ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALIS. Oleh: Izhar Salim (Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALIS. Oleh: Izhar Salim (Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)"

Transkripsi

1 ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALIS Oleh: Izhar Salim (Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak : Sifat Materialisme teryata merupakan pendorong lahirnya eksistensialisme. Yang dimaksud dengan Eksistensi ialah cara orang berada di dunia. Eksistensialisme lahir sebagai reaksi terhadap idealisme. Materialisme dan idealisme adalah dua pandangan filsafat tentang hakikat yang ekstrim. Keduanya berisi benih-benih kebenaran, tetapi keduanya juga salah. Eksistensialisme ingin mencari jalan keluar dan kedua ekstrimitas itu. Materialisme memandang kejasmanian (materi) sebagai keseluruhan manusia, padahal itu hanyalah aspek manusia. Materialisme menganggap manusia hanyalah sesuatu yang ada, tanpa menjadi subyek. Manusia berpikir, berkesadaran inilah yang tidak disadari oleh materialisme. Sebaliknya berpikir, berkesadaran dilebih-lebihkan oleh idealisme sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain selain pikiran. Kata Kunci : Eksistensialis, Materialisme, Idealisme. Pendahuluan Eksistensialisme atau eksistensialis berkembang pada abad 20 di Perancis dan Jerman sebagai reaksi terhadap merosotnya komunisme yang telah dibangun sejak Abad Pencerahan. Keyakinan akan kesinambungan peradaban menuju kebenaran dan kebebasan, kedamaian dan kesejahteraan yang telah dimunculkan sejak Abad Pencerahan dihancurkan oleh meletusnya Perang Dunia I. Akibat dari perang ini runtuhlah keseimbangan dan kestabilan kekuatan antara Negara-negara besar di Eropa. Negara-negara Eropa banyak yang kehilangan struktur ekstemal kekuasaan, seperti struktur ekonomi, politik, dan intelektual milik kekuasaan. Seluruh struktur ini mulai kehilangan legitimasinya dan kuasanya atas individu. Mengatasi hal ini, para Eksistensialisme menawarkan agar kembali pada diri manusia sebagai pusat filsafat yang sejati dan satu-satunya kekuasaan berlegitimasi. Materialisme ternyata merupakan pendorong lahirnya Eksistensialisme. Eksistensi ialah cara orang berada di dunia. Eksistensialisme lahir sebagai reaksi terhadap idealisme. Materialisme dan idealisme adalah dua pandangan filsafat tentang hakikat yang ekstrim. Keduanya berisi benih-benih kebenaran, tetapi keduanya juga salah. Eksistensialisme ingin mencari jalan keluar dari kedua ekstremitas itu. Materialisme memandang materi sebagai keseluruhan manusia, padahal itu hanyalah aspek manusia. Materialisme menganggap manusia hanyalah sesuatu yang ada, tanpa menjadi subyek. Manusia berpikir, berkesadaran inilah yang tidak disadari oleh materialisme. Akan tetapi, sebaliknya aspek berpikir, berkesadaran dilebihlebihkan oleh idealisme sehingga

2 184 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 1. No. 2. Oktober 2010 menjadi seluruh manusia, bahkan sebagai yang dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain selain pikiran. Eksistensialisme juga didomng munculnya oleh situasi dunia pada umumnya. Di sini eksistensialisme lahir sebagai reaksi tethadap dunia pada umumnya, terutama dunia Eropa Barat. Secara umum keadaan dunia pada waktu itu tidak menentu. Rasa takut berkecamuk, teutama terhadap ancaman perang. Tingkah laku manusia telah menimbulkan rasa muak atau mual. Penampilan manusia penuh rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil persetujuan bersama yang palsu yang disebut konvensi atau tradisi. Manusia berpura-pura dan kebencian merajalela, nilai sedang mengalami krisis, bahkan manusianya sendiri sedang mengalami krisis. Sementara itu agama di Eropa Barat dan di tempat lain dianggap tidak mampu memberikan makna pada kehidupan. Di beberapa tempat orang-orang beragama sendiri justru terlibat dalam krisis itu. Manusia menjadi orang yang gelisah, eksistensinya terancam perbuatannya sendiri. Tokoh-tokoh aliran filsafat eksistensialisme cukup banyak, seperti Gabriel Marcel, Karl Jaspers, Nicolai Berdyaev, Albert Camus, Martin Heiddegger, Soren Kierkegaard dan Jean Paul Sartre. Namun dalam tulisan ini hanya membatasi pembahasan pada dua pendapat yang dikemukakan dua filosof, yaitu Soren Kierkegaard dan Jean Paul Sartre. Apakah Arti Eksistensialis? Menurut Linda Smith dan William Reaper yang dialih bahasakan P. Hardono (2000:76) pada dasarnya eksistensialisme adalah filsafat pemberontak, terpusat pada individu dan masalah-masalah eksistensi. Dalam cara-cara tertentu eksistensialisme dapat dilihat sebagai pemberontakan romantisme melawan ide Pencerahan Eropa dengan tekanannya pada sistem rasionalitas. Kata Eksis secara harfiah berarti berdiri tegak melawan dan para filosof eksistensialis telah menekan bagaimana manusia individual berdiri tegak melawan dunia, masyarakat, lembaga, dan cara berpikir. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir (2008:218) kata dasar eksistensi (Existency) adalah Exist yang berasal dari kata latin Ex yang berarti keluar dan Sistere yang berarti berdiri. Jadi eksistensi adalah berdiri dengan keluar dan diri sendiri. Soren Kierkegaard ( ) Suatu reaksi terhadap idealisme yang sama sekali berbeda dan reaksi materialisme ialah yang berasal dari pemikir Denmark yang benama Soren Kierkegaard. Menurut Kierkegaard, filsafat tidak merupakan suatu sistem, tetapi suatu pengekspresian eksistensi individual. Karena ia menentang filsafat yang bercorak sistematis, dapat dimengerti mengapa ia menulis karyanya dengan menggunakan nama samaran. Dengan cara demikian, ia mencoba menghindari anggapan bahwa bukunya merupakan gambaran tentang fase-fase perkembangan pemikirannya. Dengan menggunakan nama samaran, mungkinlah ia menyerang pendapat-pendapatnya di dalam bukunya yang lain. Pertama-tama Kierkegaard memberikan kritik terhadap Hegel. Ia berkenalan dengan filsafat Hegel

3 Aliran Filsafat Eksistensialis (Izhar Salim) 185 ketika belajar teologi di Universitas Kopenhagen. Mula-mula ia tertarik pada filsafat Hegel yang telah popular di kalangan intelektual di Eropa ketika itu, tetapi tidak lama kemudian ia melancarkan kritiknya. Keberatan utama yang diajukan oleh Kierkegaard kepada Hegel ialah karena Hegel meremehkan eksistensi yang konkrit karena Hegel mengutamakan idea yang sifatnya umum. Menurut Kierkegaard, manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu yang lain. Dengan demikian, Kierkegaard memperkenalkan istilah eksistensi dalam suatu arti mempunyai peran besar pada abad ke-20. Hanya manusia yang mampu bereksistensi, dan eksistensi saya tidak saya jalankan satu kali untuk selamanya, tetapi pada setiap saat eksistensi saya menjadi objek pemilihan baru. Bereksistensi ialah bertindak. Tidak ada orang lain yang dapat menggantikan tempat saya untuk bereksistensi atas nama saya. Hampir semua filosof masa lampau hanya mempelajari sifat-sifat umum, sifat manusia pada urnumnya, kehidupan pada umumnya, kebebasan pada umumnya, dan lain-lain. Mereka memandang yang umum atau yang abstrak. Yang umum memang selalu abstrak. Tradisi membicarakan yang umum memuncak pada hegel. Akan tetapi, menurut Kierkegaard filsafat harus mengutamakan manusia individual. Kehidupan secara konkrit berarti kehidupanku. Kebenaran secara konkrit berarti kebenaran bagi saya. Percobaan Hegel untuk membuat sintesis harus ditolak. Mendamaikan pertentangan dengan cara menyintesisnya hanyalah akan menghasilkan sesuatu yang abstrak. Di dalam kehidupan konkrit kita selalu menghadapi pertentangan yang tidak mungkin disintesis. Di dalam bidang etika, misalnya, kita selalu dituntun memutuskan secara radikal ini atau itu. Kata ini menjadi buku Kierkegaard yang pertama yang terbit pada tahun Selain mengkritik Hegel, ia juga mengkeritik agama Kristen. Kierkegaard mengemukakan kritik tajam terhadap gereja Lutheran yang merupakan gereja Kristen resmi di Denmark ketika itu. Kritik itu dilemparkan terutama pada masa tuanya. Ia menganggap gereja di tanah airnya itu telah menyimpang dan Injil Kristus. Pada pokoknya, kritik Kierkegaard terhadap agama Kristen di tanah airnya tidak berbeda dan kritiknya terhadap filsafat Hegel. Masalah yang dikritiknya ialah karena orang mengaku Kristen di sana, tetapi kebanyakan tidak benar. Kristen tidak melekat di hati, tidak dianut dengan sepenuh kepribadian, ada kemunafikan. Sifat ini amat dibenci oleh Kierkegaard. Bahkan ketika itu iman Kristen menjadi sikap borjuis dan lahiriah saja. Sedangkan menurut Kierkegaard Iman kristen haruslah merupakan salah satu cara hidup radikal yang menuntut seluruh kepribadian. Pengaruh Kierkegaard belum tampak ketika ia masih hidup, bahkan bertahun-tahun namanya tidak dikenal orang diluar negerinya. Itu antara lain karena karyanya ditulis dalam bahasa Denmark. Barulah pada akhir abad ke-19 karya-karya Kierkegaard mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman. Karyanya menjadi sumber yang penting sekali untuk filsafat

4 186 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 1. No. 2. Oktober 2010 abad ke-20, yang disebut eksistensialisme. Karenanya sering disebut bahwa Kierkegaard adalah Bapak Filsafat Eksistensialisme. Akan tetapi, eksistensialisme abad ke- 20 tidak jarang beraliran ateis, padahal Kierkegaard seorang penganut Kristen (Bertens, 1979:83-85). Jean Paul Sartre ( ) Jean Paul Sartre lahir di Paris path tahun 1905 dan meninggal pada tahun Ia belajar pada Ecole Normale Superieur pada tahun Setelah tamat dari sekolah itu pada tahun 1928 ia mengajar filsafat baik di Paris maupun di tempat lain. Dari tahun 1933 sampai tahun 1935 ia menjadi mahasiswa peneliti pada Institut Francais di Berlin dan di Universitas Freiburg. Tahun 1938 terbit novelnya yang beijudul La Nausee, dan La Mur terbit pada tahun Sejak itu muncullah karyakaryanya yang lain dalam bidang filsafat. Tatkala pecah perang pada tahun 1939 ia menggabungkan diri dalam pasukan Perancis, dan pada tahun 1940 ia ditangkap oleh Jerman. Setelah dibebaskan, ia kembali ke Paris. Di sana ia meneruskan karyanya sebagai pengajar dalam bidang filsafat sampai tahun Dalam waktu inilah ia menyelesaikan bukunya yang terkenal berjudul L Etre et Le Neant, pada tahun Dalam gerakan politik bersama temannya, Albert Camus dan Maurice Merleau Ponty, ia bekerja sama dengan Partai Komunis Perancis. Tahun 1960 terbit bukunya berjudul Critique de la Raison Dialectique (Encyclopedia of Philosophy, 7, 1967:287 dan Encyclopedia of Philosophy, 8, 1967:88). Menurut ajaran eksistensialisme, eksistensi manusia mendahului esensinya. Hal ini berbeda dari tumbuhan, hewan, dan bebatuan yang esensinya mendahului wujud nyata (Existence) dianggap mengikuti hakikat (Essence)nya. Jadi hakikat manusia mempunyai ciri khas tertentu, dan ciri itu menyebabkan manusia berbeda dari makhluk lain (Hanafi, l981;90). Manusia harus menciptakan eksistensinya sendiri (Beerling, 1966:215). Berikut ini dijelaskan apa sebenarnya yang dimaksud dengan ungkapan eksistensi mendahului esensi itu. Jika seseorang ingin membuat suatu barang, misalnya buku, ia seharusnya telah mempunyai konsep tentang buku yang akan dibuatnya itu. Selanjutnya dibuatnya buku itu sesuai dengan konsep yang telah ada padanya. Kita tidak dapat membayangkan seseorang dapat membuat buku tanpa didahului oleh suatu konsep tentang buku. Dapatlah dikatakan sekarang bahwa konsep buku merupakan esensi buku, sedangkan wujud buku adalah eksistensinya. Jelaslah sekarang bahwa kehadiran buku itu ditentukan oleh pembuatnya, yaitu manusia. Maka untuk buku berlaku esensi mendahului eksistensi. Ini tentulah formula biasa, yang tidak biasa ialah eksistensi mendahului esensi sebagaimana yang diajarkan eksistensialisme itu untuk manusia. Bila kita berfikir bahwa Tuhan adalah pencipta maka kita akan membayangkan bahwa Tuhan mengetahui secara pasti apa yang akan diciptakan-nya. Jadi, konsep sesuatu yang akan diciptakan oleh Tuhan itu telah ada sebelum sesuatu itu diciptakan atau ditiadakan. Jika

5 Aliran Filsafat Eksistensialis (Izhar Salim) 187 demikian, maka bagi manusia juga berlaku formula esensi mendahului esensinya. Ini bila Tuhan yang menciptakan manusia. Ide seperti ini ada pada agama, juga pada Diderot, Voltaire, Kant, dan lain-lain. Bahkan pada plato, konsep sudah di alam idea. Ternyata, Sartre menyatakan bahwa itu semua berlawanan dengan kenyataan. Eksistensialisme yang ateis, yang saya adalah salah seorang tokohnya, menyatakan bahwa bila Tuhan tidak ada, maka tinggal satu yang ada yang eksistensinya mendahului esensinya, suatu ada yang adanya sebelum ia dapat dikenal dengan suatu konsep tentang dirinya. Itu adalah manusia, yang oleh Heidegger disebut realitas manusia Apa yang kita maksud dengan mengatakan eksistensi mendahului esensi pada manusia? Kita maksudkan bahwa manusia adalah yang pertama dan semua yang ada, menghadapi dirinya, menghadapi dunia, dan mengenal dirinya sesudah itu. Bila manusia sebagai seorang eksistensialis melihat dirinya sebagai tidak dapat dikenal, itu karena ia mulai dari ketiadaan. Dia tetap tidak akan ada, sampai suatu ketika ia ada seperti yang diperbuatnya terhadap dirinya. Oleh karena itu, tidaklah ada kekhususan kemanusiaan karena tidak Tuhan yang mempunyai konsep tentang manusia (Strhl den Struhl, 1972:36). Formula ini dianggap amat penting oleh Sartre karena, bila eksistensi manusia mendahului esensinya, berarti manusia harus bertanggung jawab untuk apa ia ada. Sartre menjelaskan, karena manusia mula-mula sadar bahwa ia ada, itu berarti manusia menyadari bahwa ia menghadapi masa depan, dan ia sadar berbuat begitu. Hal ini menekankan suatu tanggung jawab pada manusia. Inilah yang dianggap sebagai ajaran pertama dan utama dari filsafat eksistensialisme. Bila manusia itu bertanggung jawab atas dirinya sendiri, tetapi juga pada seluruh manusia (Struhl den Struhl, 1972:37). Sartre adalah fi1osof ateis. Itu dinyatakannya secara terang-terangan. Konsekuensi pandangan ateis itu ialah Tuhan tidak ada, atau sekurangkurangnya manusia bukanlah ciptaan Tuhan. Oleh karena itu, konsepnya tentang manusia ialah manusia bukan ciptaan Tuhan. Dari pemikiran ini ia menemukan bahwa eksistensi manusia mendahului esensinya. Seandainya pemikiran ini diajukan untuk menekankan tanggung jawab manusia, itu tidaklah sulit jika ia percaya kepada Tuhan. Manusia itu merdeka, bebas. Oleh karena itu, Ia harus bebas menentukan, memutuskan. Dalam menentukan, memutuskan, ia bertindak sendirian tanpa orang lain yang menolong atau bersamanya. Ia harus menentukan untuk dirinya dan untuk seluruh manusia. Sartre mengatakan bahwa dalam memutuskan itu orang berdiri sendiri. Ini karena ia ateis. Bila ateis, maka manusia akan tahu bahwa dalam memutuskan ia tidak sendirian, ajaran Tuhan bersamanya dalam memutuskan. Rasa takut itu muncul karena adanya kesadaran pada manusia bahwa ia manusia. Rasa seperti tidak ada pada hewan, tumbuhan, dan bebatuan. Manusia selalu dalam keadaan menuju kepada orang lain. Setelah yang lain itu tercapai, pada waktu itu pula ia menyangkalnya.

6 188 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 1. No. 2. Oktober 2010 Jadi, manusia itu selalu berubah, selalu meluncur, selalu menuju kepada. Hakikat penyangkalan itu dapat dirumuskan dalam kalimat Yang ada tidak dimaui, yang dimaui belum ada. Jadi, manusia itu laksana orang yang mengejar bayangannya. Menurut Sartre, itulah hakikat manusia. Manusia harus berbuat, dan harus pula mengingkari hasilnya. Ini hukuman. Keadaan ini menimbulkan rasa mual, rasa hendak muntah. Akan tetapi, bila konstruksi itu diubah, maka yang terjadi ialah kekacauan, semua menjadi semua, semua dapat teijadi. Manusia harus menghadapi kenyataan ini. Manusia menjadi mual menghadapi kenyataan itu, sedangkan sifat eksistensi manusia selalu ingin mengubah. Terasa kenyataan itu beban berat, bahkan menindas. Itulah pada dasarnya yang dimaksud oleh Sartre dengan nausee (Drijarkara, 1 996:75). Sartre menghantam setiap bentuk determinisme. Ia menjelaskan bahwa kemerdekaan itu harus diartikan merdeka dalam keterbatasannya artinya ia merdeka dalam kondisinya. Orang lumpuh merdeka dalam kelumpuhannya, orang yang hidup dalam sel penjara merdeka dalam keadaannya. Selanjutnya Sartre mengemukakan bahwa ada bersama itu berupa konflik atau permusuhan terus-menerus. Oleh karena saya tatkala bertemu dengan orang lain (Beerling, 1996:231). Jadi, di dalam hubungan antar manusia itu, hanya ada dua kemungkinan menjadi subjek atau menjadi objek, memakan atau dimakan (Drijarkara, 1966:89). Kelihatan Sartre sedikit lembut tatkala ia mengatakan bahwa relasi antar manusia terjadi juga karena ikatan cinta kasih. Dalam cinta kasih pihak lain kepadaku, demikian Sartre, eksistensiku diakui, badanku diinginkan, aku dihargai (Peursen, 1980:226). Di sini sifat saling merendahkan, saling memakan, seperti menghilang dan filsafat Sartre. Sekalipun demikian, demikian Sartre, dalam hubungan cinta kasih inipun konflik yang ada (Peursçn, 1980:226). Kebebasan dan Ketidakbebasan Masalah kemerdekaan atau kebebasan selalu mendapat perhatian dan setiap filsafat. Dalam persoalan mi muncul pandangan determinisme dan free will (bebas). Bagaimana pikiran Sartre tentang ini? Tindakan atau tertindak adalah bagian sentral dalam filsafat Sartre. Manusia itu menjalani eksistensinya dalam perbuatan. Syarat utama dapat bertindak ialah adanya kemerdekaan (Struhl den Struhl, 1972: ). Sartre menghantam setiap bentuk determinisme. Semua itu nonsense, kata Sartre, jika aku menjerumuskan kesusilaanku, karena aku mau. Jika aku tidak mau tidak berdayalah dorongan-dorongan yang ada dalam badanku. Jika aku jatuh cinta karena aku merdeka memilih jatuh cinta. Sartre mengatakan bahwa keapaan manusia bergantung pada kemauannya yang berasal dari kemerdekaannya. Sebagian besar buku Sartre berisi uraian yang tajam dan sinis tentang hubungan antar manusia: relasi antara kesadaran yang satu dengan kesadaran yang lain. Apa yang terjadi antara manusia dengan manusia, dalam instansi yang terakhir ialah rivalitas dan konflik. Saya mendekati orang lain, menurut Sartre tidak dapat diartikan selain bahwa

7 Aliran Filsafat Eksistensialis (Izhar Salim) 189 saya hendak merebutnya, saya hendak menjadikannya objek. Disini kita menyaksikan untuk kesekian kalinya dilema dalam filsafat Sartre: disatu pihak seseorang memerlukan orang lain agar ia dapat menjalani eksistensinya, tetapi dipihak lain ada bersama itu merupakan permusuhan. Sekarang semakin lengkaplah keterhukuman manusia, terdamparannya, dan kesegarannya. Semakin jelas mengapa hidup itu dikatakan memuakkan, putus asa. Sartre memulai filsafatnya dengan menjelaskan hakikat ekstensi manusia. Eksistensi manusia mendahului esensinya. Mulainya manusia bereksistensi ialah sejak ia mengenal dirinya dan dunia yang dihadapinya. Itu berarti bahwa ia telah berkesadaran, dan kesadaran itu muncullah tanggung jawab, karena bertanggung jawab, maka manusia harus memilih, menentukan, memutuskan, dilakukannya sendirian. Timbullah rasa kesendirian, sepi, lalu takut. Takut itu tidak jelas objeknya, tidak jelas takut pada apa. Ini tentu menjadi penderitaan. Karena kesadarannya itu manusia harus berbuat, berarti ia selalu berubah, selalu mengalih, karena yang ada tidak dimaui dan yang dimaui ialah yang belum ada. Tentu saja manusia selalu mendobrak berpindah, meluncur terus. Manusia menjadi mual, muak, seperti mau muntah. Manusia dipaksa bekerja, tetapi tanpa harapan. Sial betul nasib manusia. Determinisme ditolak, tetapi manusia dihukum berarti determinisme juga. Kehidupan bersama diperlukan, tetapi ada bersama itu merupakan neraka bagi manusia dan dilema. Memang filsafat Sartre penuh kalau bukan seluruhnya oleh dilema. Sebenamya kekacauan filsafat Sartre disebabkan oleh pandangan yang ateis. Apa yang tidak dapat diselesaikannya itu sesungguhnya dapat diselesaikan dalam teisme (Drijarkara, 1966:89). Bagaimanapun juga, tampaklah di dalam uraian di atas, bahwa filsafat Sartre bentrokan dengan realitas. Kita akui, bahwa buah pikiran Sartre memuat pandangan-pandangan yang bagus. Namun dasar-dasarnya tidak tahan uji baik secara teoritis maupun empiris (Drijarkara, 1966:89). Penutup Eksistensialisme adalah filsafat pemberontakan, terpusat pada individu melawan ide Pencerahan Eropa dengan tekanannya pada sistem dan rasionalitas artinya manusia melawan individual melawan dunia, masyarakat, lembaga, dan cara berpikir. Manusia harus memilih apa yang mau mereka kerjakan dan mereka mau menjadi apa. Mereka adalah bebas. Para filosof eksistensialis dalam tulisannya menekankan pada kebebasan, individualitas, tanggung jawab, dan pilihan. Selain itu juga menulis mengenai keterasingan dan keputusan. Dengan mempelajari filsafat eksistensialisme dalain hubungannya dengan pendidikan umum/pendidikan nilai maka manusia memiliki moralitas yang berintikan etika, norma, estetika, dan agama. Untuk itu, meskipun manusia memiliki kebebasan, tetapi tetap dibatasi oleh moralitas yang berintikan unsur-unsur dimaksud.

8 190 Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora Vol. 1. No. 2. Oktober 2010 Daftar Pustaka Berten, K. (1975). Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius. Berten, K. (1979). Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Beerling, R.F. (1996). Filsafat Dewasa Ini. Terjemahan Hasan Arnin. Djakarta: Balai Pustaka. Drijarkara, S.J. (1996). Percikan Filsafat. Djakarta: Pembangunan. Encyclopedia American. (1977). Encyclopedia Britannica. (1970). Hanafi, A. (1981). Ikhtisar Sejarah Filsafat Barat. Jakarta: Al- Husna. Peursen, C.A. van. (1980). Orientasi Di Alam Filsafat, Diterjemahkan oleh Dick Hartoko, Jakarta: Gramedia. Smith., L Raeper., W. (1991). Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang. Alih Bahasa oleh P. Hardono Hadi. Yogyakarta: Kanisius. Strurhl, Paula Rothenberg, den Karsten J. Struhl. (1972). Philosophy Now. New York: Random, Inc. Tafsfr, Ahmad. (2008). Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap

Lebih terperinci

masalah Sartre Sesudah Selama itu ia hidup berikut

masalah Sartre Sesudah Selama itu ia hidup berikut Sartre (Kajian Pemikiran Filosof Abad Modern) Oleh: Nurhayati *) PENDAHULUAN Sartre merupakan seorang filsuf yang mengembangkann pandangann seorang ahli yang bernama Kierkegard yaitu pandangan tentang

Lebih terperinci

2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE

2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra tidak luput dari pandangan pengarang terhadap kondisi yang terjadi di lingkungannya, seperti sejarah, budaya, agama, filsafat, politik dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB V. FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6)

BAB V. FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6) BAB V FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6) Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat erat dan menunjukkan pemberontakan terhadap metoda-metoda dan

Lebih terperinci

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1 199 RESENSI BUKU 2 Simon Untara 1 Judul Buku : Tema-tema Eksistensialisme, Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini Pengarang : Emanuel Prasetyono Penerbit : Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya,

Lebih terperinci

Modul ke: Kematian. 11Fakultas PSIKOLOGI. Shely Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

Modul ke: Kematian. 11Fakultas PSIKOLOGI. Shely Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi Modul ke: 11Fakultas PSIKOLOGI Kematian Shely Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Kematian merupakan salah satu soal paling penting dari eksistensialitas manusia, dimana manusia

Lebih terperinci

Filsafat eksistensialisme

Filsafat eksistensialisme Filsafat eksistensialisme Sejarah munculnya eksistensialisme Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-1976) Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENGAJARAN MELALUI PENDEKATAN EKSISTENSIALISME

AKTIVITAS PENGAJARAN MELALUI PENDEKATAN EKSISTENSIALISME Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2013 VOL. XIII, NO. 2, 318-335 AKTIVITAS PENGAJARAN MELALUI PENDEKATAN EKSISTENSIALISME Hilmi Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstract Instructional activities

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi. Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id EKSISTENSIALISME Template Modul https://www.youtube.com/watch?v=3fvwtuojuso

Lebih terperinci

FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA. Ahmad Sabir, M. Phil. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA. Ahmad Sabir, M. Phil. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Defenisi Eksistensialisme Secara etimologis eksistensialisme

Lebih terperinci

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI. Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Kematian Manusia Kematian merupakan batas historisitas manusia yang telah dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara sastra berarti berbicara manusia. Terlebih lagi sastra membicarakan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara sastra berarti berbicara manusia. Terlebih lagi sastra membicarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara sastra berarti berbicara manusia. Terlebih lagi sastra membicarakan manusia dengan segala permasalahannya. Begitu juga filsafat, secara khusus membicarakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan 344 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tiga rumusan masalah yang ada dalam penelitian tesis berjudul Konstruksi Eksistensialisme Manusia Independen dalam Teologi Antroposentris Hassan Hanafi, maka

Lebih terperinci

Filsafat Kierkegaard Oleh: Nina Amelia*)

Filsafat Kierkegaard Oleh: Nina Amelia*) Filsafat Kierkegaard Oleh: Nina Amelia*) Kierkegaard dikenal menentang filsafat yang bercorak sistematis, karena menurutnya, filsafat tidak merupakan suatu sistem, tetapi suatu pengekspresian eksistensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua karakter kehidupan spiritual, yaitu: Bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam arti memisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belenggu yang teramat berat ketika pihak otoritas gereja memaksakan kebenaran

BAB I PENDAHULUAN. belenggu yang teramat berat ketika pihak otoritas gereja memaksakan kebenaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kelam kehidupan manusia pernah dialami di dunia barat hingga mendapat sebuatan dark age 1. Kebebasan di dunia barat pernah mendapat belenggu yang teramat

Lebih terperinci

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Hari ini kita akan melihat mengapa kita harus memberitakan Injil Tuhan? Mengapa harus repot-repot mengadakan kebaktian penginjilan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME

ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME Dengan Nama Allaah yang menggenggam ajal kami ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME Oleh: AAN SUKANDAR Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab

Lebih terperinci

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA JIWA DAN BADAN. Firman Alamsyah, MA. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA JIWA DAN BADAN. Firman Alamsyah, MA. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: FILSAFAT MANUSIA JIWA DAN BADAN Fakultas PSIKOLOGI Firman Alamsyah, MA Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Jiwa dan Badan Manusia merupakan makhluk yang bisa disebut monodualis

Lebih terperinci

Apa yang telah Dipakukan di atas Salib? Sebuah Kajian terhadap Kolose 2

Apa yang telah Dipakukan di atas Salib? Sebuah Kajian terhadap Kolose 2 Apa yang telah Dipakukan di atas Salib? Sebuah Kajian terhadap Kolose 2 Diampuni!... Bebas!... Tidak bersalah! Pesan pengharapan yang menginspirasi telah disampaikan rasul Paulus kepada Bangsa-bangsa lain

Lebih terperinci

Filsafat Eksistensialisme: Telaah Ajaran dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan di Indonesia

Filsafat Eksistensialisme: Telaah Ajaran dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan di Indonesia Filsafat Eksistensialisme: Telaah Ajaran dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan di Indonesia Mahmudah *) *) Penulis adalah Doktoranda (Dra.), Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I.), dosen tetap Jurusan

Lebih terperinci

KEPENUHAN HIDUP MANUSIA DALAM RELASI I AND THOU 1 (Antonius Hari Purnanto)

KEPENUHAN HIDUP MANUSIA DALAM RELASI I AND THOU 1 (Antonius Hari Purnanto) KEPENUHAN HIDUP MANUSIA DALAM RELASI I AND THOU 1 (Antonius Hari Purnanto) 1. Pengantar Manusia tidak bisa hidup seorang diri. Ia adalah Homo Socius. Ia hidup di dalam realitas yang saling berkaitan antara

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Ilmu

Sejarah Perkembangan Ilmu Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan Akal dan hati ibarat

Lebih terperinci

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi Modul ke: 12 Shely Fakultas PSIKOLOGI Materi Penutup Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Rangkuman Perkuliahan Filsafat Manusia Kompetensi Mahasiswa dapat memahami mengenai manusia

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME oleh : Drs. IBNU UBAIDILAH, MA STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI PENGERTIAN Pengertian secara Etimologi Istilah perenialisme berasal dari bahasa latin, yaitu dari akar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang ditampilkan di luar tidak ditopang dengan penghayatan hidup yang dipilihnya. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Ilmu

Sejarah Perkembangan Ilmu Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat Kendali Manusia Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan

Lebih terperinci

FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE

FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN-PAUL SARTRE Oleh Mahmuddin Siregar Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan e-mail: mahmuddinsiregar@gmail.com Abstract Jean Paul-Sartre was born and raised

Lebih terperinci

MODUL X. Filsafat Pendidikan Kristen

MODUL X. Filsafat Pendidikan Kristen MODUL X Filsafat Pendidikan Kristen Latar Belakang Filsafat mempunyai sejarah yang sangat panjang. Filsafat lebih tua dari pada semua ilmu dan kebanyakan agama. Ketika mendengar kata filsafat, sebagian

Lebih terperinci

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( )

FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE ( ) FILSAFAT SEJARAH BENEDETTO CROCE (1866-1952) Filsafat Sejarah Croce (1) Benedetto Croce (1866-1952), merupakan pemikir terkemuka dalam mazhab idealisme historis. Syafii Maarif mengidentifikasi empat doktrin

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan

BAB IV KESIMPULAN. Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan BAB IV KESIMPULAN Pada bab analisis dipaparkan bagaimana tokoh utama melakukan penolakan terhadap pandangan moral masyarakat pada abad ke-20. Selain itu, dipaparkan pula alasan mengapa pengarang mengangkat

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Permasalahan Jean Paul Sartre seorang filsuf eksistensialis dari Perancis mengatakan bahwa manusia dilahirkan begitu saja ke dalam dunia ini, dan ia harus segera menanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan

Lebih terperinci

KONSEPTUALISASI PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME

KONSEPTUALISASI PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME KONSEPTUALISASI PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME (Telaah Implikatif Persepsi Aliran Filsafat Eksistensialisme terhadap Dunia Pendidikan) Mohammad Ahyan Yusuf Sya bani Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik yang berakal maupun yang tidak berakal. Salah satu diantara makhluk-nya memiliki struktur susunan

Lebih terperinci

Filsafat dan Teori Pendidikan. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B

Filsafat dan Teori Pendidikan. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B Filsafat dan Teori Pendidikan Oleh Fauzan AlghiFari / 15105241008 / TP-B http://fauzanfari.blogs.uny.ac.id Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan : A. Filsafat Pendidikan Progresivisme Progresivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, psikologi adalah salah satu disiplin ilmu yang amat penting dipelajari. Namun sebagian besar teori psikologi berasal dari Barat, jadi besar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. BAB V PENUTUP Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. Kesimpulan Teologi pluralisme agama memang simpatik karena ingin membangun teologi

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3 342 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab demi bab di atas, maka dapat penulis simpulkan: 1. Metafisika merupakan proto philosophy atau filsafat utama yang membahas segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis

BAB I PENDAHULUAN. Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Novel Nijūshi No Hitomi ( 二二二二二 ) merupakan karya seorang penulis cerita anak-anak sekaligus penulis novel wanita terkenal dari negara Jepang yang bernama Tsuboi

Lebih terperinci

Gereja Lokal Sebagai Sarana Bertumbuh 1 Korintus 12:12-20

Gereja Lokal Sebagai Sarana Bertumbuh 1 Korintus 12:12-20 Gereja Lokal Sebagai Sarana Bertumbuh 1 Korintus 12:12-20 Pernahkah Anda berpikir mengapa setelah kita percaya kita perlu hadir dalam komunitas yang bernama gereja? Apakah tidak cukup kita mengaku percaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

Falsafah ialah satu disiplin ilmiah yang mengusahakan kebenaran yang bersifat umum dan mendasar.

Falsafah ialah satu disiplin ilmiah yang mengusahakan kebenaran yang bersifat umum dan mendasar. Falsafah ialah satu disiplin ilmiah yang mengusahakan kebenaran yang bersifat umum dan mendasar. Kata filsafat Berasal dari bahasa Yunani Φιλοσοφία philosophia, yang berarti love of wisdom atau mencintai

Lebih terperinci

Modul ke: Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU

Modul ke: Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU Modul ke: Pancasila Pancasila sebagai Ideologi Negara Fakultas MKCU Finy F. Basarah, M.Si Program Studi MKCU Pancasila sebagai Ideologi Negara Pancasila Abstract: Pancasila sebagai Ideologi, dan ideologi

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN IDEOLOGI DUNIA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Manusia dalam kehidupannya adalah manusia yang hidup dalam sebuah institusi. Institusi yang merupakan wujud implementasi kehidupan sosial manusia. Di mana pun keberadaannya manusia tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2

BAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Eksistensi Soren Kierkegaard Eksistensialisme secara etimologi yakni berasal dari kata eksistensi, dari bahasa latin existere yang berarti muncul, ada, timbul, memilih keberadaan

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma 10 II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Peranan Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

Lebih terperinci

ETIKA dan PROFESIONALISME. Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia

ETIKA dan PROFESIONALISME. Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia ETIKA dan PROFESIONALISME dalam TEKNOLOGI SISTEM KOMPUTER / INFORMASI PENGERTIAN ETIKA Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia TUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebebasan adalah salah satu tema yang sering muncul dalam sejarah filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing tentang kebebasan.

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa Bab 5 Ringkasan Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa tokoh Kazue Sato mengalami gejala gangguan kepribadian ambang, karena ditemukan 5 kriteria gangguan kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan kaum waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya,

Lebih terperinci

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Pendahuluan Reaksi-reaksi spontan telah dikemukakan oleh beberapa orang. Tetapi, tentu, reaksi-reaksi itu belum terumuskan dengan baik. Namun,

Lebih terperinci

Predestinasi Kristus 1 Ptr. 1:20-21 Ev. Calvin Renata

Predestinasi Kristus 1 Ptr. 1:20-21 Ev. Calvin Renata Predestinasi Kristus 1 Ptr. 1:20-21 Ev. Calvin Renata Pada bulan lalu kita telah belajar tentang Kristus yang mati disalibkan untuk menebus kita dari hidup yang sia-sia bukan dengan emas atau perak tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah bumi dan di atasnya. Manusia ditempatkan ke dalam pusat dunia. 1 Pada masa itu budi

BAB I PENDAHULUAN. bawah bumi dan di atasnya. Manusia ditempatkan ke dalam pusat dunia. 1 Pada masa itu budi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman modern adalah zaman dimana manusia dikembalikan kepada kemampuan dan keperkasaan dirinya sendiri. Manusia diletakkan didalam pusat seluruh tata kenyataan di bumi,

Lebih terperinci

PENYANGKALAN ADANYA TUHAN DALAM PANDANGAN ATEIS DAN SAINS MODERN. Herwansyah

PENYANGKALAN ADANYA TUHAN DALAM PANDANGAN ATEIS DAN SAINS MODERN. Herwansyah ISSN: 2443-0919 JIA/Juni 2017/Th.18/Nomor 1 PENYANGKALAN ADANYA TUHAN DALAM PANDANGAN ATEIS DAN SAINS MODERN Herwansyah Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Herwansyah_uin@radenfatah.ac.id

Lebih terperinci

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

Pengertian Etika. Nur Hidayat  TIP FTP UB 2/18/2012 Nur Hidayat http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id TIP FTP UB Pengertian Etika Berasal dari Yunani -> ethos artinya karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi etika: Sebagai subjek : Untuk menilai apakah

Lebih terperinci

WAWASAN DUNIA KRISTEN. Dosen Pengampu: Amirrudin Zalukhu, M.Th

WAWASAN DUNIA KRISTEN. Dosen Pengampu: Amirrudin Zalukhu, M.Th WAWASAN DUNIA KRISTEN Dosen Pengampu: Amirrudin Zalukhu, M.Th Baca Buku EFESUS 6:10-11 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata

Lebih terperinci

FILSAFAT BARAT MODERN

FILSAFAT BARAT MODERN FILSAFAT BARAT MODERN Oleh : Firdaus M. Yunus 1 Pendahuluan Secara historis abad modern dimulai sejak adanya krisis abad pertengahan. Selama dua abad (abad 15 dan 16) di Eropa muncul sebuah gerakan yang

Lebih terperinci

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Kel. 14:15-31 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT?

Lebih terperinci

KEBEBASAN DALAM FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SARTRE

KEBEBASAN DALAM FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SARTRE Jurnal Al- Ulum Volume. 11, Nomor 2, Desember 2011 Hal. 267-282 KEBEBASAN DALAM FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SARTRE Firdaus M. Yunus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry, Banda Aceh (fadhal_01@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Deskripsi toleransi..., Dias Rifanza Salim, FIB UI, 2008

BAB 4 KESIMPULAN. Deskripsi toleransi..., Dias Rifanza Salim, FIB UI, 2008 71 BAB 4 KESIMPULAN Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat menghindari interaksi dengan manusia atau kelompok lain dalam kehidupan ini sebab semua orang berbagi dunia ini dengan sesamanya. Meskipun

Lebih terperinci

Memaknai (lagi) Agama adalah Candu Milik Marx

Memaknai (lagi) Agama adalah Candu Milik Marx Memaknai (lagi) Agama adalah Candu Milik Marx 3 August 2017 Dhianita Kusuma Pertiwi Harian IndoPROGRESS https://indoprogress.com/2017/08/memaknai-lagi-agama-adalah-candu-milik-marx/ BAHASAN ini, saya akui,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM Landasan berfikir, zaman, dan tempat yang berbeda secara tidak langsung akan menimbulkan perbedaan, walaupun dalam pembahasan

Lebih terperinci

Mengapa Sosialisme? Albert Einstein

Mengapa Sosialisme? Albert Einstein Mengapa Sosialisme? Albert Einstein Apakah pantas bagi seseorang yang bukan merupakan pakar di bidang persoalan sosial dan ekonomi mengemukakan pandangannya berkaitan dengan sosialisme? Karena berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENDIDIKAN DAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SASTRE. Mardiana Lasandang Guru SMP Cokroaminoto Luwuk

ANALISIS PENDIDIKAN DAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SASTRE. Mardiana Lasandang Guru SMP Cokroaminoto Luwuk ANALISIS PENDIDIKAN DAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SASTRE Mardiana Lasandang Guru SMP Cokroaminoto Luwuk Menurut Jean Paul Sastre hakikat filsafat eksistensialisme, dimana kita akan menjadi atheis,

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

TEMA-TEMA EKSISTENSIALISME Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini. Oleh: Emanuel Prasetyono

TEMA-TEMA EKSISTENSIALISME Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini. Oleh: Emanuel Prasetyono TEMA-TEMA EKSISTENSIALISME Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini Oleh: Emanuel Prasetyono FAKULTAS FILSAFAT Unika Widya Mandala Surabaya 2014 TEMA-TEMA EKSISTENSIALISME Pengantar Menuju Eksistensialisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksistensialisme religius..., Hafizh Zaskuri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksistensialisme religius..., Hafizh Zaskuri, FIB UI, Universitas Indonesia ix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai induk dari segala ilmu, filsafat telah berjasa dalam kelahiran sebuah disiplin ilmu, kajian, gagasan, serta aliran pemikiran sampai ideologi, hingga saat

Lebih terperinci

Sosiologi politik MEMAHAMI POLITIK #3 Y E S I M A R I N C E, M. S I

Sosiologi politik MEMAHAMI POLITIK #3 Y E S I M A R I N C E, M. S I Sosiologi politik MEMAHAMI POLITIK #3 Y E S I M A R I N C E, M. S I PERKEMBANGAN ILMU POLITIK CARA MEMANDANG ILMU POLITIK Ilmu yang masih muda jika kita memandang Ilmu Politik semata-mata sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbedaan pandangan mengenai masalah iman dan perbuatan dalam hubungannya dengan keselamatan memang sudah ada sejak dulu kala 1. Pada satu pihak, ada orang

Lebih terperinci

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa

Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa 1 Pratityasamutpada: Sebuah Pujian Buddha (Dependent Arising: A Praise of the Buddha) oleh Je Tsongkhapa Sujud kepada Guruku, Manjushri yang belia! Yang melihat dan membabarkan pratityasamutpada (saling

Lebih terperinci

PENGERTIAN ETIKA Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. TUJUAN MEMPELAJARI ETI

PENGERTIAN ETIKA Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. TUJUAN MEMPELAJARI ETI ETIKA DAN PROFESIONALISME DI BIDANG IT Pertemuan 1 PENGERTIAN ETIKA Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. TUJUAN MEMPELAJARI ETIKA

Lebih terperinci

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT EKSISTENSIALISME Oleh: Rukiyati Jurusan FSP- FIP UNY. Kata kunci: eksistensialisme, otonomi manusia, pendidikan

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT EKSISTENSIALISME Oleh: Rukiyati Jurusan FSP- FIP UNY. Kata kunci: eksistensialisme, otonomi manusia, pendidikan PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT EKSISTENSIALISME Oleh: Rukiyati Jurusan FSP- FIP UNY Abstrak Eksistensialisme menjadi salah satu ciri pemikiran filsafat abad XX yang sangat mendambakan adanya otonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pekabaran Injil adalah tugas dan tanggung jawab gereja di tengah dunia. Gereja dipanggil untuk menjadi pekabar Injil (kabar sukacita, kabar

Lebih terperinci

Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia

Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia PENGERTIAN ETIKA Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia TUJUAN MEMPELAJARI ETIKA Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi. Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Kegiatan dan Penyebaban manusia berkomunikasi Template Modul FILSAFAT

Lebih terperinci

Filsafat Pendidikan. Oleh Fiqi Kurnia Rachman TP-B

Filsafat Pendidikan. Oleh Fiqi Kurnia Rachman TP-B Filsafat Pendidikan Oleh Fiqi Kurnia Rachman 15105244011 TP-B 2015 http://fiqirachman.blogs.uny.ac.id/ Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang pendidikan sampai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang berarti,

Lebih terperinci

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA Era global menuntut kesiapan segenap komponen Bangsa untuk mengambil peranan sehingga pada muara akhirnya nanti dampak yang kemungkinan muncul, khususnya dampak negatif dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #20 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan Makalah D. Metode Penulisan Makalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli bahasa tentang asal kata filsafat dan pengertiannya. Pada bab isi makalah ini, kami mencoba menggali apa yang dimaksud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan agama Kristen masuk ke Indonesia memang panjang. Ada beberapa tahap ketika kekristenan mulai berkembang tanah air Indonesia. Agama Kristen memang bukan agama

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci