UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN MEDAN
|
|
- Vera Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ENURESIS OLEH Rini Savitri Daulay, S.Ked UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN MEDAN 2008
2 ENURESIS PENDAHULUAN Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu berkemih secara normal, merupakan salah satu masalah perkembangan yang paling sering dijumpai. Hal ini dapat merupakan sumber rasa malu pada anak dan sumber rasa frustrasi bagi orang tua. 1 Oleh karena sering dianggap memalukan oleh penderita dan keluarganya, enuresis sering disembunyikan sebagai rahasia keluarga dan tidak dikeluhkan sebagai kondisi yang patut mendapat pertolongan dokter. Enuresis dapat menyebabkan harga diri anak yang semakin berkurang dan berdampak pada perkembangan kepribadiannya, oleh karena itu sebenarnya anak dengan enuresis memerlukan pertolongan dokter, terutama pada anak yang sudah mengalami tekanan mental dan gangguan perkembangan kepribadian atau anak dengan orang tua yang kurang toleran dan cenderung menghukum anaknya yang menderita enuresis. 2 Enuresis fungsional adalah pengeluaran urin involunter pada waktu siang atau malam hari pada anak yang berumur lebih dari 4 tahun, tanpa adanya kelainan fisik atau penyakit organik. 3 Diagnosa enuresis fungsional menurut DSM-IV (American Psychiatric Assosiation, 1994) dapat ditegakkan apabila 4 : 1. Buang air kecil yang berulang pada siang dan malam hari di tempat tidur atau pakaian. 2. Sebagian besar tidak disengaja, tetapi kadang-kadang disengaja. Sekurangkurangnya terjadi 2 kali dalam 1 minggu selama 3 bulan, atau harus menyebabkan kesulitan yang signifikan di bidang sosial, akademik atau fungsi penting lainnya. 3. Anak tersebut harus mencapai usia dimana berkemih secara normal seharusnya telah dicapai, yaitu usia kronologis paling sedikit 5 tahun. Sedangkan pada anak dengan keterlambatan perkembangan, usia mental paling sedikit 5 tahun. 4. Tidak berhubungan dengan efek fisiologis dari suatu zat atau kondisi kesehatan secara umum. Enuresis dapat di klasifikasikan menjadi: 1. Enuresis nokturnal, yaitu enuresis yang terjadi hanya pada saat anak dalam keadaan tidur (termasuk tidur siang), sedangkan enuresis diurnal, yaitu enuresis yang terjadi pada saat anak dalam keadaan bangun Enuresis primer adalah suatu keadaan dimana anak tersebut tidak pernah mengalami periode kontinensia 3 atau tidak pernah kering secara konsisten. 1
3 Sedangkan enuresis sekunder adalah suatu keadaan dimana anak tersebut setidaktidaknya mengalami kering secara konsekutif paling sedikit selama 6 bulan. 1 Hingga saat ini tidak ada keseragaman frekuensi mengompol dalam definisi enuresis. Ketidakseragaman ini akan memberi dampak terhadap angka kejadian enuresis yang berbeda antara satu peneliti dengan yang lain, juga antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. 2 Penelitian epidemiologi di luar negeri menunjukkan pada usia 6-7 tahun 80% anak secara penuh dapat mengendalikan kandung kemihnya, sedangkan 20% lagi mengalami enuresis nokturnal, enuresis diurnal atau keduanya. Insiden enuresis menurun sesuai dengan semakin bertambahnya usia, sehingga pada usia 14 tahun insidens enuresis hanya 2-3%. 6 Sedangkan menurut survei di Jakarta pada tahun 1986 menyebutkan bahwa prevalensi enuresis pada anak laki-laki sekitar 2,83% dan pada anak perempuan 2,97%; 82,4% adalah enuresis nokturnal dan 17,6% merupakan enuresis diurnal; 96,7% bersifat primer dan 3,3% merupakan enuresis skunder. 2 Tujuan penulisan refarat ini adalah untuk mengingatkan kembali definisi, klasifikasi, etiologi, langkah-langkah diagnostik dan penatalaksanaan enuresis pada anak. ETIOLOGI a. Genetik Penelitian akhir-akhir ini mengidentifikasi bahwa pada penderita enuresis terdapat gen yang dominan pada kromosom 13 (Eiberg, Berendt and Mohr, 1995). Adanya penemuan baru dan identifikasi dari produksi gen tersebut cukup dapat memberikan pemahaman baru dalam masalah enuresis ini. 1 Apabila ditemukan riwayat enuresis pada salah satu orangtuanya, maka kemungkinan timbulnya enuresis pada anaknya sekitar 40-44%, sedangkan bila kedua orang tua memiliki riwayat enuresis maka insidens enuresis pada anaknya meningkat menjadi 77%. Bila tidak ditemukan riwayat enuresis pada kedua orang tua, hanya sekitar 15% anaknya yang menderita enuresis. Sekitar 67% penderita enuresis juga mempunyai saudara sekandung yang mengompol. 2 Menurut Hallgren (1960) dan Bakwin (1973) enuresis pada kembar uniovolar adalah lebih signifikan daripada kembar binovular. Oppel dkk (1968) dan Dodge dkk (1970) mendapatkan enuresis lebih sering ditemukan pada anak kulit hitam daripada anak kulit putih. 7
4 b. Faktor Sosial dan Psikologis Anak dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, keluarga yang broken home lebih sering mengalami enuresis. Menurut Feehan dkk (1990) timbulnya enuresis nokturnal sekunder, biasanya juga disebabkan oleh karena kelahiran saudara kandung, kematian dalam keluarga, atau memiliki orang tua yang bercerai. Menurut Moffatt (1989) munculnya enuresis jarang sekali dikaitkan dengan masalah psikiatrik. Kebanyakan anak dengan enuresis memiliki profil psikologis yang normal atau sedikit peningkatan minor dalam tingkah lakunya. 1 Dari berbagi penelitian yang telah dilakukan tidak terbukti peranan faktor psikologik sebagai etiologi enuresis nokturnal terutama enuresis primer. Enuresis sekunder memang sering dihubungkan sebagai akibat stress psikologik, sedangkan pada enuresis primer peranan psikologik sangat kecil. 2 Menurut Friman PC dkk, enuresis nokturnal primer secara signifikan tidak timbul oleh karena tingkah laku komorbid. 7 Sebaliknya, beberapa peneliti juga menduga adanya hubungan antara ADHD (Attention Deficit Hyper-activity Disorder) dengan enuresis nokturnal. Peranan enuresis sebagai penyebab gangguan emosi pada anak telah terbukti melalui berbagai penelitian. Anak dengan enuresis merasa harga dirinya berkurang dan kurang percaya diri terutama pada anak besar dan anak perempuan. Merosotnya rasa percaya diri pasien enuresis dapat diperberat oleh sikap orang tua yang kurang toleran terhadap keadaan anaknya. 2 c. Fakor Tidur Orangtua dari anak enuresis sering melaporkan bahwa anak biasanya tidur lelap dan cenderung sulit untuk dibangunkan, namun pendapat ini masih berdasarkan penilaian subjektif (Graham, 1973). Ritvo dkk (1969) adalah peneliti yang pertama kali menemukan bahwa anak yang menderita neuresis akan basah pada setiap tingkatan tidur dan kualitas tidur anak yang menderita enuresis kelihatan normal. 8 Dengan bantuan alat EEG dan sistometri dapat diketahui adanya hubungan antara kedalaman tidur dengan gambaran sistometri. Pada anak dengan enuresis didapat pola tidur yang terlalu lelap terutama pada kasus-kasus yang resisten terhadap pengobatan. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak laki-laki ternyata memiliki gangguan tidur yang lebih berat. Watanabe dan Kawauchi menemukan satu lokus dalam jaringan syaraf yang disebut locus coeruleus (LC) yang bertanggung jawab terhadap aktifitas pusat bangun (arousal). Neuron LC dapat diaktifasi oleh berbagai rangsangan antara lain sentuhan, cubitan, suara, cahaya dan distensi kandung kemih.pada anak dengan enuresis rangsangan oleh peregangan kandung kemih baru terjadi pada saat awal tidur lelap, sedangkan pada tidur ringan ( light sleep ) tidak terjadi. 2
5 d.kapasitas Kandung Kemih Enuresis nokturnal terjadi apabila kapasitas fungsional dari kandung kemih tercapai. Kapasitas kandung kemih pada anak-anak cukup bervariasi. Anak dengan enuresis biasanya mempunyai kapasitas kandung kemih yang lebih kecil (Zaleski, Gerrard and Shokier, 1973). 1 e. Prematuritas ( Kerusakan Minor Neurologi ) Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa prematuritas merupakan salah satu faktor resiko yang signifikan sebagai penyebab enuresis. Anak-anak ini juga biasanya mempunyai kondisi comorbid seperti ADHD. Jarvelin dkk menyatakan bahwa mungkin kerusakan minor neurologis sebagai faktor penghubungnya. 1 f. Konstipasi Sering dijumpai anak yang mempunyai masalah pencernaan juga menderita enuresis. Enkopresis biasanya menyebabkan konstipasi, yang menyebabkan dilatasi rektum yang menekan kandung kemih dan menyebabkan pengendalian kandung kemih yang lebih sulit. 1 Menurut Robson dkk konstipasi lebih sering berhubungan dengan enuresis nokturnal primer. 9 EVALUASI DAN LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSTIK 1 a. Anamnese Alasan untuk Konsultasi Alasan untuk berkonsultasi dengan ahlinya (dokter) mengenai masalah ini dapat memberi pertimbangan mengenai pemahaman yang baik khususnya bagi pihak keluarga. Pola Enuresis Awal terjadinya (onset), pola dan tingkat keparahan dari enuresis harus diperhatikan. Apakah enuresis termasuk primer/sekunder, dan apakah terjadi pada siang hari? Apakah volumenya banyak atau sedikit? Berapa kali frekuensinya dalam satu malam? Akan sangat membantu apabila dalam satu minggu sebelum berkonsultasi, orang tua membuat kalender/catatan mengenai seberapa sering kejadian enuresis pada anak. Riwayat Psikologis Bagaimana perasaan anak mengenai masalah ini? Apakah anak sering merasa malu atau menangis? Siapa yang paling merasa terganggu/stress dengan kejadian enuresis, apakah anak, ibu atau ayah? Apakah orangtua menghukum anak karena enuresis? Apakah anak termotivasi untuk melakukan pengobatan? Apakah pengaruh yang dirasakan dalam kehidupan anak? Apakah anak kehilangan saat-saat menginap di
6 rumah teman, berkemah, perjalanan untuk pertandingan olah raga di sekolah dan aktivitas perkembangan sosial lainnya? Apakah ada harapan yang realistik? Apakah rangtua menyalahkan anak? Seberapa banyak pengetahuan orangtua mengenai enuresis? Riwayat Keluarga Riwayat keluarga lebih baik didapat melalui kuesioner. Karena enuresis merupakan rahasia keluarga yang biasanya tidak didiskusikan. Pengobatan Sebelumnya Tanggal, intensitas, durasi dan kesuksesan dari pengobatan sebelumnya (baik secara medis/alternatif), dapat memberikan pemahaman yang baik bagi keluarga untuk meningkatkan efektifitas pengobatan selanjutnya. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan, seperti pada bagian abdomen, genital, sensasi perineal, refleks anal wink, lower spine dan sistem neurologis. Biasanya hasil akhir dari pemeriksaan fisik adalah normal pada kebanyakan anak penderita enuresis. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Satu-satunya tes rutin yang di rekomendasikan adalah urinalisa untuk melihat tandatanda terjadinya infeksi, penyakit ginjal kronik, DM dan infeksi lainnya. Tes lain seperti sicke cell prep dan tes dari urinary concentrating ability merupakan indikasi hanya bila ada gejala spesifik tertentu yang dicurigai. Radiografi dari sistem urinarius adalah invasif, mahal dan tidak bermanfaat untuk kebanyakan anak dengan enuresis nokturnal. PENATALAKSANAAN Beberapa anjuran umum adalah sebagai berikut: Penting untuk mendapatkan kerjasama anak untuk mengatasi masalah ini. Memberi penghargaan pada anak yang kering sepanjang malam merupakan langkah yang berguna. Anak atau orang tua dapat membuat grafik malam yang kering, dan dengan satu atau dua malam yang kering, hadiah kecil dapat di berikan. Hadiah yang lebih besar dapat di berikan untuk meningkatkan kesuksesan. 2. Anak yang lebih besar di harapkan mencuci sendiri seprai dan baju tidur mereka yang kotor. 3. Anak harus buang air kecil dulu sebelum istirahat.
7 4. Membangunkan anak berulang kali untuk membawa ke kamar mandi hanya berguna pada beberapa anak dan selanjutnya dapat menimbulkan kemarahan atau membuat jengkel anak atau orang tua. 5. Hukuman atau di permalukan oleh orang tua harus sangat di hindari. Enuresis Alarm Penggunaan alat-alat conditioning, contohnya: alarm yang berbunyi apabila anak tersebut basah biasanya tidak di perlukan dan hanya di sediakan untuk kasus yang persisten dan sulit di sembuhkan, di mana penghargaan diri anak tersebut sudah sangat rendah. Sistem alarm mempunyai tingkat keberhasilan kira-kira 70%, tetapi tingkat relaps dapat sebesar 30%. Suatu penelitian menunjukkan latihan untuk kering ( termasuk alarm, bangun pada malam hari ) mempunyai tingkat kesuksesan %. 10 Hipnoterapi Anak di hipnotis, kemudian di beri sugesti bahwa anak tersebut akan bangun apabila ingin berkemih, tempat tidurnya akan kering pada pagi harinya dan mampu untuk tidak mengompol. Mekanisme kerja dari hipnoterapi ini belum diketahui dengan pasti, tetapi tingkat keberhasilannya menurut beberapa penelitian cukup tinggi, yaitu: 60-70%. 2 Akupuntur Beberapa publikasi dari luar negeri, terutama Cina menyarankan penggunaan akupuntur dan melaporkan tingkat keberhasilannya adalah: 73%. Tetapi dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang akupuntur dalam penatalaksanaan enuresis. 2 Farmakologi Obat-obat yang sering di gunakan: Imipramin / tofranil. Dosis maksimum: 2,5 mg/kgbb/24 jam, apabila di berikan sebelum waktu tidur telah menunjukkan tingkat kesuksesan yang hampir mencapai 50%, dengan tingkat relaps 30%, hampir sama dengan sistem alarm. 10 Desmopresin asetat nasal spray (DDAVP) diberikan intra nasal pada waktu tidur. Hasil DDAVP yang cepat membuatnya di pakai untuk saat tertentu (contohnya: pada tengah malam), apabila pengendalian enuresis yang cepat di butuhkan. Tingkat relaps apabila tidak melanjutkan pengobatan dengan menggunakan desmopresin sangat tinggi, efek samping yang jarang, seperti: hiponatremi dan intoksikas air yang menyebabkan kejang ada di laporkan. Sedangkan menurur Longstaffe S
8 RINGKASAN Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu kontinensia. Hal ini dapat merupakan sumber rasa malu pada anak dan sumber rasa frustrasi bagi orang tua. 1 Enuresis sering disembunyikan sebagai rahasia keluarga dan tidak dikeluhkan sebagai kondisi yang patut mendapat pertolongan dokter. Enuresis dapat menyebabkan harga diri anak yang semakin berkurang dan berdampak pada perkembangan kepribadiannya, oleh karena itu sebenarnya anak dengan enuresis memerlukan pertolongan dokter. 2 Biasanya pemeriksaan fisik dan laboratorium pada anak dengan enuresis adalah normal. 1 Penatalaksanaan enuresis adalah dengan: beberapa anjuran umum, enuresis alarm, hipnoterapi, akupuntur dan farmakologi.
9 DAFTAR PUSTAKA 1. Moffat MEK. Enuresis. Dalam : Levine MD, Carey WB, Crocker ACC, penyunting. Developmental behavioral pediatrics. Edisi ke-3. Pennsylvania : Saunders, h Tambunan T. Enuresis nokturnal pada anak. Dalam : Tridjaja B, Trihono PP, Irfan EB, penyunting. Pediatrics update Jakarta: IDAI Jaya, h Markum AH. Enuresis fungsional. Dalam: Markum AH, Ismael S, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, penyunting. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Edisi ke-1. Jakarta: FK UI, h Enuresis. Dalam: American psychiatric association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Edisi ke-4. Washington DC, h Siegel LJ. Elimination disorders. Dalam: Reynolds WM, penyunting. Internalizing disorders in children and adolescents. Kanada: John wiley & sons, h Disorder biological function. Dalam: Chess S, Hassibi M, penyunting. Priciples and practice of child psychiatry. Edisi ke-2. New York: Plenum Press, h Friman PC, Handwerk ML, Swearer SM, et al. Do children with primary nocturnal enuresis have clinically significant behavior problem? Arch Pediatr Adolesc Med. 1998; 152: Shaffer D. Enuresis. Dalam: Rutter M, Hersov L, penyunting. Child and adolescent psychiatry. Edisi ke-2. London: h Robson LM, Leung AKC, Van Howre R. Primary and secondary nocturnal enuresis : similarities in presentation. Pediatrics 2005; 115: Scott C, Dalton R. Vegetative disorders. Dalam Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia: h Longsttaffe S, Moffat MEK, Whalen JC. Behavioral and self-consept changes after six months of enuresis treatment: a randomized, controlled trial. Pediatrics. 2000; 105:
GANGGUAN ELIMINASI. Dr. Noorhana, SpKJ(K)
GANGGUAN ELIMINASI Dr. Noorhana, SpKJ(K) ENURESIS Definisi: BAK involunter atau yang disengaja. Keparahan ditentukan oleh frekuensi BAK; kuantitasnya tidak menentukan diagnosis. Lamanya waktu sebelum kontinensia:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
54321 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu berkemih secara normal namun anak tidak dapat melakukannya sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enuresis atau yang lebih kita kenal sehari-hari dengan istilah mengompol, sudah tidak terdengar asing bagi kita khususnya di kalangan orang tua yang sudah memiliki
Lebih terperinciBAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA
Faktor psikis A. Enuresis Pada Anak Stres a. Pengertian Psikologi Lingkungan Faktor fisik Genetik/familial Hambatan perkembangan Pola tidur Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing Stres
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditempat tidur (biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Enuresis 1. Pengertian Enuresis adalah gangguan umum dan bermasalah yang didefinisikan sebagai keluarnya urine yang disengaja atau involunter ditempat tidur (biasanya dimalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang paling sering terjadi pada
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinci16 Gangguan Perilaku Pada Anak: Encopresis
16 Gangguan Perilaku Pada Anak: Encopresis Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 1 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 2 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu kondisi medis yang ditandai oleh ketidakmampuan
Lebih terperinciSurvey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak terkendali dan tanpa melihat frekuensi maupun jumlahnya yang mana keadaan ini
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic
Lebih terperinci15 Gangguan Perilaku Pada Anak: Temper Tantrum
15 Gangguan Perilaku Pada Anak: Temper Tantrum Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 1 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 1 X 50 menit (coaching session) Sesi
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
Lebih terperinciPedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.
Pedologi Modul ke: Review Seluruh Materi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id RETARDASI MENTAL Retardasi mental (mental retardation) adalah keterlambatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Toilet Training 1. Definisi Toilet Training Pelatihan toilet training adalah hal yang penting, untuk itu anak harus dididik pelatihan penggunaan toilet training. Dalam hal
Lebih terperinciKLASIFIKASI GANGGUAN JIWA
KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA PSIKOLOGIS; didasarkan atas letak dominasi gangguan pada fungsi psikologis FISIOLOGIS; setiap proses psikologis didasari fisiologis/faali ETIOLOGIS; berdasarkan penyebab gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah dari Tuhan yang mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan. Anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya mengalami berbagai permasalahan
Lebih terperinciMODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT
TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PSIKIATRI KLINIK
Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi
Lebih terperinciBerkemih adalah koordinasi dari: -1) Internal sphincter -2) Extern Sphincter - 3) Detrussor muscle N.Hypogastric (Simpatic N)
14. GANGGUAN POLA KEMIH 1. AKAN DIBICARAKAN: 14.1.ENURESIS (NGOMPOL) 14.2.INCONTINENTIA URINE 14.3.KANDUNG KEMIH NEUROGENIK (NEUROGENIC BLADDER) 14.1.ENURESIS (NGOMPOL) 2. ENURESIS (NGOMPOL) Sudah dikenal
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Migren Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan remaja. 11 Nyeri kepala merupakan penyebab tersering anak-anak dirujuk ke ahli neurologi anak.
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien
BAB 1 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Kejang Demam adalah kejang pada anak sekitar usia 6 bulan sampai 6 tahun yang terjadi saat demam yang tidak terkait dengan kelainan intrakranial, gangguan metabolik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan penyakit kronis lebih rentan mengalami gangguan psikososial dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit neurologi seperti
Lebih terperinciBAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601
Lebih terperinciHubungan Stres dengan Enuresis pada Anak Usia Prasekolah di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang
Hubungan Stres dengan Enuresis pada Anak Usia Prasekolah di RA Al Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang Lusi Fatmawati *, Mariyam ** Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi gagap yang disetujui belum ada. Menurut World Health Organization (WHO) definisi gagap adalah gangguan ritme bicara dimana seseorang tahu apa yang mau dibicarakan,
Lebih terperincidisampaikan oleh : nurul aini
disampaikan oleh : nurul aini 1. Enuresis 2. Inkontinensia 3. Retensi urine Definisi : pengeluaran air kemih yg tidak disadari seseorang yg pada saat itu pengendalian kendung kemih diharapkan sudah tercapai
Lebih terperinciMetodologi Asuhan Keperawatan
Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
Lebih terperinciDEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE
DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Definisi Inkontiensia Urine
Lebih terperinciLAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi
LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti pernah mengalami ngompol yang dalam bahasa medisnya disebut enuresis. Secara sederhana definisi enuresis
Lebih terperinciHubungan enuresis dengan kejadian leukosituria pada siswa sekolah dasar
Hubungan enuresis dengan kejadian leukosituria pada siswa sekolah dasar 1 Angie G. Roring 2 Adrian Umboh 2 Rocky Wilar 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Bagian Ilmu
Lebih terperinciCATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN No.Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) I Hari pertama Senin/17 Juni 09.00-10.30 1. Mengkaji kemampuan secara fungsional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah penyakit dengan manifestasi psikologik atau perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial, psikologik, genetika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Mengompol merupakan suatu kondisi yang biasanya terjadi pada anakanak yang berusia di bawah lima tahun. Hal ini dikarenakan anak-anak belum mampu melakukan pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah proses penurunan secara bertahap kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal tubuh dan memulihkannya kembali apabila terjadi kerusakan.
Lebih terperinciJOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001
JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari
Lebih terperinciBAB 2 NYERI KEPALA. B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda
BAB 2 NYERI KEPALA A. Tujuan pembelajaran Dokter muda mampu : 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien nyeri kepala. 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala nyeri kepala. 3. Mengklasifikasikan nyeri kepala.
Lebih terperinciGAMBARAN KASUS PSIKOLOGI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG ANAK RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
GAMBARAN KASUS PSIKOLOGI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG ANAK RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Suci Murti Karini*), Sri Wahyu Herlinawati, Annang Giri Moelyo**) *)Staf Pengajar Prodi Psikologi&Bag.Ilmu Kes Anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciREHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER
REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika tidak mampu atau kurang termotivasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada batita merupakan kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang optimal yang seharusnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak faktor yang menjadi penyebab batita menjadi susah tidur. Padahal, tidur pada batita merupakan kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang optimal yang seharusnya bisa
Lebih terperinciPedologi. Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Attention Deficit and Hyperactivity Disorder (ADHD) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id ADHD (Attention Deficit Hyperactive
Lebih terperinciGangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ
Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis gangguan perkembangan pervasif anak yang mengakibatkan gangguan keterlambatan pada bidang kognitif,
Lebih terperinciNidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan
Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU
Lebih terperinciPengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.
BLADDER TRAINING BLADDER TRAINING Bladder training biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia) yang berhubungan dengan dysfungsi urologik. Pengkajian : Manifestasi
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 Konstipasi secara umum didefinisikan sebagai gangguan defekasi yang ditandai
Lebih terperinciPTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER
PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER Pembimbing: dr.ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K) Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Periode
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan
Lebih terperinciKualitas anak masa kini merupakan penentu
Artikel Asli Penilaian PEDS pada Anak Usia 6-72 bulan Hesti Lestari*, Rini Sekartini** * Divisi Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masing-masing dari kita mungkin pernah menyaksikan di jalan-jalan, orang yang berpakaian compang-camping bahkan terkadang telanjang sama sekali, berkulit dekil, rambut
Lebih terperinciTIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)
TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh
Lebih terperinciKonstipasi adalah penyakit dengan kelainan. Konstipasi dan Faktor Risikonya pada Sindrom Down. Ina Rosalina, Sjarif Hidayat
Sari Pediatri, Sari Pediatri, Vol. 6, No. Vol. 1, 6, Juni No. 1, 2004: Juni 10-15 2004 Konstipasi dan Faktor Risikonya pada Sindrom Down Ina Rosalina, Sjarif Hidayat Konstipasi adalah keterlambatan atau
Lebih terperinciKONSEP DASAR GANGGUAN TINGKAH LAKU
KONSEP DASAR GANGGUAN TINGKAH LAKU 1. Hakekat Perilaku Manusia 2. Pengertian Gangguan Tingkah Laku 3. Problema Penetapan Gangguan Tingkah Laku pada Anak 4. Klasifikasi Gangguan Tingkah Laku 5. Penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (GPP/H) atau attention
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (GPP/H) atau attention deficit/ hyperactivity disorder (ADHD) adalah salah satu gangguan neurobehavioral yang
Lebih terperinciLAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System
LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA Blok Urinary System Oleh: Kelompok 3 TRIGGER JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 Ny Sophia, usia 34 tahun, datang ke klinik
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah
Lebih terperinciREHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER
REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika
Lebih terperinciPENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS Edwin 102012096 C4 Skenario 1 Bapak M ( 45 tahun ) memiliki seorang istri ( 43 tahun ) dan 5 orang anak. Istri Bapak M mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan
Lebih terperinciTOILET TRAINING PADA ENURESIS ANAK PRASEKOLAH di RW II KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI
TOILET TRAINING PADA ENURESIS ANAK PRASEKOLAH di RW II KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI TOILET TRAINING TO PRESCHOOL CHILDREN WITH ENURESIS IN RW II KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI Suprihatin*, Vitaria Wahyu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering kali menghadapi masalah baik itu anak yang hiperaktif, anak yang nakal,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak merupakan generasi masa depan sebagai penerus bangsa, dan merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi setiap orang tua apabila memiliki anak-anak yang sehat baik
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas. (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode pascasalinatau disebut juga masa nifas (puerperium) merupakan masa sesudah persalinan hingga sekitar 6 bulan.pada periode ini, organ reproduksi dan siklus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua bukanlah
Lebih terperinciSISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A
SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For Prognosis Terapi (Farmakoterapi / psikoterapi)
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL LUAR... i SAMPUL DALAM... ii LEMBAR PERSETUJUAN.... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv KATA PENGANTAR... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT...
Lebih terperinciPENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA
PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciLEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. bermaksud mengadakan penelitian dengan judul HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG GAGAL GINJAL KRONIK
67 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Dengan hormat, Dengan ini saya, Dian Wahyu Puspitawati mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Defenisi Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon / jawaban di dalam acara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian
Lebih terperinciLAMPIRAN. 1. Jadwal Penelitian. Desember Februari Januari Persiapan. Pelaksanaan. Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan
LAMPIRAN 1. Jadwal Penelitian Kegiatan/ Waktu Persiapan November 2009 Desember 2009 Januari 2010 Februari 2010 Pelaksanaan Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan 2. Personil penelitian 1. Ketua Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah yang disebut Hiperglikemia dengan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciIPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.
IPAP PTSD Tambahan Prinsip Umum I. Evaluasi Awal dan berkala A. PTSD merupakan gejala umum dan sering kali tidak terdiagnosis. Bukti adanya prevalensi paparan trauma yang tinggi, (termasuk kekerasan dalam
Lebih terperinciSISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A
SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A DIAGNOSIS? Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For prognosis Terapi (Farmakoterapi
Lebih terperinciPERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA
Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit sosial penting dalam bangunan masyarakat di belahan dunia manapun dengan berbagai budaya dan sistem sosial. Keluarga merupakan warisan umat manusia
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN
95 LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN 96 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. dr. Mansur No. 9 Padang Bulan, Medan 20155 Sumatera Utara, Indonesia TELP.+62
Lebih terperinciTOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak
1 TOILET TRAINING A. Pengertian Toilet Training Toilet Training pada anak adalah latihan menanamkan kebiasaan pada anak untuk aktivitas buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (toilet). B. Tanda-Tanda
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan harapan masa depan bangsa yang perlu dipersiapkan agar menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun sehat mental dan sosial
Lebih terperinciMengapa disebut sebagai flu babi?
Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan dari seluruh makhluk hidup.
Lebih terperinciDETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN
DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa mampu memahami alasan perlunya melakukan deteksi dini dalam perkembangan, permasalahan, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut anak, banyak hal yang dapat dilakukan diantaranya adalah melakukan perawatan rutin ke dokter gigi. Perawatan rutin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang masih
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan khususnya di Indonesia. Prevalensi DM cukup tinggi di
Lebih terperinciA. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap
A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang mengganggu fungsi mental sehingga menempatkan seseorang dalam kategori tidak sejahtera. Gangguan jiwa adalah respon maladaptif
Lebih terperinciArtikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3
705 Artikel Penelitian Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Timbulnya Kejang Demam Berulang pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Anak RS. DR. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 Desember 2012 Vivit
Lebih terperinci