AKUNTANSI IMBALAN PASCA KERJA PADA PT AVIA AVIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKUNTANSI IMBALAN PASCA KERJA PADA PT AVIA AVIAN"

Transkripsi

1 AKUNTANSI IMBALAN PASCA KERJA PADA PT AVIA AVIAN Destri Rahmania Akhmad Riduwan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana mekanisme dan penerapan akuntansi atas imbalan pasca kerja pada pengukuran, penyajian, dan pengungkapan yang diterapkan pada PT Avia Avian berdasarkan PSAK No. 24 (Revisi 2010) tentang imbalan pasca kerja tanpa pendanaan (unfunded) dengan menggunakan metode project unit credit pada tahun Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar akuntansi imbalan pasca kerja dengan menggunakan metode project unit credit pada PT Avia Avian telah sesuai dengan PSAK No. 24 (Revisi 2010). Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah PT Avia Avian dalam pengukuran imbalan pasca kerjanya masih menggunakan perhitungan dari manajemen, sehingga diharapkan pada masa yang akan datang PT Avia Avian dapat menggunakan jasa konsultan aktuaria didalam pengukuran imbalan pasca kerjanya, karena dengan menggunakan jasa konsultan aktuaria pengukuran yang dihasilkan akan lebih independen dan efisien. Kata kunci: Imbalan Pasca Kerja, Metode Project Unit Credit. ABSTRACT This research is conducted in order to find out how the mechanism and implementation of accounting on past service liability at the measurement, presentation, and disclosure which have been implemented at PT Avia Avian based on Accounting Standard Statement (PSAK) No. 24 (Revised edition 2010) about past service liability without unfunded which has been carried out by using project unit credit method of Based on the result of research it can be concluded that in general the past service liability accounting which has been done by using project unit credit method at PT Avia Avian is in accordance with Accounting Standard Statement (PSAK) No. 24 (Revised edition 2010). The limitation in this research is in measuring the past service liability accounting of PT Avia Avian which is still using the calculation from the management party so it is expected in the future that PT Avia Avian could use actuary consultant services the result of measurement will be more efficient and independent. Keywords: Service Liability, Project Unit Credit Method. PENDAHULUAN Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pekerja yang kompeten adalah harapan bagi setiap perusahaan ataupun instansi, dengan begitu, pekerja bukan lagi beban bagi perusahaan, akan tetapi aset bagi perusahaan. Pekerja yang kompeten sekalipun akan menghadapi resiko dalam pekerjaannya. Pekerja akan lebih berhati-hati dalam memilih pekerjaan yang memberi resiko besar. Menjadi hak pekerja untuk memilih pekerjaan apa yang tidak beresiko terlalu besar. Sejalan dengan meningkatnya masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan perusahaan, timbul suatu kesadaran bahwa hidup mereka ini sangat bergantung pada perusahaan di mana mereka bekerja. Pada saat-saat mereka masih aktif, penghasilan nampaknya bukanlah menjadi persoalan. Namun demikian, jika suatu saat karyawan tersebut tidak dapat lagi bekerja pada perusahaan karena sesuatu hal, misalnya karena kecelakaan kerja atau usia lanjut, maka kontinuitas kehidupan mereka akan terganggu. Persoalan ini apabila dilihat secara sepintas mungkin adalah persoalan yang sepele. Tetapi jika dilihat dari skala yang lebih luas, bisa menjadi persoalan yang cukup serius. Misalnya 1

2 persoalan hari tua (usia lanjut) atau berhenti bekerja sewaktu-waktu secara langsung atau tidak, pasti ada dibenak mereka. Hal ini mungkin juga berpengaruh kepada konsentrasi kerja karyawan dan bukan tidak mungkin jika akhirnya berpengaruh pada tingkat produktivitas karyawan. Antara perusahaan dengan karyawan sebenarnya merupakan bagian integral yang saling membutuhkan. Diantara keduanya bisa dikombinasikan suatu kerja sama yang saling mutualis. Disatu pihak karyawan memerlukan ketenangan kerja dan jaminan-jaminan mereka, dan dilain pihak perusahaan membutuhkan tenaga mereka untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut. Antara dua kehendak ini yang seharusnya dipadukan. Dalam rangka inilah perlunya pembentukan suatu lembaga yang diharapkan dapat menunjang upaya-upaya pemenuhan kebutuhan ini. Lembaga tersebut adalah dana pensiun. Dengan adanya dana pensiun ini memungkinkan terbentuknya suatu akumulasi dana yang dibutuhkan untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta program hari tua. Keyakinan akan adanya kesinambungan penghasilan menimbulkan ketenteraman kerja, sehingga akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang merupakan iklim kondusif bagi peningkatan produktivitas kerja karyawan. Selain itu loyalitas terhadap perusahaan juga akan meningkat, jika loyalitas meningkat maka pengembangan dan pembinaan karir bagi karyawan yang bersangkutan juga meningkat. Berkenaan dengan hal itu, pemerintah nampaknya menyadari bahwa upaya pemeliharaan kesinambungan penghasilan pada hari tua perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius. Hal ini dapat dihindari ataupun dikurangi dengan kebijakan perusahaan berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 yang mengatur secara umum mengenai tatacara pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat panjang sampai dengan imbalan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Imbalan-imbalan di Undang-Undang Ketenagakerjaan tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan Perusahaan (PP) atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara perusahaan dan serikat pekerja dan tentu saja merujuk kepada ketentuan di Undang- Undang Ketenagakerjaan. Salah satu ketentuan di Undang-Undang Ketenagakerjaan adalah mengenai imbalan pasca kerja, yaitu imbalan yang harus diberikan oleh perusahaan kepada pekerja ketika pekerja sudah berhenti bekerja (pasca kerja = setelah kerja). Alasan berhenti bekerja disini meliputi; karena pekerja terlibat tindak pidana, karena pekerja melakukan kesalahan berat, karena pekerja memasuki usia pensiun, karena pekerja meninggal dunia, karena pekerja sakit berkepanjangan, karena pekerja mengundurkan diri, karena perusahaan pailit, karena perusahaan mengalami kerugian dan alasan lainnya yang termasuk imbalan yang dibayarkan ketika pekerja sudah tidak aktif lagi bekerja. Dalam hubungannya dengan pelaporan keuangan, Perusahaan berkewajiban untuk menghitung dan mengalokasian imbalan pasca kerja serta menyatakan kesediaan membayarkannya kelak dikemudian hari. Berdasarkan hal tersebut penulis mengangkat judul skripsi AKUNTANSI IMBALAN PASCA KERJA PADA PT AVIA AVIAN. Dimana pengangkatan judul ini terdapat masalah yang dirumuskan yaitu bagaimana mekanisme dan penerapan akuntansi imbalan pasca kerja pada PT Avia Avian dengan tujuan untuk mengetahui tatacara perhitungan imbalan pasca kerja yang mengedepankan nilai kebijakan, keadilan, dan transparansi bagi pekerja-pekerja yang ada di Indonesia sebagaimana yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya. 2

