PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI RAKABU FURNITURE SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI RAKABU FURNITURE SURAKARTA"

Transkripsi

1 PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI RAKABU FURNITURE SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh : Ica Yuniar Sari R PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara industri yang sedang berkembang, Indonesia banyak menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan. Penggunaan peralatan industri dan teknologi modern dapat menimbulkan bising yang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan tenaga kerja. Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8%- 12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, gangguan keseimbangan dan ketulian (Soeripto, 1994) dikutip oleh (Trianingsih, 2007). Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain (Prabu, 2008). Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja mengganggu organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh yang lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan organ jantung (Sasongko, dkk, 2000). 1 1

3 2 Penelitian Statistik oleh Van Kempen terhadap banyak hasil study efek kebisingan mendapatkan adanya pengaruh dari pajanan kebisingan pada tekanan darah. Kenaikan signifikan secara statistik ditemukan untuk pajanan kebisingan lingkungan kerja, untuk tekanan darah sistolik 0,51 (0,01 1,00) mmhg/5 db(a), sedangkan untuk diastolik kenaikannya tidak signifikan (Eny, dkk, 2005). Rakabu Furniture Surakarta adalah industri yang bergerak di bidang mebel dimana dalam proses produksinya menggunakan mesin-mesin dan alatalat produksi yang menimbulkan bising. Peneliti mengetahui bahwa semua pekerja yang bekerja di Rakabu Furniture khususnya bagian produksi ternyata tidak menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi intensitas kebisingan. Selain itu, pekerja yang ada di Rakabu Furniture tersebut merupakan pekerja lama dimana sudah bekerja selama lebih dari 3 tahun. Berdasarkan survei tersebut yang dibandingkan dengan teori mengenai kebisingan bahwa kebisingan dapat mempengaruhi kesehatan pekerja salah satunya yaitu tekanan darah. Oleh karena itu, peneliti tertarik melaksanakan penelitian di Rakabu Furniture Surakarta untuk mengetahui pengaruh dari kebisingan mesin dan alat produksi tersebut terhadap tekanan darah pekerja Sebelumnya peneliti melaksanakan survei awal dengan mengukur intensitas kebisingan tempat kerja tersebut dan diperoleh hasil untuk ruang produksi rata-rata 94,5 dba dan untuk ruang finishing rata-rata 79,3 dba. Adapun beberapa tenaga kerja juga diukur tekanan darahnya 10 menit setelah tenaga kerja selesai bekerja pada pukul WIB. Hasil pengukuran tekanan 2

4 3 darah yang diperoleh di ruang produksi yaitu 142/95 mmhg, 143/92 mmhg, 146/94 mmhg, 141/95 mmhg, 143/90 mmhg sedangkan di ruang finishing yaitu 140/91 mmhg, 130/80 mmhg, 120/90 mmhg, 135/85 mmhg, 130/90 mmhg. Lama pemaparan kebisingan yang diterima pekerja setiap harinya sekitar 5 jam/hari. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa intensitas kebisingan di ruang produksi diatas Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan, yaitu 85 dba untuk 8 jam kerja, sedangkan ruang finishing dibawah NAB. Untuk tekanan darah dari tenaga kerja yang diukur di ruang produksi hasilnya cukup tinggi sedangkan di ruang finishing tekanan darahnya normal. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti sebelumnya, maka peneliti ingin melaksanakan penelitian dengan judul " Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Tekanan Darah pada Pekerja di Rakabu Furniture Surakarta " B. Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di Rakabu Furniture Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di Rakabu Furniture Surakarta. 3

5 4 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui dan mengkaji intensitas kebisingan di Rakabu Furniture Surakarta. b. Untuk mengetahui dan mengkaji tekanan darah pekerja di Rakabu Furniture Surakarta. c. Untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah di Rakabu Furniture Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan informasi tentang pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah. 2. Manfaat aplikatif a. Bagi pekerja Rakabu Furniture Surakarta Memberi masukan kepada pekerja agar lebih menjaga kesehatan dirinya akibat intensitas kebisingan. b. Bagi Rakabu Furniture Surakarta Memberikan masukan kepada Rakabu Furniture Surakarta untuk melakukan tindakan pengendalian kebisingan. c. Bagi peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah. 4

6 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kebisingan a. Definisi Bising Bising didefinisikan sebagai bunyi yang kehadirannya tidak dikehendaki dan dianggap mengganggu pendengaran (Gabriel,1996). Kebisingan di tempat kerja adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat produksi di tempat kerja (Suma'mur, 1996). b. Jenis Kebisingan Menurut Suma'mur (1996), jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan adalah : 1) kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (=steady state, wide brand noise), misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain; 2) kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (=steady state, narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain; 3) kebisingan terputus-putus (=intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang dilapangan udara; 55

7 6 4) kebisingan impulsif (=impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan; 5) kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan. c. NAB Kebisingan Nilai Ambang Batas yang dipekenankan menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja tersaji pada tabel : Tabel 2.1. Nilai Ambang Batas Kebisingan Batas suara (db) Lama pemaparan tiap hari 85 8 jam 88 4 jam 91 2 jam 94 1 jam menit menit 103 7,5 menit 106 3,75 menit 109 1,88 menit 112 0,94 menit ,19 detik ,06 detik 121 7,03 detik 124 3,52 detik 127 1,76 detik 130 0,88 detik 133 0,44 detik 136 0,22detik 139 0,11 detik Sumber : Kepmen No.51/Men/1999 Catatan : tidak boleh terpapar lebih dari 140 db 6

8 7 Nilai Ambang Batas (NAB) yang ditentukan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisika di Tempat Kerja adalah 85 db selama 8 jam per hari. d. Pengendalian Kebisingan Kebisingan dapat dikendalikan dengan : 1) Menghilangkan kebisingan dari sumber suara yaitu dengan mengganti beberapa alat dengan alat lain yang lebih sedikit menimbulkan bunyi (Erna Tresnaningsih, 2003). 2) Penempatan penghalang pada jalan transmisi. Isolasi tenaga kerja/mesin adalah usaha untuk mengurangi kebisingan. Bahanbahan yang dipakai harus mampu menyerap suara dan bahan penutup dibuat cukup berat dan lapisan dalam terbuat dari bahan yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat. (Suma mur, 1996). 3) Dengan memakai alat pelindung telinga yaitu ear plug atau ear muff. Alat ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar dba (Sasongko, dkk, 2000). 2. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan a. Peningkatan Tekanan Darah Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmhg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan 7

9 8 kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris (Roestam, 2004). 1) Pengertian Tekanan darah Tekanan darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan daerah dinding pembuluh tersebut. Bila orang mengatakan bahwa tekanan dalam suatu pembuluh adalah 50 mmhg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan tersebut akan cukup mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mmhg (Guyton, 1997). Tekanan dalam aorta dan arteria branchialis dan arteria besar lainnya pada manusia dewasa mudah meningkat sampai nilai puncak (tekanan sistolik) kira-kira 120 mmhg waktu tiap siklus jantung karena jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta. Dan turun sampai nilai minimum (tekanan diastolik) kirakira 70 mmhg. Tekanan arteri secara konvensional ditulis sebagai tekanan sistolik di atas tekanan diastolik misalnya 120/70 mmhg (Guyton dan Hall, 1997). Tekanan darah biasanya diukur dengan sphygmomanometer dan dinyatakan dalam satuan milimeter air raksa (mmhg). Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Misal 120/80 mmhg, dimana 120 menyatakan tekanan 8

10 9 darah sistolik dan 80 menyatakan tekanan darah diastolik (Wikipedia, 2003). 2) Penggolongan Tekanan Darah a) Tekanan darah normal Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila catatan tekanan darah untuk sistolik <140 mmhg dan diastolik <90 mmhg (Guyton dan Hall, 1997). Nilai Tekanan Darah normal (dalam mmhg): (1) Pada usia tahun = /60-80 mmhg; (2) Pada usia tahun = /70-90 mmhg; (3) Pada usia 50 tahun keatas = /70-90 mmhg (Oktia Woro, 1999). b) Tekanan darah rendah Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah 100/60 mmhg, tekanan sistolik <100 mmhg dan diastolik <60 mmhg (Roger Watson, 2002). c) Tekanan darah tinggi Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi bila catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di atas 100/90 mmhg, tekanan sistolik > 140 mmhg dan diastolik >90 mmhg (Roger Watson, 2002). Selanjutnya klasifikasi tekanan darah dapat dilihat seperti pada tabel 2 dibawah. 9

11 10 Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Darah Sistolik Normal Pre-hipertensi Stadium 1 Stadium 2 < 120 mmhg mmhg mmhg 160 mmhg Sumber : JNC-VII tahun 2003 Tekanan Darah Diastolik < 80 mmhg mmhg mmhg 100 mmhg d) Tekanan darah rata-rata Menurut Guyton dan Hall (1997) antara tekanan sistolik dan diastolik ada yang dinamakan tekanan darah ratarata, yang angkanya lebih mendekati tekanan diastolik daripada tekanan sistolik, karena sistolik lebih pendek daripada diastolik. Tekanan darah rata-rata sedikit kurang daripada nilai-nilai tengah antara tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan rata-rata menurun dengan cepat sampai kira-kira 5 mmhg pada akhir arteriol. Besarnya penurunan tekanan sepanjang arteriol sangat berbeda-beda tergantung apakah kontriksi/dilatasi. Besar nilai pada orang dewasa kirakira 90 mmhg yang sedikit lebih kecil dari rata-rata tekanan sistolik 120 mmhg dan tekanan diastolik 80 mmhg. Tekanan arteri rata-rata dirumuskan sebagai berikut : TR = TD + 1/3 (TS TD) mmhg Gambar 1. Perhitungan Tekanan Darah Rata-Rata 10

12 11 Keterangan : TR TD TS : tekanan darah rata-rata (mmhg) : tekanan darah diastolik (mmhg) : tekanan darah sistolik (mmhg) Tekanan rata-rata inilah yang sesungguhnya menjadi pendorong mengalir darah yang lebih lama terpengaruh untuk tekanan diastolik daripada tekanan sistolik. Peningkatan dan penurunan darah rata-rata akan mempengaruhi homeostatis dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transpor oksigen, karbondioksida dan hasil-hasil metabolisme lainnya. 3) Mekanisme Bising Meningkatkan Tekanan Darah Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang diteruskan ke liang telinga dan mengenai membran timpani sehingga membran timpani bergetar (Andriana, 2003). Lalu di telinga tengah, gelombang getaran yang dihasilkan tadi diteruskan melewati tulang-tulang pendengaran sampai ke cairan di kanalis semisirkularis; adanya ligamen antar tulang mengamplifikasi getaran yang dihasilkan dari gendang telinga. Lalu di telinga dalam merupakan tempat ujung-ujung saraf pendengaran yang akan menghantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat pendengaran di otak manusia (Novi, 2004). 11

13 12 Kebisingan bisa direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stres, yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stres seperti epinephrine, norepinephrine dan kortisol (Bly S, dkk, 2002) dikutip oleh (Eny, dkk, 2005). Hormon norepinefrin merupakan hormon vasokonstriktor yang sangat kuat yang dapat meningkatkan tahanan perifer total (Guyton and Hall, 1997). Sedangkan kortisol menyebabkan peningkatan tekanan darah (Elizabeth, 2008). Pemaparan bising menimbulkan rangsangan dan meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Jika rangsangan tersebut bersifat sementara maka tubuh akan pulih dalam waktu beberapa menit atau jam. Tetapi bila pemaparan berlangsung lama dan berulang dapat menimbulkan perubahan sistem sirkulasi darah yang menetap (Guyton, 1997). Syaraf simpatis mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah dan pemacunya menyebabkan naiknya frekuensi jantung, bertambah kuatnya kontriksi otot jantung dan vasokontriksi pembuluh darah resisten (Guyton, 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah : a) Olah raga, terutama yang menggunakan otot lengan (Depkes RI, 2003); 12

14 13 b) Latihan kerja yang lama, akan menurunkan tekanan sistolik yang progresif, hal ini menandakan dekat dengan kecapaian (Suma mur, 1996); c) Usia, semakin tua tekanan sistolik makin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 1997); d) Sex, pada wanita sebelum menopause 5-10 mmhg lebih rendah dari pria seusianya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat (Evelyn C. Pearce, 1997); e) Stress psikis meningkatkan tekanan darah (Nurcahyo, 2000). f) Minum alkohol Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Imam Parsudi, 1992). Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 3 gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI, 2003). g) Pemakaian obat tertentu Obat-obat yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain dekongestan hidung, obat-obat hidung, obat supressi nafsu makan (Depkes RI, 2003). 13

15 14 h) Sikap kerja Orang yang mempunyai tekanan darah normal apabila berdiri dalam jangka waktu yang lama dan tidak banyak bergerak biasanya tekanan darahnya akan turun (Henny Lukmanto, 1995). i) Kegemukan Kegemukan dapat memicu timbulnya beberapa penyakit khronis yang sangat serius seperti hipertensi (tekanan darah tinggi) (I Made C. Wirawan, 2009). Kegemukan atau obesitas merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner, hal ini terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah, kencing manis, dan intoleren glukosa yang disertai peningkatan lemak darah. Kegemukan pada pria lebih beresiko dibanding wanita (Zukesti Efendi, 2005). j) Masa Kerja Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan masa yang lebih lama, karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi resiko terpapar oleh kebisingan (Eva, 2006). b. Gangguan psikologis Efek psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam 14

16 15 waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres, kelelahan, dan lain-lain (Roestam, 2004). c. Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya, gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan tenaga kerja (Roestam, 2004). d. Gangguan keseimbangan Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual (Roestam, 2004). e. Efek pada pendengaran Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising; namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali (Roestam, 2004). 15

17 16 B. Kerangka Pemikiran Bising Telinga Efek lain dari kebisingan : - Gangguan Komunikasi - Gangguan Keseimbangan - Efek pada Pendengaran Otak Efek lain dari kebisingan : - Gangguan Psikologis Pengeluaran hormon Sistem Saraf Simpatis Terangsang Mengeluarkan hormon epinefrin dan norepinefrin Mengeluarkan hormon kortisol Vasokonstriksi pembuluh darah sehingga tahanan perifer meningkat - naiknya frekuensi jantung - bertambah kuatnya kontriksi otot jantung - vasokontriksi pembuluh darah resisten Faktor intern : - Usia - Sex - Kegemukan Tekanan darah meningkat Faktor ekstern : - Obat-obatan - Olahraga - Latihan kerja yang lama - Alkohol - Sikap kerja - Masa Kerja - Stress psikis Gambar 2. Kerangka Pemikiran 16

18 17 C. Hipotesis Ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah pada pekerja di Rakabu Furniture Surakarta. 17

19 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik (explanatory research) mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Menurut pendekatannya, penelitian ini adalah penelitian cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Ahmad Watik Pratiknya, 2001). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rakabu Furniture, Tirtoyoso, Surakarta selama 2 bulan pada bulan Mei-Juni C. Populasi Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja di bagian produksi dan finishing Rakabu Furniture Surakarta yang berjumlah 68 orang. D. Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling proporsional random sampling disebabkan populasi mempunyai 18 18

20 19 anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2006). Dimana populasi tenaga kerja yang ada di Rakabu Furniture Surakarta berjumlah 68 orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 kelompok sampel yaitu kelompok terpapar dan kelompok kontrol. Kelompok terpapar adalah tenaga kerja yang terpapar kebisingan dengan intensitas kebisingan yang melebihi NAB 85 db. Kelompok terpapar adalah tenaga kerja Rakabu Furniture di bagian produksi dengan jumlah pekerja 35 orang. Sedangkan kelompok kontrol adalah tenaga kerja yang terpapar kebisingan dengan intensitas kebisingan yang dibawah NAB 85 db. Kelompok kontrol ini digunakan peneliti sebagai pembanding. Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah tenaga kerja Rakabu Furniture di bagian finishing dengan jumlah pekerja 33 orang. Sedangkan untuk mencari sampel minimal menggunakan rumus : 2 Z PQ n 0 = 2 d n0 n= æ n0-1ö 1+ ç è N ø Gambar 3. Rumus Mencari Sampel Keterangan : n Z : jumlah sampel minimal : koefisien keratandalan (reliability coefficient) yang nilainya tergantung tingkat kepercayaan yang diterapkan peneliti. Dalam hal ini tingkat kepercayaan peneliti sebesar 95% = 1,96 P : parameter proporsi variabel binominal yang ingin diduga (50%) 19

21 20 Q : 1 P d : presisi yang ingin dicapai (0,1) N : ukuran populasi, jumlah seluruh individu di dalam populasi. (Suharyanto, dkk, 2000) Sehingga diperoleh total sampel sebesar 40 pekerja (perhitungan lengkap ada di lampiran 3) yaitu 21 pekerja di ruang produksi dan 19 pekerja di ruang finishing yang telah memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : a. Laki-laki b. Usia tahun c. Bekerja 7 jam sehari d. Masa kerja >3 tahun e. Tidak minum alkohol f. Tidak menggunakan pelindung telinga g. Tidak mempunyai gangguan pendengaran h. Tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, hipertensi. i. Tidak mengalami kegemukan 20

22 21 E. Kerangka Variabel Variabel pengganggu terkendali - jenis kelamin - usia, - tidak minum alkohol - masa kerja - gangguan pendengaran - kegemukan Variabel bebas Intensitas Kebisingan Variabel terikat Tekanan darah Variabel pengganggu tidak terkendali - olah raga - pemakaian obat tertentu - sikap kerja - latihan kerja yang lama - stress psikis Gambar 4. Kerangka Variabel Penelitian F. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas kebisingan. 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah sistolik dan diastolik. 21

23 22 3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu adalah yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu : a. Variabel pengganggu terkendali : jenis kelamin, usia, tidak minum alkohol, masa kerja, gangguan pendengaran dan kegemukan. Cara pengendalian untuk jenis kelamin, usia, tidak minum alkohol, lama kerja dan masa kerja adalah dengan mengisi kuesioner penjaringan sampel. Cara pengendalian untuk gangguan pendengaran adalah dengan menggunakan uji manual pendengaran (cara uji manual pendengaran ada di lampiran 3). Sedangkan cara pengendalian untuk kegemukan yaitu dengan menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) pekerja (cara perhitungan IMT ada di lampiran 3). b. Variabel pengganggu tidak terkendali : olahraga, pemakaian obat tertentu, sikap kerja, latihan kerja yang lama, stress psikis. G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Intensitas Kebisingan Kebisingan adalah suara yang dihasilkan oleh mesin penggergajian kayu dan mesin untuk membuat mebel pada proses produksi. Intensitas kebisingan adalah hasil yang didapat saat pengukuran kebisingan langsung di tempat kerja menggunakan alat Sound Level Meter dengan satuan db. 22

24 23 Alat Ukur : Sound Level Meter Merk RION NA 20 Satuan Skala Pengukuran : desibell (db) : nominal Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi 2 yaitu : a. Di bawah NAB (kelompok kontrol) : hasil pengukuran kebisingan nilainya dibawah 85 db. b. Di atas NAB (kelompok terpapar) : hasil pengukuran kebisingan nilainya diatas 85 db. 2. Tekanan darah Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan diastolik tenaga kerja yang diketahui melalui pengukuran langsung dengan menggunakan alat : Alat ukur Satuan Skala pengukuran : Sphygmomanometer digital : mmhg : interval 3. Usia Usia adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran, hingga saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun. Data yang diperoleh dengan cara pengisian kuesioner penjaringan sampel dan identitas diri pekerja. Usia pekerja yang diteliti yaitu sekitar tahun. Berdasarkan teori yang ada pada usia tahun maka tekanan darah normalnya masih sama. 23

25 24 4. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat yang diterima orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin yang diambil dalam penelitian ini adalah yang berjenis kelamin laki-laki. 5. Tidak Minum Alkohol Tidak minum alkohol adalah pekerja yang tidak minum alkohol selama 1 (satu) minggu terakhir sampai dengan penelitian dilakukan yang dapat diketahui dari pengakuan tenaga kerja dan dipastikan menggunakan surat kesediaan menjadi sampel penelitian yang menyebutkan bahwa tidak akan mengkonsumsi alkohol selama 1 minggu sebelum diadakan penelitian. 6. Masa Kerja Masa kerja adalah lama (tahun) pekerja bekerja di perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pekerja sebagai sampel yang sudah bekerja >3 tahun. 7. Gangguan Pendengaran Gangguan pendengaran adalah gangguan pada pendengaran tenaga kerja dengan ciri-ciri daya pendengaran turun dan sulit untuk berkomunikasi. Adapun untuk mengetahui pekerja mengalami gangguan pendengaran atau tidak, maka peneliti melaksanakan uji manual 24

26 25 pendengaran. Cara melaksanakan uji manual pendengaran terdapat di lampiran Kegemukan Kegemukan adalah keadaan dimana perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh) tenaga kerja melebihi IMT normal. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui pekerja mengalami kegemukan atau tidak, peneliti menghitung IMT pekerja kemudian dibandingkan dengan kriteria IMT dari Depkes. Cara menghitung IMT ada di lampiran 3. H. Desain Penelitian Populasi Subjek Proporsional Random Sampling Kelompok Terpapar (di atas NAB) Kelompok Kontrol (di bawah NAB) Sebelum bekerja tekanan darah diukur Sesudah bekerja tekanan darah diukur Sebelum bekerja tekanan darah diukur Sesudah bekerja tekanan darah diukur Independent Sample T-Test Independent Sample T-Test Gambar 5. Desain Penelitian 25

27 26 I. Teknik Pengambilan Data Pada penelitian ini pengambilan data disesuaikan dengan jenis data sebagai berikut : 1. Data primer yang meliputi intensitas kebisingan, hasil pengukuran tekanan darah responden, pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh), uji manual pendengaran serta hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner penjaringan sampel. 2. Data sekunder dikumpulkan dengan cara pencatatan di bagian personalia serta gambaran umum perusahaan. Adapun data sekunder dalam penelitian ini meliputi : a. Buku referensi yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang diteliti. b. Artikel maupun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan objek yang diteliti. 26

28 27 J. Prosedur Penelitian Tahap Persiapan - Survei tempat penelitian dan proses perijinan Tahap Pelaksanaan - Pengisian kuesioner - Penentuan sampel penelitian - Pengukuran intensitas kebisingan - Pengukuran tekanan darah - Edit data penelitian Tahap Penyelesaian - Mengolah, analisis data dan menyimpulkan. Gambar 6. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Survei pendahuluan ke tempat penelitian untuk melihat kondisi tempat kerja, proses kerja, serta kondisi tenaga kerja. Kemudian mempersiapkan proposal penelitian dan menyusun kuesioner penjaringan sampel, selanjutnya kuesioner tersebut diperbanyak untuk digunakan dalam penjaringan sampel. 2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan. Tahap 27

29 28 pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Setelah mendapat izin dari pemilik Rakabu Furniture Surakarta, peneliti menjelaskan tentang tujuan dari penelitian serta mengkonfirmasikan mengenai instrumen yang dipakai dalam penelitian ini. b. Pengisian kuesioner penjaringan sampel mengenai identitas diri serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah tenaga kerja kaitannya dengan intensitas kebisingan. Pengisian kuesioner dilakukan dengan cara peneliti memberikan penjelasan kepada pekerja mengenai cara pengisian kuesioner. Peneliti juga memantau dan membantu tenaga kerja dalam pengisian kuesioner jika ada kesulitan. c. Menentukan sampel penelitian sesuai dengan kuesioner penjaringan sampel yang telah diisi oleh tenaga kerja. d. Melakukan pengukuran intensitas kebisingan. Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di 4 titik pengukuran di setiap ruangan dan dilakukan setiap jam selama proses produksi berlangsung. e. Pengukuran tekanan darah tenaga kerja. Tekanan darah sistolik dan diastolik diukur sebelum dan sesudah bekerja. Cara pengukuran tekanan darah sebelum bekerja yaitu setelah tiba di tempat kerja, pekerja diistirahatkan dulu sekitar 28

30 29 10 menit, kemudian diukur tekanan darahnya. Sedangkan cara pengukuran tekanan darah sesudah bekerja yaitu dalam rentang waktu 1 jam terakhir pekerjaan. Pengukuran setelah bekerja dimulai dari pekerja yang pertama diukur saat sebelum bekerja supaya interval pengukurannya sama. Pengukuran tekanan darah di masingmasing kelompok dilakukan selama 2 hari (dua kali pengukuran). f. Edit data perolehan hasil penelitian. 3. Tahap Penyelesaian Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisa dan menyimpulkan. K. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah : 1. Sound level meter, yaitu alat untuk mengukur intensitas kebisingan. Merek alat : Sound Level Meter RION NA-20 Satuan : dba Teknik pengukurannya adalah : a. Putar switch ke A. b. Putar FILTER-CAL-INT ke arah INT. c. Putar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur. d. Gunakan meter dynamic characteristic selector switch FAST karena jenis kebisingannya continue. 29

31 30 e. Pengukuran dilakukan selama 1-2 menit, mikropon diarahkan ke sumber kebisingan. f. Jarak sound level meter dengan sumber bising adalah sesuai dengan posisi tenaga kerja selama bekerja. g. Angka skala dibaca setelah panah penunjuk dalam keadaan stabil. h. Pengukuran dilakukan masing-masing 4 titik di ruang produksi dan ruang finishing. Gambar alat : Gambar 7. Sound Level Meter 2. Sphygmomanometer digital, yaitu alat untuk mengukur tekanan darah. Merek alat : OMRON HEM-6022 Satuan : mmhg Gambar Alat : Gambar 8. Sphygmomanometer digital 30

32 31 3. Timbangan badan dan meteran yaitu alat untuk menghitung berat badan dan tinggi badan pekerja. 4. Lembar isian data, yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian. 5. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran. 6. Kamera digital, yaitu alat untuk mengambil dokumentasi sebagai bukti penelitian selama penelitian berlangsung. 7. Handphone Nokia 2626, yaitu alat bantu untuk menguji pendengaran tenaga kerja secara manual. L. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik independent sample t-test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 12, dengan interpretasi hasil sebagai berikut : 1. Jika p value 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan. 2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. 3. Jika p value >0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono, 2001). 31

33 32 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan Rakabu Furniture Surakarta merupakan industri sedang yang bergerak di bidang mebel. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 21 Februari 1988 dan didirikan oleh Ir. Joko Widodo. Rakabu Furniture terletak di Jl. Ahmad Yani No. 331 Tirtoyoso RT. 04 RW. 13 Surakarta. Pada awal berdirinya, perusahaan ini berbentuk perusahaan perseorangan yang bergerak di industri penggergajian kayu. Untuk mengembangkan perusahaan, maka kegiatan perusahaan diarahkan menjadi lebih luas. Hal ini diwujudkan dengan perubahan bidang usaha penggergajian kayu menjadi perusahaan industri mebel. Dalam proses produksinya Rakabu Furniture Surakarta sudah menggunakan alat yang modern untuk memudahkan pekerjaan. Beberapa alat produksi yang dimiliki Rakabu Furniture antara lain 2 unit mesin pemotong, 3 unit mesin pembelah kayu, 3 unit bor bulat, 2 unit bor kotak, dan lain-lain. Daerah pemasaran awal bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan hanya mencakup Surakarta dan sekitarnya, kemudian perusahaan memperluas lagi ke berbagai kota di Indonesia. Pada tahun 1990 perusahaan sudah bisa menembus pasar Internasional, hingga saat ini daerah pemasaran di luar negeri 32 32

34 33 telah menembus berbagai negara antara lain Singapura, Taiwán, Hongkong, Australia. Setiap harinya industri ini beroperasi selama 8 jam yaitu dari jam dengan istirahat 1 jam, yaitu dari jam Dalam satu minggu industri ini libur satu hari, yaitu pada hari minggu sedangkan pada tanggal merah juga ikut libur. Jumlah tenaga kerja industri ini sebanyak 87 orang. Tahapan proses produksi pada Rakabu Furniture Surakarta dimulai dengan persetujuan perusahaan dengan buyer mengenai desain produk yang sudah dipesan. Tahapan pertama yaitu pemotongan kayu dan perakitannya menjadi mebel setengah jadi. Proses ini termasuk dalam proses bagian produksi. Setelah mebel setengah jadi siap selanjutnya masuk ke tahapan finishing. Adapun tahapan finishing tersebut antara lain : menghaluskan mebel, melakukan proses pewarnaan, memberi variasi untuk melengkapi desain dan meneliti hasil akhir produk yang sudah jadi. Setelah tahapan tersebut selesai maka mebel jadi telah siap untuk diekspor ke buyer. B. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Usia Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa usia minimal responden adalah 30 tahun dan usia maksimal responden adalah 49 tahun. Hasil wawancara dengan responden dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. 33

35 34 Peneliti menghitung tingkat signifikan dari usia antara 2 kelompok penelitian, sebagai berikut : Tabel 4.1 Uji statistik usia responden kelompok kontrol dan kelompok terpapar No Variabel Usia (Kelompok Penelitian) Rata-Rata Usia (tahun) Standart Deviasi Perbedaan (tahun) p (sig 2- tailed) 1 Terpapar 39,95 6,152 2 Kontrol 40,37 4,425 0,416 0,809 Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,809 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara usia pada kelompok terpapar (bagian produksi) dan kelompok kontrol (bagian finishing) dengan usia di dua kelompok penelitian tersebut relatif sama yaitu antara umur tahun. 2. Masa Kerja Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa masa kerja minimal responden 10 tahun dan masa kerja maksimal 18 tahun. Hasil wawancara dengan responden dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Peneliti menghitung tingkat signifikan masa kerja antara kelompok kontrol dengan kelompok terpapar, sebagai berikut : 34

36 35 Tabel 4.2 Uji statistik masa kerja antara responden kelompok kontrol dengan kelompok terpapar No Variabel Masa Kerja (Kelompok Penelitian) Rata-Rata Masa Kerja (tahun) Standar Deviasi 1 Terpapar 13,95 3,309 2 Kontrol 14,32 1,416 Perbedaan (tahun) p (sig 2- tailed) 0,363 0,660 Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,660 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara masa kerja pada kelompok terpapar (bagian produksi) dengan kelompok kontrol (bagian finishing). Hal ini berarti rata-rata masa kerja dua kelompok tersebut relatif sama. 3. IMT (Indeks Massa Tubuh) Berdasarkan hasil wawancara mengenai berat badan dan tinggi badan responden sehingga didapat hasil IMT (Indeks Massa Tubuh) melalui perhitungan dengan IMT minimal responden dan IMT maksimal 23,73. Hasil wawancara dengan responden mengenai berat badan, tinggi badan dan hasil IMT dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Peneliti juga melaksanakan uji statistik IMT pada responden kelompok terpapar dengan kelompok kontrol, sebagai berikut : 35

37 36 Tabel 4.3. Uji statistik IMT antara responden kelompok kontrol dengan kelompok terpapar No Variabel IMT (Kelompok Penelitian) Rata-Rata IMT Standar Deviasi Perbedaan p (sig 2- tailed) 1 Terpapar 22,80 0,461 2 Kontrol 22,70 0,458 0,100 0,496 Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,496 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara IMT (Indeks Massa Tubuh) pada kelompok terpapar (bagian produksi) dengan kelompok kontrol (bagian finishing). Hal ini berarti rata-rata IMT dua kelompok tersebut relatif sama. C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di ruang produksi dan ruang finishing. Pelaksanaan pengukuran dengan mengambil titik pengukuran yang disesuaikan luas lokasi ruang produksi dan finishing. Sehingga didapat 4 (empat) titik pengukuran di setiap lokasi dan dilakukan pengukuran setiap jam, sehingga pengukuran dilakukan 6 (enam) kali. 36

38 37 1. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Produksi Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Produksi No. Jam Rerata (dba) , , , , , ,4 Rata-rata 95,6 Intensitas kebisingan rata-rata dalam sehari adalah 95,6 dba. Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan mesin dan alat-alat lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan serta alat yang beroperasi untuk produksi sama, sehingga intensitas kebisingan tidak jauh berbeda dibandingkan hari-hari lainnya. 2. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Ruang Finishing Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan di Lokasi Bagian Finishing No. Jam Rerata (dba) , , , , , ,1 Rata-rata 76,3 Intensitas kebisingan rata-rata dalam sehari di ruang finishing adalah 76,3 dba. Selama penelitian dilakukan tidak ada penambahan mesin dan alat-alat lainnya yang dapat menambah intensitas kebisingan 37

39 38 serta alat yang beroperasi untuk produksi sama, sehingga intensitas kebisingan tidak jauh berbeda dibandingkan hari-hari lainnya. 3. Uji Statistik Intensitas Kebisingan pada Ruang Produksi dan Ruang Finishing Tabel 4.6. Uji Statistik Intensitas Kebisingan pada Ruang Produksi dan Ruang Finishing No Variabel Bising (Kelompok Penelitian) Rata-Rata Intensitas Kebisingan (dba) Standar Deviasi Perbedaan (dba) p (sig 2- tailed) 1 Terpapar (Produksi) 2 Kontrol (Finishing) 95,6 76, ,33 0,000 Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara intensitas kebisingan di ruang produksi dan ruang finishing. D. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pekerja Pengukuran tekanan darah dilakukan selama 4 (empat) hari, yaitu pengukuran di bagian produksi selama 2 (dua) hari dan di bagian finishing selama 2 (dua) hari. Setiap hari pengukuran dilakukan 2 (dua) kali, yaitu sebelum kerja dan sesudah kerja. Hasil pengukuran selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran. Berdasarkan data hasil pengukuran tekanan darah 38

40 39 sistolik dan diastolik tersebut kemudian dihitung tekanan darah rata-rata dengan rumus : TR = TD + 1/3 (TS TD) mmhg Keterangan : TR : Tekanan Darah Rata-rata TD : Tekanan Darah Diastolik TS : Tekanan Darah Sistolik 1. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Kelompok Terpapar (Pekerja Bagian Produksi) Tekanan darah yang diukur pada hari pertama dan kedua didapatkan tekanan darah rata-rata, yaitu sebagai berikut : Tabel 4.7. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Rata-Rata pada Pekerja Bagian Produksi Sebelum Bekerja (mmhg) Sesudah Bekerja (mmhg) No Nama TR 1 TR 2 TR TR 1 TR 2 TR 1 A B C D E F G H I J K bersambung 39

41 40 sambungan tabel L M N O P Q R S T U Keterangan : TR 1 : Tekanan darah rata-rata hari I TR 2 : Tekanan darah rata-rata hari II TR : Tekanan darah rata-rata hari I dan II Tabel 4.8. Hasil uji normalitas tekanan darah rata-rata pada pekerja bagian produksi Tekanan darah Rata-rata tekanan darah (mmhg) Standart Deviasi Uji Normalitas Sebelum kerja 96,44 3,363 0,763 Sesudah kerja 101,23 3,839 0,923 Berdasarkan uji normalitas data sebelum dan sesudah bekerja pada kelompok terpapar (bagian produksi) diperoleh 0,763 dan 0,923 yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal. 2. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Kelompok Kontrol (Pekerja Bagian Finishing) Tekanan darah yang diukur pada hari pertama dan kedua didapatkan tekanan darah rata-rata, yaitu sebagai berikut : 40

42 41 Tabel 4.9. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Rata-Rata pada Pekerja Bagian Finishing Sebelum Bekerja (mmhg) 41 Sesudah Bekerja (mmhg) No Nama TR 1 TR 2 TR TR 1 TR 2 TR 1 AA BB CC DD EE FF GG HH II JJ KK LL MM NN OO PP QQ RR SS Keterangan : TR 1 : Tekanan darah rata-rata hari I TR 2 : Tekanan darah rata-rata hari II TR : Tekanan darah rata-rata dari hari I dan II Tabel Hasil uji normalitas tekanan darah rata-rata pada pekerja bagian finishing Tekanan darah Rata-rata tekanan darah (mmhg) Standart Deviasi Uji Normalitas Sebelum kerja 96,09 2,146 0,648 Sesudah kerja 97,09 2,191 0,884

43 42 Berdasarkan uji normalitas data sebelum dan sesudah bekerja pada kelompok kontrol (bagian finishing) diperoleh hasil 0,648 dan 0,884 yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal. 3. Hasil Perhitungan Selisih Tekanan Darah Pekerja Kelompok Terpapar (Bagian Produksi) dan Kelompok Kontrol (Bagian Finishing) Selisih tekanan darah didapat dari selisih tekanan darah rata-rata sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja kelompok terpapar (bagian produksi) dan kelompok kontrol (bagian finishing). Hasil perhitungan selisih tekanan darah rata-rata pada kelompok terpapar dan kontrol dapat dilihat pada lampiran 10 dan 11. Tabel Hasil Uji Normalitas Data Selisih Tekanan Darah Selisih Tekanan darah Rata-rata selisih tekanan darah (mmhg) Standart Deviasi Uji Normalitas Kelompok Terpapar Kelompok Kontrol , ,989 Berdasarkan uji normalitas data selisih tekanan darah kelompok terpapar dan kelompok kontrol diperoleh 0,976 dan 0,989 yang berarti p>0,05, maka data tersebut berdistribusi normal. 42

44 43 E. Uji Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Tekanan Darah pada Pekerja Kelompok Terpapar (Bagian Produksi) dan Pekerja Kelompok Kontrol (Bagian Finishing) Adapun untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah maka peneliti melaksanakan uji perbedaan dengan menggunakan uji statistik independent sample t-test yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : 1. Uji Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Bekerja pada Pekerja Bagian Produksi dan Pekerja Bagian Finishing Hasil pengukuran tekanan darah sebelum bekerja pada pekerja bagian produksi dan finishing dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9. Tabel Hasil Uji Independent Sample t-test Sebelum Bekerja Tekanan darah Rata-rata (mmhg) Standard Deviasi Perbedaan (mmhg) Signifikansi (p) Kelompok Terpapar Kelompok Kontrol 96,44 3,363 96,09 2,146 0,90 0,702 Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,702 atau lebih dari 0,05 (p>0,05) yang berarti hasilnya tidak signifikan. Sehingga tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sebelum kerja pada pekerja bagian produksi dan pekerja bagian finishing. Hal ini berarti rata-rata tekanan darah tenaga kerja sebelum kerja pada kedua kelompok tersebut sama. 43

45 44 2. Uji Perbedaan Tekanan Darah Sesudah Bekerja pada Pekerja Bagian Produksi dan Pekerja Bagian Finishing Hasil pengukuran tekanan darah sesudah bekerja pada pekerja bagian produksi dan finishing dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9. Tabel Hasil Uji Independent Sample t-test Sesudah Bekerja Tekanan darah Rata-rata (mmhg) Standard Deviasi Perbedaan (mmhg) Signifikansi (p) Kelompok Terpapar 101,23 3,839 Kelompok Kontrol 97,09 2,191 4,13 0,000 Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara tekanan darah sesudah kerja pada kedua kelompok tersebut. 3. Uji Perbedaan Selisih Tekanan Darah Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Bekerja pada Pekerja Bagian Produksi dan Pekerja Bagian Finishing Selisih tekanan darah didapat dari selisih tekanan darah rata-rata sebelum dan sesudah bekerja pada pekerja di ruang produksi dan ruang finishing. 44

46 45 Tabel Hasil Uji Independent Sample t-test Selisih Tekanan Darah Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Bekerja Tekanan darah Rata-rata (mmhg) Standard Deviasi Perbedaan (mmhg) Signifikansi (p) Kelompok Terpapar 4,78 2,662 Kelompok Kontrol 0,99 1,523 3,786 0,000 Berdasarkan hasil uji statistik independent sample t-test dapat diketahui bahwa nilai p adalah 0,000 atau kurang dari 0,01 (p<0,01) yang berarti hasilnya sangat signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara selisih tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja pada kedua kelompok tersebut. 45

47 46 BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian 1. Usia Tenaga kerja yang diteliti atau yang digunakan sebagai sampel adalah yang berusia antara tahun. Berdasarkan teori yang ada pada umur tahun maka tekanan darah normalnya masih sama yaitu /70-90 mmhg (Oktia Woro, 1999). Rerata usia pada kelompok terpapar adalah 39,95±6,152 tahun dan pada kelompok kontrol 40,37±4,425 tahun. Berdasarkan uji statistik usia pada dua kelompok penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna, hal ini berarti rata-rata usia di kedua kelompok penelitian relatif sama. 2. Masa Kerja Masa kerja pekerja dalam penelitian ini antara tahun. Rerata masa kerja pada kelompok terpapar sebesar 13,95±3,309 tahun dan kelompok kontrol sebesar 14,32±1,416 tahun. Berdasarkan uji statistik masa kerja pada dua kelompok penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna, hal ini berarti rata-rata masa kerja di kedua kelompok penelitian relatif sama

48 47 Gangguan akibat bising akan mudah dialami oleh tenaga kerja yang bekerja dengan masa yang lebih lama, karena semakin lama tenaga kerja bekerja pada bagian dengan tingkat kebisingan yang tinggi, maka semakin tinggi risiko terpapar oleh kebisingan (Eva, 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini dikarenakan semakin lama masa kerja maka semakin lama pekerja terpapar kebisingan sehingga semakin mempengaruhi kenaikan tekanan darah. 3. Kegemukan Kegemukan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Adapun untuk mengendalikan masalah kegemukan, maka dalam penelitian ini peneliti menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) pekerja yang dihitung dari berat badan dan tinggi badan pekerja. Pekerja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pekerja dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) minimal 21,61 dan maksimal 23,73. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 17,0 termasuk dalam kategori kurus (kekurangan berat badan tingkat berat), untuk IMT antara 17,0 18,4 termasuk dalam kategori kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan), untuk IMT 18,5 25,0 termasuk dalam kategori normal, untuk IMT 25,1 27,0 termasuk dalam kategori gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan) dan untuk IMT lebih dari 27,0 termasuk dalam kategori gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat) (I Dewa Nyoman, 2001). 47

49 48 Adapun untuk mengendalikan adanya kegemukan maka peneliti menentukan bahwa responden memiliki IMT yang normal yaitu antara 18,5-25,0. Hal ini dikarenakan jika IMT lebih dari normal berarti pekerja termasuk dalam kategori gemuk. Kegemukan dapat memicu timbulnya beberapa penyakit kronis yang sangat serius seperti hipertensi (tekanan darah tinggi) (I Made C. Wirawan, 2009). Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa seluruh responden tidak mengalami kegemukan karena nilai IMT seluruh responden masih normal yaitu berada di antara 18,5 25,0. Rerata IMT pada kelompok terpapar adalah 22,80±0,461 dan kelompok kontrol sebesar 22,70±0,458. Berdasarkan uji statistik IMT di dua kelompok penelitian diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna, hal ini berarti rata-rata IMT di kedua kelompok penelitian relatif sama. Adapun dengan menyamakan karakteristik subjek penelitian di kedua kelompok penelitian tersebut berarti peneliti telah mengendalikan faktor-faktor berpengaruh terhadap tekanan darah. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan agar pengaruh naiknya tekanan darah pada pekerja bagian produksi hanya disebabkan oleh kebisingan. B. Analisis Intensitas Kebisingan Tempat Kerja Rata-rata intensitas kebisingan di ruang produksi dan ruang finishing yang dilakukan di 4 titik pengukuran selama sehari adalah 95,6±1.390 dba 48

50 49 dan 76,3±1.606 dba. Menurut Kepmenaker No. KEP 51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja menyebutkan bahwa Nilai Ambang Batas untuk pemajanan 8 jam per hari atau 40 jam satu minggu adalah sebesar 85 dba. Berdasarkan hasil uji statistik di kedua kelompok penelitian didapat kesimpulan bahwa terdapat perbedaan intensitas kebisingan yang bermakna di ruang produksi dan di ruang finishing. Berdasarkan hasil pengukuran di ruang produksi dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan di ruang produksi melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Sedangkan hasil pengukuran di ruang finishing disimpulkan bahwa intensitas kebisingannya masih dibawah Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan. Dalam bekerja semua pekerja tidak memakai alat pelindung telinga. Sehingga intensitas kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Menurut Roestam (2004), bahwa kebisingan dapat menyebabkan gangguan kesehatan berupa peningkatan tekanan darah dan gangguan lain seperti gangguan psikologis, gangguan komunikasi, gangguan keseimbangan dan efek pada pendengaran yaitu ketulian. C. Analisis Tekanan Darah Tenaga Kerja Tekanan darah tenaga kerja diukur dengan menggunakan spygmomanometer digital. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah bekerja. 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain 5). Apabila

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi tinggi, diharapkan industri dapat berproduksi. yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi tinggi, diharapkan industri dapat berproduksi. yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan industrilisasi tidak terlepas dari peningkatan teknologi modern. Seiring dengan adanya mekanisme dalam dunia industri yang menggunakan teknologi tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pembangunan industri di indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Sebagian besar waktu usia produktif akan dilewatkan di tempat kerja. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Definisi Kebisingan Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran

Lebih terperinci

kenaikan tekanan darah atau hipertensi. [1]

kenaikan tekanan darah atau hipertensi. [1] BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah tinggi telah menjadi bahan kajian dan studi utama kebisingan di lingkungan kerja. Penelitian-penelitian mengindikasikan bahwa

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi : BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja,

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia industri khususnya industri tekstil semakin meningkat dan akan memberikan dampak positif maupun negatif kepada manusia, terutama para pekerja. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bising merupakan faktor fisik lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory seperti stress

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini menggunakan Explanatory research yaitu penelitian yang menghubungkan antara variabel melalui pengujian hipotesa yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabelvariabel,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabelvariabel, 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabelvariabel, melalui pengujian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dunia Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi yang tinggi, penggunaan bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks. Namun demikian, penerapan

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri textile merupakan industri yang sebagian proses produksinya menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, misalnya seperti mesin winding, warping, zising, riching,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang

Kebisingan KEBISINGAN. Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang KEBISINGAN Dedy Try Yuliando Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara,

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: IKSAN ISMANTO J300003 PROGRAM STUDI GIZI DIII FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi di Indonesia rata-rata meliputi 17% - 21% dari keseluruhan populasi orang dewasa artinya, 1 di antara 5 orang dewasa menderita hipertensi. Penderita hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan sejalan dengan penetapan status Bandara Adisutjipto

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan sejalan dengan penetapan status Bandara Adisutjipto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandara Adisutjipto Yogyakarta berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan R.I. Nomor KM 90/19991 ditetapkan sebagai bandara internasional. Kegiatan, frekuensi, dan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin 1 BAB I PENDAHULUAN Teknologi dalam industri diterapkan untuk mempermudah pekerjaan dan meningkatkan hasil kerja. Mesin-mesin dalam industri merupakan terapan dari teknologi canggih yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya perubahan proses produksi. Sebelum kemajuan teknologi, pekerjaan di bidang industri hanya menggunakan alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan eksplanatory reseach dimana menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Penelitian ini membagi sampel

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu 5 BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori ini sangat membantu untuk dapat memahami suatu sistem. Selain dari itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system. Dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang dilaksanakan menggunakan teknologi modern dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik 72 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus

Lebih terperinci

PERBEDAAN TEKANAN DARAH RATA-RATA PADA INTENSITAS KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NAB TENAGA KERJA CV GION & RAHAYU KARTASURA

PERBEDAAN TEKANAN DARAH RATA-RATA PADA INTENSITAS KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NAB TENAGA KERJA CV GION & RAHAYU KARTASURA PERBEDAAN TEKANAN DARAH RATA-RATA PADA INTENSITAS KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NAB TENAGA KERJA CV GION & RAHAYU KARTASURA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari

BAB I PENDAHULUAN. industri untuk senantiasa memperhatikan manusia sebagai human center dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi di suatu negara merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kehidupan global telah mendorong dunia industri untuk senantiasa memperhatikan

Lebih terperinci

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI 63 TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI Nyoman Surayasa 1), I Made Tapayasa 2), I Wayan Putrayadnya 3) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode analitik observasional dengan cara pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan produktivitas perusahaan pemerintah telah mengambil kebijakan khususnya tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Selain bermanfaat untuk perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiburan seperti mempublikasikan film, lagu, video, game online dan lain

BAB I PENDAHULUAN. hiburan seperti mempublikasikan film, lagu, video, game online dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup di jaman ini semakin lama semakin modern, semua benda-benda yang ada di sekitar kita sekarang ini merupakan produk-produk yang kian lama semakin canggih. Sebagai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Salah satu diantaranya adalah lingkungan kerja yang bebas dari kebisingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menilai risiko kesehatan paparan bising pada pekerja di PT X yang terpapar dan tidak terpapar kebisingan. III.1. Kerangka Kerja

Lebih terperinci

Blood Pressure and Noise (Studies to Meubel Employees at Bukir Village, Gadingrejo District, Pasuruan City)

Blood Pressure and Noise (Studies to Meubel Employees at Bukir Village, Gadingrejo District, Pasuruan City) Tekanan Darah dan Kebisingan (Studi pada Pekerja Mebel di Kelurahan Bukir Kecamatan Gadingrejo Kota Pasuruan) Blood Pressure and Noise (Studies to Meubel Employees at Bukir Village, Gadingrejo District,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar di dalam telinga. Namun bunyi tersebut dapat menimbulkan kebisingan di telinga manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang mengakibatkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik. Berbagai sumber berbahaya di tempat

Lebih terperinci

DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS

DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS Zuhdi Ismail (M0208062) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta A. Pendahuluan Bising didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat pada pengurangan kapasitas dan ketahanan tubuh. Kelelahan merupakan

Lebih terperinci

PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR BISING DI BAGIAN TENUN DEPARTEMEN WEAVING SHUTTLE LOOM PT. DAYA MANUNGGAL SALATIGA

PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR BISING DI BAGIAN TENUN DEPARTEMEN WEAVING SHUTTLE LOOM PT. DAYA MANUNGGAL SALATIGA PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR BISING DI BAGIAN TENUN DEPARTEMEN WEAVING SHUTTLE LOOM PT. DAYA MANUNGGAL SALATIGA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado.

Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado. Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado. 1 Shinly Suzana Montolalu 2 Wenny Supit 2 Vennetia R. Danes 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan Banyakprodo Tirtomoyo. Jumlah remaja laki- laki yang dilakukan pengukuran berjumlah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan diastolik lebih dari 90 mmhg (Chobanian dkk, 2004). Hipertensi adalah suatu gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telinga (Perhimpunan Ahli Telinga, Hidung, dan Tenggorokan Indonesia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telinga (Perhimpunan Ahli Telinga, Hidung, dan Tenggorokan Indonesia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kebisingan Suara adalah sensasi yang sewaktu vibrasi longitudinal dari molekulmolekul udara, yang berupa gelombang mencapai membrana timpani dari telinga (Perhimpunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama. Peningkatan atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional, dimana variabel kualitas hidup lansia penderita hipertensi yang mengikuti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan di bidang industri dari industri tradisioal menjadi industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menciptakan persaingan dan kompetisi dalam sebuah pekerjaan. Indonesia sebagai negara berkembang dalam menghadapi globalisasi telah meningkatkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan 2.1.1 Pengertian Kebisingan Bising pada umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki (WHO, 1995). Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak

Lebih terperinci

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT.

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Lingkungan Kerja Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Definisi Kebisingan Adalah bunyi yang tidak menyenangkan, bunyi yg menggangu. Pengukuran : - Sound level meter - Mikrofon - Sound Analyzer ALAT

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi, atau yang sering disebut dengan hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi dan kematian yang cukup

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden yang Memengaruhi Tekanan Darah Beberapa faktor yang memengaruhi tekanan darah antara lain usia, riwayat hipertensi, dan aktivitas atau pekerjaan. Menurut tabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti mencoba untuk mencari hubungan variabel paparan getaran mekanis

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti mencoba untuk mencari hubungan variabel paparan getaran mekanis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode Observasional Analitik, yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Peneliti mencoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebisingan menurutpermenakertrans No. 13 Tahun 2011Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika yaitu Intensitas bising adalah Suara yang tidak diinginkan akan memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia tersebut, tidak hanya perubahan

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) pada perusahaan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) pada perusahaan di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja ( K3) pada perusahaan di Indonesia umumnya masih dianggap rendah dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapore

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau World Health Organization (WHO) (2014), mendeklarasikan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau World Health Organization (WHO) (2014), mendeklarasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan unsur yang terdiri dari jasmani dan rohani yang tidak terpisahkan karena masuk dalam satu kesatuan yang utuh sehingga dapat menunjang tercapainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan 2.1.1 Pengertian Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

Karakteristik Umum Responden

Karakteristik Umum Responden mengonsumsinya, kelompok jarang jika belum tentu seminggu sekali mengonsumsinya dan kelompok tidak pernah jika tidak pernah makanan yg mengandung lemak jenuh. Makanan berlemak adalah makanan yang banyak

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Menurut Notoatmodjo (2012) yaitu pengambilan kesimpulan dilakukan

Lebih terperinci

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah upaya kesehatan lingkungan yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian Dalam pembangunan di Indonesia, industri akan terus berkembang sampai tingkat industri maju. Seperti diketahui bahwa hampir semua jenis industri mempergunakan

Lebih terperinci

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA GROUND HANDLING PT. GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI KOTA MANADO Raudhah Nur Amalia Makalalag*, Angela

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah keilmuan tentang fisika medis.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah keilmuan tentang fisika medis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah keilmuan tentang fisika medis. 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Hartati R

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Hartati R PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR KEBISINGAN MELEBIHI NAB DI UNIT BOILER BATUBARA PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka membangun perekonomian, maka perkembangan industri sedang berlangsung dengan menggunakan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka membangun perekonomian, maka perkembangan industri sedang berlangsung dengan menggunakan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka membangun perekonomian, maka perkembangan industri sedang berlangsung dengan menggunakan semakin luas dan beraneka ragam teknologi modern. Proses pengembangan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun. BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional untuk melihat gambaran secara deskriptif analisis mengenai faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

LAPORAN PRAKTIKUM JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN LAPORAN PRAKTIKUM JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN Mata Kuliah : Penyehatan Udara Materi Pokok : Pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter (SLM) Hari/Tanggal : Senin, 22 September 2014 Waktu : 09.00-13.00

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Posyandu lansia desa Bibis

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN EAR PLUG TERHADAP STATUS TEKANAN DARAH PADA TENAGA KERJA DI PENGGILINGAN PADI MAKMUR POJOK MUNGGUR KARANGANYAR SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN EAR PLUG TERHADAP STATUS TEKANAN DARAH PADA TENAGA KERJA DI PENGGILINGAN PADI MAKMUR POJOK MUNGGUR KARANGANYAR SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN EAR PLUG TERHADAP STATUS TEKANAN DARAH PADA TENAGA KERJA DI PENGGILINGAN PADI MAKMUR POJOK MUNGGUR KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. milimeter air raksa (mmhg) (Guyton, 2014). Berdasarkan Seventh Joint National BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tekanan Darah 1. Definisi Tekanan Darah Menurut Guyton, tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang dinyatakan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci