PERANCANGAN GUDANG PENDINGIN UNTUK KOMODITAS KENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN GUDANG PENDINGIN UNTUK KOMODITAS KENTANG"

Transkripsi

1 Karya Tulis Ilmiah PERANCANGAN GUDANG PENDINGIN UNTUK KOMODITAS KENTANG ABDUL RONI ANGKAT, S.TP, M.Si Widyaiswara Muda BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 201

2 PENDAHULUAN Kentang (Slenum tubersum L) merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum dan jagung. Selain itu kentang juga merupakan salah satu kmditi unggulan yang bernilai tinggi dan sampai saat ini masih terus diusahakan di Indnesia secara kmersial. Menurut Wattimena (2000) selain menjadi bahan pkk industri makanan, kentang juga digunakan untuk minuman, pakan ternak dan tekstil. Banyaknya manfaat kentang membuat petani terus berusaha meningkatkan prduktivitasnya. Peningkatan prduktivitas ini diikuti dengan peningkatan prduksi kentang nasinal, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Prduksi nasinal kmditi kentang Tahun Jumlah (Tn) ,00, ,071, ,176,05.00 Sumber : Kementerian Pertanian (2011) Selain diknsumsi dan dipasarkan di dalam negeri, kentang juga mempunyai peluang ekspr yang cukup baik. Selama ini ekspr kentang Indnesia memask ke beberapa Negara saja seperti Malaysia, Singapura, Cina, Jepang, Kanada dan Spanyl. Perkembangan ekspr-impr kentang Indnesia pada tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini tercermin dari meningkatnya jumlah vlume dan nilai ekspr kentang Indnesia. Selain mengekspr kentang Indnesia juga mengimpr kentang dari negara lain. perkembangan vlume dan nilai ekspr-impr kentang Indnesia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan vlume dan nilai ekspr-impr kentang Indnesia tahun Ekspr Impr Tahun Vlume (Kg) Nilai (US$) Vlume (Kg) Nilai (US$) ,790,767,79,47 21,508,547 16,845, ,69,792 8,516,112 2,22,2 21,682, ,657,771 12,547,444 2,015,767 2,599,281 Sumber : Departemen Pertanian (2006)

3 Untuk menunjang prgram pengembangan agribisnis melalui peningkatan prduksi diperlukan penyediaan bibit yang berkualitas, paket teknlgi budidaya termasuk pla tanam serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Akan tetapi untuk pasca panen diperlukan penanganan hasil yang tepat karena hasil kmditas sayuran pada umumnya mudah rusak serta jumlah yang melimpah saat musim panen (panen raya). Khusus untuk kmditas kentang, kesalahan dalam perlakuan pasca panen dapat mengakibatkan terjadinya prses pencklatan yang mengakibatkan warna tepung kusam dan tidak menarik. Untuk mendapatkan tepung kentang dengan warna dan mutu tepung yang baik dapat dilakukan dengan menekan akumulasi gula reduksi selama penyimpanan umbi kentang (BB Pascapanen, 2011). Salah satu cara untuk meminimalkan kerusakan dan mempertahankan kualitas kentang menggunakan gudang pendingin untuk penyimpanan. PENDEKATAN RANCANGAN THERMAL Pendekatan rancangan untuk gudang pendingin kentang dipengaruhi leh beberapa parameter sebagai berikut : 1. Ukuran gudang pendingin Gudang pendingin kentang mempunyai ukuran 50 ft x 50 ft x 15 ft dibagian dalam dengan vlume gudang pendingin sebesar 7500 ft. 2. Insulasi Lantai gudang pendingin terbuat dari campuran betn, plyurethane Rigid Panel setebal 1 in dan baja, sehingga nilai R nya sebesar : R plyurethane : 8 ft 2. F. h/(btu.in) R baja : 0 R betn : 0 Nilai R campuran = 1 in x 8 = 8 ft 2. F. h/btu Dinding gudang pendingin menggunakan campuran Plyurethane Rigid Panel setebal 2 inch dan baja. sehingga nilai R nya sebesar : R plyurethane : 8 ft 2. F. h/(btu.in) R baja : 0 Nilai R campuran = 2 in x 8 = 16 ft 2. F. h/btu

4 Atap gudang pendingin menggunakan campuran Plyurethane Rigid Panel setebal inch dan baja. sehingga nilai R nya sebesar : R plyurethane R baja : 0 : 8 ft 2. F. h/(btu.in) Nilai R campuran = in x 8 = 24 ft 2. F. h/btu. Kapasitas Gudang Bulk density kentang sebesar 769 kg/m (21.79 kg/ft ), dengan memberikan space 40% untuk mbilitas dalam ruangan, maka kapasitas gudang untuk penyimpanan kentang sebesar : 60% x7500 ft x21.79kg/ ft kg 490. Tn Kapasitasg udang Data suhu Menurut Bartsch et.al (1990), suhu kentang setelah dipanen 84 F, sedangkan suhu penyimpanan di gudang pendingin sebesar 45 F. Sedangkan menurut Eltawil et. al (2006), penyimpanan kentang pada suhu 5 C(41 F) dapat memperpanjang umur simpan sampai 6 bulan, sedangkan penyimpanan pada suhu 10 C(50 F) dapat memperpanjang umur simpan selama -4 bulan. Selain itu penentuan suhu gudang pendingin dipengaruhi leh tujuan penglahan kentang selanjutnya (Tabel ). Tabel. Rekmendasi suhu gudang pendingin untuk penggunaan kentang yang berbeda Tujuan Suhu penyimpanan ( C) Knsumsi segar 2 4 Kentang ptng 4 5 Kentang greng 7 10 Bubur kentang 5-7 Sumber : Eltawil et.al (2006) Dalam desain gudang pendingin, kentang disimpan selama 4 bulan dengan peruntukkan menjadi kentang greng, sehingga suhu yang menjadikan acuan sebagai berikut : - Suhu ambient : 84 F - Suhu penyimpanan : 45 F - Suhu lantai gudang : 55 F

5 5. Lading rate pada kmditas kentang penurunan suhu disarankan 1-2 C, untuk menghindari terjadinya Chilling Injury (Rnald E, ), dalam desain gudang pendingin ini penurunan suhu ditetapkan sebesar 2 C (.6 F) per day. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu dari 84 F ke 45 F selama : 84 F 45 F 10.8hari.6 F / hari Dari perhitungan di atas ditetapkan pendinginan untuk mencapai suhu penyimpanan dilakukan selama 10 hari, dengan beban maksimum terjadi pada hari ke-10. Sehingga lading rate sebesar : 10% x kg kg Tn / hari 6. Cling rate Cling rate untuk mencapai suhu 45 F dalam 24, ΔT = 85 F 45 F = 9 F 7. Heat f Respiratin and Specific Heat K (Heat f Respiratin) untuk kentang dicari pada suhu gudang pendingin 45 F dan suhu rata-rata dari suhu ambient dan suhu gudang pendingin sebesar (84 F + 45 F)/2 = 64.5 F K Pada suhu 45 F diperleh dengan melakukan interplasi antara K pada 40 F dan 60 F. K 40 F = ( )/2 = 120 Btu/tn/24 hr (Bartsch, et al., 1990) K 60 F = ( )/2 = 1980 Btu/tn/24 hr (Bartsch et al., 1990) x Btu/tn/24 K45 F 1980 K Pada suhu 64.5 F diperleh dengan melakukan interplasi antara K pada 60 F dan 70 F. K 60 F = ( )/2 = 1980 Btu/tn/24 hr (Bartsch et al., 1990) K 70 F = ( )/2 = 2640 Btu/tn/24 hr (Bartsch et al., 1990) K64.5 F 2640 x Btu/tn/24 C (specific heat) untuk kentang : 0.82 Btu/lb. F (Bartsch et al., 1990)

6 8. Infiltratin Besarnya nilai pergantian udara pada suhu 84 F dalam 24 untuk vlume gudang pendingin 7500 ft, dihitung dengan menggunakan tabel Strerm Vlume-Infiltratin Relatinship (Bartsch et al., 1990). Nilai tersebut diperleh dengan melakukan interplasi diantara vlume gudang pendingin sebesar ft dan ft. Nilai pergantian udara pada ft = 2.6 Nilai pergantian udara pada ft = 1.8 Nilai pergantian udara pada 7500 ft = x Nilai enthalpy pada suhu 84 F dan suhu 45 F diperleh dengan menlakukan interplasi menggunakan tabel Temperature-Enthalpy Reltinship (Bartsch et al., 1990). h 85 =49.44 Btu/lb h 80 =4.70 Btu/lb x Btu lb h / 84 h 45 =17.65 Btu/lb 9. Lampu dan Mtr Lampu pada gudang pendingin dipasang sebesar 0.5 watt/ft 2 Sehingga daya yang dibutuhkan pada lampu sebesar 50 ftx50 ft 1250w 1. kw 2 0.5w / ft x 25 hidup 10 /hari Mtr yang digunakan mempunyai daya sebesar 5HP hidup selama 20 /hari PERHITUNGAN Beban Pendinginan yang terjadi pada gudang pendingin dengan vlume 7500 ft dan kapasitas gudang tn dihitung sebagai berikut : Field heat MCT tn x2000lb / tnx0.82btu / lb Fx Btu F

7 Respiratin lad K untuk menghitung Respiratin Lad pada hari ke-10 menggunakan K pada suhu ratarata pendinginan sebesar 64.5 F MK tnx2277Btu / tn Btu Nilai 21 merupakan nilai Respiratin Lad kentang yang dimuat pada hari ke-10 Sedangkan untuk prduk yang dimuat pada hari ke-1 sampai hari ke-9 sebesar tn, K yang digunakan adalah K pada suhu gudang pendingin sebesar 45 F MK tnx1485Btu / tn Btu Nilai Respiratin Lad ttal = = Btu/ Btu/24 = Btu/24 Cnductive Heat Gain 24AT 0 Ti / R (untuk lantai, dinding dan atap dihitung secara terpisah) 24x50 ftx50 ft x55 45 F 75000Btu / lantai ft. h. F / Btu 24x15 ftx50 ft 50 ft 50 ft 50 ft x84 45 F Btu / dinding ft. h. F / Btu 24x50 ftx50 ft x84 45 F 97500Btu / atap ft. h. F / Btu lantai 75000Btu dinding 48000Btu Btu atap 97500Btu

8 Infiltratin (Cnvective Heat Gain) h hinv / Btu / lbx Btu 1.5 ft / lb x7500 ft Equipment kwx40t HPx x4010 5x Btu tm 20 Ttal Cling Lad 1 2 = Btu/24 = Btu/24 = Btu/ t = Btu/24 = Btu/24 = Btu/24 Kapasitas Sistem Pendinginan yang akan Dipasang yang akan dipasang dihitung dengan menggunakan persamaan : Capacity xsfxdf t SF = service factr, typically DF = defrst factr, typically Capacity Capacity Btu Btu x1.1 x1.1 1 tn f refrigeratin = Btu/24 Sehingga kapasitas pendinginan dari rancangan gudang pendingin sebesar : Btu Btu 20.7tn

9 ANALISIS Perancangan gudang pendingin disesuaikan dengan karakteristik kmditas yang akan disimpan, yang meliputi sifat fisik dan kimia prduk serta tujuan pemanfaatan prduk tersebut. Prses pendinginan prduk yang tidak tepat dapat mengakibatkan chilling injury sehingga menurunkan mutu prduk pada saat ingin digunakan. Pada kentang prses pendinginan dilaksanakan dengan menurunkan suhu 2 C (.6 F) per hari, sehingga lamanya waktu yang diperlukan untuk melaksanakan prses pendinginan tergantung selisih suhu kentang pada saat di luar ruangan dengan suhu di dalam gudang pendingin dibagi dengan penurunan suhu per hari. Secara persamaan dapat dituliskan sebagai berikut : lamawaktup endinginan ( T Ti) / penurunansuhuperhari Prses pendinginan kentang memerlukan waktu 10 hari untuk menurunkan suhu dari 84 F menjadi 45 F. Jumlah kentang yang dipanen setiap hari, suhu kentang pada saat pemanen, besarnya penurunan suhu yang diinginkan mempengaruhi nilai Field Heat yang juga akan semakin meningkatkan cling lad gudang pendingin. Nilai Field Heat menunjukkan seberapa besar prses pendinginan yang diperlukan untuk menurunkan suhu pada prduk sampai mencapai suhu yang tepat untuk penyimpanan. Pada desain gudang pendingin kentang nilai Field Heat sebesar Btu/24. Respiratin Lad/Heat Respiratin merupakan energi yang dilepaskan leh prduk pada saat respirasi. Heat Respiratin akan semakin berkurang seiring dengan penurunan suhu dan akan menjadi stabil pada suhu penyimpanan prduk. Semakin besar jumlah prduk yang mengalami prses pendinginan maka akan semakin besar nilai Respiratin Lad. Pada desain gudang pendingin kentang ini nilai Respiratin Lad sebesar Btu/24. Cnductive Heat Gain dipengaruhi perbedaan antara suhu di dalam gudang pendingin dan lingkungan luar dan bahan insulasi yang dipergunakan. Semakin besar selisih suhu lingkungan dan di dalam gudang pendingin, maka nilai Cnductive Heat Gain akan semakin besar. Sebaliknya semakin tinggi nilai R bahan insulasi maka nilai Cnductive Heat Gain akan semakin rendah. Nilai R di atap harus lebih tinggi dari dinding karena adanya pengaruh penyinaran matahari, demikian juga nilai R dinding harus lebih tinggi dari nilai R lantai. Pada desain gudang pendingin kentang ini, atap dan dinding merupakan campuran dari plyurethane dan steel. sedangkan untuk lantai

10 ditambahkan campuran betn. Nilai R lantai, dinding, atap berturut-turut 8 ft 2. F. h/(btu.in), 16 ft 2. F. h/(btu.in), 24 ft 2. F. h/(btu.in). Nilai Cnductive Heat Gain pada desain gudang pendingin ini sebesar Btu/24. Nilai Cnvective Heat Gain pada Infiltratin menunjukkan perpindahan panas yang disebabkan knveksi. Nilai ini sangat dipengaruhi leh vlume gudang pendingin yang dirancang, semakin besar vlume maka infiltrasi akan semakin besar. Pada desain gudang pendingin kentang nilai Cnvective Heat Gain sebesar Btu/24 hr. Sebagai kelengkapan dari gudang pendingin maka dibutuhkan lampu untuk penerangan dan mtr sebagai sumber tenaga. Pada desain gudang pendingin kentang ini menggunakan mtr 5HP dan lampu 0.5 watt/ft 2. Sehingga energi yang dibutuhkan untuk kebutuhan tersebut sebesar Btu/24. Kelengkapan ini bisa ditambahkan lagi sesuai dengan kebutuhan perasinal gudang pendingin diantaranyalift, pmpa, generatr. Ttal Cling lad pada gudang pendingin kentang ini sebesar Btu/24. Dengan memperhitungkan waktu pendinginan yang hilang karena pemeliharaan dan defrst maka dikalikan dengan servis factr sebesar 1.1 dan defrst factr sebesar 1.1, sehingga ttal cling lad sebesar Btu/24. Nilai tersebut dibagi dengan Btu/24 /tn untuk memperleh nilai tns f refrigeratin sebesar 20.7 tn. Untuk mendinginkan tn kentang dari 84 F menjadi suhu 45 F selama 10 hari pada gudang pendingin yang mempunyai vlume 7500 ft dibutuhkan kapasitas pendinginan sebesar 20.7 tn.` REFERENSI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Penghambatan pencklatan enzimatis dan nn enzimatis sampai dengan 80% pada pembuatan tepung kentang. _penelitian /57. [26 Juni 2011]. Bartsch JA, Blanpied GD. (1990). Refrigeratin and cntrlled atmsphere strage fr hrticultural crps. Nrheast Reginal Agricultural Engineering Service ; (22) : 12.

11 Bartsch JA, Blanpied GD. (1990). Refrigeratin and cntrlled atmsphere strage fr hrticultural crps. Nrheast Reginal Agricultural Engineering Service ; (22) : 15. Bartsch JA, Blanpied GD. (1990). Refrigeratin and cntrlled atmsphere strage fr hrticultural crps. Nrheast Reginal Agricultural Engineering Service ; (22) : 8. Departemen Pertanian Bais Data Satistik Ekspr-Impr Kmditas Pertanian. Jakarta : Kementerian Pertanian. Eltawil M, Samuel D, Singhal O Ptat strage technlgy and strage design aspects. The CIGR Ejurnal ; invited verview n.11. vl. VIII : Kementerian Pertanian Basis Data Statistik Pertanian Sub Sektr Hrtikultura Menurut Nasinal. Jakarta : Kementerian Pertanian. Rnald E. Ptat. Davis : Vegetable Crps Department, University f Califrnia. [27 Juni 2011] Wattimena, GA Pengembangan prpagul kentang bermutu dan kultival kentang unggul dalam mendukung peningkatan prduksi kentang di Indnesia. [Orasi ilmiah]. Bgr : Fakultas Pertanian, Intitut Pertanian Bgr.

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 Pengenalan Neraca Energi pada Proses Tanpa Reaksi

BAB 2 Pengenalan Neraca Energi pada Proses Tanpa Reaksi BAB Pengenalan Neraca Energi pada Prses Tanpa Reaksi Knsep Hukum Kekekalan Energi Ttal energi pada sistem dan lingkungan tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan..1 Neraca Energi untuk Sistem Tertutup

Lebih terperinci

PELUANG USAHA PEMBESARAN IKAN GURAMEH. Oleh : Riesky Febrian NIM : Kelas : S1.SI.2A

PELUANG USAHA PEMBESARAN IKAN GURAMEH. Oleh : Riesky Febrian NIM : Kelas : S1.SI.2A PELUANG USAHA PEMBESARAN IKAN GURAMEH Oleh : Riesky Febrian NIM : 10.12.4366 Kelas : S1.SI.2A STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 1. Pendahuluan Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indnesia yang sudah menyebar

Lebih terperinci

REFLEKSI TAHUN 2017 & OUTLOOK TAHUN 2018

REFLEKSI TAHUN 2017 & OUTLOOK TAHUN 2018 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN REFLEKSI TAHUN 217 & OUTLOOK TAHUN 218 Knferensi Pers, 11 Januari 218 REFLEKSI DITJEN PDS TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang sangat peting, selain padi dan gandum. Jagung juga berfungsi sebagai sumber makanan dan

Lebih terperinci

BAB 6. Neraca Energi dengan Efek Reaksi Kimia

BAB 6. Neraca Energi dengan Efek Reaksi Kimia BAB 6 Neraca Energi dengan Efek Reaksi Kimia 1.1 Analisis Derajat Kebebasan untuk Memasukkan Neraca Energi dengan Reaksi Neraca energi dalam penghitungan derajat kebebasan menyebabkan penambahan persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan pascapanen komoditas pertanian mejadi hal yang tidak kalah pentingnya dengan penanganan sebelum panen. Dengan penanganan yang tepat, bahan hasil pertanian

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENGUJIAN, PENGAMBILAN DATA, DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PROSEDUR PENGUJIAN, PENGAMBILAN DATA, DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV OSEDU ENGUJIAN, ENGAMBILAN DATA, DAN ENGOLAHAN DATA 41 rsedur engujian Gasiikasi Bnggl Jagung Dalam melakukan pengujian gasiikasi campuran bnggl jagung dan sekam padi, terdapat prsedur yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara agraris, Indnesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikella dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN CHILLER SUSU DENGAN PENUKAR PANAS TIPE SIRIP

PENGEMBANGAN CHILLER SUSU DENGAN PENUKAR PANAS TIPE SIRIP PENGEMBANGAN CHILLER SUSU DENGAN PENUKAR PANAS TIPE SIRIP Develpment f Milk Chiller with Fin Type Heat Exchanger Supriyant dan Uning Budiharti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengembangkan chiller dengan

Lebih terperinci

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA Data analisa dan perhitungan dihitung pada jam terpanas yaitu sekitar jam 11.00 sampai dengan jam 15.00, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja ICRA Indnesia Rating Feature May 2013 ICRA Indnesia Metdlgi Pemeringkatan untuk Perusahaan Baja Industri baja memainkan peran yang penting dalam pertumbuhan eknmi. Baja merupakan kmpnen umum pada beberapa

Lebih terperinci

Bab 4 Prosedur Pengujian, Pengambilan Data, dan Pengolahan Data

Bab 4 Prosedur Pengujian, Pengambilan Data, dan Pengolahan Data Bab 4 rsedur engujian, engambilan Data, dan englahan Data 4.1 rsedur engujian Gasiikasi Bnggl Jagung Dalam melakukan pengujian gasiikasi bnggl jagung, terdapat prsedur yang harus diikuti. rsedur ini dimaksudkan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN CONTOH BENIH TEBU G2 DALAM BENTUK BUDSET DI KP. PASURUAN P3GI KAB. PASURUAN. Oleh : Nur Fatimah, S. TP PBT Pertama BBPPTP Surabaya

PENGAMBILAN CONTOH BENIH TEBU G2 DALAM BENTUK BUDSET DI KP. PASURUAN P3GI KAB. PASURUAN. Oleh : Nur Fatimah, S. TP PBT Pertama BBPPTP Surabaya PENGAMBILAN CONTOH BENIH TEBU G2 DALAM BENTUK BUDSET DI KP. PASURUAN P3GI KAB. PASURUAN I. Prfil P3GI Oleh : Nur Fatimah, S. TP PBT Pertama BBPPTP Surabaya Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indnesia (P3GI)

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Energi Energi yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan, tetapi dapat dirasakan adanya. Energi atau yang sering disebut tenaga, adalah suatu pengertian yang sering

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN

TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Bunaiyah Hnrita Balai Pengkajian Teknlgi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta. PANEN BAWANG PUTIH Tujuan : Setelah berlatih peserta terampil dalam menentukan umur panen untuk benih bawang putih serta ciri-ciri tanaman bawang putih siap untuk dipanen 1. Siapkan tanaman bawang putih

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN BAB IV PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN 4. Dasar Perhitungan Perhitungan beban pendingin di sini adalah perhitungan jumlah panas yang harus diambil leh evapratr. Adapun jumlah panas yang diambil leh evapratr

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN PADA RUANG PENYIMPANAN PRODUK PERTANIAN UNTUK SULAWESI UTARA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI BERTINGKAT

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN PADA RUANG PENYIMPANAN PRODUK PERTANIAN UNTUK SULAWESI UTARA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI BERTINGKAT ANALISIS BEBAN PENDINGINAN PADA RUANG PENYIMPANAN PRODUK PERTANIAN UNTUK SULAWESI UTARA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI BERTINGKAT Yosua A.P Tondok ), Hengky Luntungan 2), Benny Maluegha 3) Jurusan

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES REFRIJERASI DENGAN KOMPRESI SATU TAHAP DAN LEBIH

SIMULASI PROSES REFRIJERASI DENGAN KOMPRESI SATU TAHAP DAN LEBIH PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 SIMULASI PROSES REFRIJERASI DENGAN KOMPRESI SATU TAHAP DAN LEBIH Jhan Utm Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknlgi Industri UNPAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, hal ini disebabkan cakupan komoditi hortikultura yang luas serta didukung oleh faktor alam

Lebih terperinci

DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DUKUNGAN OJK ATAS PROGRAM INVESTASI DI LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA Disampaikan leh Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Pada acara Indnesia Eximbank Investr Gathering 2017 Jakarta, 7 Februari 2017

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus beroperasi pada tingkat efisiensi optimalnya. Untuk mempertahankan agar kinerja operasi selalu

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

Uji Coba Teknologi Pertanian Novelgro pada Tanaman Padi

Uji Coba Teknologi Pertanian Novelgro pada Tanaman Padi Lapran Uji Cba Teknlgi Nvelgr pada Padi Uji Cba Teknlgi Pertanian Nvelgr pada Tanaman Padi ABSTRAK Percbaan ini dirancang untuk memberikan gambaran manfaat penerapan teknlgi pertanian Nvelgr pada tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di Indonesia. Menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (2012), pada tahun 2011

Lebih terperinci

MODEL SISTEM DAN ANALISA PENGERING PRODUK MAKANAN

MODEL SISTEM DAN ANALISA PENGERING PRODUK MAKANAN MODEL SISTEM DAN ANALISA PENGERING PRODUK MAKANAN Abstrak Pengeringan adalah sebuah prses dimana kelembaban dari sebuah prduk makanan dikurangi agar rasa, dan bentuk tetap terjaga dengan meningkatnya kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA

BAB 4 PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA BAB 4 PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA Penelitian dilakuakan untuk meninjau prestasi mesin 4 langkah yang mengalami penambahan bahan bakar berupa gas LPG. Penambahan bahan bakar tambahan ini diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKIPSI POSES A. Prses Pembuatan Carbn Black Menurut prinsip dasarnya metde pembuatan Carbn Black ini pada jaman dahulu sangat sederhana, yaitu dengan cara pembakaran gas penerangan dengan jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis umbi-umbian banyak terdapat di Indonesia. Salah satu jenis umbi yang dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi dengan masa panen

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA AQUEOUS AMMONIA PLANT (STUDI DESKRIPTIF DI PABRIK PUPUK)

EVALUASI KINERJA AQUEOUS AMMONIA PLANT (STUDI DESKRIPTIF DI PABRIK PUPUK) EVALUASI KINERJA AQUEOUS AMMONIA PLANT (STUDI DESKRIPTIF DI PABRIK PUPUK) Nur Aida Amalia, Nurul Syefira Fatayatunnajmah, Bintang Iwhan Mehady Jurusan Teknik Kimia, Pliteknik Negeri Bandung, Bandung 40012

Lebih terperinci

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *) Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif Oleh : Sri Purwanti *) Pendahuluan Pangan produk peternakan terutama daging, telur dan susu merupakan komoditas

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR Setyowati dan Fanny Widadie Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta watikchrisan@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage BAB II DASAR TEORI 2.1 Cold Storage Cold storage merupakan suatu ruang penyimpanan yang digunakan untuk menjaga dan menurunkan temperatur produk beserta kelembabannya agar kualitas produk tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah buah pisang. Tahun 2014, buah pisang menjadi buah dengan produksi terbesar dari nilai produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian yang sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian yang sangat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian yang sangat beragam. Umbi-umbian yang dihasilkan banyak yang diekspor. Salah satu jenis umbi-umbian yang cukup

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN Dalam perhitungan beban pendingin gedung yang akan dikondisikan oleh mesin pendingin didapat data-data dari gedung tersebut, sebagai berikut : IV.1 Nama

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN BEBAN KALOR DAN PEMILIHAN KOMPRESOR DALAM PERANCANGAN AIR BLAST FREEZER UNTUK MEMBEKUKAN ADONAN ROTI DENGAN KAPASITAS 250 KG/JAM

ANALISA PERHITUNGAN BEBAN KALOR DAN PEMILIHAN KOMPRESOR DALAM PERANCANGAN AIR BLAST FREEZER UNTUK MEMBEKUKAN ADONAN ROTI DENGAN KAPASITAS 250 KG/JAM ANALISA PERHITUNGAN BEBAN KALOR DAN PEMILIHAN KOMPRESOR DALAM PERANCANGAN AIR BLAST FREEZER UNTUK MEMBEKUKAN ADONAN ROTI DENGAN KAPASITAS 250 KG/JAM Erwin Dermawan 1, Syawaluddin 2, Muhammad Reza Abrori

Lebih terperinci

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN.

BAB III PERANCANGAN. BAB III PERANCANGAN 3.1 Beban Pendinginan (Cooling Load) Beban pendinginan pada peralatan mesin pendingin jarang diperoleh hanya dari salah satu sumber panas. Biasanya perhitungan sumber panas berkembang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC Dalam perancangan pemasangan AC pada Ruang Dosen dan Teknisi, data-data yang dibutuhkan diambil dari berbagai buku acuan. Data-data

Lebih terperinci

Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelaya

Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelaya Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelayan umumnya didalam cooler box nya disimpan es, Untuk

Lebih terperinci

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penentuan jenis tanaman pangan yang sesuai ditanam pada lahan tertentu didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai pendukung pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus

Pendahuluan. Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus CARA PANEN BUAH Pendahuluan Setelah diketahui bahwa buah sudah cukup tua untuk dipanen, panen dapat segera dilakukan dan buah harus dikumpulkan di lahan secepat mungkin. Panen harus dilakukan secepat mungkin,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2015 N.31 / 05 / 63 / Th XIX/ 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2015 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,07 juta rang, terjadi penambahan sebesar 50,7 ribu rang dibanding Februari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun meningkat di seluruh dunia khususnya Indonesia. Internet berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun meningkat di seluruh dunia khususnya Indonesia. Internet berfungsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan teknlgi infrmasi khususnya jaringan internet sudah banyak dikenal leh masyarakat secara luas. Penggunaan internet dari tahun ke tahun meningkat di seluruh

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ALAT PENUKAR KALOR DOUBLE PIPE BERSIRIP HELICAL SEBAGAI PEMANAS AIR DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG MESIN DIESEL

EFEKTIVITAS ALAT PENUKAR KALOR DOUBLE PIPE BERSIRIP HELICAL SEBAGAI PEMANAS AIR DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG MESIN DIESEL EFEKTIVITAS ALAT PENUKAR KALOR DOUBLE PIPE BERSIRIP HELICAL SEBAGAI PEMANAS AIR DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG MESIN DIESEL Zainuddin, Jufrizal, Eswant Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PRIMA Volume 12, Nomor 2, November 2015 ISSN :

PRIMA Volume 12, Nomor 2, November 2015 ISSN : DESAIN ELECTRIC FURNACE UNTUK PROSES DEKOMPOSISI THERMAL THORIUM OXALATE HEXAHYDRATE Abdul Jami, Prayitn Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Serpng Gedung 71 Lt.II, Tangerang Selatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI

BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI BAB IV PEMILIHAN MATERIAL DAN INSTALASI 4.1 SANDWICH PANEL Tugas pertama dari perancangan sandwich panel adalah memilih material insulasi yang tepat. Hal ini sangat penting karena fungsi utama pemilihan

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI ALUMUNIUM SULFAT NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN

SKEMA SERTIFIKASI ALUMUNIUM SULFAT NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN LEMBAGA Kde Dkumen : SS-15 Halaman : 1 dari 5 NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN I. SELEKSI 1. Permhnan Sesuai Persyaratan Permhnan yang tercantum dalam Prsedur Penanganan Permhnan Sertifikasi

Lebih terperinci

SIDANG P3 SKRIPSI ME

SIDANG P3 SKRIPSI ME SIDANG P3 SKRIPSI ME 091329 OLEH : A. A. ALFITRA DWIFAJRYN B. 4205 100 055 JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 OUTLINE BAB I BAB

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pendahuluan Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan pangan paling kuno yang dikenal oleh manusia. Pengawetan daging, ikan, dan makanan lain dengan pengeringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli tropis Ethiopia, Afrika Timur, dan dataran tinggi Ethiopia dianggap sebagai pusat utama domestikasi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit

PEMBAHASAN Hikmah Farm Produksi Kentang Bibit 45 PEMBAHASAN Hikmah Farm Hikmah Farm merupakan perusahaan yang dikelola oleh keluarga dimana jabatan-jabatan penting di perusahaan dipegang oleh anggota keluarga. Anggota keluarga tersebut memegang jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan sayuran pada pasar yang nantinya akan berbanding lurus dengan limbah sayuran yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan informasi yang terkini, cepat, dan dapat diandalkan, teknologi jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan informasi yang terkini, cepat, dan dapat diandalkan, teknologi jaringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dalam upaya pemenuhan kebutuhan informasi yang terkini, cepat, dan dapat diandalkan, teknologi jaringan komputer pun

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI BAJA PROFIL H NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN

SKEMA SERTIFIKASI BAJA PROFIL H NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN Halaman : 1 dari 5 NO FUNGSI PENILAIAN KESESUAIAN PERSYARATAN I. SELEKSI 1. Permhnan Sesuai Persyaratan Permhnan yang tercantum dalam Prsedur Penanganan Permhnan Sertifikasi (PrM-7.1) 2. Tipe Sertifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, abu gosok, bahan bakar dan sebagai pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah yang bergerak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Indonesia sebagaian besar bekerja sebagai petani, mulai dari menanam padi, jagung, bahkan palawija atau emponempon. Oleh karena itu, banyak usaha kecil menengah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH PATIN JAMBAL (Pangasius djambal)

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) 117 Pengaruh pemberian prbitik dengan dsis yang berbeda... (Septyan Andriyant) PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH PATIN JAMBAL (Pangasius djambal)

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) Desain Ecnmizer untuk Meningkatkan Efisiensi Biler 52 B 1/2/3 pada Unit Utilities Cmplex di PT. Pertamina RU IV Cilacap Esti Ratnasari, Dr. Ridh Hantr, ST, MT, dan Nur Laila Hamidah, ST, M.Sc Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI

TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI Jurnal Mekanikal, Vol. 7 No. 1: Januari 2016: 673-678 e-issn 2502-700X p-issn2086-3403 TEMPERATUR UDARA PENGERING DAN MASSA BIJI JAGUNG PADA ALAT PENGERING TERFLUIDISASI Syahrul, Wahyu Fitra, I Made Suartika,

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PENGGORENGAN DAN KETEBALAN IRISAN BUAH TERHADAP KARAKTERISTIK KERIPIK NANAS MENGGUNAKAN PENGGORENGAN VAKUM

PENGARUH SUHU PENGGORENGAN DAN KETEBALAN IRISAN BUAH TERHADAP KARAKTERISTIK KERIPIK NANAS MENGGUNAKAN PENGGORENGAN VAKUM Pengaruh Suhu Penggrengan dan Ketebalan. (Asmawit dan Hidayati) PENGARUH SUHU PENGGORENGAN DAN KETEBALAN IRISAN BUAH TERHADAP KARAKTERISTIK KERIPIK NANAS MENGGUNAKAN PENGGORENGAN VAKUM Effect f Frying

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN 3.1. Perhitungan Dalam perhitungan perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan mesin, meliputi : a. Perhitungan efisiensi bahan bakar b. Perhitungan sistem

Lebih terperinci

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering Alwi Asy ari Aziz, Alam Baheramsyah dan Beni Cahyono Jurusan

Lebih terperinci

RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI

RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI Seminar Nasinal Peternakan clan Vetermer 1000 RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI Kats kunch Respn, ayam ras pedaging, pendapatan ELAN MAssutAN', A. PRIYANTO, dan U. KusNAD12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Singkong (Manihot esculenta) merupakan komoditas tanaman pangan yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan, kimia dan pakan ternak. Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian

Lebih terperinci

BBP4BKP. Bubuk Kalsium dari Tulang Ikan. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

BBP4BKP. Bubuk Kalsium dari Tulang Ikan. Unit Eselon I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan BBP4BKP Bubuk Kalsium dari Tulang Ikan Unit Eseln I Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Satuan Kerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Penglahan Prduk dan Biteknlgi Kelautan

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN 57 BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN 3.1 Beban Pendingin Tabel 3.1.1 Flow Chart Perhitungan Beban kalor gedung secara umum ada 2 macam yaitu kalor sensible dan kalor laten. Beban kalor laten dan sensible

Lebih terperinci

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung Oleh Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. A. Latar Belakang Budidaya jamur merang di dalam kumbung merupakan teknik budidaya jamur yang dilakukan secara modern dengan

Lebih terperinci

DISKURSUS KEBIJAKAN PERTEMBAKAUAN (RUUP) DALAM KONTEKS SDGs

DISKURSUS KEBIJAKAN PERTEMBAKAUAN (RUUP) DALAM KONTEKS SDGs DISKURSUS KEBIJAKAN PERTEMBAKAUAN (RUUP) DALAM KONTEKS SDGs 15 MEI 2017 TARGET DAN INDIKATOR: NASIONAL SDG s 80 juta penduduk miskin Indnesia tidak lagi miskin di tahun 2030 Jumlah anak stunting dan wasting

Lebih terperinci

[ PROSEDUR LAYANAN JASA ]

[ PROSEDUR LAYANAN JASA ] Nvember 7, 2013 [ PROSEDUR LAYANAN JASA ] Kami menawarkan layanan jasa pembelian dan pengiriman dari US ke Indnesia. Layanan ini dibagi menjadi dua : I. Pembelian melalui kami (EASY SHOPPING) Pemesanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu (Manihot Esculenta) merupakan tanaman umbi berupa perdu dengan nama lain singkong atau kasape. Ubi kayu berasal dari benua Amerika Selatan, tepatnya dari negara

Lebih terperinci

Ada beberapa rumus cara menentukan PK AC yang sesuai untuk ruangan, saya akan me nuliskan 2 diantaranya.

Ada beberapa rumus cara menentukan PK AC yang sesuai untuk ruangan, saya akan me nuliskan 2 diantaranya. Cara Menghitung PK AC Berdasarkan Luas Ruangan Dipublikasi pada Desember 24, 2011 oleh henrynuryani Air Conditioner atau yang lebih dikenal dengan sebutan AC merupakan sistem atau mesin yang dirancang

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN SALINITAS PADA PEMELIHARAAN BENIH PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) DALAM AKUARIUM

PENGARUH PERBEDAAN SALINITAS PADA PEMELIHARAAN BENIH PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) DALAM AKUARIUM 87 Pengaruh perbedaan salinitas... (Nurbakti Listyant) PENGARUH PERBEDAAN SALINITAS PADA PEMELIHARAAN BENIH PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) DALAM AKUARIUM ABSTRAK Nurbakti Listyant dan Septyan Andriyant

Lebih terperinci

BAB 1 Energi : Pengertian, Konsep, dan Satuan

BAB 1 Energi : Pengertian, Konsep, dan Satuan BAB Energi : Pengertian, Konsep, dan Satuan. Pengenalan Hal-hal yang berkaitan dengan neraca energi : Adiabatis, isothermal, isobarik, dan isokorik merupakan proses yang digunakan dalam menentukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang menjadikan sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian. Walau termasuk sektor penting, namun sektor pertanian ini masih

Lebih terperinci

BAB III SARANA PRASARANA

BAB III SARANA PRASARANA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 217 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB III SARANA PRASARANA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci