Pendidikan Indonesia (UPI), Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung 40154, Indonesia ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendidikan Indonesia (UPI), Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung 40154, Indonesia ABSTRAK"

Transkripsi

1 PERHITUNGAN ARUS TEROBOSAN PADA TRANSISTOR DWIKUTUB BERBASIS Si -x Ge x ANISOTROPIK PADA MODE OPERASI AKTIF-MAJU DAN AKTIF-MUNDUR MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER Indra Irawan *, Lilik Hasanah 2,Endi Suhendi 3,2,3Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung 4054, Indonesia ibulibulibul@gmail.com, ABSTRAK Perhitungan transmitansi dan arus terobosan pada transistor dwikutub berbasis Si - xge x anisotropik dengan nilai konsentrasi germanium x = 0.5 pada mode operasi aktif maju dan aktif mundur telah dilakukan. Dalam perhitungannya dibutuhkan nilai massa efektif elektron dari Si -x Ge x. Karena massa efektif elektron ini dipengaruhi gaya dan percepatan maka nilainya dapat berbeda meskipun pada material yang sama sehingga digunakan dua nilai massa efektif elektron yang berbeda yaitu M dan M2. Nilai transmitansi pada mode operasi aktif maju dihitung menggunakan metode matriks transfer (MMT) untuk kecepatan elektron berbeda yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan perhitungan menggunakan metode analitik. MMT adalah metode semi numerik dengan cara membagi daerah solusi menjadi sejumlah n bagian untuk memecahkan persamaan Schrodinger dimana energi potensial pada setiap bagian dianggap konstan. Hasil yang diperoleh untuk metode analitik dan MMT adalah sama dimana pada massa efektif M nilai transmitansi dan arus terobosan semakin mengecil dengan bertambahnya kecepatan elektron sedangkan pada massa efektif M2 nilai transmitansi dan arus terobosan semakin membesar dengan bertambahnya kecepatan elektron. Nilai transmitansi dan arus terobosan pada mode aktif mundur dihitung menggunakan metode matriks transfer pada kecepatan elektron 0 m/s dan 8.25 x 0 5 m/s. Baik pada mode aktif maju atau aktif mundur besar nilai transmitansi dan arus terobosan untuk massa efektif M lebih kecil daripada nilai transmitansi dan arus terobosan untuk massa efektif M2. Kata kunci : arus terobosan, mode aktif maju, mode aktif mundur, massa efektif elektron, MMT, transmitansi. * Penulis i

2 Indra Irawan, dkk, Perhitungan Arus Terobosan Pada Transistor Dwikutub ABSTRACT CALCULATION OF TUNNELING CURRENT IN BIPOLAR TRANSISTOR BASED ANISOTROPICAL Si -x Ge x IN FORWARD ACTIVE MODES AND REVERSE ACTIVE MODES USING TRANSFER MATRIX METHOD. Calculation of tunneling current in bipolar transistor based anisotropical Si -x Ge x in forward active and reverse active modes with germanium concentration x = 0.5 has been done. To calculate, effective mass of electrons value for Si -x Ge x is needed. This effective mass of electon is influenced by force and acceleration therefore the value can be different though the same materials so that s why two differ effective mass of electrons value M and M2 are used. A transmittance in forward active modes are calculated using Transfer Matrix Method (TMM) for electrons velocity which vary and then compared with analytical method. TMM is a semi numerical method which divide a solution area to n section to solve the Schrodinger equation where the energy in each section are reputed constantly. The results from analytical and TMM are same where a transmittance and tunneling current for M are decreased with the increase of electrons velocity whereas for M2 the transmittance and tunneling current are increased with the decrease of electron velocity. The calculation of transmittance and tunneling current in reverce active mode are using TMM for electrons velocity 0 m/s and 8.25 x 0 5 m/s. The transmittance and tunneling current for both of forward active mode and reverse active mode using M are larger than using M2. Keywords : tunneling current, forward active modes, reverse active modes, transmittance, effective mass of electron, TMM. PENDAHULUAN Perkembangan peralatan elektronik tidak dapat dilepaskan dari perkembangan komponen-komponen yang menyusunnya seperti salah satunya adalah transistor. Transitor adalah suatu komponen elektronik aktif yang salah satu fungsinya adalah untuk merubah suatu isyarat lemah pada masukan menjadi suatu isyarat kuat pada keluaran di dalam suatu rangkaian[7]. Transistor dioperasikan dalam beberapa mode operasi yaitu mode operasi aktif-maju, cut off, saturasi, dan aktif mundur[9]. Untuk meningkatkan kinerja suatu transistor maka dilakukan penelitian dengan cara mencari material penyusunnya karena ukuran transistor tidak dapat terus diperkecil. Salah satu material yang sering diteliti sebagai bahan penyusun transistor adalah Si x Ge -x karena memiliki kemampuan untuk mengatur celah pita dan regangan (strain) pada lapisan silikon yang kemudian diharapkan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan silikon tetapi tetap mempertahankan proses fabrikasi yang maju dan murah [2]. Topik penelitian yang menjadi perhatian dalam usaha untuk meningkatkan kinerja transistor melalui material penyusunnya adalah dengan mengetahui gambaran umum karakteristik material tersebut melalui nilai transmitansi elektronnya. Transmitansi elektron adalah peluang dari sebuah elektron untuk menerobos sebuah penghalang potensial yang dikenal sebagai efek terobosan(tunneling effect). Elektron yang berhasil menerobos ini kemudian menghasilkan arus yang dikenal sebagai arus terobosan (tunneling current) dimana menurut mekanika klasik hal ini tidak ii

3 mungkin terjadi jika energi elektron lebih kecil daripada tinggi potensialnya. Tetapi menurut mekanika kuantum elektron yang berenergi lebih kecil dari potensial memiliki peluang untuk menerobosnya[2]. Penelitian secara teoritik melalui simulasi untuk mencari nilai transmitansi elektron telah banyak dilakukan karena selain biayanya lebih murah dapat juga diprediksi hasil yang akan didapatkan nanti pada eksperimen. Salah satu penelitian berbentuk simulasi yang telah dilakukan adalah model perhitungan transmitansi elektron untuk mendapatkan nilai rapat arus terobosan dari transistor dwikutub sambungan hetero berbasis Si - xge x anisotropik[4]. Pada penelitiannya dimodelkan pengaruh kecepatan elektron terhadap arus terobosan pada transistor dwikutub sambungan hetero Si/Si -x Ge x /Si anisotropik secara analitik pada mode aktif-maju. Dalam melakukan perhitungan transmitansi dibutuhkan nilai massa efektif elektron pada material penyusunnya dimana massa efektif elektron adalah massa elektron ketika berada dalam sebuah material di pita energinya yang mengalami gaya atau percepatan[]. Karena massa elektron ini dipengaruhi oleh gaya atau percepatan maka nilai massa efektif elektron ini dapat berbeda meskipun pada material yang sama. Oleh karena itu dalam penelitian penulis ini akan dilakukan perhitungan rapat arus terobosan pada transistor dwikutub berbasis Si -x Ge x anisotropik menggunakan metode matriks transfer (MMT) pada mode aktif-maju dan mode aktif-mundur untuk dua nilai massa efektif yang berbeda. MMT ini dipilih karena dalam pengerjaannya lebih sederhana dan mudah bagi pemula, kemudian metode ini lebih mudah diimplementasikan pada hampir semua jenis software bahasa pemrograman[]. MMT adalah metode semi numerik yang membagi daerah solusi sembarang menjadi sejumlah n bagian dan telah dibuktikan bahwa metode ini lebih akurat dibandingkan metode beda hingga konvensional[5]. Mode operasi aktif-mundur ini sangat jarang diperhatikan karena analisis karakteristik dari transistor dwikutub sambungan hetero Si x Ge -x lebih banyak terfokus pada karakteristik untuk mode aktif-maju. Akan tetapi, dalam beberapa kasus baik disengaja atau tidak peralatan elektronik dalam sirkuit nyata dioperasikan pada mode aktif-mundur [4]. Pada mode aktif-mundur, sambungan basis-emitor diberikan tegangan panjar mundur dan sambungan basis-kolektor diberikan tegangan panjar maju. Dalam moda operasi ini fungsi dari emitor dan kolektor ditukar. Karena konsentrasi dadah kolektor lebih rendah daripada konsentrasi dadah emitor dan juga lebar area basis-kolektor lebih besar dari pada daerah basis-emitor sehingga hanya sedikit elektron dari kolektor mampu mencapai emitor. Hal ini menyebabkan nilai penguatan arus lebih kecil dan efisiensi emitor lebih kecil dari transistor pada moda operasi aktif-maju [9]. TEORI Transistor sambungan dwikutub terdiri dari semikonduktor ekstrinsik tipe p dan tipe n yang dibentuk menjadi dua dioda hubungan p-n yang kemudian disambungkan saling membelakangi dan masing-masing bagian mempunyai kawat terminal. Transistor ini dibagi menjadi dua macam tergantung dari posisi hubungan p- n yaitu n-p-n dan p-n-p[7]. Transistor sambunan dwikutub hetero Si/Si -x Ge x /Si anisotropik mendapatkan banyak perhatian dan menunjukkan potensial yang tinggi untuk microwave dan aplikasi digital berkecepatan tinggi karena memungkinkan untuk mendapatkan kinerja berkecepatan tinggi, penguatan tinggi dan kesesuaian teknologi relatif dengan teknologi silikon yang telah ada [4]. iii

4 Indra Irawan, dkk, Perhitungan Arus Terobosan Pada Transistor Dwikutub E FE z Ez E ev BE V(z) 2 ɸ 3 B n- 0 d d 2 n C -ev BC Gambar. Bentuk potensial transistor dwikutub sambungan hetero Si/Si -x Ge x /Si anisotropik jenis n-p-n mode aktif-maju yang dibagi N bagian[5]. Untuk menghitung nilai transmitansi dan arus terobosan dicari terlebih dahulu nilai koefisien transmisinya. Untuk mendapatkan koefisien transmisinya, persamaan Schrodinger pada setiap bagian pada gambar diselesaikan menggunakan fungsi eksponensial yang kemudian disusun menjadi sekumpulan matriks yang pada setiap titik antarmuka bagian berisi syarat batas[5]. Persamaan Schrödinger dalam material anisotropik adalah [5]. () Hamiltonian adalah (2) dimana : = Vektor momentum = Massa elektron bebas = Tensor inversi massa efektif = Energi potensial = Energi total, dan = Fungsi gelombang. Dengan fungsi gelombangnya adalah: dimana : (3) (4) E FC adalah elemen tensor. Persamaan Schrodinger untuk daerah I dan III adalah : dengan energinya adalah : dimana (5) (6) (7) Untuk persamaan Schrodinger pada daerah II, nilai potensial efektif pada basis atau daerah II dipengaruhi oleh adanya coupling antara komponen transversal dan longitudinal dari gerakan elektron pada struktur hetero anisotropik[5]. (8) Dimana sama dengan yaitu energi kinetik elektron pada daerah I dengan kecepatan fase elektron maka persamaan (8) menjadi (9) METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semi numerik. Koefisen transmisi didapatkan dengan menyelesaikan persamaan Schrodinger menggunakan MMT karena metode ini telah dibuktikan lebih akurat dibandingkan dengan metode beda hingga konvensional[5]. Perhitungannya dibantu menggunakan perangkat lunak bahasa pemrograman Mathematica 7.0. Perangkat lunak ini dipilih karena mudah digunakan iv

5 untuk yang pengetahuan bahasa pemrogramannya masih sedikit. Perhitungan rapat arus terobosan didapatkan dengan menggunakan metode Gauss Legendre Quadrature dengan bantuan perangkat lunak bahasa pemrograman Mathematica 7.0. Perhitungan Transmitansi Elektron C B V(z) E n- n (2) Sedangkan bilangan gelombang untuk daerah II potensial menurun pada adalah e E FC ev BC -ev BE (3) Kemudian bilangan gelombang untuk daerah II pada adalah sebagai berikut 0 d d 2 Gambar 2. Bentuk potensial transistor dwikutub sambungan hetero Si/Si -x Ge x /Si anisotropik jenis n-p-n mode aktif-mundur yang dibagi N bagian untuk perhitungan matriks transfer. Persamaan matematika untuk profil potensial transistor dwikutub mode aktifmundur pada gambar 3. diatas adalah Bilangan gelombang pada Bilangan gelombang potensial pada dengan : (0) untuk daerah I () untuk daerah II dinyatakan E FE dimana. (4) Setelah mendapatkan solusi persamaan Schrodinger bebas waktu maka selanjutnya solusi persamaan tersebut diselesaikan menggunakan persamaan kontinuitas dengan menerapkan syarat batas sejumlah jika daerah solusinya dibagi menjadi bagian karena berarti jumlah titik antarmuknya ada buah. Hasilnya kemudian didapatkan dalam bentuk matriks total dimana sehingga didapatkan (5) (6) Dimana hasil perkalian yaitu v

6 Indra Irawan, dkk, Perhitungan Arus Terobosan Pada Transistor Dwikutub adalah. Maka nilai koefisien transmisi Setelah disubstitusikan maka persamaan (20) menjadi Dari persamaan Nilai transmitansi elektron adalah (7) (8) (9) dengan adalah konjuget dari koefisien transmisi. Perhitungan Rapat Arus Terobosan Nilai rapat arus terobosan didapatkan dengan mentransformasikan terlebih dahulu persamaan rapat arus terobosan menjadi bentuk integrasi metode Gauss Legendre Quadrature yaitu dari bentuk integral menjadi bentuk dimana adalah absisan dan adalah faktor pengali[3]. Nilai rapat arus terobosan untuk mode aktif-mundur adalah (20) adalah nilai transmitansi elektron pada energi longitudinal dan adalah energi transversal. Kemudian adalah fungsi distribusi Fermi pada kontak emitor dan adalah fungsi distribusi Fermi pada kontak kolektor yang masing-masing adalah dimana (2a) (2b) (22) (23) adalah energi Fermi pada kontak emitor sedangkan energi Fermi pada kontak kolektor. Dengan menerapkan menggunakan transformasi integral untuk mengubah batas integral maka didapatkan menjadi dimana dengan memisalkan terlebih dahulu kemudian dimisalkan maka atau (24) (25a) (25b) (26) (27a) (27b) dan nilai dan didapat dengan mengetikkan perintah atau kode GaussianQuadratureWeights[24,-,] pada lembar kerja perangkat lunak Mathematica. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan rapat arus terobosan yang didapatkan dari perhitungan transmitansi elektron pada struktur transistor dwikutub sambungan hetero Si/Si -x Ge x /Si anisotropik untuk orientasi Si (0) dengan konsentrasi germanium pada basis sebesar vi

7 x = 0.5 untuk mode operasi aktif-maju dan aktif-mundur dengan menggunakan MMT. Dalam perhitungan rapat arus terobosan dan transmitansi elektron digunakan nilai massa efektif elektron untuk silikon dan germanium yang berbeda. Untuk yang pertama adalah massa efektif M dimana nilai massa efektif elektron longitudinal dan transversal dari silikon yaitu dan, sedangkan untuk germanium massa efektif elektron transversal dan longitudinalnya adalah dan [4]. Kedua adalah massa efektif M2 dengan nilai massa efektif elektron longitudinal dan transversal dari silikon berturut-turut yaitu dan, sedangkan untuk germanium massa efektif elektron transversal dan longitudinalnya adalah dan [5]. Kedua massa efektif M dan M2 tersebut menghasilkan nilai elemen tensor untuk Si (0) dan Si 0.5 Ge 0.5 pada lembah berupa matriks 3 x 3 yang berbeda seperti ditunjukkan pada tabel. Ada pun langkah perhitungan elemen tensornya didapatkan sesuai dengan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya [4]. Tabel. Elemen tensor Si (0) dan Si 0.5 Ge 0.5 pada lembah Massa Efektif Daerah I (E) dan II (C) Si (0) Daerah II (B) Si 0.5 Ge 0.5 M M Hasil perhitungan transmitansi elektron pada transistor dwikutub berbasis Si 0.5 Ge 0.5 anisotropik npn mode aktif maju dengan ketebalan penghalang potensial 25 nm, V BE 0. V, V BC 0. V, tinggi penghalang 26 mv, massa efektif M dengan menggunakan MMT dan analitik ditunjukkan pada gambar 3. Perhitungan dilakukan untuk kecepatan elektron sebesar,, dan. Terlihat bahwa nilai transmitansi yang dihitung secara analitik dan mengunakan MMT adalah sama. Nilai transmitansi semakin membesar mendekati nilai satu ketika nilai energi datangnya semakin membesar. Ini dikarenakan semakin besar energi elektron yang datang maka peluang elektron untuk menerobos pengahalang potensial akan semakin besar. Nilai transmitansi pada selang energi 0 sampai di sekitar.6 ev dengan bertambahnya kecepatan elektron maka nilai semakin mengecil. Sedangkan pada energi di atas.6 ev nilai transmitansi pada kecepatan elektron,, dan berosilasi di sekitar nilai satu. Hal ini dikarenakan untuk M, nilai persamaan akan bernilai negatif, Transmitansi sehingga tinggi dari potensial penghalangnya akan semakin membesar dengan bertambahnya kecepatan elektron sesuai dengan persamaan menyebabkan peluang dari elektron untuk menerobos semakin kecil Analitik V = 0 x 0 5 m/s Analitik V = x 0 5 m/s Analitik V = 0 x 0 5 m/s MMT V = 0 x 0 5 m/s MMT V = x 0 5 m/s MMT V = 0 x 0 5 m/s Energi datang (ev) Gambar 3. Transmitansi elektron sebagai fungsi energi datang pada struktur transistor dwikutub berbasis Si 0.5 Ge 0.5 anisotropik npn mode aktif maju dengan ketebalan penghalang potensial 25 nm, V BE 0. V, V BC 0. V, tinggi penghalang 26 mv, massa efektif M. vii

8 Indra Irawan, dkk, Perhitungan Arus Terobosan Pada Transistor Dwikutub Hasil yang didapat berbeda untuk perhitungan menggunakan massa efektif M2 seperti yang diperlihatkan pada gambar transmitansi untuk massa efektif M2 lebih besar dibandingkan dengan nilai transmitansi elektron untuk M. Hal ini karena nilai elemen tensor untuk M lebih besar dibandingkan nilai elemen tensor untuk M2 dan nilai pada persamaan Transmitansi Analitik V = 0 x 0 5 m/s Analitik V = x 0 5 m/s Analitik V = 0 x 0 5 m/s MMT V = 0 x 0 5 m/s MMT V = x 0 5 m/s MMT V = 0 x 0 5 m/s Energi datang (ev) Gambar 4. Transmitansi elektron sebagai fungsi energi datang pada struktur transistor dwikutub berbasis Si 0.5 Ge 0.5 anisotropik npn mode aktif maju dengan ketebalan penghalang potensial 25 nm, V BE 0. V, V BC 0. V, tinggi penghalang 26 mv, massa efektif M2. Hasil yang diperoleh bahwa dengan kecepatan elektron yang semakin bertambah maka nilai transmitansi pada selang energi dari 0 sampai sekitar 0.24 ev akan semakin membesar sedangkan pada energi di atas 0.24 ev berosilasi di sekitar nilai satu. Hal ini dikarenakan untuk massa efektif M2, nilai akan bertanda positif sehingga semakin besar kecepatan elektron maka potensial penghalang pada persamaan akan semakin mengecil. Dengan semakin kecilnya potensial penghalang maka peluang elektron untuk menerobos semakin membesar sehingga nilai transmitansinya semakin membesar. Hasil perhitungan transmitansi elektron terhadap energi datang untuk kedua massa efektif pada kecepatan elektron menggunakan MMT diperlihatkan pada gambar 5. Nilai Transmitansi untuk M lebih negatif sehingga potensial penghalang untuk M lebih besar dibandingkan penghalang potensial untuk M2. Semakin tinggi potensial penghalangnya maka peluang elektron untu menerobos semakin kecil Energi datang (ev) Gambar 5. Transmitansi elektron sebagai fungsi energi datang menggunakan MMT pada kecepatan elektron 8.25 x 0 5 m/s untuk kedua massa efektif elektron M dan M2. Perhitungan rapat arus terobosan dilakukan untuk suhu, kecepatan elektron,, dan, lebar penghalang, tinggi potensial penghalang, dan pada sambungan basis kolektor diberikan panjar mundur sebesar. Hasil perhitungan rapat arus terobosan yang diplot sebagai fungsi dari V BE mengunakan massa efektif M ditunjukkan gambar 6. M M2 viii

9 0 5 0 Rapat Arus (A/cm 2 ) Analitik V = 0 x 0 5 m/s Analitik V = x 0 5 m/s Analitik V = 0 x 0 5 m/s MMT V = 0 x 0 5 m/s MMT V = x 0 5 m/s MMT V = 0 x 0 5 m/s Rapat Arus (A/cm 2 ) Analitik V = 0 x 0 5 m/s Analitik V = x 0 5 m/s Analitik V = 0 x 0 5 m/s MMT V = 0 x 0 5 m/s MMT V = x 0 5 m/s MMT V = 0 x 0 5 m/s VBE(Volt) Gambar 6. Rapat Arus terobosan terhadap V BE menggunakan MMT dan analitik untuk massa efektif M Hasilnya diperoleh bahwa pada kecepatan elektron nilai rapat arus terobosannya lebih besar dari nilai rapat arus terobosan pada kecepatan elektron dan lebih besar dari nilai rapat arus terobosan pada kecepatan elektron. Pada nilai V BE rendah terlihat jelas perbedaan nilai rapat arus terobosan pada setiap kecepatan elektron, sedangkan pada nilai V BE tinggi perbedaan nilai rapat arus terobosan pada setiap kecepatan semakin sedikit. Tetapi dapat dilihat bahwa nilai rapat arus terobosan semakin mengecil ketika nilai kecepatan elektronnya bertambah besar. Hal ini dikarenakan untuk M, semakin besar kecepatan elektronnya maka tinggi potensial penghalangnya akan membesar dikarenakan nilai pada persamaan bernilai negatif. Oleh karena itu, semakin tinggi potensial penghalangnya maka nilai transmitansi elektron akan mengecil artinya jumlah elektron yang berhasil menerobos akan semakin sedikit sehingga nilai rapat arus terobosannya akan semakin mengecil V BE(Volt) Gambar 7. Rapat Arus terobosan terhadap V BE menggunakan MMT dan analitik untuk massa efektif M2 Gambar 7 menunjukkan grafik hasil perhitungan rapat arus terobosan yang dilakukan menggunakan massa efektif elektron M2. Hasilnya didapatkan bahwa nilai rapat arus terobosan pada kecepatan elektron lebih kecil dibandingkan rapat arus terobosan pada kecepatan dan lebih kecil dibandingkan rapat arus terobosan pada kecepatan. Pada nilai V BE rendah, terlihat jelas bahwa nilai rapat arus terbososannya semakin membesar ketika kecepatan elektronnya bertambah besar sedangkan pada nilai V BE tinggi hal ini tidak terlihat terlalu jelas. Nilai untuk M2 pada persamaan bernilai positif sehingga tinggi potensial penghalangnya akan semakin mengecil ketika nilai kecepatan elektronnya semakin membesar. Semakin kecil tinggi potensial penghalangnya maka jumlah elektron yang berhasil menerobos semakin banyak dan nilai transmitansinya semakin membesar sehingga nilai rapat arus terobosannya semakin membesar. Grafik hasil perhitungan rapat arus terobosan terhadap V BE untuk massa efektif M dan M2 pada kecepatan elektron menggunakan ix

10 Indra Irawan, dkk, Perhitungan Arus Terobosan Pada Transistor Dwikutub Rapat Arus (A/cm 2 ) MMT ditunjukkan oleh gambar 8. Hasilnya diperoleh bahwa nilai rapat arus terobosan untuk M lebih kecil dibandingkan nilai rapat arus terobosan untuk M2. Karena nilai elemen tensor untuk M lebih besar dibandingkan nilai elemen tensor untuk M2 maka nilai untuk M lebih negatif sehingga tinggi potensial penghalang untuk M lebih besar dibandingkan tinggi potensial penghalang untuk M2. Hal ini menyebabkan nilai transmitansi untuk M lebih kecil dibandingkan transmitansi untuk M2. Selain itu, jumlah elektron yang berhasil menerobos untuk M lebih sedikit dibandingkan jumlah elektron yang berhasil menerobos untuk M2 sehingga nilai rapat arus terobosan untuk M lebih kecil dibandingkan nilai rapat arus terobosan untuk M V BE(Volt) 0-5 Gambar 8. Rapat Arus terobosan terhadap V BE pada kecepatan elektron 8.25 x 0 5 m/s untuk massa efektif M dan M2 menggunakan MMT. M M2 Rapat Arus (A/cm 2 ) penghalang, tinggi potensial penghalang, dan pada sambungan basis emitor diberikan panjar mundur V BE sebesar. Pada gambar 9 ditunjukkan grafik hasil perhitungan rapat arus terobosan pada kecepatan elektron dan untuk M. Hasilnya diperoleh bahwa nilai rapat arus pada kecepatan lebih besar dibandingkan nilai rapat arus pada kecepatan elektron. Hal ini dikarenakan tinggi potensial penghalang pada kecepatan lebih kecil dibandingkan dengan tinggi potensial penghalang pada kecepatan sesuai dengan persamaan dengan nilai dari adalah positif untuk M sehingga jumlah elektron yang berhasil menerobos pada kecepatan lebih banyak dibandingkan jumlah elektron yang berhasil menerobos pada kecepatan. V = 0 x 0 5 m/s V = 8.25 x 0 5 m/s V BC (Volt) Perhitungan rapat arus terobosan pada mode aktif-mundur dilakukan pada struktur transistor dwikutub berbasis Si - xge x anisotropik untuk orientasi Si (0) dan konsentrasi Germanium x = 0.5 yang perhitungan tranmitansinya menggunakan MMT. Perhitungan rapat arus terobosan dilakukan untuk suhu, kecepatan elektron,, lebar Gambar 9. Rapat arus terobosan terhadap V BC pada mode aktif-mundur untuk kecepatan elektron dan 8.25 x 0 5 m/s massa efektif elektron M. Kemudian untuk M2 yang diperlihatkan dalam bentuk grafik dalam gambar 0, nilai rapat arus terobosan pada kecepatan lebih kecil dibandingkan x

11 rapat arus terobosan pada kecepatan dikarenakan pada kecepatan tinggi potensialnya lebih besar dibandingkan tinggi potensial pada kecepatan. Hal ini disebabkan karena untuk M2 nilai bernilai negatif sehingga semakin besar kecepatan elektron maka tinggi potensialnya semakin bertambah besar Rapat Arus (A/cm 2 ) lebih besar dibandingkan untuk M2, maka jumlah elektron yang berhasil menerobos lebih sedikit sehingga nilai rapat arus terobosan untuk M lebih kecil dibandingkan dengan rapat arus terobosan untuk M2. M Rapat Arus (A/cm 2 ) V = 0 x 0 5 m/s V = 8.25 x 0 5 m/s V BC(Volt) Gambar 0. Rapat arus terobosan terhadap V BC pada mode aktif-mundur untuk kecepatan elektron dan 8.25 x 0 5 m/s massa efektif elektron M2. Kemudian gambar menunjukkan grafik perbandingan rapat arus terobosan untuk M dan M2 pada kecepatan. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh adalah nilai rapat arus terobosan untuk massa efektif M lebih kecil dibandingkan nilai rapat arus terobosan untuk M2. Hal ini karena pada energi datang kecil, nilai transmitansi T(E z ) untuk M jauh lebih kecil dibandingkan nilai transmitansi untuk M2 karena nilai elemen tensor untuk M lebih besar dibandingkan untuk M2 menyebabkan nilai untuk M bernilai negatif dan lebih kecil dibandingkan M2 sehingga tinggi potensial penghalang untuk M lebih besar dari penghalang potensial untuk M2. Karena tinggi potensial penghalang untuk M V BC(Volt) Gambar 4.. Rapat arus terobosan terhadap V BC pada mode aktif-mundur untuk kecepatan elektron 8.25 x 0 5 m/s massa efektif elektron M dan M2 KESIMPULAN Nilai transmitansi dan rapat arus terobosan pada transistor dwikutub berbasis Si 0.5 Ge 0.5 pada mode aktif maju menggunakan metode analitik dan MMT untuk massa efektif M dan M2 pada kecepatan elektron berbeda-beda adalah sama. Perbedaan penggunaan massa efektif elektron membuat karakteristik kurva I-V berbeda. Untuk M nilai transmitansi dan rapat arus terobosan semakin mengecil dengan bertambahnya kecepatan elektron sedangkan untuk M2 nilai transmitansi dan rapat arus terobosan semakin membesar dengan bertambahnya kecepatan elektron. Kemudian nilai transmitansi dan rapat arus terobosan untuk M lebih kecil dibandingkan nilai transmitansi dan rapat arus terobosan untuk M2. Nilai transmitansi elektron dan rapat arus terobosan pada mode aktif-mundur untuk M pada kecepatan atau tanpa efek kopling lebih besar dibandingkan pada kecepatan sedangkan untuk M2 nilai transmitansi elektron dan M2 xi

12 Indra Irawan, dkk, Perhitungan Arus Terobosan Pada Transistor Dwikutub rapat arus terobosan pada kecepatan atau tanpa efek kopling lebih kecil dibandingkan pada kecepatan. Kemudian nilai transmitansi elektron dan rapat arus terobosan pada kecepatan untuk M lebih kecil daripada nilai transmitansi dan rapat arus terobosan untuk M2. REFERENSI [] Agustino, R. dan Rosyid, M.F. (203). Bentuk Fungsional Energi Elektron Bloch Pada Potensial Periodik Semikonduktor. Jurnal Fisika Indonesia, 7(5), hlm [2] Beiser, A. (999). Konsep Fisika Modern (edisi keempat alih bahasa The Houw Liong). Jakarta: Erlangga. [3] Fousse,L.(2007). Acurate Multiple- Precission Gauss-Legendre Quadrature. Computer Arithmetic, hlm [4] Hasanah, L., Abdullah, M., Sukirno., Winata, T., dan Khairurrijall. (2008). Model of a tunneling current in an anisotropic Si/Si - xge x /Si heterostructure with a nanometer thick barrier including the effect of parallel-perpendicular kinetic energy coupling. Semiconductor Science Technology, 23, page.-6. [5] Hasanah, L. dan Khairurrijal. (2008). Perhitungan Arus Terobosan Pada Transistor Dwikutub Sambungan Hetero Si/Si -x Ge x /Si Anisotropik Dengan Menggunakan Metode Matriks Transfer. Jurnal Sains Material Indonesia, hlm [6] Hasanah, L., Khairurrijall. (200). Arus Terobosan Pada Transistor Dwikutub Struktur Hetero Si/Si - xge x /Si Anisotropik Melewati Basis Tergradasi (Graded Base). Berkala Fisika, 3(2), hlm [7] Ibach, Harald and Luth, Hans. (2009). Solid-State Physics (Fourth eds).berlin: Springer. [8] Kittel, C. (2005). Introduction to Solid State Physics (8 th edition). New York : Wiley. [9] Kwok, K.Ng.(994). Complete Guide to Semiconductor Devices (Second Edition). New Jersey: McGraw-Hill,Inc. [0] Lovelady, K. (t.t). Anisotropic Materials.[Online]. Diakses dari ayla%20lovelady.pdf. [] Monsoriu, J.A., Villatoro, F. R., Mar ın, M. J. Urchuegu ıa, J. F., and de C ordoba, P. F. (2005). A Transfer Matrix Method for The Analysis of Fractal Quantum Potensials. Europan Journal of Physics, 26, page [2] Paul, D. J. (2004). Si/Sige heterostructures:from material and physics to devices and circuits. Semiconductor Science Technology, 9. [3] Rahman A., Lundstrom, M. S., and Ghosh, A. W. (2005). Generalized Effective-mass Approach For n- type Metal-Oxide-Semiconductor- Field-Effect Transistor on Arbitrarily Oriented Wafers. Journal of Applied Physics, 97. [4] Rieh, J.S., Cai, J., Ning, T., Stricker, A., and Freeman, G. (2005). Reverse Active Mode Current Characteristics of SiGe HBTs. IEEE Transactions On Electron Devices, 52(6), page [5] Rio, IR. S.R., dan Iida, Dr. M. (999). Fisika dan teknologi semikonduktor. Jakarta: PT Pradnya Paramita. [6] Suhendi, E., Noor, F.A., Kurniasih, N., dan Khairurrijal. (203). Pemodelan Efek Medan Listrik Terhadap Rapat Arus Terobosan Pada Sambungan p-n Armchair xii

13 Graphene Nanoribbon. Seminar Nasional Material, hlm [7] Sutrisno. (986). Elektronika Teori dan Penerapannya (Jilid ). Bandung: Institut Teknologi Bandung. [8] Sze, S.M. and Kwok, K.Ng. (2007). Semiconductor Devices Physics and Technology (Third Edition.). New York:Wiley. [9] Zeghbroeck, B.V. (20). Principles of Semiconductor Devices. [Online]. Diakses dari k/. [20] Zuhal dan Zhanggischan. (2004). Prinsip Dasar Elektronika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum. xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indra Irawan, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indra Irawan, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman modern yang semakin canggih ini, ketergantungan terhadap penggunaan peralatan elektronik sudah tidak dapat dihindari lagi. Seperti penggunaan handphone dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan menggunakan metode semi numerik dimana koefisen transmisi didapatkan dengan menyelesaikan persamaan Schrodinger menggunakan MMT karena metode ini dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA KUANTUM PARTIKEL MENGGUNAKAN MATRIKS TRANSFER

ANALISIS DINAMIKA KUANTUM PARTIKEL MENGGUNAKAN MATRIKS TRANSFER ANALISIS DINAMIKA KUANTUM PARTIKEL MENGGUNAKAN MATRIKS TRANSFER Irene Devi Damayanti 1, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar 95, Indonesia Abstrak Dinamika

Lebih terperinci

2016 PEMODELAN ARUS TEROBOSAN PADA TRANSISTOR DWIKUTUB N-P-N ARMCHAIR GRAPHENE NANORIBBON (AGNR) MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER

2016 PEMODELAN ARUS TEROBOSAN PADA TRANSISTOR DWIKUTUB N-P-N ARMCHAIR GRAPHENE NANORIBBON (AGNR) MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat-alat elektronik sudah menjadi pelengkap kehidupan manusia. Di dalamnya terdapat berbagai macam divais elektronik yang tersusun sehingga memiliki fungsinya tersendiri.

Lebih terperinci

T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano

T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano T 19 Kerapatan Keadaan pada Struktur Nano Berbentuk Sumur Nano, Kawat Nano dan Titik Nano Ratno Nuryadi Pusat Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) BPPT Gedung II Lt. 22.

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGARUH DOPING TINGGI TERHADAP RESISTANSI BASIS DAN BANDGAP NARROWING PADA Si/Si 1-x Ge x /Si HBT

STUDI TENTANG PENGARUH DOPING TINGGI TERHADAP RESISTANSI BASIS DAN BANDGAP NARROWING PADA Si/Si 1-x Ge x /Si HBT MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 7, NO. 1, APRIL 2003 STUDI TENTANG PENGARUH DOPING TINGGI TERHADAP RESISTANSI BASIS DAN BANDGAP NARROWING PADA Si/Si 1-x Ge x /Si HBT Achmad Fadhol Jurusan Teknik Elektro, Institut

Lebih terperinci

Curriculum Vitae. I. Personal Identity : Lilik Hasanah Employee Number (NIP) : Place/date of birth : Purworejo/ 16 June 1977

Curriculum Vitae. I. Personal Identity : Lilik Hasanah Employee Number (NIP) : Place/date of birth : Purworejo/ 16 June 1977 Curriculum Vitae I. Personal Identity Name : Lilik Hasanah Employee Number (NIP) : 197706162001122002 Place/date of birth : Purworejo/ 16 June 1977 Unit : Jurusan Fisika, FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

Analisis Numerik Resonansi Tunneling Pada Sruktur Lapis Tiga GaAs / Al x Ga 1-x As Menggunakan Algoritma Numerov.

Analisis Numerik Resonansi Tunneling Pada Sruktur Lapis Tiga GaAs / Al x Ga 1-x As Menggunakan Algoritma Numerov. Analisis Numerik Resonansi Tunneling Pada Sruktur Lapis Tiga GaAs / Al x Ga 1-x As Menggunakan Algoritma Numerov. Yonathan Sapan, Paulus Lobo Gareso, Eko Juarlin Program studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA-UNHAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perkembangan divais elektronik yang semakin mengecil secara ukuran namun

BAB I PENDAHULUAN. dari perkembangan divais elektronik yang semakin mengecil secara ukuran namun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuaan di bidang elektronika semakin canggih. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan divais elektronik yang semakin mengecil secara ukuran namun unjuk kerja

Lebih terperinci

PEMODELAN PENYEMPITAN CELAH PITA ENERGI SEBAGAI FUNGSI KONSENTRASI DOPING PADA HBT SIGE

PEMODELAN PENYEMPITAN CELAH PITA ENERGI SEBAGAI FUNGSI KONSENTRASI DOPING PADA HBT SIGE PEMODELAN PENYEMPITAN CELAH PITA ENERGI SEBAGAI FUNGSI KONSENTRASI DOPING PADA HBT SIGE Engelin Shintadewi Julian Department of Electrical Engineering, Faculty of Industrial Technology Trisakti University

Lebih terperinci

Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda

Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda Junction Diode Switching Times Pada saat keadaan dioda berubah dari kondisi reverse-biased ke kondisi forward-biased, terdapat transien (proses peralihan) pada respon

Lebih terperinci

PENENTUAN ENERGI EIGEN PERSAMAAN SCHRODINGER DENGAN SUMUR POTENSIAL SEMBARANG MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER NUMERIK

PENENTUAN ENERGI EIGEN PERSAMAAN SCHRODINGER DENGAN SUMUR POTENSIAL SEMBARANG MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER NUMERIK PENENTUAN ENERGI EIGEN PERSAMAAN SCHRODINGER DENGAN SUMUR POTENSIAL SEMBARANG MENGGUNAKAN METODE MATRIKS TRANSFER NUMERIK Nuraina Fika Lubis, Salomo, Defrianto Mahasiswa Program Studi S Fisika Fakultas

Lebih terperinci

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward

1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward 1. Perpotongan antara garis beban dan karakteristik dioda menggambarkan: A. Titik operasi dari sistem B. Karakteristik dioda dibias forward C. Karakteristik dioda dibias reverse D. Karakteristik dioda

Lebih terperinci

TRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom

TRANSISTOR 1. TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013. Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Politeknik Telkom TK2092 Elektronika Dasar Semester Ganjil 2012/2013 Politeknik Telkom Bandung 2013 www.politekniktelkom.ac.id TRANSISTOR 1 Disusun oleh: Duddy Soegiarto, ST.,MT dds@politekniktelkom.ac.id Hanya dipergunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODA MATRIK TRANSFER UNTUK MENENTUKAN ENERGI PRIBADI DARI PERSAMAAN GELOMBANG SCHRODINGER POTENSIAL SUMUR SEMBARANG

PENERAPAN METODA MATRIK TRANSFER UNTUK MENENTUKAN ENERGI PRIBADI DARI PERSAMAAN GELOMBANG SCHRODINGER POTENSIAL SUMUR SEMBARANG Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru.Edisi Oktober 2016. ISSN.1412-2960 PENERAPAN METODA MATRIK TRANSFER UNTUK MENENTUKAN ENERGI PRIBADI DARI PERSAMAAN GELOMBANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) PERTEMUAN KE I DAN II 1. Fakultas/Program Studi : MIPA/Pendidikan Fisika 2. Mata

Lebih terperinci

Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET)

Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET) Transistor Efek Medan - Field Effect Transistor (FET) Jenis lain dari transitor adalah Field effect Transistor. Perbedaan utama antara BJT dengan FET adalah pada pengontrol kerja dari transistor tersebut.

Lebih terperinci

Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul

Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul M. Dirgantara 1 *, M. Saputra 2, P. Aulia 3, Z. Deofarana 4,

Lebih terperinci

Arus Terobosan Pada Transistor Dwikutub Struktur Hetero Si/Si 1-x Ge x /Si Anisotropik Melewati Basis Tergradasi (Graded Base)

Arus Terobosan Pada Transistor Dwikutub Struktur Hetero Si/Si 1-x Ge x /Si Anisotropik Melewati Basis Tergradasi (Graded Base) Berkala Fisika ISSN : 40-966 Vol., No., April 00 hal 67-7 Arus Terobosan Paa Transistor Dwikutub Struktur Hetero Si/Si -x Ge x /Si Anisotropik Melewati Basis Tergraasi (Grae Base Lilik Hasanah an Khairurrijal

Lebih terperinci

BAB V Simulasi Electronic Charged State Individual Quantum dot Berbasis Silikon

BAB V Simulasi Electronic Charged State Individual Quantum dot Berbasis Silikon 41 BAB V Simulasi Electronic Charged State Individual Quantum dot Berbasis Silikon Pada bagian ini akan dibahas hasil simulasi electronic charged state pada individual quantum dot berbasis material Silikon.

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad

Lebih terperinci

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami

Lebih terperinci

SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber

SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber SEMIKONDUKTOR oleh: Ichwan Yelfianhar dirangkum dari berbagai sumber Pengertian Umum Bahan semikonduktor adalah bahan yang bersifat setengah konduktor karena celah energi yang dibentuk oleh struktur bahan

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER PADA DIODA P-N

STUDI PARAMETER PADA DIODA P-N DOI: https://doi.org/1.4853/elektum.14.1.5-58 e-issn : 55-678 STUDI PARAMETER PADA DIODA P-N Fadliondi Universitas Muhammadiyah Jakarta e-mail: fadliondi@yahoo.com Abstrak Operasi divais semikonduktor

Lebih terperinci

Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O

Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O Mata kuliah Elektronika Analog L/O/G/O Pengertian Transistor Fungsi Transistor Jenis & Simbol Transistor Prinsip kerja Transistor Aplikasi Transistor Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK PROFIL GERMANIUM PADA FREKUENSI CUTOFF HBT SIGE

PENGARUH BENTUK PROFIL GERMANIUM PADA FREKUENSI CUTOFF HBT SIGE JETri, Volume 3, Nomor 1, Agustus 2003, Halaman 33-44, ISSN 1412-0372 PENGARUH BENTUK PROFIL GERMANIUM PADA FREKUENSI CUTOFF HBT SIGE E. Shintadewi Julian Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas

Lebih terperinci

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )?

hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu ( RC )? 1. a. Gambarkan rangkaian pengintegral RC (RC Integrator)! b. Mengapa rangkaian RC diatas disebut sebagai pengintegral RC dan bagaimana hubungan frekuensi sumber tegangan persegi dengan konstanta waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Catu Daya / power supply Power supply adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk memberikan tegangan listrik yang dibutuhkan oleh suatu rangkaian elektronika. Dalam

Lebih terperinci

STRUKTUR CRISTAL SILIKON

STRUKTUR CRISTAL SILIKON BANDGAP TABEL PERIODIK STRUKTUR CRISTAL SILIKON PITA ENERGI Pita yang ditempati oleh elektron valensi disebut Pita Valensi Pita yang kosong pertama disebut : Pita Konduksi ISOLATOR, KONDUKTOR DAN SEMIKONDUKTOR

Lebih terperinci

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015 Modul 03: Catu Daya Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan Reza Rendian Septiawan February, 205 Dalam dunia elektronika, salah satu komponen yang paling penting adalah catu daya. Sebagian besar komponen

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias Transistor Bipolar Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias yang memungkinkan elektron

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci

ANALISIS LANJUTAN. Tingkat Energi & Orbit Elektron. Pita Energi Semikonduktor Intrinsik. Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping

ANALISIS LANJUTAN. Tingkat Energi & Orbit Elektron. Pita Energi Semikonduktor Intrinsik. Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping Tingkat Energi & Orbit Elektron ANALISIS LANJUTAN Pita Energi Semikonduktor Intrinsik Pita Energi Pada Semikonduktor Ter-Doping Elektronika 1 23 Irwan Arifin 2004 P-N Junction Elektronika 1 24 Irwan Arifin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena optik dapat mendeskripsikan sifat medium dalam interaksinya dengan gelombang elekromagnetik. Hal tersebut ditentukan oleh beberapa parameter optik, yaitu indeks

Lebih terperinci

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor

MAKALAH PITA ENERGI. Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna ( ) Rombel 1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor MAKALAH PITA ENERGI Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika dan Teknologi Semikonduktor Di susun oleh, Pradita Ajeng Wiguna (4211412011) Rombel 1 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 1 Transistor sebagai saklar (Saklar Elektronik)

Mekatronika Modul 1 Transistor sebagai saklar (Saklar Elektronik) Mekatronika Modul 1 Transistor sebagai saklar (Saklar Elektronik) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari transistor sebagai saklar. Tujuan Bagian ini memberikan

Lebih terperinci

T 18 Perhitungan Energi Pengisian pada Sistem Transistor Elektron Tunggal

T 18 Perhitungan Energi Pengisian pada Sistem Transistor Elektron Tunggal T 18 Perhitungan Energi Pengisian pada Sistem Transistor Elektron Tunggal Ratno Nuryadi Pusat Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) BPPT Gedung II Lt. 22. Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

6.8 Daerah Saturasi ( Saturation Region ) CE

6.8 Daerah Saturasi ( Saturation Region ) CE 6.8 Daerah Saturasi (Saturation Region) E Di dalam daerah saturasi, junction kolektor (juga junction emitor) mendapat bias maju (forward biased) minimal sebesar tegangan cutin. Karena tegangan V E (atau

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan Transistor Bipolar oleh aswan hamonangan Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias

Lebih terperinci

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT TUJUAN Mengetahui karakteristik penguat berkonfigurasi Common Emitter Mengetahui

Lebih terperinci

ISSN (Media Cetak) ISSN (Media Online) Implementasi Metode Eliminasi Gauss Pada Rangkaian Listrik Menggunakan Matlab

ISSN (Media Cetak) ISSN (Media Online) Implementasi Metode Eliminasi Gauss Pada Rangkaian Listrik Menggunakan Matlab JITEKH, Vol, No, Tahun 27, -5 ISSN 28-577(Media Cetak) ISSN 2549-4 (Media Online) Implementasi Metode Eliminasi Gauss Pada Rangkaian Listrik Menggunakan Matlab Silmi, Rina Anugrahwaty 2 Staff Pengajar

Lebih terperinci

semiconductor devices

semiconductor devices Overview of power semiconductor devices Asnil Elektro FT-UNP 1 Voltage Controller electronic switching I > R 1 V 1 R 2 V 2 V 1 V 2 Gambar 1. Pengaturan tegangan dengan potensiometer Gambar 2. Pengaturan

Lebih terperinci

KOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB

KOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB KOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB Tatik Juwariyah Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN 1.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan transistor. 2.Praktikan dapat memahami prinsip dasar saklar elektronik menggunakan MOSFET. 3.Praktikan dapat

Lebih terperinci

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor Jurnal Nanosains & Nanoteknologi ISSN 1979-0880 Edisi Khusus, Agustus 009 Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor Indah Nurmawarti, Mikrajuddin Abdullah (a), dan Khairurrijal Kelompok Keahlian Fisika

Lebih terperinci

Dioda-dioda jenis lain

Dioda-dioda jenis lain Dioda-dioda jenis lain Dioda Zener : dioda yang dirancang untuk bekerja dalam daerah tegangan zener (tegangan rusak). Digunakan untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil. Simbol : Karakteristik

Lebih terperinci

struktur dua dimensi kristal Silikon

struktur dua dimensi kristal Silikon PRINSIP DASAR Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika seperti dioda, transistor dan sebuah IC (integrated circuit). Disebut semi atau setengah konduktor, karena bahan ini memang

Lebih terperinci

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar.

I. Tujuan Praktikum. Mampu menganalisa rangkaian sederhana transistor bipolar. SRI SUPATMI,S.KOM I. Tujuan Praktikum Mengetahui cara menentukan kaki-kaki transistor menggunakan Ohmmeter Mengetahui karakteristik transistor bipolar. Mampu merancang rangkaian sederhana menggunakan transistor

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK

PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK Disusun oleh : Muhammad Nur Farizky M0212053 SKRIPSI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON

FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON FUNGSI GELOMBANG DAN RAPAT PROBABILITAS PARTIKEL BEBAS 1D DENGAN MENGGUNAKAN METODE CRANK-NICOLSON Rif ati Dina Handayani 1 ) Abstract: Suatu partikel yang bergerak dengan momentum p, menurut hipotesa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup:

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup: PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Kristal Semikonduktor yang mencakup: kristal semikonduktor intrinsik dan kristal semikonduktor ekstrinsik. Oleh karena itu, sebelum mempelajari modul

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI THOMAS-FERMI UNTUK MENENTUKAN PROFIL KERAPATAN DAN ENERGI ATOM HIDROGEN, ATOM LITIUM, DAN MOLEKUL!!

APLIKASI TEORI THOMAS-FERMI UNTUK MENENTUKAN PROFIL KERAPATAN DAN ENERGI ATOM HIDROGEN, ATOM LITIUM, DAN MOLEKUL!! APLIKASI TEORI THOMAS-FERMI UNTUK MENENTUKAN PROFIL KERAPATAN DAN ENERGI ATOM HIDROGEN, ATOM LITIUM, DAN MOLEKUL 1 Renny Anwariyati, Irfan Wan Nendra, Wipsar Sunu Brams Dwandaru Laboratorium Fisika Teori

Lebih terperinci

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY )

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) PERCOBAAN PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) E-mail : sumarna@uny.ac.id PENGANTAR Konfigurasi penguat tegangan yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

Struktur Double Barrier Untuk Aplikasi Pada Divais Silikon Amorf

Struktur Double Barrier Untuk Aplikasi Pada Divais Silikon Amorf Kontribusi Fisika Indonesia Vol. No., Januari 00 Struktur Double Barrier Untuk Aplikasi Pada Divais Silikon Amorf Ida Hamidah dan Wilson W. Wenas Laboratorium Riset Semikonduktor, Jurusan Fisika ITB Jl.

Lebih terperinci

ANALISIS DAN VISUALISASI PERSAMAAN KLEIN-GORDON PADA ELEKTRON DALAM SUMUR POTENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATHEMATIC 10

ANALISIS DAN VISUALISASI PERSAMAAN KLEIN-GORDON PADA ELEKTRON DALAM SUMUR POTENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATHEMATIC 10 ANALISIS DAN VISUALISASI PERSAMAAN KLEIN-GORDON PADA ELEKTRON DALAM SUMUR POTENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MATHEMATIC 1 Syahrul Humaidi 1,a), Tua Raja Simbolon 1,b), Russell Ong 1,c), Widya Nazri Afrida

Lebih terperinci

PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI PADA PERCOBAAN GERAK JATUH BEBAS DENGAN MEMANFAATKAN RANGKAIAN RELAI

PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI PADA PERCOBAAN GERAK JATUH BEBAS DENGAN MEMANFAATKAN RANGKAIAN RELAI DOI: doi.org/10.1009/spektra.0.03 PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI PADA PERCOBAAN GERAK JATUH BEBAS DENGAN MEMANFAATKAN RANGKAIAN RELAI 1, a) Haris Rosdianto 1 Ganti STKIP Singkawang, Jl. STKIP, Kel. Naram

Lebih terperinci

PROFIL GERMANIUM SEGIEMPAT PADA TRANSISTOR BIPOLAR SILIKON-GERMANIUM

PROFIL GERMANIUM SEGIEMPAT PADA TRANSISTOR BIPOLAR SILIKON-GERMANIUM JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 41-48, ISSN 1412-0372 PROFIL GERMANIUM SEGIEMPAT PADA TRANSISTOR BIPOLAR SILIKON-GERMANIUM E. Shintadewi Julian Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 TEORI DASAR (DIODA)

PERTEMUAN 2 TEORI DASAR (DIODA) PERTEMUAN 2 TEORI DASAR (DIODA) PENGERTIAN DIODA Dioda merupakan komponenelektronikayang mempunyai dua elektroda(terminal), dapat berfungsi sebagai penyearah arus listrik. Dioda merupakanjunction ( pertemuan

Lebih terperinci

TRANSISTOR BIPOLAR. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng. 1. IDE DASAR TRANSISTOR Gambaran ide dasar sebuah transistor dapat dilihat pada Gambar 1.

TRANSISTOR BIPOLAR. Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng. 1. IDE DASAR TRANSISTOR Gambaran ide dasar sebuah transistor dapat dilihat pada Gambar 1. TRANSSTOR BPOLAR Oleh : Danny Kurnianto,S.T.,M.Eng Transistor adalah salah satu komponen aktif yang dibuat menggunakan bahan semikonduktor. Seperti halnya sebuah dioda, maka sebuah transistor dibuat dengan

Lebih terperinci

TRANSISTOR. Pengantar Teknik Elektronika Program Studi S1 Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto

TRANSISTOR. Pengantar Teknik Elektronika Program Studi S1 Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto TRANSISTOR Pengantar Teknik Elektronika Program Studi S1 Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto TIK Setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan ini, diharapkan mahasiswa memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini terlihat dari banyaknya komponen semikonduktor yang digunakan disetiap kegiatan manusia.

Lebih terperinci

Karakteristik Dioda Sambungan p-n

Karakteristik Dioda Sambungan p-n Karakteristik Dioda Sambungan p-n Kharisma Liputo 1,Fazliana Samaun 2,Puspitarini Wellong 3, Al Jufri Hadju 4 Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jendral Sudirman No.6 Kota

Lebih terperinci

Simulasi Peranti Model Sel Surya Medan Permukaan Belakang Pendopingan Tinggi Fungsi Eksponensial

Simulasi Peranti Model Sel Surya Medan Permukaan Belakang Pendopingan Tinggi Fungsi Eksponensial Jurnal eknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah eknik Kimia 6(1) Januari 2007: 75 81 ISS 1412-7814 Simulasi Peranti Model Sel Surya Medan Permukaan Belakang Pendopingan inggi Fungsi Eksponensial Mara

Lebih terperinci

Simulasi Peranti Model Sel Surya Dioda n + (x)/p

Simulasi Peranti Model Sel Surya Dioda n + (x)/p 145 M. Hendra S. Ginting / Jurnal eknologi Proses 5(2) Juli 2006: 138 141 Jurnal eknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah eknik Kimia 5(2) Juli 2006: 142 147 ISSN 1412-7814 Simulasi Peranti Model Sel

Lebih terperinci

Cutoff Region Short-Circuited Base Open-Circuited Base Cutin Voltage

Cutoff Region Short-Circuited Base Open-Circuited Base Cutin Voltage utoff Region utoff didefinisikan sebagai keadaan dimana E = 0 dan = O, dan diketahui bahwa bias mundur V E.sat = 0,1 V (0 V) akan membuat transistor germanium (silikon) memasuki daerah cutoff. Apa yang

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell 1 Ika Wahyuni, 2 Ahmad Barkati Rojul, 3 Erlin Nasocha, 4 Nindia Fauzia Rosyi, 5 Nurul Khusnia, 6 Oktaviana Retna Ningsih Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK

JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK JAWABAN ANALITIK SEBAGAI VALIDASI JAWABAN NUMERIK PADA MATA KULIAH FISIKA KOMPUTASI ABSTRAK Kasus-kasus fisika yang diangkat pada mata kuliah Fisika Komputasi akan dijawab secara numerik. Validasi jawaban

Lebih terperinci

Semikonduktor. Prinsip Dasar. oleh aswan hamonangan

Semikonduktor. Prinsip Dasar. oleh aswan hamonangan Semikonduktor Prinsip Dasar oleh aswan hamonangan Semikonduktor merupakan elemen dasar dari komponen elektronika seperti dioda, transistor dan sebuah IC (integrated circuit). Disebut semi atau setengah

Lebih terperinci

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam

Elektron Bebas. 1. Teori Drude Tentang Elektron Dalam Logam Elektron Bebas Beberapa teori tentang panas jenis zat padat yang telah dibahas dapat dengan baik menjelaskan sifat-sfat panas jenis zat padat yang tergolong non logam, akan tetapi untuk golongan logam

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA DASAR KODE / SKS : AK042203 / 2 SKS Pertemuan Pokok Bahasan dan TIU 1 Dasar Elektronika dan pengenalan komponen elektronika Mahasiswa mengetahui pengertian

Lebih terperinci

FABRIKASI DETEKTOR PARTIKEL ALPHA MENGGUNAKAN SEMIKONDUKTOR SILIKON TIPE P

FABRIKASI DETEKTOR PARTIKEL ALPHA MENGGUNAKAN SEMIKONDUKTOR SILIKON TIPE P PRIMA Volume 10, Nomor 1, Juni 2013 ISSN : 1411-0296 FABRIKASI DETEKTOR PARTIKEL ALPHA MENGGUNAKAN SEMIKONDUKTOR SILIKON TIPE P Gunarwan Prayitno Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN Kawasan PuspiptekSerpong,

Lebih terperinci

MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA

MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA Vira Marselly, Defrianto, Rahmi Dewi Mahasiswa Program S1 Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s) DAFTAR SIMBOL n κ α R μ m χ m c v F L q E B v F Ω ħ ω p K s k f α, β s-s V χ (0) : indeks bias : koefisien ekstinsi : koefisien absorpsi : reflektivitas : permeabilitas magnetik : suseptibilitas magnetik

Lebih terperinci

MODUL 03 RANGKAIAN DIODA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 03 RANGKAIAN DIODA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MOUL 03 RANGKAIAN IOA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA AN INSTRUMENTASI PROGRAM STUI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA AN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANUNG Riwayat Revisi Rev.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Intan adalah salah satu jenis perhiasan yang harganya relatif mahal. Intan merupakan kristal yang tersusun atas unsur karbon (C). Intan berdasarkan proses pembentukannya

Lebih terperinci

What Is a Semiconductor?

What Is a Semiconductor? 1 SEMIKONDUKTOR Pengantar 2 What Is a Semiconductor? Istilah Konduktor Insulator Semikonduktor Definisi Semua bahan, sebagian besar logam, yang memungkinkan arus listrik mengalir melalui bahan tersebut

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : DEVAIS MIKROELEKTRONIKA* (Ujian Utama) KODE MK / SKS : KK / 3

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : DEVAIS MIKROELEKTRONIKA* (Ujian Utama) KODE MK / SKS : KK / 3 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : DEVAIS MIKROELEKTRONIKA* (Ujian Utama) KODE MK / SKS : KK-041345 / 3 Minggu Pokok Bahasan Ke Dan TIU 1 Konsep mekanika quntum dan fisika benda padat 2 Fenomena elektron

Lebih terperinci

Multimeter. NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : Kelas : C2=2014. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: navigasi, cari

Multimeter. NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : Kelas : C2=2014. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: navigasi, cari NAMA : Mulki Anaz Aliza NIM : 1400454 Kelas : C2=2014 Multimeter Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Lompat ke: navigasi, cari Multimeter digital Multimeter atau multitester adalah alat

Lebih terperinci

TK 2092 ELEKTRONIKA DASAR

TK 2092 ELEKTRONIKA DASAR TK 2092 ELEKTRONIKA DASAR MATERI : BAHAN SEMIKONDUKTOR Gita Indah Hapsari TK2092 Elektronika Dasar END MATERI 5 : BAHAN SEMIKONDUKTOR Memberikan pengetahuan dasar mengenai beberapa hal berikut : 1. Bahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda.

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda. 7 BAB II DASAR TEORI 2.1. Dioda Dioda merupakan piranti dua terminal yang berfungsi untuk menghantarkan / menahan arus. Dioda mempunyai simbol seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Dioda memiliki

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : SISTEM FABRIKASI & DEVAIS MIKROELEKTRONIKA / AK SEMESTER / SKS : VIII / 2

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : SISTEM FABRIKASI & DEVAIS MIKROELEKTRONIKA / AK SEMESTER / SKS : VIII / 2 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH / KODE : SISTEM FABRIKASI & DEVAIS MIKROELEKTRONIKA / AK041217 SEMESTER / SKS : VIII / 2 Pertemuan Pokok Bahasan dan TIU Ke 1 Konsep mekanika quntum dan fisika benda

Lebih terperinci

BAB 2 PN Junction dan Dioda. Oleh : Unang Sunarya, ST.,MT

BAB 2 PN Junction dan Dioda. Oleh : Unang Sunarya, ST.,MT BAB 2 PN Junction dan Dioda Oleh : Unang Sunarya, ST.,MT 1 PN Junction PN Junction merupakan sambungan bahan semikonduktor tipe P (Positif) dan tipe N (Negatif). 2 Pada saat bahan semikonduktor tipe P

Lebih terperinci

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA

MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA MATERI II TINGKAT TENAGA DAN PITA TENAGA A. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa memahami konsep tingkat tenaga dan pita tenaga untuk menerangkan perbedaan daya hantar listrik.. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

PROBABILITAS PARTIKEL DALAM KOTAK TIGA DIMENSI PADA BILANGAN KUANTUM n 5. Indah Kharismawati, Bambang Supriadi, Rif ati Dina Handayani

PROBABILITAS PARTIKEL DALAM KOTAK TIGA DIMENSI PADA BILANGAN KUANTUM n 5. Indah Kharismawati, Bambang Supriadi, Rif ati Dina Handayani PROBABILITAS PARTIKEL DALAM KOTAK TIGA DIMENSI PADA BILANGAN KUANTUM n 5 Indah Kharismawati, Bambang Supriadi, Rif ati Dina Handayani Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember email: schrodinger_risma@yahoo.com

Lebih terperinci

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor

Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor - 3 Transistor Bipolar BJT Bipolar Junction Transistor Missa Lamsani Hal 1 SAP bentuk fisik transistor NPN dan PNP injeksi mayoritas dari emiter, lebar daerah base, rekomendasi hole-elektron, efisiensi

Lebih terperinci

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA 2 FOTOKONDUKTIVITAS. Zudah Sima atul Kubro G DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA 2 FOTOKONDUKTIVITAS. Zudah Sima atul Kubro G DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA 2 FOTOKONDUKTIVITAS Rekan Kerja : 1. Aah Nuraisah 2. Mutiara Khairunnisa 3. Dedeh Nurhayati Zudah Sima atul Kubro G74120023 Asisten : Pramudya Wardhani (G74110008) Dadi Irawan

Lebih terperinci

Teori Semikonduktor. Elektronika (TKE 4012) Eka Maulana. maulana.lecture.ub.ac.id

Teori Semikonduktor. Elektronika (TKE 4012) Eka Maulana. maulana.lecture.ub.ac.id Teori Semikonduktor Elektronika (TKE 4012) Eka Maulana maulana.lecture.ub.ac.id Content Konduktor Semikonduktor Kristal silikon Semikonduktor Intrinsik Jenis aliran Doping semikonduktor Doping ekstrinsik

Lebih terperinci

Mengenal Sifat Material. Teori Pita Energi

Mengenal Sifat Material. Teori Pita Energi Mengenal Sifat Material Teori Pita Energi Ulas Ulang Kuantisasi Energi Planck : energi photon (partikel) bilangan bulat frekuensi gelombang cahaya h = 6,63 10-34 joule-sec De Broglie : Elektron sbg gelombang

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN KAJIAN KOMPUTASI KUANTISASI SEMIKLASIK VIBRASI MOLEKULER SISTEM DIBAWAH PENGARUH POTENSIAL LENNARD-JONES (POTENSIAL 12-6)

LAPORAN PENELITIAN KAJIAN KOMPUTASI KUANTISASI SEMIKLASIK VIBRASI MOLEKULER SISTEM DIBAWAH PENGARUH POTENSIAL LENNARD-JONES (POTENSIAL 12-6) LAPORAN PENELITIAN KAJIAN KOMPUTASI KUANTISASI SEMIKLASIK VIBRASI MOLEKULER SISTEM DIBAWAH PENGARUH POTENSIAL LENNARD-JONES (POTENSIAL 1-6) Oleh : Warsono, M.Si Supahar, M.Si Supardi, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya

Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya Fungsi Transistor dan Cara Mengukurnya Transistor merupakan salah satu Komponen Elektronika Aktif yang paling sering digunakan dalam rangkaian Elektronika, baik rangkaian

Lebih terperinci

PENGUKURAN KARAKTERISTIK SEL SURYA

PENGUKURAN KARAKTERISTIK SEL SURYA PENGUKURAN KARAKTERSTK SEL SURYA Ridwan Setiawan (11270058) Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi UN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun 2014 Email: setiawan.ridwan@student.uinsgd.ac.id ABSTRAK Eksperimen

Lebih terperinci

APLIKASI METODE BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN SCHRöDINGER MENGGUNAKAN MATLAB ABSTRAK

APLIKASI METODE BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN SCHRöDINGER MENGGUNAKAN MATLAB ABSTRAK APLIKASI METODE BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN SCHRöDINGER MENGGUNAKAN MATLAB Odaligo Ziduhu Lombu 1, Tua Raja Simbolon 2, Tenang Ginting 3 1 Mahasiswa FISIKA FMIPA USU 2,3 Dosen Pembimbing FISIKA FMIPA USU

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKUR KARAKTERISTIK I-V SEL SURYA DALAM KEADAAN PENYINARAN DAN TANPA PENYINARAN

PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKUR KARAKTERISTIK I-V SEL SURYA DALAM KEADAAN PENYINARAN DAN TANPA PENYINARAN Program Studi Fisika Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKUR KARAKTERISTIK I-V SEL SURYA DALAM KEADAAN PENYINARAN DAN TANPA PENYINARAN Latar Belakang

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA I.KARAKTERISTIK DIODA SILIKON A. Tujuan Percobaan : Adapun tujuan percobaan dari praktek ini adalah : - Mahasiswa dapat menampilkan karakteristik dioda silikon dengan menggunakan osiloskop. - Mahasiswa

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA DASAR KODE : TSK-210 SKS/SEMESTER : 2/2 Pertemuan Pokok Bahasan & ke TIU 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa mengenal Jenis-jenis

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT PENJEJAK KURVA KARAKTERISTIK KOMPONEN SEMIKONDUKTOR

PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT PENJEJAK KURVA KARAKTERISTIK KOMPONEN SEMIKONDUKTOR PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT PENJEJAK KURVA KARAKTERISTIK KOMPONEN SEMIKONDUKTOR Leonard Alexander Sitorus NRP : 1222037 E-mail : leonard_alexander43@outlook.com ABSTRAK Komponen semikonduktor seperti

Lebih terperinci

BIDANG MINAT BIOFISIKA

BIDANG MINAT BIOFISIKA PENGARUH KONSENTRASI DAN TEMPERATUR LARUTAN TERHADAP KARAKTERISTIK RAPAT ARUS DIFUSI-BEDA TEGANGAN DARI MEMBRAN KITOSAN DENGAN VARIASI MATRIK / PELARUT SKRIPSI BIDANG MINAT BIOFISIKA Angelia Bella Kusumaningtyas

Lebih terperinci

ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI

ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Vol 01, No 01 (2017) 6 10 Departemen Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran ENERGI TOTAL KEADAAN EKSITASI ATOM LITIUM DENGAN METODE VARIASI LIU KIN MEN* DAN SETIANTO Departemen

Lebih terperinci