BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Tulang Belakang Tulang punggung adalah sekumpulan tulang yang tersusun dalam columna vertebralis. Garis berat tubuh manusia di kepala berawal pada vertex, diteruskan melalui columna vertebralis ke tulang panggul yang selanjutnya akan meneruskannya kembali ke tungkai melalui acetabulum. Dalam menjalankan fungsinya menahan berat badan, tulang-tulang ini diperkuat oleh ligamen dan otot-otot yang sekaligus juga mengatur keseimbangan dan gerakannya. Tulang punggung ( columna vertebralis) dibentuk oleh serangkaian tulang vertebra yang terdiri dari tujuh buah vertebrae cervicales, dua belas buah vertebrae thoracicae, lima vertebrae lumbales, os sacrum, dan os coccygis. Os sacrum merupakan penyatuan (fusi) dari lima buah vertebrae sacrales, dan os coccygis ( tulang ekor) biasa terdiri dari empat vertebrae coccygeae (Wibowo dan Paryana, 2009) Ciri-ciri khas masing-masing tulang vertebra Vertebrae cervicales pada umumnya mempunyai corpus yang berbentuk segi-empat, dengan processus transversus yang terbelah dua, dengan tuberculum anterior dan tuberculum posterior di depan dan belakangnya. Pada processus transversus dijumpai foramen transversarium. Processus articularis-nya mempunyai permukaan yang hampir horizontal, miring membentuk sudut ke depan. Foramen transversarium dari vertebrae cervicalis pertama sampai keenam merupakan tempat lalu arteria vertebralis yang menuju kepala (lewat foramen magnum); sedangkan pada vertebrae cervicalis ketujuh lubang ini diisi oleh vena. Vertebra cervicalis pertama dinamakan atlas. Tulang ini berartikulasi dengan os occipital (pada condylus occipitalis). Atlas tidak mempunyai corpus vertebrae tetapi mempunyai massa lateralis atlantis di kiri dan kanan. Kedua massa lateralis dihubungkan oleh arcus anterior atlantis dan arcus posterior

2 5 atlantis. Di pertengahan arcus anterior terdapat tuberculum anterior dan di belakang terdapat tuberculum posterior. Pada atlas, processus transversus tidak menunjukkan penonjolan yang dominan. Di bagian belakang tuberculum anterior terdapat fovea dentis. Rongga yang biasa ditempati corpus akan ditempati oleh dens axis dari vertebra cervicalis II, dan dens axis ini mempunyai permukaan yang berhubungan dengan fovea dentis. Vertebra cervicalis kedua atau axis mempunyai corpus yang menonjol keatas membentuk dens axis. Processus transversus-nya relatif kecil dan mempunyai tonjolan diujungnya. Vertebra cervicalis keenam hanya mempunyai ciri berupa tuberculum anterior yang menonjol dinamakan tuberculum caroticum. Vertebra cervicalis ketujuh dinamakan juga vertebra prominens, berbeda dengan yang lain karena mempunyai processus spinosus yang panjang menyerupai vertebra thoracica sehingga mudah diraba dari luar. Selain itu, tuberculum anterior-nya juga kadang-kadang panjang menyerupai costa. Vertebra thoracica mempunyai corpus yang menyerupai bentuk jantung kartu. Processus spinosus-nya panjang dan runcing menghadap ke bawah sehingga menyulitkan gerakan antar vertebra. Processus articularis tersusun miring hampir vertikal. Pada bagian atas dan bawah corpus bagian lateral kiri-kanan terdapat lekukan, fovea costalis (superior dan inferior), tempat lekat tulang iga (costa). Lekukan serupa juga didapatkan pada processus transversus. Pada vertebra thoracica kesepuluh sampai kedua belas hanya didapatkan satu buah fovea costalis di kiri-kanan corpus dengan posisi lebih di tengah. Vertebra thoracica ke dua belas sering menunjukkan processus spinosus yang mirip vertebra lumbalis. Vertebra lumbalis mempunyai corpus yang bentuknya mirip ginjal. Pediculus dan lamina lebih tebal dan kokoh, processus spinosus berbentuk segiempat yang relatif besar dan kokoh. Processus transversus tidak menonjol, tetapi

3 6 pada processus transversus ini dapat dijumpai processus mammilaris dan processus accessorius. Corpus vertebra lumbalis mempunyai tinggi sekitar dua puluh lima milimeter, dengan discus intervertebralis sekitar sepuluh sampai dua belas milimeter. Os sacrum atau vertebrae sacrales masih menunjukkan sisa lima tulang yang menyatu. Di bagian belakang pada garis tengah terdapat crista sacralis mediana yang merupakan fusi processus spinosus, disertai crista sacralis lateralis bekas processus transversus dan crista sacralis medialis hasil fusi processus articularis. Di ujung caudal crista sacralis mediana terdapat ujung canalis sacralis atau hiatus sacralis dan cornu sacrale yang berhubungan dengan os coccygis. Hiatus ini dapat digunakan untuk penyuntikan anaesthesi pada caudal anaesthesia. Di kiri kanan pada pars lateralis terdapat facies auricularis yang merupakan tempat artikulasi dengan tulang panggul, dalam hal ini dengan os ilium. Di bagian depan dan belakang terdapat empat pasang foramina sacralia (anterior dan posterior) tempat lalu saraf spinalis rami anterior dan rami posterior. Di bagian depan (facies pelvica) os sacrum masing-masing lubang kiri kanan dihubungkan oleh lineae transersae bekas discus intervertebralis. Os sacrum melengkung ke arah depan dan ke lateral. Pada laki-laki lengkungan ini lebih nyata dibanding dengan wanita. Bentuk fascies pelvica yang relatif lebih kurus menguntungkan pada wanita yang akan melahirkan. Ujung atas bagian depan os sacrum lebih menonjol dan dinamakan promontorium dengan ala ossis sacri di kiri-kanan nya. Bagian ini penting karena dipergunakan untuk mengukur diameter panggul. Os sacrum membentuk sudut 60 derajat dengan bidang vertikal. Os coccygis (coccyx) adalah beberapa tulang (ekor) sangat kecil di ujung caudal os sacrum. Jumlahnya biasanya empat buah, kadang-kadang tiga buah,

4 7 yang paling atas mempunyai cornu coccygeum yang berhubungan dengan cornu ossis sacri (Wibowo dan Paryana, 2009). Gambar 2.1. Tulang Belakang Sendi pada Columna Vertebralis Sendi antara vertebrae di punggung Persendian pada columna vertebralis terutama terdapat antara masingmasing vertebra melalui suatu plane-joint pada processus articularis superior dan processus articularis inferior masing-masing. Sebagai suatu articulatio plana (plane-joint), sendi ini termasuk sendi synovial.

5 8 Sendi synovial antar vertebra berbeda pada masing-masing kelompok cervical, thoracica, dan lumbal. Pada vertebrae cervicales hubungan ini miring, pada vertebrae thoracicae hubungan ini hampir vertikal pada bidang sagital, sedangkan pada vertebrae lumbales sendi ini tegak menghadap ke lateral. Sendi atlanto-occipitalis Selain itu terdapat juga persendian antara tulang atlas dengan condyles accipitalis, yaitu articulation atlantooccipitalis. Pada sendi ini terutama terjadi gerak ante-flexio dan dorso-flexio kepala terhadap leher. Disamping persendian pada processus articularisnya, antara atlas dan epistropheus juga terdapat sendi trochoida yaitu pada hubungan dens axis (dens episthropheus) dengan fovea dentis. Sendi ini, yang dibagian posterior diperkuat oleh ligamentum transversum atlantis, memungkinkan gerak latero-flexio kepala terhadap leher. Sendi costovertebralis Articulatio costovertebralis terdapat pada vertebra thoracica yang berhubungan dengan costa. Sendi ini juga meruakan suatu plant-joint, terdapat antara costa dengan fovea costalis yang terdapat pada corpus dan pada processus transversus. Sendi lumbosacral dan sacro-iliaca Di bagian caudal terdapat articulatio lumbosacralis dan articulatio sacroiliaca antara facies articularis ossis sacri dan os illium. Sendi terakhir ini, suatu plane-joint, merupakan jalur yang meneruskan gaya berat yang ditopang oleh columna vertebralis ke tulang panggul untuk selanjutnya diteruskan ke tulang tungkai. Fungsi ini dipermudah oleh permukaan facies articularis yang berbenjolbenjol tidak rata, diperkuat oleh ligamentum sacroiliacum anterior dan ligamentum sacroiliacum posterior. Disamping itu, vertebra lumbalis pada articulatio lumbosacralis diikat juga dengan os ilium oleh ligamentum iliolumbale.

6 9 Discus intervertebralis dibentuk oleh nucleus pulposus yang dikelilingi dan diikat oleh annulus fibrosus yang merupakan suatu fibro cartilago. Pada anak-anak discus ini berisi materi yang berbentuk gel, tetapi dengan pertambahan usia, massa ini mengeras menjadi mirip jaringan rawan. Nucleus pulposus dengan annulus fibrosus berfungsi sebagai bantalan yang menahan tubuh. Tetapi, bila discus ini mengalami perubahan tekanan yang mendadak, serabut yang membentuk annulus fibrosus dapat sobek sehingga nucleus pulposus menjorok keluar. Keadaan ini dinamakan hernia nucleus pulposus. Bagian nucleus yang keluar akan menekan serabut saraf spinal yang terdapat di sana (Wibowo dan Paryana, 2009) Ligamenta pada Columna Vertebralis Sepanjang bagian depan columna vertebralis didapati ligamentum longitudinale anterior yang mengikat semua vertebra. Ligamentum ini dimulai dari os occipitale dan berakhir pada os sacrum. Di bagian belakang corpus, di dalam canalis vertebralis, didapati juga ligamentum longitudinale posterior di dinding depan canalis vertebralis. Ligamenta ini mempunyai hubungan yang erat dengan setiap discus intervertebralis, serabut collagen-nya menyatu dengan serabut collagen yang membentuk annulus fibrosus. Di leher terdapat ligamentum nuchae, suatu ligamentum supra-spinale, yang menghubungkan setiap processus spinosus dengan protuberantia occipitalis externa. Ligamentum ini membentuk semacam lembaran yang menghubungkan tempat perlekatannya di garis tengah. Diantara setiap processus spinosus terdapat ligamentum interspinalia, dan diantara setiap processus transversus didapati ligamentum intertransversaria. Lamina setiap vertebra dihubungkan satu sama lain oleh ligamentum flavum yang menyerupai membran (Wibowo dan Paryana, 2009).

7 Spondilitis Tuberkulosis Definisi Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang belakang (Zuwanda dan Raka, 2013). Penyakit ini merupakan suatu bentuk penyakit yang progresif dari tuberkulosis (Hefti, 2007; Ravindra dan Dilip, 2011), bersifat tidak berbahaya, dan hanya terbatas pada cakram tulang belakang (Hefti, 2007) Epidemiologi Tuberkulosis merupakan penyakit masyarakat kurang mampu yang umumnya menginfeksi dewasa muda pada usia mereka yang paling produktif. Resiko terinfeksi tuberkulosis diperkirakan kali lebih besar pada orangorang dengan ko-infeksi HIV dibandingkan dengan orang-orang yang tidak terinfeksi HIV. Pada tahun 2009, kira-kira 1,2 juta kasus baru tuberkulosis dilaporkan pada orang-orang yg mengidap HIV; 90% dari kasus-kasus ini berpusat di Afrika dan di Timur Selatan Asia (Ravindra dan Dilip, 2011). Menurut Vitriani (2002), insidensi spondilitis tuberkulosis bervariasi di seluruh dunia dan biasanya berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang tersedia serta kondisi sosial di negara tersebut. Saat ini spondilitis tuberkulosis merupakan sumber morbiditas dan mortalitas utama pada negara yang belum dan sedang berkembang, terutama di Asia, dimana malnutrisi dan kepadatan penduduk masih menjadi merupakan masalah utama. Pada negaranegara yang sudah berkembang atau maju insidensi ini mengalami penurunan secara dramatis dalam kurun waktu 30 tahun terakhir Spondilitis tuberkulosis pada pengidap HIV Tuberkulosis merupakan suatu penyakit yang sangat sering terjadi pada penderita HIV di seluruh dunia. Pada penelitian di Nigeria, tercatat sebanyak 1320 pasien HIV yang tertinjau. Sebanyak 138 pasien (10%) pasien dengan ko-infeksi tuberkulosis. Sebanyak 50 pasien ko-infeksi menderita salah satu tipe dari tuberkulosis ekstra-paru; 15 orang dari pasien ini menderita tuberkulosis paru dan

8 11 juga tuberkulosis ekstra-paru. Diantara 35 pasien penderita tuberkulosis ekstraparu, 14% menderita spondilitis tuberkulosis. Sebuah penelitian di Afrika Selatan, mengevaluasi 525 rekam medik pada seluruh pasien yang memiliki masalah pada tulang belakang, didapat hasil 104 pasien (20%) menderita spondilitis tuberkulosis. Sebesar 90% pasien dengan spondilitis tuberkulosis berasal dari keturunan Afrika dan 10% berasal dari ras lain (Ravindra dan Dilip, 2011) Etiologi Penyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil (basilus). Bakteri yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis, walaupun spesies Mycobacterium yang lainpun dapat juga bertanggung jawab sebagai penyebabnya, seperti Mycobacterium africanum (penyebab paling sering tuberkulosis di Afrika Barat), Bovine tubercle baccilus, ataupun Non-tuberculous mycobacteria (banyak ditemukan pada penderita HIV) (Vitriana, 2002) Faktor Resiko Menurut Ravindra dan Dilip (2011), faktor resiko untuk tuberkulosis, yaitu : a. Kemiskinan b. Lingkungan dengan kepadatan yang berlebihan c. Kebutahurufan d. Malnutrisi e. Pengonsumsi alcohol f. Penyalahgunaan obat-obatan g. Penderita Diabetes Mellitus h. Pengobatan dengan immunosupresan i. Infeksi HIV

9 12 Berikut juga merupakan faktor resiko dari spondilitis tuberkulosis. Di Iran, usia tua, berjenis kelamin laki-laki, mengalami dialisis selaput perut kronik, terkurung, dan pernah mengalami infeksi tuberkulosis diidentifikasi memiliki faktor resiko untuk mengalami spondilitis tuberkulosis (Ravindra dan Dilip, 2011). Kerentanan genetik untuk spondilitis tuberkulosis terbukti akhir-akhir ini. Sekelompok pekerja menyelidiki hubungan antara FokI polimorfisme pada gen reseptor vitamin D dengan spondilitis tuberkulosis pada populasi masyarakat Cina dan ditemukan bahwa gen tersebut terbukti diasosiasikan dengan kerentanan menderita spondilitis tuberkulosis (Ravindra dan Dilip, 2011) Gejala Klinis Gejala klinis dari spondilitis tuberkulosis adalah nyeri yang terlokalisir, teraba kenyal pada daerah yang terkena, kekakuan, dan kerusakan yang berarti pada tulang belakang. Lama-kelamaan akan muncul cold abscess apabila infeksi tuberkulosis menyebar ke ligamen-ligamen terdekat dan jaringan-jaringan lunak terdekat. Karakteristik dari cold abscess ini adalah rasa nyeri yang berkurang dari yang dirasakan sebelumnya dan ditemui tanda-tanda inflamasi. Penyakit spondilitis tuberkulosis umumnya lama dan tidak disadari. Lama sakit bervariasi dari beberapa bulan hingga beberapa tahun dengan rata-rata sakit bervariasi dari empat bulan hingga sebelas bulan. Biasanya pasien mencari dokter apabila pasien telah mengalami rasa nyeri yang luar biasa yang ditandai dengan kerusakan tulang belakang atau gejala-gejala neurologis. Nyeri punggung merupakan gejala yang paling sering terjadi pada penyakit ini. Intensitas nyeri bervariasi dari sakit ringan yang menetap hingga kelumpuhan. Nyeri biasanya dirasakan pada daerah yang terkena dan umumnya pada regio torakal. Nyeri dapat dirasakan bila pasien melakukan gerakan yang melibatkan tulang belakang, batuk dan pada saat mengangkat beban berat yang disebabkan oleh instabilitas tulang belakang, kompresi saraf-saraf yang melalui tulang belakang ataupun fraktur. Apabila tidak diobati, gangguan neurologik ringan akan berlanjut menjadi paraplegia ataupun tetraplegia.

10 13 Pada pasien yang terkena pada regio servikal, gejala paling awal adalah nyeri, lemah dan kesemutan pada ekstremitas atas dan bawah yang kemudian akan berlanjut ke tetraplegia. Pada pasien yang terkena pada regio torakal atau lumbal, fungsi ekstremitas atas masih normal sedangkan pada ekstremitas bawah akan menurun dan akan menjadi paraplegia. Pada pasien dengan kompresi cauda equina dikarenakan kerusakan tulang belakang regio lumbal dan sacral akan mengalami kelemahan, kesemutan dan nyeri disertai penurunan atau hilang sama sekali refleks pada kelompok otot yang disarafi. Pembentukan cold abscess disekitar lesi vertebral merupakan karakteristik lainnya pada spondilitis tuberkulosis. Pembentukan abses merupakan kejadian yang sering dan abses dapat tumbuh manjadi ukuran yang sangat besar. Lokasi abses ini tergantung dari regio tulang belakang yang terinfeksi. Pembentukan abses pada region servikal akan terjadi akumulasi pus dibelakang fascia prevertebral dan akan terbentuk abses retrofaringeal. Abses dapat turun ke mediastinum dan masuk ke trakea, esophagus ataupun rongga pleura. Pembentukan abses pada regio torakal biasanya berbentuk fusiform atau bengkak bulbous paravertebral dan akan terbentuk benjolan pada bagian posterior mediastinum. Pembentukan abses pada regio lumbal biasanya tampak pembengkakan di pinggang dan panggul. Abses dapat turun hingga kebawah ligamen inguinal dan muncul pada paha. Kumpulan pus dapat mengikuti arus pembuluh darah sehingga dapat timbul abses pada daerah bokong (Ravindra dan Dilip, 2011) Patogenesa Patogenesa penyakit ini sangat tergantung dari kemampuan bakteri menahan cernaan enzim lisosomal dan kemampuan host untuk memobilisasi immunitas seluler. Jika bakteri tidak dapat diinaktivasi, maka bakteri akan bermultiplikasi dalam sel dan membunuh sel itu. Komponen lipid, protein serta polisakarida sel basil tuberkulosa bersifat immunogenik, sehingga akan

11 14 merangsang pembentukan granuloma dan mengaktivasi makrofag. Beberapa antigen yang dihasilkannya juga dapat juga bersifat immunosupresif. Virulensi basil tuberkulosis dan kemampuan mekanisme pertahanan host akan menentukan perjalanan penyakit. Pasien dengan infeksi berat mempunyai progresi yang cepat; demam, retensi urin dan paralisis arefleksi dapat terjadi dalam hitungan hari. Respon seluler dan kandungan protein dalam cairan serebrospinal akan tampak meningkat, tetapi basil tuberkulosis sendiri jarang dapat diisolasi. Pasien dengan infeksi bakteri yang kurang virulen akan menunjukkan perjalanan penyakit yang lebih lambat progresifitasnya, jarang menimbulkan meningitis serebral dan infeksinya bersifat terlokalisasi dan terorganisasi (Vitriana, 2002). Menurut Hefti (2007), patogenesa spondilitis tuberkulosis pada anak-anak dimulai dari ujung tulang belakang ke cakram tulang belakang. Bakteri dapat menginvasi cakram tulang belakang dengan transmisi secara hematogen dari pembuluh darah. Seiring masa pertumbuhan anak-anak pembuluh darah ini akan menghilang sehingga mencegah infeksi lebih lanjut ke cakram tulang belakang. Karena itu, pada remaja dan dewasa infeksi selalu pada tulang disekitar atau dekat cakram tulang belakang sedangkan pada anak-anak terjadi pada cakram tulang belakang. Menurut Agrawal, Patgaonkar dan Nagariya (2010), basil tuberkulosis dapat menyebar dari paru-paru ke tulang belakang melalui pleksus Batson (Batson s paravertebral venous plexus) ataupun melalui kelenjar getah bening. Menurut Chauhan (2007), spondilitis tuberkulosis merupakan hasil dari penyebaran hematogen dari fokus utama di paru-paru atau kelenjar getah bening. Jenis yang umum penyebaran melalui pleksus Batson s sedangkan infeksi paradiskal menyebar melalui arteri Diagnosa Diagnosa dari spondilitis tuberkulosis bergantung dari gejala klinis dan hasil foto. Untuk mengkonfirmasi diperlukan pemeriksaan secara mikroskopis ataupun kultur materi yang didapatkan secara biopsi pada lesi. Polymerase chain

12 15 reaction juga merupakan metode efektif untuk diagnosis bakteriologis pada tuberkulosis. Skrining pada seluruh tulang belakang dapat dilakukan untuk mencari lesi-lesi lainnya. Gambar 2.2. Gambaran Spondilitis Tuberkulosis pada Pemeriksaan MRI Menurut Ravindra dan Dilip (2011), diagnosis Spondilitis tuberkulosis: 1. X-ray, CT atau MRI tulang belakang perlu dilakukan pada seluruh pasien. 2. MRI tulang belakang menentukan asal dari kerusakan tulang sekaligus keikutsertaan jaringan-jaringan lunak (termasuk saraf-saraf pada tulang belakang). 3. Skrining seluruh tulang belakang perlu dilakukan untuk mencari lesi yang tertinggal. 4. Setiap pasien harus dilakukan X-ray dada untuk mendeteksi apakah diikuti tuberkulosis paru.

13 16 5. Keuntungan dan kerugian biopsi dan aspirasi tulang belakang dijelaskan kepada pasien dengan tujuan untuk mendapatkan materi yang sesuai untuk diagnosis. 6. Materi yang didapat dari biopsi ataupun dari operasi harus dikirim ke bagian mikrobiologi dan histologi. 7. Penatalaksanaan yang tepat harus segera dimulai tanpa menunggu hasil kultur. 8. Dokter harus menduga spondilitis tuberkulosis meskipun riwayat dan hasil diagnosa cepat negatif namun gejala klinis sangat mengarah ke spondilitis tuberkulosis. 9. Regimen obat harus terus dilanjutkan meski hasil kultur negatif Penatalaksanaan Pada pasien spondilitis tuberkulosis, pengobatan antituberkulosis harus dimulai sedini mungkin. Pengobatan antutuberkulosis sering diberikan terlebih dahulu bahkan sebelum diagnosis pasti ditegakkan. Di negara-negara yang kurang sumber daya bahkan diagnosa secara etiologi tidak perlu ditegakkan sama sekali. Pasien dengan komplikasi spondilitis tuberkulosis perlu dilakukan operasi. Regimen pengobatan yang direkomendasikan World Health Organization (WHO) merupakan pengobatan berdasarkan kategori tuberkulosis. Ketegori pertama pengobatan antituberkulosis dibagi menjadi dua fase : fase intensif dan fase lanjutan. Pada bulan kedua fase intensif, terapi antituberkulosis termasuk kombinasi dari empat jenis obat-obatan lini pertama: isoniazid, rifampicin, steptomicin dan pirazinamid. Pada fase lanjutan, isoniazid dan rifampicin diberikan selama empat bulan. Karena bahaya yang serius akan kelumpuhan dan mortalitas dan juga karena sulit untuk memantau respon dari pengobatan maka WHO merekomendasikan sembilan bulan pengobatan untuk tuberkulosis tulang ataupun sendi. American Thoracic Society merekomendasikan enam bulan kemoterapi untuk tuberculosis tulang belakang pada dewasa dan dua belas bulan pada anak-anak. British Thoracic Society merekomendasikan enam bulan untuk pengobatan harian dengan rifampicin dan isoniazid, ditambah pirazinamid dan

14 17 salah satu dari ethambutol atau streptomicin untuk fase awal selama dua bulan pertama (regimen enam-bulan-empat-obat), untuk segala usia. Meskipun pengobatan selama enam bulan cukup, banyak ahli melakukan pengobatan selama dua belas hingga dua puluh empat bulan atau hingga hasil radiologis ataupun hasil patologi menunjukkan penurunan akan perkembangan penyakit. Untuk menghindari perburukan penyakit, lakukan observasi secepatnya dan berikan regimen pengobatan jangka pendek. Pemberian kortikosteroid tidak memiliki makna penting pada tuberkulosis tulang belakang kecuali pada kasus spinal arachnoiditis atau nonosseous spinal tuberculosis (Ravindra dan Dilip, 2011) Pembedahan Terdapat kontroversi mengenai pembedahan pada tuberkulosis tulang belakang. Hodgson dan Stock merekomendasikan pembedahan sedangkan Konstam, dkk merekomendasikan teknik konservatif dibandingkan pembedahan. Kira-kira empat puluh persen kasus tuberkulosis tulang belakang dengan paraplegia menunjukkan kesembuhan dengan pengobatan antituberkulosis, istirahat dan/atau traksi. Medical Research Council of the United Kingdom berdasarkan pada satu studi mengungkapkan bahwa dengan pengobatan antituberkulosis terbukti efektif, diikuti juga dengan perbaikan neurologis dan mencegah penyakit ini berkembang menjadi kifosis. Sebuah penelitian randomized tiral yang diujikan pada pasien pasien yang tidak mengalami kelumpuhan yang dilakukan oleh Medical Research Council Working Party on Tuberculosis of the Spine mendemonstrasikan tidak ada keuntungan tambahan pada pembedahan kombinasi dengan kemoterapi dibandingkan dengan kemoterapi saja. Untuk beberapa kondisi, pembedahan dapat menguntungkan dan di indikasikan. Keuntungan dari pembedahan adalah mengurangi kifosis, rasa lega segera setelah dilakukan pembedahan pada pasien dengan kompresi saraf, rasa lega segera terhadap nyeri, persentasi lebih tinggi untuk penyambungan tulang, penyambungan tulang yang lebih cepat, sedikit yang mengalami kekambuhan, dapat lebih cepat melakukan aktifitas kembali dan sedikit jumlah tulang yang

15 18 sempat terinfeksi. Pembedahan dapat juga mencegah masalah-masalah neurologis yang disebabkan kifosis karena penyambungan tulang yang terinfeksi tidak terjadi (Ravindra dan Dilip, 2011) Pencegahan Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) merupakan suatu strain Mycobacterium bovis yang dilemahkan sehingga virulensinya berkurang. BCG akan menstimulasi immunitas, meningkatkan daya tahan tubuh tanpa menimbulkan hal-hal yang membahayakan. Vaksinasi ini bersifat aman tetapi efektifitas untuk pencegahannya masih kontroversial (Vitriani, 2002) Prognosa Menurut Vitriani (2002), prognosa pasien dengan spondilitis tuberkulosis sangat tergantung dari usia dan kondisi kesehatan umum pasien, derajat berat dan durasi defisit neurologis serta terapi yang diberikan. a. Mortalitas Mortalitas pasien spondilitis tuberkulosis mengalami penurunan seiring dengan ditemukannya kemoterapi (menjadi kurang dari 5%, jika pasien didiagnosa dini dan patuh dengan regimen terapi dan pengawasan ketat). b. Relaps Angka kemungkinan kekambuhan pasien yang diterapi antibiotik dengan regimen medis saat ini dan pengawasan yang ketat hampir mencapai 0%. c. Kifosis Kifosis progresif selain merupakan deformitas yang mempengaruhi kosmetis secara signifikan, tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya defisit neurologis atau kegagalan pernafasan dan jantung karena keterbatasan fungsi paru. d. Defisit neurologis Defisit neurologis pada pasien spondilitis tuberkulosis dapat membaik secara spontan tanpa operasi atau kemoterapi. Tetapi secara umum, prognosis membaik dengan dilakukannya operasi dini.

16 19 e. Usia Pada anak-anak, prognosis lebih baik dibandingkan dengan orang dewasa. f. Fusi Fusi tulang yang solid merupakan hal yang penting untuk pemulihan permanen spondilitis tuberkulosis. Menurut Ravindra dan Dilip (2011), prognosis pasien dengan spondilitis tuberkulosis meningkat dengan diagnosa dini dan penanganan yang cepat. Spondilitis tuberkulosis menginfeksi orang-orang muda sehingga perlu usaha yang tepat untuk pecegahan yang efektif. Mengendalikan penyebaran dari tuberkulosis merupakan jalan untuk mencegah spondilitis tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease

BAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease merupakan suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

Anatomy of Vertebrae

Anatomy of Vertebrae Anatomy of Vertebrae Introduction 33 vertebrae : 7 Vertebra cervicales 12 vertebra thoracicae 5 vertebra lumbales 5 vertebra sacrales 4 vertebra coccygeae Vertebral Body Corpus vertebralis anterior segment

Lebih terperinci

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU

OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI THORAX, TRUNCUS DAN PELVIS DEPARTEMEN ANATOMI FK USU OSTEOLOGI DINDING THORAX 1 THORAX Bgn tubuh yg terdapat diantara leher dan abdomen Rangka dinding thorax ( compages thoracis ), dibentuk oleh

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRAE I

OSTEOLOGI VERTEBRAE I OSTEOLOGI VERTEBRAE I Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae coccygealis costae sternum Columna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Berdasarkan laporan WHO, kasus baru tuberkulosis di dunia lebih dari 8 juta pertahun. Diperkirakan 20-33% dari penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.

Lebih terperinci

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS)

OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) OSTEOLOGI AXIALE II COLLUMNA VERTEBRALIS (VERTEBRAE CERVICALIS) Oleh: drh. Herlina Pratiwi Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae sacralis Vertebrae

Lebih terperinci

Tuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ termasuk tulang dan sedi.

Tuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ termasuk tulang dan sedi. Tuberkulosis sebagai suatu penyakit sistemik yang dapat menyerang berbagai organ termasuk tulang dan sedi. Faktor predisposisi tuberkulosis adalah : Nutrisi dan sanitasi yang jelek Ras; banyak ditemukan

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

STRUKTUR ANATOMI TULANG BELAKANG

STRUKTUR ANATOMI TULANG BELAKANG POTT S DISEASE POTT S DISEASE? Pott s disease atau Spondilitis tuberkulosis merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia, ditemukan pada mumi kuno di Mesir dan Peru. Percival Pott menunjukkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar thoraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari 1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningitis merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang disebabkan

Lebih terperinci

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OLEH : EKA DEWI PRATITISSARI

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HNP

LAPORAN PENDAHULUAN HNP LAPORAN PENDAHULUAN HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) sering disebut juga dengan ruptur diskus intervertebralis. Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

Prevalensi Spondilitis Tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun Oleh : Fie Fie Novita

Prevalensi Spondilitis Tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun Oleh : Fie Fie Novita Prevalensi Spondilitis Tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2014 Oleh : Fie Fie Novita 120100326 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 Prevalensi Spondilitis Tuberkulosis

Lebih terperinci

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE)

OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) OSTEOLOGI VERTEBRALIS II (LUMBALIS, SACRUM, COCCYGEA, STERNUM & COSTAE) Oleh: drh. Herlina Pratiwi, M.Si Columna vertebralis thorax Vertebrae cervicalis Vertebrae thorachalis Vertebrae lumbalis Vertebrae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis. Tuberkulosis

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert

Lebih terperinci

SPONDILITIS TUBERKULOSA SERVIKALIS

SPONDILITIS TUBERKULOSA SERVIKALIS SPONDILITIS TUBERKULOSA SERVIKALIS Fasihah Irfani Fitri NIP : 198307212008012007 DEPARTEMEN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN 2010 DAFTAR ISI Daftar Isi i Daftar Singkatan iii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri leher adalah masalah yang sering dikeluhkan di masyarakat. Prevalensi nyeri leher dalam populasi umum mencapai 23,1% dengan prevalensi tertinggi menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah besar kesehatan masyarakat saat ini dan termasuk ke dalam global emergency. TB adalah penyebab kematian karena infeksi

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF

ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis.

Lebih terperinci

SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE

SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE Anatomi Blok 1.5 Bismillahirrahmanirrahim. SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE Pembagian Sistem Saraf Anatomis SN SNC Encephalon Medulla spinalis Cerebrum Truncus cerebri Cerebellum Diencephalon Mesencephalon

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). 1 Sepertiga

BAB I PENDAHULUAN. menular di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). 1 Sepertiga BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama global. Tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari penyakit menular di seluruh dunia

Lebih terperinci

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Gambar Kerangka Manusia Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Rangka mempunyai fungsi sebagai berikut : Penopang dan penunjang tegaknya tubuh. Memberi bentuk tubuh. Melindungi alat-alat atau bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN SPONDILITIS TUBERKULOSA

LAPORAN PENDAHULUAN SPONDILITIS TUBERKULOSA LAPORAN PENDAHULUAN SPONDILITIS TUBERKULOSA A. Definisi Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang belakang adalah peradangan granulomatosa yang bersifat kronis destruktif oleh Mycobacterium tuberculosis.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan mempunyai peranan penting dalam pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, demi terwujudnya kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

AHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI

AHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI AHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal suatu defek pada fasia dan muskukaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and

BAB I PENDAHULUAN. baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inovasi adalah perbuatan mengenalkan sesuatu yang baru dengan cara yang baru. (Millson, 2008). Sedangkan menurut pendapat Departement of Trade and Industry,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling sering mengenai organ paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Sehat pada dasarnya merupakan dambaan atau kebutuhan setiap orang sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan mengusahakan dirinya untuk kesembuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Osteologi, Miologi, dan Arthrologi Leher Leher merupakan bagian dari tubuh manusia yang terletak di antara thorax dan caput. Leher termasuk ke dalam columna vertebrales. Batas

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI TUBERKULOSIS DAN KEJADIANNYA Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI

BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI 1 BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI Judul mata Kuliah : Neuropsikiatri Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi dasar : Menerapkan ilmu Kedokteran klinik pada sistem

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal

BAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Columna vertebralis merupakan poros tulang rangka tubuh yang memungkinkan untuk bergerak. Terdapat 33 columna vertebralis, meliputi 7 columna vertebra cervical, 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebiasaan duduk dapat menimbulkan nyeri pinggang apabila duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan otot punggung akan menjadi tegang

Lebih terperinci

Dasar Determinasi Pasien TB

Dasar Determinasi Pasien TB Dasar Determinasi Pasien TB K-12 DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI FK USU Klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi kasus yang meliputi 4 hal, yaitu:

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua di dunia yang sampai saat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua di dunia yang sampai saat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua di dunia yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Laporan World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA

KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA KARAKTERISTIK ANATOMI SKELET TUBUH BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus) MUAMAR DARDA DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM

Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM Kelainan Degeneratif SPINE Dr. Nuryani Sidarta,SpRM Proses degeneratif sendi (1) Dimulai pada usia dewasa, terus mengalami progresifitas lambat sepanjang hidup Terjadi perubahan bertahap permukaan cartilago

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. TB(tuberculosis) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. TB(tuberculosis) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah TB(tuberculosis) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan tujuh spesies mikobakteri terkait seperti: Mycobacterium bovis,

Lebih terperinci

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Spine merupakan tulang penopang tubuh yang tersusun atas cervical

BAB I PENDAHULUAN. Spine merupakan tulang penopang tubuh yang tersusun atas cervical 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spine merupakan tulang penopang tubuh yang tersusun atas cervical spine, thoracic spine dan lumbal spine. Lumbal spine merupakan area yang paling mobile diantara bagian-bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang mengandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan sehingga mampu meningkatkan rata-rata usia harapan hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan sehingga mampu meningkatkan rata-rata usia harapan hidup. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia sudah mengalami banyak kemajuan terutama di bidang kesehatan sehingga mampu meningkatkan rata-rata usia harapan hidup. Peningkatan pelayanan kesehatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas pada semua kelompok usia di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas pada semua kelompok usia di seluruh dunia termasuk di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada semua kelompok usia di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pada tahun 2011, insidensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluhan Nyeri Punggung Bawah Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Punggung merupakan salah satu dari bagian tubuh manusia yang sering digunakan untuk beraktifitas. Banyak aktifitas yang melibatkan pergerakan punggung antara lain aktifitas

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN A. JALAN LAHIR (PASSAGE) B. JANIN (PASSENGER) C. TENAGA atau KEKUATAN (POWER) D. PSIKIS WANITA (IBU)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SIMTOM ANSIETAS Ansietas dialami oleh setiap orang pada suatu waktu dalam kehidupannya. Ansietas adalah suatu keadaan psikologis dan fisiologis yang dicirikan dengan komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat mengenai berbagai organ tubuh. Penyakit tuberkulosis terdapat

Lebih terperinci

CEDERA PADA AXIALE DORSALE SUFITNI. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

CEDERA PADA AXIALE DORSALE SUFITNI. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara CEDERA PADA AXIALE DORSALE SUFITNI Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Cedera pada axial dorsal (batang tubuh) dapat dibagi menjadi : A. Melesatnya discus intervertebralis B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh. BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya (Meliala dkk., 2000). Nyeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DUDUK SALAH DENGAN TERJADINYA SKOLIOSIS PADA ANAK USIA TAHUN DI SEKOLAH DASAR NEGERI JETIS 1 JUWIRING

HUBUNGAN SIKAP DUDUK SALAH DENGAN TERJADINYA SKOLIOSIS PADA ANAK USIA TAHUN DI SEKOLAH DASAR NEGERI JETIS 1 JUWIRING HUBUNGAN SIKAP DUDUK SALAH DENGAN TERJADINYA SKOLIOSIS PADA ANAK USIA 10 12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR NEGERI JETIS 1 JUWIRING DISUSUN OLEH : ANDUNG MAHESWARA RAKASIWI J 110070089 PROGRAM STUDI D4 FISIOTERAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

BAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Gejala utama adalah batuk selama 2 minggu atau lebih, batuk disertai

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4 PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS Edwin 102012096 C4 Skenario 1 Bapak M ( 45 tahun ) memiliki seorang istri ( 43 tahun ) dan 5 orang anak. Istri Bapak M mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia, 48 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana WHO melaporkan bahwa setengah persen dari penduduk dunia terserang penyakit ini, sebagian besar

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertebra memiliki struktur anatomi paling kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting bagi fungsi dan gerak tubuh. Patologi morfologi seperti HNP, spondyloarthrosis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci