Bab V Analisis Hasil Pengolahan Data

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab V Analisis Hasil Pengolahan Data"

Transkripsi

1 Bab V Analisis Hasil Pengolahan Data V.1 Analisis Kondisi Hypochlorite Plant PLTU Muara Karang Dalam analisis penelitian sistim hypochlorite plant PLTU Muara Karang ini dilakukan analisis terhadap beberapa faktor yang berhubungan dengan aspekaspek performance dari sistim hypochlorite plant. Aspek performance sistim hypochlorite plant yang dianalisa tersebut adalah : 1. Produksi Hypochlorite Plant 2. Dosis (Kadar Chlorine) Injeksi Hypochlorite Plant 3. Kebutuhan Sodium Hypochlorite PLTU V.1.1 Produksi Hypochlorite Dengan regresi linear berdasarkan tabel IV.3 (kadar konsentrasi chlorine keluar modul GH), maka dapat ditemukan perkiraan kadar konsentrasi chlorine produk keluar GH, dengan menggunakan rumus II.1, maka akan dapat juga ditemukan perkiraan jumlah produksi GH dalam berbagai arus kerja (terutama diatas 2500 A). Tabel V.1. Perkiraan Produksi Generator Hypochlorite Arus (A) Flow Air Laut Masuk Generator Hypochlorite (m3/h) Konsentrasi Out Generator Hypochlorite (ppm) Produksi Generator Hypochlorite (kg/h) (1) (2) (3) (4)=(2)*(3)/

2 Dengan bantuan interpolasi perbandingan dari tabel V.1, dan membandingkannya dengan tabel III.1 (hasil komisioning sistim hypochlorite plant), maka dapat dilihat bahwa secara umum produksi yang dihasilkan oleh GH, menurun sebesar rata-rata 31%, dibandingkan dengan saat pertama kali GH terinstalasi (komisioning) pada tahun Rumus Interpolasi dari tabel V.1 : V. 1 Tabel V.2. Perkiraan Penurunan Produksi Generator Hypochlorite Jumlah CWP Operasi Data Saat Comisioning Produk (kg/h) Arus (A) Data Uji Coba Produk (kg/h) Arus (A) Produk Seharusnya (kg/h) Produk Tercapai (%) Rata Rata Produk (1) (2) (3) (4) (5) (6)=(2)*(5)/(3) (7)=(6)/(4) (8)= (7)/ % , % , % , % 69.04% , % , % , % V.1.2 Dosis (Kadar Chlorine) Injeksi Hypochlorite Plant Dengan mengacu pada tabel V.1, maka dapat ditemukan perkiraan konsentrasi (kadar chlorine) injeksi pada sisi inlet air pendingin (chlorine demand) pada berbagai arus kerja GH adalah sebagai berikut : 55

3 Tabel V.3. Perkiraan Konsentrasi Chlorine Pada Sisi Inlet Air Pendingin (Perkiraan Chlorine Demand) Arus (A) Produk Hypochlorite Plant (kg/h) setara Cl 2 Konsentrasi Chlor Inlet Air Pendingin 1,2,3 (ppm) Konsentrasi Chlor Inlet Air Pendingin 4,5 (ppm) (1) (2) (3)=((2)*1000/19680) (4)=((2)*1000/(2*16800)) Dengan kondisi saat ini dimana hanya 2 generator hypochlorite plant yang dapat beroperasi saja dengan arus kerja masing-masing 2500 A dan 3000 A (maksimal), maka kebutuhan injeksi bagi air pendingin untuk 5 unit pembangkit dengan 7 CWP sangatlah kurang. Dari tabel V.3. dapat dilihat bahwa dengan hanya mengoperasikan 2 GH 2500 A dan 3000 A, maka perkiraan chlorine demand dari ke-2 GH, jika ke-2 GH digunakan untuk salah satu unit pembangkit type #1, #2, #3 saja akan naik 2,7 ppm (1.25 ppm ppm), sementara jika digunakan untuk salah satu type unit pembangkit #4, #5 saja akan naik 1,32 ppm (0.73 ppm ppm). Dengan asumsi : 1. Mode injeksi shock dozing : a. Mengharapkan kadar residual pada sisi outpool air pendingin 2x dari kadar chlorine pada sisi outpool dari mode injeksi continous (0.4 ppm) b. Dilakukan dengan durasi 2 jam setiap minggu 2. Mode injeksi continous dozing : a. Mengharapkan kadar residual pada sisi outpool air pendingin sebesar 0,2 ppm 56

4 b. Dilakukan terus-menerus selama 24 jam atau 166 jam (sudah dikurangi durasi shock dozing, 1 week = 168 hour) Ini berarti sistim hypochlorite plant yang ada saat ini hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan injeksi satu unit pembangkit type #1, #2, #3 (100 MW) saja dengan mode injeksi continous dozing, karena untuk mengharapkan konsentrasi residual 0,2 ppm, maka konsentrasi chlorine pada sisi inlet air pendingin harus 2,21 ppm (0,2 x faktor perkalian (11,05x)). Sementara untuk kebutuhan injeksi shock dozing unit pembangkit type #1, #2, #3 (100 MW) dengan chlorine demand 2x dari injeksi continous dozing (±4,42 ppm), sistim hypochlorite plant yang ada sudah tidak mampu. Sementara untuk penggunaan sebagai injeksi continous dozing dan shock dozing bagi unit pembangkit type #4, #5 (200 MW), kondisi hypochlorite plant saat ini sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan injeksi sodium hypochlorite bagi sistim air pendingin (continous dozing = 1.85 ppm (0,2 x 9.27), shock dozing = 3.70 ppm (2 x 1.85 ppm). V.1.3 Kebutuhan Sodium Hypochlorite PLTU Dengan bantuan interpolasi perbandingan dari tabel V.3 (perkiraan konsentrasi chlorine pada sisi inlet air pendingin), maka kebutuhan sodium hypochlorite bagi tiap type unit pembangkit dapat ditemukan, baik bagi injeksi continous dozing maupun bagi injeksi shock dozing. Rumus Interpolasi dari tabel V.3 : V. 2 57

5 Tabel V.4. Perkiraan Kebutuhan Sodium Hypochlorite PLTU Produk : Kg/h Konsentrasi Chlor #1, #2, #3 : 2.16 ppm Konsentrasi Chlor #4, #5 : 1.27 ppm Type Dozing Unit #1, #2, #3 Unit #4, #5 Kebutuhan #1, #2, #3 (kg/h) Kebutuhan #4, #5 (kg/h) Jumlah Continous Dozing Shock Dozing Karena durasi shock dozing dilakukan 2 jam seminggu maka kebutuhan sodium hypochlorite bagi shock dozing dalam 1 tahun adalah : (2 x ) x 510,29 kg/h = ,10 kg/year Kebutuhan sodium hypochlorite bagi continous dozing dalam 1 tahun adalah sebagai berikut: [ (2 x )] x 254,82 = ,04 kg/year Sehingga total kebutuhan sodium hypochlorite baik untuk injeksi continous dozing dan shock dozing dalam 1 tahun adalah : ,04 kg/year ,10 kg/year = ,14 kg/year V.2 Alternative Solusi Rehabilitasi Kinerja Sistim Hypochlorite Plant PLTU Muara Karang Dalam pembahasan analisis solusi dari alternative rehabilitasi kinerja sistim hypochlorite plant PLTU Muara Karang ini, dibahas tentang perkiraan kemampuan produksi dari tiap alternative solusi yang diajukan serta perkiraan biaya yang akan timbul dari pemilihan tiap alternative solusi tersebut. Adapun alternative solusi rehabilitasi sistim hypochlorite plant PLTU Muara Karang yang dibahas sesuai dengan opsi yang dibangun pada bab III sebelumnya, yaitu : 58

6 1. Perbaikan Sistim Hypochlorite Plant 2. Membangun Sistim Hypochlorite Plant Baru 3. Membeli Sodium Hypochlorite V.2.1 Perbaikan Sistim Hypochlorite Plant Dengan skenario bahwa untuk memenuhi kebutuhan sodium hypochlorite diatas, hypochlorite plant yang ada saat ini akan dilakukan perbaikan sehingga seluruh peralatan yang tidak ada maupun rusak akan diperbaiki dan diadakan kembali agar sistim hypochlorite plant dapat berproduksi kembali secara lengkap serta dengan asumsi : 1. Mempertimbangkan masukan dari seksi pemeliharaan bahwa pengoperasian hypochlorite plant PLTU yang aman bagi kelangsungan operasi hypochlorite plant secara terus-menerus (keandalan bagi mode injeksi continous dozing) adalah beroperasi pada arus kerja 3000 A. 2. Pola operasi hypochlorite plant 3:1 (3 generator operasi, 1 generator standby / pemeliharaan) maka mengacu kepada tabel V.3. (perkiraan konsentrasi chlorine sisi inlet air pendingin), maka produksi hypochlorite plant dalam 1 tahun adalah : (28,56 x 3 x 8760) = ,8 kg/year Dengan demikian maka tanpa menghitung biaya rehabilitasi bagi perbaikan hypochlorite plant, alternative ini tidak dapat dilakukan karena produk yang ingin dicapai tidak akan pernah terpenuhi sekalipun perbaikan dapat dilakukan. (kebutuhan pertahun menurut perhitungan = ,14 kg/year sedangkan perkiraan produksi setelah perbaikan plant lama dengan operasi 3000 A = ,8 kg/year) V.2.2 Membangun Sistim Hypochlorite Plant Baru Penentuan kapasitas sistim hypochlorite plant yang akan dibangun harus mempertimbangkan beberapa hal : 59

7 1. Produksi setiap jam dari plant yang akan dibangun dalam harus mampu untuk melayani kebutuhan injeksi sodium hypochlorite bagi seluruh sistim pendingin PLTU, ketika semua pembangkit seluruhnya beroperasi. 2. Dengan mengasumsikan bahwa pengoperasian generator hypochlorite yang aman secara terus-menerus adalah 3000 A dari maksimal arus kerja 4500 A (keandalan bagi mode injeksi continous dozing), dimana hasil produksi generator hypochlorite pada arus kerja 3000 A adalah 67% dari kemampuan produksi maksimal (28.56 kg/h : 42,59 kg/h), maka kapasitas plant yang akan dibangun produksi perjamnya harus 1,49x dari kebutuhan sodium hypochlorite yang diperlukan (vendor menggunakan acuan produksi pada kemampuan maksimal peralatan). 3. Dengan pola operasi generator hypochlorite 1:1 (1 generator hypochlorite operasi, 1 generator hypochlorite standby / pemeliharaan), maka kapasitas plant pada point 2 harus dikalikan 2. Dengan pertimbangan hal diatas maka kita dapat menentukan kapasitas plant yang akan dibangun sebagai berikut : 1. Kebutuhan sodium hypochlorite perjam adalah : ,14 kg/year 8760 Kebutuhan sodium hypochlorite = 257,86 kg/h 2. Kapasitas generator hypochlorite yang akan dipasang adalah : (1,49 x 257,86 kg/h) = 384,21 kg/h 3. Dengan pola operasi 1:1, maka kapasitas sistim hypochlorite plant yang akan dibangun adalah : 2 x 384,21 kg/h Dengan asumsi berdasarkan biaya investasi sistim hypochlorite plant yang ada (lampiran 3), maka biaya investasi yang harus dikeluarkan adalah : 2 x 384,21 kg/h U$ U$ ,95 1,81 kg/h 60

8 Sedangkan biaya operasi dan pemeliharaan berdasarkan asumsi biaya operasi dan pemeliharaan sistim hypochlorite yang ada (lampiran 4), maka biaya operasi dan pemeliharaan yang harus dikeluarkan pertahun adalah : 2 x 384,21 kg/h U$ U$ ,65 pertahun 1,81 kg/h Dengan asumsi bahwa umur ekonomis dari sistim hypochlorite plant adalah 25 tahun, maka pembebanan biaya investasi pertahun adalah (asumsi suku bunga U$ 2%/year) : U$ ,86/year V.2.3 Membeli Sodium Hypochlorite Dengan mengacu kepada konsentrasi sodium hypchlorite cair yang akan digunakan sebagai injeksi air pendingin berkonsentrasi 10% ( ppm) chlorine, maka kebutuhan sodium hypochlorite bagi injeksi sisi air pendingin PLTU harus dihitung ulang, agar kebutuhannya diharapkan dapat menghasilkan konsentrasi residual dititik outpool air pendingin seperti yang diinginkan (continous dozing = 0,2 ppm, shock dozing = 0,4 ppm). Dengan dasar bahwa diperlukan konsentrasi injeksi sodium hypochlorite pada sisi inlet air pendingin dengan pola injeksi : 1. Continus Dozing : a. Type unit pembangkit #1, #2, #3 adalah : 2,21 ppm b. Type unit pembangkit #4, #5 adalah : 1,85 ppm 2. Shock Dozing : a. Type unit pembangkit #1, #2, #3 adalah : 4,42 ppm b. Type unit pembangkit #4, #5 adalah : 3,71 ppm dapat diterapkan, maka kebutuhan sodium hypochlorite konsentrasi ppm dapat ditemukan. Kebutuhan sodium hypochlorite dapat ditemukan dengan rumus sebagai berikut : V. 3 61

9 Dimana : Kebutuhan (Liter/h) Dozing : jenis dozing (ppm) Flow air pendingin (Liter/h) Konsentrasi Sodium Hypochlorite (ppm) dalam hal ini ppm Sehingga dari rumus tersebut didapatkan kebutuhan sodium hypochlorite konsentrasi 10% sebagai berikut : Tabel V.5. Perkiraan Kebutuhan Sodium Hypochlorite 10% Konsentrasi : 100,000 ppm Air Pendingin #1, #2, #3 : 19,680,000 liter/h Air Pendingin #4, #5 : 33,600,000 liter/h (2 x liter/h) Type Dozing Unit #1, #2, #3 Unit #4, #5 Kebutuhan #1, #2, #3 (liter/h) Kebutuhan #4, #5 (liter/h) Jumlah Continous Dozing , Shock Dozing , , Berdasarkan tabel V.5 diatas, maka kebutuhan sodium hypochlorite konsentrasi 10% selama 1 tahun sebagai berikut : 1. Kebutuhan Continous Dozing : [ (2 x )] x 1, = ,34 liter/year 2. Kebutuhan Shock Dozing : (2 x ) x 2, = ,15 liter/year Sehingga kebutuhan total sodium hypochlorite konsentrasi 10% selama 1 tahun adalah : ,34 liter/year ,15 liter/year = ,49 liter/year Dengan mengacu harga sodium hypochlorite cair konsentrasi 10% tahun 2000 adalah Rp 1.000/liter (U$ 0,12/Liter, kurs U$ rata-rata tahun 2000 = Rp 62

10 8.510/U$), maka biaya pembelian sodium hypochlorite konsentrasi 10% selama 1 tahun adalah : ,49 liter x U$ 0,12 = U$ ,46/year Selain biaya pembelian sodium hypochlorite jadi pada alternative ini juga timbul biaya investasi. Biaya investasi ini terutama bagi pembelian peralatan sarana injeksi sodium hypochlorite pada saluran sisi inlet air pendingin pembangkit. Peralatan sarana injeksi yang akan diadakan, spesifikasinya mengikuti / berdasarkan perhitungan kebutuhan sodium hypochlorite jadi tersebut, ketika alternative sodium hypochlrite cair jadi dengan konsentrasi 10% akan digunakan sebagai keputusan rehabilitasi sistim hypochlorite plant yang ada. Adapun peralatan utama dari sistim injeksi sodium hypochlorite tersebut adalah : 1. Tangki penampung harian 2. Pompa supply sodium hypochlorite 3. Kontrol aliran sodium hypochlorite 4. Katup pengatur aliran sodium hypochlorite 5. Katup pengatur tekanan pompa 63

11 Gambar V.1 Typical Peralatan Injeksi Sodium Hypochlorite Sementara spesifikasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : 1. Tanki penampung harian Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan sodium hypochlorite pada tabel V.5 dan dengan asumsi tanki penampung harian dapat menampung kebutuhan sodium hypochlorite selama 1 minggu, maka kapasitas tanki penampung harian yang dibutuhkan adalah : Continous Dozing : (168 2) x 1.926,38 = ,08 liter/week Shock Dozing : 2 x 2.986,27 = 5.972,54 liter/week sehingga kapasitas tanki yang dibutuhkan adalah : ,08 liter/week ,54 liter/week = ,62 liter/week atau dibutuhkan kapasitas tanki penampung ± liter 64

12 2. Pompa supply Karena kebutuhan injeksi sodium hypochlorite terbesar pada tiap jamnya ketika beroperasi pada mode injeksi shock dozing, maka kapasitas pompa yang diperlukan adalah kapasitas dengan acuan shock dozing. Dengan asumsi bahwa 1000 liter sodium hypochlorite cair sama dengan volume 1 m3, maka kapasitas pompa supply untuk menginjeksi sodium hypochlorite yang dibutuhkan adalah 3,5 m3/h. Selain itu jumlah pompa yang dibutuhkan dalam sistim injeksi sodium hypochlorite ini berjumlah 2 buah, dimana untuk mengantisipasi pola operasi 1:1 (1 pompa beroperasi, 1 pompa standby / pemeliharaan). 3. Katup pengatur tekanan Katup pengatur tekanan yang digunakan dalam sistim injeksi ini mempunyai 2 mode pengaturan, sehingga diperlukan 2 buah katup pengatur tekanan, dimana fungsinya adalah mencegah terjadinya overpressure pada pipa supply sisi discharge pompa. Sebagaimana dimana diketahui bahwa sistim pemipaan sistim hypochlorite plant menggunakan bahan non-metal untuk mencegah korosi pipa (biasanya digunakan bahan fiber atau pvc) oleh cairan sodium hypochlorite yang bersifat korosif terhadap metal. Katup pengatur tekanan utama adalah katup yang bekerja secara auto dengan input besaran tekanan control pressure, sementara katup pengatur tekanan manual merupakan back-up bila katup pengatur tekanan utama dalam pemeliharaan. Spesifikasi ke-2 katup diasumsikan sama untuk bekerja pada tekanan 4 kg/cm2 seperti pada tekanan injeksi sistim hypochlorite plant sebelumnya 4. Katup pengatur aliran Spesifikasi katup pengatur aliran sodium hypochlorite diasumsikan sama dengan spesifikasi katup pengatur tekanan pada point 5, dimana katup tersebut bekerja pada tekanan 4 kg/cm2. 65

13 Jumlah katup yang digunakan untuk mengatur aliran sodium hypochlorite ini sebanyak 9 buah sesuai dengan banyaknya kanal sisi inlet sistim air pendingin pembangkit 5. Kontrol aliran sodium hypochlorite Spesifikasi kontrol aliran sodium hypochlorite yang digunakan adalah pengontrol aliran dengan range maksimum 750 liter/h. Jumlah pengontrol aliran yang digunakan untuk mengatur bukaan katup pengatur aliran sodium hypochlorite ini sebanyak 9 buah sesuai dengan banyaknya kanal sisi inlet sistim air pendingin pembangkit Berdasarkan spesifikasi kebutuhan peralatan diatas dan dengan asumsi harga pembelian peralatan yang telah dilakukan PT PJB UP Muara Karang pada tahun 2008, terhadap peralatan yang mendekati spesifikasi tersebut, maka biaya investasi yang dikeluarkan untuk membangun sistim injeksi sodium hypochlorite adalah : U$ ,39 Tabel V.6. Harga Pembelian Peralatan Sejenis PT PJB UP Muara Karang 2008 No. Equipment Price Purchase (Year) Quantity Total 1 Vessel (tanki) Chemical cap. 500 KL Rp 1,050,000, Rp 1,050,000, Pump cap. 5 m3/h Rp 43,250, Rp 86,500, Pressure Control range 0 10 kg/cm2 Rp 27,950, Rp 27,950, Flow Control range 0 1 m3/h Rp 43,700, Rp 393,300, Control Valve range 0 10 kg/cm2 Rp 20,925, Rp 230,175,000. Rp 1,787,925,000. Kurs ratarata 2008 (per U$ 1) Rp 10,237.4 Biaya Investasi (U$) U$ 174, Dengan asumsi bahwa umur ekonomis dari sistim hypochlorite plant adalah 25 tahun, maka pembebanan biaya investasi pertahun adalah (asumsi suku bunga U$ 2%/year) : U$ 8.945,46/year 66

14 Biaya operasi dan pemeliharaan sistim injeksi hypochlorite diasumsikan dengan biaya operasi dan pemeliharaan sistim hypochlorite plant yang dibayarkan kepada PT PJBS sebagai perusahaan yang memelihara sistim hypochlorite plant milik PT PJB UP Muara Karang tahun 2008 perbulan (lampiran 5). Sehingga didapatkan biaya operasi dan pemeliharaan 1 tahun adalah : U$ ,11/year V.3 Rekomendasi Alternative Solusi Rehabilitasi Sistim Hypochlorite Plant PLTU Muara Karang Dari hasil pembahasan analisis dari tiap alternative solusi rehabilitasi sistim hypochlorite plant PLTU Muara Karang pada sub bab V.2 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rekomendasi rehabilitasi kinerja sistim hypochlorite plant yang paling ekonomis adalah dengan membuat / membangun sistim hypochlorite plant baru. Rekomendasi ini mempunyai biaya tahunan yang lebih ekonomis dibanding dengan alternative solusi rehabilitasi lainnya dengan biaya pertahun U$ 1,884, Tabel V.7. Perbandingan Opsi Alternative Rehabilitasi Sistim Hypochlorite Plant No. Opsi Kemampuan Menangani Kebutuhan Biaya Investasi (U$/year) Biaya O & M (U$/year) Biaya Pembelian Sodium Hypochlorite (U$/year) Biaya Pertahun (U$/year) Perbaikan Hypochlorite Plant Membangun Hypochlorite Plant Baru Membeli Hypochlorite Jadi Tidak Mampu Mampu U$ 233, U$ 1,651, U$ 1,884, Mampu U$ 8, U$ 30, U$ 2,038, U$ 2,077, Saving U$ 192,

15 Dari tabel V.7 diatas dapat terlihat bahwa dengan mengambil opsi tersebut maka akan lebih menghemat biaya pengeluaran dibandingkan jika mengambil keputusan atas opsi membeli sodium hypochlorite jadi. Sehingga biaya manfaat yang dapat disimpan atas selisih opsi tersebut adalah U$ 192, pertahun, yang jika dikonversikan kedalam rupiah dengan asumsi kurs U$ 1 = Rp , maka akan mendapat saving biaya manfaat sebesar Rp atau sekitar Rp 1,9 Milyar. Jika penghematan tersebut diperhitungkan dengan masa ekonomis dari pengoperasian sistim hypochlorite plant selama ±25 tahun, dimana seolah-olah biaya penghematan itu diinvestasikan (dalam U$ dengan suku bunga 2%) kembali (opportunity cost), maka akan didapat manfaat diakhir tahun ke-25 sebesar : U$ ,28 atau setara dengan Rp (dengan kurs U$ 1 = Rp ) 68

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian III.1 Diagram Alir Penelitian Secara garis besar metode penelitian yang akan digunakan dalam proyek akhir ini adalah metode mengukur sample produk yang dihasilkan oleh generator

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Unit Pembangkit Muara Karang (UP Muara Karang), sebagai salah satu unit pengelola pembangkit listrik yang berada dibawah naungan PT PJB dalam mengelola pembangkit yang

Lebih terperinci

BUKU V SISTEM ALAT BANTU

BUKU V SISTEM ALAT BANTU BUKU V SISTEM ALAT BANTU TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pelajaran ini peserta mampu memahami sistem alat bantu sesuai dengan kebutuhan pengoperasian sistem air pendingin serta prosedur perusahaan.

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PETUNJUK PENGOPERASIAN PETUNJUK PENGOPERASIAN UNIT PENGOLAHAN LIMBAH CHEMICAL WASTEWATER TREATMENT (CWWTP) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROYEK PENGEMBANGAN UNIVERSITAS GADJAH MADA OECF LOAN IP - 494 PT. BESTINDO PUTRA MANDIRI 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1 Latar Belakang PT. Indonesia Power sebagai anak perusahaan PT.PLN yang bergerak di bidang pembangkitan listrik memiliki beberapa unit pembangkitan dan jasa pembangkitan di berbagai wilayah seluruh

Lebih terperinci

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK 29 4.1 Prosedur Start-Up IPAL Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC Start-up IPAL dilakukan pada saat IPAL baru selesai dibangun atau pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PLTGU Grati merupakan pembangkitan tenaga listrik yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power yang beroperasi dengan combined cycle pada blok satu (GT 3x100.75 MW dan ST

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Start. Preventive Maintenance. Kelainan Temperatur. N Pembongkaran PHE. Y Perbaikan. Pencucian.

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Start. Preventive Maintenance. Kelainan Temperatur. N Pembongkaran PHE. Y Perbaikan. Pencucian. 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Alur Proses Perbaikan Plate Heat Exchanger Start Preventive Maintenance Kelainan Temperatur Penggantian Equipment baru N Pembongkaran PHE Y Perbaikan Pencucian

Lebih terperinci

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Oleh : Dunung Sarwo Jatikusumo 2110 038 017 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT Latar

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT

OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT ISSN 1979-2409 Optimalisasi Proses Pemekatan Larutan UNH Pada Seksi 600 Pilot Conversion Plant (Iwan Setiawan, Noor Yudhi) OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Di dunia industri terutama dibidang petrokimia dan perminyakan banyak proses perubahan satu fluida ke fluida yang lain yang lain baik secara kimia maupun non kimia.

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA ANALISA SISTEM KONTROL LEVEL DAN INSTRUMENTASI PADA HIGH PRESSURE HEATER PADA UNIT 1 4 DI PLTU UBP SURALAYA. Disusun Oleh : ANDREAS HAMONANGAN S (10411790) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

COOLING WATER SYSTEM

COOLING WATER SYSTEM 2.8. Pengertian Cooling Water System pada Gas Turbine merupakan suatu sistem pendinginan tertutup yang digunakan untuk pendinginan lube oil dan udara pendingin generator. Cooling Water System menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Biofouling Biofouling adalah akumulasi secara bertahap organisme dalam air seperti ganggang, bakteri, kerang, dan protozoa pada sebuah permukaan struktur peralatan bawah air,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1. Rancangan Alat Uji Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dan pengalaman dari penulis. Alat uji ini dirancang sebagai

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG DAN PEMILIHAN POMPA INSTALASI DESTILATE WATER PADA DESALINATION PLANT UNIT 6 DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

PERENCANAAN ULANG DAN PEMILIHAN POMPA INSTALASI DESTILATE WATER PADA DESALINATION PLANT UNIT 6 DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK PERENCANAAN ULANG DAN PEMILIHAN POMPA INSTALASI DESTILATE WATER PADA DESALINATION PLANT UNIT 6 DI PT PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK ACHMAD MARYONO 2110 030 091 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Lampung 2 x 100 MW unit 5 dan 6 Sebalang, Lampung Selatan. Pengerjaan tugas akhir ini

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGOPERASIAN

PETUNJUK PENGOPERASIAN PETUNJUK PENGOPERASIAN UNIT PENGOLAHAN LIMBAH CHEMICAL WASTEWATER TREATMENT (CWWTP) FAKULTAS KEDOKTERAN PROYEK PENGEMBANGAN UNIVERSITAS GADJAH MADA OECF LOAN IP - 494 PT. BESTINDO PUTRA MANDIRI 2003 DAFTAR

Lebih terperinci

PENGUJIAN KEANDALAN PEMBANGKIT UAP

PENGUJIAN KEANDALAN PEMBANGKIT UAP PENGUJIAN KEANDALAN PEMBANGKIT UAP RINGKASAN Pengujian keandalan pembangkit uap telah dilakukan selama 6 tahun sejak tahun 1975 dan dilanjutkan pada tahun 1993 sampai 1997. Natrium Phosphat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya?

TES TERTULIS. 1. Terkait Undang-Undang RI No 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Bab XI Pasal 2 apa kepanjangan dari K2 dan berikut tujuannya? TES TERTULIS KODE UNIT : KTL.PO.20.111.02 JUDUL UNIT : Mengoperasikan Peralatan Air Condensate (1) NAMA : JABATAN : UNIT KERJA : TANDA TANGAN : Tes tertulis ini berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Ir. Teguh Yuwono Ir. Syariffuddin M, M.Eng. Oleh : ADITASA PRATAMA NRP :

Dosen Pembimbing : Ir. Teguh Yuwono Ir. Syariffuddin M, M.Eng. Oleh : ADITASA PRATAMA NRP : STUDI PENENTUAN KAPASITAS MOTOR LISTRIK UNTUK PENDINGIN DAN PENGGERAK POMPA AIR HIGH PRESSURE PENGISI BOILER UNTUK MELAYANI KEBUTUHAN AIR PADA PLTGU BLOK III (PLTG 3x112 MW & PLTU 189 MW) UNIT PEMBANGKITAN

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Alur proses biasa digunakan untuk sebagai acuan dari tindakan dari mulai menganalisa, perencanaan dan tindakan pada produksi. Pada proses dibawah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada sebuah perusahaan bus pengangkutan karyawan dengan operasional rata rata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada sebuah perusahaan bus pengangkutan karyawan dengan operasional rata rata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sebuah perusahaan bus pengangkutan karyawan dengan operasional rata rata mencapai 200km perhari telah banyak ditemukan teknikal yang diantaranta adalah adanya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Muara Karang Steam Power Plant : Instruction Book For Hypochlorite Generation Equipment Volume I

DAFTAR PUSTAKA Muara Karang Steam Power Plant : Instruction Book For Hypochlorite Generation Equipment Volume I DAFTAR PUSTAKA 1. Daiki Engineering Co. Ltd, Tokyo & Osaka, Japan, Muara Karang Steam Power Plant : Instruction Book For Hypochlorite Generation Equipment Volume I, Black & Veatch International Consulting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI UMUM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAMPUS IPB DRAMAGA Penyelenggaraan kegiatan pendidikan di kampus IPB Dramaga tidak bisa terlaksana tanpa adanya air bersih. Saat ini pemenuhan

Lebih terperinci

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1. STUDI PEMBANGUNAN PLTU MAMUJU 2X7 MW DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SULAWESI BARAT Yanuar Teguh Pribadi NRP: 2208100654 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II PROFIL UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG

BAB II PROFIL UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG BAB II PROFIL UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG 2.1 Gambaran Umum Unit pembangkit Muara Karang dioperasikan pertama kali pada tahun 1979. Pada awalya dikelola oleh PT Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak terbesar di Indonesia. PT. CPI memperhatikan kebutuhan masyarakatyang tinggal di lingkungan PT.

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR ABSTRAK Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN COOLING WATER SYTEM UNTUK PENURUNAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil Penelitian Hasil dari pengolahan data pada metode DMAIC dalam tahap penentuan (Define) dan tahap pengukuran (Measure) adalah terungkapnya faktor-faktor yang menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Dalam pengujian ini bahan yang digunakan adalah air. Air dialirkan sling pump melalui selang plastik ukuran 3/4 menuju bak penampung dengan variasi jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

PROTOTIPE SISTEM MONITOR DAN KONTROL BERBASIS JAVA UNTUK PENGEMBANGAN SCADA PADA FASILITAS PENDUKUNG DI PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG

PROTOTIPE SISTEM MONITOR DAN KONTROL BERBASIS JAVA UNTUK PENGEMBANGAN SCADA PADA FASILITAS PENDUKUNG DI PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG PROTOTIPE SISTEM MONITOR DAN KONTROL BERBASIS JAVA UNTUK PENGEMBANGAN SCADA PADA FASILITAS PENDUKUNG DI PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG Rizky Budi Mahendra *), Maman Somantri, Hermawan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING

STIKOM SURABAYA BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING BAB IV PEMBAHASAN 4.1. PROSES MESIN AUTOMATIC MIXING Mesin automatic mixing adalah suatu sistem yang memproses bahan mentah seperti biji plastik menjadi bahan yang stengah jadi untuk dicetak atau di bentuk

Lebih terperinci

SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC DI PT. UNITED TRACTORS TBK.

SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC DI PT. UNITED TRACTORS TBK. SISTEM KERJA HIDROLIK PADA EXCAVATOR TIPE KOMATSU PC 200-8 DI PT. UNITED TRACTORS TBK. Nama : Ricko Pramudya NPM : 26411117 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Iwan Setyawan, ST. MT Latar Belakang Penggunan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai

BAB III PENGUMPULAN DATA. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1. PLTU Muara Karang. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Muara Karang terletak ditepi pantai Teluk Jakarta, di Muara Karang. Kapasitas terpasang total PLTU Muara Karang sebesar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 PLC (Programmable Logic Controller) Pada sub bab ini penulis membahas tentang program PLC yang digunakan dalam system ini. Secara garis besar program ini terdiri

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DATA

BAB III ANALISA DATA BAB III ANALISA DATA 3.1 Permasalahan 3.1.1 Penurunan Produksi Untuk memenuhi kebutuhan operasi PLTGU Blok 1 dan diperoleh suplai demin water (air demineralisasi) dari water treatment plant (WTP) PLTGU.

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dasar-dasar Pompa Sentrifugal Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat

Lebih terperinci

Oleh : Heldi Usman

Oleh : Heldi Usman TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM PENGENDALIAN PRESSURE PADA PCV 351 DI DPPU NGURAH RAI-DENPASAR BALI Oleh : Heldi Usman 2407 100 047 Pembimbing: IBU RONNY DWI NORIYATI & BAPAK TOTOK SOEHARTANTO Permasalahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

LAMPIRAN II PERHITUNGAN 88 LAMPIRAN II PERHITUNGAN 1. Data Sekunder Audit Energi (Data Pengukuran Spot/Aktual) a. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Steam 1) Produksi ClO 2 pada Tanggal 5 Februari 2016 Flow ClO 2 2617,7 m 3 /h

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol No. 2 Mei 214; 65-71 ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1 Anggun Sukarno 1) Bono 2), Budhi Prasetyo 2) 1)

Lebih terperinci

DESIGN SIMULATOR FRESH WATER TANK DI PLTU DENGAN WATER LEVEL CONTROL MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER

DESIGN SIMULATOR FRESH WATER TANK DI PLTU DENGAN WATER LEVEL CONTROL MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER DESIGN SIMULATOR FRESH WATER TANK DI PLTU DENGAN WATER LEVEL CONTROL MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER M Denny Surindra Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Polines Jl.Prof. H. Sudartho, SH, Semarang E-mail:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian terhadap aliran campuran air crude oil yang mengalir pada pipa pengecilan mendadak ini dilakukan di Laboratorium Thermofluid Jurusan Teknik Mesin. 3.1 Diagram Alir

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN SAND FILTER DAN KARBON FILTER SERTA PENDISTRIBUSIAN AIR DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW

ANALISA SISTEM PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN SAND FILTER DAN KARBON FILTER SERTA PENDISTRIBUSIAN AIR DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW ANALISA SISTEM PENJERNIHAN AIR MENGGUNAKAN SAND FILTER DAN KARBON FILTER SERTA PENDISTRIBUSIAN AIR DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW NAMA : Rangga Erlangga NPM : 15411866 FAKULTAS : Teknologi Industri JURUSAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Instalasi Pengujian Pengujian dengan memanfaatkan penurunan temperatur sisa gas buang pada knalpot di motor bakar dengan pendinginan luar menggunakan beberapa alat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan

Lebih terperinci

PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd.

PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd. PROSES KERJA GAS COMPRESSOR DIDALAM PENGOLAHAN GAS ALAM DI PT. CNOOC SES Ltd. Nama : Eirene Marten S. NPM : 22411340 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Ir. Arifuddin, MM. MSC Abstraksi Gas compressor

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Energi Terbarukan Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan

Lebih terperinci

Desain Fasilitas Penerima LNG berdasarkan NFPA 59A Studi Kasus PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron, dan PLTG Pesanggaran

Desain Fasilitas Penerima LNG berdasarkan NFPA 59A Studi Kasus PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron, dan PLTG Pesanggaran Desain Fasilitas Penerima LNG berdasarkan NFPA 59A Studi Kasus PLTG Gilimanuk, PLTG Pemaron, dan PLTG Pesanggaran DAFTAR ISI Pendahuluan Metodologi Analisa dan Pembahasan PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print) Analisa Pengaruh Jarak Sistem Proteksi Water Hammer Pada Sistem Perpipaan (Studi Kasus Di Rumah Pompa Produksi Unit Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Karang Pilang 3 Distribusi Wonocolo PT PDAM Surya

Lebih terperinci

PROTOTIPE SISTEM MONITOR DAN KONTROL BERBASIS JAVA UNTUK PENGEMBANGAN SCADA PADA FASILITAS PENDUKUNG DI PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG

PROTOTIPE SISTEM MONITOR DAN KONTROL BERBASIS JAVA UNTUK PENGEMBANGAN SCADA PADA FASILITAS PENDUKUNG DI PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG PROTOTIPE SISTEM MONITOR DAN KONTROL BERBASIS JAVA UNTUK PENGEMBANGAN SCADA PADA FASILITAS PENDUKUNG DI PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG Rizky Budi Mahendra *), Maman Somantri, and Hermawan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP SISTEM UAP EKSTRAKSI PADA DEAERATOR PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2

PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP SISTEM UAP EKSTRAKSI PADA DEAERATOR PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 10 No. 3 September 2; 94-98 PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP SISTEM UAP EKSTRAKSI PADA DEAERATOR PLTU TANJUNG JATI B UNIT 2 Jev N. Hilga, Sunarwo, M. Denny S, Rudy Haryanto

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRESSURE EXCHANGER (PX) DI SEA WATER REVERSE OSMOSIS (SWRO) PADA SEA WATER DESALINATION PLANT

ANALISIS EFISIENSI PRESSURE EXCHANGER (PX) DI SEA WATER REVERSE OSMOSIS (SWRO) PADA SEA WATER DESALINATION PLANT ANALISIS EFISIENSI PRESSURE EXCHANGER (PX) DI SEA WATER REVERSE OSMOSIS (SWRO) PADA SEA WATER DESALINATION PLANT M. Denny Surindra Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap, untuk menghasilkan uap dibutuhkan air yang dipanaskan secara bertahap melalui beberapa heater sebelum masuk ke boiler untuk dipanaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Dasar Hidrolik Hidrolika adalah ilmu yang menyangkut berbagai gerak dan keadaan keseimbangan zat cair. Pada penggunaan secara tekni szat cair dalam industri, hidrolika

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. kenaikan hampir 26% dari estimation cost saat tender. Hal tersebut tentu saja

BAB V ANALISA DATA. kenaikan hampir 26% dari estimation cost saat tender. Hal tersebut tentu saja BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Data Dari pengumpulan dan pengolahan data yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bisa terlihat dari grafik dibawah ini bahwa total harga mengalami kenaikan hampir 26% dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. DIAGRAM ALUR PENELITIAN Langkah-langkah penelitian peralatan tanki atau vessel Amonia Peralatan Vessel Amonia Vessel diukur ketebalannya dengan Ultrasonic Thickness Gauge

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN VACUUM PADA SAAT BACKWASH CONDENSER TERHADAP HEAT RATE TURBIN DI PLTU

PENGARUH PENURUNAN VACUUM PADA SAAT BACKWASH CONDENSER TERHADAP HEAT RATE TURBIN DI PLTU PENGARUH PENURUNAN VACUUM PADA SAAT BACKWASH CONDENSER TERHADAP HEAT RATE TURBIN DI PLTU Imron Rosyadi 1*, Dhimas Satria 2, Cecep 3 1,2,3 JurusanTeknikMesin, FakultasTeknik, Universitas Sultan AgengTirtayasa,

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem kendali memiliki peranan yang penting dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga dapat membantu pekerjaan manusia dengan mudah salah satunya memantau dan mengendalikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data data yang dibutuhkan untuk penyelesaian skripsi ini adalah sebagai berikut: 4.1.1 Data Proses Pretreatment Di dalam proses pretreatment ini

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik Makalah Seminar Kerja Praktek SIMULASI PLC SEDERHANA SEBAGAI RESPRESENTASI KONTROL POMPA HIDROLIK PADA HIGH PRESSURE BYPASS TURBINE SYSTEM Fatimah Avtur Alifia (L2F008036) Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

Pendekatan Pendapatan

Pendekatan Pendapatan Pendekatan Pendapatan KONSEP Pendekatan Pendapatan Konsep Pendekatan Pendapatan Berkaitan dengan Prinsip Penilaian : Prinsip Antisipasi & Perubahan Prinsip Supply & Demand Substitusi : market oriented,

Lebih terperinci

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS 8.1. Sistem Daur Ulang Di BTIK Magetan mempunyai dua unit IPAL yang masingmasing berkapasitas 300 m 3 /hari, jadi kapasitas total dua IPAL 600 m 3 /hari.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam prosesnya Pembangkit ListrikTenaga Uap menggunakan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam prosesnya Pembangkit ListrikTenaga Uap menggunakan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam prosesnya Pembangkit ListrikTenaga Uap menggunakan berbagai macam peralatan bantu dan utama. Perlatan utamanya sepertiboiler,kondensor, turbin dan generator.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PJB (PEMBAKITAN JAWA BALI) UP MUARA KARANG

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PJB (PEMBAKITAN JAWA BALI) UP MUARA KARANG BAB II TINJAUAN UMUM PT. PJB (PEMBAKITAN JAWA BALI) UP MUARA KARANG 2.1 Gambaran Umum PT.PJB PT pembangkitan jawa-bali (pjb) adalah anak perusaan PT PLN (persero) yang didirikan pada 3 oktober 1995 dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan. 3.1.1 Flow Chart Optimisasi Pembagian Beban Mulai Mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU) DEFINISI PLTGU PLTGU merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga gas dan uap. Jadi disini sudah jelas ada dua mode pembangkitan. yaitu pembangkitan

Lebih terperinci

ALAT PENDETEKSI TINGGI PERMUKAAN AIR SECARA OTOMATIS PADA BAK PENAMPUNGAN AIR MENGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER

ALAT PENDETEKSI TINGGI PERMUKAAN AIR SECARA OTOMATIS PADA BAK PENAMPUNGAN AIR MENGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER AMIK GI MDP Program Studi Teknik Komputer Skripsi Ahli Madya Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 ALAT PENDETEKSI TINGGI PERMUKAAN AIR SECARA OTOMATIS PADA BAK PENAMPUNGAN AIR MENGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi - STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA AMPAS TEBU (DAN PERBANDINGAN DENGAN BATU BARA) SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP 1X3 MW DI ASEMBAGUS, KABUPATEN SITUBONDO (STUDI KASUS PABRIK GULA ASEMBAGUS)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN 3.1. Perhitungan Jumlah Hidran, Sprinkler dan Pemadam Api Ringan Tabel 3.1 Jumlah hidran, sprinkler dan pemadam api ringan Indoor No Keterangan Luas Hydrant

Lebih terperinci

Komponen mesin pendingin

Komponen mesin pendingin Komponen mesin pendingin Berdasarkan fungsi atau kegunaannya komponen mesin pendingin sistem kompresi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu : A. Komponen pokok Yang dimaksud dengan komponen pokok adalah komponen

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR

BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR 38 BAB III SPESIFIKASI TRANSFORMATOR DAN SWITCH GEAR 3.1 Unit Station Transformator (UST) Sistem PLTU memerlukan sejumlah peralatan bantu seperti pompa, fan dan sebagainya untuk dapat membangkitkan tenaga

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Evaluasi performansi efesiensi pompa dilakukan untuk mengetahui efisiensi sebuah sistim pemompaan sehingga bisa dilakukan penghematan energi. 4.2 Pemasangan

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

Jurnal e-dinamis, Volume 3, No.3 Desember 2012 ISSN

Jurnal e-dinamis, Volume 3, No.3 Desember 2012 ISSN SIMULASI NUMERIK ALIRAN FLUIDA DI DALAM RUMAH POMPA SENTRIFUGAL YANG DIOPERASIKAN SEBAGAI TURBIN PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)MENGGUNAKAN CFD DENGAN HEAD (H) 9,29 M DAN 5,18 M RIDHO

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR (ME ) STUDI TEKNIS EKONOMIS ANTARA MAIN RING SISTEM DENGAN INDEPENDENT SISTEM BALLAST PADA KAPAL TANKER MT YAN GT

TUGAS AKHIR (ME ) STUDI TEKNIS EKONOMIS ANTARA MAIN RING SISTEM DENGAN INDEPENDENT SISTEM BALLAST PADA KAPAL TANKER MT YAN GT STUDI TEKNIS EKONOMIS ANTARA MAIN RING SISTEM DENGAN INDEPENDENT SISTEM BALLAST PADA KAPAL TANKER MT YAN 1 1000GT RISKY HARI PRASETYO 4207 100 101 JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

Lebih terperinci

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System P R O P O S A L CV. SURYA SUMUNAR adalah perusahaan swasta yang bergerak dibidang pengadaan dan penjualan energi listrik dengan menggunakan tenaga surya (matahari) sebagai sumber energi utamanya. Kami

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG INSTALASI POMPA PENYALUR BASE OIL DI PT PERTAMINA PRODUCTION UNIT GRESIK

PERENCANAAN ULANG INSTALASI POMPA PENYALUR BASE OIL DI PT PERTAMINA PRODUCTION UNIT GRESIK TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI PERENCANAAN ULANG INSTALASI POMPA PENYALUR BASE OIL DI PT PERTAMINA PRODUCTION UNIT GRESIK Putra Aditiawan 2108030043 Dosen pembinmbing: Dr.Ir.Heru Mirmanto,MT GAMBAR INSTALASI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH Ridwan Naway F. Halim, M. I. Jasin, L. Kawet Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email: Ridwannaway@ymail.com ABSTRAK Kawasan Perumahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN Analisa komposisi gas kota. Seperti yang telah dipaparkan pada bab 2, komposisi gas kota diasumsikan sebagai berikut :

BAB 4 PEMBAHASAN Analisa komposisi gas kota. Seperti yang telah dipaparkan pada bab 2, komposisi gas kota diasumsikan sebagai berikut : BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Umum. Pada bab ini akan dibahas apakah produk gas LPG, CNG, gas kota dapat dipakai sebagai alternatif bahan bakar pembangkit listrik dikala tidak terjaminnya pasokan listrik PLN atau

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

Oleh Fretty Harauli Sitohang JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN ITS

Oleh Fretty Harauli Sitohang JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN ITS Tinjauan Teknis Ekonomis Perbandingan Penggunaan Diesel Engine dan Motor Listrik sebagai Penggerak Cargo Pump pada Kapal Tanker KM Avila. Oleh Fretty Harauli Sitohang JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Strategi pengendalian resiko, yang bertujuan untuk memitigasi konsekuensikonsekuensi dan mengurangi frekuensi kejadian yang potensial dapat dibagi ke dalam empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Lokasi PLTU Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Lokasi PLTU Cilacap BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PLTU Cilacap yang merupakan objek dari proyek akhir ini adalah merupakan satu satunya pembangkit yang beroperasi di Pulau Jawa bagian Selatan dan terinterkoneksi dengan

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana

Lebih terperinci