Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam"

Transkripsi

1 Farabi ISSN E ISSN Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 Halaman Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam Oleh: Arfan Nusi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo arfan_nusi@yahoo.com Abstract Existentialism philosophy of looking at things based on the existence or how humans are in the world. Etymologically derived from the word existentialism copies, meaning outside, andand a meaningful existence stand or place, so widespread existence can be interpreted as a stand alone as himself as well as out of him.in general meaning, humans in existence it was aware that he was there and everything is determined by the existence he admits. Islam is not a religion of one-dimensional. Nor is religion based solely on human institutions and limited to the relationship between man and God. Up to understand it is not enough just to a single method.rather it requires human freedom in view of other methods. Departing from these freedoms least epistemology format Islamic studies as a form of independence awoke thinking.because, for freedom of thought is a study which occupies an important position. Islam in this case have a clear concept, universal and tested. Islam's relationship with the independence of thinking. Filsafat eksistensialisme memandang segala sesuatu berdasarkan eksistensinya atau bagaimana manusia berada dalam dunia. Secara etimologi eksistensialisme berasal dari kata eks yang artinya luar, dan sistensi yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaanya di tentukan oleh akunya. Islam bukan merupakan agama satu dimensi. Bukan pula agama yang semata-mata berdasarkan institusi manusia dan terbatas pada hubungan antara manusia dan Tuhan saja. Hingga untuk memahaminya tidak cukup hanya dengan sebuah metode saja. Melainkan membutuhkan kebebasan manusia dalam melihat metode yang lain. Berangkat dari kebebasan tersebut setidaknya format epistemologi kajian Islam terbangun sebagai wujud kemerdekaan berfikir. Sebab, selama ini kemerdekaan berfikir merupakan kajian yang menempati posisi penting. Islam dalam hal ini memiliki konsep yang jelas, universal dan teruji. Hubungan Islam dengan 104

2 Arfan Nusi kemerdekaan berfikir berlangsung dalam bentuk yang khas. Islam memberi tempat dan al-qur'an sebagai sumber ajaran menegakkan kemerdekaan berfikir. Keywords: Existensialism; Islamic Studies; Freedom of Thought Pendahuluan Kajian ilmu pengetahuan 1 yang berkembang sekarang ini banyak berhutang budi terhadap logika filsafat yang pernah memuncaki perjalanan kehidupan manusia. Dalam catatan sejarah kemunculan filsafat di masa Yunani kuno dapat dikatakan sebagai langkah awal untuk membebaskan akal manusia dari kungkungan mistis yang membelenggu potensi-potensi rasional manusia. Ketika akal rasional manusia menemukan momentum dalam konteks kultural kemanusiaan maka otomatis manusia tersebut telah merdeka. Merdeka dalam arti ia dapat menggunakan akal rasional untuk menciptakan kreasi dalam rangka mendukung kelangsungan kehidupannya. Thales mencoba keluar dari penjara mistis, ia bisa dikatakan orang pertama yang menggunakan pikiran gelisahnya terhadap alam semesta yang membentang di depan mata kepalanya. Kegelisahan Thales itu berawal dari sebuah pertanyaan, what is the nature of the word stuff (apa sebenarnya bahan alam semesta ini)? Jika pertanyaan itu diajukan Thales di zaman sekarang, maka dipastikan akan mendapatkan cibiran bahwa pertanyaan tersebut sudah kuno. Karena seluruh ilmu pengetahuan telah mapan dan dapat menjawab sesuai perspektifnya. Tetapi pertanyaan Thales tersebut diajukan pada tahun 624 SM. Tahun dimana manusia belum mampu berfikir secara rasional. Tetapi pertanyaan itu di zaman Thales telah menggegerkan seperangkat masyarakat kala itu. Pertanyaan itu dianggap sudah modern di zamannya bahkan telah melampaui historisitas kehidupan manusia waktu itu. Di sisi lain pertanyaan itu menjadi batu loncatan kemunculan ilmu logika atau filsafat di kemudian hari. 1 Ilmu pengetahuan yang dimaksud itu adalah, ilmu Biologi, Fisika, Kimia, Astronomi, Kedokteran dan lain-lain. Sebenarnya ilmu pengetahuan yang disebut di atas itu adalah bagian dari filsafat, tapi seiring perkembangan zaman, ilmu pengetahuan tersebut berdiri secara mandiri dan tidak lagi bergabung dengan filsafat. 105

3 Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam Seiring perkembangan waktu filsafat menjadi ramai dikaji oleh masyarakat dunia dan Yunani sebagai pusat Ilmu Filsafat, pesona filsafat pun menembus batas-batas teritorial geografis. Filsafat pun menggelinding dibawa arus perjalanan waktu, hingga puncaknya berada di tangan Socrates, Plato dan Aristoteles. Di tangan tiga orang filosof itu filsafat tampak menjadi seksi. Daya tarik Ilmu Filsafat dari ketiga filosof itu diakui telah membangun proyek ilmu pengtahuan, sehingga mendapatkan identitas. 2 Hal ini menandai bahwa kemerdekaan manusia atas kungkungan penyempitan akal rasional dari alam benar-benar dibuktikan oleh Ilmu Filsafat. Perkembangan filsafat selajutnya melahirkan aliran keilmuan tersendiri, salah satunya adalah filsafat eksistensialisme. Penggagas filsafat eksistensialisme adalah Kierkegaard, Martin Heidegger, Camus, Paul Sartre dan Karl Jaspers. Eksistensialisme muncul karena dilatarbelakangi adanya ketidakpuasan beberapa filsuf yang memandang bahwa filsafat pada masa Yunani ketika itu seperti protes terhadap rasionalisme Yunani, khususnya kemampuan sistem, rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang bersifat dangkal dan primitif. Selain itu, aliran ini lahir karena adanya kesadaran beberapa filsuf bahwa manusia mulai terbelenggu dalam aktifitas teknologi yang membuat mereka kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia atau makhluk yang berinteraksi dengan alam dan lingkungan sekitar bukan hanya dengan semua serba instant. 3 Adapun pendapat lain mengatakan bahwa lahirnya aliran eksistensialisme karena adanya krisis yang terjadi atau merupakan reaksi atas aliran filsafat yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia. 4 Secara sederhana makna eksistensialisme yaitu membuat yang ada dan bersosok jelas bentuknya, mampu berada, eksis. Dari sisi filsafat eksistensialis ini, epistemologi kajian Islam menemukan ruang berbenah diri. Manusia menurut Muhammad Iqbal sebagaimana dikutip Ishrat Hasan Enver, sebagai makhluk eksistensial dituntut untuk memenuhi 2 Donny Gahral Adian, Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan (Bandung: Teraju, 2002), h Endang Saefuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2009), h Vincent Martin, Filsafat Eksistensialisme, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 23. Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN E ISSN

4 Arfan Nusi eksistensi dirinya, bersifat aktif, dinamis, dan kuat. 5 Manusia tidak seharusnya pasif, statis, bahkan menarik diri dari kepentingan duniawi dan tunduk secara buta pada ajaran tertentu. Materialisme Barat Modern telah menghilangkan metafisika dan mengakibatkan timbulnya krisis eksistensial manusia, alienasi, dan dehumanisasi. 6 Eksistensialisme menuntun manusia berfikir progresif, inklusif dan universal agar manusia benar-benar merdeka dalam berfikir. Bahkan, agama Islam diturunkan ke muka bumi sebagai faktor pembebas bukan mengungkung kebebasan eksistensi kemanusiaan. Dengan telaah yang cukup mendalam, artikel ini mencoba mendeskripsikan filsafat eksistensialisme dan relevansinya dengan Islamic Studies saat ini. Pengertian Eksistensialisme Eksistensialisme adalah aliran yang memandang segala sesuatu berdasarkan eksistensinya atau bagaimana manusia berada dalam dunia. Secara etimologi eksistensialisme berasal dari kata eks yang artinya luar, dan sistensi yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya. Secara umum berarti, manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaanya ditentukan oleh akunya. Karena manusia selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. 7 Menurut pengertian terminologi adalah suatu aliran dalam Ilmu Filsafat yang menekankan segala sesuatu terhadap manusia dan segala sesuatu yang mengiringinya dan dipandang bahwa manusia adalah makhluk yang harus selalu aktif dengan sesuatu yang ada di sekelilingnya serta mengkaji cara kerja manusia ketika berada di dunia dengan kesadaran. 8 Pendapat lain mengatakan eksistensialisme merupakan aliran yang menekankan pada manusia yang bertanggungjawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam yang benar dan yang 5 Ishrat Hasan Enver, Metafisika Iqbal, Terj. Fauzi Arifin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. viii. 6 Ibid., h. ix. 7 Muzairi, Filsafat Umum (Yogyakarta: Teras, 2009), h Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h

5 Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam tidak. Sebenarnya bukan tidak mengetahui tentang yang benar dan tidak, namun seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran filsafati itu relatif, dan masing-masing bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Sehingga dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. 9 Eksistensialisme sangat berhubungan dengan pendidikan karena pusat pembicaraan eksistensialisme adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh manusia. Eksistensialisme merupakan keadaan tertentu yang lebih khusus dari sesuatu. Apapun yang bereksistesi tentu nyata ada. Sesuatu dikatakan bereksistensi jika sesuatu itu bersifat publik yang artinya objek itu sendiri harus dialami oleh banyak orang yang melakukan pengamatan. 10 Seperti juga halnya, perasaan yang tertekan tidak bereksistensi, meskipun perasaan itu nyata ada dan terjadi dalam diri. Apa yang bersifat publik kiranya selalu menempati ruang dan terjadi dalam waktu. Oleh karena itu eksistensi sering dikatakan berkenaan dengan objek-objek yang merupakan kenyataan dalam ruang dan waktu. 11 Eksistensialisme berarti filsafat mengenai aku, mengenai bagaimana aku hidup. Dengan demikian eksistensialisme adalah filsafat subjektif mengenai diri sendiri. Manusia disini di pandang sebagai makhluk yang harus aktif. Eksistensialisme di definisikan sebagai usaha untuk memfilsafatkan sesuatu dari sudut pandang pelakunya. Dan memberi perhatian terhadap masalah manusia modern. 12 Ciri-ciri aliran eksistensialisme yaitu: 1. Eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat modern, khususnya idealisme Hegel. 2. Eksistensialisme adalah suatu proses atas nama individualisme terhadap konsep konsep, filsafat akademis yang jauh dari kehidupan konkret. 9 Ibid., h Louis O.Katsof, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), h Ibid., h Tafsir, Filsafat Umum..., h Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN E ISSN

6 Arfan Nusi 3. Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal (tanpa kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi serta gerakan masa. 4. Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan totaliter baik gerakan fasis, komunis yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan di dalam kolektif atau massa. 5. Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek manusia di dunia. 6. Eksistensialisme menentukan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi, pengalaman kesadaran yang dalam dan langsung. 13 Sejarah Eksistensialisme Eksistensialisme pertama kali dirumuskan oleh ahli filsafat Jerman yaitu Martin Heidegger ( ). Akar metodelogi eksistensialisme ini berasal dari fenomenologi yang dikembangkan oleh Edmund Husserl ( ). 14 Eksistensialisme muncul dari 2 orang ahli filsafat, yaitu Soren Kierkegaard dan Neitzsche. Kierkegaard seorang filsafat Jerman ( ) filsafatnya untuk menjawab pertannyaan mengenai pertannyaan Bagaimanakah aku menjadi seorang individu? Ia juga menerima prinsip Socrates yang mengatakan bahwa pengetahuan akan diri adalah pengetahuan akan Tuhan. Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensialisme (manusia melupakan individualitasnya), sehingga manusia bisa menjadi manusia yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan dan komitmen pribadi dalam kehidupan. 15 Neitzsche, juga filsuf Jerman ( ), yang tujuan filsafatnya menjawab pertanyaan Bagaimana menjadi manusia unggul?. Menurut Neitzsche jawabannya adalah manusia bisa menjadi manusia unggul jika mempunyai keberaniaan untuk merealisasikan diri secara jujur dan berani Zuhaifini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat II (Yogyakarta: Kanisius, 1980), h Basuki As'adi dan Miftakul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010), h St. Sunardi, Nietzsche (Yogyakarta: LKiS, 2011), h

7 Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam Kedua tokoh di atas muncul karena adanya perang dunia pertama dan situasi Eropa pada saat itu, sehingga mereka tampil untuk menjawab pandangan tentang manusia seperti yang sudah dijelaskan di atas. Di samping itu penyebab munculnya filsafat eksistensialisme ini yaitu adanya reaksi terhadap filsafat materialisme Karl Marx yang berpedoman bahwa eksistensi manusia bukan sesuatu yang primer dan idealisme Hegel yang bertolak bahwa eksistensi manusia sebagai yang konkret dan subjektif karena mereka hanya memandang manusia menurut materi atau ide dalam rumusan dan sistem-sistem umum (kolektivitas sosial). Pengaruh lahirnya filsafat eksistensialisme berasal dari filsafat hidup Henri Bergson dan metafisika modern. Filsafat ini muncul pada paruh pertengahan abad ke-20. Tokoh-tokoh Eksistensialisme yaitun Soren Aabye Kiekegaard, Karl Jaspers, Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, Frederidch Nietzshe. Berikut sekelumit biografi dan pemikiran tokoh-tokoh Eksistensialisme: Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark pada 5 Mei 1813, sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Michael Pedersen Kierkegaard, merupakan pedagang grosir yang menjual kain, pakaian, dan makanan. Setelah mengenyam pendidikan di sekolah putra yang prestisius di Borgerdydskolen, ia melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Kopenhagen. Di sini pria yang bernama lengkap Soren Aabye Kierkegaard ini mempelajari filsafat dan teologi. Sejumlah tokoh seperti F.C. Sibbern, Poul Martin Moller, dan H.L. Martensen menjadi gurunya di sana. Karya-karya Kierkegaard dapat dikelompokkan dalam dua periode. Periode pertama ditulis antara 1841 dan Sebagian besar bernuansa filosofis dan estetis, beberapa ditulis dalam nama samaran, Johannes Climacus. Karya-karya dalam periode ini ialah The Conceptof Irony with Constant Reference to Socrates (1841), Either/Or (1843), Fear and Trembling (1842), The Conceptof Dread (1844), Stageson Life's Way (1844), Philosophical Fragments (1844), Concluding Unscientific Postscript to the Philosophical Fragments (1846) Tafsir, Filsafat Umum..., h Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN E ISSN

8 Arfan Nusi Pemikiran Kierkegaard yang cukup terkenal adalah ketika ia keberatan kepada Hegel yang meremehkan eksistensi yang konkrit, karena Hegel mengutamakan idea yang sifatnya umum. Menurut Kierkegaard, manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum tetapi sebagai aku individu yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu yang lain. Dengan demikian, Kierkegaard memperkenalkan istilah eksistensi dalam suatu arti yang mempunyai peran besar pada abad ke-20. Bereksistensi berarti bertindak. Tidak ada orang lain yang menggantikan tempat seseorang untuk bereksistensi. 18 Karl Jaspers lahir di kota Oldenburg, Jerman Utara, pada tahun Sejak sekolah menengah, ia sudah tertarik pada filsafat, tetapi baru pada usia 38 tahun ia dapat sepenuhnya memenuhi panggilan filosofisnya. 19 Selama tiga semester ia belajar hukum di Universitas Heidelberg dan Munchen, tetapi ubah haluan dengan memilih studi kedokteran yang dijalankan di Berlin, Gottingen dan Heidelberg. Di Universitas Heidelberg ia mengambil spesialiasi psikiatri. Tetapi ia tetap tertarik dengan filsafat, antara lain melalui Max Weber, ahli ekonomi, sejarawan dan sosiolog terkenal yang dikaguminya. Jaspers menulis buku Allgemeine Psychopathologie (Psikologi umum) pada tahun Di buku ini, ia tidak melukiskan penyakit-penyakit, tetapi menyoroti manusia yang sakit. Ia menggunakan metode deskripsi fenomenologis Edmund Husserl. Pada 1916 ia menjadi Profesor Psikologi di Heidelberg. Lalu pada 1919 ia menulis buku Psychologie der Weltanschauungen (Psikologi Tentang Pandangan-pandangan Dunia). Di buku ini, ia melukiskan berbagai sikap yang diambil manusia terhadap kehidupan. Dua buku ini ditulis berdasarkan pengalamannya sebagai psikiater dan menunjukkan betapa kentalnya ketertarikan Karl Jaspers pada filsafat. 20 Jaspers mencurahkan seluruh perhatiannya pada filsafat mulai tahun 1921, setelah ia menerima gelar profesorat filsafat di Heidelberg. Ada yang tak setuju dengan pemberian gelar ini, sebab ia dianggap bukan filsuf profesional. Namun, setelah menerima gelar penghargaan itu, ia menulis banyak sekali karya, antara lain karya besar yang terdiri dari tiga jilid, Philosophie (1932). Jilid I berjudul Weltori enti 18 Ibid., h Adian, Menyoal..., h Ibid., h

9 Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam er ung (Orientasi Dalam Dunia), jilid II berjudul E xi st enz er hell ung (Penerangan Eksistensi), dan jilid III Met aphy sik (Metafisika). 21 Martin Hiedegger. Lahir di Mebkirch, Jerman, 26 September 1889 ± meninggal 26 Mei 1976 pada umur 86 tahun. Merupakan pemikir yang ekstrim, hanya beberapa filsuf saja yang mengerti pemikiran Heidegger. Pemikiran Heidegger selalu tersusun secara sistematis. Tujuan dari pemikiran Heidegger pada dasarnya berusaha untuk menjawab pengertian dari being. Heidegger berpendapat bahwa Das Wesen des Daseins liegtinseiner Existenz, adanya keberadaan itu terletak pada eksistensinya. Di dalam realitasnya being (sein) tidak sama sebagai being ada pada umumnya, sesuatu yang mempunyai ada dan di dalam ada, dan hal tersebut sangat bertolak belakang dengan ada sebagai pengada. Heidegger menyebut being sebagai eksistensi manusia, dan sejauh ini analisis tentang being biasa disebut sebagai eksistensi manusia (Dasein). Dasein tersusun dari Dans ei n. Da: di sana (there), sein berarti berada (to be/being). Artinya manusia sadar dengan tempatnya. 22 Jean-Paul Sartre lahir di Paris, Perancis, 21 Juni 1905 dan meninggal pada 15 April 1980 pada umur 74 tahun. Ia adalah seorang filsuf dan penulis Perancis yang dianggap mengembangkan aliran eksistensialisme. Sartre menyatakan, eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi (L'existence précède l'essence). Manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya ia tidak lebih hasil kalkulasi dari komitmenkomitmennya di masa lalu. Karena itu, menurut Sartre selanjutnya, satusatunya landasan nilai adalah kebebasan manusia (L'homme est condamné à être libre). 23 Eksistensi mendahului esensi, begitulah selalu filosof-filosof eksistensialis berkata, dan cara manusia bereksistensi berbeda dengan cara beradanya benda-benda. Karenanya masalah ada merupakan salah satu tema terpenting dalam tradisi eksistensialisme. Bagi Sartre, manusia menyadari ada-nya dengan meniadakan (mengobjekkan) yang lainnya. Dari Edmund Husserl ia belajar tentang intensionalitas, yakni kesadaran manusia yang tidak pernah timbul dengan sendirinya, namun selalu merupakan 21 Ibid., h Tafsir, Filsafat Umum..., h Ibid., h Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN E ISSN

10 Arfan Nusi kesadaran akan sesuatu. Begitulah kira-kira titik tolak filsafat Sartre. 24 Untuk memperjelas masalah ini, ia menciptakan dua buah istilah; être-ensoi, danêtre-pour-soi. Dengan ini pula ia membedakan cara ber-adanya manusia dengan cara beradanya benda-benda. 25 Eksistensi yang mendahului esensi selalu punya kapasitas untuk melampaui dirinya saat ini, dan menyadari ada-nya. Misalnya seorang yang esensinya kita identifikasi sebagai pelajar, ketika ia lulus, maka esensinya sebagai pelajar menjadi tidak relevan lagi. Atau bisa jadi, esok hari ia kedapatan mencuri, maka ia kembali didefinisikan sebagai pencuri. Begitu seterusnya, sampai ia mati. Salah satu keinginan manusia adalah meng-ada sebagaimana keberadaan benda- benda. Mempunyai identitas dan esensi yang pasti. Celakanya, manusia memiliki kesadaran yang tak dimiliki benda-benda, karenanya mustahil bagi manusia untuk mempertahankan esensinya terus menerus. Cara beradanya benda tak punya kaitan dengan cara ber-ada manusia. Sementara manusia sebaliknya, karena sifatnya meniadakan terhadap hal lain, maka ia senantiasa berusaha untuk meniadakan orang dan benda lain. 26 Friedrich Nietzsche lahir di Rohen Jerman pada tanggal 15 Oktober tahun 1844, di lingkungan keluarga Kristen yang taat. Ayahnya seorang pendeta Lutheran terkemuka dengan garis kependetaan yang terwaris dari turun temurun dari keluarga ayahnya. Kakeknya adalah pedeta Gereja Lutheran yang menduduki jabatan cukup tinggi, sementara ibunya juga seorang penganut Kristen yang taat. 27 Nietzcshe berpendapat bahwa kebenaran adalah hasil konstruksi atau ciptaan manusia sendiri, yang berjiwa bagi mereka untuk melestarikan diri sebagai spesies. Pengetahuan dan kebenaran sebagai perangkat yang efektif untuk mencapai tujuan bukan entitas yang trasenden dari manusia. Kebenaran ilmiah tidak 24 Ibid., h Muzairi, Eksistensialisme Jean Paul Sartre (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h Ibid., h Sunardi, Nietzsche..., h

11 Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam mungkin efektif karena hasil konstruksi manusia dan upaya melayani kepentingan dan tujuan tertentu manusia. 28 Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam Dalam konsep Filsafat Islam, obyek kajian ilmu itu adalah ayat-ayat Tuhan sendiri, yaitu ayat-ayat Tuhan yang tersurat dalam kitab suci yang berisi firman-firman-nya, dan ayat-ayat Tuhan yang tersirat dan terkandung dalam ciptaan-nya yaitu alam semesta dan diri manusia sendiri. 29 Kajian terhadap kitab suci dan kembali melahirkan ilmu agama, sedangkan kajian terhadap alam semesta, dalam dimensi fisik atau materi, melahirkan ilmu alam dan ilmu pasti, termasuk di dalamnya kajian terhadap manusia dalam kaitannya dengan dimensi fisiknya, akan tetapi kajiannya pada dimensi non fisiknya, yaitu perilaku, watak dan eksistensinya dalam berbagai aspek kehidupan, melahirkan Ilmu Humaniora, sedangkan kajian terhadap ketiga ayat-ayat Tuhan itu yang dilakukan pada tingkatan makna, yang berusaha untuk mencari hakikatnya, melahirkan Ilmu Filsafat. 30 Oleh karena itu, wawasan epistemologi Islam pada hakikatnya bercorak tauhid. Tauhid dalam konsep Islam tidak hanya berkaitan dengan konsep teologi saja, tetapi juga dalam konsep antropologi dan epistemologi. Epistemologi Islam sesungguhnya tidak mengenal prinsip dikotomi keilmuan, seperti yang sekarang banyak dilakukan di kalangan umat Islam Indonesia, yang membagi ilmu agama dan ilmu umum, atau syariah dan 28 Ibid., h Para filosof Muslim sejak al-kindi, al-farabi, Ibnu Sina, al-razi, Ibnu al- Rawandi, dll, meski begitu simpatik terhadap filsafat Hellenistik, semuanya menyatakan bahwa yang mereka lakukan dengan filsafat itu adalah untuk mempelajari konsep-konsep al-qur an baik menyangkut penciptaan dunia, validitas nubuwat, kebangkitan, dan lainlain. Di pihak lain, para filosof itu juga mempelajari ayat-ayat Tuhan yang terkait dengan eksplorasi ilmiah eksperimental. Lihat Majid Fakhri, Philoshopy and History, dalam John S. Badeau & Majid Fakhri, The Genius of Arab Civilization (Canada: MIT. Pres, 1983), h Sebagai perbandingan, al-farabi mengklasifikasikan ilmu sebagai berikut: 1. Ilmu Bahasa, 2. Logika ( Ilm al-manthiq), 3. Ilmu Matematika ( Ulum al-ta lim) terdiri: a) Aritmatika, b) Geometri, c) Optika, d) Ilmu Perbintangan, e) Musik, f) ilmu tentang Berat, g) Ilmu Pembuatan Alat, 4. Fisika atau Ilmu Kealaman, 5. Metafisika; 6. Ilmu Politik terdiri: a) Ilmu Politik, b) Yurisprudensi, c) Teologi Dialektis. Lihat Osman Bakar, Hierarki Ilmu; Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu, terj. Purwanto, (Bandung : Mizan, 1998), h Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN E ISSN

12 Arfan Nusi non-syariah, 31 yang secara institusional dipisahkan penyelenggaraannya, yang ilmu agama penyelenggaraan pendidikan di bawah Kementrian Agama, dan yang umum penyelenggaraan pendidikannya di bawah Kementerian Pendidikan. Kajian Islam bukan merupakan agama satu dimensi. Bukan pula agama yang semata-mata berdasarkan intuisi manusia dan terbatas pada hubungan antara manusia dan Tuhan saja. Hingga untuk memahaminya tidak cukup hanya dengan sebuah metode saja. Ali Syariati mengatakan, jika hanya melihat Islam dari satu sudut pandang, maka yang akan terlihat hanya satu dimensi dari gejalanya yang bersegi banyak. Mungkin berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup bila ingin memahaminya secara keseluruhan. Buktinya adalah al-qur an sendiri. al-qur an merupakan sebuah kitab yang memiliki banyak dimensi, sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana ternama sepanjang sejarah. Contohnya, satu dimensi mengandung aspek-aspek linguistik dan sastra al-qur an. Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan al-qur an yang menjadi bahan pemikiran bagi para filosof serta teolog hari ini. Dimensi al-qur an yang belum dikenal adalah dimensi manusiawinya, yang mengandung persoalan historis, sosiologi dan psikologis. Dimensi ini belum banyak dikenal, karena sosiologi, psikologi dan ilmu-ilmu manusia memang jauh lebih muda dibandingkan ilmu-ilmu yang ada. 32 M. Amin Abdullah yang menaruh perhatian terhadap Islamic Studies mempertegas kembali bahwa mengkaji Islam tidak hanya sekadar berangkat dari satu perspektif tetapi harus dimulai dari multi perspektif. 33 Khazanah kajian Islam menyentuh spektrum yang luas, termasuk di dalamnya eksistensialisme. Di dunia Islam tidak mengenal filsafat eksistensialisme, karena filsafat eksistensialisme ini lahir dari gagasan 31 Dikotomi keilmuan dalam sistem pendidikan Islam, khususnya di Indonesia, dapat juga dilihat secara politis dari kebijaksanaan pendidikan bisa masa kolonial. Penggabungan sistem pendidikan umum dengan sistem pendidikan Islam tidak terlaksana sebagai akibat konsekuensi logis dari kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda yang tidak mau ikut campur tangan dalam persoalan Islam. 32 Nur A. Fadhil Lubis, Introductory Reading Islamic Studies (Medan: IAIN Press, 2000), h M. Amin Abdullah, dkk, Metodologi Penelitian Agama: Pendekatan Multidisipliner (Yogyakarta: LEMLIT UIN Sunan Kalijaga, 2006), h. vi. 115

13 Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam orang Barat. Bahkan Doktrin keagamaan ekslusif menolak perangkat eksistensialisme. Memang sebelumnya telah disinggung di atas bahwa eksistensialisme adalah aliran filsafat yang fahamnya berpusat pada manusia atau individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, karena masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. 34 Konsep di atas jika ditarik dalam kajian keislaman, maka setiap individu memiliki kebebasan menafsirkan Islam sesuai ukuran kebenaran dan landasan keilmuan individu masing-masing, sama halnya para ulama, fuqaha, mutakallimun, filosof, dan sufi terdahulu, di mana karya-karya mereka menghiasi khazanah keilmuan Islam. Tetapi tidak jarang di antara keilmuan dan karya tokoh terdahulu tersebut saling menyerang bahkan sampai saling sesat-menyesatkan. Itu artinya, masing-masing individu punya standar kebenaran. Lewat Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya Human is condemned to be free, manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang sering muncul sebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah sejauh mana kebebasan para pengkaji Islam tersebut bebas? atau dalam istilah Orde Baru, apakah eksistensialisme mengenal kebebasan yang bertanggung jawab? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah kebebasan individu lain. Begitu juga interpretasi Islam yang menurut individu benar belum tentu dibenarkan oleh individu yang lain. Di sinilah letak kebenaran yang diperjuangkan setiap orang itu bersifat relatif. 35 Namun, menjadi eksistensialis bukan berarti harus menjadi seorang yang lain-dari pada yang lain. Intinya adalah sadar bahwa keberadaan dunia 34 Kutipan artikel tentang Pemikiran Filsafat Eksistensialisme dalam wiki/eksistensialisme. Di akses pada tanggal 16/6/ Muzairi, Eksistensialisme..., h. 33. Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN E ISSN

14 Arfan Nusi merupakan sesuatu yang berada di luar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya di masa depan adalah inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau dalam kajian Islam perlu tampil orang-orang yang ahli dibidang Tafsir, Fiqih, Filsafat, Tasawuf dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah apakah individu yang menjadi ahli di bidangnya atas keinginan orangtua, atau keinginan individu sendiri. 36 Basis Kemerdekaan Berfikir dalam Kajian Islam Islam sangat memperhatikan kedudukan akal sebagai instrumen berfikir setiap manusia. Dalam sejarah pemikiran Islam, tema kemerdekaan berfikir merupakan kajian yang menempati posisi penting. Fenomena ini nampaknya didukung oleh sejumlah alasan. Sebagian bahwa Islam adalah agama wahyu, maka perlu bagaimana posisi akal sebagai pusat kerja berfikir, dalam wahyu tersebut. Alasan lain karena berfikir merupakan dimensi intern manusia yang memiliki pengaruh besar. Formula bahwa pemikiran mempengaruhi kehidupan adalah hal yang sangat terkenal dan merupakan dalil yang kebenarannya diterima umum. 37 Secara etimologis, kalimat kemerdekaan berfikir terdiri dari dua kata yang masing-masing memiliki kandungan makna yang berbeda. Secara sederhana kemerdekaan mengandalkan sebuah situasi tanpa terbelenggu, sepadan dengan kata kebebasan. Sementara berfikir adalah proses kerja otak secara biologis yang kemudian menghasilkan output berupa pemikiran. Keduanya merupakan hak pasti manusia tetapi dengan pasti pula keduanya menghendaki batasan-batasan dalam proses interaksi. 38 Islam dalam hal ini memiliki konsep yang jelas, universal dan teruji. Hubungan Islam dengan kemerdekaan berfikir berlangsung dalam bentuk 36 Ibid., Nurcholis Madjid, Islam Agama Kemanusiaan (Jakarta: Paramadina, 1995), h Di akses pada tanggal 16/6/

15 Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam yang khas. Islam memberi tempat dan al-qur'an sebagai sumber ajaran menegakkan kemerdekaan berfikir, dan juga Islam pada saat yang sama memberi batasan-batasan terhadap penggunaan setiap hasil pemikiran, wilayah kemerdekaannya dan seterusnya. Kemerdekaan berpikir, telah membebaskan kaum Muslim dari kekakuan berpikir yang membekukan otak dan telah melenyapkan kemalasan berpikir dari masyarakat Muslim. Sebagai contoh kemerdekaan berpikir telah melahirkan seorang yang bernama Washil bin Atho yang telah berani menentang arus dan berani berijtihad memisahkan diri dari mazhab gurunya Imam Hasan al-basri. Kemerdekaan berpikir telah memunculkan Abu Huzhail Al Allaf dan para pemikir-pemikir lainnya yang pada akhirnya mereka melahirkan sebuah aliran atau mazhab baru dalam Islam, yaitu mazhab Mu tazilah, sebuah mazhab yang berkaitan dengan teologi. Di sini para ahli memandang Islam dengan pikiran rasionalis sehingga mereka berpendapat bahwa al-qur an merupakan makhluk ciptaan Allah. 39 Kebebasan berfikir dalam ruang sejarah perjalanan manusia menemukan momentum pada pertengahan abad ke-20 sampai awal abad ke-21. Kehidupan keagamaan menemukan kebangkitannya kembali yang ditandai dengan kemunculan semangat baru berupa paham-paham dan kelompok-kelompok keagamaan baru, di samping paham-paham dan kelompok-kelompok lama yang terus melakukan revitalisasi. Kenyataan ini tentu semakin memperkokoh eksistensialisme religius dalam ruang keberagamaan setiap manusia. Sayangnya, di balik kebangkitan religius muncul berbagai perilaku keagamaan yang mengarah pada kekerasan keagamaan dengan menggunakan kekuatan massa. Kebebasan beragama secara individual dalam kaitan ini bisa terdeterminasi oleh keagamaan kolektif. Oleh karena itu, hubungan antara keberagamaan individual dan keberagamaan kelompok menjadi masalah kontemporer yang krusial. Dalam buku karya Ishrat Hasan Enver menjelaskan bahwa Muhammad Iqbal melihat keberagamaan otentik yang bisa dipahami di balik eksistensialisme religius, hubungan antara keberagamaan individual dan kolektif yang bisa 39 Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI Press, 2011), h. 40 Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN E ISSN

16 Arfan Nusi dikonstruksi dari keberagamaan otentik, dan implikasi-implikasinya bagi keberagamaan kontemporer. Kajian ini dipandang penting karena memiliki nilai kontribusi pada pemecahan persoalan keberagamaan dewasa ini yang terkesan masih belum secara maksimal menyadari bahwa ruang keberagamaan pribadi adalah hal mendasar, pertama dan utama sehingga dari sini keberagamaan setiap orang dimulai. Keberadaannya mendahului determinasi-determinasi keberagamaan dari luar termasuk kelompok-kelompok keagamaan kolektif. 40 Memahami eksistensi manusia tidak bisa dilepaskan dari eksistensi Tuhan yang dimengerti sebagai suatu individualitas murni, menurut Muhammad Iqbal, keberadaan Tuhan justru menjamin suatu kebebasan yang sesungguhnya, karena Dia mengajarkan bahwa untuk menjadi diri, manusia dengan selalu mengaktualisasikan individualitasnya. Manusia dipandang bebas manakala individualitasnya diasah dan diteguhkan terus menerus, hingga menjadi kekuatan diri yang tumbuh dari dalam, bukan dari luar atau dari orang lain atau sekelompok orang. Penemuan diri, keduanya sepakat, dihasilkan dari proses perkembangan eksistensial manusia. 41 Eksistensi manusia otentik menjadi penting dan ditekankan dalam eksistensialisme religius, dan menjadi dasar ontologisme bagi pembangunan keberagamaan otentik. Penekanan keberagamaan otentik yang dicirikan keberagamaan dari dalam dengan prinsip kebebasan yang terus memberikan ruang keberagamaan pribadi bagi orang lain membawa keduanya pada penolakan esensialisme keberagamaan yang dinilai memasung keberagamaan individu dan menghentikan dinamika keberagamaan. Bagi keduanya, keberagamaan selalu dalam proses pengembangan dan aktualisasi diri, bukan penegasian diri dan penyeragaman keberagamaan. Penutup Filsafat eksistensialisme telah mempengaruhi filsafat Eropa dalam berbagai bentuknya, baik filsafat Neo-Eksistensialisme dna Neo-Realisme dan Neo-Positivisme, tidak terkecuali di dalamnya adalah kajian Islam. Di 40 Enver, Metafisika Iqbal..., h Ibid., h

17 Filsafat Eksistensialisme dan Format Epistemologi Kajian Islam era sekarang tidak dapat dinafikan bahwa eksistensialisme telah membentuk epistemologi Islam, sehingga eksistensialisme menjadi semacam ruh yang menghidupi tubuh ide-ide dalam melahirkan kebebasan berfikir dalam kajian Islam. Atas dasar kebebasan berfikir, maka ruang kebebasan dalam menafsirkan agama juga terseret pada ruang bebas, sehingga dalam kajian keislaman tidak sedikit yang melahirkan aliran, mazhab, pola pikir, serta kecenderungan. Inilah yang dimaksud dengan kemerdekaan berfikir, setiap individu bebas menghiasi khazanah keilmuan Islam sesuai dengan perspektifnya tanpa dibayang-bayang oleh tendensi dari pihak luar. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Amin, dkk. Metodologi Penelitian Agama, Pendekatan Multidisipliner. Yogyakarta: LEMLIT UIN Sunan Kalijaga, 2006 Adian, Donny Gahral. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan. Bandung: Teraju, Anshari, Endang Saefuddin. Ilmu, Filsafat dan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2009 As'adi, Basuki dan Ulum, Miftakul. Pengantar Filsafat Pendidikan. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2010 Bakar, Osman. Hierarki Ilmu ; Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu, terj. Purwanto. Bandung: Mizan, 1998 Enver, Ishrat Hasan. Metafisika Iqbal, terj. Fauzi Arifin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004 Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat II Yogyakarta: Kanisius, 1980 Katsof, Louis O. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004 Lubis, Nur A. Fadhil. Introductory Reading Islamic Studies. Medan: IAIN Press, 2000 Jurnal Farabi Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 ISSN E ISSN

18 Arfan Nusi Madjid, Nurcholis. Islam Agama Kemanusiaan. Jakarta: Paramadina, 1995 Martin, Vincent. Filsafat Eksistensialisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003 Muzairi. Eksistensialisme Jean Paul Sartre. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Filsafat Umum. Yogyakarta: Teras, 2009 Nasution, Harun. Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI Press, 2011 Sunardi, St. Nietzsche. Yogyakarta: LkiS, 2011 Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009 Zuhaifini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Pemikiran Filsafat Eksistensialisme dalam wiki/eksistensialisme

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap

Lebih terperinci

Penguatan Nilai-Nilai Pluralisme dalam Pola Relasi Sosial

Penguatan Nilai-Nilai Pluralisme dalam Pola Relasi Sosial Farabi ISSN 1907-0993 E ISSN 2442-8264 Volume 13 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 90-103 Penguatan Nilai-Nilai Pluralisme dalam Pola Relasi Sosial Oleh: Hayat Universitas Islam Malang Email: hayat@unima.ac.id.

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi. Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id EKSISTENSIALISME Template Modul https://www.youtube.com/watch?v=3fvwtuojuso

Lebih terperinci

Filsafat eksistensialisme

Filsafat eksistensialisme Filsafat eksistensialisme Sejarah munculnya eksistensialisme Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-1976) Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME

ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME Dengan Nama Allaah yang menggenggam ajal kami ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME Oleh: AAN SUKANDAR Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan 344 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tiga rumusan masalah yang ada dalam penelitian tesis berjudul Konstruksi Eksistensialisme Manusia Independen dalam Teologi Antroposentris Hassan Hanafi, maka

Lebih terperinci

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1 199 RESENSI BUKU 2 Simon Untara 1 Judul Buku : Tema-tema Eksistensialisme, Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini Pengarang : Emanuel Prasetyono Penerbit : Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik yang berakal maupun yang tidak berakal. Salah satu diantara makhluk-nya memiliki struktur susunan

Lebih terperinci

BAB V. FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6)

BAB V. FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6) BAB V FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6) Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat erat dan menunjukkan pemberontakan terhadap metoda-metoda dan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3 342 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab demi bab di atas, maka dapat penulis simpulkan: 1. Metafisika merupakan proto philosophy atau filsafat utama yang membahas segala sesuatu yang

Lebih terperinci

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi Modul ke: 12 Shely Fakultas PSIKOLOGI Materi Penutup Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Rangkuman Perkuliahan Filsafat Manusia Kompetensi Mahasiswa dapat memahami mengenai manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua karakter kehidupan spiritual, yaitu: Bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam arti memisahkan

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang ditampilkan di luar tidak ditopang dengan penghayatan hidup yang dipilihnya. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA. Ahmad Sabir, M. Phil. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA. Ahmad Sabir, M. Phil. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Defenisi Eksistensialisme Secara etimologis eksistensialisme

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2

BAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Eksistensi Soren Kierkegaard Eksistensialisme secara etimologi yakni berasal dari kata eksistensi, dari bahasa latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan

Lebih terperinci

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI. Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Kematian Manusia Kematian merupakan batas historisitas manusia yang telah dimengerti

Lebih terperinci

HAKEKAT DAN MAKNA TEKNOLOGI BAGI KEBERADAAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HEIDEGGER

HAKEKAT DAN MAKNA TEKNOLOGI BAGI KEBERADAAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HEIDEGGER RUANG KAJIAN HAKEKAT DAN MAKNA TEKNOLOGI BAGI KEBERADAAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HEIDEGGER Fadhilah Abstrak Perkembangan teknologi dalam 10 tahun terakhir menunjukkan berbagai fenomena yang secara esensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

KONSEPTUALISASI PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME

KONSEPTUALISASI PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME KONSEPTUALISASI PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME (Telaah Implikatif Persepsi Aliran Filsafat Eksistensialisme terhadap Dunia Pendidikan) Mohammad Ahyan Yusuf Sya bani Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. BAB V KESIMPULAN Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M. Dasar-dasar teosofi tumbuh bersamaan dan bercampur dalam perkembangan teoriteori tasawuf; filsafat; dan --dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belenggu yang teramat berat ketika pihak otoritas gereja memaksakan kebenaran

BAB I PENDAHULUAN. belenggu yang teramat berat ketika pihak otoritas gereja memaksakan kebenaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kelam kehidupan manusia pernah dialami di dunia barat hingga mendapat sebuatan dark age 1. Kebebasan di dunia barat pernah mendapat belenggu yang teramat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Permasalahan Jean Paul Sartre seorang filsuf eksistensialis dari Perancis mengatakan bahwa manusia dilahirkan begitu saja ke dalam dunia ini, dan ia harus segera menanggung

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Manusia dalam kehidupannya adalah manusia yang hidup dalam sebuah institusi. Institusi yang merupakan wujud implementasi kehidupan sosial manusia. Di mana pun keberadaannya manusia tidak

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum

Lebih terperinci

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang

Lebih terperinci

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan

Filsafat Islam قولية كونية. Wahyu. Para Rasul. Alam. Akal Manusia. Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia. Aktivitas Kehidupan Problem Filsafat Islam tentang tuhan: Bentuk Aktifitas Manusia هللا Wahyu كونية قولية Para Rasul Alam Akal Manusia Aktivitas Kehidupan 1 pg. Filsafat Islam Problem Tuhan berpisah dengan alam Tuhan bersatu

Lebih terperinci

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALIS. Oleh: Izhar Salim (Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALIS. Oleh: Izhar Salim (Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALIS Oleh: Izhar Salim (Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak : Sifat Materialisme teryata merupakan pendorong lahirnya eksistensialisme. Yang

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah bumi dan di atasnya. Manusia ditempatkan ke dalam pusat dunia. 1 Pada masa itu budi

BAB I PENDAHULUAN. bawah bumi dan di atasnya. Manusia ditempatkan ke dalam pusat dunia. 1 Pada masa itu budi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman modern adalah zaman dimana manusia dikembalikan kepada kemampuan dan keperkasaan dirinya sendiri. Manusia diletakkan didalam pusat seluruh tata kenyataan di bumi,

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMUDAN SEJARAH FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 05Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 05Fakultas Dr. PSIKOLOGI FILSAFAT ILMUDAN LOGIKA SEJARAH FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SEJARAH FILSAFAT ; Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME

EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MENURUT BERAGAM FILSAFAT DUNIA: IDEALISME, REALISME, PRAGMATISME, EKSISTENSIALISME Maully Syifa Devinta, Ni matul Azizah, Reny Hanim Anggraini A. Pengertian Epistemologi. Epistemologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan

Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan Subjudul Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Sesuatu yang didapat

Lebih terperinci

Filsafat Manusia. Sosialitas Manusia. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 03Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Filsafat Manusia. Sosialitas Manusia. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 03Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 03Fakultas Shely PSIKOLOGI Filsafat Manusia Sosialitas Manusia Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Membahas mengenai sosialitas manusia menurut pemikiran filsuf mengenai

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL A. Konsep Manusia Dalam Berbagai Sudut Pandang Pencarian makna dan hakekat manusia dilakukan melalui berbagai pendekatan. Para filosuf memahami manusia

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( ) FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin

Lebih terperinci

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia

Lebih terperinci

Filsafat Kierkegaard Oleh: Nina Amelia*)

Filsafat Kierkegaard Oleh: Nina Amelia*) Filsafat Kierkegaard Oleh: Nina Amelia*) Kierkegaard dikenal menentang filsafat yang bercorak sistematis, karena menurutnya, filsafat tidak merupakan suatu sistem, tetapi suatu pengekspresian eksistensi

Lebih terperinci

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1

Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow. Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1 Teori Kebudayaan Menurut E.K.M. Masinambow Oleh. Muhammad Nida Fadlan 1 Sebagai seorang akademisi yang sangat memperhatikan aspek-aspek pengajaran dan pengembangan kebudayaan, E.K.M. Masinambow merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksistensialisme religius..., Hafizh Zaskuri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksistensialisme religius..., Hafizh Zaskuri, FIB UI, Universitas Indonesia ix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai induk dari segala ilmu, filsafat telah berjasa dalam kelahiran sebuah disiplin ilmu, kajian, gagasan, serta aliran pemikiran sampai ideologi, hingga saat

Lebih terperinci

WATAK MANUSIA PERENEALIS DAN MANUSIA MODERN. dan manusia modern memiliki perbedaan dalam

WATAK MANUSIA PERENEALIS DAN MANUSIA MODERN. dan manusia modern memiliki perbedaan dalam WATAK MANUSIA PERENEALIS DAN MANUSIA MODERN Manusia perenealis dan manusia modern memiliki perbedaan dalam menjalani hidup. Dari masa perenealis hingga masa skolastik, manusia cenderung mencari segala

Lebih terperinci

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6 SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA Week 6 Agama Islam menganggap etika sebagai cabang dari Iman, dan ini muncul dari pandangan dunia islam sebagai cara hidup manusia. Istilah etika yang paling

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan 1 Socrates adalah filsuf Yunani. Ia sangat berpengaruh dan mengubah jalan pikiran filosofis barat melalui muridnya yang paling terkenal, Plato. Socrates

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Ilmu

Sejarah Perkembangan Ilmu Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan Akal dan hati ibarat

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN. Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung

KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN. Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung KONTRIBUSI PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENDIDIKAN Dede Rohaniawati, M.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filsafat merupakan pengetahuan yang wajib dipahami

Lebih terperinci

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dikenal sebagai seorang raja Kediri yang hebat, tetapi juga dikenal dengan

BAB II KAJIAN TEORI. dikenal sebagai seorang raja Kediri yang hebat, tetapi juga dikenal dengan 28 BAB II KAJIAN TEORI A. Petilasan Sri Aji Jayabaya Petilasan Jayabaya merupakan warisan zaman dahulu yang selalu didatangi oleh banyak orang, terlebih dari berbagai daerah di Indonesia. Jayabaya tidak

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Penyelidikan filsafat selama ini adalah penyelidikan mengenai kegundahan manusia terhadap keberadaan dirinya secara internal dengan dunia eksternal di luar dirinya.

Lebih terperinci

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU

DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU l Edisi 019, September 2011 P r o j e c t DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU i t a i g k a a n D Pradana Boy ZTF Edisi 019, September 2011 1 Edisi 019, September 2011 Dimensi Filsafat dalam Wahyu Posisi wahyu

Lebih terperinci

Modul ke: Kematian. 11Fakultas PSIKOLOGI. Shely Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

Modul ke: Kematian. 11Fakultas PSIKOLOGI. Shely Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi Modul ke: 11Fakultas PSIKOLOGI Kematian Shely Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Kematian merupakan salah satu soal paling penting dari eksistensialitas manusia, dimana manusia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah menganalisis struktur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel Atheis karya Akhdiat Kartamihardja dengan menggunakan kajian strukturalisme genetik penulis dapat

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PRAGMATISME Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

AL - BANJARI Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2015

AL - BANJARI Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2015 ISSN 1412-9507 i AL - BANJARI Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2015 DAFTAR ISI Aliran Eksistensialisme dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Islam 1-24 Rabiatul Adawiah Madrasah

Lebih terperinci

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor Pokok Persoalan Apakah filsafat manusia itu? Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu lain (dalam hal ini psikologi klinis)? Apa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai

BAB V KESIMPULAN. sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Hisotris Dari hasil penelitian ini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya bersifat

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Satuan Acara Perkuliahan (SAP) A. Identitas Mata Kuliah dan : Nama Mata Kuliah : Filsafat Manusia Jurusan : Aqidah Filsafat Kode/Status MK : B033/Kompetensi Utama SKS : 2 sks/ 90 Menit Hari/Jam/Ruang :

Lebih terperinci

Maind map rangkuamn ke 2

Maind map rangkuamn ke 2 Sejarah ilmu pegetahuan Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

RESPONS - DESEMBER 2009

RESPONS - DESEMBER 2009 Judul : Filsafat Manusia: Upaya Membangkitkan Humanisme Penulis : Kasdin Sihotang Penerbit : Kanisius, Yogyakarta, 2009 Tebal : 166 halaman Harga : Rp 35.000 Tiada makhluk yang lebih paradoksal selain

Lebih terperinci

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Kel. 14:15-31 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT?

Lebih terperinci

2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE

2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra tidak luput dari pandangan pengarang terhadap kondisi yang terjadi di lingkungannya, seperti sejarah, budaya, agama, filsafat, politik dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebebasan adalah salah satu tema yang sering muncul dalam sejarah filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing tentang kebebasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA Era global menuntut kesiapan segenap komponen Bangsa untuk mengambil peranan sehingga pada muara akhirnya nanti dampak yang kemungkinan muncul, khususnya dampak negatif dari

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009 BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah pemikiran Islam, tema kemerdekaan berfikir merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah pemikiran Islam, tema kemerdekaan berfikir merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah pemikiran Islam, tema kemerdekaan berfikir merupakan kajian yang menempati posisi penting. Fenomena ini nampaknya didukung oleh sejumlah alasan.

Lebih terperinci

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA JIWA DAN BADAN. Firman Alamsyah, MA. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA JIWA DAN BADAN. Firman Alamsyah, MA. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: FILSAFAT MANUSIA JIWA DAN BADAN Fakultas PSIKOLOGI Firman Alamsyah, MA Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Jiwa dan Badan Manusia merupakan makhluk yang bisa disebut monodualis

Lebih terperinci

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme

NATURALISME (1) Naturalisme 'natura' Materialisme NATURALISME (1) Naturalisme adalah teori yang menerima 'natura' (alam) sebagai keseluruhan realitas. Naturalisme adalah kebalikan dari dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik

Lebih terperinci

BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli

BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER Max Weber (1864-1920), ia dilahirkan di Jerman dan merupakan anak dari seorang penganut protestan Liberal berhaluan sayap kanan. Weber berpendidikan ekonomi, sejarah,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam 204 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam perspektif pendidikan Islam adalah aktualisasi

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 04Fakultas Dr. PSIKOLOGI METODE FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Metode Filsafat Metode Zeno: reduction ad absurdum Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam perspektif ilmu-ilmu sosial terutama filsafat dan sosiologi, oposisi diantara subjektivisme dan objektivisme merupakan bagian yang selama ini tidak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa

BAB V PENUTUP. 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu, ia senantiasa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan penelusuran ini, akhirnya penulis menarik beberapa poin penting untuk disimpulkan, yakni: 1. Manusia adalah makhluk yang unik, banal, serta ambigu,

Lebih terperinci