecamatan Karang Tengah sebanyak jiwa. Sarana Kesehatan yang terletak di wilayah Kecamatan Karang Tengah terdiri dari 1 Puskesmas lengkap terletak di Desa Karang Tengah dan 78 Posyandu. Gambaran Umum Contoh

3 Karakteristik Keluarga Gambaran umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan kepala keluarga dan ibu menyusui dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Sebaran karakteristik keluarga menurut pendidikan, umur dan pekerjaan Karakteristik Responden Pendidikan : Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMP Tamat SMP Tamat SMU Diploma Sarjana Ayah Ibu n % n % Umur : < 20 tahun tahun 36 tahun Total Total Pekerjaan : Tidak bekerja Petani Pedagang PNS/ABRI/POLISI Jasa Ibu rumah tangga Guru bantu Karyawan swasta Total Pendidikan

4 Pendidikan merupakan salah satu aspek penting sebagai salah satu indikator menilai kualitas sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan kepala keluarga pada umumnya adalah tamat Sekolah Dasar (SD) sebesar 42%, sebesar 6% kepala keluarga yang tidak tamat SD dan yang memiliki pendidikan sampai perguruan tinggi (sarjana) hanya 3%, sedangkan rata-rata pendidikan ibu sama dengan kepala keluarga yaitu tamat Sekolah Dasar sebesar 56%, sebesar 5% ibu tidak tamat SD dan 1% ibu yang tidak sekolah sama sekali. Umur Pada tabel tersebut rata-rata umur kepala keluarga adalah tahun, sedangkan rata-rata umur ibu adalah tahun. Kepala keluarga sebesar 67.0% berusia antara tahun, sedangkan sisanya sebesar 33 % berusia diatas 36 tahun. Ibu sebesar 76% berusia tahun, sedangkan sisanya sebesar 7% berusia dibawah 20 tahun dan 17% berusia diatas 36 tahun. Berdasarkan data tersebut rata-rata umur kepala keluarga termasuk ke dalam kategori usia produktif dan rata umur ibu termasuk ke dalam usia reproduksi sehat. Pekerjaan Pada umumnya pekerjaan kepala keluarga adalah sebagai pedagang sebesar 42%, yang bekerja sebagai jasa baik itu sebagai tukang ojek,tukang cukur dan calo sebesar 18%, kepala keluarga yang menjadi petani sebesar 20%, sebagai PNS/ABRI/POLISI sebesar 8% dan sebagai karyawan swasta sebesar 11%. Kepala keluarga yang tidak bekerja sama sekali sebesar 1%. Pada umunya ibu sebesar 89% hanya sebagai ibu rumah tangga. Tapi ada juga ibu yang bekerja yaitu sebagai pedagang sebesar 2%, PNS/ABRI/POLISI sebesar 5%, jasa 3% dan sebagai guru bantu 1%. Pendapatan Keluarga

5 Pendapatan keluarga dihitung dari seluruh pendapatan anggota keluarga baik itu dari pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Sebesar 58% pendapatan perkapita/bulan diatas garis kemiskinan menurut BPS Kabupaten Cianjur. Sedangkan sisanya sebesar 42% dibawah garis kemiskinan (Tabel 4). Apabila terjadi peningkatan pendapatan perkapita pada masyarakat miskin di suatu negara maka akan menyebabkan peningkatkan pengeluaran yang dialokasikan untuk pangan. Sebagai contoh pertumbuhan ekonomi di Negara Jepang sejak abad XXIII secara tidak langsung merubah pola konsumsi pangan masyarakatnya menjadi lebih baik (Sanjur 1982). Tabel 4 Sebaran keluarga menurut pendapatan per kapita/bulan Kategori n % Miskin Tidak miskin Total Karakteristik Bayi Karakteristik bayi meliputi umur dan jenis kelamin bayi. Umur yang diambil dalam penelitian ini adalah bayi yang berusia 0-11 bulan. Umur bayi dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan kelompok umur angka kecukupan gizi 2004 yaitu rentang usia antara 0-6 bulan dan 7-11 bulan. Bayi yang berusia 0-6 bulan sebanyak 57%, sedangkan bayi yang berusia 7-11 bulan sebanyak 43% dari bayi yang dijadikan sampel penelitian. Sedangkan bayi laki-laki yang berusia 0-6 bulan sebesar 52.6% dan yang berjenis kelamin perempuan sebesar 47% dari 57 bayi yang berusia 0-6 bulan. Bayi lakilaki yang berusia 7-11 bulan sebesar 39.5% dan yang berjenis kelamin perempuan sebesar 60.5% dari 43 bayi yang berusia 7-11 bulan. Sebaran jenis kelamin bisa dilihat di tabel 5.

6 Tabel 5 Sebaran bayi menurut jenis kelamin Jenis Kelamin n % Laki-laki Perempuan Total Pengeluaran Pangan Pengeluaran pangan dalam keluarga biasanya dialokasikan untuk memenuhi kebutuan pangan. Pengeluaran pangan keluarga rata-rata Rp/kap/bln (53.3%) dari total rata-rata pengeluaran pangan. Pengeluaran pangan diklasifikasikan menjadi 2 kategori yaitu kurang dari 12 Rp/kap/bln dan lebih dari 12 Rp/kap/bln. Pengeluaran pangan keluarga yang termasuk kategori kurang dari 12 Rp/kap/bln 27%, kategori lebih dari 12 Rp/kap/bln sebesar 73% (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran keluarga menurut pengeluaran pangan Rp/Kap/Bln Kategori Pengeluaran Pangan n % < > Total Tabel 7 Sebaran keluarga menurut pengeluaran pangan Rp/Kap/Bln dan status ekonomi keluarga Kategori < > Miskin Tidak Miskin n % n % Total

7 Pengeluaran pangan bagi keluarga miskin dengan kategori kurang dari Rp/Kap/Bln sebesar 21% sedangkan sisanya sebesar 21% masuk dalam kategori lebih dari Rp/Kap/Bln. Pengeluaran pangan bagi keluarga tidak miskin kategori kurang dari Rp/Kap/Bln sebesar 6% sedangkan sisanya sebesar 52% masuk dalam kategori lebih dari Rp/Kap/Bln (Tabel 7). Pengeluaran pangan sangat erat kaitannya dengan pendapatan keluarga sehingga apabila terjadi peningkatan pendapatan maka akan meningkatkan alokasi pengeluaran untuk pangan. Persepsi Ibu tentang Program Gizi Menurut Green (1980) bahwa faktor predisposing dari sebuah perilaku adanya keyakinan terhadap nilai sesuatu. Persepsi merupakan respon yang merupakan hasil dari penilaian terhadap sesuatu merupakan bagian penting juga dalam perilaku atau tindakan yang akan diambil oleh seseorang. Persepsi ibu menyusui diperoleh dengan mengajukan 10 pertanyaan mengenai perlu tidaknya peningkatan pelaksanaan program posyandu meliputi kegiatan : penyuluhan, PMT, penimbangan balita, imunisasi, tablet tambah darah, penyediaan KMS, pelayanan KB, pemeriksaan kehamilan, pemberian vitamin A dan pelakanaan kegiatan posyandu secara rutin per bulan dengan pilihan jawaban perlu ditingkatkan atau tidak. Nilai tertinggi 10 dengan jawaban bahwa semua program sudah bagus dan tidak perlu ditingkatkan. Persepsi dan pengetahuan merupakan predisposing dari sebuah tindakan seseorang sehingga kategori persepsi disamakan dengan kategori pada pengetahuan gizi ibu yaitu apabila skor kurang dari 60% dari total skor masuk dalam kategori rendah, skor antara 60-80% dari total skor kategori sedang dan kategori baik apabila lebih dari 80% dari total skor. Pada umumnya program di posyandu yang dianggap responden dengan kategori sedang sebesar 60%, sedangkan persepsi dalam kategori kurang sebesar 27% sedangkan sisanya masuk dalam kategori baik sebesar 13% (Tabel 8).

8 Tabel 8 Sebaran ibu menurut persepsi terhadap program posyandu Kategori (Skor) n % Kurang (60%) Sedang (60-80%) Baik ( >80%) Total Pengetahuan Gizi Ibu Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, namun pengetahuan juga merupakan faktor predisposing dalam sebuah perilaku (Green 1980). Pengetahuan gizi dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang dan rendah. Kategori rendah apabila skor kurang dari 60% dari total skor; kategori sedang apabila skor yang diperoleh antara 60% sampai 80% dari total skor dan kategori baik apabila lebih dari 80% dari total skor. Pengetahuan responden tentang gizi mayoritas masuk ke dalam kategori sedang sebesar 59%, sedangkan kategori kurang sebesar 26% dan sisanya sebesar 15% masuk dalam kategori baik (Tabel 9). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mulyati et al (2007) yang dilakukan di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang bahwa pengetahuan ibu berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi energi sebesar 18.8% dan peningkatan konsumsi protein sebesar 21.39% pada bayi dibawah lima tahun (Balita) yang menderita penyakit tuberculosis. Tabel 9 Sebaran ibu menurut pengetahuan gizi Kategori (Skor) n % Kurang (60%) Sedang (60-80%) Baik ( >80%) Total

9 Tabel 10 Sebaran ibu menurut jawaban benar dan salah dari pertanyaan tentang pengetahuan gizi No Pertanyaan Zat gizi untuk mendukung pertumbuhan anak-anak adalah protein Untuk mendukung pertumbuhan anak sebaiknya makanan tambahan selain ASI diberikan setelah usia satu bulan Za-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdirir dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral Pangan yang termasuk sumber karbohidrat adalah ikan Pangan yang termasuk sumber protein adalah singkong Porsi makan ibu selama hamil adalah lebih banyak dari kondisi sebelum hamil Pangan yang termasuk ke dalam sumber vitamin A adalah bayam Gejala anemia (kurang darah) adalah leher membengkak Jika ibu mengalami anemi (kurang darah) maka hal tersebut disebabkan oleh kekurangan zat besi Sumber zat besi pada makanan adalah daging dan telur Jawaban Jawaban Benar Salah Total n % n % n % Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa 80% ibu menjawab dengan benar mengenai fungsi protein, waktu pemberian makanan pendamping ASI yang tepat, zat gizi utama yang dibutuhkan oleh tubuh dan peningkatan kebutuhan zat gizi selama hamil. Ibu masih belum mengetahui sumber karbohidrat yang menjadi sumber energi. Hal ini bisa dilihat dari pertanyaan nomor 4 tentang sumber karbohidrat sebesar 60% dari ibu menjawab salah. Sebesar 45% ibu belum mengetahui sumber zat besi yang sangat diperlukan pada masa kehamilan dan menyusui.

10 Pemanfaatan Program Gizi Pemanfaatan program gizi di posyandu dapat dilihat dari jumlah kunjungan responden selama 6 bulan terakhir dan partisipasi ibu serta bayinya terhadap kegiatan yang dilaksanakan posyandu. Program gizi yang dilaksakan oleh posyandu bagi ibu menyusui adalah penyuluhan gizi dan kesehatan, pelayanan KB, pemberian vitamin A, sedangkan untuk bayinya adalah imunisasi, penimbangan, pemberian PMT, pemberian vitamin A. Kunjungan ibu dan bayinya dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori tinggi dengan jumlah kunjungan ke posyandu antara 4-6 sedangkan kategori rendah 1-3 kunjungan selama 6 bulan terakhir. Sebesar 59% kunjungan ibu dan bayinya masuk dalam kategori tinggi sedangkan sisanya sebesar 41% termasuk dalam kategori rendah (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran ibu menurut pemanfaatan program gizi Kategori n % Rendah Tinggi Total Sebesar 91% ibu menyusui tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan dan gizi dari posyaandu, berdasarkan persepsi ibu sebesar 75% mengatakan bahwa kegiatan penyuluhan di posyandu perlu ditingkatkan. Sebesar 92% ibu tidak mendapatkan pelayanan KB di posyandu karena ibu banyak yang menggunakan pelayanan KB dari bidan setempat. Program pemberian kapsul vitamin A berwarna merah pada ibu menyusui (nifas) diberikan sebanyak 2 (dua) kali paling lambat 30 hari setelah melahirkan dengan dosis 20 SI. Program pemberian kapsul vitamin A berwarna biru pada bayi berusia 6-11 bulan dengan dosis 10 SI (Depkes 2000). Ibu menyusui mendapatkan kapsul vitamian A setelah melahirkan yang merupakan bagian dari program

11 gizi di posyandu sebanyak 13% sedangkan program pemberian vitamin A untuk bayi sebesar 73.5% dari 49 bayi yang berusia 6-11 bulan. Pada saat menyusui kebutuhan vitamin A ibu meningkat untuk pemenuhan zat gizi yang terkandung dalam ASI. Vitamin A tidak dapat disimpan dalam tubuh dalam jangka waktu yang panjang sehingga ibu menyusui dan bayinya memerlukan suplemen vitamin A untuk memenuhi kebutuhannya (Riordan 2005). Penimbangan bayi dan balita sudah dilaksanakan dengan baik karena setiap pelaksanaan posyandu kegiatan penimbangan menjadi kegitan rutin posyandu, terlihat dari jumlah bayi yang ditimbang yaitu 94% bayi mendapatkan pelayanan penimbangan sebagai program monitoring pertumbuhan bayi. Imunisasi merupakan sarana untuk memberikan kekebalan tubuh sehingga bayi terhindar dari penyakit. Sebesar 75% bayi mendapatkan imunisasi dari posyandu dan sebesar 82% bayi tidak mendapatkan PMT dari posyandu karena kegiatan PMT di posyandu tidak dilaksanakan secara periodik. Pelayanan Program Posyandu Pelayanan program posyandu dilihat dari cakupan pelayanan yang diberikan oleh posyandu di Kecamatan Karang Tengah dan Ciranjang kepada sasarannya yaitu dengan memberikan 9 pertanyaan tentang pelaksanaan program posyandu meliputi : penyuluhan kesehatan dan gizi, imunisasi, penimbangan, pelayanan KB, Pelayanan ANC ibu hamil, program PMT, program tablet tambah darah, program kapsul iodium dan program kapsul vitamin A untuk bayi dan ibu nifas. Nilai tertinggi 9 apabila posyandu bisa memberikan semua pelayanan kepada sasarannya. Skor akhir dibagi menjadi 3 kategori yaitu : skor dibawah 33% (posyandu hanya memberikan maksimal 3 pelayanan) masuk kategori kurang, 44%-66% dari total skor (posyandu memberikan 4-6 pelayanan) kategori sedang, dan diatas 77% dari total skor minimal posyandu memberikan pelayanan sebanyak 7 program masuk dalam kategori baik. Sebanyak 96% responden tidak mendapatkan pelayanan posyandu secara lengkap sedangkan yang mendapatkan pelayanan posyandu secara lengkap sebesar 4%. Dilihat dari program serta cakupan programnya bahwa posyandu yang ada di Kecamatan Karang Tengah dan Ciranjang

12 tergolong ke dalam posyandu tingkat madya karena pelaksanaan posyandu berjalan setiap bulan tetapi cakupan program utama dan cakupannya masih rendah (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran ibu menurut pelayanan program posyandu Kategori n % Baik Sedang Kurang Total Akses Pelayanan Program Gizi Akses pelayanan program gizi untuk mengetahui jarak antara pelayanan program gizi dengan tempat tinggal. Jarak dibagi menjadi 3 kategori yaitu dekat, sedang dan jauh. Rata-rata jarak rumah responden dengan pelayanan program gizi adalah meter dan dari data yang diperoleh responden mengunjungi posyandu dengan berjalan kaki. Jarak antara pelayanan program gizi dengan tempat tinggal secara tidak langsung mempengaruhi keputusan dalam pemanfaatan pelayanan, namun karena mayoritas jarak antara pelayanan program gizi dengan tempat tinggal sehingga banyak ibu yang berkunjung ke posyandu antara 4-6 kunjungan sebesar 59% selama 6 bulan terakhir (Tabel 13). Tabel 13 Sebaran ibu menurut akses pelayanan program gizi Kategori (Jarak) n % Dekat ( < meter) Sedang ( meter) Jauh ( meter) Total

13 Rata-Rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Konsumsi Ibu Menyusui Setiap makanan mengandung zat gizi yang bervariasi baik jenis maupun jumlahnya. Kurangnya pangan yang dikonsumsi akan mengakibatkan kurangnya zat gizi yang dikonsumsi. Pada masa menyusui terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi. Apabila asupan zat gizi kurang selama menyusui secara langsung mempengaruhi kualitas dari produksi Air Susu Ibu (ASI) yang merupakan makanan pokok bagi bayi yang berusia 0-6 bulan. Sebaran kategori tingkat konsumsi ibu menyusui bisa dilihat pada tabel 14. Tabel 14 Statistik konsumsi dan tingkat kecukupan konsumsi ibu menyusui Zat Gizi Energi (kcal) Protein (gram) Vitamin A (µgre) Vitamin C (mg) Vitamin B1 (mg) Kasium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Konsumsi Tingkat Kecukupan Konsumsi (% AKG) Rata-Rata Std Rata-Rata Std Konsumsi Energi Ibu. Rata-rata konsumsi energi Ibu adalah 1452kkal/hari dengan rata-rata kecukupan energi baru memenuhi 52% angka kecukupan gizi yang dianjurkan (RDA). Konsumsi Protein Ibu. Rata-rata konsumsi protein Ibu 48.2 g/hari dengan ratarata tingkat kecukupan baru memenuhi 80% angka kecukupan gizi yang dianjurkan (RDA). Konsumsi Vitamin A Ibu. Defisiensi vitamin A merupakan masalah kesehatan masyarakat yang nyata di lebih 70 negara (WNPG 2004) dan masih menjadi masalah

14 utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Rata-rata konsumsi vitamin A adalah 658.3µgRE/hari sehingga tingkat kecukupan vitamin A baru memenuhi angka kecukupan vitamin A yang diajurkan sebesar 79%. Konsumsi Vitamin C Ibu. Manusia memerlukan vitamin C dari makanan karena tubuhnya tidak memiliki enzim L-gulono-α-lactone oxidase yang diperlukan yntuk sintesis vitamin C. Rata-rata konsumsi vitamin C sebesar 28.4g/hari dengan tingkat kecukupan sebesar 36%. Konsumsi Vitamin B1 Ibu. Vitamin B1 atau Thiamin merupakan koenzim yang penting pada metabolisme energi dari karbohidrat. Rata-rata konsumsi vitamin B1 (Thiamin) ibu sebesar 0.42 mg/hari dengan tingkat kecukupan vitamin B1 (Thiamin) baru memenuhi angka kecukupan vitamin A yang diajurkan sebesar 32.4%. Konsumsi Kalsium Ibu. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Lebih dari 99% kalsium terdapat di tulang. Konsumsi rata-rata ibu sebesar 452 mg dengan tingkat kecukupan kalsium baru memenuhi angka kecukupan kalsium yang diajurkan sebesar 49.8%. Konsumsi Fosfor Ibu. Fosfor sangat mempunyai peran penting dalam memelihara ph, menyimpan dan mengirim energi dan sintesa nukleotida. Konsumsi ratarata ibu sebesar 709 mg dengan tingkat kecukupan fosfor sudah memenuhi angka kecukupan fosfor yang diajurkan sebesar %. Konsumsi Besi Ibu. Rata-rata konsumsi besi ibu sebesar 11.5 mg/hari dengan tingkat kecukupan Besi baru memenuhi angka kecukupan besi yang diajurkan sebesebesar 42%. Tingkat kecukupan energi dan protein masih rendah, walaupun pada saat pengambilan data yaitu bulan September-Oktober merupakan bulan setelah panen raya. Masa panen di daerah Cianjur mulai bulan Juli dan panen raya terjadi pada bulan Agustus. Melihat dari ketersediaan pangan setidaknya kebutuhan pangan akan terpenuhi akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan kondisi tingkat kecukupan konsumsi masih rendah walaupun dalam kondisi pasca panen raya, kondisi ini salah satunya karena keterjangkauan secara ekonomi yaitu daya beli masyarakat masih rendah terlihat dari status rumah tangga hampir setengahnya masuk dalam kategori keluarga miskin.

15 Departemen Kesehatan RI tahun 1995 membagi klasifikasi tingkat kecukupan zat gizi menjadi 4 kategori yaitu baik ( % AKG), sedang (80-90% AKG), kurang (70-80% AKG) dan defisit (< 70% AKG). Sebaran ibu menurut tingkat kecukupan zat gizi bisa dilihat pada tabel 15. Tabel 15 Sebaran ibu menurut tingkat kecukupan zat gizi Zat Gizi Energi Protein Vitamin A Vitamin C Vitamin B1 Kasium Fosfor Besi Kategori Baik Sedang Kurang Defisit Total n % n % n % n % n % Rata-Rata Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Konsumsi Bayi Setiap makanan mengandung zat gizi yang bervariasi baik jenis maupun jumlahnya. Kurangnya pangan yang dikonsumsi akan mengakibatkan kurangnya zat gizi yang dikonsumsi. Makanan pertama dan utama seorang bayi adalah ASI (Air Susu Ibu). Kebutuhan zat gizi dan mineral yang dibutuhkan oleh bayi dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari ASI dan MPASI karena rentang usia bayi 0-11 bulan. Sebaran kategori tingkat konsumsi dan kecukupan konsumsi bayi bisa dilihat pada tabel 16. Tabel 16 Statistik konsumsi dan tingkat kecukupan konsumsi bayi Zat Gizi Konsumsi Tingkat Kecukupan Konsumsi (% AKG)

16 Rata-Rata Std Rata-Rata Std Energi (kcal) Protein (gram) Vitamin A (µgre) Vitamin C (mg) Vitamin B1 (mg) Kasium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Konsumsi Energi Bayi. Rata-rata konsumsi energi bayi adalah 663 kkal/hari dengan rata-rata kecukupan energi sudah memenuhi % angka kecukupan gizi yang dianjurkan (RDA). Konsumsi Protein Bayi. Protein berfungsi sebagai zat pembangun sehingga sangat penting bagi masa pertumbuhan. Rata-rata konsumsi protein bayi 14 g/hari dengan tingkat kecukupan protein sebesar 107.0%. Konsumsi Vitamin A Bayi. Defisiensi vitamin A merupakan masalah kesehatan masyarakat yang nyata di lebih 70 negara (WNPG 2004) dan masih menjadi masalah utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Rata-rata konsumsi vitamin A adalah µgre/hari sehingga tingkat kecukupan vitamin A sudah memenuhi angka kecukupan vitamin A yang diajurkan sebesar 142%. Konsumsi Vitamin C Bayi. Manusia memerlukan vitamin C dari makanan karena tubuhnya tidak memiliki enzim L-gulono-α-lactone oxidase yang diperlukan yntuk sintesis vitamin C. Rata-rata konsumsi vitamin C sebesar 38.3g/hari dengan tingkat kecukupan sebesar 119%. Konsumsi Vitamin B1. Vitamin B1 atau Thiamin merupakan koenzim yang penting pada metabolisme energi dari karbohidrat. Rata-rata konsumsi vitamin B1 (Thiamin) sebesar 0.2 mg/hari dengan tingkat kecukupan vitamin B1 (Thiamin) sebesar 59%. Konsumsi Kalsium Bayi. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Lebih dari 99% kalsium terdapat di tulang. Konsumsi rata-rata bayi sebesar 380 mg dengan tingkat kecukupan sebesar 114%.

17 Konsumsi Fosfor Bayi. Fosfor sangat mempunyai peran penting dalam memelihara ph, menyimpan dan mengirim energi dan sintesa nukleotida. Konsumsi ratarata bayi sebesar 616 mg/hari dengan tingkat kecukupan 279%. Konsumsi Besi Bayi. Anak apabila dilahirkan cukup waktu akan mempunyai cadangan zat besi yang diperoleh dari ibunya untuk mencukupi kebutuhan selama tiga bulan. Tetapi karena badan bayi dapat menggunakan zat besi secara hemat, maka pada usia setahun 70% dari total zat besi dalam badannya masih berasala dari zat besi yang diperoleh dari ibunya (Winarno 1995). Rata-rata konsumsi besi bayi sebesar 4.8 mg/hari dengan tingkat kecukupan sebesar 123%. Klasifikasi tingkat kecukupan zat gizi berdasarkan Departemen Kesehatan tahun 1995 bisa dilihat pada tabel 17. Klasifikasi dibagi 4 yaitu baik ( % AKG), sedang (80-90% AKG), kurang (70-80% AKG) dan defisit (< 70% AKG). Tabel 17 Sebaran bayi menurut tingkat kecukupan zat gizi Zat Gizi Energi Protein Vitamin A Vitamin C Vitamin B1 Kasium Fosfor Besi Kategori Baik Sedang Kurang Defisit Total n % n % n % n % n % Status Gizi Ibu Status gizi ibu diklasifikasikan menjadi 5 kategori berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1994 yaitu kategori kurus tingkat berat jika IMT ibu < 17.0, kurus ringan jika IMT ibu , normal jika IMT ibu , gemuk tingkat ringan jika IMT ibu , dan kategori gemuk tingkat berat jika IMT ibu >27.0. Status gizi ibu menyusui lebih dari setengahnya masuk dalam kategori normal

18 sebesar 76% sedangkan untuk kategori gemuk sebesar 17% dan kategori kurus sebesar 7%. Sebaran status gizi bisa dilihat lebih jelas pada tabel 18. Menurut As ad (2002) masalah gizi pada ibu menyusui biasanya karena mereka mempunyai riwayat antenatal dan posnatal yang jelek dan status gizi lebih pada ibu menyusui jarang sekali terjadi pada status ekonomi keluarga miskin. Sedangkan menurut Riordan (2004) bahwa status gizi ibu menyusui dipengaruhi oleh tingkat konsumsi dan kenaikan berat badan selama kehamilan, apabila tingkat konsumsi ibu dan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan maka status gizi ibu pada saat menyusui akan rendah karena ibu tidak mempunyai cadangan energi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang sangat tinggi pada masa menyusui. Tabel 18 Sebaran ibu menurut satus gizi Kategori n % Kurus (Berat) Kurus (Ringan) Normal Gemuk (Ringan) Gemuk (Berat) Total Status Gizi Bayi Status gizi pada penelitian ini dilihat dalam 3 kategori yaitu status gizi bayi menurut BB/U, status gizi bayi menurut BB/PB dan PB/U. Status gizi bayi menurut indeks BB/U yang menunjukan gambaran status gizi bayi saat ini hampir % masuk dalam kategori normal sedangkan sisanya masuk dalam kategori underweight sebesar 4% dan kategori underweight berat sebesar 3%. Kondisi berat badan sangat labil sehingga status gizi bayi yang termasuk ke dalam kategori underweight dan underweight berat bisa disebabkan karena perubahan mendadak yang disebabkan karena penurunan nafsu makan karena terserang penyakit infeksi. Dan kekurangan dalam penelitian ini tidak digali

19 penyakit infeksi yang menyertai bayi pada saat penelitian berlangsung. Sedangkan indeks berat badan menurut panjang badan ditemukan prevalensi wasting sebesar 2%,wasting berat sebesar 7%, sebesar 61% masuk dalam kategori normal dan sisanya 30% masuk dalam kategori overweight. Pada indeks Panjang badan menurut umur ditemukan prevalensi stunting sebesar 21% dan stunting berat sebesar 28%. Prevalensi stunting dan stunting berat memberikan gambaran bahwa terdapat defisiensi gizi dalam waktu yang cukup lama. Jadi hampir setengahnya bayi yang menjadi contoh penelitian berada dalam kegagalan untuk mencapai potensi pertumbuhan secara optimal kondisi disebabkan karena keadaan gizi atau kesehatan yang tidak optimal. Masing-masing sebaran bisa dilihat pada tabel 19. Tabel 19 Sebaran status gizi bayi menurut indeks BB/PB, PB/U, BB/U Kategori n % Indeks BB/PB: Overweight Normal Wasting Wasting Berat Indeks PB/U : Overweight Normal Stunting Stunting Berat Indeks BB/U: Overweight Normal Underweight Underweight Berat Total Total Total Hubungan Pemanfaatan Program Gizi di Posyandu dengan Status Gizi

20 Pemanfaatan program gizi di posyandu dengan status gizi ibu Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda terdapat hubungan positif antara pemanfaatan program gizi di posyandu dengan status gizi ibu menyusui (P<0.005). Nilai parsial R 2 yang menujukan kontribusi langsung antara variabel pemanfaatan program gizi di posyandu terhadap status gizi ibu menyusui sebesar 16.8%. Semakin sering ibu mengunjungi posyandu untuk mendapatkan pelayanan program gizi di posyandu semakin baik status gizi ibu menyusui. Pemanfaatan program gizi di posyandu dengan status gizi bayi Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda terdapat hubungan positif antara pemanfaatan program gizi di posyandu dengan status gizi bayi menurut indeks BB/PB (P<0.05). Nilai parsial R 2 yang menunjukan kontribusi langsung antara variabel pemanfaatan program gizi di posyandu terhadap status gizi bayi menurut indeks BB/PB sebesar 23.17%. Pemanfaatan program gizi di posyandu oleh ibunya secara tidak langsung berhubungan dengan status gizi bayi menurut indeks BB/PB. Sedangkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pemanfaatan program gizi gizi di posyandu dengan status gizi menurut indeks PB/U (P>0.05) dengan nilai R 2 sebesar 2.4%. Kondisi ini walaupun kunjungan ibu semakin sering ke posyandu untuk memanfaatkan program gizi namun tidak menjadikan status gizi bayi menurut indeks PB/U baik. Hal ini bisa disebabkan karena adanya gangguan pada keadaan gizi dan kesehatan bayi terbukti dengan prevalensi stunting pada penelitian ini sebesar 49%, didukung dengan akses ke pelayanan kesehatan yang cukup jauh serta kondisi ekonomi keluarga contoh sebesar 42% pendapatan per kapita per bulannya dibawah garis kemiskinan. Hal ini serupa dengan kondisi status gizi menurut indeks BB/U. Secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pemanfaatan program gizi di posyandu dengan ststus gizi menurut indeks BB/U (P>0.05).

21 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu menyusui Untuk mengetahui hubungan setiap variabel bebas dan terikat dilakukan analisis korelasi pearson. Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson pada α = 0.01 diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi ibu adalah tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan vitamin A, tingkat kecukupan vitamin C, tingkat kecukupan B 1 (tiamin), tingkat kecukupan kalsium, tingkat kecukupan fosfor, tingkat kecukupan zat besi dengan nilai korelasi (r) dan peluang bisa dilihat pada tabel 20. Tabel 20 Variabel yang bermakna pada α = 0.01 berdasarkan hasil analisis korelasi pearson Variabel Nilai Korelasi (r) Peluang Tingkat kecukupan Protein (X 2 ) Tingkat kecukupan vitamin A (X 3 ) Tingkat kecukupan vitamin C (X 4 ) Tingkat kecukupan B 1 /tiamin (X 5 ) Tingkat kecukupan kalsium (X 6 ) Tingkat kecukupan fosfor (X 7 ) Tingkat kecukupan zat besi (X 8 ) Regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari setiap variabel. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada α = 0.05 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan B 1 (tiamin), tingkat kecukupan vitamin C, tingkat kecukupan vitamin A berpengaruh positif terhadap status gizi ibu menyusui. Kondisi ini menunjukan bahwa semakin baik tingkat kecukupan konsumsi ibu menyusui semakin baik status gizinya (Tabel 21). Tabel 21 Variabel yang bermakna pada α = 0.05 berdasarkan hasil analisis regresi berganda Koefesien Variabel regresi Parsial Model R 2 R 2 Peluang

22 Konstanta Tingkat kecukupan B 1 / tiamin (X 5 ) Tingkat kecukupan vitamin C (X 4 ) Tingkat kecukupan vitamin A (X 3 ) Dengan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = X X X 5 Persamaan regresi linear berganda menunjukan bahwa nilai konstanta (intercept) sebesar menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel tingkat kecukupan vitamin A, tingkat kecukupan vitamin C, tingkat kecukupan vitamin B 1 (tiamin) maka nilai satus gizi ibu adalah Nilai koefesien regresi tingkat kecukupan vitamin A sebesar 0.426, tingkat kecukupan vitamin C sebesar 0.111, tingkat kecukupan vitamin B 1 sebesar menunjukan bahwa setiap penambahan karena tanda positif (+) satu nilai maka nilai status gizi ibu menyusui akan memberikan kenaikan nilai sebesar untuk variabel tingkat kecukupan vitamin A, untuk variabel tingkat kecukupan vitamin C, untuk variabel tingkat kecukupan vitamin B 1. Variabel tingkat kecukupan vitamin A memberikan kontribusi langsung kepada status gizi ibu sebesar 2.2%, tingkat kecukupan vitamin C sebesar 2.6% sedangkan tingkat kecukupan vitamin B 1 sebesar 5.8%. Menurut Setiawan dan Rahayuningsih (2004) bahwa vitamin B 1 merupakan koenzim pada metabolisme energi karbohidrat sehingga secara langsung memberikan pengaruh paling besar tehadap status gizi ibu menyusui dibandingkan dengan variabel lainnya. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ibu selain faktor tingkat kecukupan energi, protein, vitamin dan mineral adalah pengetahuan gizi ibu menyusui dan pemanfaatan program gizi di posyandu berpengaruh positif terhadap status gizi ibu menyusui. Kondisi ini menunjukan semakin baik pengetahuan gizi ibu dan semakin sering ibu memanfaatkan program gizi di posyandu semakin baik status gizinya (Tabel 22).

23 Tabel 22 Variabel yang bermakna pada α = 0.05 berdasarkan hasil analsis regresi berganda Variabel Koefesien regresi Konstanta Pengetahuan gizi ibu (X 2 ) Pemanfaatan program gizi di posyandu (X 4 ) Parsial Model R 2 R Peluang 1 1 Dengan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = X X 4 Persamaan regresi linear berganda menunjukan bahwa nilai konstanta (intercept) sebesar menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel pengetahuan gizi ibu, Pemanfaatan program gizi di posyandu maka nilai satus gizi adalah Nilai koefesien regresi pengetahuan gizi ibu sebesar 1.048, pemanfaatan program gizi di posyandu sebesar menunjukan bahwa setiap penambahan karena tanda positif (+) satu nilai maka nilai status gizi ibu akan memberikan kenaikan nilai sebesar untuk variabel pengetahuan gizi ibu, untuk variabel pemanfaatan program gizi di posyandu. Variabel pengetahuan gizi ibu memberikan kontribusi langsung kepada status gizi ibu sebesar 35.4%, Pemanfaatan program gizi di posyandu sebesar 16.8%. Pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi dalam praktek kesehatan gizi, ketika ibu mempunyai pengetahuan gizi baik maka akan diikuti dengan status gizi anaknya yang baik pula (Leslie 1985). Faktor-faktor yang mempengaruhi dengan status gizi bayi Untuk mengetahui hubungan setiap variabel bebas dan terikat dilakukan analisis korelasi pearson. Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson pada α = 0.01 diketahui bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi bayi adalah tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan vitamin A, tingkat kecukupan vitamin C, tingkat kecukupan

24 vitamin B 1 (tiamin), tingkat kecukupan kalsium, tingkat kecukupan fosfor dan tingkat kecukupan besi dengan nilai korelasi (r) dan peluang pada tabel 23. Tabel 23 Variabel yang bermakna pada α = 0.01 berdasarkan hasil analisis korelasi pearson Variabel Nilai Korelasi (r) Peluang Menurut indeks BB/PB : Tingkat kecukupan Protein (X 2 ) Tingkat kecukupan vitamin A (X 3 ) Tingkat kecukupan vitamin C (X 4 ) Tingkat kecukupan B 1 /tiamin (X 5 ) Tingkat kecukupan kalsium (X 6 ) Tingkat kecukupan fosfor (X 7 ) Tingkat kecukupan zat besi (X 8 ) Menurut indeks PB/U : Tingkat kecukupan Protein (X 2 ) Tingkat kecukupan vitamin A (X 3 ) Tingkat kecukupan vitamin C (X 4 ) Tingkat kecukupan B 1 /tiamin (X 5 ) Tingkat kecukupan kalsium (X 6 ) Tingkat kecukupan fosfor (X 7 ) Tingkat kecukupan zat besi (X 8 ) Menurut indeks BB/U : Tingkat kecukupan Protein (X 2 ) Tingkat kecukupan vitamin A (X 3 ) Tingkat kecukupan vitamin C (X 4 ) Tingkat kecukupan B 1 /tiamin (X 5 ) Tingkat kecukupan kalsium (X 6 ) Tingkat kecukupan fosfor (X 7 ) Tingkat kecukupan zat besi (X 8 ) Regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari setiap variabel. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada α = 0.05 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan vitamin C, tingkat kecukupan fosfor berpengaruh positif terhadap status gizi bayi menurut indeks BB/PB. Tingkat kecukupan vitamin A, tingkat kecukupan vitamin C, tingkat kecukupan fosfor berpengaruh positif terhadap status gizi bayi menurut indeks PB/U dan BB/U. Kondisi ini menunjukan bahwa

25 semakin baik tingkat kecukupan konsumsi fosfor, protein, vitamin C dan vitamin A semakin baik status gizinya (Tabel 24). Tabel 24 Variabel yang bermakna pada α = 0.05 berdasarkan hasil analisis berganda Variabel Menurut indeks BB/PB: (Y 1 ) Konstanta Tingkat kecukupan fosfor (X 7 ) Tingkat kecukupan vitamin C (X 4 ) Tingkat kecukupan Protein (X 2 ) Koefesien regresi Parsial R Model R Peluang regresi Menurut indeks PB/U : (Y 2 ) Konstanta Tingkat kecukupan fosfor (X 7 ) Tingkat kecukupan vitamin C (X 4 ) Tingkat kecukupan vitamin A (X 3 ) Menurut indeks BB/U : (Y 3 ) Konstanta Tingkat kecukupan fosfor (X 7 ) Tingkat kecukupan vitamin C (X 4 ) Tingkat kecukupan vitamin A (X 3 ) Dengan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y 1 = X X X 7 Y 2 = X X X 7 Y 3 = X X X 7 Persamaan regresi linear berganda menunjukan bahwa nilai konstanta (intercept) sebesar pada persamaan Y 1, pada persamaan Y 2,, pada persamaan Y 3 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai pada persamaan Y 1 dari variabel tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan vitamin C, tingkat kecukupan fosfor maka nilai satus gizi bayi menurut indeks BB/PB adalah sedangkan jika tidak ada kenaikan nilai pada persamaan Y 2 dan Y 3 variabel tingkat kecukupan vitamin A, tingkat kecukupan vitamin C, tingkat kecukupan fosfor maka nilai satus gizi bayi menurut PB/U

26 sebesar dan BB/U adalah sebesar Nilai koefesien regresi tingkat kecukupan protein sebesar 2.321, tingkat kecukupan vitamin C sebesar 1.570, tingkat kecukupan fosfor sebesar pada persamaan Y 1, tingkat kecukupan vitamin A sebesar 2.044, tingkat kecukupan vitamin C sebesar 1.041, tingkat kecukupan fosfor sebesar pada persamaan Y 2, tingkat kecukupan vitamin A sebesar 2.043, tingkat kecukupan vitamin C sebesar 1.041, tingkat kecukupan fosfor sebesar pada persamaan Y 3, menunjukan bahwa setiap penambahan karena tanda positif (+) satu nilai maka nilai status gizi bayi akan memberikan kenaikan nilai sebesar nilai koefesien regresi pada masing-masing variabel setiap persamaan. Pada persamaan Y 1 variabel tingkat kecukupan protein memberikan kontribusi langsung kepada status gizi bayi menurut BB/PB sebesar 1.9%, tingkat kecukupan vitamin C sebesar 4.3% sedangkan tingkat kecukupan fosfor sebesar 68.9%. Pada persamaan Y 2 dan Y 3 variabel tingkat kecukupan vitamin A memberikan kontribusi langsung kepada status gizi bayi sebesar 1.6%, tingkat kecukupan vitamin C sebesar 6.0% sedangkan tingkat kecukupan fosfor sebesar 68%. Menurut Soekatri dan Kartono (2004b) bahwa fungsi utama dari fosfor adalah membantudalam pembentukan energi senyawa ATP, GTP, dan UDP sehingga mempunyai peran penting dalam proses metabolisme energi yang merupakan energi utama untuk pertumbuhan. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi bayi selain faktor tingkat kecukupan energi, protein, vitamin dan mineral adalah pemanfaatan program gizi di posyandu berpengaruh positif terhadap status gizi bayi menurut indeks BB/PB sedangkan pendapatan keluarga berpengaruh positif terhadap status gizi bayi menurut indeks PB/U dan BB/U. Kondisi ini menunjukan bahwa semakin baik pemanfaatan program gizi di posyandu dan pendapatan keluarga maka semakin baik status gizinya (Tabel 25). Tabel 25 Variabel yang bermakna pada α = 0.05 berdasarkan hasil analisis regresi berganda Variabel Menurut indeks BB/PB (Y 1 ) Konstanta Pemanfaatan program gizi di posyandu (X 6 ) Koefesien regresi Parsial R 2 Model R 2 Peluang

27 Variabel Koefesien regresi Parsial R 2 Model R 2 Peluang Pendapatan keluarga (X 5 ) Menurut indeks PB/U (Y 2 ) Konstanta Pendapatan keluarga (X 5 ) Menurut indeks BB/U (Y 3 ) Konstanta Pendapatan keluarga (X 5 ) Dengan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y 1 = X X 6 Y 2 = X 5 Y 3 = X 5 Persamaan regresi linear berganda menunjukan bahwa nilai konstanta (intercept) sebesar pada persamaan Y 1, pada persamaan Y 2,, pada persamaan Y 3 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai pada persamaan Y 1 dari variabel pendapatan keluarga, pemanfaatan program gizi di posyandu, maka nilai satus gizi bayi menurut BB/PB adalah sedangkan jika tidak ada kenaikan nilai pada persamaan Y 2 dan Y 3 variabel pendapatan keluarga maka nilai satus gizi bayi menurut PB/U dan BB/U adalah sebesar Nilai koefesien regresi pendapatan keluarga sebesar pada persamaan Y 1, Y 2 dan Y 3, pemanfaatan program gizi di posyandu sebesar pada persamaan Y 1 menunjukan bahwa setiap penambahan karena tanda positif (+) satu nilai maka nilai status gizi bayi menurut BB/PB, PB/U dan BB/U akan memberikan kenaikan nilai sebesar nilai koefesien regresi pada masing-masing variabel setiap persamaan. Pada persamaan Y 1 variabel pendapatan keluarga memberikan kontribusi langsung kepada status gizi bayi menurut BB/PB sebesar 9.9%, pemanfaatan program gizi di posyandu sebesar 23.17% sedangkan pada persamaan Y 2 dan Y 3 variabel pendapatan keluarga memberikan kontribusi langsung kepada status gizi bayi sebesar 9.9%.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar km 2 dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Deskripsi Wilayah Deskripsi mengenai karakteristik Wilayah Utara Kabupaten Cianjur dikelompokkan dalam beberapa aspek, yaitu (1) keadaan geografi, (2) pertanian,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Disain dan Tempat Penelitian. Teknik Penarikan Contoh. di = di/d x 100

METODE PENELITIAN. Disain dan Tempat Penelitian. Teknik Penarikan Contoh. di = di/d x 100 METODE PENELITIAN Disain dan Tempat Penelitian Penelitian ini bagian dari penelitian yang dilaksanakan Khomsan et al (006) bekerjasama dengan Neysvan Hoogstraten Foundation (NHF) The Netherlands yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur 69 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur Kecamatan Warungkondang secara administratif terletak di Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Kabupaten Cianjur hektar dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Kabupaten Cianjur hektar dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di objek lokasi Wiasata Pantai Sereg yang terletak di Kampung Panglayungan, Desa Saganten, Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN

VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN 93 VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN Wilayah yang berperan sebagai pusat pertumbuhan merupakan wilayah yang menjadi pusat pemukiman, pelayanan, industri,

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh 31 Karakteristik Sosial Ekonomi keluarga Umur orangtua Sebaran umur orangtua contoh dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu kelompok remaja (

Lebih terperinci

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL 1 SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL a. Membangun 22 Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) b. Mengoptimalkan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ( PSKS) GOAL ( TUJUAN UMUM ) MENINGKATKAN KUALITAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Cianjur mempunyai luas wilayah daratan 3.646,72 km2, secara geografis terletak di antara garis 6.036 8-7.030 18 LS serta di antara 106.046

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA 94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur

Lampiran 1. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur 64 Lampiran. Penyebaran Fasilitas Pelayanan (Skalogram) di Kabupaten Cianjur Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan P.Keliling P.Keliling No. Nama Kecamatan Desa TK SD SLTP SMA SMK RA MI MTs MA RS Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode:... PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI Nama responden :... Nomor contoh :... Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan fungsi normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU MENUR IV KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan pangan. Banyak kasus kurang gizi disebabkan karena rendahnya pemahaman pola konsumsi yang sehat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan

BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN. Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Pemerintah Kabupaten Cianjur 1 Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan BUKU STATISTIK PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jl. Selamet Riyadi No. 8 Telp. (0263) 261293 Jl. Arif Rahman Hakim No. 26 Telp.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR

KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR BUPATI CIANJUR KEPUTUSAN BUPATI CIANJUR NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG BESARNYA UANG PERSEDIAAN (UP) BAGI ORGANISASI PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI CIANJUR, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran

Lebih terperinci

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Berat Badan Balita Gizi Kurang 1. Pengertian Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan merupakan pengukuran

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Energi dan Protein 1. Kebutuhan Energi Energi digunakan untuk pertumbuhan, sebagian kecil lain digunakan untuk aktivitas, tetapi sebagian besar dimanfaatkan untuk metabolisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pos pelayanan terpadu ( Posyandu) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesak/akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI di Indonesia 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Kualitas hidup manusia terbagi atas kualitas fisik dan kualitas non

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. Jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak dan keadaan kurang gizi merupakan

Lebih terperinci

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I.

KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 I. 5 Lampiran 1 KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI DAN KADARZI PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI JAMBI TAHUN 21 I. IDENTITAS LOKASI 1. Propinsi 2. Kabupaten 3. Kecamatan 4. Desa / Kelurahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Desa Desa Paberasan merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Paberasan yaitu: Sebelah utara : Desa Poja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 5 TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 33 GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Rusmini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada makhluk hidup. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita adalah penerus masa depan kita, balita juga menentukan masa depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah satu golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR

V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR 79 V. KETIMPANGAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI CIANJUR Suatu wilayah memiliki potensi dan karakteristik wilayah yang berbeda dengan wilayah lain. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi dan Status Gizi Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu karakteristik individu dan karakteristik keluarga.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pekerja wanita usia subur (WUS) selama ini merupakan sumber daya manusia (SDM) yang utama di banyak industri, terutama industri pengolahan pangan yang pekerjaannya masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

KUESIONER UNTUK KADER

KUESIONER UNTUK KADER KUESIONER UNTUK KADER Petunjuk Pengisian. 1. Jawablah pertanyaan yang ada pada kuesioner ini secara lengkap dan dengan sejujurnya. 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut pendapat anda benar.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4.

Lampiran 1 Kuesioner. Nama sheet : Coverld. 1. Tanggal wawancara : MK1. 2. Nama responden : MK2. 3. Nama balita : MK3. 4. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI KABUPATEN BOJONEGORO Nama sheet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah kekurangan energi protein seperti merasmus, kwarsiorkor, dan stunting. Kekurangan energi protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu sangat mendambakan kesehatan karena hal itu merupakan modal utama dalam kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan prospective study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2003 (antara musim

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN : HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI Anik Kurniawati Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta E-mail: kurniawati_anik@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d²

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d² 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional study), dengan cara mengukur variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat )

KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH. ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) KETIMPANGAN WILAYAH DAN KEDUDUKAN KECAMATAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH ( Studi Kasus : Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat ) Oleh : Evy Syafrina Harahap A14302004 FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH KONSELING GIZI PADA IBU KELUARGA MISKIN TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PENGARUH KONSELING GIZI PADA IBU KELUARGA MISKIN TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PENGARUH KONSELING GIZI PADA IBU KELUARGA MISKIN TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF Di susun oleh : Ai Nurhayati GMK - A.5633 Komisi Pembimbing Ketua : Prof.Dr. Ir. Hardinsyah, MS Anggota: Prof.DR.Ir. Hidayat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gizi seimbang merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan, perkembangan, menurunkan produktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah penerus masa depan kita, anak balita juga menentukan masa depan bangsa, anak balita sehat akan menjadikan anak balita yang cerdas. Anak balita salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci