POTENSI MEMBANGUN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN MELALUI MATA KULIAH WORKSHOP DAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Abstrak
|
|
- Budi Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 POTENSI MEMBANGUN KARAKTER KEWIRAUSAHAAN MELALUI MATA KULIAH WORKSHOP DAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Farida Nurhasanah Univesitas Sebelas Maret Abstrak Terjadinya dekadensi moral yang ditengarai karena kegagalan system pendidikan yang mementingkan aspek kognitif semata, dengan mendewa-dewakan nilai sebagai hasil belajar memunculkan wacana tentang dibutuhkannya pendidikan karakter. Pendidikan karakter menjadi topik dalam berbagai diskusi dan seminar pendidikan. Salah satu karakter yang perlu ditumbuhkan di Indonesia dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi dan kesehjateraan rakyat adalah karakter kewirausahaan. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta baru memiliki sekitar 0,2% wirausahawan. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah wirausahawan di Indonesia masih sangat kecil dibandingkan dengan jumlah idealnya yaitu 2% dari seluruh populasi penduduk suatu Negara. Untuk membangun karakter kewirausahaan melalui internalisasi dalam kehidupan pembelajaran di kampus dibutuhkan suatu kajian yang komprehensif mengenai potensi dari mata kuliah yang diajarkan kepada mahasiswa. Salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh para calon guru matematika adalah mata kuliah workshop dan media pembelajaran matematika. Kondisi ini memunculkan ide untuk menulis kajian tentang bagaimana potensi mata kuliah workshop dan media pembelajaran matematika dalam membangun karakter kewirausahaan mahasiswa. Diharapkan melalui kajian dan analisis yang komprehensip dapat dihasilkan suatu rumusan tentang strategi pendekatan yang dapat dimanfaatkan dalam menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan melalui proses pembelajaran pada mata kuliah workshop dan media pembelajaran matematika. Selain itu, tulisan ini diharapkan pula dapat membuka wawasan para calon guru untuk berkiprah dibidang wirausaha, tidak sekadar menggantungkan cita-cita sebagai Pegawai Negri Sipil. Kata Kunci: Pendidikan karakter, kewirausahaan, media pembelajaran matematika. PENDAHULUAN Pendidikan karakter ramai menjadi topik berbagai diskusi dan seminar pendidikan akhir-akhir ini. Hal ini terkait dengan terjadinya dekadensi moral yang ditengarai disebabkan oleh kegagalan sistem pendidikan dalam membentuk kepribadian anak didik dengan menanamkan nilai-nilai moral yang dapat membentuk karakter baik manusia. Sistem pendidikan saat ini masih menekankan pada aspek kognitif semata, 1
2 nilai dalam bentuk skor sering dipandang sebagai capaian tertinggi dari hasil proses pembelajaran seorang anak didik, sehingga berbagai upaya dilakukan berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini. Sayangnya, dalam banyak diskusi dan seminar, pendidikan karakter banyak dibahas sebatas wacana belaka padahal sejatinya pendidikan karakter membutuhkan proses internalisasi nilai-nilai dan pendekatan pelaksanaannya sebaiknya dilakukan terintegrasi dan terinternalisasi ke dalam seluruh kehidupan sekolah (Furqon Hidayahtullah, 2011). Kehidupan sekolah dalam lingkup pendidikan tinggi memiliki potensi yang sama besarnya dalam upaya menumbuhkan benih-benih karakter baik. Sebagai salah satu pencetak calon guru, maka proses pendidikan pada Fakultas Keguruan memiliki peran yang strategis dalam mewujudkan idealisme membentuk karakter manusia Indonesia yang baik dan kuat. Guru memiliki peran penting dalam menularkan semangat membangun karakter anak bangsa. Salah satu upaya nyata dalam membangun karakter anak didik adalah dengan melakukan internalisasi dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk melakukan internalisasi nila-nilai ke dalam proses pembelajaran yang berlangsung dikampus perlu dikaji mendalam tentang potensi dari mata kuliah terkait dengan materi yang disampaikan dan nilai-nilai yang bersesuaian untuk dibangun melalui suatu strategi pembelajaran yang sesuai. Salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh calon guru matematika adalah mata kuliah workshop dan media pembelajaran matematika. Mata kuliah ini berisi materi bagaimana cara membuat media pembelajaran matematika dalam bentuk alat peraga untuk digunakan dalam proses pembelajaran matematika. Hingga saat ini, di lapangan masih banyak guru matematika yang mengesampingkan pemanfaatan media pembelajaran matematika dalam menjelaskan konsep-konsep matematika kepada siswanya. Masih banyak guru yang beranggapan bahwa merancang media pembelajaran matematika itu sulit dan membutuhkan dana besar. Padahal, alat peraga matematika, mempunyai peran yang cukup besar dalam proses pembelajaran matematika, khususnya pada siswa-siswa di tingkat sekolah dasar 2
3 dan sekolah menengah pertama yang tingkat berpikir matematikanya belum sampai pada tingkat abstrak. Hal ini mengindikasikan bahwa, pada dasarnya peluang pemanfaatan alat peraga dalam proses pembelajaran matematika masih sangat luas. Selain itu, hingga saat ini jenis dan bentuk alat peraga, khususnya alat peraga konkrit sebagai penunjang proses pembelajaran matematika juga masih relatif sedikit, sehingga peluang membuat alat peraga matematika masih sangat luas. Terkait dengan pembentukan karakter baik dan potensi yang ada dalam bidang pembuatan alat peraga matematika, salah satu karakter yang diperlukan dalam proses pembangunan ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan karakter kewirausahaan. Perihal kewirausahaan juga menjadi salah satu perhatian Universitas Sebelas Maret, hal ini tercermin dari visi dan misi-nya. Sehingga diharapkan setiap proses yang berlangsung dalam lingkungan civitas academia UNS bernafaskan visi tersebut. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini akan mengkaji tentang potensi mata kuliah workshop dan media pembelajaran matematika dalam membangun karakter kewirausahaan pada mahasiswa. PENDIDIKAN KARAKTER Karakter dalam Kamus Lengkap Bahasa Indoensia diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Senada dengan definisi tersebut, dalam Dorland s Pocket Medical Dictionary (1968) karakter diartikan sebagai sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu; sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu. Sedangkan Hidayatullah (2009) mengemukakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, ahklak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain. Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sifat, watak, atau tabiat, sebagai kepribadian khusus dan atributnya dapat diamati untuk bisa membedakan individu tersebut dengan orang lain. 3
4 Sedangkan pendidikan karakter memiliki beberapa pengertian, diantaranya: David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004) berpendapat bahwa pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within. Dari ungkapan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah serangkaian usaha yang dilakukan untuk membantu individu memahami, peduli dan memiliki sikap terhadap nilai-nilai yang terdapat pada lingkungannya. Terkait dengan pengertian tersebut, konteks pendidikan yang bertalian erat dengan proses pembelajaran maka dapat diartikan pula bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru atau pendidik adalah salah seorang individu yang memiliki peluang sekaligus wewenang dalam membantu membentuk watak peserta didik. Melalui proses pembelajaran yang berlangsung baik di dalam kelas maupun melalui berbagai kegiatan di luar kelas diharapkan guru atau pendidik dapat mengoptimalkan potensi dalam membentuk karakter siswa didiknya. Orang sering terjebak, pendidikan karakter itu diterjemahkan hanya sebagai sopan santun. Padahal lebih dari itu. Yang mau dibangun adalah karakter-budaya yang menumbuhkan kepenasaranan intelektual (intellectual curiosity) sebagai modal untuk mengembangkan kreativitas dan daya inovatif yang dijiwai dengan nilai kejujuran dan dibingkai dengan kesopanan dan kesantunan. Jika ditinjau dari konteks pendidikan di Indonesia, T. Ramli (2003) dalam Diknas mengemukakan bahwa, pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai- 4
5 nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Berdasarkan kajian tersebut, dapat dikerucutkan bahwa pendidikan karakter di Indonesia merupakan suatu upaya dalam menumbuhkan nilai-nilai luhur yang bersumber pada budaya bangsa kepada peserta didik agar terinternalisasi dalam kepribadiannya. KARAKTER KEWIRAUSAHAAN Wirausaha seringkali diartikan sebagai membuka suatu usaha. Kata ini identik dengan dengan kata pengusaha, menjadi bos untuk dirinya sendiri, memiliki banyak pengawai, atau berjualan. Tidak heran jika sebagian orang beranggapan bahwa kemampuan wira-usaha adalah kemampuan untuk menghasilkan produk tertentu, atau kemampuan untuk memasarkan produk atau berjualan. Selain itu ada pula yang beranggapan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan wira-usaha adalah seorang yang mampu mengelola usahanya secara mandiri. Rohadi (2011) mengemukakan bahwa pada hakekatnya kewirausahaan merupakan suatu sikap mental atau mindset. Mindset kewirausahaan merupakan serangkaian sikap hidup yang dibutuhkan untuk aktivitas wira-usaha. Sikap hidup tersebut diantaranya adalah, jujur, kreatif, inovatif, percaya diri, tahan banting dan berani mengambil resiko. Jika demikian maka pada dasarnya dapat dikatakan bahwa kewirausahaan juga merupakan suatu karakter yang dapat dibangun melalui serangkaian proses pembelajaran. Senada dengan pendapat ini, Charles (2010) dalam Kompas Female juga mengungkapkan bahwa sejumlah karakter kewirausahaan yang paling menonjol adalah memiliki kegigihan, siap menghadapi tantangan, jeli melihat keadaan dan peluang, kreatif, berpikir lebih terbuka dan tidak terkotak-kotakkan, atau berpikir out of the box. Ciputra, salah seorang wirausahawan besar di Indonesia pada ajang Makassrpreuner mengungkapkan bahwa setidaknya ada 10% orang Indonesia yang berbakat menjadi wirausaha, sayangnya karena tidak pernah dididik, dilatih dan diberi kesempatan sehingga mereka tidak berhasil menjadi entrepreneur. Pendapat ini memberikan indikasi bahwa pada dasarnya sebagai suatu karakter maka kewirausahaan dapat dibentuk atau dibangun melalui proses pembelajaran. 5
6 PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME Dalam pandangan konstruktivisme, proses pembelajaran bertujuan untuk membangun pemahaman bukan sekadar mengoleksi sebanyak-banyaknya pengetahuan tanpa memahaminya. Premis dasarnya adalah bahwa individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan ketrampilannya (Bruner, 1990 dalam Baharudin dan Wahyuni, 2007). Terkait dua pandangan tentang bagaimana individu mengkontruksi pengetahuan, yaitu secara psikologis dan sosiologis seperti diungkapkan oleh Matthew (Suparno, 1997) dalam Sunardi (2006) bahwa pengetahuan dibangun berdasarkan pada perkembangan psikologis, dilain pihak pandangan konstrutivisme sosiologis mengatakan bahwa pengetahuan dibangun men-dasarkan pada hubungan sosial. Berdasarkan hal tersebut menurut Sunardi (2005) jika kedua pandangan tersebut dipadukan maka proses kontruksi pengetahuan dapat berlangsung lebih cepat. Artinya ketika individu mengonstruk pengetahuan, mereka difasilitasi dengan kondisi sehingga keaktifan dan kesiapan individu secara psikologis dipenuhi. Di samping itu dalam proses belajar mengonstruk pengetahuan, didukung lingkungan sosial sehingga tercipta interaksi sosial individu dengan teman belajar. Untuk menciptakan lingkungan sosial perlu suatu pengkondisian agar interaksi social dapat tercipta, salah satu caranya adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Selain itu, Kanselaar (2002) mengungkapkan beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan pandangan konstruktivisme sosiologis diantaranya, menciptakan komunitas belajar untuk mendukung aktivitas belajar guna mencapai tujuan yang diiginkan, selain itu lingkungan belajar berbasiskan multimedia komputer juga dapat digunakan. Senada dengan hal tersebut, Asnawati(2006) mengungkapkan bahwa adanya komunitas belajar akan merancang siswa untuk berdiskusi dengan kawannya, yang tentu saja akan meningkatkan aktivitas siswa, biasanya orang ingin dihargai pada komunitasnya, sehingga ia akan berusaha untuk mendapatkan penghargaan. Berangkat dari paparan di atas, terlihat bahwa pendekatan pembelajaran konstruktivisme yang menguatamakan proses pembentukan pengetahuan dengan mendayagunakan komunitas belajar untuk menciptakan lingkungan social yang 6
7 kondusif dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam membangun karakter kewirausahaan pada proses pembelajaran di kelas. PEMBAHASAN Mata kuliah workshop dan media pembelajaran matematika merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa program pendidikan matematika sebelum lulus dan menjadi guru matematika. mata kuliah ini berisi tentang materi yang berkaitan dengan konsep-konsep media pembelajaran matematika yang terdiri dari alat peraga matematika konkrit dan alat peraga matematika maya. Mata kuliah ini memiliki bobot 3 sks, standar kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah ini adalah mahasiswa mampu memanfaatkan dan membuat alat peraga konkrit dan alat peraga maya dalam pembelajaran matematika. Mata kuliah ini berisi tentang materi-materi yang terkait dengan pemanfaatan dan proses produksi alat peraga konkrit dan alat peraga maya yang merupakan bagian dari media pembelajaran matematika. Pada mata kuliah ini juga diuraikan penjelasan tentang prosedur pemilihan media yang berdasarkan pada karakteristik siswa, tujuan, sifat bahan ajar, dan komponen-komponen instruksional dalam pembelajaran matematika lainnya. Selain itu mahasiswa juga diberikan bekal tentang prosedur untuk memproduksi alat peraga serta panduan pemanfaatan alat peraga dalam proses pembelajaran matematika. Tabel 1. Kompetensi Dasar dan Indikator pada Mata Kuliah Workshop dan Media Pembelajaran No Kompetensi Dasar Indikator 1 Mengenal pengertian media pengajaran serta jenis Mahasiswa menjelaskan pengertian media pembelajaran. jenis media pembelajaran Mahasiswa menerangkan fungsi media pembelajaran Mahasiswa dapat membedakan macammacam media pembelajaran 2 Mengenal macam-macam Mahasiswa dapat membedakan jenis alat alat peraga dalam peraga berdasarkan pembuatannya pembelajaran matematika Mahasiswa dapat membedakan jenis alat peraga matematika berdasarkan tujuan penggunaannya 7
8 No Kompetensi Dasar Indikator 3 Mampu memilih alat peraga konkrit dan atau alat peraga maya untuk menanamkan Mahasiswa dapat memilih alat peraga yang tepat untuk menanamkan konsep Mahasiswa dapat memilih alat peraga yang dan menguatkan konsep tepat untuk menguatkan konsep matematika siswa Mahasiswa dapat menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan alat peraga 4 Mampu mendisain dan membuat alat peraga matematika yang digunakan Mahasiswa dapat mendisain alat peraga Mahasiswa dapat mendisain modul penggunaan alat peraga Melihat dari Standar Kompetensi yang diharapkan pada mata kuliah tersebut, yaitu mahasiswa bukan hanya diharapkan dapat memanfaatkan melainkan dituntut pula untuk dapat membuat alat peraga konkrit dan alat peraga maya pada mata pelajaran matematika. Jika dikaitkan dengan potensi untuk membangun karakter kewirausahaan, maka pada Kompetensi Dasar ke-empat, yaitu mahasiswa mampu mendisain dan membuat alat peraga matematika sangat strategis untuk mengembangkan karakter kewirausahaan karena hasil belajar mahasiswa selain nilai dalam bentuk skor namun mereka juga memiliki karya berupa produk alat peraga maya dan konkrit untuk pembelajaran matematika. Memiliki karakteristik berupa yang tertuang dalam Kompetensi Dasar dan Indikator dapat dirancang suatu strategi pembelajaran dengan memadukan konsep pendidikan karakter yang potensial membangun karakter kewirausahaan. Berikut adalah strategi yang dapat dicoba untuk membangun karakter kewirausahaan pada mata kuliah workshop dan media pembelajaran matematika: Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konstruktivisme yang berpusat pada mahasiswa, dengan memnfaatkan metode pembelajaran workshop, penugasan, presentasi, diskusi dan praktek. Bentuk penilaian berupa penilaian produk dan presentasi untuk melihat aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Produk yang dibuat adalah Alat Peraga Maya dan Alat Peraga Konkrit untuk pembelajaran matematika. produk tersebut, sebelum dipresentasikan dan dikumpulkan dinilai terlebih dahulu oleh beberapa dosen yang berkompeten sebagai panelis untuk mendapatkan kritik dan saran terkait produk yang dibuat. 8
9 Berikut adalah tabel analisis karakter kewirausahaan yang potensial muncul pada aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan strategi yang akan diterapkan: Tabel 2. Analisis Karakter Kewirausahaan pada Proses Pembelajaran No Kegiatan Pembelajaran Mahasiswa 1 Mengajukan ide tentang alat peraga yang akan dibuat dalam bentuk proposal 2 Proses membuat pelengkap dan penunjang alat peraga berupa modul, LK dan RPP 3 Mencari Panelis tiga orang dosen pendidikan matematika untuk memberikan penilaian, kritik dan saran dalam proses pembuatan dan penyusunan alat peraga dengan pelengkapnya 4 Presentasi hasil karya dan mempraktekkan cara menggunakan alat peraga yang dibuat Karakter Kewirausahaan yang Potensial Muncul Aktivitas ini potensial untuk membangun karakter kreativitas dan berani mengambil resiko atas ide yang dimunculkan Aktivitas ini potensial untuk membangun karakter kreativitas dan inovatif dalam membuat LK, dan mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan alat peraga yang dibuat Pada kegiatan ini potensial memunculkan karakter kewirausahaan percaya diri dan pantang menyerah. Dibutuhkan tingkat percaya diri yang tinggi untuk mencari dosen yang bersedia memberikan penilaian dan presentasi dihadapan mereka. Selain itu, kritik dan saran dari dosen juga akan memicu peserta didik untuk memperbaiki dan menyempurnakan karya mereka sebelum diberi penilaian akhir. Kegiatan ini, melatih kemampuan komunikasi mahasiswa secara lisan. Selain itu, pada kesempatan ini, mahasiswa juga perlu mempertanggungjawabkan produk yang sudah dibuatnya dihadapan teman sekelas dan dosen. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dilihat karakter kewirausahaan berupa mindset yang dapat dibangun melalui serangkaian aktivitas pembelajaran yang disusun sedemikian hingga agar sesuai dengan karakteristik mata kuliah workshop dan media pembelajaran matematika. 9
10 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang sudah dipaparkan, berdasarkan kajian teoretis dapat disimpulkan bahwa mata kuliah workshop dan media pembelajaran potensial dalam membangun karakter kewirausahaan melalui suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan pendekatan konstruktivisme dengan penekanan pada student centered dan memanfaatkan model pembelajaran kooperatif untuk membangun suatu lingkungan belajar yang kondusif dengan menekankan pada proses pembuatan alat peraga matematika dalam bentuk konkrit dan maya, serta dilengkapi dengan perangkat pembelajaran berupa modul, Lembar Kerja Siswa dan RPP pembelajaran. Pembentukan lingkungan yang kondusif juga dibangun bersama dengan dosen-dosen serumpun sebagai panelis untuk memberi kritik, saran, dan penilaian atas produk alat peraga yang dibuat oleh siswa. Terkait dengan hasil kajian tersebut, perlu dilakukan penelitian tindak lanjut mengenai hasil dari strategi pembelajaran yang diterapkan terhadap karakter yang terbentuk pada mahasiswa yang mengambil mata kuliah workshop dan media pembelajaran matematika. DAFTAR PUSTAKA Asnawati, R Meningkatkan Aktivitas, Motivasi, dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Model Kooperatif Tipe STAD (Studi di Kelas IV B SDN 2 LabuhanratuBandar Lampung. Prosiding BKS PTN Wilayah Barat Bidang Pendidikan. p 83Universitas Negeri Surabaya. P 23 Baharudin & Wahyuni Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media. David Elkin dan Freddy Sweet How to Do Character Education. Today s School Magazine. Edisi September/Oktober Dorland s Pocket Medical Dictionary W.B. Saunder Company. Philadelphia. Hidayatullah, Furqon Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Yuma Pustaka. Surakarta. Kanselaar, G Constructivism and Socio-construtivism. Tidak dipublikasikan. 10
11 Rohadi Membangun Mindset Wirausaha. Dapat diakses di: Sunardi Pengembangan Model Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele. Disertasi. Tribun Timur Membangun Karakter Mental Kewirausahaan Pemuda. Edisi Selasa, 11 Oktober Dapat diakses di : kewirausahaan-pemuda. 11
INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti
INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS TEKS Nunik Sugesti Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Character education is not a new thing;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik generasi muda yang merupakan penerus bangsa, dalam hal membentuk dan mengembangkan karakter.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan
BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan
Lebih terperinciInfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012
MEMBANGUN KEAKTIFAN MAHASISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN MATA KULIAH PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUTIVISME DALAM KEGIATAN LESSON STUDY Abstrak Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.
Lebih terperinciPENDIDIKAN KARAKTER DI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1
PENDIDIKAN KARAKTER DI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Mengah Pertama 2010-2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia akan menjadi negara yang tentram apabila sumber daya manusianya memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang baik dapat diupayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk (www.republika.co.id: 2015). Sementara itu, McClelland dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki jumlah wirausaha berkisar 1,65% dari jumlah penduduk (www.republika.co.id: 2015). Sementara itu, McClelland dalam Purnomo (2013:1) menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusiaa, pendidikan adalah hak setiap warga negara sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang akan berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merosotnya moralitas bangsa terlihat dalam kehidupan masyarakat dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab, kesetiakawanan sosial (solidaritas),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
577 PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR Budi Utami 1), Sugiharto 1), Nurma Yunita Indriyanti 1) 3) Program Studi Pendidikan Kimia
Lebih terperinciPEMBIASAAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA HALUS DALAM UPAYA PEMBINAAN KARAKTER PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Martono UPBJJ-UT Yogyakarta
PEMBIASAAN PENGGUNAAN BAHASA JAWA HALUS DALAM UPAYA PEMBINAAN KARAKTER PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR Martono UPBJJ-UT Yogyakarta (martono@ecampus.ut.ac.id) ABSTRAK Keberadaan dan kehidupan anak-anak sekarang
Lebih terperinciPENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR MELALUI CERITA RAKYAT 1. Anwar Novianto 2
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR MELALUI CERITA RAKYAT 1 Anwar Novianto 2 ABSTRAK Era Globalisasi menimbulkan berbagai dampak disemua aspek kehidupan manusia. Untuk menanggulangi dampak negatif globalisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Era Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat ini, pemerintah sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang yang pada hakekatnya bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu
BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Sekolah adalah lembaga atau organisasi yang dirancang pemerintah sebagai upaya pelaksanaan pembelajaran peserta didik dalam pengawasan guru yang professional. Salah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar secara aktif dalam mengembangkan kreativitas berfikirnya. Tujuan pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan membaca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlak bersifat abstrak, tidak dapat diukur, dan diberi nilai oleh indrawi manusia (Ritonga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pengangguran yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini diakibatkan oleh jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan keterbatasan lapangan pekerjaan sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang dapat menyebabkan sebuah perubahan-perubahan baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik kearah
Lebih terperinciPETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan adalah sarana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia dalam aspek kemampuan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum 2013 kini sedang hangat dibicarakan oleh para guru, wali murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada beragam pernyataan
Lebih terperinciPengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi
Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi Putu Sukma Kurniawan a, Edy Sujana b a,buniversitas Pendidikan Ganesha, Singaraja,
Lebih terperinciPENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS Konstantinus Dua Dhiu, 2) Nikodemus Bate Program Studi Pendidikan Guru PAUD, STKIP Citra Bakti, NTT 2) Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku
Lebih terperinciURGENSI NILAI MORAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh; Dr. Sujarwo, M.Pd (Dosen PLS FIP UNY)
URGENSI NILAI MORAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh; Dr. Sujarwo, M.Pd (Dosen PLS FIP UNY) Makna Pendidikan Karakter Istilah karakter dimaknai sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk itu diperlukan keterampilan
Lebih terperinci2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu bersifat abstrak yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dengan gagasan atau sistem ide yang di dalamnya terdapat sebuah pikiran manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dalam lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran serta membantu siswa dalam
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER
PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER Ary Kristiyani, M.Hum. PBSI, FBS, UNY arykristiyani@uny.ac.id atau ary_kristiyani79@yahoo.com Disampaikan pada Seminar Internasional di Hotel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan hidup manusia. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan
Lebih terperinciSutrisno Universitas PGRI Semarang
P R O S I D I N G ISBN:978-602-8047-99-9 SEMNAS ENTREPRENEURSHIP Juni 2014 Hal:197-208 MENUMBUHKAN KARAKTER WIRAUSAHA MELALUI PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DAN MEDIA MATEMATIKA Sutrisno Universitas PGRI Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Namun secara khusus keberhasilan dalam belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan karakter penting bagi bangsa Indonesia, karena untuk melahirkan generasi bangsa yang tangguh. Bung Karno menegaskan bahwa bangsa ini harus dibangun dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada bangsa yang maju apabila bangsa tersebut tidak memperhatikan bidang pendidikan. Usaha untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai karakter yang ada pada diri anak bangsa seperti rasa peduli terhadap etika dan sopan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan bangga sebagai bangsa Indonesia. Salah satu pendidikan yang mampu menumbuhkan karakter Pancasila
Lebih terperinciberbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dilaksanakan seumur hidup. Pendidikan ini harus terus dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam bangsa itu sendiri. Hal tersebut juga mengharuskan kita sebagai
Lebih terperinciPENANAMAN KARAKTER SAFT SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN CALON PENDIDIK BERKARAKTER DALAM MATA KULIAH MICROTEACHING
ISBN: 978-602-70471-1-2 81 PENANAMAN KARAKTER SAFT SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN CALON PENDIDIK BERKARAKTER DALAM MATA KULIAH MICROTEACHING Dini Restiyanti Pratiwi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Univeritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, dalam kegiatan interaksi ini tidaklah dilakukan dengan sembarangan dan di luar kesadaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciMiftahul Ayu et al., Pembentukan Karakter Konsisten dan Teliti Siswa SMP...
1 Pembentukan Karakter Konsisten dan Teliti Siswa SMP Dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Berbasis Lesson Study Pada Sub Pokok Bahasan Tabung Kelas IX C SMP Negeri 2 Panti Tahun Ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses dalam rangka perubahan pada pembentukan sikap, dimana kepribadian dan keterampilan manusia menghadapi masa depan yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir kritis, kreatif, inovatif, produktif, bertanggung jawab,dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia Pendidikan diharapkan dapat membentuk manusia yang berpikir kritis, kreatif, inovatif, produktif, bertanggung jawab,dan berkepribadian yang baik. Pada dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dasar adalah proses perubahan sikap yang diterapkan sedini mungkin melalui pengajaran dan pelatihan. Adapun pendapat Abdul (2013. Hlm. 70 ) menyatakan pendidikan
Lebih terperinciPERSEPSI MAHASISWA TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PERSEPSI MAHASISWA TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Analisis Terhadap Mahasiswa Pada Mata Kuliah Matematika Dasar Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu disiapkan Sumber Daya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan pelajaran, pengelolaan program pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, mengukur
Lebih terperinciPENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR. Anggit Grahito Wicaksono
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN ILMU ALAMIAH DASAR Anggit Grahito Wicaksono Abstract Some problems which are quite alarming from the world of education in Indonesia is a case of deviant
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Ngalim Purwanto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil anak sudah mempunyai struktur
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Teori Belajar Konstruktivisme Proses belajar pada hakikatnya adalah kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini memiliki andil penting dalam kemajuan bangsa. Andil tersebut tentunya menuntun manusia sebagai pelaku pendidikan menuju peradaban yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas merumuskan tujuan pada Bab II, Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan terwujudnya pendidikan nasional yang berkualitas tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 4 dinyatakan bahwa negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan tersebut, setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia yang beradab setidak-tidaknya memiliki common sense tentang pendidikan bahwa pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Lebih terperinciINOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21
IMPLEMENTASI K-13 TERHADAP PENGEMBANGAN EQ PADA SISWA KELAS IV SDN 7 KUTOSARI TAHUN AJARAN 2017/2018 Yuni Latifa, Resti Nur Azilah, Trianah Agustin, Rizki Amalia Universitas Sebelas Maret yunilatifa@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gambaran situasi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu ditanamkan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan adalah suatu proses yang ditempuh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia seutuhnya yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan bagi negaranya. Hal ini selaras dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan nasional dengan tetap mengamalkan
Lebih terperinciSekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman
Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman A. PROFIL SEKOLAH Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman merupakan salah satu Sekolah unggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya pendidikan nilai moral, atau pendidikan budi pekerti atau pendidikan karakter. Menurut Zuriah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Guru Dalam pendidikan, Guru merupakan komponen dari perangkat sistem pendidikan yang ada di sekolah, sebagai pendidik guru membimbing dalam arti menuntun peserta didik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab I, bahwa pendidikan adalah: Usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinci