BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh orang tua ( Nurbiyati, 2005 ). dengan cara yang tidak disukai dan menyakitkan.
|
|
- Doddy Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh 1. Pengertian Proses pendidikan yang berlangsung lama dan berkesinambungan sehingga dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku seseorang yang dilakukan oleh orang tua ( Nurbiyati, 2005 ). Pola asuh orang tua adalah suatu metode disiplin yang diterapkan orang tua terhadap anaknya, metode disiplin meliputi dua konsep yaitu: a. Konsep negatif disiplin, berarti pengendalian dengan kekuatan, ini merupakan suatu bentuk pengekangan melalui cara yang tidak disukai dengan cara yang tidak disukai dan menyakitkan. b. Konsep positif disiplin berarti pendidikan dan bimbingan yang lebih menekankan pada disiplin dan pengendalian diri ( Hurlock, 1999 ). 2. Fungsi Pola Asuh Fungsi pokok dari pola asuh orang tua adalah untuk menganjurkan anak menerima pengekangan-pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan emosi anak kedalam jalur yang berguna dan diterima secara sosial ( Hurlock, 1999 ). 3. Jenis Pola Asuh (Nurbiyati, 2005). a. Authoritarian ( otoriter ) Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak, suatu peraturan yang dicanangkan orang tua dan harus dituruti oleh 8
2 9 anak. Pendekatan semacam ini biasanya kurang responsif pada hak dan keinginan anak. Komunikasi yang dilakukan lebih bersifat satu arah dan lebih sering berupa perintah, sang anak sebagai objek kurang didengar dan biasanya cenderung diam serta menutup diri. Hal ini membuat anak tidak memiliki pilihan dalam berperilaku, karena anak terlalu khawatir dengan apa yang diperintahkan orang tua dan biasanya takut membuat kesalahan. b. Permisif Pola pengasuhan ini menggunakan pendekatan yang sangat responsif (bersedia mendengarkan) tetapi cenderung terlalu longgar. Orang tua memiliki sikap yang relatif hangat dan menerima sang anak apa adanya, kadang cenderung pada memanjakan. Anak terlalu dijaga, dituruti keinginannya dan diberi kebebasan untuk melakukan apa saja yang dia inginkan. Tetapi tidak diikuti dengan tindakan mengontrol atau menuntut anak untuk menampilkan perilaku tertentu, sehingga kadang-kadang anak merasa cemas mereka melakukan sesuatu yang salah atau benar. c. Authoritatif ( demokratis ) Pola asuh ini menggunakan pendekatan rasional dan demokratis. Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan yang realistis. 9
3 10 Orang tua melakukan pengawasan, kebebasan dan tanggung jawab kepada anak dalam beraktifitas secara wajar dan rasional. Orang tua menghargai minat anak dan mendorong keputusan anak untuk mandiri, tetapi tetap tegas dan konsisten dalam menentukan standar, kalau perlu menggunakan hukuman yang rasional sebagai upaya memperlihatkan kepada anak konsekuensi suatu bentuk pelanggaran. Orang tua dan anak saling menghargai hak-hak mereka satu sama lain. Orang tua menawarkan berbagai kehangatan dan menerima tingkah laku asertif anak mengenai peraturan, norma dan nilai-nilai. B. Motivasi Belajar 4. Motivasi a. Pengertian Motivasi adalah sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut seseorang untuk memenuhi kebutuhan serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu (Chaplin, 2001). b. Teori-teori motivasi (Shaleh & Wahab, 2004). 1) Teori Hedonisme Suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Oleh karenanya, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan 10
4 11 yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan dan penderitaan. 2) Teori Psikoanalisa ( Naluri ) Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang mempengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan tepat. Seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan dilakukan. 3) Teori Reaksi yang dipelajari Teori ini berdasarkan pola dan tingkah laku yang dipelajari dari lingkungan kebudayaan di tempat orang itu hidup, oleh karena itu disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, hendaknya mengetahui benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. 4) Teori Pendorong (Drive Theory) Merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang di pelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada lawan jenis, semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada lawan 11
5 12 jenis. Namun, cara-cara yang digunakan berlainan bagi tiap individu, menurut latar belakang dan kebudayaan masing-masing. 5) Teori Kebutuhan Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan fisiologis yaitu : kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan dan kebutuhan seks. c. Macam-macam motivasi (Chaplin, 2001). 1) Motivasi intrinsik Ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar. Misalnya : Orang yang gemar membaca tanpa adanya dorongan dari orang lain. 2) Motivasi ekstrinsik Yaitu motivasi yang datang karena adanya rangsangan dari luar. Misalnya : Seseorang murid rajin belajar karena takut pada orang tua. 12
6 13 5. Belajar a. Pengertian Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Morgan, 1978 ). b. Teori-teori belajar 1) Teori classical conditioning (Pavlov, ). Sebuah prosedur penciptaan reflek baru yaitu apabila stimulus yang diadakan selalu disertai dengan stimulus penguat, maka stimulus tadi cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respon atau perubahan yang dikehendaki. Prinsip dan aplikasi classical conditioning : a) Acquisition/ reinforcement : penggunaan penguatan. b) Pemadaman dan pemulihan spontan. c) Generalisasi dan diskriminasi. d) Kondisi tanding (counter conditioning). Kelemahan teori classical conditioning : a) Proses belajar itu dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, kecuali hanya sebagian gejalanya. b) Peristiwa belajar itu bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti kegiatan mesin dan robot, padahal seseorang 13
7 14 yang belajar itu memiliki self direction dan self control untuk menolak atau merespon sesuatu bila tidak ia kehendaki. c) Proses belajar manusia yang dianalogikan dalam perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang tajam antar keduanya. 2) Teori instrumental conditioning (Skinner, 1904). Tingkah laku adalah perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu dan dapat diubah karena terletak diantara dua pengaruh, yaitu pengaruh yang mendahuluinya (Antecendent) dan pengaruh yang mengikutinya (konsekuensi). Prinsip dan aplikasi instrumental conditioning : a) Penguatan/ reinforcement ( positif dan negatif). b) Pembentukan/ shaping. c) Pemadaman dan pemulihan spontan. d) Generalisasi dan diskriminasi. e) Hukuman/ punishment (positif dan negatif) Kelemahan Teori instrumental conditioning yaitu pada dasarnya teori ini adalah kelanjutan dari teori pertama, sehingga kelemahannya sama dengan teori pertama. 3) Teori cognitif learning (Mischel). 14
8 15 Perpaduan konsep-konsep dari kognitif dan psikologi sosial ke konsep tingkah laku didalam hubungannya dengan interaksi seseorang dengan situasi Secara khusus ada lima kategori variabel seseorang yang membatasi bagaimana seseorang menerima dan mempersatukan perangsang di dalam lingkungan untuk membantu menerangkan tingkah laku, kategori yang dimaksud adalah : a) Kemampuan penyusun, kecakapan menyusun (menghasilkan kognisi dan tingkah laku tertentu). b) Menyusun strategi dan membentuk pribadi, ini merupakan bagian untuk mengkategorisasikan kejadian-kejadian serta untuk pernyataan diri. c) Harapan hasil tingkah laku dan hasil stimulus dalam situasi tertentu. d) Nilai stimulus yang subjektif, motivasi dan timbulnya stimulus, intensif dan keengganan. e) Sistem pengaturan diri dan perencanaan, aturan-aturan dan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan penampilan dan organisasi urutan tingkah laku kompleks. 4) Teori belajar sosial (Bandura) Kemampuan seseorang untuk mengabstraksikan informasi dari perilaku orang lain, mengambil keputusan mengenai perilaku mana 15
9 16 yang akan ditiru dan kemudian melakukan perilaku-perilaku yang dipilih. Asumsi dasar teori ini ada tiga macam, yaitu: a) Hakikat proses belajar. b) Hubungan antar individu dengan lingkungan. c) Hasil belajar. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 1) Faktor yang ada pada diri seseorang itu sendiri (faktor individual). Antara lain : faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan latihan, motivasi dan faktor pribadi. 2) Faktor yang ada diluar individual (faktor sosial). Antara lain : faktor keluarga, guru, sekolah, lingkungan dan kesempatan yang tersedia. 6. Motivasi belajar Motivasi belajar adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan seseorang yang berupa kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongandorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan, mekanisme dan aktivitas lain yang memulai seseorang untuk lebih bersemangat agar tercapai tujuan-tujuan belajar yang lebih baik. Menurut M. Utsman Najati, motivasi memiliki tiga kekuatan/ komponen pokok, yaitu : 16
10 17 a. Menggerakkan Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. b. Mengarahkan Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku dengan menyediakan suatu orientasi tujuan. c. Menopang Artinya, motivasi digunakan untuk menopang dan menjaga tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan dan kekuatan individu. Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan yaitu : 1) Kebutuhan fisiologis dasar 2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) 3) Kebutuhan sosial, yang meliputi kebutuhan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui kelompok, rasa setia kawan dan kerja sama. 4) Kebutuhan akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, status, pangkat. 5) Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan mempertinggi potensi yang dimiliki, mengembangkan diri secara maksimum, kreativitas dan ekspresi diri. Pada dasarnya, manusia memiliki 3 dorongan pokok/ naluri (Najati) : 17
11 18 1) Dorongan naluri mempertahankan diri Berfungsi melayani dorongan cinta keabadian, sebab dengan memenuhi kebutuhan fisiologis, tubuh sebenarnya telah mengusahakan kelangsungan hidup seseorang. 2) Dorongan naluri mengembangkan diri Dorongan ingin tahu dan mempelajari sesuatu yang belum diketahui, pada manusia inilah yang menjadikan budaya makin maju dan tinggi. 3) Dorongan naluri mempertahankan jenis Manusia secara sadar maupun tidak selalu menjaga agar jenis atau keturunannya tetap berkembang dan hidup.dalam kasus anak didik misalnya, ketika seorang anak didik menjadi tekun dalam belajar, hampir dipastikan dia termotivasi dengan sesuatu, seperti ingin pintar atau ingin menjadi juara kelas dan mendapat hadiah. Anak didik yang memiliki motivasi yang kuat dan jelas, pasti akan tekun dan berhasil dalam belajarnya. C. Hubungan Pola Asuh dengan Motivasi Belajar Faktor-faktor motivasi belajar antara lain : 7. Faktor intern a. Sebab yang bersifat fisik 1) Karena sakit 18
12 19 Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah, akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak. 2) Karena kurang sehat Anak yang kurang sehat dalam mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capai, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat dan pikiran terganggu. 3) Karena cacat tubuh Cacat tubuh dibedakan atas cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, penglihatan dan gangguan psikomotor. Sedangkan cacat tubuh yang tetap seperti buta, tuli, bisu dan hilang tangan/ kaki. b. Sebab psikologis Intelegensi Anak yang IQ nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi, anak yang normal , anak yang cerdas , 140 ke atas tergolong genius sedangkan mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental, anak inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar dan digolongkan atas debil, embisil, idiot. Bakat 19
13 20 Bakat adalah potensi/ kecakapan dasar yantg dibawa sejak lahir, setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Minat Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar, belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, kebutuhan, kecakapan, tipe-tipe khusus anak. Sehingga banyak menimbulkan problema pada dirinya Motivasi Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga makin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Kesehatan mental Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik, kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. 8. Faktor keluarga a. Faktor orang tua 20
14 21 Yang termasuk faktor ini adalah : 1) Pola asuh Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat pada anak. Hal ini akan berakibat anak tidak tenteram, tidak senang dirumah, pergi mencari teman sebaya hingga lupa belajar. Sedangkan orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan sangat bergantung pada orang tua, sehingga malas belajar dan prestasinya turun. 2) Hubungan Orang Tua dan Anak Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan kepada anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Sedangkan kurangnya kasih sayang dan sikap keras/ acuh tak acuh akan menimbulkan emosional insecurity. 3) Contoh/ bimbingan dari orang tua Belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak. Orang tua yang sibuk bekerja/ berorganisasi, terlalu banyak anak, berarti anak tidak mendapatkan pengawasan/ bimbingan sehingga anak akan mengalami kesulitan belajar. b. Suasana rumah atau keluarga 21
15 22 Keadaan yang berpengaruh seperti suasana rumah yang sangat ramai/ gaduh dan suasana rumah yang selalu tegang/ selalu banyak cekcok. Anak akan tidak tahan dirumah, akhirnya mengeluyur diluar bersama anak yang menghabiskan waktunya untuk hilir mudik kesana kemari, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar menurun. Untuk itu hendaknya suasana di rumah selalu dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah di rumah dan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak. c. Keadaan ekonomi keluarga Ekonomi yang kurang/ miskin: Keadaan ini akan menimbulkan: a) kurangnya alat-alat belajar. Keadaan peralatan seperti pensil, tinta, penggaris, buku tulis, buku pelajaran, jangka, dan lain-lain akan membantu kelancaran dalam belajar. Kurangnya alat-alat itu akan menghambat kemajuan belajar anak. b) Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua. Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya-biaya lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam itu, karena keuangan dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan anak 22
16 23 sehari-hari. Lebih-lebih keluarga itu dengan banyak anak, maka hal ini akan merasa lebih sulit lagi. c) Tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Keluarga yang miskin juga tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, di mana tempat belajar itu merupakan salah satu sarana terlaksananya belajar secara efisien dan efektif. Ekonomi yang berlebihan (kaya). Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, di mana ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga ia dimanjakan oleh orang tuanya, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah. Keadaan seperti ini akan dapat menghambat kemajuan belajar. 9. Faktor sekolah a. Guru Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar, apabila: 1) Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa saja terjadi, karena vak yang dipegangnya kurang sesuai, hingga kurang menguasai lebihlebih kalau kurang persiapan, sehingga cara menerangkan kurang jelas dan sukar di mengerti oleh murid-muridnya. 23
17 24 2) Hubungan guru dan murid kurang baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti: a. Kasar, suka marah, mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu anak, suka membentak. Tak pandai menerangkan, sinis, sombong. c. Menjengkelkan, tinggi hati, pelit dalam memberi angka, tak adil. 3) Guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan anak, hal ini biasa terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman hingga belum dapat mengukur kemampuan murid, sehingga hanya sebagian kecil muridnya dapat berhasil dengan baik. 4) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak dan sebagainya. 5) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar, antara lain : a) Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan mekanis tidak didasarkan pada pengertian. b) Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga yang memungkinkan semua alat inderanya berfungsi. c) Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak ada aktifitas. 24
18 25 d) Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi atau tidak menguasai bahan. e) Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi. b. Alat pelajaran Kemajuan teknologi membawa perkembangan pada alat-alat pelajaran sebab dulu tidak ada sekarang menjadi ada misalnya : mikroskop, teleskop, gelas ukur, proyektor dan lain-lain. Timbulnya alat itu akan menentukan perubahan metode mengajar guru, segi dalamnya ilmu pengetahuan pada pikiran anak, memenuhi tuntutan dari bermacammacam tipe anak. c. Kondisi gedung Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti : 1) Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan. 2) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor. 3) Lantai tidak becek, licin atau kotor. 4) Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian (pasar, bengkel, pabrik dan lapangan) sehingga anak mudah konsentrasi dalam belajarnya. d. Kurikulum Kurikulum yang kurang baik misalnya bahannya terlalu tinggi, pembagian bahan yang tidak seimbang, adanya pendataan materi dan disiplin/ waktu sekolah yang kurang. 25
19 Faktor massa media dan lingkungan sosial a. Massa media Faktor massa media meliputi bioskop, TV, surat kabar, majalah dan buku-buku komik yang ada di sekeliling kita. b. Lingkungan sosial 1) Teman bergaul Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. 2) Lingkungan tetangga Corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi anak yang bersekolah, minimal ada tidaknya motivasi bagi anak untuk belajar. 3) Aktivitas dalam masyarakat Terlalu banyak berorganisasi, kursus, akan menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai. B. Kerangka Teori Faktor-faktor motivasi belajar : Faktor internal Faktor eksternal Pola asuh Sosial Ekonomi Sekolah Media massa dan lingkungan Motivasi belajar Hasil belajar : Baik Cukup Kurang 26
20 27 Sumber : Maslow, A. H., & Clelland, D.M. (1997). Psikologi Umum, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. D. Kerangka Konsep Variabel bebas Pola asuh keluarga Variabel terikat Motivasi belajar anak C. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel dependen (tergantung) dan variabel independen (bebas). 1. Yang dimaksud dengan variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi belajar anak usia sekolah. 2. Yang dimaksud dengan variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh keluarga. D. Hipotesa Ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan motivasi belajar anak usia sekolah. 27
BAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kesulitan Belajar Matematika Pengertian kesulitan dalam kamus umum Bahasa Indonesia menurut Poerwadarminta (2007) adalah suatu keadaan yang sulit. Sedangkan pengertian belajar
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kesalahan Menyelesaikan Soal 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1996: 865) kesalahan adalah penyimpangan terhadap sesuatu yang benar.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu (Kartini
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identifikasi Identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu (Kartini Kartono, 2008:65). Identifikasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kedisiplinan pada anak usia prasekolah 1. Pengertian Disiplin merupakan cara orang tua mengajarkan kepada anak tentang perilaku moral yang dapat diterima kelompok. Tujuan utamanya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya yang penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR
BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR Atas dasar hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab tiga, maka akan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Menurut Sukmadinata (2009: 164), lingkungan sekolah memegang perananan penting bagi perkembangan belajar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motivasi Belajar 2.1.1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif/daya menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kepemimpinan Efektif 2.1.1 Perilaku Purwanto (1998) mendefinisikan perilaku sebagai penyesuaian diri dari adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Keterampilan Mengajar Guru 2.1.1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru. Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal menjadi lebih bernilai dan memiliki
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek
1 BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN a.i.a. Pengaruh pola asuh terhadap di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Ada pengaruh yang positif signifikansi pola asuh terhadap prestasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Definisi prestasi belajar antara lain dikemukakan oleh Winkel (dalam. menyatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti
11 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Prestasi Belajar 2.1.1 Pengertian prestasi belajar Definisi prestasi belajar antara lain dikemukakan oleh Winkel (dalam Sunarto, 2009) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
Lebih terperincicommit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana guru mengajar, berperilaku dan bersikap memiliki pengaruh terhadap siswanya (Syah, 2006). Biasanya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Purwanto, 1998). Motivasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif yang berarti semua penggerak, alasan-alasan, dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
Lebih terperinciGEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10
GEJALA KONASI--MOTIVASI PERTEMUAN KE 10 aprilia_tinalidyasari@uny.ac.id MOTIVASI Motivasi adalah sesuatu daya yang menjadi pendorong seseorang bertindak, dimana rumusan motivasi menjadi sebuah kebutuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi belajar
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi belajar 1. Belajar a Pengertian belajar Belajar adalah usaha memperoleh hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Kesulitan Belajar Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan,
Lebih terperinciMotif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
M o t i f Motive motion Gerakan; sesuatu yang bergerak; menunjuk pada gerakan manusia sebagai tingkah laku. Rangsangan pembangkit tenaga bagi terjadinya tingkah laku. Keadaan dalam diri subyek yang mendorong
Lebih terperinciPP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)
KARAKTERISTIK SISWA PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1) proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :
II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar 1. Belajar Kegiatan belajar di perguruan tinggi merupakan suatu proses yang panjang dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan ketabahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Emosi Chaplin (2011) mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang melakukannya. Perubahan tidak hanya mengenai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri Kontrol diri adalah kemampuan untuk menekan atau untuk mencegah tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Disiplin Belajar di Rumah Displin belajar adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang dilakukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIK
BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Gizi Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, kekurangan gizi merupakan penyebab tingginya angka kematian. Disamping itu kekurangan gizi dapat menurunkan kemampuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia olahraga, motivasi berprestasi, lebih populer dengan istilah competitiveness merupakan modal utama dalam mencapai keberhasilan penampilan. Tidak mengherankan
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,
Lebih terperinciPSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak
PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si Abstrak Tulisan ini menjelaskan tentang peran sekaligus posisi psikologi belajar dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru. Perubahan
Lebih terperinciMENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK
Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peran penting dalam suatu tatanan kelompok masyarakat mulai dari yang kompleks sampai pada tingkatan yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah makhluk sosial juga seperti orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan
Lebih terperinciB A B I P E N D A H U L U A N
1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap lembaga pemerintah didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagi Lembaga Pemerintah yang berorientasi sosial, tujuan utamanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciTeori-teori Belajar. Teori Humanistik. Afid Burhanuddin. Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.
Teori-teori Belajar Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap aspek kehidupan selalu berkaitan erat dengan masalah belajar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap aspek kehidupan selalu berkaitan erat dengan masalah belajar. Belajar tidak sekedar menguasai sekumpulan kemampuan baru atau hal-hal yang berkaitan dengan akademik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki banyak tujuan dalam kehidupan, salah satunya adalah untuk menciptakan manusia yang mandiri. Seperti yang tertera dalam Undang undang Republik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha pembinaan dan pengembangan generasi muda terus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus berlangsung baik didalam pendidikan formal sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja
Lebih terperinciPermasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY
Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal
Lebih terperinciHUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN
HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI Cut Venny Luciana lucianavenny@yahoo.co.id TK ANNISA MEDAN ABSTRAK Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
Lebih terperinciBAB I. bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan. melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan tempat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan
Lebih terperincimendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kedisiplinan Belajar 2.1.1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan belajar adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari sekolah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil ekspresi atau ungkapan kejiwaan seorang yang diekspresikan dalam wujud media tulis. Untuk itu, karya sastra dihasilkan melalui imajinasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
Lebih terperinciTUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty
TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.
Lebih terperinciREKREASI. "Segala sesuatu ada masanya. Page 1
REKREASI "Segala sesuatu ada masanya. Page 1 Perbedaan Rekreasi & Hiburan Ada perbedaan yang nyata antara rekreasi dan hiburan. Bilamana sesuai dengan namanya, Rekreasi cenderung untuk menguatkan dan membangun
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal adalah permainan yang cepat dan dinamis, oleh karena itu apabila ingin mendapatkan permainan yang diharapkan dalam permainan tersebut, sebaiknya tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.
1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi
PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Pendekatan Biologi-saraf Pendekatan Perilaku Pendekatan Kognitif Pendekatan Psikoanalitik Pendekatan Phenomenologi Sub disiplin Psikologi
Lebih terperinci2015 KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA DI DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS III
BAB I A. Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Pada jaman sekarang ini manusia dituntut untuk tidak hanya cerdas dalam intelektual, tapi dituntut juga untuk berkarakter, sebab karakter sebagai kepribadian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang terwujud dalam sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang suatu ilmu. Pendidikan juga mempermudah seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. belajar ini sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, karena semua
7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar Belajar merupakan masalah setiap orang yang kegiatannya dapat terjadi di mana-mana baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Underachiever Setiap lembaga pendidikan memiliki karekteristik yang berbeda. Terdapat beberapa siswa yang memiliki kesulitan belajar, karena setiap siswa memiliki perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua sekolah menghendaki siswanya belajar optimal untuk mencapai prestasi tinggi. Tuntutan belajar tersebut mengharuskan siswa untuk belajar lebih mandiri,
Lebih terperinciNIM /2007 : K
Hubungan antara disiplin belajar dan tingkat kebisingan di lingkungan sekolah Dengan prestasi belajar siswa Kelas II smk batik 1 surakarta Tahun ajaran 2006/2007 Oleh: SURANI NIM : K2402543 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan
Lebih terperinciDEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN
MANUSIA DAN KEPRIBADIAN DEFINISIKEPRIBADIANEPRIBADIAN Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia tersebut. Ciri-ciri watak seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan SD adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia ( SDM ). Sumber daya manusia
Lebih terperinciPERTEMUAN III Perbedaan Individu pada Peserta Didik Faktor-faktor yang mempengaruhi Perbedaan Individual Implikasi perbedaan individual dalam pendidikan terhadap Fungsi sekolah Program khusus untuk
Lebih terperinci