BAB II KAJIAN TEORITIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIK"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Hakikat Belajar Pada dasarnya belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam setiap usaha pendidikan. Tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan (Syah, 2005). Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu, bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik sangat menentukan berhasil atau tidaknya tujuan dari proses pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan- perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto (2010), belajar adalah merupakan usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ahmadi (2013) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.

2 9 Menurut James O. Whittaker (Djamarah, 2008) merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingskey, dalam Djamarah (2008) belajar adalah proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan. Menurut Wittig (Djamarah, 2008) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman, dimana perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko- fisik organisme dan didasarkan pada kepercayaan bahwa tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa belajar. Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyakbanyaknya. Jadi belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman- pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

3 10 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan belajar secara umum merupakan suatu proses tahapan perubahan tingkah laku secara keseluruhan pada individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman atau interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 2. Pengertian Kesulitan Belajar Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan, dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa yang lainnya (Syah, 2005). Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau berkemampuan kurang menjadi terabaikan. Dengan demikian, siswa- siswa yang berkemampuan di luar rata-rata (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sinilah timbul apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya menimpa siswa yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi.

4 11 Selain itu, kesulitan belajar juga dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) yang disebabkan oleh faktor- faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Ahmadi (2013) mengatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan- hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Djamarah (2008) menyebutkan kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam belajar. Menurut Lerner (Mulyono, 2003) mengemukakan berbagai kesalahan umum yang dilakukan oleh anak dalam mengerjakan tugastugas matematika, yaitu kurangnya pengetahuan tentang symbol, kurangnya pemahaman tentang nilai tempat, penggunaan proses yang keliru, kesalahan perhitungan, dan tulisan yang tidak dapat dibaca sehingga siswa melakukan kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri. Menurut Djamarah (2008) beberapa gejala indicator adanya kesulitan belajar anak didik dapat dilihat dari prestasi belajar yang rendah pada siswa, yaitu di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok anak didik di kelas. Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek

5 12 psikomotorik, kognitif, maupun afektif. Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain : a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya, b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan, d. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, pura-pura, dusta, dan sebagainya, e. Menunjukkan perilaku yang berlainan, seperti: membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya, f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, dan sebagainya. Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kesulitan belajar adalah keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran dalam belajar yang dapat diwujudkan dengan rendahnya prestasi siswa, adanya sikap yang tidak wajar, menunjukkan perilaku yang berlainan, serta menujukkan gejala emosional yang kurang wajar sebagai akibat dari ancaman, hambatan, gangguan, kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan suatu materi atau soal, maupun

6 13 faktor-faktor lain yang menyebabkan anak didik tidak dapat belajar secara wajar. Adapun dalam penelitian ini kesulitan belajar yang dimaksud adalah kesulitan belajar yang disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan suatu materi atau soal dalam mempelajari matematika dan faktor lain yang berasal dalam (faktor intern) dan luar (faktor ekstern) siswa yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar pada siswa. 3. Kesulitan Belajar Matematika Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, tidak akan terlepas dari masalah kesulitan belajar. Hal ini didasarkan pada karakteristik siswa yang dapat berhasil dalam menerima pelajaran tanpa mengalami kesulitan, namun disisi lain tidak sedikit pula siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan- hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Ada beberapa karakteristik anak berkesulitan belajar matematika yaitu: (1) Adanya gangguan dalam hubungan keruangan; (2) Abnormalitas persepsi visual; (3) Asosiasi visual motor; (4) Perseverasi; (5) Kesulitan mengenal dan memahami simbol; (6)

7 14 Gangguan penghayatan tubuh; (7) Kesulitan dalam bahasa dan membaca; (8) Performance IQ jauh lebih rendah dari sektor verbal IQ. 4. Letak Kesulitan Belajar Menurut Standar proses pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Keberhasilan dalam suatu pembelajaran dapat dilihat dari adanya indicator pencapaian kompetensi. Dimana indicator tersebut dirumuskan dengan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan demikian, indikator pencapaian kompetensi merupakan tolak ukur ketercapaian suatu kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa indicator pencapaian kompetensi menjadi acuan dalam penilaian mata pelajaran. Pada kenyataannya tidak semua siswa bisa mencapai indicator pencapaian kompetensi. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya indicator pencapaian kompetensi tersebut.

8 15 Letak kesulitan belajar siswa dapat dilihat dari sisi ketuntasan siswa dalam mempelajari suatu materi. Dalam hal ini adalah pada materi lingkaran. Adapun langkah yang digunakan untuk menentukan letak kesulitan belajar siswa adalah sebagai berikut: a. Pada bagian (ruang lingkup) materi yang menyebabkan hasil prestasi belajar matematika siswa menjadi rendah b. Pada kompetensi dasar mana yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar c. Pada indikator mana yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar dalam mempelajari materi matematika Sehingga setelah diketahui letak kesulitan tersebut, dapat dicari alternative pemecahan dalam rangka membantu untuk melakukan tindak lanjut dalam menangani masalah kesulitan yang dihadapi. 5. Jenis- jenis Kesulitan Belajar Matematika Untuk mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar yang dialami siswa maka dapat diketahui dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal. Oleh karena itu, tidak akan terlepas dari objek- objek matematika dan kesalahan yang ada dalam matematika. Berdasarkan karakteristiknya, matematika memilki objek kajian yang abstrak. Ada dua objek yang dapat diperoleh siswa yaitu objek-objek langsung dan objek-objek tak langsung. Objek-objek langsung dalam pelajaran matematika meliputi fakta, konsep, operasi

9 16 (skill), dan prinsip. Sedangkan objek tak langsung dalam pelajaran matematika dapat berupa kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap mandiri, bersikap positif terhadap matematika, serta tahu bagaimana seharusnya belajar. Objek-objek abstrak dalam matematika ada yang mudah dipelajari siswa namun ada juga yang sulit dipelajari siswa. Siswa akan mudah mempelajari matematika, apabila siswa telah mengetahui konsep dalam matematika dengan baik. a. Objek-objek Langsung Matematika Penjabaran objek-objek langsung tersebut sebagai berikut : 1) Fakta Fakta-fakta dalam matematika merupakan suatu kesepakatan yang disajikan baik dalam bentuk kata-kata, simbol atau lambang. Fakta dapat dipelajari dengan teknik menghafal, banyak latihan, peragaan, dan sebagainya. Contoh fakta misalnya jika kita menggunakan kata Lima maka akan terbayang simbol 5 yang merupakan fakta. Begitu pula perkataan Dua ditambah lima menghubungkan dengan simbol 2+5 juga merupakan fakta. 2) Konsep Konsep dalam matematika adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan objekobjek atau peristiwa. Konsep-konsep dalam matematika pada

10 17 umumnya disusun dari konsep-konsep terdahulu dan juga fakta-fakta. Apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan, siswa harus membentuk konsep dari pengalaman sebelumnya yang diikuti dengan latihan soal untuk memahami pengertian suatu konsep tertentu. Untuk menunjukkan suatu konsep tertentu digunakan batasan atau definisi, seperti kalimat, simbol, atau rumus yang menunjukkan gejala sebagaimana yang dimaksudkan konsep. 3) Skill (operasi) Skill dalam matematika adalah operasi-operasi dan prosedur-prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika. Beberapa skill dapat dikategorikan sebagai kumpulan atau instruksi, atau urutan dari prosedur khusus yang disebut algoritma. 4) Prinsip Prinsip adalah objek matematika yang paling kompleks, dapat berupa gabungan beberapa konsep, beberapa fakta, yang dibentuk melalui operasi atau relasi. Seseorang dikatakan telah belajar prinsip, apabila ia dapat mengidentifikasikan konsep-konsep yang termuat dalam prinsip, menempatkan konsep-konsep dalam hubungannya yang tepat satu sama lain dan mampu mengaplikasikannya.

11 18 b. Kesalahan- kesalahan dalam Matematika Kesalahan yang dilakukan siswa dapat dijadikan sebagai acuan kalau siswa mengalami kesulitan belajar. Jenis-jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika menurut Hidayat (2012) yaitu : 1) Kesalahan fakta Fakta dalam matematika berupa konvensi-konvensi yang diungkap dengan simbol atau permisalan tertentu. Simbol atau permisalan dalam matematika merupakan informasi yang dapat langsung diterima oleh siswa untuk kemudian disimpan dan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kesalahan fakta adalah kesalahan siswa dalam memahami konvensi-konvensi (kesepakatan) matematika yang diungkap dengan simbol atau permisalan tertentu. Termasuk di dalamnya dapat diketahui dari kesalahan dalam melihat data dari komponen-komponen yang sudah diketahui sehingga data yang seharusnya dengan data yang ditulis berbeda. Contoh: Soal: Diketahui sebuah lingkaran dengan diameter adalah 40 cm. Hitunglah keliling lingkaran tersebut! Jawab : Kll = πd Kll = 3,14 x 400 cm Kll = 1256 cm

12 19 Perhatikan bahwa jawaban tersebut salah, hal ini dikarenakan data dalam penyelesaian soal tesebut tidak sesuai dengan data yang terdapat dalam soal, yaitu diameter = 400 cm seharusnya diameter = 40 cm 2) Kesalahan Konsep Konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek tertentu, dalam prosesnya diperlukan kemampuan untuk mengorganisasi informasi yang diterima oleh siswa untuk kemudian digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah. Kesalahan konsep adalah kesalahan siswa dalam menguasai konsep-konsep tertentu untuk menyelesaikan suatu masalah termasuk di dalamnya yaitu kesalahan dalam memahami suatu pengertian atau definisi. Contoh : Soal : T P O S R U Q Daerah yang diarsir disebut... Jawab : tembereng Perhatikan bahwa terdapat kesalahan dalam menjawab, yang benar adalah juring. Kesalahan dalam menjawab diakibatkan tidak tahu konsep dari tembereng dan juring itu sendiri. Pengertian juring atau sektor lingkaran adalah daerah

13 20 dalam lingkaran yang dibatasi oleh dua buah jari-jari dan busur yang diapit oleh kedua jari-jari tersebut. Dalam hal ini yang merupakan juring atau sektor lingkaran adalah daerah arsiran yang dibatasi oleh dua buah jari-jari yaitu TO dan UO dan sebuah busur TU. Sedangkan tembereng lingkaran adalah daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh sebuah tali busur dan busur dihadapan tali busur. Dengan kata lain daerah arsiran yang dibatasi oleh tali busur dan busur yang sama disebut tembereng. Pada soal di atas yang termasuk tembereng adalah daerah yang dibatasi oleh busur dan tali busur QP. 3) Kesalahan Operasi Operasi adalah suatu pengerjaan hitung aljabar dan pengerjaaan lain. Pengerjaaan hitung aljabar menekankan pada aspek keterampilan yang dimiliki oleh siswa yang didapat dari pengorganisasian informasi yang didapatkan kemudian digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah. Kesalahan operasi adalah kesalahan yang dilakukan siswa dalam melakukan pengerjaan hitung aljabar. Jadi, terdapat kesalahan dalam mengoperasikan angka-angka, sehingga menyimpang dari kaidah operasi dalam matematika. Contoh : Soal : Dari gambar berikut Diketahui : Luas juring OAB = 40 cm 2, BOC = 150 0, dan AOB = Tentukan luas juring OBC!

14 21 C Jawab: luasjuringoab luasjuringobc AOB... (1) BOC A O B 40 luasjuringobc (2) luasjuring OBC... (3) luasjuring OBC... (4) 150 luasjuring OBC 16 Jadi Luas juring OBC adalah 16 cm 2 Perhatikan bahwa dalam penyelesaian soal tersebut terdapat kesalahan dalam menghitung luas juring OBC kesalahan terjadi pada langkah (3), kesalahan pada langkah (3) menyebabkan kesalahan pada jawaban akhir luasjuringoab luasjuringobc AOB... (1) BOC 40 luasjuringobc (2) luasjuring OBC... (3) luasjuring OBC... (4) 60 luasjuring OBC 100

15 22 Jadi seharusnya Luas juring OBC adalah 100 cm 2 4) Kesalahan Prinsip Karena prinsip adalah objek matematika yang rumit, dapat terdiri dari fakta, konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi yang merupakan pengorganisasian dari konsep yang ada. Kesalahan prinsip yang dimaksud adalah kesalahan siswa dalam memahami hubungan fakta dengan konsep yang dikaitkan oleh operasi atau relasi, menyimpang dari aturan umum yang berlaku sehingga siswa tidak dapat merencanakan penyelesaian masalah dengan baik. Contoh: Soal: Diketahui sebuah lingkaran dengan diameter adalah 40 cm. Hitunglah keliling dan luas lingkaran tersebut! Jawab: Kll = 2πr Kll = 2 x 3,14 x 40 cm Kll = 251,2 cm L = πr 2 1 L = d 2 2 L = 1 3, L = 3, L = 3,14 x 800

16 23 L = 2512 cm 2 Jadi keliling dan luas lapangan tersebut masing-masing adalah 251,2 cm dan 2512 cm 2 Perhatikan bahwa dalam penyelesaian soal tersebut untuk soal keliling tidak memperhatikan nilai r nya sedangkan 2 untuk yang luas seharusnya L = r sehingga rumus L = 1 d Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah. Adalah suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan kesulitan belajar anak didik disebabkan oleh rendahnya intelegensi. Karena dalam kenyataannya cukup banyak anak didik yang memiliki inteligensi yang tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah, jauh dari yang diharapkan. Dan masih banyak anak didik dengan intelegensi rata-rata atau normal, tetapi dapat meraih prestasi belajar yang tinggi. Tetapi juga tidak disangkal bahwa intelegensi yang tinggi memberi peluang yang besar bagi anak didik untuk meraih prestasi belajar yang tinggi.

17 24 Oleh karena itu, selain faktor intelegensi, faktor non intelegensi juga diakui dapat menjadi penyebab kesulitan belajar bagi anak didik dalam belajar (Djamarah, 2008). Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam (Syah, 2005) : a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni: 1) Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegensi siswa ; 2) Bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap ; 3) Bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran ( mata dan telinga). b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini terbagi menjadi tiga macam, yakni :

18 25 1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, serta rendahnya kehidupan ekonomi keluarga; 2) Lingkungan perkampungan/ masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal; 3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alatalat belajar yang berkualitas rendah. Adapun penjabaran uraian di atas berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono di dalam buku mereka Psikologi Belajar dapat dikatakan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar baik dari dalam diri siswa maupun di luar diri siswa dapat dikelompokkan menjadi: a. Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi: 1) Sebab yang bersifat fisik: a) Sakit Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak. b) Kurang sehat

19 26 Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia akan mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasi hilang, kurang semanagat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan respon otak menjadi berkurang, saraf otak tidak mampu secara maksimal dalam memproses, mengelola, menginterpretasi, serta mengorganisasikan bahan pelajaran melalui inderanya. c) Cacat tubuh Cacat tubuh dikategorikan kedalam cacat ringan dan serius. Cacat ringan seperti kekurangan pendengaran, kurang penglihatan, dan gangguan psikomotor. Sedangkan cacat tubuh serius seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya. 2) Sebab yang bersifat rohani a) Inteligensi (IQ) Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Anak yang normal dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Sedangkan anak yang IQ-nya rendah pada umumnya mengalami kesulitan. b) Bakat

20 27 Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seorang anak harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak senang. Halhal tersebut akan tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau belajar sehingga nilainya rendah. c) Minat Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, maupun tidak sesuai dengan kecakapannya menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah mengalami proses dalam otak sehingga menimbulkan kesulitan. d) Motivasi Motivasi sebagai faktor batin berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan

21 28 belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang siswa yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untk meningkatkan prestasinya dalam memecahkan masalahnya. e) Faktor kesehatan mental Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. f) Tipe-tipe khusus seseorang pelajar (1) Tipe visual Seorang yang bertipe visual akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis seperti bagan, grafik, gambar. Pokoknya mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya.

22 29 (2) Tipe auditif Seorang yang bertipe auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah). Begitu guru menerangkan ia langsung cepat menangkap bahan pelajaran, di samping itu kata dari teman (diskusi) atau suara radio/casette ia mudah menangkapnya. (3) Tipe motorik Individu yang bertipe motorik, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara dan penglihatan. b. Faktor ekstern (faktor dari luar manusia) 1) Faktor keluarga a) Faktor orang tua (1) Cara mendidik anak Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak, menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam belajarnya (2) Hubungan orang tua dan anak

23 30 Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan kepada anak-anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak (3) Bimbingan dari orang tua Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Segala yang diperbuat orang tua tanpa disadari aka ditiru oleh anak-anaknya. Karenanya sikap orang tua yang tidak baik, sebaik mungkin dihindari. b) Suasana rumah yang gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu banyak cekcok di antara anggota keluarga selalu ditimpa kesedihan, antara ayah dan ibu selalu cekcok atau selalu membisu akan mewarnai suasana keluarga yang melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya dan malas untuk belajar. c) Sarana/ prasarana Kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua dan tidak adanya tempat belajar yang baik akan menghambat kemajuan belajar anak. Dan keadaan dimana ekonimi keluarga berlimpah

24 31 menyebabkan anak segan untuk belajar dan cenderung bermalas-malasan. 2) Faktor Sekolah a) Guru Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar jika: (1) Guru tidak berkualitas, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. (2) Hubungan guru dengan murid kurang baik, karena adanya sikap guru yang tidak senangi oleh murid-muridnya. Misalnya sikap guru yang kasar dan suka marah, tak pandai menerangkan dan lain-lain. (3) Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini biasa terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman hingga belum dapat mengukur kemampuan murid-muridnya, sehingga hanya sebagian kecil muridnya yang dapat berhasil dengan baik. (4) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar siswa. Misalnya

25 32 dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak, dan sebagainya. (5) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar. b) Faktor alat Alat-alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran menjadi kurang baik pula. c) Kondisi gedung Ruangan belajar anak sebaiknya memenuhi syarat kesehatan seperti: (1) Ruangan sebaiknya berjendela dan mempunyai ventilasi yang cukup sehingga pada pagi dan siang hari udara segar dapat masuk ruangan dan sinar matahari juga dapat menerangi ruangan (2) Dinding bersih dan tidak kotor (3) Lantai bersih (4) Keadaan gedung jauh dari tempat keramaian, sehingga anak menjadi lebih berkonsentrasi dalam belajar. d) Waktu sekolah dan disiplin kurang Apabila sekolah masuk sore, siang atau malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keaadaan yang optimal untuk menerima pelajaran, sebab energi telah

26 33 berkurang. Di samping itu, pelaksanaan disiplin yang kurang, seperti: siswa yang sering datang terlambat ke sekolah, tugas yang diberikan tidak dilaksanakan, serta murid-murid yang cenderung liar juga akan mempengaruhi proses belajar. 3) Faktor media masa dan lingkungan sosial a) Faktor media masa meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik yang ada disekeliling kita. Hal itu akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugasnya belajar. b) Lingkungan sosial (1) Teman bergaul Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup anak yang sekolah berlainan dengan anak yang tidak sekolah. (2) Lingkungan tetangga Corak kehidupan tetangga, misalnya suka main judi, minum arak, menganggur, pedagang, tidak suka belajar, akan mempengaruhi anak-anak

27 34 yang bersekolah. Minimal tidak ada motivasi bagi anak untuk belajar. (3) Aktivitas dalam masyarakat Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini itu, akan menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai. Orang tua harus mengawasi, agar kegiatan ekstra diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya. Dari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar yang telah dikemukakan di atas terlihat jelas bahwa kesulitan belajar yang dialami siswa dapat berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa. Setelah diketahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar tersebut, maka dapat diambil langkah-langkah sebagai rancangan tindak lanjut untuk mengatasi kesulitan belajar. Dan untuk mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar siswa, dibutuhkan suatu alat evaluasi berupa angket dan wawancara kepada siswa. 7. Tes Diagnostik a. Definisi Diagnostik Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda seorang siswa. Upaya

28 35 yang demikian ini disebut diagnosis yang bertujuan untuk menetapkan jenis penyakit yakni jenis kesulitan belajar siswa. Menurut Djamarah (2008) diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Tentu saja keputusan dapat diambil setelah dilakukan analisis terhadap data yang telah diolah. Diagnosis dapat berupa: 1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik, dan tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik 2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik 3) Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik Diagnosis merupakan upaya untuk menentukan jenis kesulitan siswa serta menemukan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah kesulitan pada siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar faktor-faktor yang menjadi penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi output hasil belajar. Faktor-faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa bisa berupa faktor intern (yang berasal dari dalam siswa) dan faktor ekstern (yang berasal dari luar siswa).

29 36 Diagnostik berarti langkah-langkah prosedural dalam rangka diagnosis (Syah, 2005). Keputusan diambil berdasarkan hasil diagnosis (Djamarah, 2008). Setelah itu, dilakukan suatu kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar. Kegiatan ini disebut (Prognosis). Jadi, prognosis bertujuan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya. b. Definisi Tes Diagnostik Kata Tes berasal dari bahasa Perancis kuno: testum dengan arti: piring untuk menyisihkan logam-logam mulia (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa inggris ditulis dengan test yang berarti ujian atau percobaan. Sedangkan dalam bahasa arab : Imtihan (Sudijono). Menurut Arikunto (1999) tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan. Menurut Djamarah (2008) Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa) gejala-

30 37 gejalanya atau proses pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres, maka agar akurasi keputusan yang diambil tidak keliru tentu saja diperlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi. Arikunto (1999) menyebutkan bahwa tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahankelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tes jenis ini bertujuan untuk mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan perbaikannya. Sasaran utama tes diagnostik belajar adalah untuk menemukan kekeliruankekeliruan atau kesalahan- kesalahan, baik kesalahan konsep atau kesalahan proses yang terjadi dalam diri siswa tatkala mempelajari suatu topik belajar tertentu (Suke, 1991). Sedangkan menurut Sudijono Tes Diagnostik (diagnostic test) adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya pengobatan yang tepat. Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa. Tes diagnostik

31 38 memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi siswa. Soal-soal tesebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan ( Djamarah, 2010). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa diagnosis kesulitan belajar adalah kegiatan untuk menemukan kelemahan siswa melalui pemeriksaan terhadap hasil kerja siswa dalam tes berupa langkah-langkah penyelesaian. Pengkajian diagnostik dalam belajar matematika adalah pengkajian kesulitan belajar siswa melalui gejala yang nampak berupa kesalahan-kesalahan siswa dibidang matematika. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tes diagnostik adalah seperangkat tes yang digunakan untuk mengetahui atau mendeteksi kesulitan belajar siswa berdasarkan atas analisis jawaban siswa dalam mengerjakan soal-soal yang telah dirancang untuk mendiagnosa kesulitan belajar siswa pada bagian khusus materi yang diduga memuat kesulitan belajar. Tes diagnostik tidak langsung menunjukkan faktor penyebab kesulitan belajar. Adapun penyebab kesulitan belajar akan diketahui setelah dilakukan analisis. Kemudian hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan atau

32 39 pemberian tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki. c. Ciri ciri Tes Diagnostik Menurut Krismanto dalam Rachmadi (2008) ada lima pendekatan yang bisa digunakan, yaitu 1) Pendekatan profil materi 2) Pendekatan prasarat pengetahuan dan kemampuan 3) Pendekatan pencapaian kompetensi dasar dan indikator 4) Pendekatan kesalahan konsep 5) Pendekatan pengetahuan terstruktur. Dari kelima pendekatan yang dikemukakan Krismanto, penulis menggunakan pendekatan pencapaian indikator. Pendekatan ini digunakan untuk mendiagnosis kegagalan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran atau indikator tertentu. Karena penulis akan meneliti letak, jenis, dan faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa. Adapun untuk letak kesulitan belajar adalah pada indikator mana siswa mengalami kesulitan belajar. Menurut Suke (1991), tes diagnostik dibedakan dari jenis tes yang lainnya oleh ciri-ciri khusus sebagai berikut: 1) Hasil tes diagnostik tidak merupakan ukuran kemampuan siswa tetapi dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa.

33 40 2) Oleh karena fungsinya untuk mendiagnosa kesulitan belajar siswa, maka perhatian utama dalam pemeriksaan hasil tes diagnostik adalah pada jawaban-jawaban yang salah, untuk kemudian dianalisis dan ditafsirkan oleh guru. 3) Menggunakan soal-soal bentuk uraian sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap tentang kelemahan siswa dalam mengerjakan soal. 4) Disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan (penyakit) yang teridentifikasi. 5) Membantu guru dalam meningkatkan efisiensi mengajarnya di kelas. d. Adapun fungsi diadakannya tes diagnostik adalah : 1) Menentukan apakah bahan prasyarat telah dikuasai atau belum 2) Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari 3) Untuk memisahkan (mengelompokkan) siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari 4) Menentukan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa untuk kemudian menentukan cara yang khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan

34 41 Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembimbing peka terhadap siswa. Guru atau pembimbing harus meluangkan waktu untuk memperhatikan keadaan siswa bila terlihat gejala-gejala kesulitan belajar. Agar memudahkan pelaksanaan tes diagnostik, maka guru perlu mengumpulkan data tentang anak secara lengkap, sehingga penanganan kasus akan menjadi lebih mudah dan terarah. e. Pelaksanaan Tes Diagnostik Waktu pelaksanaan tes diagnostik adalah dilakukan sewaktu-waktu bergantung pada program yang dirancang khusus untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan dilakukan setelah subjek penelitian atau siswa telah melewati materi yang akan dianalisis. f. Cara Menyusun Tes Diagnostik Untuk mendapatkan suatu tes diagnostik yang baik perlu diikuti beberapa langkah utama dalam penyusunannya (Suke,1991). Langkah- langkah yang dimaksud adalah : 1) Menyusun kisi-kisi soal tes diagnostik. 2) Menyusun soal yang sudah ditulis menjadi perangkat tes berdasarkan rincian spesifikasi yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.

35 42 3) Dilakukan uji coba tes diagnostik untuk meneliti apakah soal tes diagnostik yang telah kita buat sudah dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. 4) Menganalisis hasil uji coba tes diagnostik. 5) Setelah dianalisis kemudian diadakan perbaikan terhadap hasil uji coba tes diagnostik. 6) Melakukan tes diagnostik Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes diagnostik meliputi: petunjuk pengerjaan, cara menjawab, alokasi waktu yang disediakan, pengawasan dan lain sebagainya. Setelah tes dikerjakan, dilakukan penskoran, yaitu pemberian angka dilakukan dalam rangka mendapatkan informasi kuantitatif dari setiap siswa. Penskoran harus seobjektif mungkin. Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan penskoran, hasilnya dapat dianalisis. Hasil tes diagnostik tersebut menggambarkan letak dan jenis kesulitan dalam mempelajari materi lingkaran, kemudian digunakan untuk menganalisis faktor penyebab kesulitan belajar siswa. 8. Materi Lingkaran Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah materi Lingkaran yang diajarkan di kelas VIII D SMP Negri 1 Kalimanah, semester genap tahun ajaran 2014/ Dengan standar kompetensinya adalah 4. Menentukan unsur, bagian lingkaran serta

36 43 ukurannya. Dengan rincian kompetensi dasar dan indikatornya adalah sebagai berikut : TABEL 2.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Materi Lingkaran KOMPETENSI DASAR 4.1 Menentukan unsur dan bagianbagian lingkaran 4.2 Menghitung keliling dan luas lingkaran 4.3 Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah 4.4 Menghitung panjang garis singung persekutuan dua buah lingkaran INDIKATOR Menyebutkan unsur-unsur atau bagianbagian dari lingkaran misalnya: jarijari, diameter, busur, talibusur, juring, tembereng, apotema maupun bagianbagian yang lain dari lingkaran Menentukan rumus keliling lingkaran Menentukan rumus luas lingkaran Menentukan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika menghadap busur yang sama Menentukan panjang busur, luas juring, Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah Mengenali dan menentukan garis singgung baik persekutuan dalam maupun persekutuan luar dua lingkaran B. Penelitian Relevan 1. Hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta Kelas X Tahun Ajaran 2011/2012 oleh Badi Rahmad Hidayat, Bambang Sugiarto, dan Getut Pramesti dengan judul analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi ruang dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif siswa yang menunjukkan kesalahan dan mengetahui penyebab kesalahan yang terjadi pada siswa dalam materi ruang dimensi tiga yang ditinjau dari gaya kognitif pada siswa kelas X SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran 2011/2012

37 44 2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bunga Suci Bintari Rindyana dengan judul analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi sistem persamaan linear dua variabel berdasarkan analisis Newman. Penelitian ini dilakukan di Kasus MAN Malang 2 Batu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) sebanyak 84,4 % siswa melakukan kesalahan pada tahap membaca soal (reading) kesulitan yang dialami siswa adalah tidak dapat memaknai kalimat yang mereka baca dengan baik.(2) Pada tahap memahami masalah (comprehension) sebanyak 87,7 % siswa kesalahan yang dilakukan siswa meliputi: (a) tidak menuliskan apa yang diketahui, (b) menuliskan yang diketahui tidak sesuai dengan permintaan soal, (c) menuliskan yang ditanyakan tidak sesuai dengan permintaan soal, (d) tidak menuliskan yang ditanyakan dalam soal, (e) tidak mengetahui maksud pertanyaan. (3) Pada tahap transformasi soal sebanyak 46,6 % siswa yang melakukan kesalahan diantaranya yaitu siswa tidak mengetahui metode yang akan digunakan. (4) Tahap ketrampilan proses sebanyak 32,2 % siswa, yaitu kesalahan dalam proses eliminasi substitusi (5) penulisan jawaban akhir sebanyak 42,2 % siswa, yaitu (a) menuliskan jawaban akhir yang tidak sesuai dengan konteks soal, (b) tidak menuliskan jawaban akhir. 3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Juhanto dengan judul analisis letak, jenis, dan faktor penyebab kesulitan belajar siswa kelas XI IPA

38 45 3 SMA Negeri Sokaraja melalui tes diagnostik pada materi limit fungsi tahun ajaran 2012/ Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Sokaraja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) letak kesulitan belajar siswa pada limit fungsi adalah pada indikator menghitung limit fungsi aljabar dan trigonometri dengan sifat- sifat limit (2) jenis- jenis kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menyelesaikan persoalan linit fungsi yang berkaitan denan objekobjek yang dipelajari adalah kesulitan dalam penguasaan fakta, skill, konsep, dan prinsip (3) faktor- faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dalam mempelajari materi limit fungsi yang berasal dari faktor intern yaitu faktor psikologis dan faktor ekstern yaitu faktor sekolah dan faktor masyarakat. 4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titin dengan judul analisis kesalahan dan penyebabnya dalam penyelesaian soal ulangan matematika pokok bahasan sistem persamaan linear satu variabel pada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Kembaran tahun ajaran 2004/ 2005 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : kesalahan kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah kesalahan fakta, kesalahan interpretasi data, kesalahan prinsip, kesalahan operatif, kesalahan tak lengkap, dan kesalahan konklusif. Kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa adalah jenis kesalahan interpretasi data, kesalahan prinsip, dan kesalahan operatif dengan persentase masing- masing adalah 100%. Sedangkan faktor yang paling

39 46 dominan mempengaruhi kesulitan belajar yang dialami siswa adalah faktor metode belajar. C. Kerangka Pikir Adapun secara teoritis kerangka berpikir (Sugiyono, 2004) dapat digambarkan sebagai berikut : Objek yang dipelajari dalam Matematika Ketidakmampuan Memahami Konsep Fakta Skill Prinsip Kesulitan Belajar Analisis Kesulitan Belajar Tes Diagnostik Objek yang dipelajari dalam matematika meliputi fakta, konsep, skill, dan prinsip. Sehingga dimungkinkan kesulitan belajar matematika yang dialami siswa terjadi ketika mempelajari fakta, konsep, skill, dan prinsip. Mempelajari lingkaran berarti memepelajari objek-objek tersebut. Ketidakmampuan siswa dalam mempelajari objek-objek tersebut berarti siswa mengalami kesulitan belajar. Adanya kesulitan yang dialami oleh siswa perlu dilakukan suatu analisis untuk mengetahui letak kesulitannya. Siswa kerap melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena siswa tidak memahami materi yang dipelajari. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi adanya kesulitan belajar.

40 47 Kesulitan belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan letak, jenis, dan faktor penyebab kesulitan belajar. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan pada siswa. Berdasarkan hasil jawaban siswa dapat diidentifikasi letak dan jenis kesulitan siswa dalam menjawab masalah matematika, kemudian diperkuat dengan adanya wawancara untuk mengetahui faktor-faktor penyebab adanya kesulitan belajar tersebut. Sehingga dari data yang diperoleh dapat ditentukan rancangan tindak lanjut untuk mengatasinya, baik secara pencegahan maupun secara penyembuhan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kesulitan Belajar Matematika Pengertian kesulitan dalam kamus umum Bahasa Indonesia menurut Poerwadarminta (2007) adalah suatu keadaan yang sulit. Sedangkan pengertian belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kesalahan Menyelesaikan Soal 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1996: 865) kesalahan adalah penyimpangan terhadap sesuatu yang benar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual. 1) Hakikat Belajar. Syah (2009) berpendapat belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang melakukannya. Perubahan tidak hanya mengenai

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Alvi Chusna Zahara 1), Ratri Candra Hastari 2), HM. Farid Ma ruf 3)

Alvi Chusna Zahara 1), Ratri Candra Hastari 2), HM. Farid Ma ruf 3) ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI LINGKARAN DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 POGALAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Alvi Chusna Zahara 1), Ratri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO. Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO. Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK 1 DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi siswa di SMK Negeri 2 Gorontalo khususnya siswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu (Kartini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu (Kartini 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identifikasi Identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu (Kartini Kartono, 2008:65). Identifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang hubungan kematangan emosi dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP NEGERI IX

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang hubungan kematangan emosi dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP NEGERI IX BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang hubungan kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah sedang menggalakkan berbagai usaha untuk membangun manusia seutuhnya, dan ditempuh secara bertahap melalui berbagai kegiatan. Dalam hal ini kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak peserta didik yang berkualitas dari segi jasmani maupun rohani, mandiri sesuai dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Setelah melakukan analisis data hasil penelitian, selanjutnya peneliti dapat

BAB V PEMBAHASAN. Setelah melakukan analisis data hasil penelitian, selanjutnya peneliti dapat BAB V PEMBAHASAN A. Jenis-Jenis Kesalahan yang Dilakukan Siswa Setelah melakukan analisis data hasil penelitian, selanjutnya peneliti dapat memaparkan pembahasan setiap jenis kesalahan yang dilakukan siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Balajar 2.1.1 Pengertian Kesulitan Belajar Dalam menempuh proses pembelajaran di sekolah peserta didik tidak luput dari berbagai kesulitan. Tinggi rendahnya hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan walaupun mengalami hambatan dan kesulitan dalam meraihnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar, oleh karena itu siswa diharuskan memiliki motivasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Masalah Masalah sebenarnya sudah menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Masalah tidak dapat dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Menurut Sukmadinata (2009: 164), lingkungan sekolah memegang perananan penting bagi perkembangan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai

BAB II KAJIAN TEORETIS. Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Kesulitan Belajar Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memerlukan adanya proses untuk menjadi maju, salah satu proses tersebut adalah dengan mencerdaskan anak bangsa.

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Irwitadia Hasibuan Universitas Syiah Kuala irwitadiahasibuanmedan@gmail.com ABSTRAK Aljabar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

BAB II KAJIAN TEORI. perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakekat Matematika Dari berbagai bidang studi yang di ajarkan di sekolah sampai perguruan tinggi matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus di ajarkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran biologi termasuk salah satu mata pelajaran yang kompleks, karena didalamnya tercakup seluruh makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan). Proses

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK

PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK Nusrotus Sa idah UNISNU Jepara Abstrak Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTS AMAL SHOLEH KECAMATAN GETASAN

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTS AMAL SHOLEH KECAMATAN GETASAN ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTS AMAL SHOLEH KECAMATAN GETASAN Kurnia Pradika, Kriswandani, Tri Nova Hasti Yunianta Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dialami oleh siswa sebagai peserta didik, untuk menentukan berhasil atau tidaknya

BAB II KAJIAN TEORI. dialami oleh siswa sebagai peserta didik, untuk menentukan berhasil atau tidaknya BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landaan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah yang harus diambil

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah yang harus diambil BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang tepat harus digunakan agar peneliti dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah yang harus diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia dapat melakukan perubahan-perubahan individu sehingga tingkah lakunya dapat berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dicapai melalui proses belajar baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak terlepas dari peranan matematika. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meneliti kasus, menemukan penyebab timbulnya masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat hidup seorang manusia adalah untuk belajar. Proses belajarpun dapat ditempuh dengan berbagai cara, diantaranya dengan menempuh pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK A. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan informasi dasar rujukan yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi plagiat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, pelajaran Matematika pada materi pembagian

BAB V PEMBAHASAN. Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, pelajaran Matematika pada materi pembagian 95 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Penelitian Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, maka kemudian mengkaji hakikat dan makna temuan penelitian. Masing masing temuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penyiapan sumber daya manusia merupakan masalah yang mendasar dalam era globalisasi, jika kita tidak ingin kalah bersaing dengan negaranegara lain. Salah satu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya jualah penulisan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Karena dengan pertolongan-nya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persiapan Persiapan adalah faktor penenu keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan (Rapiyanta, 2015). Salah satu cara mempersiapkan materi perkuliahan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 1

BAB II TINJAUAN TEORITIS. hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Belajar dan Belajar Matematika 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian lebih. Matematika menurut sebagian besar anak di Indonesia adalah pelajaran yang terkesan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. setiap manusia akan selalu berusaha untuk menambahi ilmu pengetahuannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar Ilmu pengetahuan sangat penting bagi kehidupan seseorang dengan ilmu pengetahuan seseorang akan berpikir lebih maju dari sebelumnya. Oleh karena itu, setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh orang tua ( Nurbiyati, 2005 ). dengan cara yang tidak disukai dan menyakitkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh orang tua ( Nurbiyati, 2005 ). dengan cara yang tidak disukai dan menyakitkan. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh 1. Pengertian Proses pendidikan yang berlangsung lama dan berkesinambungan sehingga dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku seseorang yang dilakukan oleh orang tua

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara kelompok maupun secara individual. Hal ini dimaksudkan agar prestasi

BAB I PENDAHULUAN. secara kelompok maupun secara individual. Hal ini dimaksudkan agar prestasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam proses pembelajaran di kelas, setiap guru SD berperan sebagai pengajar dan pembimbing, wajib melakukan layanan bimbingan belajar baik secara kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar 2.1.2 Pengertian Belajar Pengertian belajar sudah banyak diungkapkan oleh para ahli, belajar ini merupakan kegiatan berproses yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk

BAB II KAJIAN TEORITIS. kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk 1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruh dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan prilaku. Witherington (dalam Yudhawati,

Lebih terperinci

KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK

KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK Agus Triyanto, M.Pd. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011 GURU SEKOLAH DASAR SISWA-SISWA SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian

BAB II KAJIAN TEORI. yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus) Layanan dan bimbingan siswa pada hakekatnya merupakan sebuah bantuan yang diberikan konselor kepada siswa untuk membantu menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi belajar merupakan dorongan dari proses belajar dengan kata lain tujuan dari belajar adalah mendapat hasil yang baik. Banyak siswa yang mengalami masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode Eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode Eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA Untuk mendukung penelitian ini serta mempermudah pembaca dalam memehami topik yang ada, penulis membubuhkan : A. Metode Eksperimen 1. Pengertian Metode Eksperimen Metode Eksperimen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Memberikan sumbangan pengalaman tentang belajar dengan menggunakan Metode Pembelajaran Quantum Learning. E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Penelitian ini terdiri atas V (lima) bab. 1 (satu) Bab sebagai pendahuluan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Herlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Herlina, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang penting untuk dipelajari, karena kegunaannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan manfaatnya dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM Keinginan seorang guru untuk mendidik anak didiknya menjadi orang yang pintar, berbudi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS V DI SD 218/IV KECAMATAN JAMBI SELATAN SKRIPSI OLEH MANRA IVAN FARISTINO NIM : AIDI09154

STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS V DI SD 218/IV KECAMATAN JAMBI SELATAN SKRIPSI OLEH MANRA IVAN FARISTINO NIM : AIDI09154 STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS V DI SD 218/IV KECAMATAN JAMBI SELATAN SKRIPSI OLEH MANRA IVAN FARISTINO NIM : AIDI09154 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Meilan Ladiku Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi kemanusiaannya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL

FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL YOLA MARDILA NPM. 10060157 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Pertama berada pada masa remaja. Pada masa remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis motivasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya

BAB II LANDASAN TEORI. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Percaya Diri Menurut Rini (2002) percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. utama yang harus dilakukan. Peran juga meliputi norma-norma yang

BAB II KAJIAN TEORI. utama yang harus dilakukan. Peran juga meliputi norma-norma yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Peran Guru Akuntansi Peran dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan, bagian dari tugas utama yang harus dilakukan. Peran juga meliputi norma-norma yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar dalam pembelajaran sangatlah penting karena keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dari hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan

TINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Matematika Menurut Hamalik (2008:36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah menetapkan sebuah aturan dalam dunia pendidikan di Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran eksak yang esensial, yang dapat menjadi penunjang untuk mata pelajaran yang lain. Melalui pelajaran matematika siswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang paling penting dalam bidang pendidikan. Matematika merupakan dasar ilmu dari berbagai cabang ilmu pengetahuan baik ilmu eksak

Lebih terperinci