PENANDA WAKTU DALAM BAHASA MINANGKABAU DAERAH BALAI SELASA KABUPATEN PESISIR SELATAN: KAJIAN STRUKTUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENANDA WAKTU DALAM BAHASA MINANGKABAU DAERAH BALAI SELASA KABUPATEN PESISIR SELATAN: KAJIAN STRUKTUR"

Transkripsi

1 PENANDA WAKTU DALAM BAHASA MINANGKABAU DAERAH BALAI SELASA KABUPATEN PESISIR SELATAN: KAJIAN STRUKTUR Winda¹, Iman Laili 2 Elvina A. Saibi² ¹ Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Imoetwinda99@yahoo.co.id ² Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta Abstract Time marker is a fool that used to find out what the did before, now and what will they do next. This research aims to describe the form and meaning of time marker in Minangkabau language in Balai Selasa Pesisir Selatan District. To analyse the form and meaning of time marker, the researchers used Moussay and Alwi theory. The method that used for collecting the data is listening method. Therefore the data collection technique used recording technique and note technique. To analyze the data used agih method with feed back or permutation technique and reading techniqve. Time marker that was found in Minangkabau language in Balai Selasa Pesisir Selatan District, is showing time and range. Time marker of time consist of (1) indicator of time is diuded into several pants (a) sharp time such as pukua sapuluah at ten o clock, tinggi ari at noon, (b) the time prediction based on the sun, example Malam Senayan Sundai night, jalang kasiang cako ahead of this morning. (c) the time prediction based on fifth times of praying such as luhua ari at dzuhur waktu subuah at subuh.(2) other time marker that is showing are Ari Abah Wednesday Ari jumaek Friday. (3) indicator of mouth, such as bulan april bisuak on next April. Bulan Mulud Maulud Month, (4) indicator of year such as taun sambilan tigo, in 2009, di taun 2009 in (5) explanatory of time such as patang ko yesterdai, bisuak siang tomorraw afternoon. (6) Range such as sasudah sumbayang after praying, antaro befween, salamo ko alt this time. Key Words: Time marker, form, meaning Pendahuluan Bahasa adalah alat yang digunakan oleh Salah satu bahasa daerah yang ada di masyarakat untuk berkomunikasi dalam Indonesia adalah bahasa Minangkabau. Hal ini kehidupannya. Dengan demikian, kegiatan sejalan dengan yang disampaikan Ayub, dkk berbahasa merupakan aktivitas sosial yang (1993:13) bahwa bahasa Minangkabau digunakan oleh sekelompok anggota merupakan salah satu bahasa daerah yang masyarakat untuk berinteraksi dan hidup dan berkembang di kawasan Negara mengidentifikasikan diri. Bahasa yang Republik Indonesia. Bahasa Minangkabau digunakan untuk berinteraksi oleh bangsa termasuk salah satu dari sepuluh besar bahasabahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Selain itu, Zalner (dalam daerah. Ayub, 1993:2) menjelaskan bahwa bahasa Minangkabau adalah salah satu bahasa daerah 1

2 yang hidup dan berasal dari rumpun Austronesia. Bahasa ini tumbuh dan berkembang di wilayah Propinsi Sumatra Barat yang membujur dari barat laut ke tenggara. Moussay (1998: 305) mengatakan bahwa waktu dapat dipandang dari dua aspek, yaitu (1) saat dan (2) rentang. Saat dapat dirinci lagi menjadi lima bagian, yaitu (1) penunjuk jam, yang terdiri dari jam tepat, jam kira- kira dengan acuan matahari, jam kira- kira dengan acuan kelima waktu sholat, (2) penunjuk hari, (3) penunjuk bulan, (4) penunjuk tahun, dan (5) penjelas waktu. Berhubungan dengan hal tersebut peneliti mengkaji konsep waktu tersebut dalam bahasa daerah peneliti sendiri, yaitu Bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Konsep waktu tersebut diwujudkan melalui penanda waktu yang bervariasi yang digunakan oleh masyarakat di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Teori tentang satuan bahasa yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori Alwi, (2013). Menurut Alwi (2013:123), kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tetapi tidak dapat disisipi kata lain. Contohnya ke pasar, sudah, kumis kucing. Sementara itu kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian. Contohnya buku-buku, sekali-sekali, perumahan-perumahan. Frase adalah satuan 2 linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih. Contohnya ibu kepasar, ayah pergi kesawah, adik pergi sekolah. Klausa adalah gabungan dua kata atau lebuh yang bersifat predikatif. Contohnya nenek memasak, bungaku sangat harum. Untuk lebih jelasnya contoh penanda waktu dalam bahasa Minangkabau Daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat berikut ini. (1) Alang aghi nyo lah mode tu juo mah. Dia sudah biasa seperti itu setiap hari. (2) Kapatang den nampak kau di balai. Kemarin saya melihat kamu di pasar. (3) Saminggu lai ugang ujian. Satu minggu lagi orang mulai ujian. Contoh (1) sampai dengan (3) di atas merupakan contoh penggunaan penanda waktu yang digunakan di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Penanda waktu tersebut adalah alang aghi setiap hari (1), kapatang kemarin (2), dan saminggu seminggu (3). Sepengetahuan penulis penelitian tentang penanda waktu dalam bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan belum pernah dilakukan, oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti penanda waktu yang ada dalam bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Sudaryanto

3 (1992:62) metode deskriptif menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti apa adanya. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode simak. Menurut Sudaryanto (1993:133) metode simak merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. peneliti juga menggunakan teknik catat dan teknik libat cakap dan teknik pancing.. Menurut Sudaryanto (1993:135) teknik catat merupakan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Teknik catat dapat dilakukan ketika atau sesudah melakukan penyimakan. Teknik yang penulis digunakan untuk menganalisis data ialah teknik balik atau teknik permutasi dan teknik baca markah. Menurut Sudaryanto (1993:72) teknik balik adalah berupa pembalikan unsur lingual data itu akan menghasilkan tuturan antara lain berbentuk ABDC, ACBD, BACD, dan BCDA, bila tuturan data semula berbentuk ABCD. Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian ini berupa penanda waktu bahasa Minangkabau Balai Selasa Kabupaten pesisir selatan. Hasil penelitian ini berupa penanda waktu Bahasa Minangkabau balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. 4.1 Saat Bentuk penanda waktu saat yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan didasarkan pada (1) penunjuk jam, (2) penunjuk hari, (3) penunjuk bulan, (4) penunjuk tahun, dan (5) penjelas waktu Penunjuk Jam Penunjuk jam yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan adalah jam tepat, jam kira-kira dengan acuan matahari, dan jam kira-kira dengan acuan kelima waktu salat. a. Jam Tepat Penunjuk jam tepat yang ditemukan di daerah Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (1) Pukua sapuluah cako aden pulang sikola. Pukul sepuluh tadi saya pulang sekolah. Pukul sepuluh tadi saya pulang sekolah. Penanda waktu pukua sapuluah cako pukul sepuluh tadi pada data (1) menyatakan perbuatan yang sudah selesai yang ditandai dengan kata cako tadi. Penanda waktu pukua sapuluah cako pukul sepuluh tadi berbentuk frase yang terdiri atas tiga kata. Frase ini 3

4 termasuk ke dalam frase nomina yang unsur pertamanya adalah pukua pukul merupakan unsur inti dan unsur keduanya sapuluah sepuluh, yaitu cako tadi merupakan unsur noninti. Pemakaian penanda waktu pukua sapuluah cako pukul sepuluh tadi yang menempati posisi awal kalimat pada data (1) dapat dipermutasikan, sehingga menempati posisi tengah kalimat, seperti pada data (1a) dan menempati posisi akhir kalimat seperti pada data (1b) berikut ini. (1a) Aden pukua sapuluah cako pulang sikola. Saya pukul sepuluh tadi pulang sekolah. Saya pukul sepuluh tadi pulang sekolah. (1b) Aden pulang sikola, pukua sapuluah cako. Saya pulang sekolah, pukul sepuluh tadi. Saya pulang sekolah, pukul sepuluh tadi. Permutasian penanda waktu pukua sapuluah cako pukul sepuluh tadi tidak menyebabkan perubahan makna kalimat (1). b. Jam Kira-kira dengan Acuan Matahari Penanda waktu jam kira-kira dengan acuan matahari yang ditemukan dalam Bahasa Minangkabau Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (2) Malam Sanayan den ka rumah kau. Malam Senin saya ke rumah kamu. Malam Senin saya ke rumah kamu. Penanda waktu malam Sanayan malam Senin pada data (2) menjelaskan waktu 4 malam hari pada hari Minggu yang berupa kata majemuk. Pemakaian penanda waktu malam Sanayan malam senin yang menempati posisi awal kalimat dapat dipermutasikan, sehingga menempati posisi akhir kalimat seperti pada data (2a) berikut dan menempati posisi tengah kalimat seperti pada data (2b) berikut ini. (2a) Den ka rumah kau malam Sanayan. Saya ke rumah kamu malam Senin. Saya ke rumah kamu malam Senin. (2b) Den malam Sanayan ka rumah kau. Saya malam Senin ke rumah kamu. Saya malam Senin ke rumah kamu. Pemakaian penanda waktu malam Sanayan malam Senin pada data (2) berbeda maknanya dengan pemakaian penanda waktu Sanayan malam Senin malam pada data (3) di bawah ini. (3) Sanayan malam den ka rumah kau. Senin malam saya ke rumah kamu. Senin malam saya ke rumah kamu. Penanda waktu Sanayan malam Senin malam pada (3) menerangkan waktu malam hari pada hari Senin yang besoknya akan datang hari Selasa berupa kata majemuk. Pemakaian penanda waktu malam Sanayan malam Senin dapat dipermutasikan, sehingga menempati posisi di akhir kalimat, seperti pada data (3a) berikut dan menempati posisi tengah kalimat pada data (3b).

5 (3a) Den ka rumah kau Sanayan malam. Saya ke rumah kamu Senin malam. Saya ke rumah kamu Senin malam. (3b) Den Sanayan malam ka rumah kau. Saya Senin malam ke rumah kamu. Saya Senin malam kerumah kamu. c. Jam Kira-kira dengan Acuan Kelima Waktu Salat 1) Penanda waktu zuhur Penanda waktu dengan acuan kelima waktu salat yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (4) Alah luhua ari alun juo pulang lai. Sudah zuhur Penanda waktu zuhur Pada data (4) terdapat penanda waktu yang menunjukkan penanda waktu yang acuannya sudah datang adalah salah satu waktu salat yaitu, waktu salat zuhur. Penanda waktu luhua ari waktu zuhur berbentuk kata majemuk. Penanda waktu ini termasuk ke dalam aspek inseptif, yaitu kejadian yang berlangsung pada waktu zuhur. Hal ini ditandai dengan kata alah sudah. Pemakaian penanda waktu luhua ari waktu zuhur dapat di balik posisinya menjadi di akhir, seperti yang terlihat pada data (4a), tetapi penanda ini tidak dapat menempati posisi tengah kalimat. Apabila penanda ini menempati posisi tengah kalimat, kalimat tersebut menjadi tidak berterima, seperti pada data (4b). (4a) Alun juo pulang lai, alah luhua ari. Belum juga pulang lagi sudah zuhur. Belum juga pulang, sudah waktunya zuhur. (4b) Alah luhua ari alun juo pulang lai. Sudah zuhur hari belum juga pulang lagi. Sudah zuhur hari, belum juga pulang lagi. 2) Penanda waktu subuh Data lain yang menunjukkan penanda waktu subuh dengan acuan kelima waktu salat dapat dilihat seperti data berikut ini. (5) Katiko subuah Rika ala pai bakiajo. Ketika subuh Rika sudah pergi bekerja. Ketika subuh Rika sudah pergi bekerja. Penanda waktu subuah waktu subuh pada data (5) menerangkan waktu pagi, yaitu kirakira pukul sampai dengan WIB, saatnya salat subuh. Penanda waktu subuah waktu subuh berupa kata majemuk yang dapat di permutasikan Pada kalimat (5) dapat menempati posisi akhir kalimat pada data (5a) dan dapat menempati posisinya menjadi di awal kalimat pada data (5b) pada data di bawah ini. (5a) Rika ala pai bakiajo katiko subuah. 5

6 Rika sudah pergi bekerja ketika subuh. Rika sudah pergi bekerja ketika subuh. (5b) Subuah Rika ala pai bakiajo. Subuh Rika sudah pergi bekerja. Subuh Rika sudah pergi bekerja. Setelah penanda waktu subuah subuh dipermutasikan. Kalimat (5a) dan (5b) tetap gramatikal dan makna yang disampaikan tidak berubah. Pada data (6) terdapat penanda waktu yang menunjukkan penanda waktu yang acuannya sudah datang adalah salah satu waktu salat yaitu, waktu salat zuhur. Penanda waktu luhua ari waktu zuhur berbentuk kata majemuk. Penanda waktu ini termasuk ke dalam aspek inseptif, yaitu kejadian yang berlangsung pada waktu zuhur. Hal ini ditandai dengan kata alah sudah. Pemakaian penanda waktu luhua ari waktu zuhur dapat di balik posisinya menjadi di akhir, seperti yang terlihat pada data (6a), tetapi penanda ini tidak dapat menempati posisi tengah kalimat. Apabila penanda ini menempati posisi tengah kalimat, kalimat tersebut menjadi tidak berterima, seperti pada data (6b). (6b) Alah luhua ari alun juo pulang lai. Sudah zuhur hari belum juga pulang lagi. Sudah zuhur hari, belum juga pulang lagi. 3) Penanda waktu subuh Data lain yang menunjukkan penanda waktu dengan acuan kelima waktu salat dapat dilihat seperti data berikut ini. (6) Katiko subuah nyo ala pai bakiajo. Ketika subuh dia sudah pergi bekerja. Ketika subuh dia sudah pergi bekerja. Penanda katiko subuah waktu subuh pada data (7) menerangkan waktu pagi, yaitu kirakira pukul sampai dengan WIB, saatnya salat subuh. Penanda katiko subuah waktu subuh berupa kata majemuk. Pada kalimat (7) dapat menempati posisi akhir kalimat pada data (7a) dan dapat menempati posisinya menjadi di awal kalimat pada data (7b). Pembalikkan unsur pokok pada data ini tidak membuat makna dari tuturan itu menjadi berubah. (7a) Inyo ala pai bakiajo katiko subuah. Dia sudah pergi bekerja ketika subuh. Dia sudah pergi bekerja ketika subuh. (6a) Alun juo pulang lai, alah luhua ari. Belum juga pulang lagi sudah zuhur. Belum juga pulang, sudah waktunya zuhur. (7b) Subuah inyo ala pai bakiajo. Subuh dia sudah pergi bekerja. Subuh dia sudah pergi bekerja. Setelah penanda waktu subuah ketika subuh dipermutasikan. Kalimat (7a) dan (7b) tetap 6

7 gramatikal dan makna yang disampaikan tidak berubah. d. Jam Kira-kira dengan Acuan Bunyi Hewan Data lain yang menunjukkan adanya penanda waktu jam kira-kira dengan acuan bunyi hewan dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa dapat dilihat pada data (8) berikut ini. (7) Alah bakukuak ayam alun jago Sari ko lai. Sudah berkokok ayam belum bangun juga Sari ini lagi. Sudah berkokok ayam, Sari belum juga bangun. Penanda waktu bakukuak ayam ayam berkokok menandakan waktu sudah pagi. Penanda waktu bakukuak ayam berkokok ayam berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya di akhir, seperti yang terlihat pada data (8a), tetapi penanda ini tidak dapat menempati posisi akhir kalimat. dan di awal Apabila penanda ini menempati posisi akhir kalimat, kalimat tersebut menjadi tidak berterima, seperti pada data (8b) berikut ini. (8a) Alun jago lai Sari alah bakukuak ayam. Belum bangun Sari sudah berkokok ayam. Belum bangun Sari sudah berkokok ayam. Sari belum juga bangun, ayam sudah berkokok Penunjuk Hari Dalam seminggu terhitung ada tujuh hari, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Nama-nama hari tersebut digunakan pula sebagai penanda waktu. Penanda waktu penunjuk hari yang ditemukan dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data berikut. (8) ARi Abah Yori siap ujian. Hari Rabu Yori selesai ujian. Hari Rabu Yori selesai ujian. Pada data (9) dapat dilihat adanya penanda waktu ari Abah hari Rabu. ARi Abah hari Rabu merupakan hari ketiga dalam tujuh hari/satu minggu. Penanda waktu ari Abah hari Rabu yaitu, berbentuk kata majemuk. Dapat dipermutasikan posisinya pada akhir, seperti yang terlihat pada data (9a), dan di tengah seperti pada data (9b) berikut. (9a) Yori siap ujian ari Abah. Yori selesai ujian hari Rabu. Yori selesai ujian hari Rabu. (9b) Yori ari Abah siap ujian. Yori hari Rabu selesai ujian. Yori hari Rabu selesai ujian. (8b) Sari alun jago lai ayam alah bakukuak. Sari belum juga bangun lagi ayam sudah berkokok Penunjuk Minggu 7

8 Data lain yang menunjukkan adanya penanda waktu penunjuk minggu dapat dilihat di bawah ini. (9) ARi balai sakali saminggu di kampuang den. Hari pekan sekali seminggu di kampung saya. Hari pecan sekali seminggu di kampung saya. Pada data (10) dapat dilihat adanya penanda waktu saminggu seminggu yang merupakan hari terakhir dalam satu minggu. Penanda waktu saminggu seminggu berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di awal, seperti terlihat pada data (10a) dan di akhir (10b) berikut ini. (10a) Saminggu sakali ari balai di kampuang den. Seminggu sekali hari pekan di kampung saya. Seminggu sekali hari pekan di kampung saya. Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan adanya penanda waktu penunjuk bulan. Hal ini dapat dilihat pada data berikut. (10) Bulan April bisuak anak den wisuda. Bulan April besok anak saya wisuda. Bulan April besok anak saya wisuda. Pada data (11) penanda waktu yang merupakan penunjuk bulan adalah bulan April bisuak. Penanda waktu bulan April besuak bulan April besok menyatakan bahwa kejadian itu baru akan berlangsung atau terjadi. Penanda waktu bulan april besuak bulan april besok berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan di tengah, seperti yang terlihat pada data (11a), dan di akhir, seperti pada data (10b) berikut ini. (11a) Anak den wisuda bulan April besuak. Anak saya wisuda bulan April besok. Anak saya wisuda bulan April besok. (10b) Di kampuang den ari balai sakali saminggu. Di kampung saya hari pekan sekali seminggu. Di kampung saya hari pekan sekali seminggu Penunjuk Bulan a. Penunjuk bulan berdasarkan Tahun Masehi Dalam satu tahun terdapat dua belas bulan, yaitu dimulai dari bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Nama-nama bulan tersebut sering dijadikan patokan oleh masyarakat dalam melakukan kegiatan. Dalam bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa 8 (11b) Anak den wisuda besuak bulan April. Anak saya wisuda besok bulan April. Anak saya wisuda besok bulan April Penunjuk Tahun Penanda waktu penunjuk tahun yang digunakan dalam Bahasa Minangkabau adalah di taun tahun dan taun tahun. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh data penanda waktu berikut yang ditemukan di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. (11) Budak tu layia taun sambilan tigo. Anak itu lahir tahun Anak itu lahir tahun 1993.

9 Penanda waktu pada data (12), yaitu taun 93 tahun 1993 merupakan penanda waktu penunjuk tahun. Pemakaian penanda waktu taun 93 tahun 1993 berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di awal, seperti kalimat pada data (12a) dan di tengah seperti pada data (12b). Penanda waktu pada kalimat ini hanya menggunakan penanda taun. (12a) Taun sambilan tigo budak tu layia. Tahun 1993 anak itu lahir. Tahun 1993 anak itu lahir. (12b) Budak tu taun sambilan tigo layia. Anak itu tahun 1993 lahir. Anak itu tahun 1993 lahir Penjelas Waktu Penjelas waktu biasanya menandai peristiwa yang telah lampau, kini, mendatang, sebelumnya, sesudahnya, dan kebiasaan. Selain itu, juga ada preposisi lain yang menjelaskan waktu, yaitu sudah tidak ada lagi atau habis. Untuk lebih jelasnya perhatikan pada uraian berikut. a) Penjelas waktu lampau atau sebelumnya Penjelas waktu lampau atau sebelumnya dalam bahasa Minangkabau daerah Balai Selasa dapat dilihat pada data di bawah ini. (12) Abak den patang ko mamaduak sawah. Ayah saya kemarin ini mencangkul sawah. Ayah saya kemarin ini mencangkul sawah. Penanda waktu dalam bahasa Minangkabau patang ko kemarin ini pada data (13) tetap gramatikal dan maknanya tidak berubah. Berikut juga ditemukan data yang menunjukkan penjelas waktu yang menerangkan peristiwa yang sudah lampau. (13) Aden pai ka surau cako. Saya pergi ke mushalla tadi. Saya pergi ke mushalla tadi. Pada data (14) penjelas waktu cako tadi menerangkan peristiwa yang baru saja terjadi. Penanda waktu cako tadi menempati posisi di akhir kalimat. Penanda tersebut dapat di balik posisinya menjadi di awal kalimat, seperti data (14a) dan di tengah kalimat, seperti yang terlihat pada data (14b) berikut ini. (14a) Cako den pai ka surau. Tadi saya pergi ke mushalla. Tadi saya pergi ke mushalla. (14b) Den cako pai ka surau. Saya tadi pergi ke mushalla. Saya tadi pergi ke mushalla. Setelah penanda waktu cako tadi dipermutasikan, kalimat (14a) dan (14b) tetap gramatikal dan maknan yang disampaikan tidak berubah. b) Penjelas waktu menerangkan peristiwa Penjelas waktu menerangkan peristiwa yang akan terjadi dalam bahasa Minangkabau dapat dilihat pada data di bawah ini. (14) Amak den besuak siang pai batanam. Ibu saya besok pergi bercocok tanam. Ibu saya besok pergi bercocok tanam. 9

10 Pananda waktu besuak siang besok pada data (15) menerangkan peristiwa yang akan terjadi atau dilakukan. Penanda besuak siang besok pada kalimat ini tidak menerangkan bahwa peristiwa itu akan dilakukan besok pada siang hari, tetapi bisa saja pagi, sore, ataupun malam. Kata siang pada kalimat ini berfungsi untuk memberikan penekanan bahwa peristiwa itu benar-benar akan dilakukan besok. Penanda waktu besuak siang besok siang berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di awal kalimat, seperti data (15a) dan di akhir kalimat, seperti pada data (15b). Penanda waktu yang posisinya dibalik ini tidak mengubah makna dari kalimat yang sebelumnya. (15a) Besuak siang amak den pai batanam. Besok ibu saya pergi bercocok tanam. Besok ibu saya pergi bercocok tanam. (15b) Amak den pai batanam besuak siang. Ibu saya pergi bercocok tanam besok. Ibu saya pergi bercocok tanam besok. Penanda waktu yang akan terjadi setelah berlangsungnya hari ini dapat dilihat data di bawah ini. pada (15) Besuak ciek lai den pai ka Mato Aia. Besok satu lagi saya pergi ke Mata Air. Besok satu lagi saya pergi ke Mata Air. Penanda waktu besuak ciek lai besok satu lagi pada data (16) menerangkan pristiwa akan terjadi. Penanda waktu besuak ciek lai besok satu lagi berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya di akhir kalimat seperti terlihat pada data (16a), dan di tengah kalimat pada data (16b). (16a) Den pai ka mato aia besuak ciek lai. Saya pergi ke mata air besok satu lagi. Saya pergi ke mata air besok satu lagi. (16b) Ka mato aia besuak ciek lai den pai. Ke mata air saya besok satu lagi pergi. Ke mata air besok satu lagi saya pergi. Setelah penanda waktu besuak ciek lai besok satu lagi dipermutasikan, kalimat (16a) dan (16b) tetap gramatikal dan maknan yang disampaikan tidak berubah. c) penjelas waktu yang sudah berlangsung Penjelas waktu yang sudah berlansung dalam bahasa Minangkabau dapat dilihat pada data di bawah ini. (16) Ko den sadang mamasak Ira a. Ini saya lagi memasak Ira. Ini saya lagi memasak Ira. Penanda waktu ko ini pada data (17) menerangkan peristiwa yang sedang berlansung. Penanda waktu yang merupakan 10

11 penjelas waktu ko ini berupa kata yang dapat dipermutasikan posisinya di akhir kalimat, seperti data (17a) dan di tengah kalimat, seperti yang terlihat pada data (17b) berikut ini. (17a) Ira den sadang mamasak ko a. Ira saya lagi memasak ini. Ira saya lagi memasak ini. (17b) Den ko sadang mamasak Ira a, Saya ini lagi memasak Ira, Saya ini lagi memasak Ira Setelah penanda waktu ko ini dipermutasikan, kalimat (17a) dan (17b) tetap gramatikal dan maknan yang disampaikan tidak berubah. Penanda waktu penjelas yang menerangkan tentang hari yang sama dalam bahasa Minangkabau juga dapat ditemukan. Hal ini dapat dilihat pada data berikut. (17) Patang-patang budak tu lah tibo. Sore-sore anak itu sudah datang. Sore-sore anak itu sudah datang. Pada data (18) penjelas waktu patang-patang sore-sore menerangkan waktu yang sudah menunjukkan waktu sore. Penanda waktu patang-patang sore-sore berupa kata ulang yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di tengah kalimat, seperti pada data (18a), dan di akhir kalimat, seperti pada data (18b). (18a) Budak tu patang-patang ka siko. Anak itu sore-sore ke sini. Anak itu sore-sore ke sini. (18b) Budak tu ka siko patang-patang. Anak itu ke sini sore-sore. Anak itu ke sini sore-sore. Setelah penanda waktu patang-patang soresore dipermutasikan, kalimat (18a) dan (18b) tetap gramatikal dan maknan yang disampaikan tidak berubah. d) penjelas waktu menerangkan peristiwa berlansung sesaat Penanda waktu berikut juga menunjukkan penjelas waktu yang menerangkan peristiwa yang berlangsung sesaat dapat dilihat pada data di bawah ini. (18) Den mancaliak budak tu sapinte. Saya melihat anak itu sekilas. Saya melihat anak itu sekilas. Penjelas waktu sapinte sekilas pada data (19) menjelaskan peristiwa yang dialami atau dilakukan baik itu lama atau pun sebentar, sedangkan penjelas waktu sapente sekilas berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di tengah, seperti pada data (19a), dan di awal, seperti pada data (19b) berikut ini. (19a) Aden sapinte mancaliak budak tu. Saya sekilas melihat anak itu. Saya sekilas melihat anak itu. (19b) Sapinte aden mancaliak budak tu. Sekilas saya melihat anak itu. Sekilas saya melihat anak itu. Berikut juga ditemukan penjelas waktu yang menerangkan peristiwa yang biasanya terjadi atau kebiasaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan data di bawah ini.. (19) Alang ari budak tu mandi di banda. Setiap hari anak itu mandi di sungai. Setiap hari anak itu mandi di sungai. 11

12 Penjelas waktu alang ari setiap hari pada data (20) menjelaskan peristiwa atau kegiatan itu dilakukan rutin setiap hari. Penjelas waktu alang ari setiap hari berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di tengah, seperti yang terlihat pada data (20a) dan di akhir kalimat, seperti pada data (20b) berikut ini. (20a) Budak tu alang ari mandi di banda. Anak itu setiap hari mandi di sungai. Anak itu setiap hari mandi di sungai. (20b) Budak tu mandi di banda alang ari. Anak itu mandi di sungai setiap hari. Anak itu mandi di sungai setiap hari. Penanda waktu juga ditemukan preposisi abih habis dalam menjelaskan penanda waktu dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. (20) Abih sumbayang Jumaek den ka umah kau. Selesai salat Jumat saya ke rumah kamu. Selesai salat Jumat saya ke rumah kamu. Pada data (21) penjelas waktu abih sumbayang Jumaek habis salat Jumat menerangkan kegiatan atau peristiwa yang akan dilakukan. Penjelas waktu abih sumbayang Jumaek habis salat Jumat pada kalimat ini menyatakan setelah selesai salat jumat dia aka pergi ke rumah temannya. Penjelas waktu abih sumbayang Jumaek 12 habis salat Jumat berbentuk frase yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di akhir kalimat pada data (21a) dan di tengah, seperti pada kalimat (21b) berikut ini. (21a) Den ka rumah kau abih sumbayang Jumaek. Saya ke rumah kamu selesai salat Jumat. Saya ke rumah kamu selesai salat umat. (21b) Den abih sumbayang Jumaek ka rumah kau. Saya selesai salat Jumat ke rumah kamu. Saya selesai salat Jumat ke rumah kamu. Selanjutnya, juga ditemukan penanda waktu yang ditandai dengan konjungsi lain yang menjelaskan tentang penanda waktu yang juga merupakan penjelas waktu dalam bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. (21) Ari indak bulia pai malakik den tibo. Ari tidak boleh pergi sampai saya datang. Ari tidak boleh pergi sampai saya datang. Penjelas waktu malakik den tibo sampai saya datang. Pemakaian penjelas waktu yang ditandai dengan kata malakik den tibo sampai saya datang berbentuk klausa yang dapat dipermutasikan posisinya (setelah klausa), sehingga menempati di tengah kalimat, seperti pada data (22a) dan di awal kalimat, seperti yang terlihat pada data (22b) berikut ini.

13 (22a) Indak bulia pai malakik den tibo Ari. Tidak boleh pergi sampai saya datang Ari. Tidak boleh pergi sampai saya datang Ari. (22b) Malakik den tibo Ari indak bulia pai. Sampai saya datang Ari tidak boleh pergi. Sampai saya datang Ari tidak boleh pergi. Setelah penanda penunjuk waktu malakik den tibo sampai saya datang dipermutasikan pada kalimat (22a) dan (22b) tetap gramatikal dan makna yang disampaikan tidak berubah. 4.2 Rentang Rentang dalam penanda waktu dapat diungkapkan dengan preposisi dari dari dan ka ke. Preposisi Dari dari menerangkan waktu awal dan ka ke menerangkan waktu penyelesaian. Dalam bahasa Minangkabau di Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan juga ditemukan penanda waktu yang menyatakan rentang. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. (22) Dari pukua sambilan cako hujan. Dari pukul sembilan tadi hujan. Dari pukul sembilan tadi hujan. Rentang penanda waktu dari pukua sambilan dari pukul sembilan yang terdapat pada data (23) menjelaskan bahwa hujan telah turun dari pukul Sembilan dari pukul sembilan hingga sekarang. Preposisi dari dari pada kalimat ini menjelaskan waktu awal hujan turun. Selain itu, juga ditemukan data lain yang menerangkan rentang waktu di awal. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut. (23) Sajak cako den tunggu kau. Sejak tadi saya menunggu kamu. Sejak tadi saya menunggu kamu. Pada data (23) rentang waktu sajak cako sejak tadi hampir sama dengan rentang waktu dari dari, yaitu sama-sama menerangkan waktu di awal. Akan tetapi, rentang waktu sajak cako sejak tadi termasuk ke dalam preposisi yang menjelaskan rentang lamanya waktu yang dirasakan. Biasanya kata sajak cako sejak tadi digunakan oleh seseorang yang sudah kesal karena lama menunggu. Pemakaian sajak cako sejak tadi berupa kata majemuk yang dapat dipermutasikan posisinya di akhir, seperti yang terlihat pada data (23a) berikut ini. (23a) Den tunggu kau sajak cako. Saya menunggu kamu sejak tadi. Saya menunggu kamu sejak tadi. Selain preposisi sajak cako sejak tadi yang menerangkan ditemukan preposisi lain. rentang waktu, berikut Selanjutnya, data lain yang menunjukkan adanya rentang waktu yang digunakan dalam bahasa Minangkabau di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada data di bawah ini. (24) Antaro pukua 4 jo 6 abak den pulang. Antara pukul 4 dan 6 ayah saya pulang. 13

14 pulang. Antara pukul 4 dan 6 ayah saya Rentang waktu antaro antara pada data (24) menerangkan waktu yang tidak pasti. Antaro antara pukul 4 dan 6 bukan berarti benar-benar pukul 4 dan 6. Mungkin saja pukul setengah lima, setengah enam, dan seterusnya. Rentang waktu antaro antara berupa kata yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di tengah, seperti pada data (24a), tetapi rentang waktu antaro antara tidak dapat menempati posisi di akhir kalimat, karena membuat kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal. (24a) Abak den pulang antaro pukua 4 jo 6. Ayah saya pulang antara pukul 4 dan 6. Ayah saya pulang antara pukul 4 dan 6. Selain itu, ditemukan juga rentang waktu yang menggunakan kata salamo ko selama ini di daerah Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini dapat dilihat pada data berikut. (25) Salamo ko den alah basaba. Selama ini saya sudah sabar. Selama ini saya sudah sabar. Pada data (25) rentang waktu salamo ko selama ini menerangkan lamanya rentang waktu yang dilalui. Rentang waktu salamo ko selama ini berbentuk frase preposisi yang dapat dipermutasikan posisinya di akhir kalimat pada data (25a) berikut ini. (25a) Den ala basaba salamo ko. Saya sudah sabar selama ini. Saya sudah sabar selama ini. Berikut juga ditemukan rentang waktu patang-patang ko kemarin-kemarin ini menerangkan waktu yang sudah lewat dalam bahasa Minangkabau Balai Selasa. Hal ini dapat dilihat pada data berikut. (26) Patang - patang ko budak tu kasiko, Kemarin - kemarin ini dia itu kesini, Kemarin-kemarin ini dia itu kesini. Pada data (26) Rentang waktu patangpatang ko kemarin-kemarin ini menerangkan waktu yang sudah lewat. Penanda waktu Patang-patang ko kemarinkemarin ini hari sebelumnya setelah hari ini atau sudah berlalu. Penanda waktu patangpatang ko kemarin-kemarin ini berbentuk kata ulang yang dapat dipermutasikan posisinya menjadi di akhir kalimat pada data (26a) berikut ini. (26a) Budak tu kasiko patang-patang ko. Dia itu kesini kemarin-kemarin ini. Dia itu ke sini kemarin-kemarin ini. Selain itu. Ditemukan juga penanda waktu bilo-bilo kapan-kapan menerangkan waktu yang akan terjadi dalam bahasa Minangkabau Balai Belasa. Hal ini dapat dilihat pada data berikut ini. 14

15 (27) Bilo - bilo ayo lah kau antan buku tu. Kapan-kapan saja kamu antarkan buku itu. Kapan-kapan saja kamu antarkan buku itu. Rentang waktu bilo-bilo kapan-kapan pada data (27) menerangkan waktu yang akan terjadi. Penanda waktu Bilo-bilo kapankapan baru akan terjadi tetapi belum ditentukan waktu terjadinya yang berbentuk kata ulang. Penanda waktu bilo-bilo kapankapan dapat dipermutasikan posisinya menjadi di tengah kalimat pada data (27a) berikut ini. (27a) Kau antan buku tu bilo-bilo ayo lah. Kamu antar buku itu kapan-kapan saja. Kamu antar buku itu kapan-kapan saja. Setelah penanda waktu bilo-bilo kapankapan dipermutasikan. Kalimat (27a) yang berbentuk kata ulang tetap gramatikal dan 1. Penanda waktu saat dapat dikelompokkan menjadi (1) penunjuk jam, yaitu (a) jam tepat seperti, pukua sapuluah cako pukul sepuluh tadi, (b) jam kira-kira dengan acuan matahari seperti, malam sanayan malam senin, (c) jam kira-kira dengan acuan kelima waktu salat saperti, ala luhua ari sudah zuhur hari, (d) jam kirakira dengan acuan bunyi hewan seperti, ayam bakukuak ayam berkokok. (2) penunjuk hari, seperti ari abah hari rabu. (3) penunjuk minggu, seperti saminggu seminggu. (4) penunjuk bulan, seperti bulan april besuak bulan april besok. (5) penunjuk tahun, seperti taun 93 tahun 93. (6) penjelas waktu, seperti patang ko kemarin ini. 2. Penanda waktu rentang adalah menerangkan waktu penyelesaian yang menyatakan tentang rentang waktu sasudah sesudah, salamo selama. makna yang disampaikan tidak berubah. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan tersebut penulis 4.2 Rentang menyarankan agar penelitian ini dapat Rentang dalam penanda waktu dapat dijadikan sebagai rujukan masukan dalam diungkapkan dengan preposisi dari dari dan meneliti Penanda waktu. Selain itu, agar ka ke. Preposisi Dari dari menerangkan penelitian ini mendapat hasil yang baik, waktu awal dan ka ke menerangkan waktu diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan Penutup dari sisi yang berbeda. 5.1 Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dalam analisis, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 15

16 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Ayub, Asni dkk Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Chaer, Abdul Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Morfologis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta H. Hoed, Benny Kala dalam Novel Fungsi dan Penterjemahannya. Yogyakarta: Universitas Press. Mahsun Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT RajoGrafindo Persada. Moussay, Gerard La Langue Minangkabau. Penerjemah: Rahayu S. Hidayat Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Gramedia. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Universitas Press 16

PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR.

PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR. PRONOMINA BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG PANJANG KECAMATAN TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN: KAJIANSTRUKTUR Yenti 1, Elvina A. Saibi 2, Iman Laili 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Lebih terperinci

KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2

KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 KONJUNGSI SUBORDINATIF BAHASA MINANGKABAU DI KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Afrima Yosi 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bung Hatta

Lebih terperinci

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau

Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Pronomina Penunjuk dalam Bahasa Minangkabau Iman Laili Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract: Demonstrative pronouns in Minangkabau language consist of demonstrative

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Budaya pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Lebih terperinci

bab 2 satuan pengukuran waktu tema makanan dan kesehatan

bab 2 satuan pengukuran waktu tema makanan dan kesehatan bab tema makanan dan kesehatan satuan pengukuran waktu setiap pagi bayu selalu sarapan pagi ini ia menikmati sarapan dengan lahap ia makan nasi sayur dan lauk tidak lupa ia minum segelas susu jam menunjukkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora

untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora KALIMAT IMPERATIF BAHASA MINANGKABAU DI LUBUK MALAKO SOLOK SELATAN ARTIKEL untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Humaniora OLEH FITRI IRDA GUSTI NPM 0910014111022 JURUSAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kompas edisi Senin bulan Februari Data itu diambil dari rubrik politik dan hukum, opini,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kompas edisi Senin bulan Februari Data itu diambil dari rubrik politik dan hukum, opini, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data 1. Data Data dalam penelitian ini yaitu singkatan dan akronim yang terdapat dalam surat kabar Kompas edisi Senin bulan Februari 2011. Data itu diambil

Lebih terperinci

Di unduh dari : Bukupaket.com

Di unduh dari : Bukupaket.com bab 3 pengukuran q belajar matematika kalian telah belajar penjumlahan dan pengurangan pada bab ini kalian akan belajar tentang pengukuran penjumlahan dan pengurangan bilangan sangat membantu dalam pengukuran

Lebih terperinci

kegiatan sehari hari pelajaran 2

kegiatan sehari hari pelajaran 2 pelajaran 2 kegiatan sehari hari semua anak senang bermain anak anak bermain setiap hari bermain membuat hati senang bermain boleh saja asal jangan lupa belajar kegiatan sehari hari 17 mengenal tanda baca

Lebih terperinci

KETERANGAN WAKTU, KATA DEPAN & KATA PENGUHUBUNG NO KATA BHS INGGRIS

KETERANGAN WAKTU, KATA DEPAN & KATA PENGUHUBUNG NO KATA BHS INGGRIS 1 akhir pekan ini this weekend 2 akhir-akhir ini lately 3 akhir-akhir ini nowadays 4 asalkan provided (that) 5 bahkan even 6 banyak a lot 7 banyak much 8 banyak many 9 barangkali probably 10 baru saja

Lebih terperinci

Peta konsep. Geometri dan pengukuran. Menggunakan pengukuran Waktu, Panjang, dan Berat dalam pemecahan masalah. Alat Ukur.

Peta konsep. Geometri dan pengukuran. Menggunakan pengukuran Waktu, Panjang, dan Berat dalam pemecahan masalah. Alat Ukur. Peta konsep Geometri dan pengukuran Menggunakan pengukuran Waktu, Panjang, dan Berat dalam pemecahan masalah Alat Ukur Satuan Ukur Waktu Berat Waktu : Jam Berat : Neraca Jam Detik bulan Menit Hari tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Istilah deskriptif berasal dari dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Istilah deskriptif berasal dari dari BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Istilah deskriptif berasal dari dari bahasa Inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT MAJEMUK DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH NUR EL FALAH KUBANG PETIR SERANG Mutoharoh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU Ditulis Kepada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah

PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa

Lebih terperinci

DEIKSIS BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG LAWEH KECAMATAN BATIPUH BARUAH KABUPATEN TANAH DATAR

DEIKSIS BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG LAWEH KECAMATAN BATIPUH BARUAH KABUPATEN TANAH DATAR DEIKSIS BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG LAWEH KECAMATAN BATIPUH BARUAH KABUPATEN TANAH DATAR Rino Jili Wandi 1), Marsis 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG KECAMATAN SANGKIR KABUPATEN AGAM Mira Novianti 1, Iman Laili 2, Puspawati 2

ANALISIS KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG KECAMATAN SANGKIR KABUPATEN AGAM Mira Novianti 1, Iman Laili 2, Puspawati 2 ANALISIS KALIMAT EMOSIONAL MARAH DI KENAGARIAN LUBUK BASUNG KECAMATAN SANGKIR KABUPATEN AGAM Mira Novianti 1, Iman Laili 2, Puspawati 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Lebih terperinci

1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10

1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 1. Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 Membilang banyaknya benda dari 1 sampai dengan 10 Mari berhitung 1 sampai 10. Perhatikan jari tangan di bawah ini! 1 2 3 4 5 satu dua tiga empat lima

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM.

PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM. PENGGUNAAN PREPOSISI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONJOL KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL ILMIAH MOMON PRATAMA NPM. 09080103 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT 1 CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN Dina Oktavia¹, Putri Dian Afrinda², Risa Yulisna² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

REGISTER BAHASA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN SUATU TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK

REGISTER BAHASA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN SUATU TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK REGISTER BAHASA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN SUATU TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK Oleh Devi Mai Candra 1), Syofiani 2), Gusnetti 2) 1) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

ADVERB OF MINANGKABAU LANGUAGE IN SINGGALANG NEWSPAPER

ADVERB OF MINANGKABAU LANGUAGE IN SINGGALANG NEWSPAPER ADVERB OF MINANGKABAU LANGUAGE IN SINGGALANG NEWSPAPER Ruci Anggraini 1, Eriza Nelfi 2, Elvina A. Saibi 2 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Bung Hatta E-mail : ruci_

Lebih terperinci

ANALISIS PREPOSISI PADA KARANGAN SEDERHANA SISWA KELAS IV SD NEGERI PENGKOK 4 T KECAMATAN KEDAWUNG, KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PREPOSISI PADA KARANGAN SEDERHANA SISWA KELAS IV SD NEGERI PENGKOK 4 T KECAMATAN KEDAWUNG, KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PREPOSISI PADA KARANGAN SEDERHANA SISWA KELAS IV SD NEGERI PENGKOK 4 T KECAMATAN KEDAWUNG, KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LILIK PURWASIH A 310 090 133 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Pengukuran Waktu. Tema: Kegiatan Sehari-hari

Pengukuran Waktu. Tema: Kegiatan Sehari-hari Pengukuran Waktu Tema: Kegiatan Sehari-hari Setiap hari Ami bangun pagi. Saat Ami bangun, ibu sedang menyiapkan sarapan pagi. Ayah sedang membersihkan halaman. Setelah mandi, Ami segera sarapan. Sebelum

Lebih terperinci

Lesson 24: Prepositions of Time. (in, on, at, for, during, before, after) Pelajaran 24: Kata Depan untuk Keterangan Waktu

Lesson 24: Prepositions of Time. (in, on, at, for, during, before, after) Pelajaran 24: Kata Depan untuk Keterangan Waktu Lesson 24: Prepositions of Time (in, on, at, for, during, before, after) Pelajaran 24: Kata Depan untuk Keterangan Waktu Cara menggunakan preposisi waktu Reading (Membaca) I was born in 2000. ( Saya lahir

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KATA SAMBUNG PADA KARANGAN SISWA SMP N 2 GATAK SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

RECORDING (PENCATATAN)

RECORDING (PENCATATAN) RECORDING (PENCATATAN) DATA PEMELIHARAAN AYAM BROILER Umur pemeliharaan Jumlah ayam aktual pada minggu tersebut Pemeliharaan minggu ke- Hari Tanggal Jumlah ayam Suhu ( o C) kelembaban Pakan pemberian pakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aprilia Marantika Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aprilia Marantika Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut. A.

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU PADA ANAK USIA 5 TAHUN DI KAMBANG

PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU PADA ANAK USIA 5 TAHUN DI KAMBANG PEMEROLEHAN SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU PADA ANAK USIA 5 TAHUN DI KAMBANG Oleh: Melza Marta 1, Emidar 2, Nursaid 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email:

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

bangun ruang bab 3 kejadian sehari hari belanja di swalayan hewan dan tumbuhan hewan dan tumbuh-tumbuhan

bangun ruang bab 3 kejadian sehari hari belanja di swalayan hewan dan tumbuhan hewan dan tumbuh-tumbuhan bab 3 bangun ruang tema 5 kejadian sehari hari belanja di swalayan tema 6 hewan dan tumbuhan hewan dan tumbuh-tumbuhan tujuan pembelajaran pembelajaran ini bertujuan agar kamu mampu: mengelompokkan berbagai

Lebih terperinci

Nama:. No : Kelas 3 A. Indonesia- WIB. contoh: pagi : siang : sore : malam :

Nama:. No : Kelas 3 A. Indonesia- WIB. contoh: pagi : siang : sore : malam : Indonesia- WIB contoh: pagi : 00.01-10.00 siang : 10.00-15.00 sore : 15.00-19.00 malam : 19.00-00.00 contoh: dini hari: 00.00-03.00 pagi : 00.03-10.00 siang : 10.00-15.00 sore : 15.00-19.00 malam : 19.00-00.00

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 Jalan Raden Intan sepenuhnya berfungsi sebagai jalan arteri sekunder, jalan ini cenderung macet terutama pagi dan sore

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA PADA REKLAME DI TOKO-TOKO FOTOKOPI SEKITAR KAMPUS STKIP PGRI SUMATERA BARAT PADANG JURNAL ILMIAH

STUDI DESKRIPTIF TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA PADA REKLAME DI TOKO-TOKO FOTOKOPI SEKITAR KAMPUS STKIP PGRI SUMATERA BARAT PADANG JURNAL ILMIAH STUDI DESKRIPTIF TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA PADA REKLAME DI TOKO-TOKO FOTOKOPI SEKITAR KAMPUS STKIP PGRI SUMATERA BARAT PADANG JURNAL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa Indonesia dan bahasa daerah merupakan unsur budaya Indonesia yang hidup. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai

Lebih terperinci

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG

PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG Elvina Rahayu 1, Agustina 2, Novia Juita 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang Oleh: Murliaty 1, Erizal Gani 2, Andria Catri Tamsin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Idiom bertujuan untuk memperhalus

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

MATEMATIKA 1. Untuk SD/MI Kelas I. Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional dilindungi oleh Undang-Undang. : Harris Syamsi Yulianto

MATEMATIKA 1. Untuk SD/MI Kelas I. Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional dilindungi oleh Undang-Undang. : Harris Syamsi Yulianto i ii Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional dilindungi oleh Undang-Undang MATEMATIKA 1 Untuk SD/MI Kelas I Penyusun Penelaah Editor Design Cover Ukuran Buku : Wakino : C. Jacob : Harris Syamsi Yulianto

Lebih terperinci

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V Pangkat/Gol. : Perguruan Tinggi : Universitas Ahmad Dahlan Jabatan Fungsional : Bulan : Januari 2014 No. HARI TANGGAL DATANG PULANG. DATANG PULANG 1 Rabu 01-Jan-14 Libur Libur Libur 2 Kamis 02-Jan-14 1.

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, diuraikan berbagai aspek yang berkaitan dengan penentuan dan penggunaan metode penelitian. Uraian yang dimaksud meliputi: lokasi penelitian, desain penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA RUBRIK FOKUS SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A

NASKAH PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DIAN TITISARI A KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA INDONESI SEBAGAI BAHASA IBU PADA ANAK USIA 2-6 TAHUN DI PERUMAHAN GRIYA MAYANG PERMAI, KECAMATAAN GATAK, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS WAKTU BAHASA MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN BURU KECAMATAN BURU KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E- JOURNAL

ANALISIS DEIKSIS WAKTU BAHASA MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN BURU KECAMATAN BURU KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E- JOURNAL ANALISIS DEIKSIS WAKTU BAHASA MELAYU MASYARAKAT KELURAHAN BURU KECAMATAN BURU KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ARTIKEL E- JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG Oleh : Siti Masitoh program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa cungkringaja83@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI

PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI PENGGUNAAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA PENYAMPAIAN CERITA PRIBADI ANAK KELAS V DI SD KUNTI ANDONG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG. Ni Ketut Ayu Ratmika

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG. Ni Ketut Ayu Ratmika 1 CAMPUR KODE DAN ALIH KODE PEMAKAIAN BAHASA BALI DALAM DHARMA WACANA IDA PEDANDA GEDE MADE GUNUNG Ni Ketut Ayu Ratmika Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract Research on

Lebih terperinci

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015 SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh. Ibrahim NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh. Ibrahim NIM JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ANALISIS KESALAHAN KATA PENGHUBUNG PADA TULISAN PENGALAMAN PRIBADI SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MAITREYAWIRA TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh Ibrahim NIM 090388201142

Lebih terperinci

PELESAPAN UNSUR KALIMAT MAJEMUK PADA RUBRIK PENDIDIKAN DAN HUMONIORA SURAT KABAR SOLOPOS

PELESAPAN UNSUR KALIMAT MAJEMUK PADA RUBRIK PENDIDIKAN DAN HUMONIORA SURAT KABAR SOLOPOS PELESAPAN UNSUR KALIMAT MAJEMUK PADA RUBRIK PENDIDIKAN DAN HUMONIORA SURAT KABAR SOLOPOS Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS MASALAH SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN KERETA TIDUR KARYA AVIANTI ARMAND JURNAL ILMIAH

ANALISIS MASALAH SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN KERETA TIDUR KARYA AVIANTI ARMAND JURNAL ILMIAH ANALISIS MASALAH SOSIAL DALAM KUMPULAN CERPEN KERETA TIDUR KARYA AVIANTI ARMAND JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata I) FRANKY ALVA CINO NPM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sudaryanto (1986: 62) memaparkan istilah deskriptif itu menyarankan bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam

Lebih terperinci

KALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN)

KALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN) KALIMAT PENDERITA AFASIA (STUDI KASUS PADA ANGGELA EFELLIN) Oleh: Rezia Delfiza Febriani 1, Ngusman 2, Nursaid 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email:

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CAMPUR KODE TUTURAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS V SD NEGERI 19 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL ILMIAH

PENGGUNAAN CAMPUR KODE TUTURAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS V SD NEGERI 19 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL ILMIAH PENGGUNAAN CAMPUR KODE TUTURAN GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS V SD NEGERI 19 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL ILMIAH YELLI MARNIS NPM 11080096 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA 4.1 Pelaksanaan Pendampingan Keluarga 4.1.1 Kunjungan 1 Hari/Tanggal : Jumat, 29 Juli 2016 Jenis Kegiatan : Perkenalan dan sosialisasi dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa

Lebih terperinci

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari proses pembentukan kalimat, atau yang menganalisis kalimat atas bagian-bagiannya. Kalimat ialah kesatuan bahasa atau ujaran yang berupa kata atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan,

Lebih terperinci

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia

Analisis Fungsi Sintaksis Kata Apa dan Mana dalam Bahasa Indonesia Analisis Fungsi Mana dalam Bahasa Sri Puji Astuti Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sripujiastuti0116@gmail.com Abstract The characteristic of interrogative sentence, one of them is the presence

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SAKO UTARA KECAMATAN SUNGAI PAGU KABUPATEN SOLOK SELATAN ARTIKEL ILMIAH CITRA YULDESRI NPM

DEIKSIS DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SAKO UTARA KECAMATAN SUNGAI PAGU KABUPATEN SOLOK SELATAN ARTIKEL ILMIAH CITRA YULDESRI NPM DEIKSIS DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SAKO UTARA KECAMATAN SUNGAI PAGU KABUPATEN SOLOK SELATAN ARTIKEL ILMIAH CITRA YULDESRI NPM 1108149 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Model System Antrian di halte bus transjakarta koridor 1 Blok M - Kota Kegiatan pelayanan di terminal bustransjakarta tujuan Blok M Kota di mulai sejak pukul

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS Tinjauan Pragmatik Skripsi diusulkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Diajukan oleh: Ardison 06184023 JURUSAN SASTRA

Lebih terperinci

Diajukan oleh: A JUNI, 2015

Diajukan oleh: A JUNI, 2015 1 POLA PEMAKAIA AN DEIKSIS DALAM PROSES BERKOMUNIKASI DI KALANGAN ABK (ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS): KAJIAN PRAGMATIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (dalam Noviatri dan Reniwati 2010:4), pada komponenkomponen bahasa manusia, baik bahasa yang dipakai manusia di masa lampau, maupun sekarang, dijumpai

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud katakata,

Lebih terperinci

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo Oleh: Rinda Aprilia Eka Wati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Rindaapriliaekawati@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRASTIF KOSAKATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MALAYSIA PADA FILM ANIMASI BOBOIBOY

ANALISIS KONTRASTIF KOSAKATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MALAYSIA PADA FILM ANIMASI BOBOIBOY ANALISIS KONTRASTIF KOSAKATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MALAYSIA PADA FILM ANIMASI BOBOIBOY ARTIKEL E-JOURNAL diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) OLEH

Lebih terperinci

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Peningkatan Kosakata Bahasa Anak Usia 3 4 Tahun Sesuai Indikator Pembelajaran.

Lampiran 2. Rubrik Penilaian Peningkatan Kosakata Bahasa Anak Usia 3 4 Tahun Sesuai Indikator Pembelajaran. LAMPIRAN Lampiran 2. Rubrik Penilaian Peningkatan Kosakata Bahasa Anak Usia 3 4 Tahun Sesuai Indikator Pembelajaran. Kriteria Indikator Kurang 1 Menirukan kembali 3 4 urutan kata, misalnya: Tidur, mandi,

Lebih terperinci

ANALISIS BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA. Dra. SALLIYANTI

ANALISIS BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA. Dra. SALLIYANTI ANALISIS BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA Dra. SALLIYANTI Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara 1. PENDAHULUAN Bahasa merupakan salah satu alat untuk

Lebih terperinci

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Konjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative

Lebih terperinci

Pendidikan 97. Bab 9. Pendidikan

Pendidikan 97. Bab 9. Pendidikan Pendidikan 97 Bab 9 Pendidikan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) memberikan tanggapan tentang cerita pengalaman teman; 2) melakukan percakapan melalui telepon dengan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 1 Januari 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 390-399 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI Pendahuluan TEKNIK

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2

BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 BENTUK KALIMAT INTEROGATIF DALAM BAHASA MINANGKABAU DI NAGARI KUNANGAN PARIT RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG Febri Mayora 1, Puspawati 2, Iman Laili 2 1) Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas

Lebih terperinci

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh NURMALA

ARTIKEL E-JOURNAL. Oleh NURMALA ANALISIS PELAFALAN BUNYI BAHASA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DESA TAJUR BIRU KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA ARTIKEL E-JOURNAL Oleh NURMALA NIM 110388201081 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA 1) Perlia Hayati¹ ), Yetty Morelent² ), DainurPutri² ) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

RISKI EKA AFRIANTI NIM

RISKI EKA AFRIANTI NIM ANALISIS KESALAHAN FRASE PADA KARANGAN NARASI MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI ARTIKEL E-JOURNAL diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA

PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA PREPOSISI DALAM BAHASA INDONESIA: TINJAUAN BENTUK DAN PERAN SEMANTISNYA Nusarini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta pos-el: nusarini@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION. Indonesian Beginners. (Section I Listening) Transcript

HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION. Indonesian Beginners. (Section I Listening) Transcript 2014 HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION Indonesian Beginners (Section I Listening) Transcript Familiarisation Text Sudah pindah rumah, Sri? Sudah Joko. Bagaimana rumah barumu? Bagus Joko. Aku punya

Lebih terperinci