3 TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pengertian Imbalan Kerja Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 (Revisi 2010) menyatakan bahwa imbalan kerja adalah seluruh bentuk pemberian dari entitas atas jasa yang diberikan oleh pekerja. Imbalan kerja dibagi kedalam dua bagian berdasarkan sifat dan pembayarannya yaitu: 1. Imbalan Kerja Jangka Pendek (Short-Term Employee Benefit) Adalah imbalan kerja (selain dari pesangon, Pemutusan Kontrak Kerja (PKK)) yang terutang atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa. Contoh: gaji karyawan, uang lembur, bonus, cuti tahunan yang diuangkan, tunjangan pajak penghasilan, tunjangan hari raya, iuran jaminan sosial tenaga kerja, tunjangan pengobatan, perumahan dan kompensasi lain. 2. Imbalan Kerja Jangka Panjang (Long-Term Employee Benefit) Adalah imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja sudah tidak aktif lagi bekerja. Contoh: imbalan penghargaan masa kerja, pesangon, cuti besar dan lain-lain. Imbalan kerja jangka panjang harus dicadangkan dengan memperhitungkan nilai waktu dari manfaat yang diberikan kepada karyawan dan asumsi-asumsi aktuaria yang harus diperhitungkan. Pengertian Imbalan Pasca Kerja Tim Penyusun Arsip Negara (2003) dalam Purba (2012: 11) menyatakan bahwa imbalan pasca kerja merupakan salah satu jenis imbalan kerja jangka panjang. Imbalan pasca kerja biasanya terdiri dari pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak (severance pay), penghargaan masa kerja (long service award), cuti besar berimbalan, dan lainlain. Pembayaran imbalan pasca kerja dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Imbalan Pasca Kerja Tanpa Pendanaan (Unfunded) Adalah imbalan pasca kerja yang paling sederhana karena tidak didanai melalui dana pensiun ataupun asuransi tetapi melalui pembayaran kas. Pembayaran kas tersebut dilakukan terhadap uang pesangon, penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak pada saat pekerja memasuki usia pensiun. Jika tidak didanai melalui dana pensiun ataupun asuransi, maka imbalan pasca kerja langsung dibukukan oleh perusahaan dengan membebankan beban imbalan pasca kerja (post employee benefits) dan mengakui kewajiban imbalan pasca kerja (post employee benefits obligations). Rumusan yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya imbalan pasca kerja adalah sebagai berikut: Gaji saat pensiun = gaji sekarang per bulan x (1+presentase kenaikan gaji) (usia pensiun-usia saat pelaporan) a. Uang pesangon Uang pesangon = 2 x gaji saat pensiun x masa kerja Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa besarnya perhitungan pesangon disajikan dalam tabel 1, sebagai berikut: 3

4 Tabel 1 Perhitungan Pesangon Masa Kerja (Dalam Tahun) P x Upah MK < MK < MK < MK < MK < MK < MK < MK < MK 9 Sumber: Sinar Grafika: Undang-Undang Ketenagakerjaan Lengkap (2003) (Diolah) b. Uang penghargaan masa kerja Uang penghargaan masa kerja = masa kerja x gaji saat pensiun Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa besarnya perhitungan uang penghargaan masa kerja disajikan dalam tabel 2, sebagai berikut: Tabel 2 Perhitungan Uang Penghargaan Masa Kerja Masa Kerja (Dalam Tahun) PMK x Upah MK < 3-3 MK < MK < MK < MK < MK < MK < MK < MK 10 Sumber: Sinar Grafika Offset: Undang-Undang Ketenagakerjaan Lengkap (2003) (Diolah) c. Uang penggantian hak Uang penggantian hak = 15% x (uang pesangon + uang penghargaan masa kerja) d. Imbalan pasca kerja pada masa yang akan datang IPK pada masa yang akan datang = uang pesangon + uang penghargaan masa kerja + uang penggantian hak 4

5 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 (Revisi 2010) menyatakan bahwa imbalan pasca kerja diakui pada laporan keuangan dengan menggunakan metode project unit credit untuk menentukan nilai kini dari kewajiban imbalan pasti dan biaya jasa kini dengan perhitungan sebagai berikut: a. Satuan unit manfaat Satuan unit manfaat = IPK pada masa yang akan datang Jumlah masa kerja b. Biaya jasa kini Biaya jasa kini = Satuan unit manfaat ((1+tingkat diskonto) sisa masa kerja ) c. Saldo awal kewajiban Saldo awal kewajiban = Biaya jasa kini x (tahun pada tanggal pelaporan tahun masuk) d. Biaya bunga Biaya bunga = tingkat suku bunga diskonto x (biaya jasa kini + saldo awal kewajiban) 2. Imbalan Pasca Kerja Dengan Pendanaan (Funded) Adalah imbalan pasca kerja yang memiliki permasalahan yang lebih rumit karena didanai melalui dana pensiun ataupun asuransi. Dalam akuntansi pelaporan keuangan imbalan pasca kerja dengan pendanaan dikenal dengan asset program (plan asset). Dewan Standar Akuntansi Keuangan (2010) dalam Purba (2012: 47) menyatakan bahwa entitas bisnis yang mengelola aset program diwajibkan menyajikan laporan keuangan berdasarkan PSAK No. 18 (Revisi 2010). Salah satu mengapa perusahaan ikut serta dalam dana pensiun atau asuransi adalah untuk meringankan pembayaran imbalan pasca kerja pada masa yang akan datang. Pembayaran pada saat pemutusan hubungan kerja dapat mengganggu likuiditas perusahaan, apalagi pemutusan hubungan kerja tersebut tidak terencana. Maka dengan hal tersebut Perusahaan melakukan kebijakan anuitas hidup. Utami et al., (2012: 48) menyatakan bahwa anuitas hidup adalah serangkaian pembayaran secara berkala (dengan jumlah yang boleh berubah) yang dilakukan sesorang tertentu yang masih hidup. Berdasarkan jangka waktu pembayarannya, anuitas hidup dibagi menjadi: a. Anuitas seumur hidup Adalah suatu anuitas yang pembayarannya dilakukan selama tertanggung masih hidup disebut anuitas seumur hidup, pembayaran bisa dilakukan di awal atau di akhir. b. Endowment murni Adalah suatu pembayaran yang dilakukan pada akhir suatu jangka waktu tertentu bagi seseorang tertentu bila dia hidup mencapai akhir jangka waktu tersebut. c. Anuitas berjangka Adalah anuitas hidup dimana pembayarannya dilakukan pada suatu jangka waktu tertentu. d. Anuitas ditunda Anuitas ditunda adalah rangkaian pembayaran secara berkala yang ditunda selama jangka waktu tertentu. Adapun jenis-jenis program pensiun yaitu: a. Program pensiun manfaat pasti (PPMP) Adalah program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Beberapa rumusan yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya manfaat pasti adalah sebagai berikut: Final earning pension plan Manfaat pensiun dihitung berdasarkan presentase tertentu dari gaji terakhir. Manfaat pensiun = 2,5% x PS* x FE* 5

6 Final average earnings Manfaat pensiun dihitung berdasarkan presentase tertentu dari rata-rata gaji pada beberapa tahun terakhir. Manfaat pensiun = 2,5% x PS* x FAE* Career average earnings Manfaat pensiun dihitung berdasarkan presentase tertentu terhadap masa kerja dan gaji rata-rata selama masa karir karyawan. Manfaat pensiun = 2,5% x PS* x CAE* Flat benefit Manfaat pensiun dihitung dengan program flat benefit berdasarkan jumlah tertentu untuk setipa yahun masa kerja atau setelah memenuhi masa kerja minimum. Manfaat Pensiun = FB* x PS* Keterangan*: PS : past service F : final earning FAE : final average earnings CAE : career average earnings FB : flat benefit b. Program pensiun iuran pasti (PPIP) Adalah program pensiun yang iurannya diterapkan berdasarkan peraturan dana pensiun dan seluruh iuran serta hasil pengembangannya dibukukan pada masing-masing rekening peserta sebagai manfaat pensiun. Resiko investasi dana pensiun sepenuhnya ditanggung oleh peserta dana pensiun, bukan lagi perusahaan. Adapun jenis program pensiun iuran pasti adalah: Money purchase plan Iuran ditetapkan sebesar presentase tertentu dari jumlah gaji karyawan. Profit sharing pension plan Besar iuran yang disetor kepada dana pensiun adalah sebesar presentase tertentu dari laba yang diperoleh perusahaan sebelum dipotong pajak. Saving plan Pada prinsipnya sama dengan money purchase plan, hanya saja jumlah besarnya iuran ditentukan oleh pekerja. Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Negara Republik Indonesia teah mengeluarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berlaku efektif sejak 25 Maret Undang-Undang Ketenagakerjaan disusun dengan harapan dapat menciptakan rasa keadilan begi semua pihak dan memperluas lapangan kerja dengan menjaga iklim investasi. Undang-Undang Ketenagakerjaan terdiri dari 18 bab 159 pasal, yang mengatur hubungan antara pengusaha, karyawan dan pemerintah. Hubungan tersebut harus berlangsung harmonis sehingga roda perekonomian dapat berjalan secara optimal. Dengan demikian Undang-Undang Ketenagakerjaan merupakan dasar dalam menentukan besaran baik imbalan kerja jangka pendek maupun imbalan kerja jangka panjang yang merupakan bagian dari imbalan pasca kerja, yang harus dilaporkan pada laporan keuangan setiap perusahaan. Ketentuan-ketentuan yang ada pada Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 yang berhubungan dengan pelaporan keuangan imbalan kerja dijabarkan sebagai berikut: 1. Subyek Undang-Undang Ketenagakerjaan Tim Penyusun Arsip Negara (2003) dalam Purba (2012: 3) menyatakan bahwa badan hukum yang dimaksud terdiri dari dua kelompok, yaitu: 6

7 a. Setiap badan usaha yang berbentuk perseorangan, commanditare vennootschap, firma, perseroan terbatas dan koperasi maupun perusahaan milik negara seperti BUMN, BUMD, Perum dan Perjan. b. Semua bentuk badan usaha lain yang memperkerjakan orang dengan membayar upah seperti lembaga swadaya masyaraat, yayasan, organisasi nirlaba, dan lain-lain. Kedua kelompok tersebut wajib menjalankan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun Hubungan Kerja Hubungan antara pekerja dengan pengusaha didasarkan pada suatu perjanjian atau kontrak yang dibuat secara tertulis maupun lisan. Hal-hal yang diperjanjikan harus tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Apabila perjanjian kerja bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka perjanjian tersebut batal demi hukum. Tim Penyusun Arsip Negara (2003) dalam Purba (2012: 4) menyatakan bahwa perjanjian kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Jangka waktu tertentu Adalah perjanjian yang tidak dapat dilakukan dengan mensyaratkan suatu masa percobaan (probation). Contoh: pekerjaan yang sifatnya sekali selesai atau sementara, musiman, penjajakan, dan pekerjaan tersebut diperkirakan dapat diselesaikan paling lama tiga tahun. b. Jangka waktu tidak tertentu Adalah perjanjian yang dapat dilakukan dengan mensyaratkan suatu masa percobaan (probation) selama tiga bulan. Contoh: pekerjaan yang sifatnya untuk jangka waktu yang lama, ditujukan untuk status pekerja kontrak, pekerja yang dinilai dalam masa percobaan untuk menjadi pekerja tetap. 3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Tim Penyusun Arsip Negara (2003) dalam Purba (2012: 7) menyatakan bahwa pemutusan hubungan kerja dapat dilakukan karena: a. Pensiun (pasal 167) b. Meninggal dunia (pasal 166) c. Mengundurkan diri (pasal 162) d. Pekerja melakukan kesalahan (pasal 158) e. Pekerja melakukan tindak pidana sehingga ditahan pihak berwajib (pasal 160) f. Pekerja melakukan pelanggaran atas perjanjian kerja bersama (pasal 161) g. Perubahan status hukum akibat merger perusahaan (pasal 163) h. Perusahaan tutup karena rugi terus menerus (pasal 164) i. Perusahaan melakukan efisiensi (pasal 164) j. Perusahaan pailit (pasal 165) k. Karyawan mengalami sakit berkepanjangan (pasal 172) Walaupun terdapat ketentuan undang-undang yang membolehkan perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja, namun perusahaan harus memiliki itikad baik mengusahakan agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja dengan segala upaya (pasal 151 ayat 2). Jika belum diperoleh kesepakatan,maka perusahaan dan pekerja yang bersangkutan harus memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian hubungan industri. Sedangkan Tim Penyusun Arsip Negara (2003) dalam Purba (2012: 8) menyatakan bahwa pemutusan hubungan kerja tidak dapat dilakukan karena: a. Meninggalnya pengusaha b. Beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan atau hibah Bagi perseroan terbatas yang dimaksud pengusaha adalah badan hukum itu sendiri. Apabila salah satu dari direksi perseroan tersebut meninggal maka masih bisa digantikan dengan direksi yang lain. Lain halnya dengan badan hukum perseorangan dan firma yang apabila 7

8 pemiliknya meninggal maka pembayaran pesangon, penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak dialihkan kepada ahli waris pengusaha. 4. Pengupahan Tim Penyusun Arsip Negara (2003) dalam Purba (2012: 9) menyatakan bahwa jenis-jenis pengupahan yang diberikan oleh pengusaha kepada pekerja adalah sebagai berikut: a. Upah b. Upah lembur c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan diluar pekerjaan e. Upah untuk pembayaran pesangon f. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan Upah haruslah memenuhi pencapaian hidup yang layak sesuai dengan ketentuan upah minimum regional disetiap provisi tau kabupaten. Pembayaran upah didasarkan pada jasa yang diberikan oleh karyawan. Namun pengusaha diharuskan membayar upah bagi pekerja yang sakit, menikah, menghitankan, melahirkan, istri melahirkan, orang tua meninggal, dan lain-lain. Disamping jenis-jenis pengupahan diatas, juga terdapat Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan pada saat hari raya keagamaan dan jaminan sosial tenaga kerja yang diberikan berdasarkan kemampuan dan ukuran perusahaan. Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan swasta asing juga sering ditemukan mengenai skema pengupahan yang bervariatif seperti pemberian upah selama masa persiapan pensiun, insentif setengah tahunan, pemberian rabat berupa cincin emas, fasilitas menunaikan ibadah haji, fasilitas kesehatan selama masa pensiun dan lain-lain. Pencatatan Imbalan Pasca Kerja Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencatatan imbalan pasca kerja: 1. Imbalan Pasca Kerja Tanpa Pendanaan (unfundeed) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 (Revisi 2010) menyatakan bahwa dalam rangka mengukur nilai kini yang terkait, entitas perlu untuk: a. Menerapkan metode penilaian aktuarial Entitas menggunakan metode project unit credit untuk menentukan nilai kini kewajiban imbalan pasti, biaya jasa kini yang terkait dan biaya jasa lalu (jika dapat diterapkan). Metode project unit credit (seringkali disebut sebagai metode imbalan yang diakru yang diperhitungkan secara pro rata sesuai jasa atau sebagai metode imbalan dibagi tahun jasa) menganggap setiap periode jasa akan menghasilkan satu unit tambahan imbalan dan mengukur setiap unit secara terpisah untuk menghasilkan kewajiban final. Entitas mendiskontokan semua kewajiban imbalan pasca kerja, walaupun sebagian kewajiban jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan. b. Mengaitkan imbalan pada periode jasa Dalam menentukan nilai kini kewajiban imbalan pasti dan biaya jasa kini terkait dan biaya jasa lalu (jika dapat diterapkan) entitas mengalokasikan imbalan sepanjang periode jasa dengan menggunakan formula imbalan yang dimiliki program. Namun, jika jasa pekerja di tahun-tahun akhir meningkat secara material dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka entitas mengalokasikan imbalan tersebut dengan dasar metode garis lurus, sejak: Saat jasa pekerja pertama kali menghasilkan imbalan dalam program (baik dalam imbalan tersebut bergantung pada jasa selanjutnya atau tidak) sampai dengan; Saat jasa pekerja selanjutnya tidak menghasilkan imbalan yang material dalam program, selain dari kenaikan gaji berikutnya. 8

9 c. Metode project unit credit Mensyaratkan suau entitas untuk mengalokasikan imbalan periode berjalan (untuk menentukan biaya jasa kini) dan periode berjalan dan periode-periode lalu (untuk menentukan nilai kini kewajiban imbalan pasti). d. Membuat asumsi-asumsi aktuarial Purba (2012: 36) menyatakan bahwa variabel yang menentukan jumlah biaya imbalan pasca kerja. Mortalitas Turnover atau pengunduran diri Tingkat cacat Klaim kesehatan Tingkat diskonto Kenaikan gaji Hasil asset program e. Metode penilaian aktuaria Adalah metode penilaian yang digunakan aktuaris dalam menentukan besarnya imbalan pasca kerja. Metode penilaian aktuaria ada dua jenis yaitu: Metode accrued benefit cost Yaitu pembagian jumlah imbalan kerja dengan jumlah masa kerja menjadi satu unit imbalan dialokasikan ke setiap masa tahun kerja. Metode projected benefit cost Yaitu menentukan nilai sekarang dari satu unit imbalan yang dialokasikan pada satu tahun masa kerja. Nilai kini kewajiban berasal dari nilai sekarang unit-unit imbalan yang dialokasikan pada masa kerja sebelum tanggal perhitungan. Metode ini terdiri dari aggregate actuarial cost method, entry age normal actuarial cost method, dan attained age normal actuarial cost method. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (2010) dalam Purba (2012: 37) menghitung imbalan pasca kerja dengan menggunakan metode project unit credit actuarial cost atau yang biasa disebut dengan metode project unit credit. Untuk biaya imbalan pasca kerja tanpa pendanaan (unfunded) dikaitkan dengan masa kerja dan atau gaji terakhir, keuntungan dan kerugian aktuaria dapat bersumber dari: - Kenaikan gaji atau penghasilan yang melebihi atau kurang dari yang diasumsikan. - Jumlah pekerja yang berhenti melebihi atau kurang dari yang diasumsikan. - Jumlah pekerja yang meninggal atau cacat melebihi atau kurang dari yang diasumsikan. - Pertumbuhan kekayaan atau hasil aktiva program yang melebihi atau kurang dari yang diasumsikan, jika program didanai (funded). 2. Imbalan Pasca Kerja Melalui Pendanaan (Funded) Purba (2012: 55) menyatakan bahwa pendanaan imbalan pasca kerja dapat juga dilakukan dengan dana pensiun dan asuransi. Dilihat dari jumlah yang ikut serta, dana pensiun dibagi menjadi dua jenis yaitu single employer plan (satu pemberi kerja) yang dikenal dengan dana pensiun pemberi kerja dan multi employer plan (multi pemberi kerja) yang dikenal dengan dana pensiun lembaga keuangan. Program dana pensiun dikatakan single employer plan bila terdapat hanya satu perusahaan yang ikut serta, sedangkan dikatakan multi employer plan jika terdapat lebih dari satu perusahaan yang ikut serta. Pencatatan akuntansi atas single employer plan dan multi employer plan dilakukan dengan mengunakan akuntansi manfaat pasti sepanjang data yang diperlukan tersedia. Jika data tidak tersedia, perusahaan cukup membukukannya seolah-olah dana pensiun tersebut adalah iuran pasti. 9

10 Berikut enam langkah yang harus dilakukan dalam pencatatan dan pelaporan keuangan program manfaat pasti disajikan dalam gambar 2 sebagai berikut: a. Asumsi aktuarial: Turnover pegawai Mortalitas Kenaikan gaji Pensiun dini Tingkat klaim kesehatan b. Project unit method Mengukur manfaat di masa depan harus dihubungkan dengan jasa yang dilakukan diperiode kini dan lalu. c. Aset program Nilai wajar dari asset program harus diakui. d. Laba rugi aktuarial Tentukan nilai laba rugi aktuaria dan jumlah yang akan diakui di laporan keuangan. e. Biaya jasa tambahan Jika kewajiban manfaat program meningkat, maka biaya tambahan terkait jasa lalu harus ditentukan. f. Laba rugi Jika kewajiban manfaat program sudah berkurang atau dibatalkan, hasil keuntungan harus ditentukan. Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (PSAK) No. 24 (Revisi 2010) menyatakan bahwa penyajian dan pengungkapan imbalan pasca kerja tanpa dan dengan (unfunded and funded) pendanaan memiliki pengungkapan yang relatif sama, tetapi berbeda dalam hal pengukurannya sebagaimana hal-hal yang harus diungkapkan sebagai berikut: 1. Kebijakan akuntansi dalam mengakui keuntungan atau kerugian aktuaria. 2. Rekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir dari nilai kini kewajiban imbalan pasti yang disajikan secara terpisah, jika dapat diterapkan, pengaruh selama periode yang didistribusikan pada setiap hal sebagai berikut: a. Biaya jasa kini b. Biaya bunga c. Keuntungan dan kerugian aktuaria d. Perubahan kurs valuta asing pada program yang diukur dengan mata uang yang berbeda dengan mata uang uang penyajian. e. Imbalan yang dibayarkan f. Biaya jasa lalu g. Kombinasi bisnis h. Kurtailmen i. Penyelesaian Asumsi-asmsi aktuaria yang dipakai, seperti tingkat bunga diskonto, kenaikan gaji, dan asumsi-asumsi yang lain. 10

11 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Objek Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Pendekatan kualitatif merupakan suatu pendekatan yang menggunakan data berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwa-peristiwa, pengetahuan, dan objek studi yang diamati peneliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan objek imbalan pasca kerja yang dilakukan pada PT Avia Avian yang berlokasi di Jl. Raya Buduran, KM. 19, Sidoarjo, yang beroperasi dibidang industri cat. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Survey Pendahuluan Survey ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum mengenai jenis-jenis imbalan kerja yang salah satunya adalah imbalan pasca kerja. 2. Survey Lapangan Survey ini dilakukan dengan cara memperoleh data-data yang diperlukan untuk kepentingan perhitungan mencakup semua pekerja yang berhak atas imbalan pasca kerja. 3. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan literatur, referensi, dan lain-lain yang berkaitan dengan topik penelitian. Satuan Kajian Penelitian kualitatif umumnya dilakukan melalui pendekatan studi kasus, namun tidak semua studi kasus berupa penelitian kualitatif karena studi kasus dapat pula dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Satuan kajian dalam penelitian adalah: 1. Akuntansi imbalan pasca kerja yang diakui pada laporan keuangan dengan metode project unit credit 2. Penerapan Akuntansi yang meliputi pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Teknik Analisis Data Teknik analisis diawali dengan survey pendahuluan pada perusahaan, yang dalam penelitian ini adalah PT Avia Avian untuk memperoleh informasi mengenai gambaran umum perusahaan serta penerapan imbalan pasca kerja secara garis besar dan selanjutnya dilakukan survey lapangan yang berguna untuk mengetahui mekanisme dan penerapan akuntansi yang diterapkan PT Avia Avian, ketentuan-ketentuan umum dan lain sebagainya. Setelah data diperoleh maka selanjutnya dilakukan analisis terhadap obyek penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data tentang sistem akuntansi imbalan pasca kerja yang diterapkan oleh perusahaan. 2. Mengevaluasi penerapan akuntansi imbalan pasca kerja dengan metode project unit credit. 3. Mengumpulkan data tentang mekanisme dan penerapan akuntansi untuk imbalan pasca kerja dengan menggunakan metode project unit credit yang meliputi tahap-tahap sebagai berikut: a. Pengukuran b. Pengakuan c. Penyajian 11

12 4. Mengevaluasi kesesuaian data yang diperoleh dengan PSAK No. 24 (Revisi 2010) tentang imbalan pasca kerja. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Mekanisme dan Penerapan Akuntansi Imbalan Pasca Kerja pada PT Avia Avian Penerapan akuntansi imbalan pasca kerja pada PT Avia Avian menggunakan jenis imbalan pasca kerja tanpa pendanaan (unfunded) yaitu imbalan pasca kerja yang paling sederhana karena tidak didanai melalui dana pensiun ataupun asuransi tetapi melalui pembayaran kas. Pembayaran kas tersebut dilakukan terhadap uang pesangon, penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak pada saat pekerja memasuki usia pensiun. Jika tidak didanai melalui dana pensiun ataupun asuransi, maka imbalan pasca kerja langsung dibukukan oleh perusahaan dengan membebankan beban imbalan pasca kerja (post employee benefits) dan mengakui kewajiban imbalan pasca kerja (post employee benefits obligations). Dalam penerapan imbalan paca kerjanya, PT Avia Avian menyesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 (Revisi 2010) yaitu imbalan pasca kerja diakui pada laporan keuangan dengan menggunakan metode project unit credit untuk menentukan nilai kini dari kewajiban imbalan pasti dan biaya jasa kini. Pengukuran Imbalan Pasca Kerja Pengukuran merupakan bagian penting dari pengamatan ilmiah. Pengukuran dilakukan sebagaimana yang ditunjukkan dalam akuntansi, karena data kuantitatif dari pengukuran dapat memberikan informasi yang lebih besar untuk berbagai hal daripada data kualitatif. Karena pengukuran merupakan atribut yang dilaporkan dalam laporan keuangan (misalnya aset, kewajiban, dan pendapatan) yang merupakan fungsi penting dalam akuntansi. Dalam hal ini PT Avia Avian mengukur besarnya biaya imbalan pasca kerja dengan menggunakan dasar asumsi aktuarial keuangan sebagai berikut: a. Suku bunga diskonto : 5% b. Kenaikan gaji : 11% c. Usia pensiun : 55 tahun Dari perhitungan penulis diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut: Nilai kini kewajiban imbalan pasca kerja per 01 Januari 2011 Rp Biaya jasa kini Rp Biaya bunga Rp Nilai kini kewajiban imbalan pasca kerja per 31 Desember 2011 Rp Sehingga jurnal pencatatan yang dibutuhkan adalah: a. Laba ditahan Rp ,- Kewajiban imbalan pasca kerja Rp ,- (Jurnal atas pencatatan beban imbalan pasca kerja yang harus diakui untuk tahun-tahun sebelumnya) b. Beban imbalan pasca kerja jasa kini Rp ,- Kewajiban imbalan pasca kerja Rp ,- (Jurnal atas pencatatan beban imbalan pasca kerja yang harus diakui untuk tahun berjalan) 12

13 Penyajian dan Pengungkapan Imbalan Pasca Kerja PSAK 24 (Revisi 2010) memberikan ketentuan yang spesifik terkait dengan penyajian kewajiban imbalan pasca kerja yang didanai. Kewajiban imbalan pasca kerja harus disajikan bagian dari kewajiban jangka panjang dan jangka pendek. Bagi kewajiban yang akan direalisasi dalamjangka waktu satu tahun wajib diklasifikasikan sebagai bagian dari kewajiban jangka pendek. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 (Revisi 2010) menyatakan bahwa hal-hal yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan terhadap kewajiban imbalan pasca kerja adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan akuntansi dalam mengakui keuntungan dan kerugian aktuaria. 2. Rekonsiliasi saldo awal dan sado akhir dari nilai kini kewajiban imbalan pasti yang disajikan secara terpisah, jika dapat diterapkan, pengaruh selama periode yang dapat diatribusikan pada setiap hal sebagai berikut: a. Biaya jasa kini Berdasarkan pengukuran biaya jasa kini yang telah dilakukan pada PT Avia Avian, hasil yang diperoleh sebesar Rp ,-. b. Biaya bunga Berdasarkan pengukuran biaya bunga yang telah dilakukan pada PT Avia Avian, hasil yang diperoleh sebesar Rp ,-. c. Keuntungan dan kerugian aktuaria Pada tahun 2010 dan 2011 asumsi penilaian aktuarial yang digunakan PT Avia Avian tidak mengalami perubahan pada tingkat bunga diskonto, mortalitas, cacat, pensiun dini, turnover, dan lain-lainnya. Maka pada tahun 2011 PT Avia Avian tidak menghitung keuntungan dan kerugian aktuaria. d. Perubahan kurs valuta asing pada program yang diukur dengan mata uang yang berbeda dengan mata uang penyajian Dalam penyajian laporan keuangan mata uang yang digunakan PT Avia Avian adalah mata uang rupiah yang tidak mengalami perubahan selisih kurs seperti pada mata uang asing. e. Imbalan yang dibayarkan Pada tahun 2011 terdapat karyawan keluar sebanyak 12 orang karyawan dengan jumlah keseluruhan pesangon sebesar Rp ,-. f. Biaya jasa lalu Berdasarkan pengukuran biaya jasa lalu yang telah dilakukan pada PT Avia Avian, hasil yang diperoleh sebesar Rp ,- Nilai kini kewajiban imbalan pasca kerja per 01 Januari 2011 Rp Nilai kini kewajiban imbalan pasca kerja per Rp ( ) 31 Desember 2010 Pesangon Rp Nilai kini kewajiban imbalan pasca kerja per 31 Desember 2011 Rp g. Asumsi-asumsi aktuaria yang dipakai, seperti tingkat bunga diskonto, kenaikan gaji, dan asumsi-asumsi yang lain. Dengan demikian pada bagian catatan atas laporan keuangan diungkapkan informasi senagai berikut: Perusahaan membukukan imbalan pasca kerja imbalan pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun Jumlah karyawan yang berhak atas 13

14 imbalan pasca kerja tersebut adalah karyawan tetap pada tahun Jumlah karyawan yang berhak memperoleh manfaat tersebut adalah 10 karyawan untuk tahun Beban imbalan pasca kerja yang diakui dilaporan laba rugi adalah sebagai berikut: Biaya jasa kini Biaya bunga Biaya jasa lalu Kerugian aktuaria - Jumlah Rp Mutasi liabilitas bersih di posisi keuangan adalah sebagai berikut: Liabilitas awal tahun Imbalan pasca kerja periode berjalan Pembayaran pesangon ( ) Jumlah Rp Perhitungan imbalan pasca kerja Perseroan tahun 2011 dihitung oleh manajemen Perseroan yang digunakan untuk menghitung estimasi biaya dan kewajiban adalah sebagai berikut: Kenaikan gaji 11% Tingkat bunga diskonto 5% Usia pensiun 55 tahun SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibahas dalam bab 4, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa secara garis besar akuntansi imbalan pasca kerja dengan menggunakan metode project unit credit pada PT Avia Avian telah sesuai dengan PSAK No. 24 (Revisi 2010). 1. Mekanisme dan penerapan akuntansi imbalan pascakerja dengan metode project unit credit pada PT Avia Avian telah dijalankan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan PSAK No. 24 (Revisi 2010) dan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, dimana pengukuran terhadap uang pesangon, penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak pada saat pekerja memasuki usia pensiun telah dilakukan pihak menejemen PT Avia Avian dengan benar. 2. PT Avia Avian tidak perlu membuat alokasi biaya untuk jasa aktuaris atas pengukuran imbalan pasca kerjanya, karena pihak manajemen PT Avia Avian telah mengerti dan memahami mekanisme dan penerapan akuntansi imbalan pascakerja dengan metode project unit credit dengan baik

15 Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa PT Avia Avian pada tahun penelitian ini tidak menggunakan jasa aktuaris yaitu konsultan yang melakukan konsultasi dalam bidang aktuaria sebagai dasar perhitungan imbalan pasca kerja. Namun, akan lebih baik jika PT Avia Avian meminta jasa konsultan aktuaria untuk menghitung beban imbalan pasca kerjanya, kerena: 1. Professionalisme Konsultan aktuaria merupakan konsultan yang sudah ahli dibidangnya, untuk itu mereka sudah pasti lebih berpengalaman dalam pengukuran imbalan pasca kerja. 2. Independensi Konsultan aktuaria merupakan pihak diluar perusahaan, jadi mereka akan lebih independen dalam pengukuran imbalan pasca kerja di perusahaan. Independensi ini juga yang seringkali di minta oleh pihak auditor eksternal ketika mereka melakukan audit di satu perusahaan. 3. Efisiensi Dengan menyerahkan proses pengukuran imbalan pasca kerja sesuai PSAK No. 24 (Revisi 2010) maka proses audit keuangan akan lebih efisien, karena perusahaan tidak perlu dibuat rumit dengan perhitungan-perhitungan yang kompleks. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, D Menilai Kewajaran Hasil Perhitungan Aktuaria Melalui Analisis Teknis Keuntungan atau Kerugian Aktuaria Februari 2013 (19.10). Arif Enam Fakta yang Wajib Anda Ketahui tentang PSAK 24 Imbalan Kerja Februari 2013 (19.05). Kanpusan Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup PSAK 24 (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 24) Revisi Februari 2013 (19.45). Moleong, L.J Metodologi Penelitian Kualitatif. Revisi. Remaja Rosdakarya. Bandung. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 24 (Revisi 2010) Imbalan Kerja. Dewan Standar Akuntansi Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia. Jakarta. Purba, M.P Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Imbalan Kerja. Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan. 25 Maret Sinar Grafika. Jakarta. Utami, A.H.B., Y. Wilandari, dan T. Wuryandari Penggunaan Metode Project Unit Credit dan Entry Age Normal dalam Pembiayaan Pensiun. Jurnal Gaussan 1(1): Sigma Actuarial Consulting Laporan Tahunan 2012: Laporan Perhitungan Aktuaria PT Jawa Pos Media Komputama. SAC. Jakarta. Yin, R.K Studi Kasus Desain dan Metode. Revisi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 15

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Imbalan Kerja (Employee Benefit) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 (Revisi 2010) menyatakan bahwa imbalan kerja adalah seluruh bentuk

Lebih terperinci

IMBALAN KERJA. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja 1

IMBALAN KERJA. Dwi Martani. 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja 1 IMBALAN KERJA Dwi Martani 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja 1 PSAK Terkait PSAK 24 Imbalan Kerja PSAK 53 Kompensasi berbasis Saham 1/26/2010 Pelaporan Akuntans Keuangan Imbalan Kerja

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003: KETENAGAKERJAAN DAN PSAK NO. 24: IMBALAN KERJA

UNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003: KETENAGAKERJAAN DAN PSAK NO. 24: IMBALAN KERJA UNDANG-UNDANG 13 TAHUN 2003: KETENAGAKERJAAN DAN PSAK NO. 24: IMBALAN KERJA UU NO.13 TAHUN 2003 PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA PENGUPAHAN HUBUNGAN KERJA UU NO.13 TAHUN 2003 UU NO.13 TAHUN 2003 Siapa sajakah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengakuan, pengukuran dan penyajian yang dilakukan oleh PT. Heksatex Indah telah sesuai dengan standar yang berlaku atau

Lebih terperinci

KERAGAMAN APLIKASI PSAK 24 (REVISI 2004) TENTANG IMBALAN KERJA DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

KERAGAMAN APLIKASI PSAK 24 (REVISI 2004) TENTANG IMBALAN KERJA DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN EKUITAS ISSN 1411-0393 Akreditasi No.49/DIKTI/Kep/2003 KERAGAMAN APLIKASI PSAK 24 (REVISI 2004) TENTANG IMBALAN KERJA DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN Drs.

Lebih terperinci

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto PSAK 24 IMBALAN KERJA Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita 2015271115 Dicky Andriyanto 2015271116 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 I. PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN AKTUARIA KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA

PERHITUNGAN AKTUARIA KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA PERHITUNGAN AKTUARIA KEWAJIBAN IMBALAN PASCA KERJA Oleh : Tubagus Syafrial, FSAI, FLMI, MBA PT. Binaputera Jaga Hikmah Hotel Bumikarsa Bidakara, Jakarta 31 Agustus 2005 1 PSAK NO. 24 (REVISI 2004) TENTANG

Lebih terperinci

KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN KAITAN PROGRAM DANA PENSIUN DENGAN PENERAPAN PSAK NO. 24 (REVISI 2004) PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN Oleh : PT. BINAPUTERA JAGA HIKMAH Jakarta, 24 November 2006 1 MATERI PRESENTASI I. PENDAHULUAN II.

Lebih terperinci

PSAK 24 AKUNTANSI IMBALAN KERJA

PSAK 24 AKUNTANSI IMBALAN KERJA PSAK 24 AKUNTANSI IMBALAN KERJA, SE, Ak, MM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Ruang Lingkup - 1 PSAK 24 diterapkan oleh pemberi kerja untuk akuntansi seluruh imbalan kerja Kecuali hal-hal yang telah

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk.

BAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk. BAB 3 GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN IMBALAN KERJA DI PT. PGN (Persero) Tbk. 3.1. Sejarah Pendirian Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) ( Perusahaan ) berasal dari perusahaan swasta Belanda yang bernama

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.05/2017 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2016 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 AKUNTANSI BIAYA MANFAAT PENSIUN Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun disetujui dalam Rapat Komite

Lebih terperinci

IMBALAN KERJA BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003

IMBALAN KERJA BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Imbalan Kerja Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan 123 IMBALAN KERJA BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 S u b a g y o Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida

Lebih terperinci

IX.6. KEWAJIBAN IMBALAN KERJA

IX.6. KEWAJIBAN IMBALAN KERJA IX.6. KEWAJIBAN IMBALAN KERJA A. Definisi 01. Imbalan Kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan Bank atas jasa yang diberikan oleh pekerja. 02. Kewajiban Imbalan Kerja adalah kewajiban yang timbul

Lebih terperinci

TUGAS PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN

TUGAS PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN TUGAS PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN Disusun Oleh Kelompok 11: IVA NOVANIE (12 158 005) WIDIA SARI (12 158 027) PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 Tujuh pertanyaan dari diskusi

Lebih terperinci

Jakarta, 22 Maret 2017 Direktorat Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan IKNB

Jakarta, 22 Maret 2017 Direktorat Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan IKNB SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2017 TENTANG IURAN, MANFAAT PENSIUN, DAN MANFAAT LAIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH DANA PENSIUN Jakarta, 22 Maret 2017 Direktorat Pengaturan, Penelitian,

Lebih terperinci

PSAK 24 IMBALAN KERJA

PSAK 24 IMBALAN KERJA PSAK 24 IMBALAN KERJA 24 Latar Belakang Untuk melaporkan perubahan kewajiban imbalan pasti dan aset program didefinisikan dengan cara yang lebih mudah dipahami Beberapa opsi penyajian diizinkan dalam standar

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

PSAK 18 PROGRAM PURNA KARYA (REVISI 2010) Retirement Benefit Plans Pelaporan

PSAK 18 PROGRAM PURNA KARYA (REVISI 2010) Retirement Benefit Plans Pelaporan PSAK 18 PROGRAM PURNA KARYA (REVISI 2010) Retirement Benefit Plans Pelaporan Dwi Martani Ketua Departemen Akuntansi FEUI Anggota Tim Implementasi IFRS 1 Tujuan Pernyataan inii diterapkan dalam laporan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau)

Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau) Penerapan Metode Projected Unit Credit dan Entry Age Normal pada Asuransi Dana Pensiun (Studi Kasus : PT. Inhutani I Cabang Kabupaten Berau) Application of Projected Unit Credit Method And The Entry Age

Lebih terperinci

AKUNTANSI DANA PENSIUN DI INDONESIA

AKUNTANSI DANA PENSIUN DI INDONESIA ISSN 0000-0000 AKUNTANSI DANA PENSIUN DI INDONESIA Sutjipto Ngumar *) ABSTRAK Program pensiun di Indonesia, tidak hanya dinikmati pegawai negeri atau ABRI saja, tetapi karyawan swasta dan pekerja mandiripun

Lebih terperinci

YAYASAN TIFA LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011

YAYASAN TIFA LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 YAYASAN TIFA LAPORAN KEUANGAN YAYASAN TIFA Lampiran 1 LAPORAN POSISI KEUANGAN (Dinyatakan dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain, dan Dolar AS ( USD )) Catatan IDR AS *) IDR AS *) ASET LANCAR Kas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pensiun Pensiun sejauh ini dianggap sebagai ungkapan rasa terima kasih. Para pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara mereka sepanjang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN

PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 47-54 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENGGUNAAN METODE PROJECTED UNIT CREDIT DAN ENTRY AGE NORMAL DALAM PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ketentuan Program Tabungan Hari Tua PNS PT Taspen (Persero) Undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau untuk pemutusan kontrak kerja (PSAK 24, 2015:8). Benefit dalam IAS 19 (2014), yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. atau untuk pemutusan kontrak kerja (PSAK 24, 2015:8). Benefit dalam IAS 19 (2014), yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Imbalan Kerja 2.1.1 Definisi Imbalan Kerja Imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan suatu entitas dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian tingkat kecukupan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian tingkat kecukupan dana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Landasan Teori Bagian ini akan membahas lebih mendalam mengenai teori-teori dan pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang

PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang PENDANAAN PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT DOLLAR (Studi Kasus Pada PT. Wooil Indonesia) Devni Prima Sari dan Sudianto Manullang Abstrak Program dana pensiun merupakan salah satu faktor pendorong

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN DANA PENSIUN DENGAN METODE ATTAINED AGE NORMAL DAN PROJECTED UNIT CREDIT

PERHITUNGAN PEMBIAYAAN DANA PENSIUN DENGAN METODE ATTAINED AGE NORMAL DAN PROJECTED UNIT CREDIT PERHITUNGAN PEMBIAYAAN DANA PENSIUN DENGAN METODE ATTAINED AGE NORMAL DAN PROJECTED UNIT CREDIT (STUDI KASUS : PT. TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG UTAMA SEMARANG) SKRIPSI Disusun Oleh : MUSSANDINGMI ELOK

Lebih terperinci

UU No. 13/2003 Ketenagakerjaan Perkiraan Beban Pendanaan

UU No. 13/2003 Ketenagakerjaan Perkiraan Beban Pendanaan Juli 2007 UU No. 13/2003 Ketenagakerjaan Perkiraan Beban Pendanaan Atas Manfaat Pasal 162 (1), 166, 167 dan 172 DAYAMANDIRI DHARMAKONSILINDO Providing Professional Actuarial Consulting Services Daftar

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang mendambakan hidup tenang, tenteram, bahagia dan sejahtera. Berbagai cara dilakukan untuk dapat memperolehnya. Hal yang biasa dilakukan adalah

Lebih terperinci

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; DASAR HUKUM * UUD 1945, pasal 28 D ayat (2) : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan menjalankan manfaat pensiun, yang didirikan secara terpisah oleh perusahaan, dengan mencadangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang di dunia ini siapapun dia ingin mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera. Banyak orang kemudian berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG Pajak penghasilan tangguhan timbul akibat perbedaan temporer

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan oleh aktuaris dari masing-masing perusahaan berbeda-beda.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan oleh aktuaris dari masing-masing perusahaan berbeda-beda. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pembebanan aktuaria merupakan kewajiban bagi aktuaris untuk menghitung dana pensiun bagi peserta program pensiun. Aktuaris perlu menghitung iuran pensiun, kewajiban aktuaria,

Lebih terperinci

AKUNTANSI IMBALAN KERJA

AKUNTANSI IMBALAN KERJA AKUNTANSI IMBALAN KERJA Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 12 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Taufik Hidayat, Nia Paramita dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tujuan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN PENDETA DI SINODE GEREJA KRISTEN JAWA SKRIPSI. Disusun Oleh :

PENGGUNAAN METODE INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN PENDETA DI SINODE GEREJA KRISTEN JAWA SKRIPSI. Disusun Oleh : PENGGUNAAN METODE INDIVIDUAL LEVEL PREMIUM DALAM PEMBIAYAAN PENSIUN PENDETA DI SINODE GEREJA KRISTEN JAWA SKRIPSI Disusun Oleh : Nama : ADITYAWAN WIDI NUGROHO NIM : J2E 008 001 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Presented: Dwi Martani

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Presented: Dwi Martani PSAK 24 IMBALAN KERJA IAS 19 EMPLOYEE BENEFIT Presented: Dwi Martani Agenda 1. Overview perubahan 2. Tujuan dan Ruang Lingkup 3. Imbalan Jangka Pendek 4. Imbalan Pascakerja a. Program Iuran Pasti b. Program

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN 2011-2012 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Dana Pensiun Tahun

Lebih terperinci

PROGRAM PENSIUN/PROGRAM PENDANAAN & UUTK 13/2003: PENGUKURAN DAN PENGUNGKAPAN SESUAI PSAK-24 REVISI 2004

PROGRAM PENSIUN/PROGRAM PENDANAAN & UUTK 13/2003: PENGUKURAN DAN PENGUNGKAPAN SESUAI PSAK-24 REVISI 2004 PROGRAM PENSIUN/PROGRAM PENDANAAN & UUTK 13/2003: PENGUKURAN DAN PENGUNGKAPAN SESUAI PSAK-24 REVISI 2004 PENDAHULUAN Sampai dengan akhir tahun 2007, terdapat sekitar 3.500 s/d 3.700 Perusahaan yang telah

Lebih terperinci

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA Daftar Isi Halaman Laporan Auditor Independen Laporan Keuangan Untuk Periode yang Dimulai dari 18 Desember 2012 (Tanggal Pendirian) sampai dengan 31 Desember 2012 Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Laba

Lebih terperinci

ASET Aset Lancar Kas dan setara kas 1.429.755 1.314.091 1.020.730 Investasi jangka pendek 83.865 47.822 38.657 Investasi mudharabah - - 352.512 Piutang usaha Pihak berelasi 14.397 20.413 30.670 Pihak ketiga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Liabilitas Menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mata uang

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Mata uang BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akuntansi Dana Pensiun KWI 1. Deskriptif Kualitatif a. Penyajian Laporan Keuangan Laporan keuangan Dana Pensiun KWI disusun dengan menggunakan prinsip dan

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun mengatur berbagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai penghidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai penghidupan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pensiun dan Program Pensiun 1. Pengertian Pensiun Pensiun adalah suatu penghasilan yang diterima setiap bulan oleh seorang bekas pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai

Lebih terperinci

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren PENDAHULUAN Tujuan dari penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah untuk memberi panduan akuntansi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH

PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH PERHITUNGAN DANA PENSIUN DENGAN UNIT CREDIT COST METHOD (ACCRUED BENEFIT) MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Matematika Aktuaria yang dibimbing oleh Dr. Isnani Darti,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tabungan dan Asuransi Pensiun Tabungan dan asuransi pensiun merupakan tabungan jangka panjang yang bertujuan untuk mendapatkan dana pensiun. Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

http://www.hadiborneo.wordpress.com/ PENGERTIAN DANA PENSIUN A Dictionary of Banking (1983): Pension Fund atau Dana Pensiun berarti suatu bentuk investasiyang dikelola perusahaan/pemberi kerja dengan membayar

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEWAJIBAN/BEBAN UUTK-13/2003 TERKAIT DENGAN PROGRAM PENDANAAN

PENGUKURAN KEWAJIBAN/BEBAN UUTK-13/2003 TERKAIT DENGAN PROGRAM PENDANAAN PENGUKURAN KEWAJIBAN/BEBAN UUTK-13/2003 TERKAIT DENGAN PROGRAM PENDANAAN Pendahuluan Didalam sistem hukum ketenagakerjaan Indonesia, kita ketahui bahwa Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang

Lebih terperinci

Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya

Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya YTKI, 10 Juli 2008 infocenter@dayamandiri.co.id http://www.dayamandiri.co.id Sistem dan Beban Kesejahteraan Karyawan serta Pendanaannya Diskusi Interaktif: Strategi Mengendalikan Risiko Keuangan DAYAMANDIRI

Lebih terperinci

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR

Lebih terperinci

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016 serta tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 PT HARTADINATA ABADI, Tbk DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang didasarkan pada teori yang mendukung dengan perbandingan PSAK 1 dan IAS 1 tentang penyajian laporan keuangan.

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Artikel:

Daftar Pustaka. Artikel: Daftar Pustaka Artikel: Kadarisman. 1993. Pokok-pokok Pengelolaan Dana Pensiun Pemberi Kerja. Jakarta; Manajemen dan Usahawan Indonesia. Kasiyanto, MJ. 1993. Menggebrak Dana Pensiun di Indonesia. Jakarta;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/POJK.05/2014 TENTANG PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 31 Desember 2015 dan 2014 serta 1 Januari 2014 ASET Catatan 2015 2014 1 Januari 2014 Rp Rp Rp ASET LANCAR Kas

Lebih terperinci

Sekilas tentang Dana Pensiun

Sekilas tentang Dana Pensiun Jakarta, 20 Agustus 2009 Yang terhormat, Para Peserta Dana Pensiun Seluruh Karyawan ABFI Institute Perbanas Di Jakarta Dalam rangka melaksanakan amanat dari Pemberi Kerja/Yayasan Pendidikan Perbanas untuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk.

BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk. BAB 4 ANALISIS PENCADANGAN BIAYA PESANGON DI PT. PGN (Persero) Tbk. 4.1. Perhitungan Kewajiban Pencadangan Biaya Pesangon 4.1.1. Perhitungan Kewajiban Pencadangan Pesangon Menurut Aktuaris Perhitungan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA PENSIUN MENGGUNAKAN METODE ATTAINED AGE NORMAL PADA DANA PENSIUN

PERHITUNGAN BIAYA PENSIUN MENGGUNAKAN METODE ATTAINED AGE NORMAL PADA DANA PENSIUN PERHITUNGAN BIAYA PENSIUN MENGGUNAKAN METODE ATTAINED AGE NORMAL PADA DANA PENSIUN Chrisna Sandy 1, Sudarwanto 2, Ibnu Hadi 3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Dana Pensiun Sesuai UU No. 11 tahun 1992, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun Dalam PP No. 77 Tahun

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan operasi PT ASABRI (Persero) dilandasi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1971, yang menjelaskan bahwa ASABRI adalah suatu jaminan sosial bagi prajurit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pembangunan nasional salah satunya memiliki tujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Kunci keberhasilan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword: employee benefits, short-term employee benefit, post-employment benefits, PSAK No. 24. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keyword: employee benefits, short-term employee benefit, post-employment benefits, PSAK No. 24. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT High-growth population and uneven distribution of the population, are the factors that influence labor issues in Indonesia. Fostering employment relationship between workers, employers, and governmentis

Lebih terperinci

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi IFRS dan membandingkan laporan keuangan PT Telkom Indonesia yang telah mengadopsi

Lebih terperinci

PT DAYAMANDIRI DHARMAKONSILINDO Rincian Pekerjaan Perhitungan Kewajiban Imbalan Kerja PSAK 24 Revisi 2004

PT DAYAMANDIRI DHARMAKONSILINDO Rincian Pekerjaan Perhitungan Kewajiban Imbalan Kerja PSAK 24 Revisi 2004 Rincian Pekerjaan Perhitungan Kewajiban Imbalan Kerja PSAK 24 Revisi 2004 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 24 Revisi 2004 ( PSAK-24 ) yang mengatur tentang akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja,

Lebih terperinci

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC, Tbk LAPORAN KEUANGAN

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC, Tbk LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN LAPORAN KEUANGAN PER 30 SEPTEMBER 2011 (TIDAK DIAUDIT) DAN 31 DESEMBER 2010 (DIAUDIT) SERTA UNTUK PERIODE SEMBILAN BULAN YANG BERAKHIR 30 SEPTEMBER 2011 DAN 2010 (TIDAK DIAUDIT) LAPORAN

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN PELAPORAN PROGRAM MANFAAT PURNAKARYA

AKUNTANSI DAN PELAPORAN PROGRAM MANFAAT PURNAKARYA PSAK No. Februari 00 (revisi 00) EXPOSURE DRAFT EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN PROGRAM MANFAAT PURNAKARYA Exposure draft ini dikeluarkan oleh Dewan Standar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992

Lebih terperinci

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN U M U M Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011 Tentang DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI, Menimbang : a. bahwa Dana Pensiun merupakan sarana penghimpun dana, guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberi kerja, sedangkan pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemberi kerja, sedangkan pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahan-perusahaan mulai tumbuh seiring berkembangnya zaman. Salah satunya adalah pertumbuhan perusahaan di Indonesia. Perusahaan besar ataupun perusahaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan dan

Lebih terperinci

MENGUKUR POTENSI KEKURANGAN PROGRAM PENSIUN/PROGRAM PENDANAAN TERHADAP UUTK 13/2003

MENGUKUR POTENSI KEKURANGAN PROGRAM PENSIUN/PROGRAM PENDANAAN TERHADAP UUTK 13/2003 MENGUKUR POTENSI KEKURANGAN PROGRAM PENSIUN/PROGRAM PENDANAAN TERHADAP UUTK 13/2003 Pendahuluan Sampai dengan akhir tahun 2007, terdapat sekitar 3.500 s/d 3.700 Perusahaan yang telah menyelenggarakan Program

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI. Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH JURUSAN STATISTIKA

PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI. Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH JURUSAN STATISTIKA PERHITUNGAN BIAYA TAMBAHAN DENGAN METODE ACCRUED BENEFIT COST PADA PENDANAAN PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI SKRIPSI Disusun Oleh : SITI NURLATIFAH 24010211130052 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

ED PSAK 24. imbalan kerja. exposure draft

ED PSAK 24. imbalan kerja. exposure draft ED PSAK exposure draft PERNYATAAN Standar Akuntansi Keuangan imbalan kerja Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. Menteng, Jakarta

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK. Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK. Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK DIREKSI Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai atau karyawan adalah orang yang bekerja dengan menerima

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai atau karyawan adalah orang yang bekerja dengan menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegawai atau karyawan adalah orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Setiap pegawai memiliki batasan waktu usia untuk bekerja sesuai

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: PER- 02 /BL/2007 TENTANG BENTUK DAN

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN. PT UG didirikan dengan akta notaris Abdul Latief, SH, No.104 tertanggal 29

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN. PT UG didirikan dengan akta notaris Abdul Latief, SH, No.104 tertanggal 29 BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT UG didirikan dengan akta notaris Abdul Latief, SH, No.104 tertanggal 29 Oktober 1971 di Jakarta,

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN PERLAKUAN AKUNTANSI PSAK 24 PADA PT GUDANG GARAM TBK

EVALUASI PENERAPAN PERLAKUAN AKUNTANSI PSAK 24 PADA PT GUDANG GARAM TBK Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) 2017- UNPGRI KEDIRI EVALUASI PENERAPAN PERLAKUAN AKUNTANSI PSAK 24 PADA PT GUDANG GARAM TBK Ryza Evylia Sukma UN PGRI KEDIRI evyliaryza@gmail.com Dian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dana Pensiun Undang Undang dana pensiun yang dikeluarkan tahun 1992 yaitu Undang Undang No 11 Tahun 1992 tentang dana pensiun. Tujuan di keluarkannya Undang Undang tersebut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup. Tujuan tersebutlah yang menjadikan seseorang harus

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup. Tujuan tersebutlah yang menjadikan seseorang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan serta menjaga kelangsungan hidup. Tujuan tersebutlah yang menjadikan seseorang harus dapat menjaga kesinambungan

Lebih terperinci

NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Senin, 29 Oktober 2007 RR. Dirjen PPTKDN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PROGRAM JAMINAN KOMPENSASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI OJK. Dana Pensiun. Pembubaran. Likuidasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 163) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9/POJK.05/2013

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG PENGESAHAN ATAS PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN PERHUTANI DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Menimbang

Lebih terperinci

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008

PT. AKBAR INDO MAKMUR STIMEC Tbk CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 1. UMUM a. Pendirian Perusahaan PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk ( Perusahaan ) didirikan pada tanggal

Lebih terperinci

PENSION & EXIT SYSTEM. Prodi Administrasi Bisnis

PENSION & EXIT SYSTEM. Prodi Administrasi Bisnis PENSION & EXIT SYSTEM Prodi Administrasi Bisnis Pemberhentian Pemberhentian Undang Undang Keinginan Perusahaan Keinginan Karyawan Kontrak kerja berakhir Kesehatan karyawan Meninggal dunia Perusahaan dilikuidasi/bangkrut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pada era globalisasi memungkinkan kegiatan perekonomian berkembang sedemikian rupa. Sejalan dengan meningkatnya masyarakat yang memiliki pekerjaan

Lebih terperinci

KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2016 UNTUK DANA PENSIUN

KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2016 UNTUK DANA PENSIUN KRITERIA ANNUAL REPORT AWARD 2016 UNTUK DANA PENSIUN Penilaian ARA 2016 dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: A. Penilaian Kuantitatif (100%) terdiri dari 8 klasifikasi, yaitu: 1. Umum: Bobot keseluruhan untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 230/KMK.017/1993 TENTANG MAKSIMUM IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 230/KMK.017/1993 TENTANG MAKSIMUM IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 230/KMK.017/1993 TENTANG MAKSIMUM IURAN DAN MANFAAT PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa iuran kepada Dana Pensiun merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 37, 1992 (ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci