KARAKTERISTIK CERITA FANTASI ANAK INDONESIA PERIODE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK CERITA FANTASI ANAK INDONESIA PERIODE"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK CERITA FANTASI ANAK INDONESIA PERIODE Durratun Nafisah 1) Ida Lestari 2) Yuni Pratiwi 2) Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik cerita fantasi anak Indonesia periode Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri. Data dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi. Temuan penelitian (1) tahapan alur berupa alur konvensional dan menggunakan alur maju; (2) tokoh berwujud manusia, binatang, dan peri, sedangkan penokohan menggunakan teknik analitik dan dramatik; (3) sudut pandang menggunakan orang ketiga mahatahu, dan (4) gaya bercerita yang digunakan adalah narasi dan dialog. Kata Kunci: karakteristik cerita fantasi anak, cerita fantasi anak Indonesia Abstract: This research is aimed to describe characteristic of Indonesian kids fantasy story in the period of This research is include to qualitative research. The main instrument of this research is researcher itself. Data was collected by documentation technique. The findings (1) plot step such as conventional plot and use forward plot, (2) characters are kinds of human being, animal, and fairy, whereas characterization use analytic and dramatic technique; (3) point of view use third person and omniscient narrator; and (4) telling style that used are narration and dialogue. Key word: characteristic of kids fantasy story, Indonesian kids fantasy story Perkembangan sastra di Indonesia mengalami pasang surut. Dari tahun ke tahun karya sastra yang muncul beragam, mulai dari roman, novel, cerpen, puisi, drama, dan ragam sastra lainnya. Karya sastra ini berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman. Begitu juga dengan sastra anak. Dewasa ini, telah muncul sastrawan-sastrawan baru yang khusus berkecimpung di dunia sastra anak dengan ciri masing-masing, sehingga tiap karya yang dihasilkan akan memberikan keanekaragaman dalam bentuk isi, gaya bahasa yang digunakan, tema, dan lainnya. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan para sastrawan yang menghasilkan karya novel-novel untuk remaja maupun dewasa, sastrawan yang menghasilkan sastra anak masih sangat sedikit. Selain itu, kemunculan para sastrawan ini belum mampu menaikkan pamor sastra anak Indonesia apabila dibandingkan dengan sastra anak terjemahan. Namun, yang patut diteladani adalah masih ada beberapa sastrawan yang konsisten dalam mencurahkan perhatiannya pada bidang sastra anak, yaitu Murti Bunanta, Sugihastuti, Riris K. Toha Sarumpaet, dan Christantiowati. Mereka inilah yang gigih memproduksi literatur sastra anak, walaupun dalam periode awal, tulisan tersebut adalah hasil olahan dari skripsi (Asrori, 2007). Sampai sekarang pun literatur sastra anak masih terbatas. ¹ Durratun Nafisah adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang 2012 ²Ida Lestari adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang ²Yuni Pratiwi adalah dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang 1

2 2 Sampai saat ini buku sastra anak yang bermunculan sangat beragam. Buku sastra anak bisa berbentuk novel anak, cerita pendek anak atau kumpulan cerita pendek anak, puisi anak ataupun ragam lainnya. Ragam sastra anak ini tidak terbatas pada bentuk buku saja, tetapi juga terdapat dalam majalah anak, misalnya majalah Bobo, Mentari, dan majalah anak lainnya. Dari berbagai cerita anak yang dapat ditemukan dalam buku kumpulan cerita anak ataupun majalah anakmajalah anak, ada salah satu ragam yang tidak kalah menarik dengan ragam sastra anak lainnya untuk dibaca, yaitu cerita fantasi. Cerita fantasi adalah cerita yang derajat kebenarannya diragukan. Apa yang dikisahkan dalam cerita itu kurang masuk akal, paling tidak pada bagian-bagian tertentu. Kekurangmasukakalan itu dapat disebabkan oleh tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan tidak hanya manusia saja, melainkan juga tokoh yang diambil dari dunia lain seperti makhluk halus, dewa-dewi, manusia mini, raksasa, naga bersayap, atau tokoh-tokoh lain yang tidak dijumpai di dunia realitas. Tokoh-tokoh tersebut kemudian dapat berinteraksi dengan manusia biasa (Nurgiyantoro, 2005:297). Cerita fantasi anak memanfaatkan unsur imajinasi dan fantasi yang diolah sedemikian rupa sehingga membuat cerita anak lebih menarik. Cerita fantasi anak tidak hanya menyuguhkan cerita yang bertujuan untuk memberikan hiburan semata, akan tetapi cerita fantasi anak juga hadir untuk memberikan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi pembacanya. Unsur imajinasi yang terkandung dalam cerita fantasi dapat membantu merangsang imajinasi anak. Anak-anak juga akan memeroleh pengetahuan dan pengalaman baru yang disuguhkan pengarang melalui alur cerita sebagaimana terdapat dalam ragam cerita anak yang lain. Pengalaman dan pengetahuan itu akan bertambah setelah anak-anak membaca jenis-jenis fantasi anak yang berbeda. Cerita fantasi anak memiliki beberapa jenis, yaitu fantasi sederhana untuk pembaca anak-anak, cerita rakyat, binatang dengan kemampuan khusus, makhluk-mahkluk aneh, manusia dengan kemampuan khusus, mainan dan boneka yang dapat berbicara, benda ajaib, perjalanan melewati waktu dan ruang, tingkatan fantasi, dan kekuatan jahat (Stewig, 1980: ). Dengan adanya jenis-jenis cerita fantasi ini, anak-anak bebas memilih jenis yang disukai. Stewig (1980:415) menyatakan a kind of fantasy that captures and holds chlidren s attention is the literary folktale. These tales follow pattern set by oral tradition of folk literature but are written by an identifiable author. Menurutnya, jenis fantasi yang menarik dan menyita perhatian anak-anak adalah cerita rakyat. Cerita rakyat ini mengikuti pola yang ditentukan oleh tradisi lisan cerita rakyat, akan tetapi ditulis oleh penulis yang dikenal. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) alur yang dibedakan dalam tahapan dan jenis alur, (2) tokoh dan penokohan, (3) latar, (4) sudut pandang, (5) tema, (6) amanat, dan (7) gaya bercerita yang dibedakan dalam bentuk narasi dan dialog dalam cerita fantasi anak Indonesia. METODE Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis teks. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data (Universitas Negeri Malang, 2010:31). Instrumen pendukung yang digunakan berupa tabel pengolah data. Data penelitian adalah data verbal berupa narasi, dialog dan monolog tokoh dalam cerita fantasi anak berbasis cerita

3 3 rakyat berbentuk dongeng yang termuat dalam majalah Bobo dan Mentari periode Sumber data penelitian ini terbatas pada cerita fantasi anak berbasis cerita rakyat berbentuk dongeng karya anak-anak maupun orang dewasa yang terdapat dalam majalah Bobo dan Mentari yang terbit dari periode Tiga alasan pemilihan majalah Bobo dan Mentari, yaitu (1) majalah Bobo dan Mentari merupakan majalah anak-anak yang jangkauan pemasarannya sudah mencapai tingkat nasional, (2) majalah Bobo dan Mentari sudah lama terbit, sehingga memenuhi kriteria rentangan waktu yang menjadi fokus penelitian, dan (3) keajegan rubrik cerita fantasi anak berbasis cerita rakyat berupa dongeng pada majalah Bobo dan Mentari. Kriteria pemilihan cerita fantasi anak berbasis cerita rakyat berbentuk dongeng dalam majalah Bobo dan Mentari ada tiga. Pertama, dongeng merupakan salah satu bentuk cerita rakyat. Kedua, dongeng yang dijadikan sumber data adalah dongeng yang memuat unsur fantasi. Ketiga, keajegan rubrik dongeng pada majalah Bobo dan Mentari. Pemilihan jumlah sumber data, peneliti memilih 2 cerita fantasi anak berbasis cerita rakyat berbentuk dongeng tiap tahun dari tiap majalah. Majalah yang dijadikan sumber data ada 2, maka jumlah sumber data secara keseluruhan adalah 44 dongeng. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif. Tahapan analisis data meliputi (1) peneliti membaca cerita fantasi anak berbasis cerita rakyat dalam majalah Bobo dan Mentari periode dengan cermat, (2) peneliti menganalisis alur cerita meliputi tahapan dan jenis alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar meliputi latar tempat dan waktu, ide-ide pokok tiap tahapan alur untuk menyimpulkan tema dan amanat, dan gaya bercerita, dan (3) peneliti mengidentifikasi karakteristik cerita fantasi anak Indonesia periode Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini dengan cara membaca hasil temuan penelitian sampai mencapai titik jenuh. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini mencakup karakteristik cerita fantasi anak Indonesia periode meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, tema, amanat, dan gaya bercerita. Tahapan alur yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah tahapan alur konvensional dengan pola eksposisi, dilanjutkan ke tahap konflik, kemudian klimaks, lalu revelasi, dan berakhir pada penyelesaian. Jenis alur yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah alur maju/linier. Wujud tokoh yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah manusia, binatang, dan peri. Tokoh berupa binatang dan peri dalam cerita fantasi anak dipersonifikasikan seperti manusia. Penokohan dalam cerita fantasi anak Indonesia menggunakan teknik analitik dan dramatik secara bersama-sama. Watak tokoh dalam cerita fantasi anak Indonesia ada yang berkembang dan ada yang tidak berkembang. Latar tempat yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah rumah, istana, taman, dan hutan. Latar waktu yang digunakan adalah pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, dan suatu hari.

4 4 Sudut pandang yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah sudut pandang orang ketiga mahatahu. Dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga mahatahu, pengarang bebas bercerita dari satu tokoh ke tokoh yang lain. Pengarang akan lebih leluasa untuk mengembangkan cerita. Tema yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia ada empat macam. Pertama, berbuat tidak baik kepada orang lain akan mendatangkan kerugian pada diri sendiri. Kedua, orang yang berbuat baik kepada orang lain akan mendapatkan kebaikan pula. Ketiga, orang yang tidak pandai mensyukuri apa yang dimiliki akan mudah tergoda dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Keempat, orang yang sabar dan berusaha dalam melakukan suatu pekerjaan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Amanat yang ditampilkan dalam cerita fantasi anak Indonesia ada empat macam. Pertama, kita tidak boleh berbuat usil pada orang lain karena dapat mendatangkan bahaya atau kerugian pada diri sendiri. Berbuat usil pada orang lain adalah perbuatan yang tidak terpuji. Kedua, kita harus saling tolong menolong. Ketiga, kita tidak boleh mudah tergoda oleh kemewahan orang lain. Apa yang kita miliki adalah yang terbaik. Keempat, kita harus berusaha dan sabar dalam mengerjakan suatu hal. Gaya bercerita yang digunakan adalah narasi dan dialog. Narasi dan dialog dalam cerita fantasi anak Indonesia sering digunakan secara bersama-sama. Narasi dan dialog dalam cerita mampu saling mendukung sehingga dapat menampilkan peristiwa, suasana, maupun watak tokoh dengan baik. Cerita pun tidak membosankan dan terasa hidup. PEMBAHASAN Karakteristik Alur Cerita Fantasi Anak Indonesia Periode Berdasarkan temuan penelitian, 84% tahapan alur yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah tahapan alur konvensional. Alur dimulai dengan eksposisi yang berisi pengenalan tokoh. Dari tahap eksposisi dilanjutkan ke tahap konflik, yaitu tokoh merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Selanjutnya adalah tahap klimaks, yakni konflik yang dialami tokoh memuncak. Setelah itu berlanjut ke tahap revelasi, tempat pengarang memberikan solusi atas permasalahan yang dialami tokoh. Terakhir adalah tahap penyelesaian. Pada tahap ini cerita berakhir dengan permasalahan yang dialami tokoh telah teratasi. Karakteristik tahapan alur tersebut sesuai dengan tahapan alur menurut Loban dkk. (dalam Aminuddin, 1987:84 86) sebagai berikut. Tahapan alur cerita dimulai dengan (1) eksposisi, (2) komplikasi atau intrik-intrik awal yang akan berkembang menjadi konflik hingga menjadi konflik, (3) klimaks, (4) revelasi atau penyingkatan tabir suatu problema, dan (5) denoument atau penyelesaian yang membahagiakan, yang dibedakan dengan catasrope, yakni penyelesaian yang menyedihkan; dan solution yakni penyelesaian yang masih besifat terbuka karena pembaca sendirilah yang dipersilahkan menyelesaikan lewat daya imajinasinya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan dalam cerita fantasi anak ditemukan tahapan alur yang lain. Misalnya, tahapan alur dimulai dengan

5 5 suspense, dilanjutkan ke tahap eksposisi dan pengembangan cerita, kemudian konflik, lalu klimaks, dan berakhir pada tahap penyelesaian. Jenis alur yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah alur maju/linier. Peristiwa demi peristiwa yang terjadi dalam cerita fantasi anak disusun secara kronologis dan didasarkan pada hubungan sebab akibat. Adanya hubungan sebab akibat ini akan turut mengembangkan intelektual anak. Secara langsung atau tidak langsung anak mempelajari hubungan yang terbangun itu, dan bahkan juga ikut mengkritisinya baik Mungkin saja anak mempertanyakan alasan tindakan-tindakan tokoh, reaksi tokoh, menyesalkan tindakan tokoh, dan lain-lain yang bernuansa mengapa -nya (Nurgiyantoro, 2005:38) Karakteristik Tokoh dan Penokohan Cerita Fantasi Anak Indonesia Periode Wujud Tokoh Berdasarkan temuan penelitian, wujud tokoh yang ditampilkan dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah 52% berwujud manusia, 29% binatang, dan 18% peri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nurgiyantoro (2005:224) yang menyatakan bahwa jenis tokoh dalam cerita fiksi anak berdasarkan wujudnya dapat dibedakan ke dalam tokoh manusia, binatang, atau objek lain. Penggunaan wujud tokoh berupa binatang dan objek lain (peri) yang dipersonifikasikan seperti manusia akan diterima oleh anak-anak, meskipun tidak masuk akal bagi orang dewasa. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki fantasi, apa yang tidak mungkin (bagi orang dewasa) bisa menjadi mungkin bagi mereka. Sarumpaet (1976:34) menyatakan karena perwujudan fantasi anak-anak bersifat antropomorfistis, maka bagi mereka sangatlah wajar bila benda-benda dan alam disekitarnya memiliki kualitas-kualitas yang sama dengan meraka. Anak-anak akan menganggap apapun yang ada di lingkungannya dapat melakukan hal-hal yang bisa mereka lakukan. Penokohan Berdasarkan temuan penelitian, 80% penokohan dalam cerita fantasi anak Indonesia menggunakan adalah analitik dan dramatik secara bersama-sama. Penggunaan penokohan secara analitik dan dramatik dalam cerita fantasi anak memiliki beberapa kelebihan. Penokohan secara analitik yang singkat, praktis, dan cenderung berada di awal cerita akan mempermudah pembaca untuk memahami watak tokoh. Pengungkapan watak secara dramatik digunakan pengarang untuk menampilkan watak tokoh yang lain. Penggunaan penokohan dramatik yang menampilkan watak tokoh melalui dialognya, interaksinya dengan tokoh lain dapat menumbuhkan rasa sosial anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (2005:40) yang menyatakan bahwa tokoh-tokoh yang saling berinteraksi untuk bekerja sama, saling membantu, bermain bersama, melakukan aktivitas keseharian bersama, menghadapi kesulitan bersama, membantu mengatasi kesulitan orang lain, dan lain-lain yang berkisah tentang kehidupan bermasyarakat akan menyadarkan anak bahwa ada orang lain selain dirinya, dan orang akan saling membutuhkan. Berdasarkan penokohan yang digunakan pengarang, dapat diketahui bahwa watak tokoh ada yang berkembang dan ada yang tidak. Watak tokoh mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan alur. Hal ini sesuai

6 6 dengan pendapat Nurgiyantoro (2005:230) yang menyatakan bahwa watak tokoh akan mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan alur yang menampilkan berbagai peristiwa dan konflik yang semakin meningkat. Perkembangan watak tokoh dalam cerita tidak akan menyulitkan anak-anak selama perubahan watak tersebut masih sederhana dan tidak terlalu kompleks. Watak tokoh yang tidak berkembang berarti watak tokoh tidak berubah dari awal hingga akhir cerita. Tokoh yang demikian akan mudah dikenali oleh anak-anak, bahkan tidak menutup kemungkinan akan menjadi tokoh idola yang terlihat sempurna (Nurgiyantoro, 2005:77). Karakteristik Latar Cerita Fantasi Anak Indonesia Periode Latar Tempat Berdasarkan temuan penelitian, latar tempat dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah 20% berupa rumah, 27% berupa istana, taman dan hutan yang masing-masing 14%. Penggunaan latar tempat berupa istana dalam cerita fantasi anak, tempat yang sudah tidak ada pada saat ini, akan membantu mengembangkan daya imajinasi anak. Anak tidak akan sekadar membayangkan tetapi juga berusaha mengenali dan menggambarkan bentuk sebuah istana. Anak juga akan memeroleh informasi baru mengenai latar tersebut (Nurgiyantoro, 2005:77). Penggunaan latar tempat selain istana adalah rumah, taman,dan hutan. Penggunaan latar tempat berupa rumah, taman dan hutan dikarenakan latar tersebut dekat dengan kehidupan anak sehari-hari. Dengan penggunaan latar tersebut, anak-anak akan semakin terlibat dalam cerita seolah-olah ia adalah pelaku dalam cerita (Nurgiyantoro, 2005:77). Dengan demikian, latar tempat yang dekat dengan kehidupan anak akan membantu anak untuk lebih mudah mengikuti dan memahami isi cerita. Latar Waktu Berdasarkan temuan penelitian, latar waktu dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah pagi hari 23%, siang hari 16%, sore hari 27%, malam hari 20%, dan suatu hari 52%. Kecenderungan latar waktu berupa pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari dikarenakan latar waktu ini mudah dikenali anak. Latar waktu ini dialami anak dalam kehidupan sehari-hari (Nurgiyantoro, 2005:253). Dengan demikian, anak akan lebih mudah mengidentifikas latar waktu dalam cerita. Penggunaan latar waktu lainnya adalah suatu hari. Latar waktu yang nonspesifik ini dapat membantu anak sebagai pembaca untuk mengembangkan imajinasinya. Anak bebas menafsirkan kapan terjadinya peristiwa dalam cerita fantasi anak. Lebih lanjut, Nurgiyantoro (2005:199) menjelaskan bahwa ketidakjelasan latar dapat memberikan kebebasan anak-anak sebagai pembaca untuk mengembangkan fantasinya sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dengan demikian, cerita fantasi anak mampu membantu anak untuk memperoleh gagasan baru mengenai apa yang belum pernah didapatkan sebelumnya.

7 7 Karakteristik Sudut Pandang Cerita Fantasi Anak Indonesia Periode Berdasarkan temuan penelitian, 93% sudut pandang dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah sudut pandang orang ketiga mahatahu. Hal ini senada dengan pendapat Stewig (1980:372) yang menyatakan bahwa cerita fantasi anak biasanya menggunakan sudut pandang orang ketiga atau omniscient narrator. Dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga mahatahu, pengarang lebih bebas bercerita dari satu tokoh ke tokoh yang lain. Pengarang akan lebih leluasa untuk mengembangkan cerita. Temuan yang sesuai dengan pendapat tersebut berbanding terbalik dengan pendapat Sarumpaet (1976:32) yang menyatakan bahwa sudut pandang atau pusat pengisahan yang sesuai untuk anak-anak adalah sudut pandang orang pertama dan sudut pandang yang bertolak dari pengamatan, asal pengarang bercerita secara analitik. Kedua sudut pandang ini, menurutnya adalah dua sudut pandang yang paling sesuai untuk anak-anak. Karakteristik Tema Cerita Fantasi Anak Indonesia Periode Berdasarkan temuan penelitian, tema yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia ada empat macam. Pertama, berbuat tidak baik kepada orang lain akan mendatangkan kerugian pada diri sendiri sebanyak 25%. Kedua, orang yang berbuat baik kepada orang lain akan mendapatkan kebaikan pula sebanyak 13,6%. Ketiga, orang yang tidak pandai mensyukuri apa yang dimiliki akan mudah tergoda dengan apa yang dimiliki oleh orang lain sebanyak 20%. Keempat, orang yang sabar dan berusaha dalam melakukan suatu pekerjaan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal sebanyak 13,6%. Secara umum, cerita fantasi anak berangkat dari sebuah ide dasar dari pengarang yang bermaksud untuk memberi tahu tentang kebenaran dalam hidup. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Nurgiyantoro (2005:82) bahwa tema dalam cerita adalah sebuah kebenaran yang diperjuangkan lewat logika cerita. Ia adalah sebuah kebenaran, mengandung prinsip-prinsip kebenaran, kebenaran yang sesuai dengan hati nurani, dan hati nurani mesti menolak segala sesuatu yang jahat, buruk, menyimpang, atau melanggar nilai-nilai kemanusian. Tindakan untuk selalu berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat adalah hal yang mengandung prinsip kebenaran dan tidak menyimpang dari nilai-nilai kemanusiaan. Tema-tema yang sering muncul dalam cerita fantasi anak cocok apabila diberikan kepada anak-anak sebagai pembaca. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarumpaet (1976:30) yang menyatakan bahwa tema-tema yang sesuai adalah tema yang menyajikan masalah-masalah yang sesuai pula dengan alam hidup anak-anak. Masalah-masalah yang diangkat dalam cerita fantasi anak akan memberikan pengetahuan dan pengalaman baru kepada anak-anak, dan dapat dimungkinkan apa yang diperoleh setelah membaca cerita fantasi anak tersebut anak-anak akan meniru dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Karakteristik Amanat Cerita Fantasi Anak Indonesia Periode Berdasarkan temuan penelitian, amanat yang ditampilkan dalam cerita fantasi anak ada empat macam. Pertama, kita tidak boleh berbuat usil pada orang lain karena dapat merugikan diri sendiri sebanyak 25%. Berbuat usil kepada orang

8 8 lain adalah perbuatan yang tidak baik. Kedua, kita harus saling tolong menolong sebanyak 13,6%. Ketiga, kita tidak boleh tergoda oleh kemewahan orang lain. Apa yang kita miliki adalah yang terbaik sebanyak 20%. Keempat, kita harus berusaha dan sabar dalam mengerjakan suatu hal sebanyak 13,6%. Amanatamanat yang lain juga ditemukan dalam cerita fantasi anak, tetapi intensitas penggunaannya lebih kecil. Berdasarkan simpulan ini dapat diketahui bahwa amanat dalam cerita fantasi anak berisi mengenai hal mana yang pantas dan harus dilakukan dan hal mana yang hendaknya tidak dilakukan. Amanat dalam cerita fantasi anak berusaha mengajarkan pembaca kepada hal-hal yang baik. Lebih lanjut Ampera (2010:13) menyatakan bahwa sastra anak termasuk cerita fantasi anak dapat mengembangkan intelektual anak. Lewat bacaannya, anak melakukan serangkaian kognisi dan afeksi, mulai dari interpretasi, komprehensi, hingga inferensi terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya. Karakteristik Gaya Bercerita Cerita Fantasi Anak Indonesia Periode Berdasarkan temuan penelitian, 100% gaya bercerita dalam cerita fantasi anak Indonesia berupa narasi dan dialog. Narasi pada cerita fantasi mendeskripsikan suasana dan peristiwa yang dialami tokoh, serta watak tokoh melalui kalimat-kalimat yang disusun sedemikian rupa dalam bentuk paragraf. Dialog dalam cerita fantasi anak menggambarkan suasana, peristiwa, maupun watak tokoh melalui dialog-dialog para tokoh. Narasi dan dialog dalam cerita fantasi anak cenderung digunakan secara bersama-sama. Sarumpaet (1976:30) menyatakan bahwa melalui pengisahan dan dialog tersebut terwujud suasana dan tersaji tokoh-tokoh yang jelas, baik sifat, peran, maupun fungsinya dalam cerita. Hal ini berarti narasi dan dialog dalam cerita harus saling mendukung sehingga mampu menampilkan peristiwa, suasana, maupun watak tokoh dengan baik. Lebih lanjut Nurgiyantoro (1995:310) menyatakan bahwa penggunaan gaya bercerita yang bervariasi, akan membuat sebuah cerita yang ditampilkan tidak monoton, terasa variatif, dan segar. Dengan menggunakan narasi dan dialog, maka cerita akan terasa hidup. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data diperoleh tujuh simpulan sejalan dengan rumusan masalah yang meliputi tahapan dan jenis alur, tokoh dan penokohan, latar tempat dan waktu, sudut pandang, tema, amanat, dan gaya bercerita sebagai berikut. Tahapan alur yang digunakan adalah tahapan alur konvensional dengan pola eksposisi, dilanjutkan ke tahap konflik, kemudian klimaks, lalu revelasi, dan berakhir pada penyelesaian. Jenis alur yang digunakan adalah alur maju/linier. Wujud tokoh yang digunakan dalam dongeng adalah manusia, binatang, dan peri. Penokohan dalam cerita fantasi anak Indonesia menggunakan teknik analitik dan dramatik secara bersama-sama. Berdasarkan penokohan yang digunakan pengarang, dapat diketahui bahwa watak tokoh ada yang berkembang dan ada yang tidak berkembang.

9 9 Latar tempat yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah rumah, istana, taman, dan hutan. Latar waktu yang digunakan adalah pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, dan suatu hari. Keempat, sudut pandang. Sudut pandang yang cenderung digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia adalah sudut pandang orang ketiga mahatahu. Pengarang bebas bercerita dari satu tokoh ke tokoh yang lain Tema yang digunakan dalam cerita fantasi anak Indonesia ada empat macam. Pertama, berbuat tidak baik kepada orang lain akan mendatangkan kerugian pada diri sendiri. Kedua, orang yang berbuat baik kepada orang lain akan mendapatkan kebaikan pula. Ketiga, orang yang tidak pandai mensyukuri apa yang dimiliki akan mudah tergoda dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Keempat, orang yang sabar dan berusaha dalam melakukan suatu pekerjaan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Amanat yang disampaikan dalam cerita fantasi anak Indonesia ada empat macam. Pertama, hendaknya kita tidak boleh berbuat usil pada orang lain karena dapat merugikan diri sendiri. Kedua, hendaknya kita harus saling menolong. Ketiga, hendaknya kita tidak mudah tergoda kemewahan orang lain. Keempat, hendaknya kita berusaha dan sabar dalam mengerjakan sesuatu. Gaya bercerita yang digunakan adalah narasi dan dialog. Narasi dan dialog dalam cerita fantasi anak sering digunakan secara bersama-sama. Narasi dan dialog dalam cerita mampu saling mendukung sehingga dapat menampilkan peristiwa, suasana, maupun watak tokoh dengan baik. Saran Dari simpulan hasil penelitian dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut. Pertama, peneliti lanjutan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau dasar untuk melakukan penelitian lanjutan tentang sastra anak, khususnya yang berkaitan dengan cerita fantasi anak. Kedua, guru Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan baru bagi guru Sekolah Dasar tentang sastra anak, khususnya cerita fantasi anak. Penelitian ini juga dapat dijadikan pertimbangan bagi guru untuk menggunakan cerita fantasi anak sebagai bahan apresiasi cerita prosa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar sehingga guru dapat membantu mengembangkan keterampilan siswa, diantaranya membantu mengembangkan daya imajinasi anak. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Ampera, T Pengajaran Sastra: Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis Aktivitas. Bandung: Widya Padjajaran. Asrori, M Setangkup Problematika Sastra Anak Indonesia, (Online), ( diakses 3 Februari Nurgiyantoro, B Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

10 10 Nurgiyantoro, B Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Universitas Negeri Malang Pedoman Penelitian Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan Penelitian. Yogyakarta: ANDI. Stewig, J.W Children and Literature. Chicago: Rand Mçnally Education Series.

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3 KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang E-mail: Ayukuning11@gmail.com

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang II. LANDASAN TEORI 2.1.Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 2.1.1 Pengertian Apresiasi Secara leksikal, appreciation apresiasi mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kajian terhadap penelitian yang ada sebelumnya dan ada kaitannya dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan induk dari seluruh disiplin ilmu. Pengetahuan sebagai hasil proses belajar manusia baru tampak nyata apabila dikatakan, artinya diungkapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa adalah kajian yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai gambaran dunia (dalam kata), hadir pertama-tama kepada pembaca hakikatnya untuk menghibur, memberikan hiburan yang menyenangkan. Sastra menampilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahasa di dalam masyarakat untuk wujud pemakaian bahasa berupa kata, frase, klausa, dan kalimat. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa terjadi pada tataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

ANALISIS WATAK TOKOH UTAMA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI. Oleh. 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

ANALISIS WATAK TOKOH UTAMA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI. Oleh. 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat ANALISIS WATAK TOKOH UTAMA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI Oleh,, 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3)Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM TEKS CERITA FANTASI KARYA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAYAKUMBUH

TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM TEKS CERITA FANTASI KARYA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAYAKUMBUH TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM TEKS CERITA FANTASI KARYA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAYAKUMBUH Oleh: Elin Nofia Jumesa 1, Abdurahman 2, Emidar 3. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

CERITA FIKSI DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMP

CERITA FIKSI DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMP CERITA FIKSI DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMP Dini Pangestuning Tyas 1 ) Roekhan 2 ) Ida Lestari 2 ) Universitas Negeri Malang, jalan Semarang 5 Malang E-mail: dinipangestu@yahoo.co.id ABSTRAK: Tujuan

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN, MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN, DAN TEKNIK MENULIS CERITA SINGKAT

BAB II PEMBELAJARAN, MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN, DAN TEKNIK MENULIS CERITA SINGKAT BAB II PEMBELAJARAN, MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN, DAN TEKNIK MENULIS CERITA SINGKAT 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Cerpen dalam Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas X Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ntriwahyu87@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI RELIGIUS NOVEL WO AI NI, ALLAH KARYA VANNY CHRISMA W. DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI RELIGIUS NOVEL WO AI NI, ALLAH KARYA VANNY CHRISMA W. DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI RELIGIUS NOVEL WO AI NI, ALLAH KARYA VANNY CHRISMA W. DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh : Esti Rahayu Pendidikan Bahasa ndonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo erahayuest@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL HITAM PUTIH KARYA MUSTHOFA ACHMAD DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL HITAM PUTIH KARYA MUSTHOFA ACHMAD DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL HITAM PUTIH KARYA MUSTHOFA ACHMAD DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Nadia Astikawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tiika89unyiil@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dipahami oleh siswa sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak menarik, sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan diuraikan beberapa hal yaitu : (1) latar belakang, (2) rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. Secara rinci hal tersebut diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal ini tercermin dalam undang-undang nomor 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

ABSTRACT. Kata kunci: membaca, membaca apresiatif cerpen, menulis teks cerpen

ABSTRACT. Kata kunci: membaca, membaca apresiatif cerpen, menulis teks cerpen KORELASI KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERPEN SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Della Melaty 1, Irfani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu bentuk seni yang diciptakan melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan menggunakan bahasa yang indah sebagai sarana pengucapannya dan dapat berguna bagi manusia, yakni

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP Heru Susanto, Eti Sunarsih Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Singkawang,

Lebih terperinci

6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 6. Sastra Anak, Pengantar Pemahaman Dunia Anak. (Cetakan kedua 2010, cetakan pertama 2005). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. SASTRA ANAK Pengantar Pemahaman Dunia Anak Burhan Nurgiyantoro KATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sepanjang pengamatan peneliti, tidak ditemukan penelitian yang membahas nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Untuk menemukan struktur dan aspek sosiologi sastra novel Galaksi Kinanthi karya Tasaro GK, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU

FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU FILM PENDEK SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN ORANG LAIN DI KELAS X-4 SMAN 02 BATU Rizki Mertyn Palupi 1 Yuni Pratiwi 2 Indra Suherjanto 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK OLEH SISWA KELAS IXB SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK OLEH SISWA KELAS IXB SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK OLEH SISWA KELAS IXB SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Putri Rahayu, Albertus Sinaga. Pembimbing 1, Andiopenta Purba. Pembimbing 2 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

ALUR DALAM FIKSI. Kusmarwanti, M. Pd. Bahan mata kuliah Kajian Fiksi

ALUR DALAM FIKSI. Kusmarwanti, M. Pd. Bahan mata kuliah Kajian Fiksi ALUR DALAM FIKSI Kusmarwanti, M. Pd. Bahan mata kuliah Kajian Fiksi Buku Berkenalan dengan Prosa karya Prof. Suminto A. Sayuti Buku Pengkajian Fiksi karya Prof. Burhan Nurgiyantoro Sumber Referensi 18

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan mengungkapkan buah pikiran melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. menulis

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL GURU PARA PEMIMPI KARYA HADI SURYA DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI SMA

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL GURU PARA PEMIMPI KARYA HADI SURYA DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI SMA NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL GURU PARA PEMIMPI KARYA HADI SURYA DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Wahyu Kartikasari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL PENGANTIN HAMAS KARYA VANNY CHRISMA W. DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL PENGANTIN HAMAS KARYA VANNY CHRISMA W. DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL PENGANTIN HAMAS KARYA VANNY CHRISMA W. DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Patria Endah Safitri Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan disampaikan secara turun menurun. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share.

Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share. Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Teks Drama Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Isthifa Kemal 1 ABSTRAK Penelitian ini mengkaji masalah yaitu 1) bagaimana peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA oleh INEU NURAENI Inneu.nuraeni@yahoo.com Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan 1 BAB I PENDAHULUN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan bertujuan untuk menghasilkan sebuah tulisan. Pada dasarnya kegiatan berbahasa terutama menulis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ady Wicaksono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adywicaksono77@yahoo.com Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melalui karya sastra dapat diketahui eksistensi kehidupan suatu masyarakat di suatu tempat pada suatu waktu meskipun hanya pada sisi-sisi tertentu. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP) pada tingkat SMA diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya dibenahi. Salah satunya yaitu pembaharuan sistem kurikulum guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Kukuh Iman Ujianto Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, simpulan dari penelitian commit to user 138 Simplifikasi Struktur Naratif dalam Novel Kumandhanging Katresnan Karya Any

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan pun merupakan salah satu unsur intrinsik penting yang membangun jalannya cerita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci