PENGARUH PEMAKAIAN ALAT INTRA ORAL LEPASAN MANDIBULAR ADVANCEMENT DEVICE TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN MENDENGKUR (SNORING)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMAKAIAN ALAT INTRA ORAL LEPASAN MANDIBULAR ADVANCEMENT DEVICE TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN MENDENGKUR (SNORING)"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMAKAIAN ALAT INTRA ORAL LEPASAN MANDIBULAR ADVANCEMENT DEVICE TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN MENDENGKUR (SNORING) MAKALAH Disusun oleh: Drg. LISDA DAMAYANTI, Sp. Pros. NIP: BAGIAN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2009

2 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Identifikasi Masalah Penelitian 3. Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian. 5. Kerangka Pemikiran BAB II METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian.. 2. Populasi dan Sampel Penelitian. 3. Identifikasi Variabel Penelitian. 4. Alat Penelitian BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian.. 2. Pengujian Hipotesis.. 3. Pembahasan BAB IV KESIMPULAN. 14 DAFTAR PUSTAKA 15

3 PENDAHULUAN 1) Latar Belakang Penelitian Mendengkur merupakan bentuk ringan dari gangguan ini, terjadi karena adanya perubahan konfigurasi saluran nafas atas selama tidur yang menyebabkan vibrasi uvula dan palatum lunak. Mendengkur terjadi karena udara tidak mengalir dengan mulus melalui saluran pernafasan atau ketika jaringan lunak atau otot di saluran pernafasan bergetar. 1 Pada anatomi normal, saluran pernafasan atas merupakan suatu pipa jaringan lunak yang diatur oleh perluasan aktifitas otot rongga mulut, hidung sampai pipa bronkial. Aktifitas dari otot-otot tensor veli, levator veli palatini, genioglosus dan geniohioid mengatur posisi palatum lunak, uvula, lidah dan tulang hioid agar berada jauh dari dinding posterior faring. 1,2 Suara nafas pasien mendengkur disebabkan oleh lidah dan/atau tulang hioid dan lapisan atas jaringan lunak mendorong dinding posterior faring ketika pasien tidur dalam posisi telentang. Dalam usaha untuk mendapatkan oksigen yang cukup untuk paru-paru terjadi peningkatan kecepatan aliran udara yang melewati rongga pernafasan. Hal ini dapat menimbulkan jaringan menjadi bergetar. Getaran ini menimbulkan suara atau bunyi yang disebut dengan dengkuran. 3 Mendengkur dapat menjadi suatu tanda dari sleep apnea, suatu kondisi yang dapat menjadi sangat berbahaya. 4 Dokter gigi berperan untuk membantu mengatasi keluhan ini dengan pembuatan alat intra oral lepasan dan mengevaluasi pemeriksaan gangguan pernafasan pada saat tidur. 1 Mendengkur dipengaruhi oleh faktor usia, seiring dengan meningkatnya usia otot kerongkongan akan menjadi lemah dan dampak pada jaringan menjadi kendur dan bergetar. Dengan meningkatnya berat badan, lemak mengendap pada lidah, palatum lunak dan sekitar faring menyebabkan penyempitan saluran nafas. Penyebab mendengkur lainnya adalah palatum lunak yang tebal, polip yang membesar, alkohol atau obat-obat tertentu (seperti tranquilizer) dapat menyebabkan relaksasi yang berlebihan pada otot-otot di kerongkongan. 1 Gejala subjektif dari pasien mengenai kualitas dan kuantitas tidur dapat membantu dalam pembuatan alat intra oral lepasan. Alat ini memiliki 2 bentuk dasar yaitu Tongue Retaining Device (TRD) dan Mandibular Advancement Device (MAD), berfungsi untuk mencegah lidah mendekati dinding posterior faring sehingga saluran pernafasan tetap terbuka juga dapat mencegah tulang hioid bergerak ke posterior dan jaringan diatasnya yang dapat menutup saluran pernafasan atas. MAD merupakan plat single position, bergantung pada 1

4 ketepatan klinisi dalam menentukan posisi protrusif yaitu pasien diinstruksikan untuk memajukan rahang bawah kira-kira 50% pergerakan protrusif maksimal. 1 2) Identifikasi Masalah Penelitian 1. Berapa angka tingkat kebisingan mendengkur (desibel) pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral Mandibular Advancement Device (MAD)? 2. Apakah ada penurunan tingkat kebisingan mendengkur pada saat memakai alat intra oral Mandibular Advancement Device (MAD)? 3) Tujuan Penelitian 1. Mengetahui angka tingkat kebisingan mendengkur (desibel) pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral Mandibular Advancement Device (MAD). 2. Mengetahui adanya penurunan tingkat kebisingan mendengkur pada saat memakai alat intra oral Mandibular Advancement Device (MAD). 4) Kegunaan Penelitian 1. Memberikan alternatif perawatan untuk mengurangi tingkat kebisingan mendengkur dengan biaya yang relatif lebih murah dan aman, karena bahan mudah didapat dan dapat dibuat pada perlengkapan laboratorium gigi yang sederhana. 2. Memberikan sumbangan informasi ilmiah dalam rangka memulai pembuatan dan pengembangan alat intra oral lepasan MAD yang dibuat di laboratorium di bidang kedokteran gigi Indonesia. 5) Kerangka Pemikiran Mendengkur merupakan suara keras (berisik) selama tidur yang disebabkan oleh getaran uvula dan palatum lunak atau pada dasar lidah. Terjadi pada 40% pria dan 28% wanita, prevalensinya akan bertambah sesuai umur. 2 Pada saluran nafas atas pendengkur, terjadi obstruksi parsial karena lidah dan atau tulang hioid dan jaringan ikat yang melapisinya karena gaya gravitasi akan jatuh ke posterior ke arah dinding posterior faring saat posisi pasien tidur telentang. Makin sempit saluran nafas, makin besar vibrasi, makin keras suara dengkuran. 1,5 Perawatan pada pasien mendengkur tergantung pada etiologinya seperti adanya alergi, infeksi, kelainan anatomi saluran pernafasan atas, lidah atau lemak yang terdapat pada saluran 2

5 pernafasan atas. 5 Perawatan meliputi perubahan kebiasaan, pemakaian alat tekanan udara positif yang terus-menerus (CPAP), pemakaian alat intra oral lepasan, obat-obatan dan pembedahan. 1 Salah satu perawatan untuk mengatasi tingkat kebisingan mendengkur dengan menggunakan alat intra oral yang digunakan selama tidur yaitu Mandibular Advancement Device (MAD). Dengan pemakaian alat ini dasar lidah dan palatum lunak tertarik ke anterior karena otot palatoglosus menegang dan otot konstriktor faringeal terangkat oleh spina servikalis. 1,6 3

6 METODE PENELITIAN 1) Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental kuasi. Dengan menggunakan metode ini akan diperoleh informasi mengenai perubahan angka tingkat kebisingan mendengkur pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral lepasan Mandibular Advancement Device (MAD). 2) Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah pasien mendengkur. Metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling. Kriteria subjek penelitian adalah: 1. Dewasa, mendengkur 2. Jenis kelamin laki-laki atau perempuan 3. Belum pernah menggunakan alat intra oral lepasan MAD 4. Tidak terdapat kelainan pertumbuhan dan perkembangan 5. Hubungan rahang kelas I atau II 3) Identifikasi Variabel Penelitian A. Variabel Pengaruh Pemakaian Alat Intra Oral MAD Definisi Operasional: Alat intra oral lepasan terbuat dari heat cured acrylic transparan yang dipasangkan pada rongga mulut saat tidur. B. Variabel Terpengaruh Tingkat Kebisingan Mendengkur (ditunjukkan oleh angka desibel pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral MAD). Definisi operasional: Suara keras berisik yang terjadi terus-menerus, diukur dengan satuan logaritma desibel (arus energi per satuan luas dengan membandingkan kekuatan dasar kekuatan bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang dapat didengar telinga manusia). Satuan desibel diukur dari 10 hingga 130 atau bunyi terlemah yang masih bisa didengar hingga tingkat bunyi yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada telinga manusia dengan alat sound level meter. 4

7 4) Alat Penelitian Sebagai alat penelitian adalah alat intra oral MAD yang dibuat sendiri di laboratorium dari bahan heat cured acrylic transparan dan sound level meter merk Krisbow tipe KW untuk mengukur tingkat kebisingan mendengkur. Gambar 1. Alat Intra Oral MAD Gambar 2. Alat Sound Level Meter A. Alat-Alat Penunjang Penelitian 1) Alat dasar (kaca mulut, sonde, pinset) 2) Sendok cetak rahang atas dan rahang bawah 3) Rubber bowl dan spatula 4) Lekron dan pisau lilin 5

8 5) Artikulator simple hinge 6) Lampu spiritus 7) Kaliper geser 8) Kertas artikulasi 9) Bur dan mata bur 10) Kuvet 11) Mikromotor B. Bahan Penelitian 1) Alginat 2) Lilin merah 3) Spiritus 4) Gips putih dan moldano 5) Akrilik transparan (heat cured acrylic) C. Cara Penelitian 1) Persiapan penelitian Pada penelitian ini, alat intra oral lepasan MAD dibuat sendiri di laboratorium Prostodonsia RSGM FKG Unpad dengan disain yang telah ditentukan yaitu posisi mandibula dimajukan sampai posisi edge to edge dan garis median rahang atas dan rahang bawah satu garis lurus. 2) Prosedur pembuatan alat intra oral lepasan MAD a) Pencetakan rahang atas dan rahang bawah pasien mendengkur Bahan cetak yang digunakan adalah alginat quick setting. Hasil cetakan dicor gips batu untuk mendapatkan model kerja. b) Pengukuran dimensi vertikal dan gigitan lilin Pasien diinstruksikan untuk memajukan mandibula sampai posisi edge to edge dengan garis median rahang atas dan rahang bawah satu garis. Lilin lunak digigitkan pada posisi tersebut, ditahan sampai mengeras. Ketinggian dimensi vertikal disesuaikan dengan tinggi dimensi vertikal fisiologis. Kemudian lilin dikeluarkan dari rongga mulut. 6

9 Gambar 3. Penentuan Posisi Gigitan Lilin c) Pemasangan gigitan lilin pada model kerja yang telah di block out d) Model kerja dipasang pada okludator e) Merapikan model lilin rahang atas dan rahang bawah pada model kerja f) Pemendaman g) Pembuangan lilin h) Pengisian (Packing) dengan akrilik transparan i) Pemolesan dan penyelesaian 3) Pemasangan alat intra oral lepasan MAD a) Alat dipasangkan ke dalam rongga mulut pasien sesuai posisi yang telah ditentukan Gambar 4. Pemasangan Alat Intra Oral MAD b) Diperhatikan retensi alat dan teraan di bagian antomi gigi agar tidak ada bagian yang menekan. c) Instruksi cara pemasangan, pelepasan dan perawatan alat. d) Kontrol 3 hari setelah pemasangan dan instruksi cara pemakaian sound level meter kepada pasien dan orang terdekat pasien. 7

10 4) Pengamatan Pencatatan dilakukan pada saat subjek penelitian tidur telentang oleh orang terdekat pasien pada malam hari pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral MAD selama 3 malam berturut-turut yang diukur dengan menggunakan alat sound level meter sehingga didapatkan angka rata-rata desibel pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral lepasan MAD. D. Analisa Data Data dianalisa dengan menggunakan rumus uji T untuk data berpasangan dengan menggunakan analisis software SPSS Pengujian hipotesis menggunakan uji data berpasangan dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 5%. E. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan sejak bulan Oktober 2007, pembuatan alat di Laboratorium Prostodonsia RSGM FKG Unpad dan pemasangan alat di klinik PPDGS Instalasi Prostodonsia RSGM FKG Unpad. Pengukuran tingkat kebisingan mendengkur dengan alat sound level meter dilakukan oleh orang terdekat pasien di rumah masing-masing. 8

11 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1) Hasil Penelitian Hasil pengukurannya diperlihatkan dalam lampiran 1, data selanjutnya dihitung statistiknya yaitu rata-rata hitung, simpangan baku (std), dan perubahan tingkat kebisingan mendengkur pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral MAD selama 3 malam berturut-turut dengan uji statistik T seperti terlihat dalam tabel 1, tabel 2. Tabel 1 Rata-Rata Tingkat Kebisingan Mendengkur pada Saat Tidak Memakai dan Saat Memakai Alat Intra Oral MAD Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Tingkat Kebisingan Mendengkur Saat Tidak Memakai Alat Intra Oral MAD Tingkat Kebisingan Mendengkur Saat Memakai Alat Intra Oral MAD Analisis: Rata-rata tingkat kebisingan mendengkur 5 pasien saat tidak memakai alat intra oral MAD sebesar 67,1800 desibel (dengan standar deviasi dan standar error ). Hasil ini menurun saat pemakaian alat intra oral MAD dengan rata-rata tingkat kebisingan mendengkur sebesar desibel (dengan standar deviasi dan standar error ). 9

12 Tabel 2 Perubahan Rata-Rata Tingkat kebisingan Mendengkur pada Saat Tidak Memakai dan Saat memakai Alat Intra Oral MAD Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference t df Sig. (2-tailed) Lower Upper Tingkat Kebisingan Mendengkur Saat Tidak Memakai dan Saat Memakai Alat Intra Oral MAD Taraf signifikansi α = 5%. 2) Pengujian Hipotesis Hipotesis 1: Dengan pemakaian alat intra oral MAD terjadi penurunan tingkat kebisingan mendengkur. Pendukung: Hasil pengujian menggunakan uji T untuk data berpasangan dapat dilihat pada tabel 2 dengan langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut: 1. H 0 : Rata-rata tingkat kebisingan mendengkur pasien saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral MAD adalah sama. 2. H 1 : Rata-rata tingkat kebisingan mendengkur pasien saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral MAD adalah tidak sama. 3. Dipilih tingkat signifikansi (α) sebesar 5%. 4. Daerah kritis: Tolak H 0 jika α>sig, karena diperoleh hasil α = 0.05 > sig. (2- tailed) = sangat kecil (mendekati nol), maka H 0 ditolak. Dengan kata lain, pada tingkat signifikansi 5% rata-rata tingkat kebisingan mendengkur pada saat tidak memakai dan saat memakai alat intra oral MAD adalah tidak sama. Kesimpulan: Pemakaian alat intra oral MAD dapat menurunkan rata-rata tingkat kebisingan mendengkur pasien. 10

13 3) Pembahasan Dari hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa alat intra oral MAD yang terbuat dari heat cured akrilik transparan yang dipasangkan dalam rongga mulut dengan posisi mandibula edge to edge dan dimensi vertikal sesuai dengan dimensi vertikal saat istirahat fisiologis menyebabkan saluran nafas tetap terbuka. Hal ini disebabkan karena alat MAD mencegah lidah dan atau tulang hioid dan jaringan ikat yang melapisinya mendekati dinding posterior faring. 1,5 Berdasarkan kemungkinan etiologi dari lima pasien penelitian diluar pemeriksaan antomi saluran nafas atas bahwa penyebab mendengkur empat pasien adalah kelebihan berat badan, tiga pasien laki-laki mempunyai kebiasaan merokok dan satu pasien diantaranya disertai adanya kebiasaan mengkonsumsi minuman berakohol dan alergi cuaca dingin, debu yang menyebabkan sumbatan pada hidung sehingga aliran udara melalui hidung terbatas. Sedangkan satu pasien lainnya disebabkan karena faktor usia. Kelebihan berat badan menyebabkan jaringan di faring menjadi lemah dan menyebabkan suara dengkuran bila bernafas. 5 Dengan banyaknya timbunan lemak di leher akan menyebabkan saluran nafas menyempit. 2 Dengan bertambahnya usia, otot-otot faring menjadi lemah menyebabkan jaringan sekitarnya menjadi kendur sehingga ruangan faring menyempit. 5 Kebiasaan sosial seperti mengkonsumsi minuman berakohol menyebabkan otot-otot faring menjadi relaks, jaringan sekitar faring menjadi kendur dan bergetar. 1,5 Kebiasaan merokok menyebabkan iritasi pada membran saluran pernafasan atas yang menyebabkan suara dengkuran semakin keras. Adanya sumbatan pada hidung yang disebabkan oleh alergi menyebabkan aliran udara melalui hidung terbatas juga menjadi salah satu penyebab mendengkur. 5 Pada pasien no 1, terjadi kesulitan untuk pemakaian yang lama dari alat MAD, setiap kurang lebih satu jam sekali sering terbangun karena kesulitan bernafas melalui hidung. Pasien mempunyai kebiasaan bernafas melalui mulut, hampir setiap pagi hari rongga hidung selalu basah dan bersin-bersin, hal ini lebih terasa lagi apabila udara sangat dingin dan berdebu. Meskipun demikian menurut orang terdekat terdapat penurunan tingkat kebisingan mendengkur saat alat MAD dipakai. Untuk mengatasi hal ini, maka pasien disarankan untuk berobat ke dokter spesialis THT, sedangkan pada alat MAD dibuat lubang di antara rahang atas dan rahang bawah di regio anterior agar pasien tidak kesulitan bernafas melalui mulut 11

14 dan tidak sering terbangun. Saat alat MAD yang telah dilubangi dipakai, pasien merasa lebih nyaman, tidak terlalu sering terbangun pada saat tidur. Pada pasien lainnya keluhan terjadi pada hari pertama dan kedua setelah pemasangan. Keluhan yang terjadi adalah pegal pada sendi, linu pada gigi geligi, rahang terasa kaku dan bibir terasa kering. Keluhan ini berangsur-angsur berkurang setelah alat dilepas beberapa jam pada pagi harinya dan dilakukan kontrol pada hari ke-3 untuk menghilangkan bagian yang terasa menekan. Keluhan yang dirasakan oleh pasien bersifat sementara, untuk mengatasi keluhan ini dapat diberikan obat analgetik dan sebelum pemakaian alat digunakan pelembab bibir. 1 Berdasarkan hasil penelitian, alat intra oral MAD dengan disain memajukan mandibula sampai posisi edge to edge dengan garis median rahang atas dan rahang bawah satu garis lurus, efektif untuk menurunkan tingkat kebisingan mendengkur. Dengan pemakaian alat ini dasar lidah dan palatum lunak tertarik ke anterior karena otot palatoglosus menegang, otot konstriktor faringeal terangkat oleh spina servikalis yang mencegah lidah mendekati dinding posterior faring dan mencegah tulang hioid bergerak ke posterior sehingga saluran nafas tetap terbuka. 1 Keberhasilan pemakaian alat intra oral MAD terlihat dari penurunan rata-rata tingkat kebisingan mendengkur. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ivanhoe (2000) bahwa alat intra oral MAD efektif untuk menurunkan tingkat kebisingan mendengkur. 1 Ketelitian dan kecermatan hasil pencatatan tingkat kebisingan mendengkur (desibel) pada alat sound level meter dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kemampuan, ketelitian pengamatan dan kelelahan mata orang terdekat pasien. Untuk meminimalkan kesalahan dan mendeteksi keakuratan, maka dalam penelitian ini dilakukan pengulangan pencatatan angka desibel dengan alat sound level meter sebanyak tiga kali yaitu pada tiga malam berturut-turut oleh orang terdekat pasien dan dilakukan pencatatan angka minimum dan maksimum serta perhitungan untuk mengetahui rata-rata angka desibel pasien. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa alat intra oral MAD dapat digunakan untuk mengatasi tingkat kebisingan mendengkur yang cukup valid dan dokter gigi sangat berperan untuk membantu mengatasi tingkat kebisingan mendengkur dengan pembuatan alat intra oral lepasan MAD. Keberhasilan pemakaian alat akan sangat berhasil apabila disertai dengan kerjasama dengan dokter yang terkait seperti dokter spesialis tht-kl, ahli gizi, ahli syaraf dan lain-lain. Keluhan 12

15 gangguan mendengkur disertai dengan pemeriksaan polysomnography yaitu pemeriksaan gold standar untuk menegakkan diagnosa dengan cara mengukur sleep stage, airflow, respiratory effort, gerakan dinding dada, heart rate dan pulse oximetry akan sangat mendukung. Begitu pula dengan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan kepala dan leher, observasi terhadap pola pernafasan dan kualitas percakapan pasien akan sangat mendukung. Juga pemeriksaan neuromuskular dengan memeriksa saraf ke V, IX, X, XI, dan XII untuk menilai kontrol motorik dan koordinasi dari proses menelan, fonasi dan respirasi. 13

16 KESIMPULAN 1. Alat intra oral Mandibular Advancement Device (MAD) dengan disain memajukan mandibula sampai posisi edge to edge dan garis median rahang atas dan rahang bawah satu garis efektif menurunkan tingkat kebisingan mendengkur. 2. Pemasangan alat intra oral MAD harus retentif dan nyaman agar tetap menahan mandibula pada posisinya sepanjang tidur malam. 3. Keluhan yang terjadi pada sendi, gigi geligi menjadi linu bersifat sementara, beberapa jam setelah alat dilepas pada pagi harinya keluhan berangsur-angsur hilang. 4. Modifikasi disain alat dapat dilakukan agar pasien merasa lebih nyaman dan mengurangi keluhan yang berarti pada saat memakai alat intra oral lepasan MAD. 14

17 DAFTAR PUSTAKA 1. Taylor TD. Clinical maxillofacial prosthetics. In: John R. Ivanhoe. Treatment of upper airway sleep disorder patients with dental device. Quintessence Publishing Co, Inc p Fairbanks DN, Mickelson SA, Woodson BT. Snoring and obstructive sleep apnea. 3rd ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins p Truelson JM. Snoring and sleep apnea. 1 st ed. Dallas: American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Foundation, Inc p Ivanhoe JR. Treatment of upper airway sleep disorder patients with dental devices. Quintessence Publishing. Co. Inc p Walker RP. Snoring and obstructive sleep apnea. In: Calhom KH (eds). Head and neck surgery-otolaryngology. 3 rd ed. Vol 2. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI

RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI TIDUR Tidur suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa Tidur dibagi menjadi 2 fase : 1. Active sleep / rapid eye movement (REM) 2. Quid

Lebih terperinci

PENANGANAN PENDERITA SLEEP APNEA DAN KEBIASAAN MENDENGKUR

PENANGANAN PENDERITA SLEEP APNEA DAN KEBIASAAN MENDENGKUR PENANGANAN PENDERITA SLEEP APNEA DAN KEBIASAAN MENDENGKUR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : DORINDA NIM : 060600126 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN GIGITIRUAN LEPASAN TERHADAP PERTUMBUHAN

PENGARUH PEMAKAIAN GIGITIRUAN LEPASAN TERHADAP PERTUMBUHAN Lampiran 1 Kerangka Konsep Skripsi PENGARUH PEMAKAIAN GIGITIRUAN LEPASAN TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans PADA PASIEN KLINIK PROSTODONSIA RSGMP FKG USU PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2010 Perawatan Prostodonsia

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Distribusi Usia pada Pengukuran Dimensi Vertikal Fisiologis Pada penelitian ini menggunakan subjek penelitian sebanyak 170 sampel yang memenuhi kriteria penelitian. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Edentulus penuh merupakan suatu keadaan tak bergigi atau tanpa gigi di dalam mulut. 1 Edentulus penuh memberikan pengaruh pada kesehatan fisik dan mental yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Hasil Analisis Univariat Analisis Statistik Deskriptif Lama Kehilangan, Usia dan Ekstrusi Gigi Antagonis

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Hasil Analisis Univariat Analisis Statistik Deskriptif Lama Kehilangan, Usia dan Ekstrusi Gigi Antagonis BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini, jumlah sampel yang memenuhi kriteria penelitian adalah sebanyak 40 sampel. Sampel pada penelitian ini berupa model studi pasien gigi tiruan sebagian (GTS) dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sampel yang di peroleh sebanyak 24 sampel dari cetakan pada saat lepas bracket. 0 Ideal 2 8,33 2 8,33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sampel yang di peroleh sebanyak 24 sampel dari cetakan pada saat lepas bracket. 0 Ideal 2 8,33 2 8,33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN I. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Kepada Yth: Selamat Pagi/ Siang, Saya Tan Piao Sheng, mahasiswa yang sedang menjalani program pendidikan sarjana pada Fakultas Kedokteran Gigi,.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian Ilmu Kedokteran Gigi yang terkonsentrasi untuk mengawasi, membimbing, dan mengoreksi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan perlekatan yang merupakan hubungan antara mukosa dan gigi tiruan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan perlekatan yang merupakan hubungan antara mukosa dan gigi tiruan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retensi dan stabilisasi suatu gigi tiruan saling berkaitan. Retensi berkenaan dengan perlekatan yang merupakan hubungan antara mukosa dan gigi tiruan, sedangkan stabilisasi

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Pharynx Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Pharynx terletak di belakang

Lebih terperinci

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior Protrusi anterior maksila adalah posisi, dimana gigi-gigi anterior rahang atas lebih ke depan daripada gigi-gigi anterior

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi, Saya Kelvin Gohan mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas kedokteran Gigi. Saya akan mengadakan penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi tiruan lengkap adalah protesa gigi lepasan yang menggantikan seluruh gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada penelitian perubahan lengkung oklusal akibat kehilangan gigi posterior ini, didapat sebanyak 103 jumlah sampel kemudian dipilih secara purposive sampling dan didapat sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Populasi dalam penelitian ini adalah cetakan gigi pasien yang telah. Rumus Federer = (t-1)(n-1) 15 keterangan = n 16

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Populasi dalam penelitian ini adalah cetakan gigi pasien yang telah. Rumus Federer = (t-1)(n-1) 15 keterangan = n 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, jenis penelitian ini adalah penelitian observational deskriptif. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi dalam

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR. 1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic Life

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR. 1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic Life LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN TENTANG PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR Jawablah dengan member tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut anda sesuai. 1. Bantuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan. Pada bagian anterior saluran pernafasan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maloklusi secara umum dapat diartikan sebagai deviasi yang cukup besar dari hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik maupun secara

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 SINDROMA WAJAH ADENOID. Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di

BAB 2 SINDROMA WAJAH ADENOID. Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di BAB 2 SINDROMA WAJAH ADENOID 2.1. Pengertian Sindroma wajah adenoid pertama kali diperkenalkan oleh Wilhelm Meyer (1868) di Copenhagen sebagai suatu kelainan dentofasial yang disebabkan oleh obstruksi

Lebih terperinci

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

Gambar 1. Anatomi Palatum 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Palatum 2.1.1 Anatomi Palatum Palatum adalah sebuah dinding atau pembatas yang membatasi antara rongga mulut dengan rongga hidung sehingga membentuk atap bagi rongga mulut. Palatum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk

BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk 85 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data hasil penelitian dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu pengaruh atau tidaknya Bimbingan Dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian untuk mencari perbedaan antara variabel bebas (faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem mastikasi merupakan suatu unit fungsional yang terdiri atas beberapa komponen penting, yaitu sendi temporomandibula, otot pengunyahan, dan gigi geligi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) bahasa maupun suara dari bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi lisan

Lebih terperinci

SINDROM KOMBINASI MAKALAH

SINDROM KOMBINASI MAKALAH SINDROM KOMBINASI MAKALAH Disusun oleh: Drg. LISDA DAMAYANTI, Sp. Pros. NIP: 132206506 BAGIAN PROSTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2009 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR

Lebih terperinci

BAGIAN ILMU BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAGIAN ILMU BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN 1 BAGIAN ILMU BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UKURAN LENGKUNG GIGI RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH MAHASISWA SUKU BATAK MANDAILING DI FKG USU KUISIONER IDENTITAS

Lebih terperinci

1. Jelaskan cara pembuatan activator secara direct dan indirect. Melakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah.

1. Jelaskan cara pembuatan activator secara direct dan indirect. Melakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah. 1. Jelaskan cara pembuatan activator secara direct dan indirect a. Pembuatan activator secara indirect. Melakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah. Membuat bite registration. Letakkan malam

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN 0 Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN Selamat Pagi, Nama saya Michiko, NIM 110600131, alamat saya di jalan Majapahit no 69, nomor telepon 08126223933. Saya adalah mahasiswi di Program

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN. Bulan. Penelusuran kepustakaan. Pembuatan proposal. Seminar proposal. Pengumpulan data. Pengolahan data. 6.

LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN. Bulan. Penelusuran kepustakaan. Pembuatan proposal. Seminar proposal. Pengumpulan data. Pengolahan data. 6. LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN No. 1. 2. 3. 4. 5. Kegiatan Penelusuran kepustakaan Pembuatan proposal Seminar proposal Pengumpulan data Pengolahan data Bulan Agustus September Oktober November Desember Januari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan A. DESAIN PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 1 DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERBEDAAN MENGUNYAH PERMEN KARET YANG MENGANDUNG Karakteristik responden

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Sasaran : 1. Umum : Keluarga pasien ISPA 2. Khusus: Pasien ISPA Hari/Tanggal : Jumat, 24 Januari 2014 Waktu : Pukul 9.30 10.00

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth. Calon Responden Penelitian. Di Tempat

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth. Calon Responden Penelitian. Di Tempat Lampiran 1 78 79 Lampiran 2 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Ayu Afriani Panyuwa NIM : 462012081

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan crosssectional yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konveksitas skeletal

Lebih terperinci

Lampiran I LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Lampiran I LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN Lampiran I LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN Selamat Pagi, Saya Khaera mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya

Lebih terperinci

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Overlay Pasca Perawatan Sendi Temporomandibula

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Overlay Pasca Perawatan Sendi Temporomandibula Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Overlay Pasca Perawatan Sendi Temporomandibula Helmi Siti Aminah*, Erna Kurnikasari** *Peserta PPDGS Prostodontia FKG Universitas Padjdjaran ** Bagian Prostodontia FKG Universitas

Lebih terperinci

PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH

PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH PEMBUATAN GIGI TIRUAN PENUH Pembuatan Gigi Tiruan Penuh dimaksudkan untuk memperbaiki fungsi mastikasi (pengunyahan), fonetik (pengucapan kata), estetik (penampilan), menghilangkan rasa sakit, memelihara

Lebih terperinci

SKEMA ALUR FIKIR. Universitas Sumatera Utara

SKEMA ALUR FIKIR. Universitas Sumatera Utara SKEMA ALUR FIKIR JUDUL PENELITIAN PERBANDINGAN ph SALIVA SEBELUM DAN SESUDAH MENYIKAT GIGI DENGAN PASTA GIGI YANG MENGANDUNG SORBITOL DAN XYLITOL PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2007/2008 Saliva merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN 1 HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Hubungan rahang disebut juga dengan relasi vertikal/dimensi vertikal. Pengertian relasi vertikal : Jarak vertikal rahang atas dan rahang bawah

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi teman-teman, saya Diah Okti mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang CROSSBITE ANTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah. Istilah

Lebih terperinci

Symmetric Measures. Asymp. Std. Approx. T b Approx. Measure of Agreement Kappa

Symmetric Measures. Asymp. Std. Approx. T b Approx. Measure of Agreement Kappa LAMPIRAN 1 HASIL PERHITUNGAN STATISTIK UJI INTERRATER RELIABILITY INDEKS PONT S PADA MAHASISWA SUKU INDIA TAMIL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATER UTARA Symmetric Measures Value Asymp. Std. Approx.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

Kelompok Umur. Frekuensi Umur Responden Guru di Narada National Plus School Jakarta. Umur Frekuensi (Orang) Persentase (%) tahun 26 77,52

Kelompok Umur. Frekuensi Umur Responden Guru di Narada National Plus School Jakarta. Umur Frekuensi (Orang) Persentase (%) tahun 26 77,52 Frequency Kelompok Umur Frekuensi Umur Responden Guru di Narada National Plus School Jakarta Umur Frekuensi (Orang) Persentase (%) 20 30 tahun 26 77,52 > 30 tahun 14 22,48 Jumlah 40 100 Histogram 30 25

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan adalah THT-KL khususnya bidang alergi imunologi. 2. Ruang lingkup tempat adalah instalasi rawat jalan THT-KL sub bagian alergi

Lebih terperinci

BPSL BUKU PANDUAN SKILL S LAB TATALAKSANA KELAINAN DENTOKRANIOFASIAL BLOK 9 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK NIM

BPSL BUKU PANDUAN SKILL S LAB TATALAKSANA KELAINAN DENTOKRANIOFASIAL BLOK 9 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK NIM BPSL BUKU PANDUAN SKILL S LAB TATALAKSANA KELAINAN DENTOKRANIOFASIAL BLOK 9 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2017-2018 NAMA KLP NIM FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN. VO2MAXsebelum1 VO2MAXsesudah1 VO2MAXselisih1 VO2MAXsebelum2 VO2MAXsesudah2 VO2MAXselisih2. Tests of Normality.

LAMPIRAN. VO2MAXsebelum1 VO2MAXsesudah1 VO2MAXselisih1 VO2MAXsebelum2 VO2MAXsesudah2 VO2MAXselisih2. Tests of Normality. LAMPIRAN Lampiran 1 Uji Statistik Uji Statistics VO2MAXsebelum1 VO2MAXsesudah1 VO2MAXselisih1 VO2MAXsebelum2 VO2MAXsesudah2 VO2MAXselisih2 N Valid 12 12 12 12 12 12 Missing 0 0 0 0 0 0 Mean 36,0933 39,8767

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Lampiran I FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Judul : Pengaruh relaksasi pernapasan terhadap intensitas nyeri pada persalinan kala I. Nama peneliti : Nurlis Mawarni Nim : 095102066 Saya adalah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, proses penuaan tidak dapat dihindari. Menurut

Lebih terperinci

1. Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik relaksasi Pernapasan

1. Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik relaksasi Pernapasan Lampiran 1 PROSEDUR PELAKSANAAN DENGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM 1. Menjelaskan maksud, tujuan, dan cara dilakukannya teknik relaksasi Pernapasan 2. Mengkaji intensitas

Lebih terperinci

MENANGGULANGI KEBIASAAN BURUK BERNAFAS MELALUI MULUT DENGAN ORAL SCREEN

MENANGGULANGI KEBIASAAN BURUK BERNAFAS MELALUI MULUT DENGAN ORAL SCREEN MENANGGULANGI KEBIASAAN BURUK BERNAFAS MELALUI MULUT DENGAN ORAL SCREEN MAKALAH Oleh : Yuliawati Zenab, drg.,sp.ort NIP.19580704 199403 2 001 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 Selamat sejahtera, LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Perkenalkan nama saya Sivakumar Yoganathan, saat ini saya menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi. Saya

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

PERSETUJUAN TINDAKAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

PERSETUJUAN TINDAKAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Lampiran 1 PERSETUJUAN TINDAKAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangaan di bawah ini : Nama : Umur : Alamat : No. Hp : Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengucapan adalah ekspresi suara dan verbal dari bahasa yang sesuai dengan lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008) menyatakan

Lebih terperinci

KUESIONER. PETUNJUK: Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan melingkari jawaban yang tepat.

KUESIONER. PETUNJUK: Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan melingkari jawaban yang tepat. No. : Tanggal Pemeriksaan : KUESIONER EFEKTIVITAS EKSTRAK SIWAK 1% SEBAGAI OBAT KUMUR DALAM MENGURANGI AKUMULASI PLAK Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi IDENTITAS RESPONDEN Nama : Jenis Kelamin

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN BESAR SAMPEL

LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN BESAR SAMPEL LAMPIRAN 1 PERHITUNGAN BESAR SAMPEL Besar sample ditentukan berdasarkan taraf kepercayaan 95% dan power test (kekuatan uji) 80% dengan menggunakan rumus besar sampel untuk menguji perbedaan rata-rata data

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1 BAB V HASIL PENELITIAN Survei ini berlangsung selama periode bulan April hingga Juli 2008. Keseluruhan pengambilan data sekunder dari kartu status pasien dilakukan di RSGMP FKG UI dengan subyek survei

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai pengaruh mendengarkan Al-Qur an surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN Selamat Pagi/Siang, Saya Desi Khairunnisa, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi. Saya akan melakukan

Lebih terperinci

Nama: Tony Okta Wibowo Nrp : Dosen Pembimbing : Bp. Moch Hariadi, ST M.Sc PhD Bp. Dr. I ketut eddy Purnama, ST,MT

Nama: Tony Okta Wibowo Nrp : Dosen Pembimbing : Bp. Moch Hariadi, ST M.Sc PhD Bp. Dr. I ketut eddy Purnama, ST,MT Analisa Keakurasian Titik Sefalometrik Berbasis 3D dengan Softwere Amira untuk Data MRI Nama: Tony Okta Wibowo Nrp : 2208 100 553 Dosen Pembimbing : Bp. Moch Hariadi, ST M.Sc PhD Bp. Dr. I ketut eddy Purnama,

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN 62 LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Salam sejahtera, Bersama ini saya, Laurenzia Veronica adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU. Saya akan mengadakan penelitian dengan

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi

Lebih terperinci

Konsep Dasar Artikulasi

Konsep Dasar Artikulasi Mata Kuliah Artikulasi dan Optimalisasi Pendengaran Konsep Dasar Artikulasi Pengertian artikulasi berasal dari kata articulation yang artinya adalah pengucapan, maksudnya pengucapan lambang bunyi bahasa

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian observasional cross sectional. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di klinik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang sering ditemukan. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh dua faktor secara umum yaitu, faktor penyakit seperti

Lebih terperinci

DETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK. Risti Saptarini Primarti * Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad

DETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK. Risti Saptarini Primarti * Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad DETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK Risti Saptarini Primarti * Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad ABSTRAK Fungsi otot orofasial berperan penting dalam pembentukan

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Penelitian Pendahuluan

LAMPIRAN 1 Penelitian Pendahuluan LAMPIRAN Penelitian Pendahuluan Data Peningkatan Kadar Glukosa Darah BERAS MEMBERAMO NO Kadar Glukosa Darah Sebelum (mg/dl) Sesudah (mg/dl) Peningkatan (mg/dl) % Peningkatan 80 07 27 33,75 2 93 06 3 3,98

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan BAB IV ANALISIS DATA Dari beberapa pembahasan yang sudah di paparkan oleh peneliti, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data hasil penelitian. Analisis data hasil penelitian dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebiasaan Buruk Kebiasaan adalah suatu tindakan berulang yang dilakukan secara otomatis atau spontan. Perilaku ini umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan sebagian besar selesai

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya: Dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan

Lebih terperinci

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT A. PENGKAJIAN 1. Identitas Pasien Nama Lengkap : Nadia Jenis Kelamin : L / P Tempat tgl. Lahir : 29/12/1990 Agama :hindu... Pekerjaan : mahasisiwa Bangsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dokter gigi sering merekomendasikan pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, gigitiruan cekat, gigitiruan penuh, atau implan untuk kasus kehilangan gigi dalam perawatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pernafasan Pernafasan (respirasi) adalah proses menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang mengandung karbon dioksida sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PREVALENSI XEROSTOMIA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BRUXISM DAN NYERI ATAU KAKU SENDI TEMPOROMANDIBULA

HUBUNGAN ANTARA BRUXISM DAN NYERI ATAU KAKU SENDI TEMPOROMANDIBULA HUBUNGAN ANTARA BRUXISM DAN NYERI ATAU KAKU SENDI TEMPOROMANDIBULA SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar akademis Sarjana Kedokteran Gigi Yansen 0204000989 Departemen Prostodonsia

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 2 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT).

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Orangtua Ayah Ibu Riwayat Pendidikan : Ganesh Dorasamy : Kuala Lumpur, Malaysia / 25September1986 : Laki-laki

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9 UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI Jl. Denta No.1 Sekip Utara Yogyakarta BAHAN AJAR Pertemuan ke 9 ASUHAN KEPERAWATAN ORTODONSIA I Semester V/ 1 SKS (1-0) /KKG 5313 Oleh: drg. Christnawati,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cekat dan cetakan saat pemakaian retainer. 2. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan Rumus Federer sesuai dengan.

BAB III METODE PENELITIAN. cekat dan cetakan saat pemakaian retainer. 2. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan Rumus Federer sesuai dengan. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, jenis penelitian ini adalah penelitian observational analitik. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi dalam

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara PERSONALIA PENELITIAN 1. Peneliti Utama Nama : dr. Edward Suryanta Sembiring NIP : 19801102 201001 1 012 Golongan/Pangkat : III/C Jabatan : PPDS THT-KL FK USU (Asisten Ahli) Fakultas : Kedokteran Perguruan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu gigi atau lebih dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dibuka

Lebih terperinci

GAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN

GAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN GAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR LABORATORIUM-PERCONTOHAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU BANDUNG Oleh : WINNY YOHANA ERISKA RIYANTI UNIVERSITAS PADJADJARAN

Lebih terperinci

LAPORAN P E N E L I T I A N. O I eh. Drg. ISNANIAH MALIK NIP

LAPORAN P E N E L I T I A N. O I eh. Drg. ISNANIAH MALIK NIP P E N E L I T I A N LAPORAN O I eh Drg. ISNANIAH MALIK NIP 130809279 Dilaksanakan Atas Biaya Dari Dana SPP/DPP Universitas Padjadjaran Dengan Surat Kontrak No, 378/PI06,H8/LP/N187 Tgl, 18 Nopember 1987

Lebih terperinci

Instruksi. Deskripsi Kasus

Instruksi. Deskripsi Kasus NIM : Jenis Kelamin : Laki laki / Perempuan Umur : Semester : Instruksi Dalam kasus yang diuraikan di bawah ini anda diminta untuk berperan dalam posisi manajer perusahaan yang bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental biasa digunakan untuk membantu menemukan masalah pada rongga mulut pasien. Radiografi melibatkan penggunaan energi sinar untuk menembus gigi dan merekam

Lebih terperinci