DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO. Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO. Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK"

Transkripsi

1 1

2 DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR DI SMK NEGERI 2 GORONTALO Jufri Idris, Wenny Hulukati, Rustam Husain ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi siswa di SMK Negeri 2 Gorontalo khususnya siswa Kelas X Hotel adalah kesulitan siswa dalam belajar sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar siswa serta faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dan usaha untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kuantitatif dimana untuk menganalisis tentang kesulitan belajar sisiwa serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar dan upaya untuk mengatasi siswa yang mengalami kesulitan belajar siswa kelas X Hotel di SMK Negeri 2 Gorontalo. Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pendekatan deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu obserfasi, wawancara, angket dan dokumentasi serta analisis data yang dilakukan dengan menggunakan pengolahan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kata Kunci: Kesulitan Belajar Siswa Jufri Idris, 1 Dr. Wenny Hulukati, M.Pd, 2 Dr. Rustam Husain M.Pd, Selaku dosen tetap di Jurusan Bimibngan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo 2

3 Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Hal ini telah di buktikan bahwa dengan berbagai penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan, perkembangan pada bidang pendidikan yang menyangkut dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) selalu menuntut kita untuk melakukan pembaharuan disegala bidang, terutama pada bidang pendidikan. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar kata belajar merupakan kata yang tidak asing lagi. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Jadi, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dan belajar itu juga merupakan suatu proses upaya yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara menyeluruh, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Untuk mengembangkan belajar siswa harus diberikan semangat atau motivasi agar dapat membantunya dalam proses belajar. Karena dengan memberikan motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar yang baik bagi peserta didik atau siswa. 3

4 Setiap sekolah pasti memiliki anak didik yang berkesulitan belajar. Begitu juga peneliti temukan di SMK Negeri 2 Gorontalo berdasarkan hasil pengamatan selama mengikuti praktik pengalaman lapangan Bimbingan dan Konseling (PPL-BK) di sekolah tersebut. Masalah kesulitan belajar yang paling dominan yang ditemukan di SMK Negeri 2 Gorontalo yaitu, siswa tidak memahami mata pelajaran tertentu seperti mata pelajaran matematika, fisika, kimia dan bahasa inggris sehingga dalam pemberian materi siswa tersebut membutuhkan penjelasan dari guru berulang-ulang agar siswa paham tentang materi yang diberikan. Selain itu siswa juga tidak ada motivasi belajar karena banyak pengaruh lingkungan seperti lingkungan keluarga yaitu hubungan orang tua yang tidak harmonis selaluh bertengkar bahkan ada juga orang tua yang suda berpisah, dan juga pengaruh dari teman-temannya sehingga siswa tersebut mengalami perestasi yang rendah. Dari masalah tersebut siswa mengalami kesulitan belajar sehingga berpengaruh kepada nilai mereka. Kesulitan belajar merupakan suatu kesalahan atau suatu gangguan yang ada pada diri siswa sehingga proses belajarnya tidak berkembang sebagaimana mestinya. Mengapa sehingga kesulitan belajar tersebut harus dapat diatasi, karena dengan adanya kesulitan belajar, siswa tidak dapat belajar dengan baik. Untuk mengatasi kesulitan belajar juga tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, oleh karena itu, mencari penyebab utama dan sumber-sumber penyebab lainnya, agar lebih mudah dalam penyelesaian masalah kesulitan belajar. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar itu terdiri dari dua macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan pengaruh yang muncul pada diri siswa itu sendiri. Faktor Ekstern merupakan pengaruh yang datang dari luar diri siswa. Berdasarkan persoalan yang terjadi di atas, penulis mengadakan penelitian dengan judul Analisis Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar di SMK Negeri 2 Gorontalo 4

5 Pengertian Kesulitan Belajar Menurut Jamaris (2014: 3) kesulitan belajar atau learning disability yang biasa juga disebut dengan istila learning disorder atau learning difficulty adalah suatu kelainan yang membuat individu yang bersangkutan sulit untuk melakukan kegiatan belajar secara efektif. Menurut Djamarah (2002: 201), kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar. Jadi kesulitan belajar merupakan kondisi atau kelainan dimana siswa tidak bisa belajar sebagai mana mestinya disebabkan karena adanya gangguan ataupun hambatan-hambatan yang ada pada diri siswa atau individu itu sendiri sehingga siswa tidak dapat meningkatkan tugas perkembangan dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan materi dalam belajar. Ciri-Ciri Kesulitan Belajar Muh. Surya (dalam Muhammad. 2005:120) menyebutkan ada beberapa ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain sebagai berikut: 1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok siswa kelas. 2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Mungkin murid yang selalu berusaha dengan giat tapi nilai yang dicapai selalu rendah. 3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas dengan waktu yang tersedia. 4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dll. 5

6 5. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan tugas rumah, mengganggu teman baik di dalam maupun di luar kelas, dsb. 6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, kurang gembiara dalam menghadapai situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak merasa sedih atau menyesal. Dengan adanya ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut di atas, dapat dipahami adanya beberapa manifestasi dari gejala kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Dari gejala-gejala yang termanifestasi dalam tingkah laku peserta didik, berarti pendidik atau guru diharapkan dapat memahami dan mengidentifikasikan mana siswa yang mengalami kesulitan belajar dan mana yang tidak. Apabila pendidik dapat memahami secara mendalam tentang ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar, dimungkinkan tidak akan salah langkah dalam memberikan pelayanan dan bimbingan belajar siswa. Hal ini sangat penting karena tanpa adanya pemahaman dari guru atau pendidik secara maksimal mak peserta didik dalam belajar tidak akan berhasil dengan baik. Macam-Macam Kesulitan Belajar Dalyono (2010: 230)Macam-macam kesulitan belajar ini dapat di kelompokan menjadi empat macam: 1) Dilihat dari jenis kesulitan belajar: a) Ada yang berat; b) Ada yang sedang. 2) Dilihat dari bidang studi yang dipelajari: a) Ada yang sebagian bidang studi; dan b) Ada yang keseluruhan bidang studi. 3) Dilihat dari sifat kesulitannya: a) Ada yang sifatnya permanen/menetap; dan b) Ada yang sifatnya hanya sementara. 6

7 4) Dilihat dari segi faktor penyebabnya: a) Ada yang karena faktor inteligensi; dan b) Ada yang karena faktor non inteligensi. Diagnosis Kesulitan Belajar Diagnosis adalah proses yang kompleks dalam suatu usaha untuk menarik kesimpulan dari hasil-hasil pemeriksaan gejala-gejala, perkiraan penyebab, pengamatan dan penyesuaian dengan kategori secara baik. Dalam pengetahuan umum, diagnosis mengacu pada usah untuk mengidentifikasi fenomena awal ketidaknormalan dan mengklasifikasikan individu menurut karakteristiknya. Suwarto (2013: 90) Hasis (dalam Suwarto 2013: 91) diagnosis kesulitan belajar adalah menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan yang dihadapi siswa agar pengajaran perbaikannya (learning corective) yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar ialah bagaimana mengidentifikasi atau upaya untuk menemukan kelemahan dan masalah-masalah yang di alami oleh peserta didik atau siswa seperti nilai yang rendah, kurang motivasi dalam mengerjakan tugas dan lain-lain untuk mencari alternatif pemecahan masalah. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar a. Faktor Intern Siswa (faktor dalam diri sendiri) Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni: 1) Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa. 2) Bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. 7

8 3) Bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengar (mata dan telinga). b. Faktor Ekstern Siswa Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi: 1) Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu. 2) Lingkungan perkampungan/masyarakat (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. 3) Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Selain faktor-faktor umum di atas ada juga faktor-faktor yang lain yang menimbulkan kesulitan belajar siswa. Faktor-faktor ini dipandang sebagai faktor khusus. Misalnya sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Sindrom itu misalnya disleksia (dyslexia), yaitu ketidakmampuan belajar membaca, disgrafia (dysgraphia), yaitu ketidakmampuan belajar menulis, diskalkulia (discalculia), yaitu ketidakmampuan belajar matematika. Dari uraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor kesulitan belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut dapat teratasi jika pihak keluarga, lingkungan sekitar dan sekolah secara intensif memberi motivasi dan bimbingan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar, dan anak responsive terhadap bimbingan yang diberikan. 8

9 Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar Menurut Sam Isbadi dan R. Isbadi (dalam Ahmadi, 2013: ) secara garis besar, langkah-langkah yang diperlukan ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : 1). Pengumpulan data, 2). Pengelolaan data, 3). Diagnosis, 4). Prognosis, 5). Treatment/perlakuan, 6). Evaluasi Adapun penjelasan dari enam langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Menurut Sam Isbani dan R. Isbani dalam pengumpulan data dipergunakan berbagai metode, di antaranya : a) Observasi, b) Daftar pribadi, c) Meneliti pekerjaan siswa, d) Kunjungan sekolah, e) Angket 2. Pengolahan Data Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak. 3. Diagnosis Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut : a. Keputusan mengenai kesulitan belajar siswa. b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar siswa. c. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar siswa. 9

10 4. Prognosis Prognosis artinya ramalan. Apa yang telah yang ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan bantuan apa yang harus diberikan kepada siswa untuk membantu mengatasi masalah dalam kesulitan belajar. 5. Treatment (Perlakuan) Perlakuan yang dimaksud adalah pemberian bantuan kepada siswa yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun. 6. Evaluasi Evaluasi yang dimaksud adalah untuk mengetahui, apakah treatment yang diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan atau tidak. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia, kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupan seringkali menghadapi persoalan silih berganti, persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain timbul, demikian seterusnya. Berdasarkan atas kenyataan bahwa manusia itu tidak sama satu sama lainnya baik sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan dari orang lain maupun pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak sanggup mengatasi persoalan tanpa adanya bantuan orang lain. Peserta didik di sekolah biasanya juga memiliki masalahmasalah khususnya masalah dalam menerima atau juga memproses suatu materi pelajaran ke dalam pikirannya. Bimbingan dan Konseling dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Oleh karena itu individu yang mempunyai 10

11 pribadi yang sehat selalu berusaha bersikap positif terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya, untuk mewujudkan sikap yang positif diperlukan anak didik yang berdiri sendiri sebagai pribadi yang mandiri, bebas dan mantap. Anak didik yang seperti ini akan terhindar dari keragu-raguan dan ketakutan serta penuh dengan halhal yang positif dalam dirinya seperti kreatifitas, sportifitas dan lain sebagainya dan mampu mengatasi masalah masalah sendiri misalnya masalah kesulitan belajar. Masalah belajar yang sering timbul dikalangan peserta didik, misalnya masalah pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang efektif dan efisien, menggunakan buku-buku referensi, cara belajar kelompok, bagaimana mempersiapkan diri menghadapi ujian, memilih jurusan atau mata pelajaran yang cocok dengan minat bakat yang dimilikinya, dari masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan program pelayanan bimbingan dan konseling untuk membantu para peserta didik agar mereka dapat berhasil dalam belajar. Dari uraian di atas telah jelas diuraikan bahwa Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan belajar siswa, sehingga siswa dapat memperoleh prestasi yang baik. Dengan perolehan prestasi yang baik maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai, dan juga dapat berguna bagi kehidupan sehari-hari yang bahagia dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya. Bimbingan Belajar Menurut Jauhar (2011: 56) bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini meliputi: 1) Cara belajar, baik secara kelompok ataupun individual 2) Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar 3) Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran 4) Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu 11

12 5) Cara, proses dan prosedur tentang mengikuti pelajaran Winkel (dalam Jauhari, 2011: 56) mengatakan bahwa layanan Bimbingan dan Konseling mempunyai peranan penting untuk membantu siswa, antara lain dalam hal: 1) Mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, baik sekarang maupun yang akan datang. 2) Mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya. Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga dan sebagainya. Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Deskripstif kuantitatif yang membahas mengenai faktor-foktor yang memepengaruhi kecerdasan emosional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kota Gorontalo. Untuk memperoleh data yang diinginkan dan sesuai dengan kepentingan peneliti, peneliti menggunakan teknik angket yaitu dengan cara memberikan penyataan tertulis kepada siswa yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang permasalahan yang diteliti yaitu kesulitan belajar dan faktor yang mempengeruhi kesulitan belajar siswa. Sedangkan observasi dan wawancara sebagai teknik pendukung. Berdasarkan hasil analisis data di atas diperoleh data yang menggambarkan kesulitan belajar. Adapun indikator yang diukur adalah: Faktor internal dari dalam diri siswa dengan tiga deskriptor yaitu: a) ranah cipta (rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi) dengan persentase rata-rata 72,64% atau berada pada kategori sedang. Dari duabelas pernyataan yang disebarkan kepada responden terdapat lima pernyataan berada pada kategori tinggi, enam pernyataan berada pada kategori sedang dan satu pernyataan berada pada kategori rendah. b) ranah rasa (labilnya emosi dan sikap) dengan persentase rata-rata 71,32% atau berada pada kategori sedang, dari delapanbelas item pernyataan yang disebarkan 12

13 kepada responden sepuluh item berada pada kategori tinggi dan delapan item pernyataan barada pada kategori sedang. c) ranah karsa (gangguan mata dan telinga) dengan presentase rata-rata 83,78% atau berada pada kategori tinggi dari dua item pernyataan yang disebarkan ke responden, semuanya berada pada kategori tinggi. Faktor eksternal dari luar diri siswa dengan tiga deskriptor: a) lingkungan keluarga dengan presentase rata-rata 78,21% atau berada pada kategori tinggi dari empat pernyataan yang disebarkan kepada siswa tiga pernyatan berada pada kategori tinggi dan satu pernyataan berada pada kategori sedang. b) lingkungan masyarakat dengan persentase rata-rata 75,45% atau berada pada kategori sedang dari tiga pernyataan yang disebarkan kepada responden dua item pernyatan berada pada kategori tinggi dan satu item berada pada kategori sedang. c) lingkungan sekolah dengan presentasi rata-rata 71,25% atau berada pada kategori sedang dari dua item pernyataan yang disebarkan kepada responden dua-duanya berada pada kategori sedang. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, dkk Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Abdurrahman, Mulyono Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta,R ineka Cipta. Abdurahman Mulyono Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta, Rineka Cipta. Ahmadi, A dan Supriyono Psikologi Belajar. Jakarta, Rineka Cipta. Daryanto Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta, AV Publisher. Dalyono Psikologi Pendidikan. Jakarta, Rineka Cipta Djamarah Syaiful Bahri Psikologi Belajar. Jakarta, Rineka Cipta 13

14 Djamarah, Syaiful Bahri Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hallen A Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Quantum Teaching. Hikmawati, F Bimbingan Konseling. Jakarta, Rajawali Pers. Jamaris Martini Kesulitan Belajar Perspektif, Asesmen, Dan Penanggulangannya Bagi Anak Usia Dini Dan Usia Sekolah. Bogor, Ghalia Indonesia. Muhammad Ciri-ciri Siswa Yang Mengalami Kesulitan Belajar. (di akses pada tanggal 25 Juni 2014) Rahyubi heri Teori-teori Belajar Dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Jl. Sangraja, Nusa Media. Slameto Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta, Rineka Cipta. Suwarto Pengembangan Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Sudjana Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Subini, Nini. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta, Mentari Pustaka. Wardati dan Jauhari Mohammad Implementasi Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta, Prestasi Pustakaraya. 14

BAB I PENDAHULUAN. yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkunga.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkunga. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar kata belajar merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk meneliti kasus, menemukan penyebab timbulnya masalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang hubungan kematangan emosi dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP NEGERI IX

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang hubungan kematangan emosi dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP NEGERI IX BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang hubungan kematangan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh : Hajar Safi

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh : Hajar Safi FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh : Hajar Safi Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I : Dra. Tuti Wantu,

Lebih terperinci

STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS V DI SD 218/IV KECAMATAN JAMBI SELATAN SKRIPSI OLEH MANRA IVAN FARISTINO NIM : AIDI09154

STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS V DI SD 218/IV KECAMATAN JAMBI SELATAN SKRIPSI OLEH MANRA IVAN FARISTINO NIM : AIDI09154 STUDI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS V DI SD 218/IV KECAMATAN JAMBI SELATAN SKRIPSI OLEH MANRA IVAN FARISTINO NIM : AIDI09154 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kesalahan Menyelesaikan Soal 1. Definisi Kesalahan Menyelesaikan Soal Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1996: 865) kesalahan adalah penyimpangan terhadap sesuatu yang benar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. utama yang harus dilakukan. Peran juga meliputi norma-norma yang

BAB II KAJIAN TEORI. utama yang harus dilakukan. Peran juga meliputi norma-norma yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Peran Guru Akuntansi Peran dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan, bagian dari tugas utama yang harus dilakukan. Peran juga meliputi norma-norma yang dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran biologi termasuk salah satu mata pelajaran yang kompleks, karena didalamnya tercakup seluruh makhluk hidup (manusia, hewan, dan tumbuhan). Proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk

BAB II KAJIAN TEORITIS. kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk 1 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruh dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan prilaku. Witherington (dalam Yudhawati,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, pelajaran Matematika pada materi pembagian

BAB V PEMBAHASAN. Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, pelajaran Matematika pada materi pembagian 95 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Penelitian Setelah peneliti memaparkan data dan menghasilkan temuan temuan, maka kemudian mengkaji hakikat dan makna temuan penelitian. Masing masing temuan penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. sungguh-sungguh dari pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah telah

ABSTRAK. sungguh-sungguh dari pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah telah ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN EKONOMI (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI) ABSTRAK Ahmad Firdaus, 2017. Analisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ips

Lebih terperinci

DIAGNOSIS OF LEARNING DIFFICULTIES AND GUIDANCE LEARNING SERVICES TO SLOW LEARNER STUDENT. Ulfa Danni Rosada

DIAGNOSIS OF LEARNING DIFFICULTIES AND GUIDANCE LEARNING SERVICES TO SLOW LEARNER STUDENT. Ulfa Danni Rosada GUIDENA Volume 6 Number 1, Page 61 69, June 2016 Itsna Iftayani & Nurhidayati GUIDENA Journal of Guidance and Counseling ISSN : Print 2088-9623 Online 2442-7802 J O U R N A L DIAGNOSIS OF LEARNING DIFFICULTIES

Lebih terperinci

KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK

KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK KESULITAN BELAJAR PADA PESERTA DIDIK Agus Triyanto, M.Pd. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2011 GURU SEKOLAH DASAR SISWA-SISWA SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelengaraannya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Herlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Herlina, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar yang penting untuk dipelajari, karena kegunaannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan manfaatnya dalam

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL

FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL YOLA MARDILA NPM. 10060157 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis persentase. Hasil dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis persentase. Hasil dari 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari hasil pengolahan data angket tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa SMP 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA PERAN GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA SISWA KELAS II

BAB II KAJIAN PUSTAKA PERAN GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA SISWA KELAS II BAB II KAJIAN PUSTAKA PERAN GURU DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA SISWA KELAS II A. Konsep Guru 1. Pengertian Guru Dalam UU Sisdiknas 2003 Bab XI Pasal 40 Ayat 2b, guru ialah pendidik profesional

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan Rumusan Masalah

Bab I. Pendahuluan Rumusan Masalah Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam membentuk peradaban bangsa. Melalui pendidikan akan melahirkan generasi-genarasi yang diharapkan yang

Lebih terperinci

BAB III KESULITAN BELAJAR

BAB III KESULITAN BELAJAR BAB III KESULITAN BELAJAR A. Pengertian Kesulitan Belajar Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN PADA POKOK BAHASAN TEKNIK PENGINTEGRALAN

ANALISIS KESULITAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN PADA POKOK BAHASAN TEKNIK PENGINTEGRALAN Jurnal Psikologi September 2015, Vol. III, No. 1, hal 20-27 ANALISIS KESULITAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN PADA POKOK BAHASAN TEKNIK PENGINTEGRALAN Andika Setyo Budi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN Silvia Afdalina 1, Rahma Wira Nita 2, Rici Kardo 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Sekolah sebagai tempat siswa untuk melaksanakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Sekolah sebagai tempat siswa untuk melaksanakan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga yang bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan formal. Sekolah sebagai tempat siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah sedang menggalakkan berbagai usaha untuk membangun manusia seutuhnya, dan ditempuh secara bertahap melalui berbagai kegiatan. Dalam hal ini kegiatan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO STUDI TENTANG FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI I TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh: Meilan Ladiku Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dengan Prestasi Akademik Matematika pada Remaja, Jurnal fakultas Psikologi Universitas Guna Dharma.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dengan Prestasi Akademik Matematika pada Remaja, Jurnal fakultas Psikologi Universitas Guna Dharma. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, kini menuntut sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga diharapkan mampu mengarahkan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTS AMAL SHOLEH KECAMATAN GETASAN

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTS AMAL SHOLEH KECAMATAN GETASAN ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL PENYEBAB KESULITAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTS AMAL SHOLEH KECAMATAN GETASAN Kurnia Pradika, Kriswandani, Tri Nova Hasti Yunianta Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU PEMBIMBING DALAM MENDORONG MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU PEMBIMBING DALAM MENDORONG MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU PEMBIMBING DALAM MENDORONG MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI Oleh : JUFRI AFRIANTO ERA1D08043 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian

BAB II KAJIAN TEORI. yang dihadapi. Untuk mempertegas pengertiannya, berikut adalah berbagai pengertian 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Layanan Bimbingan Siswa (Studi Kasus) Layanan dan bimbingan siswa pada hakekatnya merupakan sebuah bantuan yang diberikan konselor kepada siswa untuk membantu menyelesaikan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IVSD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IVSD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IVSD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak peserta didik yang berkualitas dari segi jasmani maupun rohani, mandiri sesuai dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kesulitan Belajar Matematika Pengertian kesulitan dalam kamus umum Bahasa Indonesia menurut Poerwadarminta (2007) adalah suatu keadaan yang sulit. Sedangkan pengertian belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia dapat melakukan perubahan-perubahan individu sehingga tingkah lakunya dapat berkembang.

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING

BIMBINGAN DAN KONSELING BIMBINGAN DAN KONSELING Apa yang dimaksud bimbingan & konseling? Mengapa ada BK di sekolah? Bagaimana pelaksanaan BK? PENGERTIAN BIMBINGAN Jones (1963) membantu seseorang agar yang dibimbing mampu membantu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Balajar 2.1.1 Pengertian Kesulitan Belajar Dalam menempuh proses pembelajaran di sekolah peserta didik tidak luput dari berbagai kesulitan. Tinggi rendahnya hasil belajar

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI Oleh: LENI MARLINA EA1D209032 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KESULITAN BELAJAR SISWA MEMAHAMI MATEMATIKA POKOK BAHASAN BILANGAN BULAT (Studi Kasus di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kota Cirebon)

KESULITAN BELAJAR SISWA MEMAHAMI MATEMATIKA POKOK BAHASAN BILANGAN BULAT (Studi Kasus di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kota Cirebon) KESULITAN BELAJAR SISWA MEMAHAMI MATEMATIKA POKOK BAHASAN BILANGAN BULAT (Studi Kasus di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kota Cirebon) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan

I. PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK

PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK PROBLEMATIKA KESULITAN BELAJAR STATISTIK Nusrotus Sa idah UNISNU Jepara Abstrak Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENYELESAIAN SOAL URAIAN MATEMATIKA SISWA

ANALISIS KESALAHAN PENYELESAIAN SOAL URAIAN MATEMATIKA SISWA ANALISIS KESALAHAN PENYELESAIAN SOAL URAIAN MATEMATIKA SISWA MTs PADA POKOK BAHASAN UNSUR-UNSUR LINGKARAN 1 Agita Apriliawan, 2 Sardulo Gembong, 3 Sanusi 1 Mahasiswa Prodi Matematika IKIP PGRI Madiun 2

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Hakikat Belajar Pada dasarnya belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam setiap usaha pendidikan. Tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Pertama berada pada masa remaja. Pada masa remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menyelenggarakan pendidikan selalu di hadapkan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menyelenggarakan pendidikan selalu di hadapkan dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menyelenggarakan pendidikan selalu di hadapkan dengan berbagai masalah nyata. Kegiatan belajar mengajar memiliki peranan yang sangat penting agar pendidikan

Lebih terperinci

PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL

PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL PERLU DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGAJARAN REMIDIAL Oleh Henoki Waruwu Abstrak: Many students have difficulty in learning generaly. Therefore require to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah

Lebih terperinci

CHEPY CAHYADI, 2015 SISTEM PAKAR DIAGNOSA GANGGUAN BELAJAR KHUSUS (LEARNING DISABILITY ) PADA ANAK DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER (DS)

CHEPY CAHYADI, 2015 SISTEM PAKAR DIAGNOSA GANGGUAN BELAJAR KHUSUS (LEARNING DISABILITY ) PADA ANAK DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER (DS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan tahap awal manusia dalam proses belajar. Proses anak-anak inilah yang nantinya akan berdampak pada proses-proses ke depannya. Untuk itu

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI OLEH: TRYSNA INDAH UTAMA A1A112019 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

Lebih terperinci

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Windra Kepala SDN 005 Banjar Guntung Kecamatan Kuantan Mudik windra157@gmail.com ABSTRAK Perbedaan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA TAMATAN TK DAN NON TK DI SEKOLAH DASAR NEGERI

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA TAMATAN TK DAN NON TK DI SEKOLAH DASAR NEGERI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA TAMATAN TK DAN NON TK DI SEKOLAH DASAR NEGERI Supini Guru SDN 015 Sungai Sirih supini697@gmail.com ABSTRAK Penulis tertarik pada judul ini karena selama mengajar di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan tanpa henti. Belajar adalah usaha untuk mengatasi ketegangan ketegangan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan tanpa henti. Belajar adalah usaha untuk mengatasi ketegangan ketegangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk memperoleh kompetensi atau pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR PADA ANAK PENDIDIKAN USIA DINI

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR PADA ANAK PENDIDIKAN USIA DINI ISSN : 1979-6889 IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR PADA ANAK PENDIDIKAN USIA DINI Trubus Raharjo 1, Latifah Nur Ahyani 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan-gangguan belajar anakanak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

REMEDIAL TEACHING MATEMATIKA DIDASARKAN PADA DIAGNOSA KESULITAN SISWA KELAS II MADRASAH TSANAWIYAH

REMEDIAL TEACHING MATEMATIKA DIDASARKAN PADA DIAGNOSA KESULITAN SISWA KELAS II MADRASAH TSANAWIYAH REMEDIAL TEACHING MATEMATIKA DIDASARKAN PADA DIAGNOSA KESULITAN SISWA KELAS II MADRASAH TSANAWIYAH Maisura Dosen FKIP Prodi PGSD, Universitas Almuslim email: Maisura_Ihadmi@yahoo.com Abstrak Seringkali

Lebih terperinci

PENGARUH TUTORIAL DALAM PEMBELAJARAN GAMBAR BANGUNAN DI SMK N 3 YOGYAKARTA. Oleh : Irwansyah NIM ABSTRAK

PENGARUH TUTORIAL DALAM PEMBELAJARAN GAMBAR BANGUNAN DI SMK N 3 YOGYAKARTA. Oleh : Irwansyah NIM ABSTRAK PENGARUH TUTORIAL DALAM PEMBELAJARAN GAMBAR BANGUNAN DI SMK N 3 YOGYAKARTA Oleh : Irwansyah NIM. 10505247002 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar yang menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi

BAB II KAJIAN TEORI. baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Made Wena menjelaskan bahwa strategi pembelajaran sangat berguna, baik guru maupun siswa pada proses pembelajaran. Bagi guru, strategi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memerlukan adanya proses untuk menjadi maju, salah satu proses tersebut adalah dengan mencerdaskan anak bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan kehidupan bangsa tersebut.

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 5 KOTA JAMBI

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 5 KOTA JAMBI SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SMP NEGERI 5 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar sarjana Pada Program Studi Bimbingan dan konseling

Lebih terperinci

Remedial Teaching Matematika didasarkan pada Diagnosa Kesulitan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah

Remedial Teaching Matematika didasarkan pada Diagnosa Kesulitan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah Jurnal Didaktik Matematika ISSN : 2355-4185 Remedial Teaching Matematika didasarkan pada Diagnosa Kesulitan Siswa Kelas II Madrasah Tsanawiyah Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Almuslim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan segala usaha yang dilaksanakan dengan sadar dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik dan sesuai dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR EVA IMANIA ELIASA, M.Pd PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD FAKTOR UTAMA LAYANAN BIMBINGAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SD IQRA MUARA BULIAN. Oleh A N R I C O NIM. A1D109031

ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SD IQRA MUARA BULIAN. Oleh A N R I C O NIM. A1D109031 ARTIKEL ILMIAH IDENTIFIKASI PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS TINGGI DI SD IQRA MUARA BULIAN Oleh A N R I C O NIM. A1D109031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Belajar Siswa, Pembelajaran Matematika

Kata Kunci: Aktivitas Belajar, Belajar Siswa, Pembelajaran Matematika DESKRIPSI AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X DI SMA NEGERI I TIBAWA Nurain R. Ahmad, Ali Kaku, Perry Zakaria Jurusan Pendidikan Matematika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Strategi Berikan Uangnya Bambang warsita menjelaskan strategi adalah; a) ilmu siasat perang; b) siasat perang; c) bahasa pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SD NEGERI SAMBI 1 TAHUN 2016/2017

IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SD NEGERI SAMBI 1 TAHUN 2016/2017 IMPLEMENTASI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SD NEGERI SAMBI 1 TAHUN 2016/2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Progam Studi Strata 1 pada

Lebih terperinci

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL. Gusri Defriani NPM :

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL. Gusri Defriani NPM : UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL Gusri Defriani NPM : 10060220 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Irwitadia Hasibuan Universitas Syiah Kuala irwitadiahasibuanmedan@gmail.com ABSTRAK Aljabar

Lebih terperinci

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL Oleh: DONI HERIANTO NPM: 12060106 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH

PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH (Studi Deskriptif Pada Kelas VIII di SMP Negeri 2 Pancung Soal) JURNAL Diajukan untuk menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan fisikomotor.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan fisikomotor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 2 MUARO JAMBI OLEH : SITI AMINAH NIM. ERA1D012109 PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama kalinya ke Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

MENGATASI KESULITAN BELAJAR DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI KOGNITIF

MENGATASI KESULITAN BELAJAR DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI KOGNITIF MENGATASI KESULITAN BELAJAR DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI KOGNITIF Oleh: Ridwan Idris ABSTRACT: The profession of teaching is not always easy, as it needs respective knowledge and skill. The responsibility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia di berbagai bidang. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana, siswa melakukan

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran

Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Peran Guru dalam Memahami Siswa sebagai Dasar Pembelajaran Hal apa saja yang perlu dipahami oleh guru mengenai siswa? Aspek perkembangan anak sekolah dasar (SD) 1. Perkembangan motorik dan persepsi. Proses

Lebih terperinci

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS VII A SMP N 3 SENTOLO Estiningsih Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah yang banyak.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah yang banyak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dapat mendatangkan perubahan di dalam diri manusia. Perubahan tersebut nampak dalam bentuk peningkatan pengetahuan, pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP Juftiar Mahendra Zainur Putera Dr. Tamsil Muis Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dimaksudkan untuk membantu siswa tumbuh dan berkembang menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal, dalam berbagai aspek

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI STUDENT LED REVIEW SESSION DENGAN METODE KONVENSIONAL

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI STUDENT LED REVIEW SESSION DENGAN METODE KONVENSIONAL PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI STUDENT LED REVIEW SESSION DENGAN METODE KONVENSIONAL SRI WAHYUNI Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Email : sriwahyuni@umsu.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

BAB II KAJIAN TEORI. menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dan menjatuhkan tim. pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teorities 1. Metode Permainan Perang Koboi Metode permainan perang koboi adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru bertujuan agar siswa berpatisipasi dalam

Lebih terperinci

KETUNTASAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DI SMP NEGERI 3 SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA

KETUNTASAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DI SMP NEGERI 3 SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA KETUNTASAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DI SMP NEGERI 3 SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA (Integrasi dengan IPA Terpadu) Siraj, M.Pd 1) 1 Dosen STKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah melalui pendidikan. Hal ini identik dengan yang A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Penyiapan sumber daya manusia merupakan masalah yang mendasar dalam era globalisasi, jika kita tidak ingin kalah bersaing dengan negaranegara lain. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai

BAB II KAJIAN TEORETIS. Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Kesulitan Belajar Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan,

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :71-76 ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR SE-KELURAHAN KALUMBUK PADANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm tentang Guru dan Dosen, UU Guru dan Dosen, (Bandung : Nuansa Indah, 2006), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm tentang Guru dan Dosen, UU Guru dan Dosen, (Bandung : Nuansa Indah, 2006), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan yang disengaja atas input siswa untuk hasil tertentu dan sesuai tujuan yang ditetapkan. Pendidikan juga bermakna suatu usaha

Lebih terperinci

Sulit Belajar 09:39:00 AM,

Sulit Belajar 09:39:00 AM, Sulit Belajar 09:39:00 AM, 01.08.2012 A. Kesulitan Belajar. KESULITAN BELAJAR SISWA DAN BIMBINGAN BELAJAR Oleh : Drs. Akhmad Sudrajat,M.Pd. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan

Lebih terperinci