HAKEKAT DAN MAKNA TEKNOLOGI BAGI KEBERADAAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HEIDEGGER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HAKEKAT DAN MAKNA TEKNOLOGI BAGI KEBERADAAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HEIDEGGER"

Transkripsi

1 RUANG KAJIAN HAKEKAT DAN MAKNA TEKNOLOGI BAGI KEBERADAAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HEIDEGGER Fadhilah Abstrak Perkembangan teknologi dalam 10 tahun terakhir menunjukkan berbagai fenomena yang secara esensial telah memberi makna bagi kehidupan manusia. Tulisan yang berjudul Hakekat d an Makna Teknologi bagi Keberadaan Manusia Menurut Perspektif Heidegger adalah salah satu usaha refleksi atas fenomena tersebut. Salah satu pandangan Heidegger tentang teknologi adalah apa yang temuat dalam tulisannya tentang Being and Time. Teknologi oleh Heidegger dianalogikan sebagai kuil yang menumpahkan macam-macam makna, atau asal muasal berbagai pemaknaan, contoh lain: tugu/monumen yang memberi makna manusia mengingat sesuatu tentang sejarah yang tecermin dalam tugu itu. Tugu dan kuil tersebut akhirnya digantikan dengan teknologi sebagai seni. Hal ini berhubungan dengan pandangan Heidegger tentang makna benda-benda di sekitar manusia adalah karena manusia memberikan makna kepada benda-benda tersebut. Sebaliknya, jika hanya dilihat dari bendanya saja, maka kedua benda tersebut tidak bermakna apa-apa, karena keduanya adalah benda mati. Manusialah yang memberikan makna kepada tugu dan kuil, antara lain tugu sebagai monumen bersejarah dan kuil sebagai sarana manusia dalam aktivitas religiusnya. Makna lain dari kedua benda tersebut dapat juga karena memiliki nilai seni yang tinggi. Namun ketika kedua benda tersebut dihancurkan dan ditinggalkan manusia karena dianggap tak bermakna, maka benda-benda tersebut pun akan tak berarti apa-apa lagi. Pandangan ini dapat dianalogkan dengan teknologi kontemporer, sebagai contoh program komputer, mulai dari WS, Pentium I, Pentium II, Pentium III dan Pentium IV, dan seterusya. Begitupun dengan perangkat kerasnya, sekarang sebagian orang mulai beralih kepada note book/laptop yang dianggap lebih praktis dan manusiawi, karena kemudahan dalam penggunaannya. Dalam perspektif ini, manusialah yang memberikan makna terhadap produk-produk teknologi tersebut. Kata Kunci: Hakekat Teknologi, Keberadaan Manusia, Filsafat

2 Pendahuluan Berbagai corak pandangan tentang filsafat teknologi akhir-akhir ini menjadi salah satu alasan yang mendorong penulis untuk mencoba merefleksikan salah satu pemikiran tentang hakekat dan makna teknologi. Dalam hal ini penulis tertarik untuk mendeskripsikan kembali pendapat Heidegger tentang hakekat dan makna teknologi. Hal yang menarik bagi penulis dari pemikiran Heidegger tentang hakekat dan makna teknologi adalah karena Heidegger memandang teknologi dari perspektif eksistensi manusia yang secara konkret dapat dilihat dalam fenomena kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian Heidegger melihat teknologi tidak semata-mata teoritis, melainkan sebagai hasil perkembangan/evolusi pengetahuan manusia, sebagai manifestasi eksistensi dan fenomenologi tentang manusia. Untuk dapat memahami hakekat dan makna teknologi dalam perspektif eksistensi dan fenomenologi manusia dalam pandangan Heidegger, dibutuhkan analisa dan refleksi yang mendalam melalui pendekatan eksistensialisme S. Kiekegaard dan fenomenologi Husserl sebagai landasan ontologis yang melatarbelakangi pemikirannya. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa tulisan, artikel ataupun buku yang mengomentari pendapat Heidegger tentang teknologi, antara lain menyoroti latar belakang atau faktor yang mempengaruhi pandangan Heidegger terhadap teknologi dan menganalisa salah satu karya Heidegger yang terkenal Being and Time. Pandangannya dalam hal ini dipengaruhi oleh S. Kiekegaard ( ) sebagai sumber utama pemikiran eksistensialismenya, dan Edmund Husserl ( ) sebagai filsuf fenomenologi yang mengilhami kerangka analisanya, serta metafisika modern Henry Bergson tentang kesadaran dan intuisi yang mewarnai filsafat hidupnya. Pokok-Pokok Pikiran Eksistensialisme sebagai Landasan Ontologis Heidegger Tentang Manusia dan Teknologi Sedikitnya terdapat 4 pemikiran yang jelas dapat disebut eksistensialisme, yaitu pemikiran Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, Karl Jaspers dan Gabriel Marcel. Pengertian eksistensi dalam filsafat eksistensialisme memiliki makna khusus, bukan sekedar berada dalam ruang dan waktu sebagaimana pengertian eksistensi dalam kehidupan sehari-hari. Eksistensi adalah cara manusia berada dalam dunia yang berbeda dengan beradanya benda-benda. Beradanya benda-benda menjadi bermakna karena manusia. Eksistensi berasal dari kata: eks (keluar) dan sistensi, yang diturunkan dari kata kerja sisto (berdiri, menempatkan). Oleh karena itu kata eksistensi diartikan manusia berdiri sebagai diri sendiri keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Dirinya disebut aku. Segala sesuatu dihubungkan dengan dirinya. Mejaku, kursiku, temanku dll. Manusia menyibukkan dirinya dengan apa yang di luar dirinya dan menggunakan bendabenda yang ada disekitarnya. Dalam kesibukannya, manusia menemukan dirinya. Beberapa ciri persamaan 32

3 filsafat eksistensialisme antara lain sebagai berikut: 1) Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya manusia yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas manusia berada. Pusat perhatian ini ada pada manusia. Oleh karena itu bersifat humanitis. 2) Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif, bereksistensi berarti berarti berbuat, menjadi, merencanakan. Setiap saat manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaannya. 3) Di dalam filsafat eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakekatnya manusia terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih-lebih kepada sesama manusia. 4) Filsafat eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang konkrit, pengalaman yang eksistensial. Hanya arti pengalaman ini berbeda-beda. Heidegger memberi tekanan kepada kematian, yang menyuramkan segala sesuatu, Marcel kepada pengalaman keagamaan dan Jaspers kepada pengalaman hidup yang bermacam-macam seperti kematian, penderitaan, perjuangan dan kesalahan. Pokok pemikiran Heidegger dicurahkan untuk pemecahan yang konkrit terhadap persoalan tentang arti berada selama Heidegger hidup belum ada yang menjelaskan secara gamblang, menurutnya hanya samarsamar saja. Menurut Heidegger persoalan berada harus dijelaskan secara ontologis dengan menggunakan metode fenomenologis. Dalam hal ini ia dipengaruhi oleh pandangan fenomenologi Husserl. Menurut Heidegger, eksistensi manusia berbeda dengan dunia itu sendiri. Heidegger membedakan antara berada (Sein) dan yang berada (Seinde). Menurutnya berada hanya berlaku bagi manusia. Sedangkan yang berada (Seinde) berlaku untuk benda-benda mati yang menurut Heidegger makna keduanya berbeda. Manusia berada dalam arti aktif, dinamis dan berhadapan dengan benda-benda yang ada disekitarnya. Hal ini karena manusia memiliki kesadaran akan dirinya. Keberadaan manusia ini disebut Dasein yang berarti berada dalam dunia. Adapun benda-benda lain meskipun ada di sekitar manusia, namun jika dipandang pada dirinya sendiri, beradanya terpisah dari benda-benda yang lain. Benda-benda tersebut memiliki arti dan makna sepanjang dihubungkan dengan manusia. (Harun Hadiwijono: 150). Keberadaan manusia dalam ruang dan waktu diketahui melalui kesadaran tentang aku -nya manusia. Hal ini berbeda dengan hakekat ada pada benda-benda mati. Manusia berada secara aktif dan dinamis. Manusia berada dalam dunia dan memiliki dunia. Manusia adalah subyek dalam dunia. Sedangkan benda-benda, jika dipandang pada dirinya sendiri beradanya secara terpisah dengan benda lainnya, karena tidak saling menyapa. Hal inilah yang membedakan makna beradanya manusia dengan beradanya benda-benda mati, yaitu karena kesadaran. Dalam kesadarannya, manusia berhadapan dengan 33

4 manusia lain, terikat oleh sesama manusia, bahkan terbelenggu oleh nasibnya. Meskipun demikian manusia dapat keluar dari keberadaan semu (dalam pengertian sehari-hari) menuju keberadaan yang sesungguhnya. Cara berada manusia antara lain dengan seolah-olah keluar dari dirinya, menyibukkan diri dengan apa yang ada di luarnya, menggunakan benda-benda di sekitarnya. Bendabenda hanya bermakna sejauh dihubungkan dengan manusia. Sebaliknya jika manusia tak membutuhkan, maka benda-benda tersebut tidak mempunyai makna apa-apa. Pemikiran eksistensialisme dan fenomenologis tersebut menjadi latar belakang pandangan Heidegger tentang teknologi. Karena latar belakang pemikirannya yang eksistensialis dan fenomenologis, serta dipengaruhi oleh filsafat hidup Bergson, maka pandangan Heidegger terhadap teknologi juga sangat humanistis. Pokok-pokok Pikiran Heidegger tentang Teknologi Dalam buku yang berjudul Filsafat Teknologi Suatu Pengantar, karangan asli Dr. Don Idhe dan diterjemahan oleh Yudian W. Asmin, Penerbit Al Ikhlas, Surabaya Indonesia, tahun 1995, cetakan ke I, antara lain menguraikan pemikiran Heidegger tentang teknologi. Pemikiran Heidegger tertuang dalam tulisannya tentang Being and Time (Ada dan Waktu). Heidegger merespon analisa kesadaran modern gaya Husserl melahirkan analisa kuat terhadap praksis biasa. Dalam buku utamanya Being and Time (1927), dikemukakan argumentasi bahwa pengetahuan saintifik berbeda dari posisi-posisi yang dominan pada waktu itu dan merupakan suatu penyimpangan dari dan bergantung pada pengetahuan praksis yang lebih primitif. Hubungan primer kita dengan dunia/lingkungan pengalaman pertama tidaklah bersifat konseptual, tetapi adalah hubungan jasmaniah praksis yang tercermin dalam aktivitas keseharian. Contoh: Palu dalam konteks penggunaan-penggunaan khusus yang relasional, dimana palu itu menjadi suatu bagian dari bidang tugas, yang menunjuk pada paku, sol-sol sepatu, produksi artifak. Tetapi palu yang dipakai itu bukan suatu obyek semata, melainkan secara aktual kegunaannya menunjukkan corak pengetahuan praktis tertentu yang tidak bersifat konseptual, tetapi bersifat jasmaniah. Teknologi dipandang sebagai peran dalam pengalaman awal manusia terhadap lingkungan. Namun hal itu nampak, justru ketika teknologi berfungsi secara tidak baik. Pada saat teknologi berfungsi dengan baik, hal itu justru perannya tidak nampak. Contoh mesin ketik/komputer, ketika sedang digunakan tanpa ada masalah, maka perannya tidak nampak, tetapi justru ketika ada hambatan, maka peran mesin ketik tadi lebih nampak. Contoh lain mobil yang sering dipakai sebagai alat transportasi dalam menjalankan tugas sehari-hari. Ketika tidak ada masalah, seperti mogok tiba-tiba dll, maka fungsi/peran mobil tidak terlalu dirasakan. Namun ketika di tengah jalan mobil yang dikendarai tiba-tiba mesinnya mogok, maka baru terasa bahwa peran/fungsi atau hubungan mobil dengan pekerjaan manusia sangat tersebut sangat penting. 34

5 Dalam eseinya yang berjudul The Question Concerning Technology, Heidegger menarik kesimpulan tentang teknologi, bahwa secara ontologis, teknologi mendahului sains. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah perkembangan teknologi awal dengan adanya penemuan berbagai alat penting dalam masa sebelum sains berkembang pesat, seperti alat pengukur waktu dan jarak (sundial, elypsadra dan gnomon) pada filsafat pasca Aristoteles, pada masa Hellenika Romawi, sejak Archimedes ( ). Sejak masa itu dianggap sebagai masa perkembangan teknologi dan eksperimen. Dengan penemuan-penemuan tersebut, justru bermanfaat bagi pengembangan sains berikutnya. Penggunaan matematika, metode eksperimental dan observasi saintifik, teori itu sendiri harus dipandang sebagai suatu corak alat dalam cara pandang teknologis. Tentang teknologi sebagai wujud/ada, adanya teknologi sebagai wujud keberadaan manusia. Wujud teknologi adalah ciptaan manusia. Contoh: adanya palu menunjukkan sesuatu yang ada di balik palu, yaitu komunitas kerja/proyek. Esensi palu adalah sesuatu yang memperkuat sesuatu. Dari sisi ini, maka Heidegger memandang esensi teknologi sebagai salah satu cara beradanya manusia. Dengan demikian, makna palu bagi manusia menunjukkan komunitas manusia yang berhubungan dengan kerja/proyek. Esensi Teknologi berbeda dengan Teknologi itu sendiri Pandangan Heidegger tentang hal ini dilandasi oleh pemikiran tentang eksistensialisme, bahwa esensi manusia berbeda dengan eksistensinya. Begitu pun dengan teknologi. Esensi teknologi berbeda dengan teknologi itu sendiri. Esensi teknologi adalah aktivitas/produk manusia. Dengan kata lain teknologi adalah bentuk aktivitas dan hasil aktivitas manusia. Di sisi lain teknologi dipandang sebagai instrumen/alat bagi manusia. Dalam contoh palu sebagai alat kerja proyek, dapat juga sebagai alat untuk mengesol sepatu. Fungsi palu adalah untuk memperkuat. Di sisi lain adanya palu memberikan gambaran tentang hal-hal di balik palu. Palu dapat mencerminkan komunitas kerja manusia yang berbeda dengan palu itu sendiri. Pada masa sekarang hal ini bisa diambil contoh, misalnya teknologi komputer yang dirancang untuk dijadikan sebagai alat penyimpan data yang memudahkan manusia dalam aktivitas kerja yang memerlukan data base. Dengan kata lain teknologi komputer dalam hal ini dipandang sebagai sarana untuk mewujudkan eksistensi manusia dalam dunia kerja yang membutuhkan penyimpanan data. Teknologi bukan hanya sebagai alat, tetapi sebuah jalan yang membuka sesuatu, dari yang semula tidak nampak menjadi nampak/pembuka pikiran/kerangka pemikiran; memberi pemaknaan baru. Sebagai pembuka pikiran dari hal yang semula tidak nampak menjadi nampak, hal ini bisa dicontohkan dengan adanya penemuan mikroskop sebagai alat untuk melihat benda yang sangat kecil dalam jarak dekat dengan kaca pembesar. Begitu juga dengan ditemukannya teleskop/alat teropong bintang, memungkinkan manusia 35

6 dapat melakukan perhitungan kalender Hijriyah dengan lebih tepat. Di era sekarang dengan perkembangan teknologi IT dan internet, HP, TV dan radio memungkinkan manusia dapat melihat dan mendengar berbagai informasi dan fenomena yang sebelumnya tidak nampak/tidak dapat dilihat atau ditangkap. Dengan HP seseorang bisa mengetahui posisinya dimana. Esensi teknologi antara lain sebagai Gestall/enframing: set to reveal/world as bestand/standing resarve. Contoh: ketika melihat sungai, maka yang ada dalam pikiran kita adalah sungai dapat menjadi sebuah cadangan pembangkit tenaga listrik. Teknologi dalam hal ini dapat dipandang sebagai aset yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia di masa yang akan datang. Teknologi adalah suatu pengetahuan. Sebagai cara untuk mengetahui. Teknologi sebagai episteme = ilmu murni yang memberi kita pengetahuan. Sedangkan techne = pekerjaan tukang/art. Dalam arti ini, teknologi adalah knowledge yang sejajar dengan science. Dengan demikian teknologi berbeda dengan techne yang hanya bermakna sebagai pekerjaan tukang. Teknologi dapat menjadi alat yang membebaskan diri manusia dari hegemoni/pandangan yang salah/ tidak tepat tentang sesuatu yang mengikat manusia. Heidegger tidak setuju dengan pandangan Aristoteles tentang 4 causa (causa formalis, causa materialis, causa finalis dan causa efisien) yang telah menghegemoni masyarakat kuno. Dalam makna teknologi sebagai alat yang membebaskan manusia dari hegemoni/pandangan yang salah antara lain dapat dilihat dalam contoh penemuan alat teropong bintang yang mampu mendorong munculnya revolusi Copernicus. Sebelum teropong bintang ditemukan, masyarakat Yunani percaya bahwa bumi adalah sebagai pusat tata surya (pandangan geosentris). Namun setelah alat teropong bintang ditemukan, maka pandangan geosentris tersebut berubah/digantikan menjadi pandangan heliosentris, yaitu bahwa mataharilah yang menjadi pusat tata surya kita. Teknologi dianalogikan sebagai kuil yang menumpahkan macammacam makna, atau asal muasal berbagai pemaknaan, contoh lain: tugu/monumen yang memberi makna manusia mengingat sesuatu tentang sejarah yang tecermin dalam tugu itu. Tugu dan kuil tersebut akhirnya digantikan dengan teknologi sebagai seni. Hal ini berhubungan dengan pandangan Heidegger tentang makna benda-benda di sekitar manusia adalah karena manusia memberikan makna kepada benda-benda tersebut. Sebaliknya, jika hanya dilihat dari bendanya saja, maka kedua benda tersebut tidak bermakna apaapa, karena keduanya adalah benda mati. Manusialah yang memberikan makna kepada tugu dan kuil, antara lain tugu sebagai monumen bersejarah dan kuil sebagai sarana manusia dalam aktivitas religiusnya. Makna lain dari kedua benda tersebut dapat juga karena memiliki nilai seni yang tinggi. Namun ketika kedua benda tersebut dihancurkan dan ditinggalkan manusia karena dianggap tak bermakna, maka bendabenda tersebut pun akan tak berarti apa-apa lagi. Pandangan ini dapat dianalogikan dengan teknologi dari 36

7 sisi yang lain. Ketika dahulu orang belum menemukan teknologi canggih, maka beberapa penemuan di bidang teknologi yang pada waktu itu sangat membantu manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, maka teknologi yang ada tersebut dianggap sangat bermakna bagi hidup manusia. Tetapi setelah ada penemuan teknologi canggih, maka teknologi lama tidak lagi dianggap bermakna bagi manusia. Contoh: penggunaan komputer pertama kali dengan program WS dan sekarang dengan ditemukannya program Windows dengan Pentium I, II, III, IV, dst., maka orang tidak lagi memberikan makna pada program komputer yang dianggap sudah usang dan ketinggalan jaman. Begitupun dengan perangkat kerasnya, sekarang sebagian orang mulai beralih kepada notebook/laptop yang dianggap lebih praktis dan manusiawi, karena kemudahan dalam penggunaannya. Dalam perspektif ini, manusialah yang memberikan makna terhadap produk-produk teknologi tersebut. Manusia menjadi ukuran dan subyek yang memberi makna. Namun di sisi lain, selain mengandung berbagai macam makna teknologi juga telah banyak membawa berbagai dampak negatif bagi kehidupan manusia, contoh: dengan adanya HP, internet, dan TV di era informasi telah memberikan berbagai macam makna bagi hidup manusia, baik makna ekonomis, bisnis, etis, religius, hiburan dan lain-lain. Demikianlah garis besar pandangan Heidegger tentang teknologi yang dapat direfleksikan lebih jauh lagi dalam fenomena kehidupan manusia sebagai wujud eksistensi diri manusia dari sisi yang lain. Kesimpulan: Tanggapan dan Kritik Berdasarkan uraian di atas maka nampak jelas pandangan Heidegger tentang teknologi yang bersifat humanistis, karena dilandasi oleh pemikirannya tentang eksistensialisme S. Kiekegaard dan fenomenologi Husserl, serta adanya pengaruh filsafat hidup Bergson. Karena filsafatnya yang bercorak eksistensialis tersebut, Heidegger menempatkan teknologi dalam wujud dan peranan dari segi praksis sebagai cara beradanya manusia. Dalam kesadaran manusia yang terikat dengan keberadaan manusia lain, menyebabkan peran teknologi menjadi kompleks, sesuai dengan makna yang diberikan oleh manusia terhadap teknologi tersebut. Manusia menjadi tolok ukur adanya dan peranan teknologi. Dari sisi ini penulis menilai pandangan Heidegger tentang teknologi cenderung subyektif. Namun pada fenomena perkembangan teknologi canggih, ada kecenderungan manusia terkadang justru dikendalikan oleh teknologi, sehingga makna teknologi bukan lagi manusia yang menentukan, melainkan otonomi teknologi yang justru membuat manusia bergantung dan tunduk pada sistem teknologi yang ada (teknologi deterministik). Dengan demikian, manusialah yang menjadi obyek teknologi. Dalam dimensi etis kedudukan manusia dalam ilmu/science dan teknologi adalah sebagai subyek dan obyek sekaligus. Hal ini karena esensi manusia dan eksistensinya terikat dengan dunia sekitar, dimana 37

8 teknologi sekarang telah mampu mengendalikan dan mengatur manusia. Contoh dalam layanan telekomunikasi, identitas pengguna jasa layanan berada dalam kontrol teknologi telekomunikasi. Dalam administrasi kependudukan, nomor KTP juga sebagai salah satu bentuk kontrol teknologi terhadap manusia. Begitu juga dalam sistem pengambilan uang melalui ATM dengan menggunakan nomor PIN adalah bukti konkrit manusia dikendalikan oleh sistem teknologi. Meskipun demikian, secara umum pandangan Heidegger merupakan pemikiran yang sangat lekat dengan realitas hidup manusia sekarang, bahkan di era informasi global, ketika Heidegger tidak lagi sempat meresponnya, karena tak lagi berada dalam dunia. Pandangan tentang teknologi yang humanistis dari Heidegger seharusnya dapat dijadikan landasan etis bagi pengembangan dan penggunaan teknologi pada masa kini dan yang akan datang yang cenderung menempatkan manusia sebagai obyek teknologi. Hal ini tentunya harus dikembalikan kepada subyek (manusia) teknologi yang bertanggung jawab, karena bagaimanapun juga tujuan sains dan teknologi harus diprioritaskan untuk kepentingan dan kesejahteraan hidup manusia. Dengan demikian terhadap dampak sains dan teknologi yang negatif hendaknya semaksimal mungkin manusia mencegah/mengantisipasinya. Referensi Don, Idhe. (1995). Filsafat Teknologi Suatu Pengantar, cetakan ke I, Penterjemah Yudian W. Asmin, Penerbit Al Ikhlas, Surabaya Indonesia. Harun, Hadiwijono. (2005). Sari Sejarah Filsafat Barat 2, cetakan ke 21, Kanisius, Yogyakarta. Van Melsen. (1992). Ilmu Pengetahuan dan Tanggung Jawab Kita, Gramedia, Jakarta. Jacob, Teuku. (1996). Menuju Teknologi Berperikemanusiaan, Yayasan Obor, Jakarta. 38

Pendahuluan media komunikasi

Pendahuluan media komunikasi RUANG KAJIAN FENOMENA PENGGUNAAN HAND PHONE (HP) DI ERA INFORMASI BAGI KEBERADAAN MANUSIA: SUATU REFLEKSI FILOSOFIS BERDASARKAN PEMIKIRAN HEIDEGGER TENTANG BEING AND TIME Fadhilah Abstrak Tulisan yang

Lebih terperinci

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap

Lebih terperinci

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1 199 RESENSI BUKU 2 Simon Untara 1 Judul Buku : Tema-tema Eksistensialisme, Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini Pengarang : Emanuel Prasetyono Penerbit : Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya,

Lebih terperinci

Modul ke: Kematian. 11Fakultas PSIKOLOGI. Shely Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

Modul ke: Kematian. 11Fakultas PSIKOLOGI. Shely Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi Modul ke: 11Fakultas PSIKOLOGI Kematian Shely Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Kematian merupakan salah satu soal paling penting dari eksistensialitas manusia, dimana manusia

Lebih terperinci

FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA. Ahmad Sabir, M. Phil. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA. Ahmad Sabir, M. Phil. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Defenisi Eksistensialisme Secara etimologis eksistensialisme

Lebih terperinci

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN. Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI. Modul ke: FILSAFAT MANUSIA KEMATIAN Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Kematian Manusia Kematian merupakan batas historisitas manusia yang telah dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman modern sangat sulit untuk menemukan sebuah kehadiran dan relasi yang bermakna. Karena, perjumpaan

Lebih terperinci

Filsafat Manusia. Sosialitas Manusia. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 03Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Filsafat Manusia. Sosialitas Manusia. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 03Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 03Fakultas Shely PSIKOLOGI Filsafat Manusia Sosialitas Manusia Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Membahas mengenai sosialitas manusia menurut pemikiran filsuf mengenai

Lebih terperinci

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA JIWA DAN BADAN. Firman Alamsyah, MA. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA JIWA DAN BADAN. Firman Alamsyah, MA. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: FILSAFAT MANUSIA JIWA DAN BADAN Fakultas PSIKOLOGI Firman Alamsyah, MA Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Jiwa dan Badan Manusia merupakan makhluk yang bisa disebut monodualis

Lebih terperinci

Filsafat eksistensialisme

Filsafat eksistensialisme Filsafat eksistensialisme Sejarah munculnya eksistensialisme Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-1976) Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar

Lebih terperinci

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara sastra berarti berbicara manusia. Terlebih lagi sastra membicarakan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara sastra berarti berbicara manusia. Terlebih lagi sastra membicarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara sastra berarti berbicara manusia. Terlebih lagi sastra membicarakan manusia dengan segala permasalahannya. Begitu juga filsafat, secara khusus membicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teknologi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang memiliki tempat dan peranan yang sangat penting. Teknologi bahkan membantu memecahkan persoalan manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN PENELITIAN Metode penelitian ini dengan menggunakan kualitatif dan pendekatan metode fenomenologi milik Max Scheler. Hal ini didasarkan pada bagaimana pandangan

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi. Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id EKSISTENSIALISME Template Modul https://www.youtube.com/watch?v=3fvwtuojuso

Lebih terperinci

SAINS, TEKNOLOGI DAN PERADABAN MANUSIA C. Kuntoro Adi, SJ 18 November 2017

SAINS, TEKNOLOGI DAN PERADABAN MANUSIA C. Kuntoro Adi, SJ 18 November 2017 SAINS, TEKNOLOGI DAN PERADABAN MANUSIA C. Kuntoro Adi, SJ 18 November 2017 1 AGENDA 1. Pendahuluan Teknologi dan Kepentingan Manusia 2. Catatan Historis 3. Don Ihde: Teknologi - pengalaman dan persepsi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan 344 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tiga rumusan masalah yang ada dalam penelitian tesis berjudul Konstruksi Eksistensialisme Manusia Independen dalam Teologi Antroposentris Hassan Hanafi, maka

Lebih terperinci

RUANG KAJIAN HAKIKAT HIDUP MANUSIA DALAM KONSEP RUANG DAN WAKTU MENURUT FILSAFAT EKSISTENSIALISME HEIDEGGER. Oleh : Fadhillah.

RUANG KAJIAN HAKIKAT HIDUP MANUSIA DALAM KONSEP RUANG DAN WAKTU MENURUT FILSAFAT EKSISTENSIALISME HEIDEGGER. Oleh : Fadhillah. RUANG KAJIAN HAKIKAT HIDUP MANUSIA DALAM KONSEP RUANG DAN WAKTU MENURUT FILSAFAT EKSISTENSIALISME HEIDEGGER Oleh : Fadhillah Abstract Human s essence cannot be separated from the essence of existence in

Lebih terperinci

BAB V. FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6)

BAB V. FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6) BAB V FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6) Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat erat dan menunjukkan pemberontakan terhadap metoda-metoda dan

Lebih terperinci

FILSAFAT MANUSIA Sosialitas Manusia; Pandangan-pandangan mengenai Korelasi Manusia dengan yang-lain.

FILSAFAT MANUSIA Sosialitas Manusia; Pandangan-pandangan mengenai Korelasi Manusia dengan yang-lain. Modul ke: FILSAFAT MANUSIA Sosialitas Manusia; Pandangan-pandangan mengenai Korelasi Manusia dengan yang-lain. Fakultas PSIKOLOGI Firman Alamsyah, MA Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Satuan Acara Perkuliahan (SAP) A. Identitas Mata Kuliah dan : Nama Mata Kuliah : Filsafat Manusia Jurusan : Aqidah Filsafat Kode/Status MK : B033/Kompetensi Utama SKS : 2 sks/ 90 Menit Hari/Jam/Ruang :

Lebih terperinci

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor Pokok Persoalan Apakah filsafat manusia itu? Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu lain (dalam hal ini psikologi klinis)? Apa

Lebih terperinci

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA INTELEKTUAL (PENGETAHUAN) Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI.

Modul ke: FILSAFAT MANUSIA INTELEKTUAL (PENGETAHUAN) Ahmad Sabir, M. Phil. Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI. Modul ke: FILSAFAT MANUSIA INTELEKTUAL (PENGETAHUAN) Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Intelektual (pengetahuan) Inteletual (Pengetahuan)

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang: Sebuah Refleksi Awal

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang: Sebuah Refleksi Awal BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang: Sebuah Refleksi Awal Pada 26 Oktober 2016, penulis melontarkan suatu pertanyaan terbuka pada laman akun Facebook-nya. Pertanyaan itu berbunyi, Jika ada suatu teknologi

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jawa Timur Pengantar Epistemologi merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Citizen journalism atau jurnalisme warga merupakan suatu terobosan terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat kebutuhan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan paling luar

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan paling luar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki kelebihan paling luar biasa dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, dengan kelebihannya tersebut manusia dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak

BAB I PENDAHULUAN. empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Mobil adalah kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak (bensin atau solar)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN SAINS ABAD 20

PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN SAINS ABAD 20 PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN SAINS ABAD 20 Bagaimana hubungan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan? Bagaimakah Perkembangan Filsafat abad ke- 20? Bagaimana Perkembangan Pemikiran Sains abad ke-20? PENDAHULUAN Sejarah

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Debus, berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, merupakan suatu bentuk seni dan budaya yang menampilkan peragaan kekebalan tubuh seseorang terhadap api dan segala bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia yang begitu luas ini dihuni oleh berbagai macam makhluk Tuhan, baik yang berakal maupun yang tidak berakal. Salah satu diantara makhluk-nya memiliki struktur susunan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. manusia dan media. Baudrillard banyak mengkaji tentang fenomena media,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. manusia dan media. Baudrillard banyak mengkaji tentang fenomena media, 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Baudrillard mendasarkan diri pada beberapa asumsi hubungan manusia dan media. Baudrillard banyak mengkaji tentang fenomena media, terutama peran media elektronik

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Uraian akhir dari analisa atas pemikiran Frithjof Schuon tentang makna agama dalam perspektif Filsafat Agama adalah bagian kesimpulan, yang merupakan rangkuman jawaban atas

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3

BAB VI PENUTUP. mempunyai objek kajian sebagaimana dijelaskan Wolff dibagi menjadi 3 342 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab demi bab di atas, maka dapat penulis simpulkan: 1. Metafisika merupakan proto philosophy atau filsafat utama yang membahas segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Manusia, Sains, Teknologi, dan Seni Drs. Ermansyah, M.Hum. 2014 Manusia makhluk Tuhan yang mempunyai akal. Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang lahir dengan fungsi sosial dan fungsi estetik, novel sebagai hiburan dari kelelahan rutinitas kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. orang Sabu yang berada sepanjang penggal jalan tersebut memiliki kondisi yang

BAB III METODOLOGI. orang Sabu yang berada sepanjang penggal jalan tersebut memiliki kondisi yang BAB III METODOLOGI Penelitian tentang pola tata spasial pada hunian orang Sabu pada penggal jalan desa Kadumbul pulau Sumba merupakan sebuah penelitian yang perlu dilakukan untuk mengungkapkan semua hal

Lebih terperinci

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi Modul ke: 12 Shely Fakultas PSIKOLOGI Materi Penutup Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Rangkuman Perkuliahan Filsafat Manusia Kompetensi Mahasiswa dapat memahami mengenai manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling membutuhkan antara satu dengan yang lainya. Manusia sebagai mahluk social didunia

Lebih terperinci

Rancang Bangun Metode Penelitian Fenomenologi. Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Rancang Bangun Metode Penelitian Fenomenologi. Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Rancang Bangun Metode Penelitian Fenomenologi Oleh: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Paradigma dan Desain Riset Paradigma merupakan seperangkat keyakinan

Lebih terperinci

PANDANGAN HIDUP SISTEM

PANDANGAN HIDUP SISTEM PANDANGAN HIDUP SISTEM SEPERTI APA REALITAS YANG EKOLOGIS? Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi FE UPN Veteran Jatim) Pemahaman Hidup Sistem Visi atau pandangan hidup akan realitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Permasalahan Jean Paul Sartre seorang filsuf eksistensialis dari Perancis mengatakan bahwa manusia dilahirkan begitu saja ke dalam dunia ini, dan ia harus segera menanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya bagaikan gunung es (ice berg) artinya yang tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksistensialisme religius..., Hafizh Zaskuri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksistensialisme religius..., Hafizh Zaskuri, FIB UI, Universitas Indonesia ix BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai induk dari segala ilmu, filsafat telah berjasa dalam kelahiran sebuah disiplin ilmu, kajian, gagasan, serta aliran pemikiran sampai ideologi, hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebebasan adalah salah satu tema yang sering muncul dalam sejarah filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing tentang kebebasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam perspektif ilmu-ilmu sosial terutama filsafat dan sosiologi, oposisi diantara subjektivisme dan objektivisme merupakan bagian yang selama ini tidak

Lebih terperinci

III. PROSES PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN III. PROSES PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dunia virtual dalam media sosial memang amat menarik untuk dibahas, hal ini pulalah yang membuat penulis melakukan sebuah pengamatan, perenungan

Lebih terperinci

DESAIN RUANG DENGAN CITRA KRONOSKOPI

DESAIN RUANG DENGAN CITRA KRONOSKOPI DESAIN RUANG DENGAN CITRA KRONOSKOPI Oleh I Gede Mugi Raharja Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Perkembangan teknologi komputer desain

Lebih terperinci

2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Diskusi. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,

2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Diskusi. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan, 7 Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang yang berlangsung seumur hidup. 2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media

Lebih terperinci

RESPONS - DESEMBER 2009

RESPONS - DESEMBER 2009 Judul : Filsafat Manusia: Upaya Membangkitkan Humanisme Penulis : Kasdin Sihotang Penerbit : Kanisius, Yogyakarta, 2009 Tebal : 166 halaman Harga : Rp 35.000 Tiada makhluk yang lebih paradoksal selain

Lebih terperinci

Filsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah

Filsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah Filsafat Pemerintahan (Sebuah Gambaran Umum) Oleh: Erwin Musdah Pendahuluan Sudah menjadi suatu hal yang lazim dalam pembahasan sebuah konsep dimulai dari pemaknaan secara partikuler dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak membantu manusia dalam aktifitasnya sehari-hari. Dengan teknologi yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak membantu manusia dalam aktifitasnya sehari-hari. Dengan teknologi yang BAB V BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Manusia tidak akan pernah bisa lepas dari teknologi mulai dari teknologi yang sangat sederhana hingga teknologi yang sangat canggih. Teknologi memang nyata-nyata

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

Diterjemahkan oleh K.J. Veeger, (Jakarta: Gramedia, 1998), hlm Zainal, Abidin, Filsafat Manusia, (Jakarta: Rosda Karya, 2003), hlm.

Diterjemahkan oleh K.J. Veeger, (Jakarta: Gramedia, 1998), hlm Zainal, Abidin, Filsafat Manusia, (Jakarta: Rosda Karya, 2003), hlm. Filsafat Antropologi 1 Filsafat antropologi merupakan salah satu cabang dari filsafat teoritika. Selain itu filsafat antropologi juga dapat disebut sebagai ilmu. Palmquis memahami bahwa filsafat mengalami

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN PANCASILA Modul ke: 11Fakultas TEKNIK PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur Ilmu dalam Perspektif Historis Beberapa Aspek Penting dalam

Lebih terperinci

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. ILMU DAN MATEMATIKA ILMU Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. John Warfield; Ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. serta merta membuat sosiologi ilmu menggunakan metode-metode filsafat.pada

BAB V PENUTUP. serta merta membuat sosiologi ilmu menggunakan metode-metode filsafat.pada BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah sosiologi ilmu tidak lain adalah sejarah dari pelimpahan warisan metafisika perkemabangan filsafat ilmunya. Terbentang dari tradisi keilmuan China, Yunani, dan kemudian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila dilihat dari sudut pandang spiritual, dunia ini terbagi ke dalam dua karakter kehidupan spiritual, yaitu: Bangsa-bangsa barat yang sekuler dalam arti memisahkan

Lebih terperinci

ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME

ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME Dengan Nama Allaah yang menggenggam ajal kami ALIRAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME Oleh: AAN SUKANDAR Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab

Lebih terperinci

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk dari gambaran realita sosial yang digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan suatu objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. PERMASALAHAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan suatu hal yang mendasar dalam kehidupan manusia karena pendidikan dan kehidupan manusia selalu berjalan bersama.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman senantiasa memberikan perubahan yang cukup besar pada diri manusia. Perubahan yang cukup signifikan pada diri manusia adalah gaya hidup (lifestyle).

Lebih terperinci

FILSAFAT MANUSIA. Historisitas Manusia. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT MANUSIA. Historisitas Manusia. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: FILSAFAT MANUSIA Historisitas Manusia Fakultas PSIKOLOGI Firman Alamsyah, MA. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Historisitas Manusia Dunia manusia, bukan sekedar suatu dunia

Lebih terperinci

2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE

2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra tidak luput dari pandangan pengarang terhadap kondisi yang terjadi di lingkungannya, seperti sejarah, budaya, agama, filsafat, politik dan sebagainya.

Lebih terperinci

Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis

Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis Irfan Ardani Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jl. Indrapura No. 17 Surabaya 60176

Lebih terperinci

ANALISIS PENDIDIKAN DAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SASTRE. Mardiana Lasandang Guru SMP Cokroaminoto Luwuk

ANALISIS PENDIDIKAN DAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SASTRE. Mardiana Lasandang Guru SMP Cokroaminoto Luwuk ANALISIS PENDIDIKAN DAN FILSAFAT EKSISTENSIALISME JEAN PAUL SASTRE Mardiana Lasandang Guru SMP Cokroaminoto Luwuk Menurut Jean Paul Sastre hakikat filsafat eksistensialisme, dimana kita akan menjadi atheis,

Lebih terperinci

Perubahan Sosial dan Budaya Massa

Perubahan Sosial dan Budaya Massa Perubahan Sosial dan Budaya Massa Perubahan sosial mencakup aspek Perubahan pola pikir masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, perubaan budaya materi Perubahan sosial merupakan proses sosial yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Perubahan-perubahan dalam ruang lingkup Geisha

BAB I PENDAHULUAN Perubahan-perubahan dalam ruang lingkup Geisha BAB I PENDAHULUAN Perubahan-perubahan dalam ruang lingkup Geisha 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Williams (Chris Barker, 2000, Cultural Studies: Theory and practice, London, SAGE Publications, hal 19),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah bumi dan di atasnya. Manusia ditempatkan ke dalam pusat dunia. 1 Pada masa itu budi

BAB I PENDAHULUAN. bawah bumi dan di atasnya. Manusia ditempatkan ke dalam pusat dunia. 1 Pada masa itu budi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman modern adalah zaman dimana manusia dikembalikan kepada kemampuan dan keperkasaan dirinya sendiri. Manusia diletakkan didalam pusat seluruh tata kenyataan di bumi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam bidang teknologi adalah mampu membuat mobil dan motor

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam bidang teknologi adalah mampu membuat mobil dan motor BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jepang merupakan negara Asia Timur yang kemajuannya berkembang pesat. Jepang sangat maju dalam bidang teknologi dan perekonomiannya, contoh kemajuan dalam bidang

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi. Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Template Modul Membantu para mahasiswa agar semakin memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. ditemukannya teknologi pencitraan tiga dimensi. Video game memiliki efek

BAB VI PENUTUP. ditemukannya teknologi pencitraan tiga dimensi. Video game memiliki efek BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Paparan, analisis, dan argumentasi pada Bab-bab sebelumnya menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Video game merupakan permainan modern yang kehadirannya diawali sejak

Lebih terperinci

RUANG KAJIAN HAKEKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN EKSISTENSIALISME SOREN KIERKEGAARD. Oleh : Fadhillah. Abstract

RUANG KAJIAN HAKEKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN EKSISTENSIALISME SOREN KIERKEGAARD. Oleh : Fadhillah. Abstract RUANG KAJIAN HAKEKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN EKSISTENSIALISME SOREN KIERKEGAARD Oleh : Fadhillah Abstract Kehidupan manusia tak selalu sejalan dengan harapan dan keinginan setiap individu. Pemahaman tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai BAB III METODE PENELITIAN Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai pengalaman subjek yang menderita HIV positif. Teori Viktor E. Frankl dalam penelitian ini dinyatakan bukan sebagai

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Art & Design : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 947. Oleh: Muhammad Remiel, Seni Rupa, Fakultas lndustri Kreatif,

ISSN : e-proceeding of Art & Design : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 947. Oleh: Muhammad Remiel, Seni Rupa, Fakultas lndustri Kreatif, ISSN : 2355-9349 e-proceeding of Art & Design : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 947 MANUSIA ALAM DAN KEHADIRAN HUMAN NATURE AND PRESENCE Oleh: Muhammad Remiel, Seni Rupa, Fakultas lndustri Kreatif, Universitas

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi. Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Kegiatan dan Penyebaban manusia berkomunikasi Template Modul FILSAFAT

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FUNGSI DALAM DESAIN HALTE

OPTIMALISASI FUNGSI DALAM DESAIN HALTE Artikel DESAIN KOMPAS 1 OPTIMALISASI FUNGSI DALAM DESAIN HALTE Munculnya polemik seputar pembangunan shelter atau halte di Kota Solo beberapa waktu yang lalu sangat menarik untuk dicermati. Hal ini disamping

Lebih terperinci

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Manusia sebagai Pelaku Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Broadcasting Sofia Aunul Abstract Pemahaman komunikasi dengan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah On ne naît pas femme: on le devient seorang perempuan tidak lahir perempuan, tetapi menjadi perempuan ujar Beauvoir dalam bukunya yang terkenal Le Deuxième

Lebih terperinci

Filsafat Eksistensialisme: Telaah Ajaran dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan di Indonesia

Filsafat Eksistensialisme: Telaah Ajaran dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan di Indonesia Filsafat Eksistensialisme: Telaah Ajaran dan Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan di Indonesia Mahmudah *) *) Penulis adalah Doktoranda (Dra.), Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I.), dosen tetap Jurusan

Lebih terperinci

PAMERAN ARSITEKTUR INTERNASIONAL VENICE BIENNALE 2014 ARCHITECTURE INTERNATIONAL EXHIBITION VENICE BIENNALE 2014

PAMERAN ARSITEKTUR INTERNASIONAL VENICE BIENNALE 2014 ARCHITECTURE INTERNATIONAL EXHIBITION VENICE BIENNALE 2014 PAMERAN ARSITEKTUR INTERNASIONAL VENICE BIENNALE 2014 ARCHITECTURE INTERNATIONAL EXHIBITION VENICE BIENNALE 2014 PAVILIUN INDONESIA KETUKANGAN: KESADARAN MATERIAL, BAWAH SADAR ARSITEKTURAL INDONESIA PAVILION

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Sosial Budaya

Dampak Perubahan Sosial Budaya Dampak Perubahan Sosial Budaya Terhadap Kesehatan dr.taufik Suryadi,SpF (abiforensa@yahoo.com) Ahli Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Lulusan FK USU Lulusan Program Bioetika, Hukum Kedokteran dan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KONSTRUKSIONIS TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. MAX WEBER 5. THOMAS LUCKMAN 2. EDMUND HUSSERL 6. ANTHONY GIDDENS 3. ALFRED SCHUTZ 7. PIERE BOURDIEU 4. PETER

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini ada sebuah gaya hidup tertentu yang berkembang di dalam masyarakat modern dan sangat digandrungi oleh masyarakat dalam ruang lingkup pemuda-remaja. Gaya

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 04Fakultas Dr. PSIKOLOGI METODE FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Metode Filsafat Metode Zeno: reduction ad absurdum Metode

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU Modul ke: PANCASILA PANCASILA SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU Fakultas FEB FASILKOM Matsani, S.E, M.M Program Studi MANAJEMEN SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Pengembangan ilmu selalu dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya selalu menjalin relasi dengan orang lain. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya selalu menjalin relasi dengan orang lain. Ia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia dalam kehidupannya selalu menjalin relasi dengan orang lain. Ia melibatkan serta membutuhkan orang lain dalam kegiatan apapun. Relasi dengan orang lain di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aristoteles merupakan salah seorang filsuf klasik yang mengembangkan dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin bahwa politik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan umum dan khusus, implikasi, dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PRAGMATISME Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan

Lebih terperinci