PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR MELALUI CERITA RAKYAT 1. Anwar Novianto 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR MELALUI CERITA RAKYAT 1. Anwar Novianto 2"

Transkripsi

1 PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR MELALUI CERITA RAKYAT 1 Anwar Novianto 2 ABSTRAK Era Globalisasi menimbulkan berbagai dampak disemua aspek kehidupan manusia. Untuk menanggulangi dampak negatif globalisasi perlu diajarkan sebuah pendidikan sejak dini, pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Melalui pendidikan karakter bertujuan agar manusia dapat menetapkan apa yang salah dan apa yang benar, mana yang baik dan mana yang buruk, serta dapat memahami aturan-aturan sosial yang berlaku. Untuk kalangan Sekolah Dasar, pendidikan karakter sangat perlu ditanamkan sedini mungkin. Salah satu cara menanamkannya dengan pembelajaran cerita rakyat yang dikaitkan dengan pendidikan karakter. Cerita rakyat sebagai sarana mewarisi nilai budaya yang sesuai dengan karakter bangsa, dijadikan sarana strategis untuk menanamkan nilai dan karakter kepada peserta didik yang bertujuan untuk pembentukan karakter anak. Cerita rakyat mengandung nilai-nilai dan amanat yang tidak disampaikan secara langsung, namun melalui alur cerita, sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh. Peserta didik diharapkan mengambil pesan atau amanat cerita serta merangsang imajinasinya mengenai cerita sehingga proses pendidikan berlangsung menyenangkan dan tidak terkesan menggurui. Pembelajaran karakter melalui cerita rakyat bermanfaat agar peserta didik memperoleh dan belajar berbagai pengalaman dari cerita tanpa harus mengalami yang kemudian dimanfaatkan untuk mengambil sikap dalam kehidupannya. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Anak Sekolah Dasar, Cerita Rakyat 1 Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui: anwzaruny2008@gmail.com 37

2 PENDAHULUAN Era Globalisasi menimbulkan berbagai dampak di semua aspek kehidupan manusia. Untuk menanggulangi dampak negatif globalisasi perlu adanya peningkatan sumber daya manusia melalui pembentukan karakter bangsa sebagai bekal agar dapat bijaksana memilah dan tidak terpengaruh dampak negatif itu sendiri. Karakter merupakan salah satu modal utama yang ada dalam diri manusia yang dapat dijadikan salah satu solusi menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar. Karakter merupakan hal yang sangat penting, melalui karakter dapat menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Sebagaimana dinyatakan Muslich (2011: 71) karakter berkaitan dengan seorang yang bertingkah laku, jika seseorang bertingkah laku baik seperti suka menolong, jujur, menunjukkan karakter mulia dan ini berlaku pula sebaliknya. Hal senada diungkapkan Samani (2013: 40) yang menyatakan karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Lickona (2013: ), komponen-komponen karakter yang baik adalah: moral knowing (pengetahuan moral) yang mengarah pada ranah kognitif individu, moral feeling (perasaan moral), dan moral acting (tindakan moral). Melalui ketiga komponen di atas dengan aspek komponennya masingmasing yang saling bekerjasama untuk saling mendukung dapat menciptakan karakter yang baik. Pembentukan karakter pada anak hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan cara pembiasaan agar anak dapat mempraktekkannya sehingga dapat terinternalisasi dalam kehidupan anak. Sekolah sebagai lingkungan kedua anak menjadi tempat terbentuknya karakter peserta didik yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari yang terbentuk dari lingkungan sosialnya. Sekolah memberi peluang bagi pendidikan karakter untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya yang positif dalam dunia pendidikan. Mustadi (2012:90) menyatakan pendidikan karakter adalah usaha sadar untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, yakni baik untuk individu perorangan maupun baik untuk masyarakat secara keseluruhan. Selanjutnya David Elkind & Freddy Sweet (2004), menyatakan pendidikan karakter sebagai berikut: Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within. Pendidikan karakter merupakan upaya yang disengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Ketika kita 38

3 berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan untuk anak-anak, jelas bahwa kita ingin mereka untuk dapat menilai apa yang benar, peduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini benar, bahkan menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam. Pendidikan karakter adalah upaya untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Pendidikan karakter bertujuan agar manusia dapat menentapkan apa yang salah dan apa yang benar, mana yang baik dan mana yang buruk, serta dapat memahami aturan-aturan sosial yang berlaku. Pendidikan hendaknya berimbang antara kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengembangan pendidikan karakter secara integratif efektif dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan dapat dijadikan sebagai bekal anak menghadapi tantangan globalisasi. Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang harus dibentuk sejak usia dini agar menjadi bekal anak dalam kehidupan sehari-hari. Erikson dalam Papalia, dkk (2008: 370) yang mengatakan bahwa kesuksesan anak mengatasi konflik pada usia dini menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasa kelak. Pendidikan karakter di SD sangat berguna bagi peserta didik untuk bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari serta membekalinya untuk pendidikan selanjutnya. Pendidikan karakter salah satunya dapat melalui pembelajaran sastra. Beragam materi yang dapat digunakan untuk pembelajaran sastra, diantaranya adalah pantun, syair, puisi, fiksi cerpen, novel, dongeng, cerita rakyat, dan sebagainya. Dampak globalisasi yang semakin mendominasi melalui perkembangan teknologi menjadikan anak-anak mendapatkan hiburan baik dalam bentuk cerita maupun film dari luar yang mengakibatkan anak melupakan khasanah kebudayaan lokalnya. Anak-anak lebih memilih ceritacerita ataupun film yang diterjemahkan dari luar negeri. Cerita-cerita tersebut misalnya Gadis Bertudung Merah (Red Riding Hood), Cinderella, Frozen, Si Cantik dan si Buruk Rupa (Beauty and the Beast), Heidy, Putri Salju (Snow White), Litlte Mermaid, Putri Tidur (Sleeping Beauty) dan lain sebagainya yang mengandung sangat sedikit nilai moral yang dapat membentuk karakter bangsa. Oleh sebab itu perlu adanya pelestarian kebudayaan lokal yang positif salah satunya caranya adalah dengan mengenalkan dan membiasakan anak untuk mendengar, dan membaca cerita-cerita rakyat yang ada di daerahnya. Cerita rakyat merupakan salah satu dari jenis karya sastra. Kiefer (2010:227) menyatakan folktales have been defined as all forms of narrative, written or oral, which have come to be handed down throught the years hal tersebut sejalan dengan Mustakim (2005: 53) yang menyatakan cerita rakyat merupakan cerita yang disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi lainnya yang tidak diketahui pengarangnya. Cerita rakyat sebagai sarana 39

4 mewarisi nilai budaya yang sesuai dengan karakter bangsa, dijadikan sarana strategis untuk menanamkan nilai dan karakter kepada peserta didik yang bertujuan untuk pembentukan karakter anak. Cerita rakyat oleh Nurgiyantoro (2005: 23) disebut dongeng rakyat yang berfungsi untuk mengajarkan moral. Tokohnya bisa manusia, binatang, dan makhluk halus. Selanjutnya, Nurgiyantoro (2005: 187) mengatakan bahwa cerita rakyat sebagai bagian sastra berfungsi untuk mendukung perkembangan kedirian anak, baik yang menyangkut perkembangan aspek emosional, afektif, kognitif, imajinatif, perasan estetis, maupun perkembangan kebahasaan dan memberikan hiburan yang menyenangkan. Tomkins dan Hoskisson (1994: 221) menyebutkan lima komponen dalam cerita yaitu plot, setting, karakter, tema, dan sudut pandang. Plot merupakan urutan kejadian yang melibatkan karakter dalam situasi konflik. Karakter adalah orang-orang atau hewan yang dipersonifikasikan yang terlibat dalam cerita. Karakter bertujuan untuk melibatkan pembaca dalam pengalaman cerita. Melalui karakter penulis menyampaikan pesan tertentu sehingga dapat memudahkan untuk menyampaikan cerita kepada pembaca. Setting juga disebut pengaturan latar belakang. Dimensi dari setting adalah tempat cuaca periode waktu dan waktu. Cerita memilki unsur tema yang merupakan garis batas dari awal hingga akhir cerita. Sudut pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Pembelajaran sastra termsuk dalam hal ini cerita rakyat juga disesuaikan dengan perkembangan anak. Semakin tinggi tingkat perkembangan anak, semakin kompleks baik dalam cerita, konflik, diksi, panjang cerita, dan sebagainya. Beberapa karakter tokoh yang dikemas dalam cerita rakyat sejalan dengan hakikat pendidikan berbasis karakter. Haryadi (2014) menyatakan ketika seseorang membaca, mendengarkan, atau menonton pikiran dan perasaan diasah. Mereka harus memahami karya karya sastra secara kritis dan komprehensif, menangkap tema dan amanat yang terdapat di dalamnya dan memanfaatkannya. Bersamaan dengan kerja pikiran itu, kepekaan perasaan diasah sehingga condong pada tokoh protogonis dengan karakternya yang baik dan menolak tokoh antagonis yang berkarakter jahat. Dalam cerita, nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita. Anak melakukan serangkaian kegiatan kognisi dan afeksi, mulai dari interpretasi, komprehensi, hingga inferensi terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya (Musfiroh, 2008: 19). Pembelajaran karakter melalui cerita rakyat bermanfaat agar peserta didik memperoleh berbagai pengalaman dari cerita tanpa harus mengalami yang kemudian dimanfaatkan untuk mengambil sikap dalam kehidupannya sehingga anak dapat secara aktif memikirkan pemecahan suatu masalah. Dengan demikian pembelajaran lebih 40

5 bermakna bagi peserta didik dan memberi manfaat dalam hidupnya sehingga membantu pengembangan karakter peserta didik. Sarumpaet (2010: 19) menyatakan bahwa cerita rakyat sangat berperan dalam menolong beradaptasi dengan lingkungan yang seringkali tidak ramah. Segala harapan, berbagai kesulitan hidup, duka nestapa para tokoh dalam cerita dipercaya dapat membantu masyarakat pemiliknya dan pembacanya untuk melanjutkan hidupnya dengan memahami dan mengelola alam dan lingkungannya. Cerita rakyat mengandung nilai-nilai dan amanat yang terdapat dalam cerita yang tidak disampaikan secara langsung, namun melalui alur cerita, sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh. Peserta didik diharapkan mengambil pesan atau amanat cerita serta merangsang imajinasinya mengenai cerita sehingga proses pendidikan berlangsung meyenangkan dan tidak terkesan menggurui. Guru Sekolah Dasar mempunyai peran strategis dalam memberikan pemahaman dan pengalaman peserta didik tentang sastra yang mampu membentuk karakter peserta didik melalui pembelajaran sastra. Pendidikan karakter dalam sekolah perlu dioptimalkan dalam kegiatan pembelajaran yang yang melibatkan komponen peserta didik, guru, serta perangkat pembelajarannya. Pemilihan materi menjadi sangat penting dalam pendidikan karakter. Pemasukan nilai-nilai dalam pembelajaran yang diajarkan menuntut kepekaan guru untuk dapat memberikan transfer pengetahuan dalam hal ini karakter yang tepat untuk peserta didiknya. Pengembangan pendidikan karakter di Sekolah Dasar perlu dirancang, dikelola dengan benar sehingga menghasilkan pencapaian akademik serta terbentuknya sikap dan perilaku yang baik. Hal lain yang dapat diupayakan misalnya dengan memberikan pembelajara sastra tidak serta-merta hanya diberikan pada jam belajar. Guru dapat memberikan kesempatan dan dorongan kepada peserta didik agar dapat menyisihkan waktunya untuk membaca, dalam hal ini membaca cerita rakyat. Tentunya hal ini membutuhkan kerjasama yang baik seluruh komponen sekolah, termasuk perpustakaan. Penyediaan buku cerita rakyat sebagai salah satu sarana dalam membentuk karakter anak yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia agar dapat menjadi bekal peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang berbudaya dan beretika sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. PENUTUP Karakter merupakan salah satu modal utama yang ada dalam diri manusia yang dapat dijadikan salah satu solusi menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar akibat dari pengaruh globalisasi. Karakter dapat menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Pembentukan karakter pada anak hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan cara pembiasaan agar anak dapat mempraktekkannya sehingga dapat terinternalisasi dalam kehidupan 41

6 anak. Sekolah memberi peluang bagi pendidikan karakter untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya yang positif dalam dunia pendidikan. Pengembangan pendidikan karakter secara integratif efektif dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan dapat dijadikan sebagai bekal anak menghadapi tantangan globalisasi. Pendidikan karakter salah satunya dapat melalui pembelajaran sastra. Cerita rakyat merupakan salah satu dari jenis karya sastra. Cerita rakyat sebagai sarana mewarisi nilai budaya yang sesuai dengan karakter bangsa, dijadikan sarana strategis untuk menanamkan nilai dan karakter kepada peserta didik yang bertujuan untuk pembentukan karakter anak. Pembelajaran karakter melalui cerita rakyat bermanfaat agar peserta didik memperoleh dan belajar berbagai pengalaman dari cerita tanpa harus mengalami yang kemudian dimanfaatkan untuk mengambil sikap dalam kehidupannya dan anak dapat secara aktif memikirkan pemecahan suatu masalah. Pendidikan karakter dalam sekolah perlu dioptimalkan dalam kegiatan pembelajaran yang yang melibatkan komponen peserta didik, guru, serta perangkat pembelajarannya. Pengembangan pendidikan karakter di Sekolah Dasar perlu dirancang dan dikelola dengan benar sehingga menghasilkan pencapaian akademik serta terbentuknya sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sebagai bekal peserta didik untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang berbudaya dan beretika sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Elkind, David & Freddy, S. (2004). (diakses pada 8 Maret Pukul WIB) Goleman, Daniel. (1997). Emotional Inteligence Alih Bahsa Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Haryadi. (2014). %20dalam%20Pendidikan%20Karakter.doc (diakses pada 10 Maret Pukul WIB) Kiefer, Barbara Z. (2010). Charlotte Huck s Children s Literature. New York: The McGraw-Hill Companies Lickona, Thomas. (2013). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Jakarta: Bumi Aksara. Musfiroh, T. (2008). Memilih, menyusun, dan menyajikan cerita untuk anak usia dini. Yogyakarta: Tiara Wacana. Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT. Bumi Aksara 42

7 Mustadi, Ali. (2012). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa. Yogyakarta: Proceeding seminar nasional ikatan alumni (IKA) UNY, Mustakim, Muh. Nur. (2005). Peranan Cerita dalam Pembentukan Perkembangan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Sastra Anak. Yogyakarta: Gajah Mada. Papalia, Diane E., dkk. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Samani, Muchlas dan Haryanto. (2013). Pendidikan Karakter: Konsep dan Model. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sarumpaet, Riris K. Toha. (2010). Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Obor. Karakter: Nilai Inti bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara. Tompkins, G.E. (1994). Teaching writing balancing process and product. New York: Macmillan College Publishing Company. 43

8 44

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik generasi muda yang merupakan penerus bangsa, dalam hal membentuk dan mengembangkan karakter.

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Character education is not a new thing;

Lebih terperinci

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM

KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM 0 KOMPONEN KARAKTER (Thomas Lickona) Oleh: Kuncahyono Pasca UM (Kompasiana, 2010) Melihat kondisi bangsa saat ini dimana banyak terjadi penyimpangan moral di kalangan remaja dan generasi muda, maka perlu

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

PEMBIASAAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA HALUS DALAM UPAYA PEMBINAAN KARAKTER PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Martono UPBJJ-UT Yogyakarta

PEMBIASAAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA HALUS DALAM UPAYA PEMBINAAN KARAKTER PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Martono UPBJJ-UT Yogyakarta PEMBIASAAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA HALUS DALAM UPAYA PEMBINAAN KARAKTER PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR Martono UPBJJ-UT Yogyakarta (martono@ecampus.ut.ac.id) ABSTRAK Keberadaan dan kehidupan anak-anak sekarang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TULISAN NARASI Inayah Hanum Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TULISAN NARASI Inayah Hanum Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TULISAN NARASI Inayah Hanum Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Pendidikan karakter sangat diperlukan bagi masyarakat kita, khususnya bagi anakanak dan remaja.seserang

Lebih terperinci

Cerita Rakyat untuk Mendidik Karakter Anak Usia Dini Martha Christianti Dosen PGPAUD FIP UNY.

Cerita Rakyat untuk Mendidik Karakter Anak Usia Dini Martha Christianti   Dosen PGPAUD FIP UNY. Cerita Rakyat untuk Mendidik Karakter Anak Usia Dini Martha Christianti Email: marthachristianti@yahoo.com Dosen PGPAUD FIP UNY Abstrak Pendidikan karakter menjadi fokus penting untuk mengembangkan generasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang membahas mengenai nilai sosial dalam karya sastra sebelumnya dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi. Hal ini menunjukkan sastra sebagai

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PEMAKALAH PENDAMPING

SEMINAR NASIONAL PEMAKALAH PENDAMPING PROSIDING SEMINAR NASIONAL MENJADI GURU INSPIRATOR Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Generasi Emas untuk Indonesia Emas PEMAKALAH PENDAMPING Sabtu, 22 Rajab 1437 H / 30 April 2016 M Auditorium

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL

PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL Vidya Mandarani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Kampus I Jl. Mojopahit 666B Sidoarjo Surel: vmandarani@yahoo.com

Lebih terperinci

Penanaman Nilai-nilai Moral Anak Usia Dini melalui Kegiatan Bercerita Bertema Cerita Rakyat Budaya Lokal Oleh: Martha Christianti.

Penanaman Nilai-nilai Moral Anak Usia Dini melalui Kegiatan Bercerita Bertema Cerita Rakyat Budaya Lokal Oleh: Martha Christianti. Penanaman Nilai-nilai Moral Anak Usia Dini melalui Kegiatan Bercerita Bertema Cerita Rakyat Budaya Lokal Oleh: Martha Christianti Abstrak Pendidikan karakter berisi nilai-nilai moral untuk anak sangat

Lebih terperinci

POTENSI MEMBANGUN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN MELALUI MATA KULIAH WORKSHOP DAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Abstrak

POTENSI MEMBANGUN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN MELALUI MATA KULIAH WORKSHOP DAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Abstrak POTENSI MEMBANGUN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN MELALUI MATA KULIAH WORKSHOP DAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Farida Nurhasanah Univesitas Sebelas Maret F4121da_n@yahoo.com Abstrak Terjadinya dekadensi moral

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1 PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1 Feby Inggriyani 2 PGSD Universitas Pasundan ABSTRAK Pembentukan karakter sangat diperlukan dalam melangsungkan kehidupan, berbangsa dan bernegara yang aman,

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER DI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1

PENDIDIKAN KARAKTER DI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 PENDIDIKAN KARAKTER DI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Mengah Pertama 2010-2011

Lebih terperinci

Authentic Couching Untuk Pengembangkan Perangkat Pembelajaran Character Building Berbasis Kearifan Lokal Sari

Authentic Couching Untuk Pengembangkan Perangkat Pembelajaran Character Building Berbasis Kearifan Lokal Sari Authentic Couching Untuk Pengembangkan Perangkat Pembelajaran Character Building Berbasis Kearifan Lokal 1 Oleh: Endah Rita, S. Dewi 2., Sumarno 3, Prasetiyo 4 Sari Authentic Couching untuk Pengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang

Lebih terperinci

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hendri Wiyono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo hendriwiyono11@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/ I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang

Lebih terperinci

MENULIS CERITA ANAK: MENANAM KATA BERBUAH KARYA

MENULIS CERITA ANAK: MENANAM KATA BERBUAH KARYA MENULIS CERITA ANAK: MENANAM KATA BERBUAH KARYA Rina Ratih Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta rinaratihuad@yahoo.com Abstrak Maraknya buku cerita anak di berbagai toko buku negeri ini memberi gambaran

Lebih terperinci

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK Penelitian ini mengambil novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

URGENSI NILAI MORAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh; Dr. Sujarwo, M.Pd (Dosen PLS FIP UNY)

URGENSI NILAI MORAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh; Dr. Sujarwo, M.Pd (Dosen PLS FIP UNY) URGENSI NILAI MORAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh; Dr. Sujarwo, M.Pd (Dosen PLS FIP UNY) Makna Pendidikan Karakter Istilah karakter dimaknai sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan sebuah karya seni yang dapat memikat hati dan bersifat mendidik. Berbagai jenis karya sastra yang telah hadir dalam lingkungan masyarakat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mempunyai sifat membangun dalam kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. juga mempunyai sifat membangun dalam kehidupan manusia. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat membangun dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT SELUMA. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Bengkulu

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT SELUMA. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Bengkulu 39 ANALISIS NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT SELUMA Esma Junaini 1, Emi Agustina 2, dan Amril Canrhas 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain dalam pendidikan, yakni domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Tetapi pada kenyataannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang pendidikan setingkat sekolah menengah atas (SMA), semakin memprihatinkan. Misalnya, penyalahgunaan

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh Felly Mandasari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK PAUD DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK 1

PERAN PENDIDIK PAUD DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK 1 Ika Budi Maryatun / Peran Pendidik PAUD dalam Membangun Karakter 1 PERAN PENDIDIK PAUD DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK 1 Ika Budi Maryatun, M.Pd 2 A. PENDAHULUAN Usia dini merupakan usia dimana yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal. Potensi ini mencakup

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FAKULTAS ILMU SOSIAL UNY

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FAKULTAS ILMU SOSIAL UNY SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FAKULTAS ILMU SOSIAL UNY Mata Kuliah : Pendidikan Karakter Kode Mata Kuliah : Jumlah SKS : 2 SKS Prodi : Semua Prodi FIS Standar Kompetensi : Melaksanakan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia dan segala macam kehidupannya. Di samping berfungsi sebagai media untuk menampung teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

Pembelajaran Sastra yang Integratif Berbasis Kompetensi. Dra. Elfia Sukma, M.Pd. Dosen PGSD FIP UNP

Pembelajaran Sastra yang Integratif Berbasis Kompetensi. Dra. Elfia Sukma, M.Pd. Dosen PGSD FIP UNP Pembelajaran Sastra yang Integratif Berbasis Kompetensi Dra. Elfia Sukma, M.Pd. Dosen PGSD FIP UNP Abstrak Pembelaaran sastra adalah pembelajaran yang menarik. Di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MORAL BAGI ANAK USIA DINI. Ati Sukmawati Dosen Jurusan Pendidikan IPA Biologi FITK IAIN Mataram.

PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MORAL BAGI ANAK USIA DINI. Ati Sukmawati Dosen Jurusan Pendidikan IPA Biologi FITK IAIN Mataram. PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MORAL BAGI ANAK USIA DINI Ati Sukmawati Dosen Jurusan Pendidikan IPA Biologi FITK IAIN Mataram Abstrak Pendidikan sebagai sarana pelestarian moralitas sekaligus pengembangan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA Darussalam, Banda Aceh

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA Darussalam, Banda Aceh 08/02/2017 Nama Mata Kuliah : Pendidikan Karakter Kode Mata Kuliah : PMA 509 Bobot SKS : 2 (dua) Semester : Ganjil Hari Pertemuan : 1 (pertama) Tempat Pertemuan : Ruang kuliah Koordinator MK : Khairul

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER & IMPLEMENTASINYA Syukri Fathudin Achmad Widodo Staf pengajar Universitas Negeri Yogyakarta Indonesia

PENDIDIKAN KARAKTER & IMPLEMENTASINYA Syukri Fathudin Achmad Widodo Staf pengajar Universitas Negeri Yogyakarta Indonesia PENDIDIKAN KARAKTER & IMPLEMENTASINYA Syukri Fathudin Achmad Widodo Staf pengajar Universitas Negeri Yogyakarta Indonesia Email syukri@uny.ac.id A. Pengertian Karakter Dalam Webster s Dictionary, pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah: Usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

Pengenalan Karakter untuk Anak Usia Dini melalui Cerita Rakyat Budaya Lokal

Pengenalan Karakter untuk Anak Usia Dini melalui Cerita Rakyat Budaya Lokal Pengenalan Karakter untuk Anak Usia Dini melalui Cerita Rakyat Budaya Lokal Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kemampuan anak dalam mengenal karakter yang ditanamkan pada anak melalui cerita-cerita

Lebih terperinci

SASTRA ANAK SEBAGAI WAHANA MENINGKATKAN KEBERAKSARAAN DAN BUDAYA LITERASI ANAK

SASTRA ANAK SEBAGAI WAHANA MENINGKATKAN KEBERAKSARAAN DAN BUDAYA LITERASI ANAK -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- SASTRA ANAK SEBAGAI WAHANA MENINGKATKAN KEBERAKSARAAN DAN BUDAYA LITERASI ANAK Nugraheni Eko Wardani FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstrak Makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan sederhana mengenai sastra menurut Bressler (1984:7), Literature

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan sederhana mengenai sastra menurut Bressler (1984:7), Literature BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penjelasan sederhana mengenai sastra menurut Bressler (1984:7), Literature as works of imaginative or creative writing. Sastra sebagai karya imajinatif atau

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : YUNITA AYU ARDHANI F 100 060

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA Oleh: Dwi Erfiana Kurniawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia erfiana@ymail.com ABSTRAKPenelitian ini bertujuanuntuk

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) AJAR DIRGANTORO *) *) Dosen STKIP PGRI Tulungagung

PERAN PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) AJAR DIRGANTORO *) *) Dosen STKIP PGRI Tulungagung PERAN PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) AJAR DIRGANTORO *) *) Dosen STKIP PGRI Tulungagung e-mail: ajardirgantoro@gmail.com ABSTRAK MEA yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

Makalah Pengembangan Karakter AUD Melalui Cerita Disampaikan pada Up Grading Pendidik PAUD An-Nuur 30 Desember 2011 Oleh : Nur Cholimah, M.

Makalah Pengembangan Karakter AUD Melalui Cerita Disampaikan pada Up Grading Pendidik PAUD An-Nuur 30 Desember 2011 Oleh : Nur Cholimah, M. Makalah Pengembangan Karakter AUD Melalui Cerita Disampaikan pada Up Grading Pendidik PAUD An-Nuur 30 Desember 2011 Oleh : Nur Cholimah, M.Pd [2011] PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI CERITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Orang dapat mengetahui nilai-nilai

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DOMAIN AFEKTIF PADA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KEMENDIKBUD KELAS VII KURIKULUM 2013 EDISI REVISI

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DOMAIN AFEKTIF PADA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KEMENDIKBUD KELAS VII KURIKULUM 2013 EDISI REVISI Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Konteks Global PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DOMAIN AFEKTIF PADA BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KEMENDIKBUD KELAS VII KURIKULUM 2013 EDISI REVISI Firda Ariani, Ika Puji Lestari

Lebih terperinci

6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. SASTRA ANAK Pengantar Pemahaman Dunia Anak Burhan Nurgiyantoro KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap provinsi di Indonesia memiliki cerita rakyat yang berbeda-beda. Sebagai salah satu dari keragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia, cerita rakyat tentu patut

Lebih terperinci

OPTIMALISASI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU BANGSA INDONESIA YANG LEBIH BAIK 1

OPTIMALISASI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU BANGSA INDONESIA YANG LEBIH BAIK 1 OPTIMALISASI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU BANGSA INDONESIA YANG LEBIH BAIK 1 The greatest problem that has confronted man from immemorial is the moral problem, masalah terbesar yang dihadapi

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS NILAI MORAL NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Dwi Widiasih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran atau moral atau bahkan sindiran (James Danandjaja, 1984:83).

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran atau moral atau bahkan sindiran (James Danandjaja, 1984:83). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman sekarang ini dongeng seakan hanya tinggal kenangan indah yang membekas dibenak kita pada masa kecil dahulu. Berbagai kesibukan yang menyita banyak waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik Peer-Kecil Surat Kabar Pikiran Rakyat Edisi

Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik Peer-Kecil Surat Kabar Pikiran Rakyat Edisi Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik Peer-Kecil Surat Kabar Pikiran Rakyat Edisi 2010 2011 Oleh: Sheila Fera Phina 1 Abstrak Judul skripsi ini adalah Kepedulian Sosial dalam Puisi Anak pada Rubrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sudah berubah, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sudah berubah, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman sudah berubah, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat membawa manusia kepada era globalisasi. Menghadapi era tersebut bangsa Indonesia menjalani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada kesusasteraan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK CERITA FANTASI ANAK INDONESIA PERIODE

KARAKTERISTIK CERITA FANTASI ANAK INDONESIA PERIODE KARAKTERISTIK CERITA FANTASI ANAK INDONESIA PERIODE 2000 2010 Durratun Nafisah 1) Ida Lestari 2) Yuni Pratiwi 2) E-mail: fi2naiche@gmail.com Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang sangat kompleks, karena diperlukan adanya partisipasi dari masyarakat. Pendidikan juga tidak bisa

Lebih terperinci

Oleh: Binti Khasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesa Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Binti Khasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesa Universitas Muhammadiyah Purworejo CERPEN KETIKA MAS GAGAH PERGI KARYA HELVY TIANA ROSA SEBAGAI SARANA PENANAMAN KESANTUNAN BERBAHASA DAN PENDIDIKAN KARAKTER SERTA SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Binti Khasanah Program Studi

Lebih terperinci

TOPIK UTAMA MEMBENTUK KARAKTER ANAK SESUAI PRINSIP PANCASILA MELALUI CERITA RAKYAT

TOPIK UTAMA MEMBENTUK KARAKTER ANAK SESUAI PRINSIP PANCASILA MELALUI CERITA RAKYAT TOPIK UTAMA MEMBENTUK KARAKTER ANAK SESUAI PRINSIP PANCASILA MELALUI CERITA RAKYAT Lalita Melasarianti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Paijah_poinah@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak peristiwa-peristiwa menyimpang yang terjadi di kalangan pelajar, mulai dari tawuran, seks bebas, pembunuhan, sekelompok pemuda-pemuda yang berbuat

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA Oleh: Tati Mulyani Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan investasi masa depan yang perlu distimulasi perkembangannya sejak usia dini. Sel-sel otak yang dimiliki anak sejak lahir tidak akan mampu berkembang

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI IMPLEMENTASIPENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI IMPLEMENTASIPENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER MELALUI IMPLEMENTASIPENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR Jenny Indrastoeti SP Universitas Sebelas Maret e-mail: yenny_pgsd@yahoo.co.id Abstrak Sekolah-sekolah pada saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki banyak cerita rakyat atau dongeng berbentuk fabel. Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Produk 2.1.1 Buku Dongeng / Cerita Rakyat Indonesia Berdasarkan pada kajian dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci