ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA
|
|
- Sonny Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA Sulistya Rini Pratiwi Fakultas Ekonomi, Universitas Borneo Tarakan Emai: Abstraksi : Tujuan penelitian ini adalah identifikasi dan analisis korelasi bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga serta identifikasi dan analisis tingkat keberhasilan pelaksanaan pemanfaatan bantuan modal usaha terhadap peningkatan pendapatan keluarga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analisis Korelasi dan Metode Analisis Deskriptif Dengan analisis ini hasil yang dicapai adalah tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sesudah menerima manfaat bantuan mosal usaha. Hal ini dikarenakan, besarnya bantuan modal yang sama banyak, tidak dikondisikan dengan proporsi pendapatan penerima bantuan modal dan Standar deviasi pendapatan sebelum menerima lebih kecil daripada pendapatan sesudah menerima bantuan modal. Hal ini menunjukkan bahwa program pemanfaatan bantuan modal usaha telah berjalan dengan baik. Kata Kunci: Bantuan Modal,.Kemiskinan, Pendapatan Keluarga, PNPM. PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan kemiskinan yang kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri dirumuskan mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai objek melainkan subjek penanggulangan kemiskinan. Di Kota Tarakan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) baik dari dana APBN maupun APBD digunakan untuk pemberdayaan bidang lingkungan, bidang sosial dan bidang ekonomi. Bidang ekonomi memberikan pinjaman modal usaha bagi masyarakat miskin produktif sejumlah orang (BPS, 2002). Melalui pendekatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana bantuan langsung ke masyarakat kelurahan sasaran, diharapkan PNPM Mandiri mampu mendorong dan memperkuat partisipasi serta kepedulian masyarakat setempat secara terorganisir dalam menanggulangi kemiskinan. Artinya, Program penanggulangan kemiskinan berpotensi sebagai gerakan masyarakat, yakni; dari, oleh dan untuk masyarakat. i
2 Permasalahan Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana dijelaskan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana korelasi pemanfaatan bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga? 2. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan pemanfaatan bantuan modal usaha terhadap peningkatan pendapatan Keluarga? TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Landasan Teori Upaya Penanggulangan Kemiskinan Upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia sekarang ini juga merupakan bagian dari upaya mewujudkan MDGs. Menurut analis kampanye dan dan advokasi MDGs di Indonesia, Siahaan, pencapaian MDGs Indonesia bagaikan potret bercampur. Di satu sisi, beberapa sasaran, seperti pengurangan kemiskinan, telah on track. Namun kinerja dalam pengentasan rakyat miskin tetap menjadi masalah. Selama periode , kemiskinan hanya turun 1 %. Menanggulangi kelaparan dan kemiskinan adalah tujuan pertama dari MDGs. Sebagai negara yang turut menyepakati KTT Millenium, Indonesia menetapkan target-target yang ingin dicapai pada tahun 2015, yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDs Malaria dan penyakit menular lainnya dan memastikan kelestarian lingkungan hidup (MDGs, 2007). Menurut Siahaan, berdasarkan garis kemiskinan nasional, pada tahun 1990 kemiskinan 15,1 % (27,2 juta orang miskin) dan pada tahun 2009 kemiskinan 14,15 % (32,5 juta orang miskin), sementara tahun 2010 sekitar 31,7 juta orang miskin. Memang ada penurunan karena saat krisis tahun 1998 kemiskinan sempat mencapai 24 %. Hanya saja penurunan tidak cukup kencang dalam waktu 11 tahun. Dari data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia berjalan lamban, dan pemerintah belum berhasil mengentaskan masyarakat miskin dari jurang kemiskinan dan penderitaannya. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah (PNPM-Mandiri) : 1. PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. 2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, ii
3 kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri ini adalah : 1. Tujuan Umum, meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. 2. Tujuan Khusus 1) Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan. 2) Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang mengakar, representatif dan akuntabel. 3) Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor) 4) Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. 5) Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya. 6) Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal. 7) Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat. Strategi dasar PNPM Mandiri terdiri atas : 1) Mengintensifkan upaya-upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. 2) Menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan berbagai pihak untuk bersama-sama mewujudkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat. 3) Menerapkan keterpaduan dan sinergi pendekatan pembangunan sektoral, pembangunan kewilayahan dan pembangunan partisipatif. PNPM Mandiri melakukan prinsip-prinsip, yaitu Bertumpu pada pembangunan manusia, Otonomi, Desentralisasi, Berorientasi pada masyarakat miskin, Partisipasi, Kesetaraan dan keadilan gender, Demokratis, Transparansi dan akuntabel, Prioritas, Kolaborasi, Keberlanjutan dan Sederhana. Kesejahteraan Keluarga Kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga menurut Peraturan Pemerintah no 27 tahun 1994 tentang Pengelola Perkembangan Kependudukan sebagaimana berikut : iii
4 1) Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan kesehatan. 2) Keluarga sejahtera I adalah keluarga keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial Psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi antar lingkungan tempat tinggal dan transportasi 3) Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial Psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya, seperti untuk menabung dan memperoleh informasi. 4) Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial spologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 5) Keluarga sejahtera III plus adalah keluarga keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial spokologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Tinjauan Pustaka Harrison (1996) mengkaji masalah perkembangan kegiatan promosi di Inggris dengan bantuan modal usaha. Perkembangan dan dampak sejumlah pemberdayaan sektor swasta dan publik untuk merangsang aliran bantuan modal ventura untuk usaha informal modal ventura di Inggris. Perkembangan kegiatan ekonomi dengan bantuan modal usaha tidak berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan ketidaklengkapan informasi sebagai kunci untuk inefisiensi di pasar modal ventura informal dan pengembangan dimulai dari sektor bawah, penyediaan jasa pengenalan usaha berupa biaya efektif. Estiningsih (2010), dalam pemanfaatan bantuan modal usaha ekonomi di Kabupaten Wonogiri. Dari hasil pengamatan untuk tingkat pendapatan masyarakat penerima manfaat bantuan modal usaha ekonomi produktif sebelum dan sesudah mereka menerima dan memanfaatkan bantuan modal usaha, sebagian besar mengalami peningkatan. Pemanfaatan bantuan modal usaha ekonomi produktif sebesar 75,40% lebih dari 70%, dan pengembalian bantuan modal bantuan usaha dalam proses pengguliran dana sebesar 93,69% lebih dari 90%. Judul dan metode penelitian terkait seperti disebutkan pada tabel berikut : iv
5 Tabel 1 Studi Tentang Pemanfaatan Bantuan Modal Usaha Ekonomi Produktif Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga No Peneliti, Judul dan Tahun Metode Analisis Hasil/Kesimpulan 1 Harrison Developments in The Promotion of Informal Venture Capital in The UK (1996) 2 Mason & Harrison Barriers To Investment In The Informal Venture Capital Sector (2002) 3 Klonowski Executive Insight Venture Capital as a Method of Financing Enterprise Development in Central and Eastern Europe (2006) 4 Andrianto Pemanfaatan Dana Pinjaman Program Pengembangan Kecamatan Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga (2003) Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Analisis Deskriptif Perkembangan kegiatan ekonomi dengan bantuan modal usaha tidak berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan ketidaklengkapan informasi sebagai kunci untuk inefisiensi di pasar modal ventura informal dan pengembangan dimulai dari sektor bawah, penyediaan jasa pengenalan usaha berupa biaya efektif. Studi ini menyatakan bahwa bantuan modal belum terlaksana dengan efektif. Hasil penelitiannya menghasilkan tiga kesimpulan. Pertama, pembiayaan modal ventura terus menjadi besar sumber modal untuk perusahaan yang berkembang di daerah. Kedua, Polandia adalah pemimpin pasar di wilayah dalam kegiatan modal ventura seperti yang dijelaskan secara statistik. Dan terakhir, negara-negara CEE tidak dapat diperlakukan sebagai blok homogen. Menunjukan bahwa dana pinjaman sebagai modal usaha ekonomi kepada masyarakat ternyata belum dimanfaatkan dengan maksimal sebagai modal pengembangan usaha sehingga upaya peningkatan pendapatan masyarakat tidak berjalan dengan baik. 5 Paraibabo Manfaat Bantuan Modal Usaha Terhadap Peningkatan Pendapatan Peserta Program Melalui Program Pengembangan Kecamatan Di Kabupaten Sorong Tahun 2006 (2008) 6 Manson Public Policy Support For The Informal Venture Capital Market In Europe: A Critical Review Analisis Deskriptif Hasil penelitian memiliki kenaikan pendapatan masyarakat peserta program sangat signifikan rata-rata per tahun sebesar Rp ,- Analisis Kualitatif Deskriptif - Studi ini memetakan bentuk Intervensi terhadap sector publik - Perlunya intervensi sector public dalam pengembangan yang lebih tepat sasaran. - Bentuk intervensi berkembang dari v
6 (2009) pendekatan supply menggunakan pajak menjadi pendekatan melalui intermediasi Analisis Kualitatif Deskriptif 7 Munjazi Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mengurangi Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Pnpm)-Mandiri (2009) Proses pemberdayaan masyarakat partisipatoris yang melalui PNPM-Mandiri, berdampak positif terhadap penurunan kemiskinan di kelurahan Demangan. 8 Estiningsih Pemanfaatan Bantuan Modal Usaha Ekonomi Produktif Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga (2010) 9 Rahmatika Analisis Efektifitas Program Pinjaman Dana Bergulir Pada Unit Pengelola Kegiatan (Upk) Pnpm Mandiri Dan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (Spp) Di Kecamatan Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun (2011) 10 Oktavia Dampak PNPM-MP Terhadap Pengembangan Usaha Kelompok Masyarakat (Studi Kasus: Peserta KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Pengguna dana bergulir di Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, K ota Padang) (2011) 11 Labombang Dampak Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Analisis Deskriptif Logical Frame Work Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Analisis Kualitatif Deskriptif Analisis Kualitatif Deskriptif Hasil pengamatan untuk tingkat pendapatan masyarakat pemanfaat bantuan modal usaha ekonomi produktif sebelum dan sesudah mereka menerima dan memanfaatkan sebagai modal usaha, sebagian besar mengalami peningkatan. Menunjukkan bahwa pemanfaatan bantuan modal usaha ekonomi produktif sebesar 75,40% lebih dari 70%, dan pengembalian bantuan modal bantuan usaha dalam proses pengguliran dana sebesar 93,69% lebih dari 90% Efektifitas Pengelolaan dana bergulir dipengaruhi oleh 3 hal yaitu Unit Pengelola Kegiatan (UPK) sebagai pengelola dan penyalur seluruh dana bergulir di tingkat kecamatan, aturan dan prosedur atau mekanisme perguliran, serta pemanfaat langsung berupa kelompok peminjam sebagai pengelola dan penyalur dana bergulir kepada anggotanya. Hasil analisis menyatakan bantuan ini belum optimal. Ditemukan adanya penyimpangan pemanfaatan dana yang mengakibatkan tidak mampu memberikan manfaat dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Keterlibatan RTM di Kelurahan Sungai Sapih belum sepenuhnya. Pada masyarakat miskin di desa berdampak pada, Peningkatan pendapatan masyarakat, pendidikan vi
7 Pada Program Pnpm Mandiri Perdesaan Di Kabupaten Toli Toli (2011) Sumber : Hasil penelitian sebelumnya, masyarakat, Kesehatan, Perubahan pola pikir masyarakat. Dampak terhadap kelembagaan di desa, Fungsi dan peran pemerintah lokal menjadi efektif, Pelembagaan terhadap pembangunan partisipatif, Peningkatan kualitas sarana dan prasarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat. Kerangka Pikir Penelitian Bantuan PNPM Mandiri disalurkan melalui suatu lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk dan ditetapkan sendiri oleh masyarakat sesuai dengan proses dan prosedur PNPM Mandiri. Yang berhak mendapat bantuan adalah penduduk yang miskin anggota kelompok usaha ekonomi produktif dan ditentukan atas kesepakatan seluruh anggotanya melalui mekanisme PNPM Mandiri. Keberhasilan upaya peningkatan pendapatan keluarga oleh masyarakat penerima bantuan modal usaha ekonomi produktif program PNPM Mandiri melalui pemanfaatan bantuan modal untuk mengembangkan usaha ekonomi produktif masyarakat yang ditandai dengan terjadinya perubahan kondisi masyarakat sebelum dan sesudah mereka menerima dan memanfaatkan bantuan modal tersebut. Korelasi & Deskriptif Bantuan Modal Usaha Sebelum Gambar 1 Skema Kerangka Pikir Penelitian Pendapatan Setelah Menganalisis proses pemberian bantuan modal usaha ekonomi produktif Program PNPM Mandiri melalui pemanfaatan dana pinjaman modal usaha yang mereka terima, maka perlu diadakan suatu penelitian. Analisis terhadap data dan informasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah mereka menerima bantuan modal usaha ekonomi produktif. vii
8 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Tarakan, dengan 4 Kecamatan dan 20 kelurahan. Empat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Tarakan Utara, Tarakan Barat, Tarakan Timur, dan Tarakan Tengah. Dari ke dua puluh kelurahan tersebut, penelitian hanya dilakukan di empat (4) kelurahan. Yaitu Kelurahan Juatan Permai, Kelurahan Juata Laut, Kelurahan Juata Kerikil, dan Kelurahan Sebengkok. Karena di empat kelurahan banyak terdapat RTM yang mendapatkan bantuan modal usaha produktif. Sumber dan Jenis Data Data yang diperoleh dari data yang dihimpun dalam kegiatan penelitian ini meliputi data sekunder. Data sekunder dihimpun dari berbagai instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kecamatan dan kelurahan/ lokasi studi. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain : 1. Data pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah menerima manfaat bantuan modal usaha 2009 dan Data rekapitulasi pemberian pinjaman Tarakan dalam angka Metode Analisis Data Metode Analisis Korelasi Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu, misalnya Pearson data harus berskala interval atau rasio; Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal; Chi Square menggunakan data nominal. Kuat lemah hubungan diukur diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed) (Usman, et all, 2009: 45). Untuk tingkat signifikan dan koefisien korelasi yang dihasilkan dengan membandingkan nilai rs hitung dan rs tabel dimana telah ditentukan daerah penerimaan dan penolakan yaitu : Hipotesis: H0 = Tidak hubungan antara pendapatan dengan bantuan modal Ha = Ada hubungan antara pendapatan dengan bantuan modal Ha diterima : rs dihitung > rs tabel, Ha ditolak : rs hitung < rs tabel H0 diterima : rs dihitung < rs tabel, Ho ditolak : rs hitung > rs tabel Metode Analisis Deskriptif Untuk identifikasi dan analisis tingkat keberhasilan pelaksanaan bantuan modal usaha terhadap peningkatan pendapatan keluarga, menggunakan analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang diperoleh (Siagian & Sugiarto, 2002: 67). Juga digunakan analisis Uji Beda 2 Rata-rata berpasangan. Merupakan salah satu teknik statistik parametrik, yang digunakan untuk mengetahui perbedaan viii
9 pendapatan sebelum dan sesudah menerima manfaat bantuan modal. Rumus Uji Beda Dua Rata-rata berpasangan (Boedijoemono, 2007: 78): t = D ( SD N ) SD = (D D ) 2 n 1 Keterangan: t = Nilai t hitung D = Rata-rata selisih pengukuran variable x dan y SD = Standar Deviasi selisih pengukuran variable x dan y N = Jumlah sampel Hipotesis: H0 = Rata-rata kedua variable sama (identik) Ha = Rata-rata kedua variable tidak sama (tidak identik) H0 diterima : t-hitung < t-tabel, Ha ditolak (tidak berbeda secara signifikan) Ha diterima : t-hitung > t-tabel, Ho ditolak ( berbeda secara signifikan) HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Kemiskinan di Kota Tarakan Persentase penduduk miskin di Kota Tarakan jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di wilayah Kalimantan Utara. Dari hasil pendataan terakhir Badan Pusat Statistik Kota Tarakan mencatat angka kemiskinan di Tarakan mencapai 10,25% dan angka ini termasuk terendah di kawasan utara Kalimantan Timur, yaitu sebanyak rumah tangga yang tercatat sebagai penduduk miskin di Kota Tarakan. Dan kawasan Tarakan Barat yang merupakan merupakan jumlah terbanyak angka kemiskinannya, yaitu mencapai rumah tangga. Tercatat angka kemiskinan di Nunukan sekitar 12,45%, Tana Tidung 13,89%, Bulungan 14,58%, dan Malinau 15,3%. (BPS, 2011). Identifikasi Dan Analisis Korelasi Bantuan Modal Usaha Terhadap Pendapatan Keluarga Analisis Korelasi Bantuan Modal Usaha Terhadap Pendapatan Sebelum Memanfaatkan Bantuan Modal Usaha Dari Analisis Korelasi Pearson, hasil menunjukkan bahwa kedua variabel, yaitu Bantuan Modal Usaha dengan variabel Pendapatan sebelum menerima bantuan modal usaha, adalah tidak berkorelasi. Dengan taraf signifikansi (α ) 5%, besarnya r tabel adalah 0,1381, lebih besar dari pada r hitung, yaitu 0. Maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal Usaha dengan Pendapatan sebelum menerima bantuan modal. Hal ini dikarenakan, penerima belum merasakan manfaat bantuan modal usaha. Analisis Korelasi Bantuan Modal Usaha Terhadap Pendapatan Sesudah Memanfaatkan Bantuan Modal Usaha ix
10 Dari Analisis Korelasi Pearson, hasil menunjukkan bahwa kedua variabel, yaitu Bantuan Modal Usaha dengan variabel Pendapatan sesudah menerima bantuan modal usaha, adalah tidak berkorelasi. Dengan taraf signifikansi (α ) 5%, besarnya r tabel adalah 0,1381, lebih besar dari pada r hitung, yaitu 0. Maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bantuan Modal dengan Pendapatan sesudah menerima manfaat bantuan mosal usaha. Hal ini dikarenakan, besarnya bantuan modal yang sama banyak, tidak dikondisikan dengan proporsi pendapatan penerima bantuan modal. Identifikasi Dan Analisis Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Bantuan Modal Usaha Terhadap Peningkatan Pendapatan Keluarga. Analisis Uji Beda Dua Rata-Rata Dengan taraf signifikansi (α ) 5%, besarnya t tabel adalah 1,812461, lebih besar dari pada t hitung, yaitu 0. Maka H0 diterima. Artinya tidak ada perbedaan antara Pendapatan sebelum menerima bantuan modal dan Pendapatan sesudah menerima bantuan modal. Atau bantuan modal usaha tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan penerima. Analisis Deskriptif Identifikasi tingkat keberhasilan pelaksanaan program pelaksanaan bantuan modal terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat penerima manfaat, dapat diketahui dengan analisis deskriptif. Rata-rata pendapatan masyarakat penerima sebelum menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp Sedangkan untuk pendapatan masyarakat penerima sesudah menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp Nilai median pendapatan sebelum menerima bantuan modal adalah , artinya nilai pendapatan berada di ukuran pendapatan sebesar Rp Dan nilai median pendapatan sesudah menerima bantuan modal adalah , artinya nilai pendapatan sesudah menerima bantuan modal berada di ukuran pendapatan sebesar Rp ,00. Pada variabel Pendapatan Sebelum menerima bantuan modal, nilai Maximum sebesar Artinya, pendapatan tertinggi masyarakat penerima, sebelum menerima bantuan modal adalah sebesar Rp ,00. Dan untuk pendapatan tertinggi masyarakat penerima, sesudah menerima bantuan modal adalah sebesar Rp ,00. Sedangkan nilai Minimum Pendapatan sebelum menerima bantuan modal, adalah Artinya, pendapatan terendah masyarakat penerima, sebelum menerima bantuan modal adalah Rp ,00. Dan pendapatan terendah masyarakat penerima, sesudah menerima bantuan modal adalah sebesar Rp ,00. Standar deviasi pendapatan sebelum menerima sama dengan pendapatan sesudah menerima bantuan modal. Hal ini menunjukkan bahwa program pemanfaatan bantuan modal usaha setidaknya telah berjalan dengan baik. Nilai skewness pendapatan sebelum menerima bantuan modal dan pendapatan sesudah menerima bantuan modal adalah yaitu sebesar -0, (keduanya skewness negatif), sedangkan untuk bantuan modal not available. Berdasarkan ukuran kurtosis variabel pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan modal x
11 adalah menjulang (kurtosis positif). Artinya, pendapatan masyarakat penerima sebelum dan sesudah menerima bantuan lebih terkonstreasi pada pendapatan yang rendah atau sebagian pendapatan masyarakat penerima manfaat bantuan modal adalah rendah. Sedangkan untuk bantuan modal relatif homogen atau tidak terlalu jauh berbeda dengan jumlah terbesar bantuan modal (tidak berdistribusi normal). Nilai Sum pada pendapatan sebelum menerima bantuan modal adalah , artinya pendapatan sebelum menerima bantuan modal secara total adalah sebesar Rp ,00. Dan nilai Sum pada variabel pendapatan sesudah menerima bantuan modal sebesar Artinya, total pendapatan masyarakat penerima manfaat sesudah menerima bantuan modal usaha adalah sebesar Rp ,00. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil analisis identifikasi korelasi bantuan modal usaha terhadap pendapatan keluarga, baik yang sebelum memanfaatkan maupun yang sesudah memanfaatkan bantuan modal, hasil menunjukkan bahwa kedua variable adalah tidak berkorelasi. Untuk variable bantuan modal usaha dengan pendapatan sebelum, dikarenakan penerima belum merasakan manfaat bantuan modal usaha. Sedangkan untuk variable bantuan modal dan pendapatan sesudah menerima dikarenakan besarnya bantuan modal yang sama banyak, tidak dikondisikan dengan proporsi pendapatan penerima bantuan. 2. Dari hasil analisis identifikasi tingkat keberhasilan pelaksanaan bantuan modal usaha, menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan masyarakat penerima sebelum menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp , sedangkan sesudah menerima manfaat bantuan modal sebesar Rp Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa program pelaksanaan bantuan modal secara efektif dapat meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat penerima bantuan modal, walaupun tidak secara signifikan berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan penerima. Saran Saran Bagi Pemerintah 1) Sebaiknya Pemerintah juga dapat fokus pada keberadaan dan keberlanjutan sistem pengelolaan kegiatan pasca proyek masih perlu ditingkatkan efektivitasnya di tingkat masyarakat dan pemerintahan desa. 2) Untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi dalam pelaksanaan bantuan modal, maka perlu sosialisasi yang lebih itensif baik melalui jalur formal maupun informal kepada masyarakat untuk menjelaskan maksud dan tujuan pemberian bantuan serta kriteria penerima bantuan. 3) Perlu diperbanyak jenis bantuan untuk keluarga miskin yang menunjang proses produktivitas yang menjadi bidang pekerjaan utama masyarakat miskin, yaitu jenis bantuan sarana irigasi dan sarana air bersih. 4) Memberikan dukungan biaya operasional untuk pelaksanaan program bantuan modal yang bersumber dari Pemerintah Daerah yang masih sangat minim. xi
12 Saran Bagi Penerima Bantuan Modal 1) Hendaknya masyarakat bisa bekerja sama dengan pemerintah agar hasil yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. 2) Hendaknya masyarakat bisa bekerja sama dengan anggota masyarakat lain agar mereka bisa mengembangkan usaha. DAFTAR PUSTAKA Adi,Isbandi Rukminto,2001, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Miskin dan Intervensi Komunitas, Fakultas Ekonomi UI, Jakarta Alston, Margaret and Wendy Bowless,1998, Sampling in Research for Social Workers An Introducting to Methods, Allen and Unwin, Australia. Amartya Sen, "The Possibility of Social Choice," American Economic Review, American Economic Association, vol. 89(3), pages Andrianto, Wahyudi 2003, Pemanfaatan Dana Pinjaman Program Pengembangan Kecamatan Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga, Tesis, Program Pasca sarjana UI, Jakarta. Arsyad,Licolin, 1997, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN, Yogyakarta. Azwar, S, 2002, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik, 2002, Dasar Dasar Analisa Kemiskinan, BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2011, Kota Tarakan Dalam Angka, BPS, Tarakan. Bappenas, 2008, Laporan Perkembangan Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2007, Jakarta. Boedijoemono, Nugroho, 2007, Pengantar Statistika Ekonomi dan Bisnis Jilid 1(Deskriptif), YKPN, Yogyakarta. Chambers, R, 1996, The PRA Revolution In: Institute of Development Studies, Introductory PRA Methodology Pack, London. Estiningsih, Dwi, 2010, Pemanfataan Bantuan Modal Usaha Ekonomi Produktif Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga, Tesis, UNS, Surakarta. Harrison, R. and Mason, C., 1996, Developments in The Promotion of Informal Venture Capital in The UK, International Journal of Enterprenuerial Behaviour & Research, Vol. 2 No. 2. xii
13 Klonowski, Derek, 2006, Executive Insight Venture Capital as a Method of Financing Enterprise Development in Central and Eastern Europe, International Journal of Emerging Markets, Vol. 1 No. 2. Korten, David. C., 2001, Menuju Abad Ke 21: Tindakan Sukarela dan Agenda Global, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Kuncoro, Mudrajad, 2000, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta, Akademi Manajemen Perusahaan, YKPN, Yogyakarta. Labombang, Mastura, 2011, Dampak Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Pada Program Pnpm Mandiri Perdesaan Di Kabupaten Toli Toli, Jurnal Mekanika Teknik XIII No 1 Januari 2011, Palu. Laderchi, C. R, et all,, 2003, Does it matter that we do not agree on the definition of poverty? A comparison of four approaches, Oxford Development Studies, Vol. 31, No. 3, pp Manson, R.D & Douglas A. Lind Teknik Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta. Manson, Colin M. & Harrison, Richard T., 2002, Barriers To Investment In The Informal Venture Capital Sector, Entrepreneurship & Regional Development Journal No 14 pp: , Published by Taylor And Fransic Group. Manson, Colin M., 2009, Public Policy Support For The Informal Venture Capital Market In Europe: A Critical Review, International Small Business Journal Vol 27. Moeljanto, 1993, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, PT. Remaja Rosdakaya, Bandung. Mubyarto, 1987, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Aditya Media, Yogyakarta. Munzaji, Syukron, 2009, Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mengurangi Kemiskinan Melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (Pnpm)-Mandiri, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tidak Dipublikasi. Oktavia, Lola, 2011, Dampak PNPM-MP Terhadap Pengembangan Usaha Kelompok Masyarakat (Studi Kasus: Peserta KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Pengguna dana bergulir di Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, K ota Padang), Skripsi, Universitas Andalas Padang, Tidak Dipublikasikan. xiii
14 Paraibabo, Philipus E. R., 2008, Manfaat Bantuan Modal Usaha Terhadap Peningkatan Pendapatan Peserta Program Pengembangan Kecamatan di Kabupaten Sorong Tahun 2006, Tesis, UGM, Yogyakarta. Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan. Prijono, dkk, 1996, Pemberdayaan: Konse, Kebijakandan Implementasi, CSIS, Jakarta. Rahmatika, 2011, Analisis Efektifitas Program Pinjaman Dana Bergulir Pada Unit Pengelola Kegiatan (Upk) Pnpm Mandiri Dan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (Spp) Di Kecamatan Situjuh Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun , Skripsi, Universitas Andalas Padang, Tidak Dipublikasikan. Seers, Dudley (1969) 'The Meaning of Development', International Development Review 11(4): 2 6. Siagian, Dergibson, & Sugiarto. 2002, Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi,PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Supriatna, Tjahya, 1997, Birokrasi Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan, Bandung, Humanlora Utama Press, Bandung. Sumodiningrat, Gunawan,(1998), Membangun Perekonomian Rakyat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskkinan, 2007, Pedoman Umum PNPM, Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Jakarta. Usman, Husaini, et.al, 2009, Pengantar statistik, Bumi Aksara, Jakarta. xiv
15 xv
ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA
ANALISIS PEMANFAATAN BANTUAN MODAL USAHA EKONOMI PRODUKTIF PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA Sulistya Rini Pratiwi Program Studi Ekonomi Pembangunan
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Gambar 1.1 Logo UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang Sumber: www.pnpmkabbandung.wordpress.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk dapat memperbaiki tingkat kesejahteraannya dengan berbagai kegiatan usaha sesuai dengan bakat,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap pembangunan di suatu daerah seyogyanya perlu dan harus memperhatikan segala sumber-sumber daya ekonomi sebagai potensi yang dimiliki daerahnya, seperti
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah
Lebih terperinciNur Inas Purnamasari 1
ejournal Ilmu Pemerintahan, 2015, 3 (1) : 16-27 ISSN 0000-0000, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2015 PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH PNPM MANDIRI (PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari Surya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan pada penelitian ini. Ada dua rujukan sebagai berikut: 1. Sari Surya, 2011 Yang pertama adalah penelitian yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Masalah Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
Lebih terperinciAnalisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto
Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan memiliki konsep yang beragam. Kemiskinan menurut Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia (TKPKRI, 2008) didefinisikan sebagai suatu
Lebih terperinciSTRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM
STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM Deputi Meneg PPN/Kepala Kepala Bappenas Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Rakornas Gubernur dan Bupati/Walikota dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk
Lebih terperinciLatar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah
STRATEGI DAN INOVASI PENCAPAIAN MDGs 2015 DI INDONESIA Oleh Dr. Afrina Sari. M.Si Dosen Universitas Islam 45 Bekasi Email: afrina.sari@yahoo.co.id ABSTRACT Indonesia telah berhasil mengurangi kemiskinan
Lebih terperinci54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI
54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI Oleh: Dhio Adenansi, Moch. Zainuddin, & Binahayati Rusyidi Email: dhioadenansi@gmail.com; mochzainuddin@yahoo.com; titi.rusyidi06@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dialami oleh semua negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sebuah negara yang berkembang seperti Indonesia, masalah kemiskinan akan selalu menjadi tema dan agenda utama pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. Bank Dunia
Lebih terperinciBUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN HASIL KEGIATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciModel Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Model Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Pendekatan Kultural Pendekatan Struktural Model Pendekatan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan 1. Pendekatan Kultural adalah program
Lebih terperinciLATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS
LATAR BELAKANG PENGEMBANGAN KOMUNITAS Pada kegiatan Praktek Lapangan 2 yang telah dilakukan di Desa Tonjong, penulis telah mengevaluasi program atau proyek pengembangan masyarakat/ komunitas yang ada di
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang,
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, dimana pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan
Lebih terperinciVI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP
VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP 6.1 Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih termasuk ke dalam kategori negara berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian menjadi tolak ukur global sejauh mana suatu negara berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan pemerintah yang memfokuskan
Lebih terperinciKESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)
KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS) LATAR BELAKANG KONDISI KABUPATEN MAROS PASCA MDGs (RPJMD PERIODE 2010 2015) DATA CAPAIAN INDIKATOR MDGs TAHUN 2010 2015 MENUNJUKAN
Lebih terperinciANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP)
ANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) (Studi Kasus pada Kelompok Wanita Cempaka Putih, Sungai Liku Tengah, Kenagarian
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Millenium Development Goals disingkat MDGs merupakan sebuah cita-cita
132 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Millenium Development Goals disingkat MDGs merupakan sebuah cita-cita pembangunan global yang menitikberatkan pembangunan pada pembangunan manusia (human development).
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan sturktural
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,
Lebih terperinciMDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007
MDGs dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 1 Cakupan Paparan I. MDGs sebagai suatu Kerangka untuk
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.
BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan
Lebih terperinciKUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI
KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI Budaya PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Infrastruktur dan Lingkungan Hidup KESEHATAN PENDIDIKAN KETAHANAN PANGAN, IKLIM INVESTASI
Lebih terperinciPengaruh Kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP Terhadap Pendapatan Masyarakat
Vol. 01 No. 01, Juni 013 Pengaruh Kredit SPP (Simpan-Pinjam Kelompok Perempuan) PNPM-MP Terhadap Pendapatan Masyarakat Purwati Lestarini (0810140) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan
Lebih terperinciEVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO. Oleh FERA HANDAYANI
EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Oleh FERA HANDAYANI Abstrak Dalam pengelolaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), masyarakat mendapatkan kewenangan untuk mengelola
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA, 16 JANUARI 2014 Tema Prioritas Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8 10% pada akhir 2014, yang diikuti dengan: perbaikan distribusi perlindungan sosial, pemberdayaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditetapkan sebelumnya tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu bagian dari agenda Pemerintah Indonesia dalam rangka memenuhi mandat Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 aliena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda
Lebih terperinci& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan
PENGENTASAN KEMISKINAN & KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan Pengantar oleh: Rajiv I.D. Mehta Director Pengembangan ICA Asia Pacific 1 Latar Belakang Perekonomian dunia
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit akut dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelaksanaan kegiatan pembangunan nasional di Indonesia sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan telah menjadi masalah internasional, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan yang ingin dicapai
Lebih terperinciDEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI
DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI Bahwa kemiskinan adalah ancaman terhadap persatuan, kesatuan, dan martabat bangsa, karena itu harus dihapuskan dari bumi Indonesia. Menghapuskan kemiskinan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan masyarakat Indonesia pada saat ini dirasakan masih sangat memprihatinkan. Banyak masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak atau sepenuhnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PENCAPAIAN
BAGIAN 2. PERKEMBANGAN PENCAPAIAN 25 TUJUAN 1: TUJUAN 2: TUJUAN 3: TUJUAN 4: TUJUAN 5: TUJUAN 6: TUJUAN 7: Menanggulagi Kemiskinan dan Kelaparan Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Mendorong Kesetaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial
Lebih terperinciNur Inas Purnamasari 1
ejournal Ilmu Pemerintahan, 2015, 3 (1) : 16-27 ISSN 0000-0000, ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id Copyright 2015 PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH PNPM MANDIRI (PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI)
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa Program Pengembangan Kecamatan;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia seharusnya dapat di akses oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. Tapi
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pemberdayaan mulai mengemuka pada periode tahun 1970 hingga tahun 1980-an. Pada masa itu Indonesia merupakan Negara acuan dunia di bidang pembangunan terutama
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pembangunan daerah Kabupaten Ngawi 2010 2015, Pemerintah Kabupaten Ngawi menetapkan strategi yang merupakan upaya untuk
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
57 BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT A. Implementasi SPP (Simpan Pinjam Kelompok Perempuan) di Desa Tungu Kecamatan Godong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Romy Novan Fauzi, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang fenomenal di Indonesia. Dalam Wikipedia Indonesia, kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012
1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kesimpulan yang dapat diambil peneliti adalah: terbantu dalam pengembangan usaha yang telah dikelola.
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan beberapa temuan atau analisis dalam penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil peneliti adalah: 1. Penerima/pemanfaat program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Usaha kecil dan Menengah atau yang sering disebut UKM merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Banjarnegara telah merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD 2005-2025, RPJMD 2011-2016, Rencana Kerja Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang sampai saat ini masih terus dicari langkah yang tepat untuk menanggulanginya. Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi
Lebih terperinciSKRIPSI. Tugas untuk Mencapai Gelar Sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas. Oleh
DAMPAK PNPM-MP TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA KELOMPOK MASYARAKAT (Studi Kasus: Peserta KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Pengguna dana bergulir di Kelurahan Sungai Sapih, Kecamatan Kuranji, Kota Padang)
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciEFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
EFEKTIVITAS DAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (PKP) DI KOTA BANDAR LAMPUNG (EFFECTIVENESS AND PARTICIPATION SOCIETY AGAINST THE URBAN POVERTY ERADICATION
Lebih terperinciKAJIAN PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP KEGIATAN SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PNPM MANDIRI DI KOTA BENGKULU
KAJIAN PARTISIPASI PEREMPUAN TERHADAP KEGIATAN SIMPAN PINJAM PEREMPUAN (SPP) PNPM MANDIRI DI KOTA BENGKULU Gita Mulyasari Staf Pengajar Universitas Bengkulu email: gita_mulyasari@yahoo.co.id ABSTRACT This
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman
Lebih terperinciDIAKUI RAWAN DISELEWENGKAN, DANA BANSOS NAIK RP4 TRILIUN. radiotrendyfm.com
DIAKUI RAWAN DISELEWENGKAN, DANA BANSOS NAIK RP4 TRILIUN radiotrendyfm.com Kendati dianggap sering diselewengkan, anggaran Bantuan Sosial i (Bansos) tetap naik tahun depan. Dalam RAPBN 2013, pemerintah
Lebih terperinciPENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI
PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI Yustinus Farid Setyobudi (Dosen tetapprogram Studi Ilmu Pemerintahan UNRIKA) PENDAHULUAN Sifat dasar kemiskinan amatlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebijakan pembangunan di Indonesia dalam menanggulangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pembangunan di Indonesia dalam menanggulangi kemiskinan, mengalami pergeseran paradigma dari masa ke masa. Konsep pertumbuhan yang menjadi ujung tombak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan dengan mengedepankan kearifan lokal kawasan pedesaan yang mencakup struktur demografi masyarakat, karakteristik
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBantul, Desember Kepala. Drs. Trisaktiyana, M.Si Pembina Utama Muda/IVc NIP
KATA PENGANTAR Pemberdayaan Masyarakat merupakan salah satu kebijakan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan dalam rangka mencapai visi pembangunan Kabupaten Bantul Projotamansari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan sudah menjadi fenomena kehidupan masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial masyarakat Indonesia. Terjadinya
Lebih terperinciMENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN
Lebih terperinci