ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN BEKASI. Skripsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN BEKASI. Skripsi"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PERTUMBUHAN SUB SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI KABUPATEN BEKASI Skripsi Disusun oleh : FAUZI HIDAYAT ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

2 LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Rabu, 15 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama mahasiswa: 1. Nama : Fauzi Hidayat 2. NIM : Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Ekonomi 4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan Di Kabupaten Bekasi Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 15 Juni Prof. Dr. Abdul Hamid,MS ( ) Ketua 2. Zuhairan Y.Yunan, SE, MSc ( ) Sekretaris 3. Dr. Lukman, MSi ( ) Penguji Ahli 4. Pheni Chalid, SF. MA. Ph, D ( ) Pembimbing I 5. Utami Baroroh, MSi ( ) Pembimbing II

3 LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Jumat, 20 Agustus 2010 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : Fauzi Hidayat 2. NIM : Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri Pengolahan Di Kabupaten Bekasi Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasisa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 20 Agustus Lukman M.Si ( ) Ketua 2. Utami Baroroh, M.Si ( ) Sekretaris 3. Pheni Chalid, SF.MA.Ph,D ( ) Penguji Ahli

4 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Fauzi Hidayat NIM : Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Jakarta, 16 Juni 2011 Yang Menyatakan, ( Fauzi Hidayat)

5 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi Nama : Fauzi Hidayat Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 23 Maret 1988 Alamat : Jl.Raya Simpang 1 Sindangbarang-Cianjur No. Kontak : Status Marital : Fauzi.hidayat46@gmail.com : Single Pendidikan Formal SDN Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur SLTPN 1 Sindang Barang-Cianjur SMA 1 Sindang Barang-Cianjur UIN Syarif Hidayatullah SI IESP - Jakarta Pendidikan Nonformal English Course (ILP), Talking English/Conversation 2010 English Course (LBI), Basic-Middle Level Tahun 2009 Kursus Komputer (Sistacom) Basic Level Tahun i

6 Pengalaman Organisasi Selama di Kampus Koordiantor Pengembangan Ekonomi BEMJ IESP Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Syahid Jakarta Latar Belakang Keluarga 1. Ayah : H.Hidayat 2. Tempat & Tgl Lahir : Cianjur, 04 Juni Alamat : Jln.Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur 4. Telepon : Ibu : Hj.Nurhidayah 6. Tempat & Tgl Lahir : Cianjur, 18 Juli Alamat : Jln.Simpang 1 Sindang Barang-Cianjur 8. Telepon : Anak Ke : Lima dari Lima Bersaudara ii

7 ABSTRACT Investment and labor force are the factors that contribute to the formation of GDP that encourages economic growth of a region The purpose of this research is to investigate the influence factor of investment and labor force input to GDP growth in the manufacturing industry sub-sector in district of Bekasi. The analytical method was used multiple regression. Secondary data were used time series data from 1989 to 2009 period. Independent variables consisted of foreign investment, and domestic investment, and labor force, while the dependent variable is the GDP sub-sector manufacturing industry. The results of this study indicates that from regression results simultan domestic and foreign investment and labor force significant impact on GDP growth in the manufacturing industry sub sector in district of Bekasi with the F- statistic probability value is While testing the partial regression results for the significant level (α = 5 percent) foreign investment have significant impact with coefficient of and prob of t-statistic , domestic investment have significant impact with coefficient of and prob of t-statistic While the labor factor has no significant with Prob of t-statistic The reason why labor force is not significantly influence to dependent variable, among others: (1). Industrial district of Bekasi is more capitaly intensive industry (2). Labor productivity is lower than use machine technology (3). There is high population growth rate while employment industrial sector is very limited. Keywords: Investment, Labor force, Industry GDP. iii

8 ABSTRAK Investasi dan tenaga kerja merupakan faktor yang berkontribusi dalam pembentukan PDRB sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda. Data sekunder yang digunakan adalah data time series periode tahun Variabel independen terdiri dari investasi PMA, dan PMDN, serta tenaga kerja, sedangkan variabel dependennya adalah PDRB sub sektor industri pengolahan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari hasil regresi secara simultan investasi PMA dan PMDN, serta tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di kabupaten bekasi dengan nilai probabilitas F-statistik adalah 0, Sedangkan pengujian secara parsial dari hasil regresi pada taraf nyata (α = 5 persen) investasi PMA berpengaruh signifikan dengan koefisien 0, dan prob. t-statistik 0,0000, PMDN berpengaruh signifikan dengan koefisien 0, dan prob. t-statistik 0,0151. Sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan dengan nilai Prob.t-statistik 0,3298. Penyebab tidak berpengaruhnya faktor tenaga kerja antara lain: (1). Industri di Kabupaten Bekasi lebih cenderung industri yang padat modal (2). Produktivitas tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan penggunaan teknologi mesin (3). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sementara penyerapan tenaga kerja sektor industri sangat terbatas. Kata Kunci : Investasi, Tenaga Kerja, PDRB Industri. iv

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia- Nya atas kekuatan dan kesabaran yang diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Sub Sektor Industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tuaku untuk kasih sayangnya yang tulus, Ibu Hj.Nurhidayah dan Bapak H.Hidayat sumber motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas semua doa dan dukungan yang telah diberikan padaku sampai detik ini. Semoga suatu saat aku dapat membalas kebaikan yang diberikan dan dapat menjadi kebanggan bagi Ibu dan Bapak. Amin. 2. My brother, K.Gun dan K.Hendra serta My sister T.Eni dan T. Ida yang telah banyak membantu didalam tiap momen perjalanan hidupku, semoga sukses kakak-kakak ku dengan apa yang ingin diraih kelak. 3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah berusaha keras untuk memajukkan FEB. 4. Drs. Lukman M.Si. selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif hidayatullah Jakarta 5. Pheni Chalid, SF.MA.Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah memberikan ilmu, bimbingan, tuntunan, motivasi, dan pengarahan yang luar biasa kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. v

10 6. Utami Baroroh, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan sekaligus dosen pembimbing II skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik 7. Fahmi Wibawa, SE.MBA dan Dr.Erna Cipta Fahmi yang sudah meluangkan waktunya untuk tempat berdiskusi dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan, 9. Elmi Budianti, terima kasih untuk memberikanku semangat setiap hari telah banyak membantu didalam perjalanan hidupku, bisa dan yakin dapat menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas pengertian, cinta, dan doamu. 10. Sahabat karibku Yoga, serta sahabat-sahabatku Andra, Fathoni, Randy, Maulana, Indra, terimakasih untuk persahabatan yang luar biasa, 4 tahun lebih canda dan tawa bersama kalian adalah hal yang sangat berharga dan takkan terlupakan dalam hidupku. 11. Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2006, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas waktu, senyum, dan canda tawanya selama ini. Setiap langkah adalah cerita maka lakukanlah yang terbaik untuk setiap langkahmu semoga kita semua bisa menjadi bagian dari impianimpian kita. 12. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih Fauzi Hidayat Penulis vi

11 DAFTAR ISI DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... ABSTRAK... i iv v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DATAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... xi xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah Batasan Masalah... 4 B. Perumusan Masalah... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Pengertian Industri Teori Industrialisasi Strategi Industrialisasi Klasifikasi Industri B. Investasi Pengertian Investasi vii

12 2. Faktor Penentu Investasi Jenis Investasi Peranan Investasi Tujuan Penyelenggaraan Investasi C. Faktor yang Mempengaruhi PDRB Industri Penanaman Modal Asing (PMA) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Tenaga Kerja (TK) a. Pengertian Tenaga Kerja b. Penyerapan Tenaga Kerja D. Penelitian Terdahulu E. Kerangka Berpikir F. Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian B. Metode Penentuan Sampel C. Metode Pengumpulan Data D. Metode Analisis Data Analisis Regresi Berganda Uji Stasioneritas Data a. Uji Akar Unit Phillips-Perron test b. Uji Derajat integrasi Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas viii

13 b. Uji Multikolinearitas c. Uji Heterokedastisitas d. Uji Autokorelasi Pengujian Statistik a. Uji F-statistik b. Koefisien Determinasi (R 2 ) c. Uji t-statistik E. Depinisi Operasional Variabel BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Perkembangan Perekonomian Kabupaten Bekasi PDRB sub Sektor Industri Pengolahan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Penanaman Modal Asing (PMA) Tenaga Kerja (TK) B. Analisis dan Pembahasan Uji Stasioneritas data a. Uji akar unitpp Test b. Uji Derajat Integrasi Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas b. Hasil Uji Multikolinearitas c. Hasil Uji Heterokedastisitas d. Hasil Uji Autokorelasi ix

14 3. Hasil Uji Regresi Metode Regresi Berganda Hasil Uji Statistik a. Uji F-statistik b. Koefisien Determinasi(R 2 ) c. Uji Parsial (uji-t) BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN x

15 DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 1.1 Kontribusi PDRB Sektor Industri terbesar di Jawa Barat Distribusi PDRB menurut Lapangan Usaha Kelompok Komoditas Industri Pengolahan Penelitian Terdahulu Kriteria Pengambilan Daerah Autokorelasi Persentase dan Kontribusi PDRB Berdasarkan lapangan Usaha Banyaknya Perusahaan Industri besar dan sedang menurut Kelompok Industri pengolahan Hasil Uji Phillip-Perron test Hasil Uji Integrasi Hasil Uji Multikolinearitas Hasil Uji Heterokedastisitas Hasil Uji Autokorelasi Hasil Olah Data dengan Metode regresi berganda Hasil Uji t-statistik Rata-rata Tenaga Kerja Sub Sektor Industri Pengolahan 88 xi

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Halaman 2.1 Gambaran Ketenagakerjaan Kerangka Pemikiran PDRB Kabupaten Bekasi Atas harga Berlaku dan Konstan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bekasi Perkembangan Sub Sektor Industri Pengolahan kab.bekasi Tahun Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Kabupaten Bekasi Tahun PerkembanganRealisasi Investasi PMA Kabupaten Bekasi Tahun Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja pada sub sector industri Pengolahan tahun Perkembangan jumlah penduduk Kab.Bekasi Penyerapan Tenaga Kerja Menurut kelompok Industri Hasil Uji Normalitas 76 xii

17 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Keterangan Halaman 1 Data Observasi Penelitian 99 2 Data Observasi Dalam Bentuk Logaritma Uji Stasioneritas Data Uji Derajat Integrasi Uji Asumsi Klasik Hasil Estimasi regresi 105 xiii

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Identifikasi Masalah Pembangunan kawasan industri di Kabupaten Bekasi sangat strategis untuk bisa lebih digali potensinya karena DKI Jakarta sebagai Ibu kota negara sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan penambahan kawasan industri, karena lahan terbuka di wilayah ini sudah sangat terbatas. Bertolak pada konsep bahwa tidak ada pembangunan yang tidak memerlukan lahan, setiap pembangunan terlebih pembangunan fisik pastinya akan memerlukan lahan. Wilayah Kabupaten Bekasi yang letaknya berbatasan dengan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tentunya akan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Berdasarkan kebijakan pemerintah, wilayah yang berada di sekitar DKI Jakarta seperti Bekasi, Tangerang, Cilegon, dikembangkan sebagai wilayah pusat kawasan industri. Khusus untuk daerah Bekasi tidak kurang dari Ha diperuntukan untuk dijadikan sebagai kawasan industri. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Perusahaan kawasan industri adalah perusahaan-perusahaan yang terdapat pada kawasan industri dan 1

19 mengusahakan pengembangan maupun pengelolaan kawasan industri yang bersangkutan. Pembangunan kawasan industri antara lain bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan industri di daerah, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri, serta untuk meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan (Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri). Dengan adanya pembangunan wilayah industri di pinggiran wilayah ibu kota maka penduduk yang ingin masuk kota Jakarta dari berbagai pelosok daerah lain dapat tersalurkan pada daerah sekitar Jakarta tersebut sehingga tingkat mobilisasi urbanisasi bisa berkurang. Pembangunan industri di Kabupaten Bekasi tidak terpisahkan dari arah pembangunan industri wilayah yang harus mampu mengikuti sekaligus memenuhi tuntutan pembagunan regional dan nasional tanpa mengabaikan kebutuhan spesifik wilayah. Keragaman fisik wilayah dalam beberapa kondisi merupakan kendala, namun di sisi lain merupakan potensi sebagai pendorong laju pembangunan industri wilayah. Kejelian dan kecermatan kelompok perencana dan pelaksana pembangunan industri dalam memanfaatkan potensi dan mengatasi kendala tersebut merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan perindustrian. Peranan sektor industri dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi berupa output sektor industri atau PDRB sektor industri tidak terlepas dari adanya peranan investasi dan tenaga kerja. Investasi yang dilakukan adalah 2

20 investasi langsung berupa investasi asing (Penanaman Modal Asing) dan investasi domestik (Penanaman Modal Dalam Negeri). Investasi langsung dapat menyerap banyak tenaga kerja yang berada dipasar tenaga kerja dan investasi langsung juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena output yang dihasilkan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya investasi di daerah. Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi tersebut digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan untuk kegiatan proses produksi.melalui investasi proses produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu akan meningkatkan output produksi sehingga akan menaikan pendapatan daerah. Iklim investasi mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan insentif bagi perusahaanperusahaan untuk melakukan investasi secara produktif dan menciptakan lapangan pekerjaan. Selain investasi, tenaga kerja merupakan input atau faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi pada sektor industri. Tetapi kontribusi industri pengolahan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan tingginya penyerapan tenaga kerja disektor industri. Angka pengangguran total di Indonesia pada tahun 2009 diproyeksikan meningkat menjadi 9 persen. Sebelumnya, angka pengangguran sebesar 8,5 persen pada tahun Hal ini terjadi karena 3

21 pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri negatif akibat adanya krisis keuangan global. (LIPI, 2009). Menurut lokasi, pada tahun 2009 salah satu daerah yang kontribusi PDRB nya paling besar terhadap PDRB Jawa Barat adalah Kabupaten Bekasi. Industri di Kabupaten Bekasi merupakan barometer industri di Jawa Barat karena memiliki tingkat kontribusi output terbesar. Tabel 1.1 Kontribusi PDRB Sektor Industri Terbesar di Provinsi Jawa Barat No Daerah Kabupaten / Kota PDRB (juta Rupiah) Kontribusi Terhadap PDRB Jawa Barat (persen) 1 Kabupaten Bekasi ,78 26,42 2 Kabupaten Bogor ,88 14,97 3 Kabupaten Bandung ,70 9,03 4 Kabupaten Karawang ,16 8,67 5 Kota Bandung ,24 6,35 6 Kota Bekasi ,35 5,27 7 Kota/Kab lainnya di Jawa Barat ,19 29,30 Jawa Barat ,31 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Bekasi 2009 Kontribusi PDRB Kabupaten Bekasi berada pada peringkat pertama yang berkontribusi sebesar 26,42 persen dari total PDRB Jawa Barat karena daerah bekasi merupakan daerah yang ditopang oleh banyaknya kawasan industri dan dekat dengan perekonomian ibukota. Kedua penyumbang terbesar yaitu Kabupaten Bogor berkontribusi sebesar 14,97 hal ini karena 4

22 ada dukungan dari Pemda Bogor melalui APBD dalam menggalakan iklim usaha. Penyumbang ketiga terbesar yaitu Kabupaten Bandung dengan Kontribusi sebesar 9,03 persen yang merupakan basis ibu kota Jawa Barat dengan dukungan perijinan usaha yang lebih mudah dan sumber daya yang potensial. Menurut Badan Promosi dan Penaman Modal Daerah (BPPMD) Jawa Barat tahun 2009, Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang mendapatkan investasi paling besar yaitu mencapai 43,64 persen dari keseluruhan investasi yang berada di Jawa Barat atau senilai Rp 30,223 trilyun. Selain itu, dari investasi yang telah dilakukan, penyerapan tenaga kerja yang terjadi mencapai 95,110 orang dimana penyerapan tenaga kerja ini merupakan penyerapan tenaga kerja yang berada pada peringkat pertama diantara Kabupaten dan kota kota lainnya yang berada di Jawa Barat. 2. Batasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka agar permasalahan tidak meluas, pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada perekonomian sub sektor industri pengolahan. Sektor industri yang dimaksud adalah semua industri sub sektor pengolahan yang berada di Kabupaten Bekasi mencakup sektor migas dan non migas. Dalam penelitian ini data yang digunakan data time series dari tahun 1989 sampai dengan tahun Penelitian mengenai sektor industri pengolahan sengaja 5

23 dilakukan karena sektor tersebut paling dominan dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) total Kabupaten Bekasi. Faktor investasi yang diteliti mencakup Peananaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sehingga bisa diketahui dari mana sumber yang paling berpengaruh dan dominan terhadap perekonomian sektor industri tersebut. Selain investasi faktor tenaga kerja juga menjadi fokus dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap PDRB sub sektor industri di Kabupaten Bekasi. B. Perumusan Masalah Pembentukan PDRB Kabupaten Bekasi ditentukan oleh besarnya output yang dihasilkan oleh masing-masing sektor ekonominya. Tabel 1.2 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bekasi Menurut Lapangan Usaha No Lapangan Usaha Pertanian 1,99 1,96 1,90 2 Pertambangan dan Penggalian 1,39 1,36 1,25 3 Industri Pengolahan 80,02 79,73 80,16 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,87 1,80 1,78 5 Bangunan 1,07 1,10 1,18 6 Perdagangan, Hotel, dan 8,81 9,01 9,32 Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,38 1,44 1,49 8 Keuangan, Persewaan, dan 1,03 1,03 1,05 Jasa 9 Jasa-Jasa 2,12 2,28 2,30 PDRB TOTAL Sumber: BPS Kabupaten Bekasi 6

24 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi diantara sektor industri pada beberapa tahun terakhir didominasi oleh sektor industri pengolahan yang mencapai rata-rata sekitar 80 persen dari total keseluruhan PDRB Kabupaten Bekasi. Kedua oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang berkontribusi rata-rata sekitar 8-9 persen, dan ketiga ditempati sektor Jasa-Jasa yang berkontribusi rata-rata sebesar 2 persen. Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi menjadikan sektor industri ini menjadi sektor yang paling utama dan dominan dalam pembentukan PDRB total di Kabupaten Bekasi. Namun hal ini tidak membuat angka pengangguran Kabupaten Bekasi menurun secara signifikan, pada tahun 2008 angka pengangguran Kabupaten Bekasi masih terbilang cukup tinggi yaitu mencapai 15,12 persen. Menurut Badan Perencanaan dan Pembangungan Daerah Kabupaten Bekasi tahun 2008, angka ini diperkirakan akan tetap tinggi dalam kurun waktu 3 tahun kedepan karena Kabupaten Bekasi sebagai daerah yang penopang utamanya industri, memilki tingkat urbanisasi yang tinggi sehingga berdampak pada laju pertumbuhan penduduk (LPP) yang tinggi juga. Para pencari kerja tersebut melakukan urbanisasi ke kabupaten Bekasi karena Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang menarik terjadinya urbanisasi dikarenakan daerah asal mereka tidak ada kesempatan pekerjaan. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 3,46 persen pada tahun Urbanisasi dan LPP yang tinggi tersebut mengakibatkan tidak terpenuhinya antara kesempatan kerja dengan banyaknya pencari kerja 7

25 termasuk angkatan kerja yang sudah terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Pada tahun 2008 angka pengangguran cukup tinggi mencapai sekitar 15 persen dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi hanya mencapai 4,13 persen. Jika dihubungkan dengan tingkat investasi di Kabupaten Bekasi, angka pengangguran ini bertolak belakang dengan tingkat investasi dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan tentunya menarik untuk diteliti, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh setiap variabel tersebut terhadap pertumbuhan sub sektor industri pengolahan. Oleh karena itu penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh dari PMA, PMDN dan Tenaga Kerja terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan pada periode Berdasarkan uraian perumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, diantaranya : 1. Bagaimana pengaruh penanaman Modal Asing (PMA) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi? 2. Bagaimana pengaruh penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi? 3. Bagaimana pengaruh Tenaga Kerja (TK) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi? 8

26 4. Bagaimana pengaruh investasi PMA, PMDN dan TK tersebut secara bersama-sama terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan Kabupaten Bekasi? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini, yaitu : a. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor Industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. b. Untuk mengetahui pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. c. Untuk mengetahui pengaruh Tenaga Kerja terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. d. Untuk mengetahui pengaruh investasi dan tenaga kerja secara simultan terhadap pertumbuhan PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. 9

27 2. Manfaat Penelitian Penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a. Memberikan informasi tentang keadaan sektor industri, khususnya sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. b. Memberikan informasi bagi para pembaca dan sebagai bahan referensi bagi kalangan akademis yang akan melakukan penelitian lebih lanjut. c. Memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun industri dalam menetapkan suatu kebijakan untuk mendorong kemajuan sektor industri di Kabupaten Bekasi. d. Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan. 10

28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri 1. Pengertian Industri Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang dimaksud dengan industri adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang jadi dan barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih nilainya. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. ( Menurut G. Kartasapoetra (1997:68), pengertian industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih untuk penggunaannya. Dalam pengertian lain, industri adalah suatu aktivitas yang mengubah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan tujuan untuk dijual. Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian sempit, industri adalah kegiatan yang mengubah barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. 11

29 Dari beberapa pengertian industri maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang atau jasa. Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang sangat penting. Melalui kegiatan industri akan dihasilkan berbagai kebutuhan manusia mulai dari peralatan sederhana sampai pada peralatan modern. Jadi pada dasarnya kegiatan itu lahir untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pembagunan ekonomi disuatu negara dalam periode jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut. Dimana dimulai dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian, menuju perekonomian modern yang didominasi oleh sektor industri (Budianto.1999:67) Menurut istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi structural dan dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan dalam komposisi permintaan, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), produksi dan penggunaan faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. 2. Teori Industrialisasi Proses industrialisasi dan pembangunan industri ini sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahtraan 12

30 masyarakat dalam dua pengertian sekaligus. Pertama yaitu tingkat hidup yang lebih maju. Kedua, menjadikan taraf hidup yang lebih berkualitas, atau dengan kata lain pembangunan industri itu sendiri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahtraan masyarakat, bukan merupakan kegiatan mandiri yang hanya sekedar berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik belaka (Arsyad. 2010:442). Keberhasilan sebuah proses industrialisasi tidak terlepas dari adanya dukungan kapasitas sumber daya manusia yang relevan dan kemampuan proses tersebut dalam memanfaatkan secara optimal setiap sumber daya alam dan sumber daya lain yang tersedia. Hal ini berarti pula bahwa industrialisasi merupakan sebuah upaya guna menngkatkan produktivitas tenaga manusia dengan disertai upaya untuk memperluas ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian, Proses industrialisasi dapat diupayakan dengan dua jalan sekaligus yaitu Secara Vertikal: yang diindikasikan oleh semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi. Secara Horizontal: yang diindikasikan oleh semakin luasnya lapangan kerja yang produktif yang tersedia bagi penduduk. Di sisi lain, sektor industri mempunyai peranan salah satunya sebagai sektor pemimpin (leading sector) yang membawa perekonomian menuju kemakmuran. Sektor industri dijadikan leading sector sebab hal tersebut mempunyai begitu banyak kelebihan dibandingkan sektor pertanian dan jasa. Kelebihannya antara lain, produksinya mempunyai dasar nilai tukar (term of trade) yang tinggi, nilai tambah besar, bagi 13

31 pengusaha keuntungan yang besar, dan proses produksinya lebih bisa dikendalikan oleh manusia.(arsyad (2010: 442). Industrialisasi disetiap negara menpunyai corak yang berbeda beda. Satu hal yang senantiasa menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan suatu daerah/negara mengalami perkembangan yang lebih pesat dibandingkan dengan daerah/negara lainnya. Ada dua teori yang dapat dijadikan rujukan dalam menjawab pertanyaan ini. Yaitu: (Arsyad. 2010: 448) 1. Teori Export Base (North, 1964) Teori ini menyatakan bahwa sektor ekspor berperan penting dalam pembangunan daerah, karena sector tersebut dapat memberikan kontribusi yang penting bagi perekonomian daerah. Kontribusi tersebut antara lain: a. Ekspor dapat secara langsung meningkatkan pendapatan atas faktor-faktor produksi dan pendapatan daerah. b. Perkembangan ekspor akan menciptakan permintaan terhadap produksi industri lokal (residentiary industry), yaitu industri yang produknya digunakan untuk melayani pasar di daerah tersebut. 2. Teori Resource-Based ( Perloff dan Wingo,1964) Teori ini merupakan perluasan dari teori export base,karena teori ini juga menyatakan bahwa perkembangan sector ekspor di suatu daerah peranannya sangat besar sekali dalam pembangunan 14

32 ekonomi daerah. Namun ada beberapa perbedaan mendasar diantara kedua teori tersebut, yaitu: a. Data yang digunakan dalam teori resources base jauh lebih lengkap dibandiingkan dengan data yang digunakan dalam teori export base. b. Teori resource based, analisisnya lebih mendalam serta memberikan penekanan pada dua hal berikut: (a) pentingnya peranan kekayaan alam suatu daerah dalam pembangunan daerah yang bersangkutan (b) factor-faktor yang mempengaruhi efek pengganda dari sektor ekspor pada perekonomian daerah 3. Strategi Industrialisasi Menurut Arsyad (2010:457) ada 2 hal strategi yang biasa dilakukan oleh Negara maju maupun Negara sedang berkembang. Strategi tersebut antara lain: 1. Subtitusi impor (import substitution). Strategi ini disebut strategi orientasi kedalam atau inward looking yaitu industrialisasi yang mengutamakan pengembangan jenis jenis industri untuk mnenggantikan kebutuhan akan impor barang barang sejenis. Pelaksanaannya dalam dua tahap. Pertama: terlebih dahulu mengembangkan industri industri barang konsumsi. Kedua: menggalakkan pengembangan industri industri hulu seperti baja 15

33 dan aluminium. Salah satu ciri yang menonjol dalam strategi ini adalah pelaksanaan disertai dengan tingkat proteksi yang tinggi baik tarif bea masuk dan pajak barang impor. Alasan sebuah Negara /daerah melakukan subtitusi impor yaitu: a. Untuk mengurangi atau menghemat devisa b. Pemerintah akan melakukan proteksi dengan cara pembatasan barang-barang impor. c. Agar sebuah Negara mampu memenuhi kebutuhan atas berbagai barang industry dengan kekuatan sendiri tanpa harus mengimpor dari Negara lain d. Untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di dalam negeri 2. Promosi ekspor (export promotion). Strategi ini mengutamakan pengembangan jenis industri yang menghasilkan produk produk ekspor. Syarat utama adalah tingkat proteksi yang rendah disertai dengan insentif dalam meningkatkan ekspor. Ada empat faktor yang dapat menjelaskan mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat daripada strategi subtitusi impor. Keempat faktor tersebut antara lain: a. Ada kaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri b. Skala ekonomis c. Dampak persaingan atas prestasi perusahaan d. Dampak kekurangan devisa terhadap pertunbuhan ekonomi 16

34 Dalam melaksanakan strategi industrialisasi menggunakan indikator tersebut, antara satu tahap dengan tahap lain perubahan bersifat perlahan dan berkesinambungan agar peranan industri dalam pembentukan PDRB bagi suatu daerah dapat terlaksana. 4. Klasifikasi Industri a. Jenis industri berdasarkan pengelompokan Tenaga Kerja Menurut (Arsyad.2010:454) pengelompokan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja dibedakan menjadi empat kriteria, yaitu: 1. Industri Besar: industri yang menggunakan tenaga kerja 100 orang atau lebih. 2. Industri Menengah: industri yang menggunakan tenaga kerja antara orang 3. Industri kecil: industri yang menggunakan tenaga kerja antara 5-19 orang. 4. Industri Mikro / Rumah Tangga: industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 5 orang ( termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar) b. Jenis industri berdasarkan besar kecilnya modal 1. Industri padat modal (Capital Intensive), adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan oprasional maupun pembangunanya. 17

35 2. Industri padat karya (Labor Intensive) industri yang lebih dititikberatkan pada sejumlah besar tenaga kerja dalam pembangunan dan pengoprasiannya. (Perpustakaan Online Indonesia) c. Jenis industri berdasarkan Klasifikasi atau berdasarkan SK menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 Berdasarkan Internsional Standart of Industrial Clasification (ISIC), berdasarkan pendekatan kelompok komoditas industry pengolahan terbagi atas beberapa kelompok komoditas. Tabel 2.1 Kelompok Komoditas Industri Pengolahan Kode Kelompok Industri 31 Industri makanan, minuman, tembakau 32 Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit 33 Industri Kayu dan barang-barang dari kayu termasuk perabotan rumah tangga 34 Industri Kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan 35 Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batubara, karet, dan platik 36 Industri galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batubara 37 Industri logam dasar 38 Industri barang dari logam, mesin dan perlatan 39 Industri pengolahan lainnya. Sumber: Kementrian Perindustrian dan Perdagangan 18

36 d. Jenis industri berdasarkan pemilihan lokasi 1. Industri yang yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industri), industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong kantong dimana konsumen potensial berada. Semakin dekat kepasar akan semakin menjadi lebih baik. 2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja/ labor (man power oriented industry), industri yang berada pada lokasi dipusat pemukiman penduduk karena biasanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja/ pegawai untuk lebih efektif dan efisien. 3. Industri yang berorientasi untuk menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry), industry yang mendekati lokasi dimana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transfortasi yang besar. e. Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan 1. Industri Primer, yaitu industri yang mana barang barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu. 2. Industri Sekunder, yaitu industri yang bahan mentahnya diolah sehingga menghasilkan barang barang untuk diolah kembali. 19

37 3. Industri Tersier, industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa untuk keperluan perencanaan anggaran Negara dan analisis pembangunan. B. Investasi 1. Pengertian Investasi Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2003:121). Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh penanam modal (investor) yang menyangkut penggunaan sumber-sumber seperti peralatan, gedung, peralatan produksi, dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi. (Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, 1993:145) Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal yang terdiri dari mesin, pabrik, kantor dan produk-produk tahan lama lainnya yang digunakan dalam proses produksi (Julius A. Mulyadi, 1990: 268). Investasi adalah kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (benefit) pada masa yang akan datang. Pada dasarnya investasi dibedakan 20

38 menjadi investasi finansial dan investasi non financial. Investasi finansial adalah bentuk pemilikan instrumen finansial seperti uang tunai, tabungan, deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya. Sedangkan investasi non financial direalisasikan dalam bentuk investasi fisik (investasi riil) yang berwujud capital atau barang modal, termasuk didalamnya inventori / persediaan (BKPM.2004). Investasi juga dapat di katakan sebagai suatu bentuk pembiayaan pembangunan yang merupakan langkah awal dalam kegiatan produksi. Kegiatan produksi yang produktif tersebut dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan dengan posisi semacam ini maka hakikatnya investasi juga merupakan langkah awal dari kegiatan pembangunan ekonomi. 2. Faktor Penentu Investasi Faktor-faktor penentu investasi sangat tergantung pada situasi di masa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan komponen yang paling mudah berubah. Sukirno (1996:76) menjelaskan bahwa faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi dalam suatu perekonomian antara lain, yaitu: 1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh di masa depan Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis jenis investasi yang kelihatannya mempunyai prospek yang baik 21

39 dan dapat dilaksanakannya, dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang-barang modal yang diperlukan. Semakin baik keadaaan masa depan, semakin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh pengusaha. Oleh sebab itu, mereka akan lebih terdorong untuk melaksanakan investasi yang telah atau sedang dirumuskan dan direncanakan. 2. Kemajuan teknologi Pada umumnya semakin banyak perkembangan teknologi yang dibuat, semakin banyak pula kegiatan pembaruan yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Untuk melaksanakan pembaruanpembaruan, para pengusaha harus membeli barang-barang modal yang baru, dan adakalanya juga harus mendirikan bangunanbangunan pabrik/industri yang baru. Maka semakin banyak pembaruan yang akan dilakukan, semakin tinggi tingkat investasi yang akan tercapai 3. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya Dalam analisis mengenai penentuan pendapatan nasional pada umumnya dianggap investasi yang dilakukan para pengusaha adalah berbentuk investasi otonomi. Walau bagaimanapun, pengaruh pendapatan nasional kepada investasi tidak boleh diabaikan. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan 22

40 terhadap barang barang dan jasa-jasa. Keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan perkataan lain, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula 4. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan Ketika perusahaan mengalami peningkatan keuntungan, pada umumnya keuntungan yang diperoleh tersebut akan disalurkan untuk meningkatkan produksi. Dengan kata lain, akan meningkatkan investasi perusahaan tersebut. Adanya peningkatan keuntungan perusahaan membuat perusahaan berusaha untuk lebih meningkatkan keuntungannya lagi di masa depan sehingga perusahaan meningkatkan tingkat investasinya guna mencapai tingkat keuntungan yang diharapkan lebih besar. 3. Jenis- Jenis Investasi Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya, investasi dibagi dalam kelompok : 1. Investasi Baru Invesatsi baru yaitu investasi bagi pembuatan system produksi baru, baik sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru maupun perluasan produksi, tetapi harus menggugnakan system produksi baru 23

41 2. Investasi Peremajaan Investasi jenis umumnya hanya digunakan untuk mengganti barang-barang capital lama dengan yang baru, tetapi masih dengan kapasitas dan ongkos produksi yang sama dengan alat yang digantikannya. 3. Invetasi Rasionalisasi Pada kelompok ini peralatan yang lama digantika oleh yang baru tetapi dengan ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang digantikannya. 4. Investasi perluasan Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti yang lama. Kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih lama. 5. Investasi Modernisasi Investasi digunakan untuk memproduksi barang baru yang memang proses baru, atau memproduksi lama dengan proses yang baru. 6. Investasi diversifikasi Investasi ini untuk memperluas program produksi untuk perusahaan tertentu, sesuai dengan program diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan 24

42 4. Peranan Investasi Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Perubahan laju pertumbuhan investasi tersebut mempengaruhi tinggi rendahnya pembangunan ekonomi diwilayah tersebut. Oleh karenanya, setiap negara ataupun daerah tertentu berupaya menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi tersebut agar masuk ke dalamnya. Dilihat dari sudut pandang ekonomi makro, investasi (I) memiliki peranan yang cukup penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara / Daerah disamping belanja masyarakat (C), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor bersih (X-M). selain itu, investasi juga memiliki dampak terhadap peningkatan produksi barang dan jasa serta penciptaan lapangan pekerjaan. Besar kecilnya investasi yang dilakukan dalam suatu kegiatan ekonomi (produksi) ditentukan oleh tingkat bunga, tingkat pendapatan, kemajuan teknologi, ramalan kondisi ekonomi ke depan, dan faktor-faktor lain (Sukirno, 1994:87). Motif utama suatu negara mengundang investasi adalah untuk menggali potensi kekayaan alam dan sumberdaya lainnya dalam upaya mempercepat pembangunan ekonomi. Kenyataan ini disebabkan karena investasi, baik asing maupun domestik akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, melalui proses industrialisasi, guna meningkatkan ekspor barang manufaktur dan kebutuhan pasar domestik (subtitusi impor). Proses industrialisasi diharapkan mampu berkembang bersama dengan proses alih 25

43 teknologi, alih kepemilikan, perluasan kesempatan kerja yang disertai dengan peningkatan keahlian dan keterampilan. Namun, dalam proses tersebut harus dihindari dominasi perekonomian nasional oleh modal asing. (Wiranata, 2004:12). 5. Tujuan Penyelenggaraan Investasi Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1997: 1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2) Menciptakan lapangan kerja 3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan 4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha 5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, 6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan 7) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, dan 8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 26

44 C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PDRB sub Sektor Industri Pengolahan 1. Penanaman Modal Asing (PMA) Investasi asing atau biasa disebut Penanam Modal Asing (PMA) adalah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negri. (Suryatno, 2003:72). menjelaskan bahwa PMA terdiri atas : 1. Investasi portopolio (portopolio investment), yakni investasi yang melibatkan hanya aset-aset finansial saja, seperti obligasi dan saham, yang didenominasikan atau ternilai dari mata uang nasional. Kegiatan investasi portopolio atau financial ini biasanya berlangsung melalui lembaga lembaga keuangan seperti bank, perusahaan dana investasi, yayasan pensiunan, dan sebagainya. 2. Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment), merupakan PMA yang meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, dan sebagainya. Wiranata (2004) berpendapat bahwa investasi dapat dianggap sebagai salah satu sumber modal pembangunan ekonomi yang penting. Semua Negara yang menganut sistem ekonomi terbuka, pada umunya memerlukan investasi asing, terutama perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa untuk kepentiingan ekspor. 27

45 Investasi asing langsung sangat penting peranannya bagi perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu sumber untuk peningkatan devisa negara, investasi asing langsung juga berfungsi sebagai transfer teknologi, keterampilan manajemen dan lapangan kerja baru. Investasi asing langsung juga memberikan beberapa kelebihan, antara lain yaitu investasi asing lebih memberikan rasa aman bagi negera yang menjadi tuan rumah dari resiko-resiko yang terjadi akibat perkembangan perekonomian kotemporer yang seringkali dramatis, terutama akibat perubahan apresiasi mata uang. (Kuncoro, 2001:128). Penanaman modal asing (PMA) memiliki peran mikro maupun makro dalam suatu perekonomian. Secara makro, PMA berperan penting dalam upaya meningkatkan kegiatan investasi nasional dan pertumbuhan ekonomi. Secara mikro, PMA berpengaruh terhadap ketenagakerjaan, penguasaan dan pendalaman teknologi, dan terhadap pengembangan keterkaitan antar industri di dalam negeri (domestic linkages) termasuk akses industri dalam negeri terhadap jaringan produksi, perdagangan, dan investasi regional/global Pada saat ini banyak negara yang sedang berkembang maupun negara maju telah menyadari dan melaksanakan atau mengusahakan kerjasama antara pemerintah dengan swasta. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan penanaman modal dari negara maju ke negara sedang berkembang. Bagi negara maju, motif mencari untung dari kegiatan 28

46 penanaman modal akan selalu diutamakan, sedangkan bagi negara sedang berkembang menganggap kegiatan penanaman modal asing tersebut sebagai suatu perluasan untuk mendapatlkan perkembangan perdagangan dalam negeri Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat membutuhkan peranan penting dari arus modal asing, baik yang berbentuk pinjaman, bantuan, dan investasi. Hal ini disebabkan karena sumber dana yang tersedia dalam negeri sangat terbatas, sehingga peranan asing diperlukan. Selain untuk meningkatan sumber dana, kegiatan investasi asing juga akan membawa pengaruh positif di berbagai sektor. Pada sektor moneter dengan meningkatnya invetasi maka akan mendorong peningkatan cadangan devisa negara, dengan cadangan devisa yang cukup maka nilai kurs rupiah akan dapat dijaga pada posisi yang stabil. Sedangkan pada sektor makroekonomi kegiatan investasi akan mendorong kegiatan ekspor, menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan akan mendorong pada peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Investasi dalam negri biasa di kenal dengan istilah Penanaman Modal Dalam negri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modal untuk pembangunan melalui investor dalam negri. Modal dari dalam negri ini bisa didapat baik itu dari pihak swasta ataupun dari pemerintah. 29

47 Keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undangundang No. 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri kemudian disempurnakan dengan diberlakukannya UU No. 12 tahun Menurut ketentuan penanaman modal tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaaan modal dalam negeri yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disediakan/disisihkan guna menjalankan usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya ( Harjono, 2007:178). Menurut Wiranata (2004:18) dasar pertimbangan dikeluarkannya UU No. 6 tahun 1970 tentang PMDN adalah sebagai berikut: 1. Modal meupakan faktor penting dalam penyelenggaraan pembangunan ekkonomi nasional yang berdasarkan kemampuan dan kesanggupan bangsa Indonesia itu sendiri. 2. Perlunya dilakukan pemupukan modal dan pemanfaatan modal dalam negeri dan membuka kesempatan bagi pengusaha swasta seluas-luasnya. 3. Perlunya memanfaatkan modal dalam negeri yang dimiliki pihak asing dan menetapkan batas waktu usaha bagi perusahaan asing di Indonesia yang menggunakan modal dalam negeri. Pengembangan investasi-investasi daerah dalam memacu pertumbuhan PMDN, sangat penting untuk di tingkatkan. Sebab PMDN 30

48 merupakan bentuk arus modal yang berasal dari dalam negeri sehingga dengan meningkatnya PMDN di harapkan investor-investor dalam negeri dapat bersaing dengan investor asing dalam kontribusinya meningkatkan perekonomian. 3. Tenaga Kerja a. Pengertian Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah penduduk yang berumur pada batas usia kerja, dimana batas usia kerja setiap negara berbeda-beda.usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang telah dianggap mampu melaksanakan pekerjaan, mencari kerja, bersekolah, mengurus rumah tangga, dan kelompok lainnya seperti pensiunan (Disnaker, 2008). Angkatan kerja (Labor Force ) didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif atau bisa juga disebut sumber daya manusia. Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu peningkatan kegiatan ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Pada kenyataannya, 31

49 jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan dampak yang positif terhadap kesejahtraan. Gambar 2.1 Gambaran Ketenagakerjaan Penduduk Bukan Usia Kerja Usia Kerja Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja Kerja Sekolah Rumah Tangga Lain-lain Bekerja Mencari Kerja Sumber: Badan Pusat Statistik Dari bagan diatas terlihat bahwa angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk yang termasuk kedalam usia kerja.usia kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan menghasilkan pendapatannya sendiri. Usia kerja ini berkisar antara tahun. Selain penduduk dalam usia kerja, ada juga penduduk diluar usia kerja, yaitu dibawah usia kerja dan diatas usia kerja.penduduk yang dimaksud yaitu anak-anak usia sekolah dan yang sudah pensiunan atau usia lanjut. Bagian lain penduduk dalam usia kerja adalah bukan angkatan kerja. Yang termasuk didalamnya adalah para remaja yang sudah termasuk usia kerja tetapi belum bekerja atau belum mencaripekerjaan 32

50 karena masih sekolah, ibu rumah tangga pun termasuk kedalam kelompok bukan angkatan kerja. Penduduk dalam usia kerja yang termasuk angkatan kerja, dikelompokan menjadi tenaga kerja (bekerja) dan bukan kerja (mencari kerja atau menganggur). Tenaga kerja (Man Power) adalah bagian dari angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau jasa. b. Penyerapan Tenaga Kerja Pada Negara yang sedang berkembang umumnya masalah pengangguran merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini. Karena masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi yang maksimal. Seperti halnya dinegara Indonesia, pemerintah mengupayakan berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi pengangguran secara lambat laun baik diperkotaan dan di pedesaaan. Proses dari usaha-usaha kesempatan kerja yang merupakan topik dalam penelitian ini dapat diwujudkan apabila pembinaan dan pengembangan industri-industri kecil, sedang dan besar dapat berjalan semestinya. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk dapat mendorong perekonomian rakyat. Pengertian dari penyerapan itu sendiri diartikan cukup luas, menyerap tenaga kerja dalam maknanya menghimpun orang atau 33

51 tenaga kerja disuatu lapangan usaha untuk dapat sesuai dengan usaha itu sendiri. Dalam ilmu ekonomi seperti yang kita ketahui faktor-faktor produksi adalah tanah, modal, tenaga kerja, skill (keahlian). Salah satu faktor tersebut tenaga kerja yang benar sesuai kebutuhan dengan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki agar tenaga kerja yang dimiliki dalam sector industri. Modal utama yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia (SDM). Tenaga kerja yang ada atau lapangan usaha yang ada, tidak mampu menyerap tenaga kerja kondisi yang tidak siap pakai. Disinilah perlunya peranan pemerintah upaya mengatasi melalui pembinaan dan pengembangan industry kecil diharapkan dapat memberikan hasil yang diaharapkan. Selanjutnya dari uraian diatas dijelaskan melalui peningkatan bantuan lunak dan peningkatan bantuan keras dapat dapat meningkatkan motivasi, pengetahuan, keterampilan, dan wawasan/pandangan yang luas sehingga lebih mempermudah proses penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan. Masalah penyerapan tenaga kerja ini juga tidak terlepas dari kesempatan yang tersedia di tengah tengah masyarakat. 34

52 D. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan di uraikan secara ringkas, meskipun terdapat kemiripan dalam ruang lingkup penelitian tetapi terdapat perbedaan dengan penelitian ini, baik dalam obyek atau periode waktu yang digunakan. Sehingga penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Beberapa Penelitian terdahulu tersebut akan dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu N Peneliti, Judul Penelitian Variabel Alat Hasil o Tahun Analisis 1. Octivinang Analisis - UMP - Ordinary 1.Investasi(PMA sih (2006) Pengaruh Nilai Upah Minimum - PMA Least Square dan PMDN) berpengaruh Kabupaten - PMDN (OLS) positif terhadap terhadap Investasi, Penyerapan Tenaga kerja, dan PDRB di Kabupaten Bogor - Tenaga Kerja - Software SASV8 PDRB Kota Bogor 2.UMP berpengaruh positif terhadappenyera pan Tenaga Kerja. 2. Kawengian Analisis - PDRB - Ordinary 1. kegiatan (2002) Pengaruh Investasi dan - Total Least Square investasi memberikan 35

53 Tenaga Kerja Investasi (OLS) pengaruh dalam Sektor Pertanian dan Sektor Industri Guna Menentukan - Tenaga Kerja - kuantita tif dan deksript if. terhadap PDRB Irian Jaya tetapi investasi tidak mampu menimbulkan Strategi efek Pembangunan pertumbuhan Ekonomi Irian yang kuat Jaya. apabila tidak diikuti dengan peningkatan kualitas tenaga kerja 3. Tejasari Peranan Sektor - Investasi - Ordinary 1.Hasil (2008) Usaha Kecil dan Menengah dalam penyerapan - Tenaga Kerja Least Square (OLS) penelitiannya membuktikan bahwa tenaga Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia - PDRB - Software Eviews 4.1 kerja dan investasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi 4. Novita Analisis - PDRB - Ordinary 1.PDRB Sumatera Linda Pengaruh Industri, Least Utara Sitompul Investasi dan Pertanian, Square dipengaruhi oleh (2008) Tenaga Kerja danperda (OLS). tiga sector terhadap PDRB gangan ekonomi utama, 36

54 Sumatera Utara - Investasi yaitu sektor - Tenaga Kerja pertanian, sektor industri, dan sektor perdagangan, 2.Investasi (PMDN) serta tenaga kerja berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB Sumatera Utara 3.Kondisi Perekonomian (Dummy Krisis) tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB Sumut. 5. Ferdiyan Analisis - Inflasi - analisis 1.Terdapat (2006) Pengaruh Otonomi Daerah - PMA Shift Share perbedaan antara periode sebelum Terhadap Pertumbuhan Investasi di Provinsi Jawa Barat - PMDN - PDRB - Dummy (Otonomi - Ordinary Least Square (OLS) dan sesudah Otda. Sebelum otda pertumbuhan investasi 37

55 Daerah) negative, sedangkan sesudah Otda pertumbuhan investasi positif terhadap perekonomian 2.PMDN dan Inflasi berpengaruh negatif terhadap PDRB 3.PMA berpengaruh Positif terhadap PDRB Jawa Barat. 6 Morris M. Kleiner (2007) Do Industrial Relations Institutions Influence Foreign Direct Investment.Evide nce from OECD Nations ( ) - FDI - Tenaga Kerja - Industri - Pajak - PDRB - Panel data Negaranegara anggota OECD. 1. Rendahnya tingkat FDI akan sangat mempengaruhi tingkat produksi industri. 2. Ada trade-off antara peningkatan ekonomi 38

56 terhadap penyerapan tenaga kerja 7 Linda Fung Yee, & Chyau Tuan (1997) Evolving Outward Investment, Industrial Concentration, and Technology Change: Implications for Hong Kong - Industri Manufakt ur - FDI - Produktiv itas Tenaga - Error Correcti on Model (ECM) - Kebijakan Perdagangan terbuka membuka peluang pengekploitasian tenaga kerja dan menyebabkan Kerja outward looking - FDI berdampak langsung menrestrukturisa si industri manufaktur di Hongkong Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sub sektor industri pengolahan di kabupaten Bekasi. Setelah mengidenentifikasi kemudian menganalisis sumber modal mana dari investasi yang ada (PMA dan PMDN) yang berpengaruh terhadap sektor industri serta untuk mengatahui pengaruh tenaga kerja pada sektor industri tersebut. 39

57 E. Kerangka Pemikiran Gambar 2.2 Gambar Kerangka Pemikiran Pengaruh Investasi (PMA dan PMDN) dan Tenaga Kerja terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi Industri Pengolahan 1. Makanan, Minuman, dan Tembakau 2. Tekstil, Pakaian jadi, dan Kulit 3. Kayu dan barang dari kayu 4. Kertas, Percetakan, dan Penerbitan 5. Bahan Kimia, Minyak bumi, Batubara, Karet, dan Bahan dari Plastik 6. Barang galian bukan Logam 7. Logam Dasar 8. Barang-barang dari logam, Mesin 9. Industri pengolahan lainnya Pendekatan Faktor Input Variabel Independen Investasi Tenaga Kerja (X3) PMA (X1) PMDN (X2) Variabel Dependen PDRB sub Sektor Industri Pengolahan (Y) Metode Analisis: Model Analisis Regresi Berganda (OLS) Hasil Kesimpulan dan Implikasi 40

58 F. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang akan dibuktikan setelah data empiris diperoleh. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya: 1. Octavianingsih (2006) skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Nilai Upah Minimum Kabupaten Terhadap Investasi, penyerapan Tenaga kerja, dan PDRB di Kabupaten Bogor menyimpulkan bahwa investasi PMA dan PMDN berpengaruh positf terhadap PDRB Kota Bogor. 2. Ferdiyan (2006) dengan judul Analisis Pengarug Otonomi Daerah Terhadap Pertumbuhan Investasi Di Provinsi Jawa Barat menyimpulkan bahwa Investasi PMA berpengaruh positif sedangkan PMDN berpengaruh negatif terhadap PDRB Jawa Barat. 3. Novita linda Sitompul dalam Skripsinya yang berjudul Analisis Pengaruh investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara menyimpulkan bahwa PMDN dan tenaga kerja berpengaruh terhadap PDRB di Sumatera Utara 41

59 Beradasarkan uraian diatas, maka penulis mengajukan hipotesis untuk dilakukan pengujian ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari penelitian adalah: a. Diduga Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan. b. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan. c. Diduga Tenaga kerja (TK) berpengaruh signifikan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan. d. Diduga bahwa PMA, PMDN, dan TK berpengaruh secara simultan terhadap PDRB sub sektor industri pengolahan. 42

60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data runtut waktu (Time Series) dengan menggunakan metode analisis berganda. Variabel yang digunakan yaitu PDRB sub sektor industri pengolahan, Investasi mencakup Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),dan Tenaga Kerja (TK). Pembahasan dalam penelitian ini menitikberatkan pada perekonomian sub sektor industri pengolahan. Sektor industri yang dimaksud adalah semua industri sub sektor pengolahan yang berada di Kabupaten Bekasi mencakup sektor migas dan non migas. Dalam penelitian ini data yang digunakan data time series dari tahun 1989 sampai dengan tahun Penelitian mengenai sektor industri pengolahan sengaja dilakukan karena sektor tersebut berkontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) total Kabupaten Bekasi. B. Metode Penentuan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB sub sektor industri pengolahan, Investasi PMA dan PMDN, serta jumlah 43

61 tenaga kerja yang terserap dalam sektor industri pengolahan dengan data tahunan selama periode C. Metode Pengumpulan Data Sebagai tahap awal penelitian ini adalah dengan mempelajari teoriteori yang berhubungan dengan penelitian. Kemudian menganalisis hubungan antar variabel dari teori-teori tersebut dengan permasalahan aktual yang ada pada saat ini. Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data yaitu berupa data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan atau lembaga pengumpul data yang mana dalam penelitian ini antara lain diperoleh dari: 1. Badan Pusat Stastistik Daerah Kabupaten Bekasi 2. Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat 3. Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Kabupaten Bekasi 4. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat 5. Literatur-literatur serta informasi-informasi tertulis baik yang berasal dari instansi terkait maupun internet, yang berhubungan dengan topik penelitian untuk memperoleh data tersebut 44

62 D. Metode Analisis Data 1. Analisis Regresi Berganda Untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesis, Dalam penelitian ini dilakukan analisis regresi berganda untuk melihat faktor faktor yang mempengaruhi PDRB sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini menggunakan model regresi berganda (multiple regression) dengan rumusan model penelitian sebagai berikut : INDSTR = β PMA + 2 PMDN + 3 TK +.. (3.1) Namun didalam penelitian ini akan digunakan persamaan regresi berganda yang telah di transformasikan dalam bentuk logaritma dengan menggunakan kuadrat terkecil, dengan formulasi sebagai berikut : LnINDSTR = β 0 + β 1 LnPMA + β 2 LnPMDN + β 3 LnTK +. (3.2) Keterangan: INDSTR PMA PMDN TK β Β 1 - β 3 e = PDRB Sub Sektor industri pengolahan (milyar rupiah) = Penanaman Modal Asing (milyar rupiah) = Penanaman Modal Dalam Negeri (milyar rupiah) = Tenaga Kerja ( /Ribu Orang) = Intercept = koefisien regresi masing-masing variable independen. = error term (variable diluar model tetapi tidak ikut berpengaruh terhadap variable dependen) 45

63 Metode analisis regresi berganda akan menghasilkan estimator yang mempunyai sifat tidak bias, linier dan mempunyai varian yang minimum atau BLUE, yaitu: a. Best adalah yang terbaik. b. Linier adalah kombinasi linier dari data sampel. Jika ukuran sampel ditambah maka hasil nilai estimasi akan mendekati parameter populasi yang sebenarnya. c. Unbiased adalah rata-rata atau nilai harapan atau estimasi sesuai dengan nilai yang sebenarnya. d. Efficient estimator adalah memiliki varians yang minimum diantara pemerkira lain yang tidak bias. Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model penelitian yang akan digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap data penelitian tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak. Pengujian yang dilakukan melalui uji stasioneritas data setelah itu dilakukan pengujian uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinearitas, kemudian dilakukan uji statistik yang meiliputi uji signifikansi parameter individu (uji t statistik), dan uji sinifikan simultan (uji F statistik), dan uji koefisien determinasi (R 2 ). 46

64 2. Uji Stasioneritas Data a. Uji Akar Unit Phillips-Perron (PP) test Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi statistik MacKinnon. Jika nilai absolute statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolute statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. Langkah-langkah pengujian stasioner sebagai berikut Hipotesis: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol H 1 : Data tersebut stasioner pada derajat Nol Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: - Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = % maka, menolak H 0 dan menerima H 1 - Jika PP test statistik < PP tabekl (critical value α = %) maka H 0 diterima, dan menolak H 1. b. Uji Derajat Integrasi Data time series pada umumnya adalah data yang tidak stasioner. Untuk menghindari regresi lancung maka harus ditransformasikan data tersebut menjadi data stasioner. 47

65 Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses differensi data uji stasioner data melalui proses differensi ini disebut uji derajat integrasi Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derjat keberapa suatu data akan stasioner. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik MacKinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada differensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat kesatu. Akan tetapi, jika nilainya masih lebih kecil maka uji integrasi perlu dilanjutkan pada differensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner. Langkah-langkah pengujian stasioner sebagai berikut Hipotesis: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol H 1 : Data tersebut stasioner pada derajat Nol Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: - Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = % maka menolak H 0 dan menerima H 1 - Jika PP test statistik < PP tabekl (critical value α = %) maka H 0 diterima, dan menolak H 1. 48

66 3. Uji Asumsi Klasik Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti melakukan uji normalitas, multikolinieritas, uji heteroskedasitsitas, dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas ini menggunakan normality histogram (Insukindro, 2003:61). Uji normalitas melalui uji Jarque-Bera (J-B). Metode ini menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Nilai statistik JB didasarkan pada distribusi Chi Squares dengan derajat kebebasan (df) 2. Jika nilai probabilitas statistik JB lebih kecil dari α = 5 persen maka terjadi permasalahan normalitas atau residual tidak didistribusikan secara normal dan sebaliknya (Widarjono, 2007:54). b. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah hubungan antara variabel independen dan dependennya. Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan melihat Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat tinggi (umumnya > 0,8) maka model regresi dikatakan memiliki permasalahan multikolinieritas (Widarjono, 2007:114). 49

67 Multikolinieritas juga dapat diuji dengan metode deteksi Klien, yaitu dengan membandingkan koefisien determinasi auxiliary dengan koefisien determinasi model regresi aslinya. Jika koefisien determinasi auxiliary lebih besar dari koefisien determinasi model regresi aslinya, maka terjadi permasalahan multikolinieritas antara variabel independen yang digunakan dalam model penelitian (Widarjono, 2007:117). c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah variansi data yang digunakan untuk membuat model menjadi tidak konstan. Pengujian terhadap ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam suatu model empiris yang sedang diamati juga merupakan langkah penting sehingga dapat terhindar dari masalah regresi lancung. Metode untuk dapat mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model empiris dengan menggunakan uji White Hetedoskedasticity, jika X 2 (Obs * R-Squared) > X 2 tabel atau nilai probability Obs*R- Sqauared < 0,05 atau α=5 persen (Insukindro, 2003:62). d. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara variabel itu sendiri pada pengamatan yang berbeda. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey Serial Correlation Lagrange Multiplier Test (uji-lm). Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat 50

68 pertama tetapi bisa juga digunakan pada tingkat derajat. Dikatakan terjadi autokorelasi jika nilai X 2 (Obs*R-Squared) hitung > X 2 tabel atau nilai probability < 0,05 atau α=5 persen (Insukindro, 2003:60). Selain itu pengujian terhadap gejala auotokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (DW). Uji Durbin Watson (DW) dapat dilakukan dengan cara melihat nilai DW pada hasil regresi yang mana daerah bebas autokorelasi idealnya nilai DW tersebut nilainya berada antara (1,54 2,46) Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Keputusan Daerah Autokorelasi Tolak Ho, berarti ada autokorelasi positif Tidak dapat diputuskan Tidak menolak Ho, berarti tidak ada autokorelasi positif Tidak dapat diputuskan Tolak Ho, berarti ada autokorela si negatif 0 d L d u 2 4-d u 4-d L 1,10 1,54 2,46 2,90 Sumber: (Winarno, 2007:5.25) 4. Pengujian Statistik Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Uji statistik ini meliputi Uji F, Uji-t dan Koefisien Determinasi (R 2 ). 51

69 a. Uji Simultan (Uji F-Stastik) Uji F-statistik menunjukkan apakah semua variabel independen dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Untuk melakukan uji-f dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai F-tabel dengan F- hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen dan jika nilai F-hitung lebih tinggi dari t-tabel maka maka suatu variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya (Kuncoro, 2003:219) b. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien detrminasi mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas dan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependennya (Kuncoro, 2003:220). 52

70 c. Uji Parsial (Uji t-statistik) Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan variabel yang lain konstan. Untuk menguji pengaruh setiap variabel independen tersebut, maka nilai t hitung harus di bandingkan dengan nilai t tabel Untuk nilai t tabel dapat diperoleh dengan melihat tabel distribusi untuk α = 0,05 dan derajat n k. Maka dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut : H 0 : β 1 = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen) H 1 : βi 0 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen) Selain dengan menngunakan cara diatas, uji-t juga dapat dilakukan dengan cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai t-tabel dengan t-hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5 persen dan jika nilai t-hitung lebih tinggi dari t-tabel yang berarti menolak Ho dan menerima H1 dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya (Kuncoro, 2003:219). 53

71 E. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data tahunan (time series) Dengan menggunakan satu variable terikat (dependen) yaitu PDRB sub sektor industri pengolahan dan tiga variabel bebas (Independen) yaitu PMA dan PMDN, serta Tenaga Kerja yang dianggap mempunyai pengaruh nyata terhadap sektor industri. Penjelasan variabel-variabel tersebut sebagai berikut: 1. Variabel Dependen Variabel dependen ialah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas (Lukman, 2007:5). a. Output / PDRB Industri Data PDRB Industri yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB sub sektor industri pengolahan, data tahunan dari 1989 sampai dengan 2009 yang diperoleh dari Statistik Industri Besar dan Sedang terbitan BPS Pusat dan Daerah. PDRB industri ini dalam bentuk Milyar rupiah 2. Variabel Independen Variabel independen ialah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari variabel terikat (Lukman, 2007: 5). a. Penanaman Modal Asing Data PMA adalah data relisasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang disetujui pemerintah daerah menurut sektor ekonomi, dengan periode tahunan selama kurun waktu 1989 sampai dengan

72 Data tersebut diperoleh dari Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah berbagai edisi, dan Kabupaten Bekasi Dalam Angka serta Indikator Ekonomi berbagai edisi terbitan BPS. PMA dalam bentuk Miliar Rupiah. b. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Data PMDN adalah data relisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang disetujui pemerintah menurut sektor ekonomi, dengan periode tahunan selama kurun waktu 1989 sampai dengan Data tersebut diperoleh dari Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah berbagai edisi, dan Kabupaten Bekasi Dalam Angka serta Indikator Ekonomi berbagai edisi terbitan BPS. PMDN dalam bentuk Miliar Rupiah. c. Tenaga Kerja Data Tenaga Kerja yang digunakan adalah data tenga kerja yang terserap pada sektor industri. Data tersebut diperoleh dari publikasi Statistik Penduduk dan Bekasi Dalam Angka terbitan BPS Pusat dan Daerah. TK ini dalam bentuk Ribu orang. 55

73 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif 1. Perkembangan Perekonomian Kabupaten Bekasi Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah atau daerah dalam suatu periode tertentu adalah melalui PDRB. Pada dasarnya PDRB merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit ekonomi. Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga, yaitu PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB atas Dasar Harga Konstan. PDRB atas Dasar Harga Berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung atas dasar harga berlaku setiap tahun, sedangkan PDRB atas Dasar Harga Konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar Berdasarkan gambar 4.1 PDRB Kabupaten Bekasi tahun 2009 atas dasar harga berlaku adalah sebesar ,82 juta rupiah.sedangkan atas dasar harga konstan sebesar ,78 juta rupiah. PDRB mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2008 dimana PDRB atas dasar harga berlaku sebesar ,62 dan PDRB atas harga konstannya sebesar ,45 juta rupiah dari tahun sebelumnya. 56

74 Gambar 4.1 PDRB Kabupaten Bekasi Berdasarkan atas Harga Berlaku dan Konstan Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi Jumlah Perthitungan PDRB atas harga konstan berdasarkan tahun 2000, sedangkan perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku disesuaikan dengan setiap tahunnya. Selama tahun 2009 perekonomian Kabupaten Bekasi mengalami perlambatan sebagai dampak dari krisis keuangan global yang terjadi sejak tahun Perlambatan perekonomian Kabupaten Bekasi ini terlihat apabila dibandingkan dengan tahun 2007 dimana laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,44 persen, dan pada tahun 2009 mencapai 5,94 persen jauh lebih baik bila dibandingkan dengan tahun 2008 dimana LPE nya sebesar 4,13 persen. Pada gambar 4.2 memperlihatkan bahwa perlambatan perekonomian Kabupaten Bekasi ini disebabkan oleh dampak krisis keuangan global. Sebagai penyangga ibukota, perekonomian Kabupaten Bekasi akan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional Krisis keuangan global yang terasa dampaknya sejak tahun 2008 memang sedikit banyak mempengaruhi perekonomian Kabupaten Bekasi 57

75 di tahun Tetapi pada saat yang sama juga pemerintah Kabupaten Bekasi berusaha untuk melakukan perbaikan ekonomi. Dalam upaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, skala prioritas pembangunan daerah Repelita VI yang ditetapkan bahwa pembangunan sektor industri sebagai prioritas yang utama, dan tetap menjalankan sektor-sektor lainnya secara berimbang hal ini disesuaikan dengan titik berat pembangunan daerah bidang ekonomi sesuai dengan prioritas sektor industri. Gambar 4.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bekasi Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi 2. PDRB Sub Sektor Industri Pengolahan Sektor ekonomi adalah kesatuan dari unit-unit produksi yang dihasilkan oleh suatu wilayah tertentu. Sektor-sektor ekonomi yang berkontribusi terhadap PDRB di Kabupaten Bekasi, antara lain: (1) sektor pertanian, (2) sektor pertambangan, (3) sektor industri pengolahan, (4) sektor listrik, gas dan air, (5) sektor bangunan, (6) sektor perdagangan, (7) sektor pengangkutan dan komunikasi, (8) sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan (9) 58

76 sektor jasa. Tetapi dalam penelitian ini akan lebih memfokuskan untuk meneliti sub sektor industri pengolahan. Industri pengolahan adalah suatu proses atau kegiatan ekonomi yang merupakan bagian dari cabang industri yang menggunakan sejumlah peralatan dan manajemen yang teratur dimana didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mentransformasi atau mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa distribusi persentase PDRB menurut sektor yang menunjukkan kontribusi masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB total Kabupaten Bekasi. Pada beberapa tahun terkahir, sektor industri khususnya industri pengolahan memegang peranan paling penting dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten Bekasi. Sub Sektor industri pengolahan ini adalah sektor yang paling dominan dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Bekasi dibandingkan dengan sub sektor lainnya. Persentase perbandingan antar sub sektor PDRB tersebut dapat kita lihat bahwa pada beberapa tahun terakhir sektor industri pengolahan menyumbang rata-rata tiap tahun sekitar 80 persen dari total PDRB Kabupaten Bekasi. Posisi kedua disumbang oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi rata-rata tiap tahun sekitar 9 persen dari total PDRB. Ketiga ditempati oleh sektor jasa-jasa yang berkontribusi sekitar 2 persen dari total PDRB dan disusul oleh sector 59

77 pertanian yang menyumbang rata-rata tiap tahun sekitar 1,5 persen, dan sektor-sektor lainnya menyumbang sisanya sekitar 1 persen. Tabel 4.1 Persentase dan Konstribusi PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Kabupaten Bekasi PDRB Atas Harga Konstan 2000 N Lapangan 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) o Usaha 1 Pertanian ,96 859,058,7 1, ,09,98 0 2,29 2 Pertambangan , ,3 1, , 1,64, Industri , , ,16 Pengolahan 103,02 0, ,78 4 Listrik,Gas, , ,6 1, ,56 Air Bersih ,65 5 Konstruksi , , 1,05, Perdagangan, Hotel, dan , , 8, ,32 Restoran 92, ,26 7 Pengangkutan Komunikasi , ,4 1, , 1,49, Keuangan, persewaan, , ,2 1, , 1.05 dan Jasa, Perusahaan 9 Jasa-Jasa , ,6 1, ,30 23,53 6 3,07 PDRB dengan Migas 291,05 4, PDRB tanpa Migas 994,41 1,05 13,34 Sumber: Badan Pusat Statistik BPS. Kabupaten Bekasi 60

78 Perkembangan sub sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi selama periode penelitian tahun dapat dilihat pada tabel berikut: Gambar 4.3 Perkembangan Sub Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Bekasi Tahun (Milyar Rupiah) PDRB Industri Pengolahan Sumber: Statistik Industri Besar dan sedang, BPS Kabupaten Bekasi Pada gambar 4.3 terlihat bahwa nilai PDRB sub sektor industri pengolahan secara umum terus mengalami pertumbuhan yang positif. Perkembangan industri pengolahan dari tahun menunjukan kenaikan yang cukup signifikan, kontribusinya sebesar pada tahun 1989 dan terus meningkat pesat menjadi pada tahun Hal ini sebagai akibat dari usaha pemerintah daerah yang terus berusaha menciptakan keadaan perekonomian regional yang stabil dan kondusif. Pada tahun 1998 pertumbuhan sektor industri ini terkoreksi turun tajam hingga mencapai nilai hal ini diakibatkan karena dampak terjadinya krisis ekonomi nasional yang sangat mempengaruhi 61

79 perekonomian regional Kabupaten Bekasi. Pasca dampak krisis ekonomi sektor industri ini perlahan mulai membaik hal ini terbukti dari PDRB yang menunjukan arah yang meningkat sampai tahun 2004, namun pada tahun 2005 sempat kembali menurun sebagai akibat dari kenaikan harga BBM yang banyak mempengaruhi kegiatan produksi sektor industri pengolahan tersebut. Pada tahun 2008 pertumbuhannya terkoreksi kembali hingga mencapai atau lebih kecil nilainya dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai nilai atau pertumbuhan tersebut mengalami penurunan -2,75 persen hal ini diakibatkan pengaruh krisis keuangan global yang mempengaruhi pera investor mengurangi modal berinvestasinya di Kabupaten Bekasi. Pada tahun 2009 perekonomian sektor industri Kabupaten Bekasi memang meningkat menjadi juta rupiah atau mengalami pertumbuhan 5,75 persen, hal tersebut terjadi karena adanya usaha recovery dari pemerintah Kabupaten dalam menjaga kestabilan ekonomi dengan cara mengendalikan inflasi dan menjaga pasokan bahan bakar untuk industri. Namun hal itu tidak terlepas dari perlambatan pertumbuhan perekonomian sebagai dampak dari krisis keuangan global yang terjadi sejak tahun Meskipun demikian,output sector industri yang meningkat terjadi karena produktivitas dari input yang digunakan tinggi. Jadi, meskipun input yang digunakan sedikit, output yang dihasilkan dapat tetap tinggi. Secara sektoral, krisis keuangan global dirasakan oleh masing-masing sektor melalui tranmisi yang berbeda-beda. Berikut adalah pengaruh krisis keuangan global terhadap penciptaan nilai tambah dimasing-masing sektor. 62

80 a. Sektor Pertanian Dampak krisis keuangan global terhadap perkembangan usaha dirasakan melalui transmisi jalur jalur perdagangan domestic dengan didasari atas adanya indikasi serapan permintaan domestic yang menurun. b. Sektor Industri Pengolahan Krisis keuangan global dirasakan melalui tranmisi nilai tukar dan perdagangan internasional. Pelemahan nilai tukar rupiah mengakibatkan bahan baku impor menjadi lebih mahal. c. Sektor perdagangan, hotel, restoran, angkutan, komunikasi dan jasa merasakan krisis global melalui tranmisi aspek pembiayaan. Pada tahun 2009 terdapat 842 industri besar dan sedang yang ada di Kabupaten Bekasi, jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan den gan tahun 2008 yang berjumlah sekitar 752 atau mengalami peningkatan sebanyak 8,07 persen. Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa diantara berbagai industri pengolahan yang ada, kelompok industri yang paling besar kontribusinya disumbang oleh industri barang-barang dari logam dan mesin yang menyumbang sekitar ,44 juta rupiah. Hal tersebut dikarenakan di Kabupaten Bekasi banyak terdapat Kawasan Industri seperti Kawan Industri Jababeka, MM 2100, Industri Cikarang, Gobel, dan Delta Mas yang mana industri tersebut memproduksi industri berat seperti produksi logam,bahan-bahan otomotif dan mesin-mesin pabrik. Penyumbang industri kedua disumbang oleh industri 63

81 Kimia, bahan karet, dan barang dari plastic yang berkontribusi sebesar ,09 juta rupiah disusul industri tekstil, pakaian jadi dan kulit sebesar ,35 juta rupiah dan lain sisanya disumbang oleh sector industri pengolahan lainnya yang berkontribusi sebesar ,97 juta rupiah. Tabel 4.2 Banyaknya Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut Kelompok Industri Pengolahan Kode Kelompok Industri Jumlah Industri 31 Makanan,Minuman, dan Tembakau 32 Tekstil, Pakaian jadi, dan Kulit 33 Kayu dan Barangbarang dari kayu 34 Kertas dan Percetakan /Penerbitan 35 Kimia, Bahan Kimia, Karet, dan Plastik 36 Barang-barang galian bukan logam PDRB Industri (milyar rupiah) , , , , , ,23 37 Logam Dasar ,25 38 Barang-barang dari ,44 logam, Mesin 39 Industri Pengolahan ,97 Lainnya Jumlah ,78 Sumber : BPS Kabupaten Bekasi 64

82 3. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Investasi dalam negeri biasa di kenal dengan istilah Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) adalah bentuk upaya menambah modal untuk pembangunan melalui investor dalam negri. Modal dari dalam negri ini bisa didapat baik itu dari pihak swasta ataupun dari pemerintah. Peningkatan investasi di daerah dalam memacu pertumbuhan PMDN, sangat penting untuk di tingkatkan. Sebab PMDN merupakan bentuk arus modal yang berasal dari dalam negeri sehingga dengan meningkatnya PMDN di harapkan investor-investor dalam negeri dapat bersaing dengan investor asing dalam memajukan perekonomian. Pada gambar 4.4 terlihat bahwa realisasi PMDN terus mengalami tingkat pertumbuhan yang positif dan meningkat pesat dari tahun , hal ini didudukung oleh keadaan ekonomi yang yang relatif stabil membaik. Perkembangan investasi yang positif tidak terlepas dari peranan pemerintah yang terus mendukung perkembangan investasi di Kabupaten Bekasi. Kebijakan pemerintah Kabupaten antara lain dengan mempermudah proses peminjaman kredit investasi perbankan kepada pihak swasta untuk modal berinvestasi, sehingga kebijakan tersebut ikut mendorong meningkatnya investasi di Kabupaten Bekasi. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena dari tahun terjadi kelesuan ekonomi sebagai akibat dampak krisis moneter nasional yang sangat mengganggu 65

83 kinerja perekonomian daerah dan kinerja perbankan sehingga berdampak pada investor domestik. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pertama, dunia usaha dihadapkan pada beban yang cukup berat untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku yang tinggi karena tingginya tingkat inflasi, kedua tingginya suku bunga kredit yang menghambat penyaluran kredit perbankan sehngga para investor kesulitan untuk memperoleh sumber pendanaan, dan ketiga situasi soail politik dan keamanan yang tidak stabil telah meningkatkan resiko dalam melakukan investasi. Pemerintah daerah terus berupaya untuk memperbaiki perekonomiannya, hal tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan investasi mulai terapresiasi kembali setelah usaha recovery sejak tahun perkembangan investasi sempat terkoreksi menurun pada tahun 2008 akibat krisis keuangan global, dan kembali meningkat pada tahun Gambar 4.4 Perkembangan Realisasi Investasi PMDN Kabupaten Bekasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sumber: BPPMD, Kabupaten Bekasi 66

84 4. Penanaman Modal Asing (PMA) Investasi asing atau biasa disebut Penanam Modal Asing (PMA) adalah satu upaya untuk meningkatkan jumlah modal untuk pembangunan ekonomi yang bersumber dari luar negri. Penanaman modal asing (PMA) memiliki peran mikro maupun makro dalam suatu perekonomian. Secara makro, PMA berperan penting dalam upaya meningkatkan kegiatan investasi nasional dan pertumbuhan ekonomi. Secara mikro, PMA berpengaruh terhadap ketenagakerjaan, penguasaan dan pendalaman teknologi, dan terhadap pengembangan keterkaitan antar industri di dalam negeri (domestic linkages) termasuk akses industri dalam negeri terhadap jaringan produksi, perdagangan, dan investasi regional/global. Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang membutuhkan peranan penting dari penanaman modal asing, baik yang berbentuk pinjaman, bantuan, dan investasi. Hal ini disebabkan karena sumber dana yang tersedia sangat terbatas, sehingga peranan asing diperlukan. Selain untuk meningkatan sumber dana, kegiatan investasi asing juga akan membawa pengaruh positif di berbagai sektor, khususnya sektor industri. Selain itu akan mendorong kegiatan ekspor, menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan akan mendorong pada peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah Pada gambar 4.5 terlihat bahwa, dari tahun 1989 sampai dengan tahun 1993 investasi PMA relatif masih kecil realisasinya bila 67

85 dibandingkan dengan PMDN, investasi PMDN lebih mendominasi kegiatan investasi di Kabupaten Bekasi. Dari tahun realisasi PMA naik seiring dengan peningkatan PMDN. Hal ini karena didudukung oleh keadaan ekonomi yang yang relatif stabil membaik. Perkembangan investasi yang positif tidak terlepas dari peranan pemerintah yang terus mendukung perkembangan investasi di daerah. Keadaan ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah yang diminati oleh pihak investor asing karena daerah Bekasi mempunyai potensi wilayah yang cukup potensial untuk dijadikan tempat industri karena letaknya yang berbatasan dengan ibukota. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 1998, PMA mengalami penurunan menjadi Hal ini sebagai dampak dari krisis ekonomi yang melanda perekonomian nasional yang berdampak terhadap perekonomian daerah yang menyebabkan pihak investor mengurangi investasinya untuk menghindari kerugian akibat ketidakpastian perekonomian. Berikutnya sejak tahun PMA mengalami mengalami kenaikan yang cukup positif meskipun menunjukan perkembangan yang berfluktuatif. Karena secara keseluruhan realisasi PMA di Kabupaten bekasi ini tiap tahunnya terus mengalami perkembangan, terkecuali pada tahun 2008 yang terkoreksi akibat krisis keuangan global, yang nilainya sebesar menurun dibandingkan tahun 2007 yang mencapai Pada tahun 2009, karena pemerintah Kabupaten menyadari pentingnya kestabilan dan pemulihan ekonomi maka Pemerintah menerapkan berbagai kebijakan 68

86 salah satunya insentif berupa kemudahan proses perijzinan investasi yang dipermudah lewat pelayanan usaha terpadu satu pintu. Sehingga investasi asing di tahun 2009 kembali naik sebesar hal ini juga ditandai dengan meningkatnya ekspor dan impor bahan baku dan barang modal pada tahun tersebut sehingga kelesuan ekonomi tidak berdampak panjang bagi perekonomian Bekasi Gambar 4.5 Perkembangan Realisasi Investasi PMA Kabupaten Bekasi Sumber: BPPMD Kabupaten Bekasi 5. Tenaga Kerja (TK) Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu proses industri. Tenaga kerja juga merupakan input dalam suatu proses produksi barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Tenaga kerja merupakan bagian penting dari penduduk dimana pertumbuhan tenaga kerja sejalan dengan pertumbuhan penduduk. 69

87 Gambar 4.6 Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Pada Sub Sektor Industri Pengolahan di Kab.Bekasi S Tenaga Kerja (TK) S Sumber: BPS Kabupaten Bekasi Dari gambar 4.6 diatas merupakan data tenaga kerja yang terserap pada sub sektor industri pengolahan. Jumlah tenaga kerja yang terserap sudah mencakup secara keseluruhan dari masing-masing industry pengolahan yang ada di Kabupaten Bekasi. Tampak terlihat bahwa penyerapan tenaga kerja periode 1989 sampai dengan 1998 penyerapan tenaga kerja masih relatif sedikit tenaga yang terserap sekitar tenaga kerja. Tetapi setelah keadaan perekonomian pasca krisis dan kestabilan perekonomian terjaga jumlah tenaga kerja terjadi peningkatan, meskipun terjadi fluktuatif tetapi secara keseluruhan penyerapan tenaga kerja yang terjadi terus mengalami peningkatan yang positif searah dengan kenaikan jumlah penduduk di kabupaten bekasi. 70

88 Gambar 4.7 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Bekasi Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Bekasi, berbagai edisi Menurut data BPS Kabupaten Bekasi, pada tahun 2009 penduduk Kabupaten Bekasi mencapai jiwa, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dari tahun 2005 hingga 2009, Kabupaten Bekasi terus mengalami pertambahan jumlah penduduk, dari jiwa pada tahun 2005, jiwa pada tahun 2006, jiwa pada tahun 2007, jiwa pada tahun 2008, hingga mencapai jiwa pada tahun Banyak tenaga kerja industri yang datang dari luar Kabupaten Bekasi hal ini dikarenakan perkembangan jumlah sektor industri yang pesat sehingga menjadi pemicu terjadinya pertambahan penduduk di Kabupaten Bekasi dari tahun ke tahun, banyaknya migran dari luar daerah karena dalam sektor industri tersebut memerlukan tenaga kerja yang professional dan berkualitas sehingga banyak mendatangkan tenaga ahli dari luar daerah. Tidak hanya penduduk asli daerah saja, melainkan 71

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belajar dari pembangunan negara maju, muncul keyakinan banyaknegara berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi dinegara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk

KATA PENGANTAR. ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE

ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE ANALISIS PENGARUH INFLASI, EKSPOR, INVESTASI ASING LANGSUNG (FDI), DAN PENGANGGURAN TERHADAP PDB INDONESIA PERIODE 1981-2011 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang disetiap periode. Dalam setiap periode upaya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO USULAN PENELITIAN

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO USULAN PENELITIAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO USULAN PENELITIAN Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam

I. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam proses globalnya membutuhkan sarana dan prasarana guna menunjang proses pembangunan yang seutuhnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah proses merubah struktur ekonomi yang belum berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT 5.1. Peran Infrastruktur dalam Perekonomian Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kunci dalam setiap pembicaraan tentang pertumbuhan ekonomi. Menurut penggunaannya investasi diartikan sebagai pembentukan modal

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN TANGERANG PADA TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN TANGERANG PADA TAHUN Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi... ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN TANGERANG PADA TAHUN 2009 2015 STIE Insan Pembangunan e-mail :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (pembelian barang-barang modal) meliputi penambahan stok modal atau barang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Teori Investasi Asing Menurut Samuelson dan Nordhaus (1996:89), menyatakan bahwa investasi (pembelian barang-barang modal)

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO

BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO 3.1. Perkiraan Kondisi Ekonomi Tahun 2006 Stabilitas perekonomian merupakan syarat untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam hal ini pemerintah sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN JASMAN SARIPUDDIN HASIBUAN Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : jasmansyaripuddin@yahoo.co.id ABSTRAK Sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN Oleh: Lastri Apriani Nurjannah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN Oleh: Lastri Apriani Nurjannah ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA BARAT TAHUN 2001 2015 Oleh: Lastri Apriani Nurjannah 133401016 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi (Jl.

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki 419 pulau. Total luas Propinsi Sumatera Utara sebesar 72.981,23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci