PENGARUH PENAMDAHAN POLIETILENA, POLIPROPILENA DAN POLISTIRENA TERHADAP SIFAT MEKANIK AKRILONITRIL DUTADIENA STIRENA (ADS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENAMDAHAN POLIETILENA, POLIPROPILENA DAN POLISTIRENA TERHADAP SIFAT MEKANIK AKRILONITRIL DUTADIENA STIRENA (ADS)"

Transkripsi

1 Prosiding Pertemuan llmiah lbnu Pengetahuan dan TeknoLogi Bahan 2002 Serpong, Oktoher 2002 ISSN PENGARUH PENAMDAHAN POLIETILENA, POLIPROPILENA DAN POLISTIRENA TERHADAP SIFAT MEKANIK AKRILONITRIL DUTADIENA STIRENA (ADS) lndra Gunawan, Sudirman dan Aloma KK. Puslitbang Iptek Bahan (P3IB) -BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang ABSTRAK PENGARUH PENAMDAHAN POLIETILENA, POLIPROPILENA DAN POLISTIRENA TERHADAP SIFAT MEKANIK AKRILONITRIL DUTADIENA STIRENA (ADS). Telah dilakukan pembuatan polyblend ABS-LDPE, ABS-PP clan ABS-PS dengan tujuan untuk memperoleh bahan yang memiliki sifat-sifat lebih baik dibandingkan bahan polimer penyusunnya. Karakterisasi sifat mekanik yang dilakukan adalah pengukuran yield strength. tensile strength. elongation at break. Derajat kristalinitas bahan yang akan dihubungkan dengan sifat mekanik bahan dihitung dengan metoda difraksi sinar-x (XRD). Pembuatan poiyblend ABS-LDPE dilakukan dengan terlebih dahulu mencampur ABS ditambah LDPE dengan perbandingan prosentase traksi berat 5, 15,25,40,50,60 clan 70 % sebanyak 40 gram kemudian dimasukkan ke dalam labo plastomill clan dipanaskan pada suhu 130.C selama 10 menit dengan rotasi blending 30 rpm. Dengan carr yang sarna, pembuatan poiyblend ABS-PP clan ABS- PS dilakukan. Dari ketiga jenis polyblend yaitu ABS-LDPE, ABS-PP, clan ABS-PS, yang memiliki sifat mekanik terbaik adalah ABS dengan bahan pengisi PS 5 % berat dengan karakteristik adalah: Kekuatan luluh (yield strength) = 32, 22 N/mm2, Kekuatan putus (tensile strength) = 21,48 N/mm2, Perpanjangan putus (elongation at break) = 228,57 %. Kala kunci..polipaduan, sifat mekanik, derajat kristajinitas. ABSTRACT THE EFFECT OF POLYETHYLENE, POLYPROPYLENE AND POLYSTYRENE ADDITION TO THE MECHANICAL PROPETIES OF ACRYLONYTRILE BUTADIENE STYRENE (ABS). The preparation of ABS-LDPE, ABS-PP and ABS-PS polyblend was commited to get the better properties of material in respect of the origins. The characterization of mechanical properties was measured. The degree of polymer crystallinity that is related to its mechanical properties was measured by using X-ray diffraction method (XRD). The preparation of ABS-LDPE was done by mixing the ABS and LDPE at various compositions of5, 15,25,40,50,60 and 70 % w/w ofldpe. A total amountof40 grams the mixture was heated in the labo plastomill apparatus at 130.C for 10 minutes with the blending rotation was 30 rpm. The same procedure was done with the other polymers PP and PS. It was found that the polyblend of ABS with 5 % PS had the best mechanical properties, ie: yield strength = N/mm2, tensile strength = N/mm2, elongation at break = %. Key words: Polyblend, mechanical properties, deg!ee of crystallinity PENDAHULUAN Polimer dalam peranalulya sebagai produk bahan industri yang dapat memenuhi keperluan hidup manusia, selalu teijadi interaksi dengan faktor lingkungan, seperti : cuaca, radiasi, pemanasan dan kelembaban. Akibat interaksi tersebut diatas memungkinkan terjadi perubahan struktur yang dapat mengurangi daya tahan polimer tersebut, termasuk pacta sifat fisik dan mekaniknya. Disamping faktor lingkungan yang mempengaruhi sifat-sifat polimer juga faktor struktur molekul, seperti : stereoregularity dankristalinitas [1]. Untuk itu perlu dilakukan upaya mempetbaiki ketahanan bahan polimer terhadap interaksi dimaksud, dan mempertahankan sifat stereo regularity dan kristalinitasnya. Salah satu cara untuk mendapatkan polimer dengan sifat lebih baik dapat dilakukan dengan pencampuran antara dua atau lebih bahim polimer sehingga terbentuk polipaduan (polyblend). Polyblend yang terbentuk setelah melalui proses pencampuran berupa mi.5cible blend dan immi.5cible blend. Secara umum campuran polimer cenderung tidak saling terlarut (totally immi.5cible), dengan pengecualian pacta beberapa campuran polimer seperti PVC dengan ABS. Dengan menggunakan parameter kelarutan, dapat diperkirakan kelarutan (miscibility) dati campuran polimer tergantung berat molekulnya, semakin tinggi berat molekul semakin berkurang kelarutannya. Sifat mekanik juga dipengaruhi oleh rasa kristalin alan amort 44

2 Pengaruh Penamhahan Polietilena, Polipropilena dan Polistirena Terhadap Sifat Mekanik Akrilonitril Butadiena Stirena (ABS) (lndra Gunawan) dati suatu polimer, penurunan derajat kristalinitas akan menurunkan sifat mekaniknya. Polipaduan basil proses blending antara polikarbonat (PC) dengan akrilonitril butadiena stirena (ABS), poliamida (PA) dengan ABS, polistirena dengan polibutadiena dan antara poly etilen tereptalat (PET) dengan poli vinil alkohol (PVA) yang dikenal dengan nama komersial high impact poly.\'tyrene. Keempat jenis polyblend tersebut termasuk immi.cible blend, sedangkan antara polivinilklorida (PVC) dengan ABS termasuk miscible blend [2,3]. Perubahan immiscible blend menjadi miscible blend dapat dilakukan dengan cara menambahkan bahan copolymer, seperti p-(hexafluoro-2-hydroxyisopropyl} styrene [4]. Tujuan pembuatanpolyblend agar diperoleh bahan yang lebih unggul dibandingkan bahan polimer penyusunnya, seperti polyblend antara polipropilena oksida (PPO) dengan polistirena (PS) diperoleh bahan polyblendyang mempunyai sifat ketahanan panas yang tinggi dan tangguh [4]. Polyblend antara poliuretan dengan ABS akan didapatkan bahan yang mempunyai ketahanan abrasi dan tahan tumbukan, begitu juga antara polibutilena tereptalat (PBT) dengan ABS akan didapatkan bahanpolyblendyangtahan sifatkimia dan tahan tumbukan [5]. Polimer ABS yang selama ini perkembangannya sangat pesat, masih mempunyai sifat kurang kuat terhadap gaya yang diterima, perpanjangan putus yang masih rendah, bersifat getas, dan harganya yang masih mahal [4]. Dengan pembuatan polipaduan diharapkan sifat-sifat polimer ABS akan lebih baik. Bahan polipaduan (polyblend) adalah pencampuran secara fisik dari bahan polimer yang berstruktur molekul tidak sarna, dimana kekuatan kedua bahan polimer tersebut akan saling mempengaruhi dengan atau tanpa reaksi [5]. Kualitas basil campuran polipaduan sangat dipengaruhi oleh kompatibilitas, bentuk sistem rasa, ukuran serta cara pencampurannya [6]. Pada makalah ini akan dilaporkan studi awal untuk mendapatkan bahan polimer dengan sifat -sifat yang baru yaitu dengan mempelajari pengaruh penambahan LDPE,PP, PS didalam ABS terhadap sifat mekanik (yield strength. ten.\'ile strength dan perpanjangan putus) dan analisis derajat kristalinitas denganxrd (X-ray Diffraction). Sintesis dan pengujian sifat mekanik polyblend ABS-LDPE, ABS-PP dan ABS- PS ABS dilakukan di P3TIR, Pasar Jumat, sedangkan karakterisasi kristalinitas bahan dilakukan di P3IB, Serpong. BAHAN DAN TATA KERJA Bahan-bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah : Akriionitril Butadiena Styrena (ABS) berjenis ABS Graft Type HRG-I40, diproduksi PT Risjad Brasali Industries, Cilegon. PoIietiIena (PE) berjenis densitas rendah (LDPE), diproduksi Sarnsung General Chemicals Co. Ltd. Korea. Polipropilena (PP), diproduksi PT Try Polita Indonesia Tbk., Cilegon. Polistyrena (PS), berjenis Polyron-SIII GP-710E. Alat uji sifat mekanik yang dipakai adalah Strograph-Rl Toyaseiki, dengan pencetak U-228 Pantos. Alat uji derajat kristalinitas adalah Difractometer Sinar- X,XD-610 Shimadzu. Pembuatan polyblend ABS-LDPE dilakukan dengan terlebih dahulu mencampur ABS ditambah LDPE dengan perbandingan prosentase fraksi berat 5, 15.25, 40, 50, 60 dad 70 % sebanyak 40 gram kemudian dimasukkan ke dalam labo plastornill dan dipanaskan pada suhu 130 C selama 10 menit dengan rotasi blending 30 rpm. Dengan cara yang sarna, pembuatan polyblend ABS-PP dan ABS-PS dilakukan. Hasil yang diperoleh berupa bahan polyblend yang terdiri dari ABS-LDPE, ABS-PP dan ABS-PS ABS dengan berbagai komposisi prosentase berat. Selanjutnya dicetak dengan hot press dad cold press menjadi bentuk lembaran film. Kemudian dilakukan karakterisasi meliputi : sifat mekanik (yield strength. tensile strength dad perpanjangan putus) dan analisis struktur dengan metoda XRD (X-ray Diffraction)/ difraksi sinal-x. Pengujian Sifat Mekanik Lembaran film bahan polyblend dipotong berbentuk dumb bell (ASTM D-1822-L), dan selurnh permukaan sampel hams bebas cacat seperti : goresan, retak dan rongga, selanjutnya potongan sampel dijepitkan pada penjepit mesin Toyoseki dengan jarak yang terlebih dahulu ditandai dengan dua garis sejajar. Alat uji kekuatan tarik Strograph RI kemudian dihubungkan dengan kompresor dad sampel disiapkan sedemikian rnpa sehingga tegangan yang diberikan akan terbagi merata pada penampang sampel, dengan crosshead speed mm/min dad recorder disiapkan dengan kecepatan 20 mm/men. Pengukuran dilakukan pada suhu kamar. Kondisi alat untuk menentukan perpanjangan putus sarna seperti yang digunakan untuk menentukan kuat tarik. Penentuan perpanjangan putus dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : AL EB= x % Lo dengan: EB = perpanjangan putus (%) L\L = pertambahan panjang pada saat putus (cm) Lo = panjang potongan sampel mula-mula (cm) Analisis Derajat Kristalinitas Penentuan derajat kristalinitas dilakukan dengan 45

3 Prosiding Perlemuan llmiah llmu Pengetahuan dun Teknologi Bahan 2002 Serpong, Oktober 2002 ISSN menggunakan metoda difraksi sinai-x. Perhitungan derajat kristalinitas dilakukan dengan membandingkan luasan puncak kristalin yang mempunyai intensitas menajam clan tinggi, terhadap luasan puncak amorfyang ditunjukkan oleh pola difraksi yang melebar clan landai. Alat yang digunakan adalah Difraktometer sinar-x (XRD) Shimadzu XD 610, target CuKa., tegangan 60 KV; arus 20 ma, sudut hamburan 28 = 5-60, kecepatan sapuan 4 o/medit. BASIL DAN PEMBABASAN Data-data uji sifatmekanikyang meliputiyield strength. tensile strength, perpanjangan putus dati polyblend ABS-LDPE, ABS-PP dan ABS-PS tertera pada Tabell, Tabel2, dan Tabel 3, dan lebih jelas terlihat pada Gambar l, Ganlbar 2 dan Gambar 3. Yield strength (kekuatan luluh) adalah ketahan suatu bahan terhadap deformasi plastis yang terjadi. Dari Gambar 1 yang menyatakan hubungan antara variasi komposisi bahan pengisi di dalam matriks ABS terhadap yield strength terlihat bahwayield strength polyblend ABS-LDPE cenderung turun dan mencapai harga not pada penambahan 15 % -70 % berat LDPE sebagai bahan pengisi. Fenomena penurunan yield strength dan mencapai harga nol pada penambahan bahan pengisi Tabell. Yield.vtrength polyblend ABS dengan penambahan polimer LDPE, PP dan PS pada berbagai komposisi. Jenis polimer yang ditambahkan - Yield strength pada variasi komposisi bahan pengisi (0/0) - PS _I. 0 0 Tabel 2. Tensile strength polyblend ABS dengan penambahan polimer LDPE, PP dan PS berbagai komposisi Jenis vollmer yang ditambahkan LOPE 0 21,0 pp 21,0 20,5 PS 21,0 Tensile.rtrength pada variasi komposisi bahan pengisi (%) ,1 15,8 14,0 8,7 21,5 15,2 27, ,4 27,4 40 SO 11,7 29,6 7,4 11,0 27,0 60 6,9 14,0 28,6 70 6,6 15,9 29,6 12,6 43,0 33,8 Tabel 3. Perpanjangan putus polyblend ABS dengan penambajlan polimer LDPE, PP dan PS berbagai komposisi Tabel 4. Oerajat kristalinitas polyblend ABS dengan penambahan polimer LOPE, PP dad PS berbagai komposisi Jenis polimer yang ditambahkan Derajat kristalinitas pada variagi komposisi bahan pengisi (%) 0 IS LDPE 16,6 18,31 18,71 pp 16,6 PS 16,6 18,88 19,78 16,9 18,75 24,29 20,42 28,16 21,35 28,33 18, ,43 39,89 18,34 39,39 46,31 19,77 46

4 Pengaruh Penambahan Polietikna, Polipropikna dan Pomt;rena Terhadap Sifat Mekanik Akrilonitril Butadiena Stirena (ABS) (Indra Gunawan) Komposisi bahan pengisi (% be rat) Gambar 1. Yield strength polyblend ABS dengan penambahan polimer LDPE, PP dad PS pada berbagai komposisi Komposlsl bahan penglsl (% berat) Gambar 2. en.site strength potybtend ABS dengan penambahan polimer LDPE, PP dad PS pada berbagai komposisi %- 70 %beratjuga nampakpadapolyblend ABS-Pp, hal ini mungkin dikarenakan pada penambahan ballad pengisi LDPE dan PP lebih dati 15 % menyebabkan terbentuknya butiran-butiran kristal LDPE ataupun PP di dalam matriks karet ABS dad menyebabkan peningkatan rasa gelas dati polimer ABS yang kaku dan getas (mudah patall). Dispersi butiran-butiran kristal LDPE ataupun PP di dalam matriks karet ABS yang cenderung tidak tercampur (immi.cible) menyebabkan peningkatan luas interface, seperti diketahui interface adalah daerah yang relatiflemah terhadap tegangan pada 0 r-.-ldpe[ --- 1/1 800 ', I pp, Co 600 ' i c -6-PS ' CI 400,;.".;.,.,.,,1 200 C "co C- o.. GI Q. 0.Ii,.li" Komposisi bahan pengisi (% berat) I saat pemberian beban. Pads polyblend ABS-PS terdapat nilai maksimum yield strength pads penambahan 5 % PS. hal ini dikarenakan pada penambahan PS dengan komposisi relatif rendah, susunan rasa karet dad rasa gelas dati ABS yang terikat silang tidak terganggu oleh polimer PS yang cenderung amorj, dengan kalimat lain terjadi pencampuran yang relatifhomogen antara ABS dengan PS. Akan tetapi pada penambahan bahan pengisi 1 S % - % berat PS kedalam matriks ABS fenomena penguatan sifat mekanik ABS tidak terjadi, sebaliknya menyebabkan penurunan nilai yield strength dad mencapai harga Dol. Tensile Strength adalah kekuatan putus suatu bahan yang dihitung dari pembagian antara gaya maksimum yang mampu ditanggung bahan terhadap luas penampang bahan mula-mula. Dari Gambar 2 yang menyatakan hubungan antara variasi komposisi bahan pengisi di dalam matriks ABS terhadap tensile strength terlihat bahwa ten.rile strength polyblend ABS-LDPE cenderung turun dad mencapai harga minimum pada penamba.ltan 50 % berat LDPE sebagai bahan pengisi. Demikian juga tensile.rtrength polyblend ABS-PP cenderung turun dad mencapai harga minimum pads penalnbahan 70 % berat LDPE sebagai bahan pengisi. Pada polyblend ABS-PS terlihat bahwa kekuatan tarik (tensile strength) cenderung mengalami peningkatan dengan bertambahnya komposisi bahan pengisi. Dari ketiga polyblend yaitu ABS-LDPE, ABS-PP dad ABS-PS, terlihat bahwa jenis dad jumlah bahan pengisi sangat mempengaruhi kekuatan mekanik dari bahan polyblend. Penambahan bahan pengisi dengan derajat kristalinitas relatifbesar yaitu lebih dari 40 % seperti LDPE, dad PP menyebabkan sifat mekanik tensile strength polyblend cenderung berkurang. Penambahan bahan pengisi dengan derajat kristalinitas rendah seperti PS menyebabkan sifat mekanik tensile.rtrength polyblend cenderung meningkat. Elongation at break (perpanjangan putus) adalah persentase perubahan panjang bahan setelah (;I""hll' 1. P.:rp:lllj;llIg;'" liulu!' l'iiij"'/nd..\iis d':lig:l1l 11':11:111111:111:111 11mi111.:r LI>PI':. PP d;11i I'S li:ld:l li.:rll:lg:li k(lliip"sjsj (;t""bllr 4, IJl:ra,ial krini'llillilan r..1)111':1i0,\lis J':lIg:III "';1\'1111",.11'111 ""Iilll"r 11)1'1':. 1'1'.1;111 I'S ""l!" ""r""g"i k"iii""ni,,i 47

5 1\ Prosiding Pertemuan lbniah llmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2002 Serpong, Oktober 2002 ISSN dikenai gaya tarik. Adapaun data-data perpanjangan putus dati polyblend ABS-LDPE, ABS-PP, dad ABS- PS tertera pacta Tabel 3 dad Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa LD PE mernpunyai tx:rpalljangan putus lebih besar dibanding polimer ABS, hal ini dikarenakan LDPE adalah suatu polimer termoplastik yang memiliki elastisitas relatiftinggi, sehingga LDPE memiliki sifat mulur lebih book dibanding ABS. Pacta bahan polyblend ABS-LDPE terlihat bahwa pembahan perpanjangan putus tidak terlihat pacta penambahan LDPE25%-60%. Pacta penarnbahan LDPE dengan komposisi 5 % berat terjadi peningkatan perpanjangan putus dibanding yang dimiliki oleh ABS, dikarenakan pacta komposisi bahan pengisi relatif rendah terjadi pencampuran relatifbaik dad menyebabkan rasa karet dad rasa gelas dati ABS yang terikat silang masih saling menguatkan. Fenomena sarna terlihat pacta polyblend ABS-PP. Sedangkan untuk polyblend ABS-PS terlihat bahwa PS tidak memiliki nilai perpanjangan putus, karena PS termasukpolimer termoplastik, tidak elastomer bersifatfracture (getas) dad kaku. Didalam polyblend ABS-PS dengan komposisi bahan pengisi PS sebesar 25 0/0, 40 %, 50 %, 60 % dan 70 % memiliki sifat kaku dan getas yang ditunjukkan dengan tidak adanya perpanjangan putus bahan polyblend ABS-PS, hal ini dikarenakan pacta penambahan bahan pengisi dengan komposisi relatifbesar tidak menyebabkan homogenitas bahan menjadi lebih baik. Jadi untuk mendapatkan bahan polipaduan dengan perpanjangan putus yang baik adalah dengan komposisi bahan pengisi relatif rendah yaitu 50/0. Hubungan Derajat Kristalinitas dengan Sifat Mekanik ABS adalah polimer yang terbentuk dati tiga monomer yaitu akrilonitril, butadiena dan stirena. Akrilonitril butadiena stirena adalah resin yang mengandung dua rasa yaitu rasa karet (rubber) terbentuk dari kopolimer stirena-akrilonitril di dalam matrik gelas terbentuk oleh kopolimer stirena-butadiena. Struktur dan derajat kristalinitas ABS dengan sendirinya dipengaruhi oleh komposisi kedua rasa dan bagaiman kedua rasa ini saling berikatan silang (grafting). Pola difraksi sinar-x polimer ABS, LDPE, PP dan PS tertera pada gambar 5a, 5b, 5c dan 5d. Dari pola difraksi sinar-x untuk polimer ABS, LDPE, PP dan PS terlihat bahwa rasa amorfiebih banyak terdapat pada polimer ABS dan PS yang ditandai dengan adanya puncak difraksi yang melebar dan landai yaitu Gambar 5a dan 5d. Sedan untuk bahan polimer LD PE dan PP didominasi fasa kristalin yang ditunjukkan oleh pola difraksi yang menajam dan tinggi yaitu Gambar 5b dan Gambar 5c. Pola difraksi sinar-x polyblend ABS-PP pada komposisi PP 5 %, 25 %, 40 % dan 70 % ditunjukkan dengan Gambar 6a-6d. Dari hubungan antara sifat mekanik bahan terhadap komposisi bahan pengisi dad hubungan antara derajat kristalinitas bahan dengan komposisi bahan pengisi maka dapat dibuat suatu hubungan antara derajat kristalinitas terhadap sifat om 20- -;,.", =, Jan= Z - "",. \!,&j);,."."" -f.".: : / \ (a) ': l"!"'tt1':i;"nttn:r:::::::: ;,.." 3) " 3) jj OJ..)) ".,. co..j..) Gambar 5. Pola difraksi sinar-x untuk polimer (c) PP, dad (d) PS (a) ABS, (b) LDPE 48

6 Pengaruh Penamhahan Polietilena. Polipropilena dan Polistirena Terhadap Sifat Mekanik Akrilonitril Butadiena Stirena (ABS)(Indra Gunawan)..-' J:! 3%»., in j..1...'""-...'.. (a).1...,..,:,..,,--",, ".""","';;'., " " u» " " " D.."";": DJ). 3"', ; laj!.,.., =, lsd- IQ ""; IDi.. "", I»i «D, "', D'. (b) / """""-""""""-., "."""""""""""".""""""""""""""""1,. " " n YI ". II J!.. act (dit.,.",... IS)' 'VJ _. mi; i,0» - ""; I In/, (d) D) l-)' ", 'jml""t'"'itjmij""i""i""i""i""""",,""l J, " J) J$., OJ " 8) 1. (',,&jol) Gambar 6. Pola difraksi sinar-x polyblend ABS-PP dengan komposisi PP (a) 5%, (b) 250/.. (c) 40% dan (d) 70% mekanik bahan. Garnbar 7 menluljukkan hublulgan antara derajat kristalinitas bahan terhadap tensile strength. Dari Gambar 7 tersebut terlihat pada penambahan LDPE sebagai bahan pengisi menaikkan derajat kristalinitas bahan, tetapi tidak menaikkan nilai tensile strength dari bahan paduano Fenomena yang samajuga tampak untuk bahan pengisi PP. Fenomena ini dicoba dijelaskan dati struktur bahan polimer ABS dad LDPE. ABS adalah po Ii mer yang terbentuk dati tiga monomer yaitu akrilonitril, butadiena dan stirena, serta mengandlulg dua rasa yaitu rasa karet (rubber) yang kontinum dad elastis, terbentuk dati kopolimer stirena-akrilonitril di dalam matrik gelas yang mudah pecah, tetrentuk oleh kopolimer stirena-butadiena. Penambahan LDPE yang memiliki derajat kristalinitas sekitar 40 % menyebabkan ten.\'i Ie..trength polyblend ABS-LDPE didominasi oleh sifat gelas ABS yangfracture (mudah pecah), kristal LDPE mungkin mengisi rasa karet (rubber) dati polimer ABS dad kristal LDPE ini menyebabkan rasa karet yang kontinum dari ABS terputus secara diskrit, dan elastisitas bahan menjadi hilang dengan kalimat lain polyblend ABS-LDPE adalah paduan yang tidak saling bercampur (imi.scible blend). Dapat disimpulkan penambahan LDPE dad PP dengan derajat kristalinitas relatiftinggi yaitu sekitar 40 % pacta matriks ABS tidak memperbaiki sifat mekanik polyblend, dikarenakan terjadi inhomogenity alan imi.\'cible blend pacta pencampuran dua po Ii mer dimaksud. Akan tetapi pacta pencampuran dengan PS sebagai bahan pengisi sifat mekanik yang ditluljukkan dengan tensile strength semakin meningkat dengan metungkatnya derajat kristalinitas bahan. Jadi dengan menjaga derajat kristalinitas bahan kurang dati 20 % diperkirakan akan meningkatkan sifat mekanik bahan. KESIMPULAN 1. Pada penambahan LDPE sebagai bahan pengisi dengan komposisi 5 % berat memper1ihatkan sifat kekuatan putus dan perpanjangan putus 1ebih baik dibanding po1imer ABS tanpa bahan pengisi. 2. Pengaruh penambahan PP pada po1imer ABS dalam bentuk polyblend menurunkan sifat kekuatan 1u1uh, kekuatan putus dan perpanjangan putus po1imer ABS, kecua1i pada penambahan PP 5% berat memperlihatkan nilai perpanjangan putus lebih baik dibanding po1imer ABS tanpa bahan pengisi. 3. Pengaruh penambahan PS terhadap polimer ABS akan cenderung meningkatkan nilai kekuatan putus polimer ABS dikarenakan derajat kristalinitas PS relatif rendah menyebabkan susunan rasa karet dan rasa ge1as dari polimer ABS saling terikat sehingga meningkatkan kekuatan putus ABS. 4. Dari ketigajenispolyblendyaituabs-ldpe, ABS- PP, dan ABS-PS, yang memiliki sifat mekanik lebih baik dibanding ABS adalah ABS dengan bahan pengisi PS 5 % berat dengan karakteristik adalah : kekuatan 1uluh = 32, 22 N/mm2, kekuatan putus = 21,48 N/mm2, Perpanjangan putus = 228,57 % 49

7 Pro.siding Pertemuan llmiah llmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2002.\'erpong, Oktober 2002 ISSN DAFTAR PUSTAKA 50

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari satuan-satuan kimia sederhana yang disebut monomer, Misalnya etilena, propilena, isobutilena dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polietilena termasuk jenis polimer termoplastik, yaitu jenis plastik yang dapat didaur ulang dengan proses pemanasan. Keunggulan dari polietilena adalah tahan terhadap

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Termoplastik Elastomer (TPE) adalah plastik yang dapat melunak apabila dipanaskan dan akan kembali kebentuk semula ketika dalam keadaan dingin juga dapat

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN TERMAL KOMPOSIT LDPE -IRGANOK

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN TERMAL KOMPOSIT LDPE -IRGANOK Karakterisasi Sifat Mekanik dun Termal Komposit LDPE -lrganok (Sugik So) KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK DAN TERMAL KOMPOSIT LDPE -IRGANOK Sugik S, Aloma K. K., SudirmaD dad Evy H Puslitbang Iptek Bahan(P3IB)

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA 100% %...3. transparan (Gambar 2a), sedangkan HDPE. untuk pengukuran perpanjangan Kemudian sampel ditarik sampai putus

HASIL DA PEMBAHASA 100% %...3. transparan (Gambar 2a), sedangkan HDPE. untuk pengukuran perpanjangan Kemudian sampel ditarik sampai putus 4 untuk pengukuran perpanjangan putus. Kemudian sampel ditarik sampai putus dengan kecepatan 1 mm/menit sehingga dapat diketahui besarnya gaya maksimum dan panjang sampel saat putus. Pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER Ely Sulistya Ningsih 1, Sri Mulyadi 1, Yuli Yetri 2 Jurusan Fisika, FMIPA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bagian ini menjelaskan mengenai landasan teori yang akan dijadikan panduan dalam pembuatan compound rubber. 2.2 PROSES VULKANISASI Proses vulkanisasi kompon

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KARET ALAM CAIR TERHADAP SIFAT TERMAL POLYBLEND ELASTOMER TERMOPLASTIK

PENGARUH PENAMBAHAN KARET ALAM CAIR TERHADAP SIFAT TERMAL POLYBLEND ELASTOMER TERMOPLASTIK PENGARUH PENAMBAHAN KARET ALAM CAIR TERHADAP SIFAT TERMAL POLYBLEND ELASTOMER TERMOPLASTIK (EFFECT OF LIQUID NATURAL RUBBER ADDITION ON THERMAL PROPERTIES OF ELASTOMER THERMOPLASTIC POLYBLEND) Sugik S.,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini meliputi hasil analisa kekuatan tarik (Tensile Strength) dan analisa morfologi (SEM) material Thermoplastic Elastomer (TPE) pada berbagai komposisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polistiren adalah salah satu contoh polimer adisi yang disintesis dari monomer stiren. Pada suhu ruangan, polistirena biasanya bersifat termoplastik padat dan dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa.

TINJAUAN PUSTAKA. Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. TINJAUAN PUSTAKA Plastik Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri atas unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLIMER KOMPOSIT POLIPROPILEN DENGAN FILLER TEPUNG TAPIOKA UNTUK BAHAN KEMASAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLIMER KOMPOSIT POLIPROPILEN DENGAN FILLER TEPUNG TAPIOKA UNTUK BAHAN KEMASAN Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science Vol. 12, No. 1, Oktober 2010, hal : 24-29 ISSN : 1411-1098 Akreditasi LIPI Nomor : 452/D/2010 Tanggal 6 Mei 2010 SINTESIS DAN KARAKTERISASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengunaan material komposit mulai banyak dikembangakan dalam dunia industri manufaktur. Material komposit yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang kembali, merupakan

Lebih terperinci

SIFAT MEKANIK, STRUKTURMIKRO DAN SIFAT MAGNETIK MAGNET KOMPOSIT SrO.6Fe 2. O 3 (SrM)-POLIMER TERMOPLASTIK DAN TERMOSET

SIFAT MEKANIK, STRUKTURMIKRO DAN SIFAT MAGNETIK MAGNET KOMPOSIT SrO.6Fe 2. O 3 (SrM)-POLIMER TERMOPLASTIK DAN TERMOSET Akreditasi LIPI Nomor : 452/D/2010 Tanggal 6 Mei 2010 SIFAT MEKANIK, STRUKTURMIKRO DAN SIFAT MAGNETIK MAGNET KOMPOSIT SrO.6Fe 2 (SrM)-POLIMER TERMOPLASTIK DAN TERMOSET ABSTRAK Grace Tj. Sulungbudi,Aloma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi pembuatan komposit polimer yaitu dengan merekayasa material pada saat ini sudah berkembang pesat. Pembuatan komposit polimer tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN SBR DAN NR TERHADAP SIFAT FISIKA KOMPON KARET PACKING CAP RADIATOR

PENGARUH PENGGUNAAN SBR DAN NR TERHADAP SIFAT FISIKA KOMPON KARET PACKING CAP RADIATOR Nuyah Pengaruh Penggunaan SBR dan NR PENGARUH PENGGUNAAN SBR DAN NR TERHADAP SIFAT FISIKA KOMPON KARET PACKING CAP RADIATOR THE EFFECT OF STYRENE BUTADIENE RUBBER AND NATURAL RUBBER UTILIZATION ON PHYSICAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini berupa metode eksperimen. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh daun sukun dalam matrik polyethylene.

Lebih terperinci

Pengaruh Anti Oksidan Terhadap Kestabilan Sifat Fisis Bahan Polipaduan Polipropilena-Karet Alam: II. Studi Kristalinitas dan Struktur Molekul

Pengaruh Anti Oksidan Terhadap Kestabilan Sifat Fisis Bahan Polipaduan Polipropilena-Karet Alam: II. Studi Kristalinitas dan Struktur Molekul JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2006 Pengaruh Anti Oksidan Terhadap Kestabilan Sifat Fisis Bahan Polipaduan Polipropilena-Karet Alam: II. Studi Kristalinitas dan Struktur Molekul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini infrastruktur jalan raya di Indonesia masih merupakan masalah besar karena sebahagian jalan raya ini perlu peremajaan/perbaikan setiap tahunnya dan ini sangat

Lebih terperinci

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting Reni Silvia Nasution Program Studi Kimia, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia reni.nst03@yahoo.com Abstrak: Telah

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *)   ABSTRAK PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA Adriana *) email: si_adramzi@yahoo.co.id ABSTRAK Serat sabut kelapa merupakan limbah dari buah kelapa yang pemanfaatannya sangat terbatas. Polipropilena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN : Literatur Persiapan Bahan Penimbangan resin ABS dan graphite disesuaikan dengan fraksi volume Dispersi ABS dengan MEK Pencampuran ABS terdispersi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu (Askeland, 1985). Hasil

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Tepung Bulu Ayam dan Pati Kulit Pisang Terhadap Sifat Mekanik dan Biodegradabilitas Plastik Campuran Polipropilena Bekas

Pengaruh Penambahan Tepung Bulu Ayam dan Pati Kulit Pisang Terhadap Sifat Mekanik dan Biodegradabilitas Plastik Campuran Polipropilena Bekas ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 3, Juli 2016 Pengaruh Penambahan Tepung Bulu Ayam dan Pati Kulit Pisang Terhadap Sifat Mekanik dan Biodegradabilitas Plastik Campuran Polipropilena Bekas

Lebih terperinci

15. Silverstein. RM., Bassler. GC dan Morill. TC., (1991), Spectrometric Identification of Organic Compound, Jhon willey & sons, Inc, New York, 5.

15. Silverstein. RM., Bassler. GC dan Morill. TC., (1991), Spectrometric Identification of Organic Compound, Jhon willey & sons, Inc, New York, 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Malcolm. P. S, (2001), Kimia Polimer, Alih bahasa : Lis Sofyan, Pradyana Paramita, Jakarta, 6 2. Munakshi, P, (2001), Mechanical and Microstructure Studies on the Modification of CA Film

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PEMANFAATAN PMMA REGRIND YANG DIBLENDING DENGAN ABS DITINJAU DARI PERUBAHAN SIFAT MEKANIK TESIS

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PEMANFAATAN PMMA REGRIND YANG DIBLENDING DENGAN ABS DITINJAU DARI PERUBAHAN SIFAT MEKANIK TESIS UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PEMANFAATAN PMMA REGRIND YANG DIBLENDING DENGAN ABS DITINJAU DARI PERUBAHAN SIFAT MEKANIK TESIS ACHMAD NANDANG ROZIAFANTO 0806477024 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA Firmansyah, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: firman_bond007@yahoo.com

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya

KIMIA. Sesi. Polimer A. PENGELOMPOKAN POLIMER. a. Berdasarkan Asalnya KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 19 Sesi NGAN Polimer Polimer adalah suatu senyawa raksasa yang tersusun dari molekul kecil yang dirangkai berulang yang disebut monomer. Polimer merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional, maupun piranti ke dalam skala nanometer.

BAB I PENDAHULUAN. fungsional, maupun piranti ke dalam skala nanometer. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi telah membangkitkan perhatian yang sangat besar dari para ilmuwan di seluruh dunia, dan saat ini merupakan bidang riset yang paling bergairah. Nanoteknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan termoplastik elastomer berbasis NR berpotensi untuk meningkatkan sifat-sifat NR. Permasalahan utama blend PP dan NR adalah belum dapat dihasilkan blend

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di Laboratorium Material Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Proses penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisika FMIPA USU, Medan untuk pengolahan Bentonit alam dan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bandung

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Pada umumnya peralatan yang digunakan berada di Laboratorium Kimia Fisik Material, sedangkan untuk FTIR digunakan peralatan yang berada di Laboratorium

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLISTIRENA DENGAN BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR Tesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh RINA MELATI

Lebih terperinci

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti Senyawa Polimer 22 Maret 2013 Polimer (poly = banyak; mer = bagian) suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia Suatu polimer

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR

KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR KAJIAN PENGGUNAAN SERAT PLASTIK TERHADAP KUAT TARIK BELAH DAN KUAT TEKAN PADA CAMPURAN BETON TANPA AGREGAT KASAR Agustiar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh Email : ampenan70@gmail.com

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan

3 Percobaan. 3.1 Alat dan Bahan Alat Bahan 3 Percobaan 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas yang umum digunakan di laboratorium kimia, seperti gelas kimia, gelas ukur, cawan petri, labu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis merupakan polimer alam dengan monomer isoprena. Karet alam memiliki ikatan ganda dalam konfigurasi

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN HARDENER DENGAN RESIN POLYESTER TERHADAP KUAT TARIK DAN BENDING POLIMER TERMOSET

PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN HARDENER DENGAN RESIN POLYESTER TERHADAP KUAT TARIK DAN BENDING POLIMER TERMOSET PENGARUH KOMPOSISI CAMPURAN HARDENER DENGAN RESIN POLYESTER TERHADAP KUAT TARIK DAN BENDING POLIMER TERMOSET La Maaliku 1, Yuspian Gunawan 2, Aminur 2 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Pengaruh bahan pengisi serat kaca terhadap sifat fisik dan kristalinitas polipaduan PC/ABS

Pengaruh bahan pengisi serat kaca terhadap sifat fisik dan kristalinitas polipaduan PC/ABS Majalah Kulit, Karet, dan Plastik, 33(1), 43-48, 2017 Author(s), https://doi.org/10.20543/mkkp.v33i1.2770 Pengaruh bahan pengisi serat kaca terhadap sifat fisik dan kristalinitas polipaduan PC/ABS The

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimen. Metode eksperimen dilakukan mulai dari proses pembuatan atau fabrikasi komposit

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Analisis Sintesis PS dan Kopolimer PS-PHB Sintesis polistiren dan kopolimernya dengan polihidroksibutirat pada berbagai komposisi dilakukan dengan teknik polimerisasi radikal

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #13

Pembahasan Materi #13 1 TIN107 Material Teknik Pembahasan 2 Definisi Pengelompokkan Polimer Homopolimer dan Kopolimer Polimer Buatan Kegunaan Polimer 6623 - Taufiqur Rachman 1 Definisi 3 Polimer (Polymer) merupakan molekul

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KONDISI PENGUJIAN TARIK PADA FILM PLASTIK BOPP (BIAXIAL ORIENTED POLYPROPYLENE) SKRIPSI

STUDI PENGARUH KONDISI PENGUJIAN TARIK PADA FILM PLASTIK BOPP (BIAXIAL ORIENTED POLYPROPYLENE) SKRIPSI STUDI PENGARUH KONDISI PENGUJIAN TARIK PADA FILM PLASTIK BOPP (BIAXIAL ORIENTED POLYPROPYLENE) SKRIPSI Oleh ZULFIKAR RACHMAN AJI 040404072Y DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN

MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN MODUL PRAKTIKUM REKAYASA BAHAN Oleh : 1. Dyah Sawitri, ST.MT 2. Dr.-Ing. Doty Dewi Risanti, ST.MT 3. Lizda Johar Mawarani, ST.MT LABORATORIUM REKAYASA BAHAN JURUSAN TEKNIK FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

TIN107 Material Teknik. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN107 Material Teknik. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d 1 TIN107 Material Teknik Definisi 2 Polimer (Polymer) merupakan molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang molekul kecil yang terikat melalui ikatan kimia. Poly = banyak Mer = bagian

Lebih terperinci

Devy Lestari ( )

Devy Lestari ( ) Devy Lestari (0404517016) KOMPETENSI DASAR Menganalisis struktur, tata nama, sifat, penggolongan dan kegunaan polimer Mengintegrasikan kegunaan polimer dalam kehidupan sehari hari dengan struktur, tata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan karet alam untuk berbagai keperluan semakin meningkat seiring dengan kemajuan industri, di sisi lain menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran dimana

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 12 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2012. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu: Tahap 1. Pembuatan polimer khitosan dilakukan di UPT

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN Martoyo, Ahmad Paid, M.Suryadiman Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F 196 Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komposit polimer semakin berkembang dewasa ini, bersaing dengan komposit logam maupun keramik. Berbagai pemrosesan komposit terus dipacu, diarahkan ke sasaran produk

Lebih terperinci

TEKNOLOGI POLIMER. Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

TEKNOLOGI POLIMER. Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada KULIAH UMUM 2010 29 Desember 2010 TEKNOLOGI POLIMER Oleh: Rochmadi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo Urania Vol. 18 No. 3, Oktober 2012: 120 181 ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo Jan Setiawan, Futichah Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN

Lebih terperinci

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

Ilmu Bahan. Bahan Polimer Ilmu Bahan Bahan Polimer Bahan Polimer Polimer disebut juga makromolekul merupakan molekul besar yang dibentuk dengan pengulangan molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer berasal dari dua kata :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komposit merupakan salah satu jenis bahan yang dibuat dengan penggabungan dua atau lebih macam bahan yang mempunyai sifat yang berbeda menjadi satu material dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Alat yang digunakan selama proses persiapan matriks (plastik) dan serat adalah : 1. Gelas becker Gelas becker diguakan untuk wadah serat pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir kebutuhan plastik sangat banyak digunakan untuk berbagai aplikasi. Mulai dari kebutuhan rumah tangga sampai kebutuhan industri. Penggunaannya

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

PERANAN PENAMBAHAN NANO PARTIKEL BATU KAPUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN KETAHANAN TERMAL KOMPOSIT POLIETILEN DENSITAS TINGGI SKRIPSI

PERANAN PENAMBAHAN NANO PARTIKEL BATU KAPUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN KETAHANAN TERMAL KOMPOSIT POLIETILEN DENSITAS TINGGI SKRIPSI PERANAN PENAMBAHAN NANO PARTIKEL BATU KAPUR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN KETAHANAN TERMAL KOMPOSIT POLIETILEN DENSITAS TINGGI SKRIPSI RICHARD SAMBERA KELIAT 100822031 ` DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 2. Sifat mekanis Campuran Termoplastik HDPE /Nano Partikel ABKS(ABKS)

BAB 2. Sifat mekanis Campuran Termoplastik HDPE /Nano Partikel ABKS(ABKS) BAB 2 Sifat mekanis Campuran Termoplastik HDPE /Nano Partikel ABKS(ABKS) a b c Gambar 2.1 a, ABKS(ABKS) b. HDPE c, PE-g-MA Sifat mekanis nano komposit HDPE, Eva M.Ginting 17 Proses Pemurnian dan Pembuatan

Lebih terperinci

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 8, No.2, Mei 2017 1 Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag) Heri Yudiono 1, Rusiyanto 2, dan Kiswadi 3 1,2 Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 5. Sifat Mekanis Nano Komposit Bentonit

BAB 5. Sifat Mekanis Nano Komposit Bentonit BAB 5. Sifat Mekanis Nano Komposit Bentonit a b c Gambar 5.1a. a. Bentonit Alam b. PE-g-Ma c HDPE 5.1. Analisis Mekanik Nano Komposit Bentonit Alam dengan Proses Ball Mill Sifat mekanis nano komposit HDPE,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : - Hot Plate Stirer Coming PC 400 D - Beaker Glass Pyrex - Hot Press Gotech - Neraca Analitik Radwag

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN MIKRO SERBUK KULIT KERANG DARAH (ANADORA GRANOSA) TERHADAP KOMPOSIT EPOKSI-PS/SERBUK KULIT KERANG DARAH (SKKD) SKRIPSI

PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN MIKRO SERBUK KULIT KERANG DARAH (ANADORA GRANOSA) TERHADAP KOMPOSIT EPOKSI-PS/SERBUK KULIT KERANG DARAH (SKKD) SKRIPSI PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN MIKRO SERBUK KULIT KERANG DARAH (ANADORA GRANOSA) TERHADAP KOMPOSIT EPOKSI-PS/SERBUK KULIT KERANG DARAH (SKKD) SKRIPSI Oleh TOMMY ARISSA PUTRA 090405039 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

POLYPROPYLENE DENGAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI FILLER

POLYPROPYLENE DENGAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI FILLER Fibusi (JoF) Vol. 3 3, Desember 2015 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT POLYPROPYLENE DENGAN LIMBAH DAUN MANGGA SEBAGAI FILLER Erni Ernawaty 1 ; Rahmat Satoto 2* ; Dadi Rusdiana 3* 1,3Jurusan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK

TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,

Lebih terperinci

Galuh Intan Permata Sari

Galuh Intan Permata Sari PENGARUH MILLING TIME PADA PROSES MECHANICAL ALLOYING DALAM PEMBENTUKAN FASA INTERMETALIK γ-tial DENGAN MENGGUNAKAN HIGH ENERGY MILLING Dosen Pembimbing: 1. Hariyati Purwaningsih, S.Si, M.Si 2. Ir. Rochman

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. Ramlan 1, Masno Ginting 2, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi pada zaman modern ini, komposit polimer juga semakin berkembang,komposit polimer bersaing dengan komposit matriks logam maupun keramik.

Lebih terperinci

Pengaruh Parameter Pencampuran terhadap Keseragaman Bahan Pengikat

Pengaruh Parameter Pencampuran terhadap Keseragaman Bahan Pengikat Maulida / Jurnal Teknologi Proses 5(2) Juli 6: 148 15 154 Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 5(2) Juli 6: 151 155 ISSN 1412-7814 Pengaruh Parameter Pencampuran terhadap Keseragaman

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Polimer Apakah Polimer? Polimer adalah suatu material yang tersusun dari suatu rantai molekul secara berulang. Polimer tersusun dari unit-unit yang disebut dengan monomer Contoh-contoh polimer yang sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

PENENTUAN KEMBALI KOMPOSISI KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA SEBAGAI PERISAI RADIASI SINAR-X SESUAI KETENTUAN BAPETEN

PENENTUAN KEMBALI KOMPOSISI KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA SEBAGAI PERISAI RADIASI SINAR-X SESUAI KETENTUAN BAPETEN PENENTUAN KEMBALI KOMPOSISI KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA SEBAGAI PERISAI RADIASI SINAR-X SESUAI KETENTUAN BAPETEN Kristiyanti, Tri Harjanto, Suripto Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir - BATAN E-mail

Lebih terperinci

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5

Dari data di atas yang tergolong polimer jenis termoplastik adalah. A. 1 dan 5 B. 2 dan 5 Latihan contoh soal dan jawaban soal polimer Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar! 1. Polimer berikut yang tidak termasuk polimer alam adalah. A. tetoron B.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Proses pembuatan sampel dilakukan dengan menggunakan tabung HEM dan mesin MILLING dengan waktu yang bervariasi dari 2 jam dan 6 jam. Tabung HEM

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, sistem perhubungan merupakan salah satu nadi penggerak dalam menjalani satu kehidupan yang sistematik. Salah satu sistem perhubungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plastik Plastik merupakan senyawa polimer yang memiliki tingkat kekakuan struktur, dengan melakukan uji regangan diperoleh modulus sebesar 10 9 dynes/cm 2 atau lebih. Persyaratan

Lebih terperinci

EFEK PENAMBAHAN NANOCLAY TERHADAP SIFAT MEKANIK DARI BLENDING PET/PP

EFEK PENAMBAHAN NANOCLAY TERHADAP SIFAT MEKANIK DARI BLENDING PET/PP EFEK PENAMBAHAN NANOCLAY TERHADAP SIFAT MEKANIK DARI BLENDING PET/PP Heru Santoso 1*), Gatot Dwigustono 1 1 Sentra Teknologi Polimer Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung 460 Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampah dan produk-produk sampingan industri adalah salah satu unsur yang dapat membuat lingkungan tercemar dan karenanya harus dilakukan suatu usaha untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Alat Penelitian 1. Mesin electrospinning, berfungsi sebagai pembentuk serat nano.

BAB III METODE PENELITIAN Alat Penelitian 1. Mesin electrospinning, berfungsi sebagai pembentuk serat nano. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan penelitian Bahan penelitian yang digunaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. PVA gohsenol (polyvinyl alcohol). 2. Aquades. 3. Nano emulsi kitosan ukuran

Lebih terperinci

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL KEKUATAN MATERIAL Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami sifat-sifat material Mahasiswa memahami proses uji tarik Mahasiswa mampu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penggunaan plastik telah meluas hampir ke seluruh bidang kehidupan. Berbagai produk dan peralatan dihasilkan dari bahan ini karena dinilai lebih ekonomis, tidak mudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah seperti tumpahan minyak merupakan salah satu bentuk polusi yang dapat merusak lingkungan. Dampak dari tumpahan minyak ini dapat merusak ekosistem lingkungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan. 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengukur nilai sifat mekanis hasil sintesis dan kualitas hasil sintesis pada bahan dasar kaca laminating dan tempered. Sifat mekanis yang diukur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Material komposit merupakan suatu materi yang dibuat dari variasi penggunaan matrik polimer dengan suatu substrat yang dengan sengaja ditambahkan atau dicampurkan untuk

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) Citra Mardatillah Taufik, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci