ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA
|
|
- Ida Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA Sulistya Rini Pratiwi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan miss.rainy@ymail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah identifikasi dan analisis korelasi bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga serta identifikasi dan analisis tingkat keberhasilan pelaksanaan pemanfaatan bantuan modal usaha terhadap peningkatan pendapatan keluarga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Korelasi dan Metode Analisis Deskriptif. Dengan analisis ini hasil yang dicapai adalah tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sesudah menerima manfaat bantuan mosal usaha. Hal ini dikarenakan, besarnya bantuan modal yang sama banyak, tidak dikondisikan dengan proporsi pendapatan penerima bantuan modal dan Standar deviasi pendapatan sebelum menerima lebih kecil daripada pendapatan sesudah menerima bantuan modal. Hal ini menunjukkan bahwa program pemanfaatan bantuan modal usaha telah berjalan dengan baik. Kata Kunci : Kemiskinan, Modal Usaha, Pendapatan Keluarga, PNPM. I. PENDAHULUAN Permasalahan kemiskinan yang kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri dirumuskan mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai objek melainkan subjek penanggulangan kemiskinan. Di Kota Madiun Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) baik dari dana APBN maupun APBD digunakan untuk pemberdayaan bidang lingkungan, bidang sosial dan bidang ekonomi. Bidang ekonomi memberikan pinjaman modal usaha bagi masyarakat miskin produktif sejumlah orang (BPS, 2002). Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, diharapkan PNPM Mandiri mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisir dalam menanggulangi kemiskinan. Artinya, Program penanggulangan kemiskinan berpotensi sebagai gerakan masyarakat, yakni; dari, oleh dan untuk masyarakat. Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut Bagaimana korelasi pemanfaatan bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga? Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan pemanfaatan bantuan modal usaha terhadap peningkatan pendapatan Keluarga?
2 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Upaya Penanggulangan Kemiskinan Upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia sekarang ini juga merupakan bagian dari upaya mewujudkan MDGs. Menurut analis kampanye dan dan advokasi MDGs di Indonesia, Siahaan, pencapaian MDGs Indonesia bagaikan potret bercampur. Di satu sisi, beberapa sasaran, seperti pengurangan kemiskinan, telah on track. Namun kinerja dalam pengentasan rakyat miskin tetap menjadi masalah. Selama periode , kemiskinan hanya turun 1 %. Menanggulangi kelaparan dan kemiskinan adalah tujuan pertama dari MDGs. Sebagai negara yang turut menyepakati KTT Millenium, Indonesia menetapkan target-target yang ingin dicapai pada tahun 2015, yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDs Malaria dan penyakit menular lainnya dan memastikan kelestarian lingkungan hidup (MDGs, 2007). Menurut Siahaan, berdasarkan garis kemiskinan nasional, pada tahun 1990 kemiskinan 15,1 % (27,2 juta orang miskin) dan pada tahun 2009 kemiskinan 14,15 % (32,5 juta orang miskin), sementara tahun 2010 sekitar 31,7 juta orang miskin. Memang ada penurunan karena saat krisis tahun 1998 kemiskinan sempat mencapai 24 %. Hanya saja penurunan tidak cukup kencang dalam waktu 11 tahun. Dari data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia berjalan lamban, dan pemerintah belum berhasil mengentaskan masyarakat miskin dari jurang kemiskinan dan penderitaannya. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah (PNPM- Mandiri) : 1. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. 2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri ini adalah : 1. Tujuan Umum, meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. 2. Tujuan Khusus 1) Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. 2) Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel. 3) Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor)
3 4) Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. 5) Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. 6) Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. 7) Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. Strategi dasar PNPM Mandiri terdiri atas : 1) Mengintensifkan upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. 2) Menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak untuk bersama-sama mewujudkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat. 3) Menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan pembangunan sektoral, pembangunan kewilayahan dan pembangunan partisipatif. PNPM Mandiri melakukan prinsip-prinsip, yaitu Bertumpu pada pembangunan manusia, Otonomi, Desentralisasi, Berorientasi pada masyarakat miskin, Partisipasi, Kesetaraan dan keadilan gender, Demokratis, Transparansi dan akuntabel, Prioritas, Kolaborasi, Keberlanjutan dan Sederhana. Kesejahteraan Keluarga Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga menurut Peraturan Pemerintah no 27 tahun 1994 tentang Pengelola Perkembangan Kependudukan sebagaimana berikut: 1) Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan. 2) Keluarga sejahtera I adalah keluarga keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial Psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi antar lingkungan tempat tinggal dan transportasi 3) Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial Psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, seperti untuk menabung dan memperoleh informasi. 4) Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial spologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 5) Keluarga sejahtera III plus adalah keluarga keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial spokologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Harrison (1996) mengkaji masalah perkembangan kegiatan promosi di Inggris dengan bantuan modal usaha. Perkembangan dan dampak sejumlah pemberdayaan sektor swasta dan publik untuk merangsang aliran bantuan modal ventura untuk usaha informal modal ventura di Inggris. Perkembangan kegiatan ekonomi dengan bantuan modal usaha tidak berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan ketidaklengkapan informasi sebagai kunci untuk inefisiensi di pasar modal ventura informal dan pengembangan dimulai dari sektor bawah, penyediaan jasa pengenalan usaha berupa biaya efektif. Klonowski (2006) tentang modal ventura sebagai metode pengembangan usaha pembiayaan di Eropa Tengah dan Timur. Hasil penelitiannya menghasilkan tiga kesimpulan. Pertama, pembiayaan modal ventura terus menjadi besar sumber modal untuk perusahaan yang berkembang di daerah.
4 Kedua, Polandia adalah pemimpin pasar di wilayah dalam kegiatan modal ventura seperti yang dijelaskan secara statistik. Ketiga, negara-negara CEE tidak dapat diperlakukan sebagai blok homogen. Andrianto (2003) yang mengkaji masalah pemanfaatan dana pinjaman program pengembangan kecamatan dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga. Menunjukan bahwa dana pinjaman sebagai modal usaha ekonomi kepada masyarakat ternyata belum dimanfaatkan dengan maksimal sebagai modal pengembangan usaha sehingga upaya peningkatan pendapatan masyarakat tidak berjalan dengan baik. Estiningsih (2010), dalam pemanfaatan bantuan modal usaha ekonomi di Kabupaten Wonogiri. Dari hasil pengamatan untuk tingkat pendapatan masyarakat penerima manfaat bantuan modal usaha ekonomi produktif sebelum dan sesudah mereka menerima dan memanfaatkan bantuan modal usaha, sebagian besar mengalami peningkatan. Pemanfaatan bantuan modal usaha ekonomi produktif sebesar 75,40% lebih dari 70%, dan pengembalian bantuan modal bantuan usaha dalam proses pengguliran dana sebesar 93,69% lebih dari 90%. Judul dan metode penelitian terkait seperti disebutkan pada tabel berikut : Bantuan PNPM Mandiri disalurkan melalui suatu lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk dan ditetapkan sendiri oleh masyarakat sesuai dengan proses dan prosedur PNPM Mandiri. Yang berhak mendapat bantuan adalah penduduk yang miskin anggota kelompok usaha ekonomi produktif dan ditentukan atas kesepakatan seluruh anggotanya melalui mekanisme PNPM Mandiri. Keberhasilan upaya peningkatan pendapatan keluarga oleh masyarakat penerima bantuan modal usaha ekonomi produktif program PNPM Mandiri melalui pemanfaatan bantuan modal untuk mengembangkan usaha ekonomi produktif masyarakat yang ditandai dengan terjadinya perubahan kondisi masyarakat sebelum dan sesudah mereka menerima dan memanfaatkan bantuan modal tersebut. Korelasi & Deskriptif Bantuan Modal Usaha Sebelum Setelah Gambar 1 Pendapatan Skema Kerangka Pikir Penelitian Menganalisis proses pemberian bantuan modal usaha ekonomi produktif Program PNPM Mandiri melalui pemanfaatan dana pinjaman modal usaha yang mereka terima, maka perlu diadakan suatu penelitian. Analisis terhadap data dan informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah mereka menerima bantuan modal usaha ekonomi produktif. III. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Madiun, di tiga Kecamatan, yaitu Kecamatan Kartoharjo, Kecamatan Manguharjo, dan Kecamatan Taman. Sumber dan Jenis Data Data yang diperoleh dari data yang dihimpun dalam kegiatan penelitian ini meliputi data sekunder. Data sekunder dihimpun dari berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kecamatan dan kelurahan/ lokasi studi.
5 Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain : 1. Data pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menerima manfaat bantuan modal usaha 2008 dan Data rekapitulasi pemberian pinjaman Madiun dalam angka Metode Analisis Data Metode Analisis Korelasi Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu, misalnya Pearson data harus berskala interval atau rasio; Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal; Chi Square menggunakan data nominal. Kuat lemah hubungan diukur diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed) (Usman, et all, 2009: 45). Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: pertama, melihat kekuatan hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan ketiga, melihat arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Usman, et all, 2009: 48): a) Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan b) Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat c) Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah d) Jika angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif. e) Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif. Batas-batas nilai koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai berikut (Boedijoemono, 2007: 66): a) 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah. b) 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah. c) 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat. d) 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat. e) 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat sekali. f) 1.00 berarti korelasinya sempurna. Untuk identifikasi dan analisis korelasi bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga, menggunakan analisis korelasi Pearson. Kegunaan korelasi pearson yaitu untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara variabel x dengan variabel y, dan untuk menyatakan besarnya sumbangan variabel satu terhadap variabel lain yang dinyatakan dalam persen. Asumsi korelasi pearson, yaitu: 1) Data berdistribusi normal 2) Variabel yang dihubungkan mempunyai data linear 3) Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak 4) Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan yang sama dari subyek yang sama pula (variasi skor variabel yang dihubungkan harus sama) 5) Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval atau rasio. Rumus r hitung (Mason, 1996: 128): r xy = n XY X Y n X ( X) n Y ( Y)
6 Keterangan : r xy = Koefisiens Korelasi n = Jumlah frekuensi X = Frekuensi X Y = Frekuensi Y X 2 = Deviasi X Y 2 = Deviasi Y Untuk tingkat signifikan dan koefisien korelasi yang dihasilkan dengan membandingkan nilai rs hitung dan rs tabel dimana telah ditentukan daerah penerimaan dan penolakan yaitu : Hipotesis: H0 = Tidak hubungan antara pendapatan dengan bantuan modal Ha = Ada hubungan antara pendapatan dengan bantuan modal Ha diterima : rs dihitung > rs tabel, Ha ditolak : rs hitung < rs tabel H0 diterima : rs dihitung < rs tabel, Ho ditolak : rs hitung > rs tabel Metode Analisis Deskriptif Untuk identifikasi dan analisis tingkat keberhasilan pelaksanaan bantuan modal usaha terhadap peningkatan pendapatan keluarga, menggunakan analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang diperoleh (Siagian & Sugiarto, 2002: 67). Juga digunakan analisis Uji Beda 2 Rata-rata berpasangan. Merupakan salah satu teknik statistik parametrik, yang digunakan untuk mengetahui perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah menerima manfaat bantuan modal. Rumus Uji Beda Dua Rata-rata berpasangan (Boedijoemono, 2007: 78): T = D SD N (D D) SD = n 1 Keterangan: t = Nilai t hitung D = Rata-rata selisih pengukuran variable x dan y SD = Standar Deviasi selisih pengukuran variable x dan y N = Jumlah sampel Hipotesis: H0 = Rata-rata kedua variable sama (identik) Ha = Rata-rata kedua variable tidak sama (tidak identik) H0 diterima : t-hitung > t-tabel, Ho ditolak (berbeda secara signifikan) Ha diterima : t-hitung > t-tabel, Ha ditolak (tidak berbeda secara signifikan) IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kemiskinan di Kota Madiun Persentase penduduk miskin di Kota Madiun jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di Jawa Timur. Sejak terjadi penurunan persentase penduduk miskin pada tahun 2004 di Kota Madiun yaitu dari 7,9 menjadi 7,1 selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya persentase penduduk miskin selalu mengalami penurunan seperti yang diharapkan oleh pemerintah. Tahun 2005 penduduk miskin Kota Madiun turun 2,74 persen dari tahun 2004 disaat penduduk miskin di Jawa Timur naik sebesar 3,44 persen. Kemudian turun secara sangat signifikan pada tahun 2006 menjadi 6,32 dan tahun 2007 menjadi 5,49 persen.
7 PNPM Mandiri di Kota Madiun Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Kota Madiun dimulai pada pertengahan April 2009, yang dilaksanakan secara langsung oleh masyarakat masingmasing kelurahan didampingi oleh Konsultan Pendamping. Konsultan Pendamping ini dikoordinir oleh Kordinator Kota (Korkot). Tim Korkot terdiri dari 1 orang Koordinator Kota (Korkot) didampingi oleh 4 orang Asisten Korkot (Askot), yaitu : 1. Asisten Bidang Infrastruktur (Askot Infra) 2. Asisten Bidang Manajemen Keuangan (Askot MK) 3. Asisten Bidang Pemberdayaan/Community Development (Askot CD) 4. Asisten Manajemen Data (Asmandat) Di tingkat kelurahan terdapat Tim Fasilitator (Faskel) yang mendampingi masyarakat masingmasing kelurahan secara langsung. Di Kota Madiun terdapat 27 Kelurahan dengan 3 Kecamatan. Dari 7 Kelurahan tersebut didampingi oleh 4 Tim Fasilitator (masing-masing tim mendampingi 7 kelurahan). Tiap Tim Fasilitator berjumlah 5 orang terdiri dari : 1. 1 (satu )Orang Senior Fasilitator (Sebagai Koordinator Tim) 2. 2 (dua) Orang Faskel Cd 3. 1 (satu) Orang Faskel Teknik 4. 1 (satu) Orang Faskel Ekonomi Dalam proses pendampingan, tim pendamping berupaya maksimal dalam peran serta mendampingi masyarakat melalui tahapan siklus PNPM MP yang telah ditentukan guna melakukan usaha sebuah proses pembelajaran menuju terciptanya masyarakat yang berdaya, mandiri dan madani. Siklus tersebut antara lain Sosialisasi Awal, Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM), Refleksi Kemiskinan, Pemetaan Swadaya (PS), Pembentukan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM), Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM-Pronangkis)/ Renta (Rencana Tahunan). Beberapa hambatan dan masalah yang dihadapi selama proses pendampingan PNPM-MP tahun 2009 diantaranya adalah : 1. Waktu pendampingan yang sangat terbatas, sehingga fase pelaksanaan siklus terkesan tergesagesa, termasuk pada saat merencanakan kegiatan (Realisasi Bantuan Langsung Masyarakat) 2. Siklus dalam PNPM MP yang oleh masyarakat dianggap rumit dan bertele-tele sehingga membuat motivasi masyarakt dalam melaksanakan siklus secara utuh menjadi agak rendah, walaupun sosialisasi dan pemahaman arti siklus tersebut dilakukan. 3. Partisipasi masyarakat dalam turut serta dalam perencanaan program maupun yang mungkin diakibatkan oleh paradigma terhadap program pemerintah bearti juga murni didanai oleh pemerintah. 4. Dukungan biaya operasional untuk pelaksanaan PNPM-MP yang bersumber dan Pemerintah Daerah yang masih sangat minim sehingga hal ini juga berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan. 5. Administrasi kegiatan (proposal dan laporan pertanggung jawaban) yang harus dipenuhi oleh KSM sering terjadi keterlambatan yang mungkin terjadi akibat motivasi KSM dalam hal pemenuhan administrasi, selain itu format yang ada di anggap cukup rumit. Dana PNPM Mandiri untuk kegiatan usaha ekonomi produktif di Kota Madiun diberikan kepada masyarakat bersifat pinjaman dan harus dikembalikan beserta bunga pinjaman. Pengembalian atau angsuran pinjaman selama sepuluh bulan dengan besaran bunga pinjaman masing-masing kelurahan berbeda-beda berkisar 1 % sampai dengan 1,5 % ditentukan oleh Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM). Identifikasi Dan Analisis Korelasi Bantuan Modal Usaha Terhadap Pendapatan Keluarga Analisis Korelasi Bantuan Modal Usaha Terhadap Pendapatan Sebelum Memanfaatkan Bantuan Modal Usaha Dari Analisis Korelasi Pearson, hasil menunjukkan bahwa kedua variabel, yaitu Bantuan Modal Usaha dengan variabel Pendapatan sebelum menerima bantuan modal usaha, adalah tidak berkorelasi.
8 r xy = n XY X Y n X ( X) n Y ( Y) r xy = 218( ) ( ) 2) 218( ) = 0 H0 = 0 = Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sebelum menerima bantuan modal usaha. Ha 0 = Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sebelum menerima bantuan modal usaha. Dengan taraf signifikansi (α ) 5%, besarnya r tabel adalah 0,1381, lebih besar dari pada r hitung, yaitu 0. Maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal Usaha dengan Pendapatan sebelum menerima bantuan modal. Hal ini dikarenakan, penerima belum merasakan manfaat bantuan modal usaha. Analisis Korelasi Bantuan Modal Usaha Terhadap Pendapatan Sesudah Memanfaatkan Bantuan Modal Usaha Dari Analisis Korelasi Pearson, hasil menunjukkan bahwa kedua variabel, yaitu Bantuan Modal Usaha dengan variabel Pendapatan sesudah menerima bantuan modal usaha, adalah tidak berkorelasi. r n XY X Y xy = n X ( X) n Y ( Y) r 218( ) ( x ) xy = = 0 218( ) ( ) 2 218( ) ( ) H0 = 0 = Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sesudah menerima manfaat bantuan mosal usaha. Ha 0 = Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sesudah menerima manfaat bantuan mosal usaha. Dengan taraf signifikansi (α ) 5%, besarnya r tabel adalah 0,1381, lebih besar dari pada r hitung, yaitu 0. Maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sesudah menerima manfaat bantuan mosal usaha. Hal ini dikarenakan, besarnya bantuan modal yang sama banyak, tidak dikondisikan dengan proporsi pendapatan penerima bantuan modal. Identifikasi Dan Analisis Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Bantuan Modal Usaha Terhadap Peningkatan Pendapatan Keluarga. Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Hasil analisis Uji Beda Dua Rata-rata, adalah sebagai berikut: H0 = Rata-rata variable Pendapatan sebelum menerima bantuan modal dan Pendapatan sesudah menerima bantuan modal sama (identik) Ha = Rata-rata variable Pendapatan sebelum menerima bantuan modal dan Pendapatan sesudah menerima bantuan modal tidak sama (tidak identik) H0 diterima : t-hitung > t-tabel, Ho ditolak (berbeda secara signifikan) Ha diterima : t-hitung > t-tabel, Ha ditolak (tidak berbeda secara signifikan)
9 T = = D SD N , , , = 1, Dengan taraf signifikansi (α ) 5%, besarnya t tabel adalah 1,65251, lebih besar dari pada t hitung, yaitu 1, Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya rata-rata variable Pendapatan sebelum menerima bantuan modal dan Pendapatan sesudah menerima bantuan modal adalah tidak sama (tidak identik). Analisis Deskriptif Identifikasi tingkat keberhasilan pelaksanaan program pelaksanaan bantuan modal terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima manfaat, dapat diketahui dengan analisis deskriptif. Hasil analisis deskriptif, yaitu: Tabel 1 Hasil Analisis Deskriptif BANTUAN MODAL PEND SEBELUM PEND SESUDAH Mean Median Maximum Minimum Std. Dev Skewness NA Kurtosis NA Probability NA Sum 1.09E E E+08 Sum Sq. Dev E E+14 Observations Sumber: Data Diolah, Rata-rata pendapatan masyarakat penerima sebelum menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp ,1. Sedangkan untuk pendapatan masyarakat penerima sesudah menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp ,1. Nilai median pendapatan sebelum menerima bantuan modal adalah , artinya nilai pendapatan berada di ukuran pendapatan sebesar Rp ,00. Dan nilai median pendapatan sesudah menerima bantuan modal adalah , artinya nilai pendapatan sesudah menerima bantuan modal berada di ukuran pendapatan sebesar Rp ,00. Pada variabel Pendapatan Sebelum menerima bantuan modal, nilai Maximum sebesar Artinya, pendapatan tertinggi masyarakat penerima, sebelum menerima bantuan modal adalah sebesar Rp ,00. Dan untuk pendapatan tertinggi masyarakat penerima, sesudah menerima bantuan modal adalah sebesar Rp ,00. Sedangkan nilai Minimum Pendapatan sebelum menerima bantuan modal, adalah Artinya, pendapatan tertinggi masyarakat penerima, sebelum menerima bantuan modal adalah Rp ,00. Dan pendapatan tertinggi masyarakat penerima, sesudah menerima bantuan modal adalah sebesar Rp ,00. Standar deviasi pendapatan sebelum menerima lebih kecil daripada pendapatan sesudah menerima bantuan modal. Hal ini menunjukkan bahwa program pemanfaatan bantuan modal usaha telah berjalan dengan baik.
10 Nilai skewness pendapatan sebelum menerima bantuan modal sebesar 0, dan pendapatan sesudah menerima bantuan modal sebesar 14,20093 (kedunya skewness positif), sedangkan untuk bantuan modal not available. Berdasarkan ukuran kurtosis variabel pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan modal adalah menjulang (kurtosis positif). Artinya, pendapatan masyarakat penerima sebelum dan sesudah menerima bantuan lebih terkonstreasi pada pendapatan yang rendah atau sebagian pendapatan masyarakat penerima manfaat bantuan modal adalah rendah. Sedangkan untuk bantuan modal relatif homogen atau tidak terlalu jauh berbeda dengan jumlah terbesar bantuan modal. Nilai Sum pada pendapatan sebelum menerima bantuan modal adalah , artinya pendapatan sebelum menerima bantuan modal secara total adalah sebesar Rp ,00. Dan nilai Sum pada variabel pendapatan sesudah menerima bantuan modal sebesar Artinya, total pendapatan masyarakat penerima manfaat sesudah menerima bantuan modal usaha adalah sebesar Rp ,00. V. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis identifikasi korelasi bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga, baik yang sebelum memanfaatkan maupun yang sesudah memanfaatkan bantuan modal, hasil menunjukkan bahwa kedua variable adalah tidak berkorelasi. Untuk variable bantuan modal usaha dengan pendapatan sebelum, dikarenakan penerima belum merasakan manfaat bantuan modal usaha. Sedangkan untuk variable bantuan modal dan pendapatan sesudah menerima dikarenakan besarnya bantuan modal yang sama banyak, tidak dikondisikan dengan proporsi pendapatan penerima bantuan. Dari hasil analisis identifikasi tingkat keberhasilan pelaksanaan bantuan modal usaha, menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan masyarakat penerima sebelum menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp ,1, sedangkan sesudah menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp ,1. Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa program pelaksanaan bantuan modal secara efektif dapat meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat penerima bantuan modal. Sebaiknya Pemerintah juga dapat fokus pada keberadaan dan keberlanjutan sistem pengelolaan kegiatan pasca proyek masih perlu ditingkatkan efektivitasnya di tingkat masyarakat dan pemerintahan desa. Untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam pelaksanaan bantuan modal, maka perlu sosialisasi yang lebih itensif baik melalui jalur formal maupun informal kepada masyarakat untuk menjelaskan maksud dan tujuan pemberian bantuan serta kriteria penerima bantuan. Perlu diperbanyak jenis bantuan untuk keluarga miskin yang menunjang proses produktivitas yang menjadi bidang pekerjaan utama masyarakat miskin, yaitu jenis bantuan sarana irigasi dan sarana air bersih. Memberikan dukungan biaya operasional untuk pelaksanaan program bantuan modal yang bersumber dari Pemerintah Daerah yang masih sangat minim. Saran Bagi Penerima Bantuan Modal Hendaknya masyarakat bisa bekerja sama dengan pemerintah agar hasil yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Hendaknya masyarakat bisa bekerja sama dengan anggota masyarakat lain agar mereka bisa mengembangkan usaha. Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif mengenai tingkat keberhasilan pelaksanaan pemanfaatan bantuan modal usaha terhadap peningkatan pendapatan keluarga. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti hal yang sama mengenai tingkat keberhasilan bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga, dengan menggunakan data primer, agar pengamatan terhadap pendapatan modal dan mengetahui kesulitan bagi masyarakat penerima manfaat bantuan modal dapat diketahui secara pasti. Dan menambah variabel penelitian, sehingga tingkat keberhasilan dapat diketahui secara lengkap.
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA
ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA Sulistya Rini Pratiwi Fakultas Ekonomi, Universitas Borneo
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com
Lebih terperinciGambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM
A. Tahap pelaksanaan kegiatan Pilot Pembekalan kepada Fasilitator mengenai Sosialisasi Konsep dan Substansi kepada Masyarakat oleh Fasiltator FGD Dinamika (berbasis hasil RPK dan PS) 2 Teridentifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar
Lebih terperinciSTRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM
STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM Deputi Meneg PPN/Kepala Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Rakornas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciKEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM
KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu
Lebih terperinciNur Inas Purnamasari 1
ejournal Ilmu Pemerintahan, 2015, 3 (1) : 16-27 ISSN 0000-0000, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2015 PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH PNPM MANDIRI (PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI)
Lebih terperinciBAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN
Lebih terperinci54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI
54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI Oleh: Dhio Adenansi, Moch. Zainuddin, & Binahayati Rusyidi Email: dhioadenansi@gmail.com; mochzainuddin@yahoo.com; titi.rusyidi06@yahoo.com
Lebih terperinciModel Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan pada penelitian ini. Ada dua rujukan sebagai berikut: 1. Sari Surya, 2011 Yang pertama adalah penelitian yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan sudah menjadi fenomena kehidupan masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial masyarakat Indonesia. Terjadinya
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.
No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciKurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan
1. Pengantar Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan Proses pemberdayaan masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009
LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan
Lebih terperinciSiklus PNPM Mandiri - Perkotaan
BUKU 1 SERI SIKLUS PNPM- Mandiri Perkotaan Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan 3 Membangun BKM 2 Pemetaan Swadaya KSM 4 BLM PJM Pronangkis 0 Rembug Kesiapan Masyarakat 1 Refleksi Kemiskinan 7 Review: PJM,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran
Lebih terperinciPembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif
1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI KAJIAN
BAB III METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan upaya penanggulangan kemiskinan di wilayah kerjanya, maka Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) membutuhkan suatu kerangka pelaksanaan program
Lebih terperinciGBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN
GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN Non Pro Poor Policies Pro-Poor Policies Pro-Poor Program & Budgeting Good Local Governance PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Merubah cara pandang terhadap pendekatan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,
Lebih terperinciPNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP
VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
Lebih terperinciAKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015
AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.
Lebih terperinciI. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu menjadi tema dan agenda utama pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Bank Dunia
Lebih terperinciProgram Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
i ii PEDOMAN SELEKSI DAN PENETAPAN LOKASI PPMK Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN Diterbitkan Oleh: Direktorat Jenderal
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP Oleh : Ayi Sugandhi Maret 2009 datanglah kepada masyarakat hiduplah bersama mereka belajarlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciAnalisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto
Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin
Lebih terperinciLatar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah
STRATEGI DAN INOVASI PENCAPAIAN MDGs 2015 DI INDONESIA Oleh Dr. Afrina Sari. M.Si Dosen Universitas Islam 45 Bekasi Email: afrina.sari@yahoo.co.id ABSTRACT Indonesia telah berhasil mengurangi kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan. intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penangananya selama ini cenderung parsial dan
Lebih terperinciDisampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, 28-30 Agustus 2013 Pada Tahun 2013, Pemerintah telah menetapkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman
Lebih terperinciBantul, Desember Kepala. Drs. Trisaktiyana, M.Si Pembina Utama Muda/IVc NIP
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah satu kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan dalam rangka mencapai visi pembangunan Kabupaten Bantul Projotamansari,
Lebih terperinciOleh Dwi Prasetyo Hadi ABSTRAK
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DALAM RANGKA MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS 2015 ( STUDI KASUS DI PNPM-MP KABUPATEN KENDAL ) Oleh Dwi Prasetyo Hadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PNPM Mandiri merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan
Lebih terperinciHubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP
Prosiding SNaPP011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 089-590 Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP Achmad Faqih Jurusan Agribisnis Fakultas
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah
BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah kemiskinan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan yang dilaksanakan di daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, yang sesuai dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945,
Lebih terperinciKerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab.
Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab. Karangasem I. LATAR BELAKANG Usaha mendorong kemandirian dan kemitraan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...
DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... Halaman Persembahan... Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi...
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PENCAPAIAN
BAGIAN 2. PERKEMBANGAN PENCAPAIAN 25 TUJUAN 1: TUJUAN 2: TUJUAN 3: TUJUAN 4: TUJUAN 5: TUJUAN 6: TUJUAN 7: Menanggulagi Kemiskinan dan Kelaparan Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Mendorong Kesetaraan
Lebih terperinciLATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) adalah program nasional yang menjadi kerangka dasar dan acuan pelaksanaan program-program pengentasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas dalam mengurus dan mengelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial
Lebih terperinciPertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?
Lampiran Wawancara Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apa ukuran kebijakan dalam program penanggulangan kemiskinan di Ukuran dan tujuan kebijakan yang dilakukan dalam program P2KP
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM
Lebih terperinciKonsep Dasar. Mau. Paham. Mampu
Konsep Dasar Paham Mau Pelatihan yang berorientasi pada penumbuhan pemahaman, motivasi, dan kemampuan dari Fasilitator untuk penanganan program secara partisipatif, transparan, akuntabel, mandiri dan berkelanjutan.
Lebih terperinciKUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI
KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI Budaya PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Infrastruktur dan Lingkungan Hidup KESEHATAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, IKLIM INVESTASI
Lebih terperinciDIAKUI RAWAN DISELEWENGKAN, DANA BANSOS NAIK RP4 TRILIUN. radiotrendyfm.com
DIAKUI RAWAN DISELEWENGKAN, DANA BANSOS NAIK RP4 TRILIUN radiotrendyfm.com Kendati dianggap sering diselewengkan, anggaran Bantuan Sosial i (Bansos) tetap naik tahun depan. Dalam RAPBN 2013, pemerintah
Lebih terperinciPROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN
PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN 1 I. MENGAPA POB DIPERLUKAN? a. Untuk Meningkatkan kemampuan personil konsultan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komponen pengembangan kapasitas (Capacity Building) merupakan salah satu pilar program PNPM Mandiri Perkotaan, karena program ini yang meyakini bahwa pembelajaran merupakan
Lebih terperinciPengaruh Kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP Terhadap Pendapatan Masyarakat
Vol. 01 No. 01, Juni 013 Pengaruh Kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP Terhadap Pendapatan Masyarakat Purwati Lestarini (0810140) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK
Lebih terperinciARAH DAN KEBIJAKAN UMUM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Bab 5 ARAH DAN KEBIJAKAN UMUM PENANGGULANGAN KEMISKINAN INDEKS KEMISKINAN MANUSIA 81 Bab 5 ARAH DAN KEBIJAKAN UMUM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 5.1. Arah dan Kebijakan Umum Arah dan kebijakan umum penanggulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini dirasakan masih sangat memprihatinkan. Banyak masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak atau sepenuhnya
Lebih terperinciDEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI
DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI Bahwa kemiskinan adalah ancaman terhadap persatuan, kesatuan, dan martabat bangsa, karena itu harus dihapuskan dari bumi Indonesia. Menghapuskan kemiskinan merupakan
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tesis ini menganalisis partisipasi masyarakat melalui implementasi. penanggulangan kemiskinan di perkotaan melalui Program Nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tesis ini menganalisis partisipasi masyarakat melalui implementasi program atau kebijakan yang telah di luncurkan pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan
Lebih terperinciREKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007
REKOMENDASI HASIL UJI PETIK KMP PERIODE 28 November 8 Desember 2007 Gambaran Umum Secara umum proses kegiatan di lokasi baru mengalami keterlambatan rata-rata 1,5 bulan dari master schedule, sementara
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Usaha kecil dan Menengah atau yang sering disebut UKM merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat
Lebih terperinciLAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF
PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Oktober 2010 P a g e 1 I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review)
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP
KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP I. LATAR BELAKANG Usaha mendorong kemandirian dan kemitraan masyarakat bersama Pemerintah Daerah
Lebih terperinciPENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI
PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI Yustinus Farid Setyobudi (Dosen tetapprogram Studi Ilmu Pemerintahan UNRIKA) PENDAHULUAN Sifat dasar kemiskinan amatlah
Lebih terperinciProgram Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP)
Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP) Disampaikan Oleh: Mita D Aprini Jakarta, Juni 2015 Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat a. LATAR BELAKANGLatar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang terdiri dari
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI
W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan
Lebih terperinciPROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM Mandiri Perkotaan LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM Mandiri Perkotaan LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS MASYARAKAT PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014 Konsultan Manajemen Pusat Wilayah-2 April 2014 A. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
Lebih terperinciMDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007
MDGs dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 1 Cakupan Paparan I. MDGs sebagai suatu Kerangka untuk
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : PM.26/UM.001/MKP/2010 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : PM.26/UM.001/MKP/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PARIWISATA MELALUI DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci