SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANLAN BOGOR BOGOR 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANLAN BOGOR BOGOR 2009"

Transkripsi

1 Pd ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN (ACCEPTANCE) PETANI TERHADAP PRODUK REXAYASA GENETIKA GUSPRI DEVI ARTANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANLAN BOGOR BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan (Acceptance) Petani terhadap Produk Rekayasa Genetika adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belurn diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau diitip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2009 GUSD~~ Devi Artanti NRP. I

3 ABSTRACT GUSPRI DEVI ARTANTI. Analysis of Determinant Factors of Farmers Acceptance on Genetically Modified Organisms (GMO) Product. Supervised by HARDINSYAH, DEWA K.S. SWASTIKA, and RETNANINGSIH This cross sectional study was aimed at analyzing determinant factors of farmer's acceptance on GMO Product. For these purpose 300 farmers was selected from Jombang District (East Java) and Deli Serdang District (North Sumatera), 150 farmers each. Data collected include acceptance, knowledge, and perception of farmers on GMO. A logistic regression was applied to analyze the determinant factors of farmer's acceptance on GMO. The result showed the factor determined the farmer's acceptance was farmer's knowledge on GMO which is negatively associated. This negative respond is mainly due to lack of understanding of farmers on GMO. They just know that there is a GMO but they have not yet understood what the GMO is. The knowledge of the farmer's on GMO was different between the two areas. The farmers hope GMO food could be marketed if it can give a high quality of agriculture product, higher productivity and socialization on GMO by the government. In order to increase acceptance of farmer's on GMO, the government should promote scientific evidence on both advantage and disadvantage of growing GMO seeds. Keyword: Acceptance, Farmer, Genetically Modzped Organisms Product

4 RINGKASAN GUSPRI DEVI ARTANTI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan (Acceptance) Petani terhadap Produk Rekayasa Genetika. Dibimbing oleh HARDINSYAH, DEWA K.S. SWASTIKA, dan RETNANINGSIH. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengadaan dan peredaran Produk Reltayasa Genetika (FRG) di Indonesia, menganalisis penerimaan petani tehadap PRG dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta menganalisis pengetahuan, persepsi, dan harapan petani terhadap PRG. Desain penelitian ini adalah cross sectional studi, Sampel dalam penelitian ini adalah 300 petani yang diambil secara sengaja (purposive sampling) dari Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Kriteria sampel petani adalah orang yang bekerja di lahan pertanian pangan, baik miliknya sendiri maupun bekerja pada lahan pertanian orang lain. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi dokurnenllaporan tentang penggunaan benih, luas tanam, dan peredaran PRG baik berupa pangan maupun nonpangan; dokumen tentang regulasi, kesepakatan, pedoman, dan standar tentang atau yang berkaitan dengan PRG baik nasional maupun intemasional; dan data tentang luas areal dan tingkat produktivitas pertanian di setiap kabupaten yang menjadi lokasi penelitian. Data primer dikumpullcan melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pemyataan tentang karakteristik petani, pengetahuan, persepsi, dan penerimaan petani terhadap PRG, terkait manfaat, kerugian, peredaran, penyediaan, pengaturan (regulasi) tentang PRG serta harapan petani terhadap PRG dan pertanian di Indonesia. Analisis faktor yang mempengaruhi penerimaan petani terhadap PRG dilakukan dengan regresi logistik, untuk menganalisis perbedaan karakteristik petani di dua kabupaten dilakukan dengan mengunakan uji beda (t test), dan untuk menganalisis hubungan tingkat pendidilcan dengan pengetahuan dan persepsi petani tentang PRG dianalisis dengan kolerasi Spearman 's. Status tanaman pangan PRG masih dalam tahap pengujian laboratorium dan lapang, sedangkan tanaman nonpangan PRG yang pemah dilepas di lingkungan adalah kapas NU Cotton 35B (Bolgard) di Sulawesi Selatan pada tahun Bahan pangan PRG terutama kedelai dan jagung, diyakini telah masuk ke Indonesia. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya perlindungan dengan mengeluarltan berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah tentang pangan, keamanan hayati, dan lteamanan pangan produk pertanian rekayasa genetika. Nalnun i~nplementasi dari undang-undang tersebut belum mendapat perhatian yang n~emadai serta belum ada perkembangan yang berarti dan sangsi penegakan hukum bagi pelanggar. Hasil analisis penerimaan petani terhadap PRG menunjukkan bahwa 59.7% petani menyatakan menerima PRG. Skor penerimaan terhadap PRG pada petani di Kabupaten Deli Serdang lebih baik bila dibandingkan dengan skor penerimaan petani di Kabupaten Jombang, dan secara statistik menggunakan uji t menunjuklcan perbedaan terhadap penerimaan PRG pada petani di Kabupaten Jombang dan Kabupaten Deli Serdang (p=0.000). Lebih dari 90% petani setuju bahwa konsumsi produk pangan PRG lebih baik dan lebih aman bila dibandingkan dengan mengkonsumsi produk pangan berformalin, pangan yang

5 terinfeksi virus flu bumg, pangan yang menimbulkan diare dan pangan yang diberi pewama. Sekitar 49% petani menduga penggunaan pakaian dari kapas PRG lebih nyaman dan 48% petani menduga bahwa penggunaan perabot rumah tanggdmeubel yang terbuat dari lcayu jati PRG lebih awet. Hanya 26.2% petani yang memberilcan pemyataan bahwa untuk menjaga kesehatan, tidak akan mengkonsumsi prod~~k pangan PRG dan 28.2% tidak akan menggunakan produk nonpangan PRG. Hasil uji regresi logistik menunjukkan hanya variabel pengetahuan yang signifikan mempengamhi penerimaan petani terhadap PRG dengan hubungan yang negatif, artinya semakin tahu petani tentang keberadaan PRG maka semakin tidak menerima PRG. Hal ini terutama disebabkan karena petani bm~ selcedar tahu tentang keberadaan PRG dan belum punya pemahaman tentang apa PRG itu. Oleh karena itu, mereka cenderung menolak. Nilai OR menunjukkan bahwa petani yang tahu tentang keberadaan PRG memiliki peluang untuk menerima PRG sebesar 0.5 kali lebih kecil dibandingkan petani yang belum tahu. Hasil analisis pengetahuan petani terhadap PRG diperoleh sekitar 14.3% petani yang tahu dengan baik tentang PRG. Kurangnya pengetahuan petani terhadap PRG diduga karena rendahnya tingkat pendidikan dari petani serta kurangnya informasi dan sosialisasi tentang PRG pada petani. Skor pengetahuan petani tentang PRG di Kabupaten Deli Serdang lebih baik dari pada petani di Kabupaten Jombang, dan secara statistik dengan menggunakan uji t menunjukkan perbedaan tingkat pengetahuan petani terhadap PRG di Kabupaten Jombang dan Kabupaten Deli Serdang (p =0.000). Sebanyak 80.3% petani memiliki persepsi menerima terhadap PRG, dimana mayoritas petani setuju jika di Indonesia telah beredar produk pangan dan nonpangan PRG, sebanyak 68% petani setuju jika pangan PRG mempunyai lcualitas yang baik, sebanyalc 96.3% petani menyatakan setuju bahwa ketika pemerintah alcan melepas PRG, hendaknya ada informasi dan keterbukaan kebijakan. Hasil Uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi tentang PRG antara petani di lcabupaten Jombang dan petani di Kabupaten Deli Serdang (p =0.360). Variabel pendidikan mempunyai hubungan yang erat terhadap variabel pengetahuan (p=0.001). Akan tetapi variabel pendidikan tidak mempunyai hubungan yang erat dengan variabel persepsi (p=0.879). Sebanyak 50.7% petani yang memberilcan masukan dan harapannya bagi peredaran PRG dan perkembangan pertanian di Indonesia menyatakan, PRG terutama produk pangan bisa diedarkan jilta mampu memberikan ltualitas hasil yang tinggi dengan harga benih yang murah dan mudah diperoleh, PRG dapat meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia, dan diharapkan pemerintah serta instansi terkait dapat mensosialisasilcan PRG pada seluruh masyarakat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pemerintah untuk menyampailcan infolmasi dan sosialisasi lcepada masyarakat baik dari segi manfaat maupun lcen~gian PRG serta inelakukan pengawasan terhadap peredaran dan pelepasan PRG sebagai usaha perlindungan bagi konsumen dari kemungkinan dampak negatif yang ditimbullcan dan bagi pelaksanaan penelitian yang lebih mendalam untulc pengeinbangan penerapan bioteknologi PRG di Indonesia. Kata ICLIIIC~ Penerimaan, Petani, Produk Rekayasa Genetika.

6 @ Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang I. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya tanpa izin IPB

7 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENENMAAN (ACCEPTANCE) PETANI TERJUDAP PRODUK REKAYASA GENETIKA GUSPRI DEW ARTANTI Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

8 Judul Tesis Naina NIM : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan (Acceptarzce) Petani terhadap Produk Rekayasa Genetika : Guspri Devi Artanti : I Disetujui A Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. ardins ah MS Retnaninesih, M. Si Dr. 11. Dewa K.S. Swastika. MS. APU Anggota Anggota... Diketahui Ketua Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga!, Dr.Ir. Hadi Riyadi, M.S. Tanggal Ujian : 08 April 2009 Tanggal Lulus : 2 9 MAY 2@$

9 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul "Analisis Faltor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan (Acceptance) Petani terhadap Produk Rekayasa Genetika". Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan atas kerjasama antara Departemen Pertanian dan Institut Pertanian Bogor, melalui ltegiatan Icerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi tahun Selama mempersiapkan dan melakukan penelitian sampai akhimya dapat menyelesaikan tesis ini, penulis mendapat bimbingan yang tidak temilai dari yang terhormat Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS., Dr. Ir. Dewa K.S. Swastika, MS., APU, dan Ir. Retnaningsih, M.Si. Kebijaksanaan, kesabaran, dan ketelatenan beliau sangat berguna dan dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi penulis. Penyelesaian tesis ini juga tidak terlepas dari masukan, saran, dan koreksi dari Ir. MD Djamaluddin, MS., yang bertindak sebagai penguji luar komisi pada saat ujian tesis. Unglcapan terima lcasih penulis sampaikan kepada Rektor IPB, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta jajarannya. Ketua Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, staf pengajar, dan staf pegawai Fakultas Ekologi Manusia yang telah memberikan ilmu, pelayanan, sarana, dan fasilitas selama penulis menyelesaikan pendidilcan. Rektor Universitas Negeri Jakarta, Dekan Fakultas Telcnik, Ketua Jurusan W< dan Ketua Program Studi Tata Boga beserta jajarannnya, serta Tim Pelaksana Hibah PHK A3 yang telah memberikan kesempatan lcepada penulis dalam melangsungkan studi pada Sekolah Pasca Sarjana IPB. Terima lcasih dan penghargaan juga penulis sampaikan kepada Badan Penelitian dm Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian dan Lembaga Penelitian dan Pe~nberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor, melalui kegiatan ICerjasania Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi atas keterlibatan penulis dalarn kegiatan penelitian. Icepada pihak Pemda Kabupaten Jombang dan Deli Serdang atas penerimaan dan lcesempatan untuk melaksanakan penelitian, Bapak dan Ibu tani yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

10 diwawancara dalam proses pengambilan data. Mas Aries, Mbak Aan, Mbak Ira, Mas Wawan dan Pak Anis, atas bantuan selama pengurnpulan data penelitian. Kepada suami tercinta, terima kasih atas doa, cinta kasih, dukungan, dan perhatiannya, unl~dc putri tersayang, mohon maaf atas tersitanya waktu dan perhatian dari bunda. Kepada kedua orang tua yang terkasih, adik-adik (Ian, Ukie, Hary), serta seluruh keluarga besar H.M Thaib Karim, H. TK. Hasan A.R, dan Aas, terima lcasih atas dukungan, semangat, doa, kasih sayang, pengertian dan perhatiannya. Rekan-rekan di Program Studi GMK 2006 (Cica, Bu Asih, Rusman, Ririn, Nunung, Indah, Fahmi, Mbak Ketut, Riska, Mbak Reni, Bu Neneng, Bu Mimi), rekan- rekan GM 2007, mbak wiwiek, serta rekan-rekan staf pengajar di Program Studi Tata Boga Jurusan IKK, atas segala bantuan, kerjasama, persahabatan, dan doanya. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pada semua pihak yang tidak dapat disebutltan satu persatu atas segala bantuan yang diberikan pada penulis. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan untuk semuanya. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya. Bogor, Mei 2009 Guspri Devi Artanti

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Agustus 1978 dari pasangan Jordan Thaib dan Mazida Hasan. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara. Menikah dengan Cucu Cahyana dan telah dikaruniai seorang putri bemama Nafisya Ulya Damayanti. Tahun 1996 penulis lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMKK) Negeri 7 Jakarta, dan pada tahun 1997 penulis melanjutkan studi S1 dan lulus pada tahun 2002 di Program Studi Pendidiian Tata Boga Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Tahun 2005 penulis diangkat sebagai Staf Pengajar di Universitas Negeri Jakarta pada Program Studi Tata Boga Jurusan IKK. Tahun 2006 penulis melanjutkan studi di Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Sekolah Pascasajana Institut Pertanian Bogor dengan bantuan beasiswa dari Program Hibah ~om~etensi A3 Program Studi Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta.

12 DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR IS1 Halaman... xii xi11 DAFTAR LAMPIRAN... xiv Latar Belakang... 1 Tujuan... 4 Manfaat... 5 TINJAUAN PUSTAKA Rekayasa Genetika (Transgenik)... 6 Petani Penerimaan Petani terhadap PRG Pengetahuan Petani tentang PRG Persepsi Petani tentang PRG KERANGKA PEMIKIRAN Desain. Tempat. dan Waktu Teknik Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian... Keadaan Umum Petani... Pengadaan dan Peredaran PRG di Indonesia... Penerimaan Petani terhadap PRG... Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan PRG... Pengetahuan Petani tentang PRG... Persepsi Petani tentang PRG... Hubungan antara Pendidikan. Pengetahuan. dan Persepsi Petani tentang PRG... Harapan Petani terhadap PRG dan Pertanian di Indonesia... KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 86

13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Luas Tanam dan Jenis Tanaman Produk Rekayasa Genetika di Berbagai Negara Tahun Variabel yang diukur. Pertanyaan. dan Cara Pengkategorian Variabel Sebaran Petani berdasarkan Status Sosial dan Ekonomi Evaluasi dan Pengkajian Teknis Keamanan Hayati PRG Jenis dan Status Pengujian Tanarnan Transgenik di Indonesia Sebaran petani berdasarkan Jawaban Benar untuk Setiap Pemyataan Penerimaan terhadap PRG Sebaran Petani berdasarkan Tingkat Penerimaan dan Wilayah Hasil Uji Regresi Logistik Faktor yang Mempengamhi Penerimaan PRG pada Petani Sebaran Petani berdasarkan Jawaban Benar untuk Setiap Pemyataan Pengetahuan tentang PRG Sebaran Petani berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Wilayah Sebaran Petani berdasarkan Tingkat Persepsi dan Wilayah Sebaran Petani berdasarkan Jawaban Benar untuk Setiap Pernyataan Persepsi tentang Peredaran PRG Sebaran Petani berdasarkan Jawaban Benar untuk Setiap Pernyataan Persepsi tentang Manfaat atau Kebolehan PRG Sebaran Petani berdasarkan Jawaban Benar untuk Setiap Pemyataan Persepsi tentang Kerugian atau Kelemahan PRG Hasil Uji Hubungan Pendidikan. Pengetahuan. dan Persepsi Petani terhadap PRG Harapan Petani terhadap Peredaran dan Perkembangan PRG xii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Peningkatan Luas Areal Tanarnan Biotek Alur Kerangka Pemikiran Diagram Pengambilan Contoh Penelitian Sebaran Petani berdasarkan Tingkat Pendidian Formal Sebaran Petani berdasarkan Sumber Pendapatan Pendukung Prosedur Pengkajian Penelitian dan Pengembangan PRG di Indonesia 49

15 DAPTAR LAMPIRAN Halaman 1 Dokumentasi ICegiatan Kuesioner Penelitian xiv

16 PENDAHULUAN Latar Belakang Bioteknologi adalah salah satu bentuk pemuliaan non konvensional yang dapat dipakai untuk meningkatkan mutu pemuliaan tanaman. Bioteknologi didefinisikan sebagai penggunaan proses biologi dari mikroba, tanaman atau hewan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Apliii bioteknologi dapat memperbaiki sifat tanaman dengan lebih efisien dan akurat karena $en dari sifat tertentu yang ingin ditambahkan sudah diarakterisasi secara akurat szrta dapat dilacak. Teknologi ini memberikan peluang bagi pemulia untuk merakit tanaman yang diinginkan dengan waktu lebih cepat (Bahagiawati & Herman 2008). Dengan bioteknologi diarapkan dapat menyelesaikan masalahmasalah di bidang pertanian yang tidak dapat diselesaikan dengan cara konvensional. Rekayasa genet& merupakan salah satu teknik bioteknologi yang dilakukan dengan cara pemindahan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya yang dikenal juga dengan istilah transgenik. Perkembangan pemanfaatan teknologi modem rekayasa genetika (genetically modijied organism, GMO) melalui rekombinasi DNA, telah menghasilkan produk rekayasa genetika (PRG) baik tanaman transgenik yang mempunyai sifat-sifat baru yang diinginkan untuk mengatasi kendala utama dalam rangka meningkatkan produksi pertanian, maupun menghasiikan produk pangan yang lebii berkwalitas, serta peningkatan daya saing produk di pasar global. Sejak dilepas pada tahun 1996 untuk tujuan komersial, aplikasi bioteknologi PRG di dunia meningkat dengan pesat, temtama untuk produk pangan. Pada tahun 1997 luas tanarn PRG di dunia kurang dari 8 juta ha. Pada tahun 2006 telah menjadi 102 juta ha, meningkat 13 kali lipat. Pada tahun 2007 luas areal penanaman menjadi 114,7 juta ha yang ditanam di 23 negara yang terdiri atas 11 negara industri dm 12 negara berkembang, dan peningkatan luas tanarn yang terbesar adalah di USA, Argentina, Brazil, Canada, India, dan China (ISAAA 2007). Dua komoditas utama PRG pangan yang ditanam luas dan tersebar di berbagai negara adalah produk pangan terutama kedelai (soybean) dan

17 jagung (maize), sedangkan untuk PRG nonpangan adalah kapas (cotton). PRG bempa tomat, pepaya, alfalfa dan beras masih kecil luas tanamnya. Selama rentang waktu sepuluh tahun, luas tanam kedelai PRG di dunia meningkat drastis dari 1,7 juta ha pada tahun 1996 menjadi sekitar 55 juta ha pada tahun Luas tanaman kedelai PRG yang signifikan adalah di USA, Argentina, Brazil, Canada, Paraguay, Uruguay, Meksiko, Afiika Selatan dan Romania. Romania pada tahun 2006 menanam 115 ribu ha kedelai PRG, namun dilarang oleh Uni Eropa (EU) karena negara tersebut baru saja menjadi anggota EU. Luas tanam jagung PRG juga meningkat pesat, meskipun tidak sepesat perkembangan peningkatan luas tanaman kedelai. Jika pada tahun 1996 luas tanam jagung belum mencapai 2 ha, maka pada tahun 2006 luas tanam jagung PRG adalah 25.2 juta ha yang ditanam oleh petani di 13 negara, antara lain ditanam di Atiika Selatan dan di Philipina (ISAAA 2007). Pengembangan PRG juga dilakukan di beberapa negara Asia lainnya. Malaysia mengembangkan riset PRG untuk tanaman pangan, tanaman industri, tanaman hias, dan kehutanan. Negara Thailand mengembangkan riset PRG dan uji lapang komoditas tomat, jagung, kacang panjang, dan kapas (Sitepoe 2001). Penelitian tentang PRG pangan dan nonpangan juga telah dilakukan di Indonesia. Untuk tanaman pangan, sejak beberapa tahun terakhir telah diujicobakan tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, coklat, teby ubi jalar, kentang, dan padi, sedangkan untuk tanaman nonpangan telah dicobakan penanaman kapas jenis Bt di Sulawesi Selatan menjelang akhir tahun Namun Oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup saat itu tidak disetujui karena dianggap bertentangan dengan Kesepakatan Cartagena. Salah satu kesepakatan Cartagena adalah bahwa diperlukan persetujuan negara importir bila suatu negara mengimpor PRG (Sitepoe 2001). Pada tahun 2003, pemerintah secara resmi menghentikan komersialisasi program kapas transgenik. Beberapa produk PRG impor seperti kedelai dan jagung serta komponenkomponen dari kedelai dan jagung PRG yang diimpor telah beredar di Indonesia. Berbagai komponen kedelai seperti isolat protein dan lecithin diproduksi secara massal dari kedelai PRG, dan gula sirup jagung di produksi dari jagung PRG.

18 Komponen-komponen ini digunakan untuk bahan tambahan pangan atau ingredient makananlminuman dalam industri pangan. Demikian pula jagung PRG untuk temak diimpor untuk pakan ternak dan hasil temaknya dimakan penduduk Indonesia. Swastika dan Hardinsyah (2008) mengungkapkan bahwa Indonesia mengimpor tidak kurang dari 300 ribu ton beras, dan masing-masing sekitar satu juta ton jagung dan kedelai tiap tahun. Sebagian besar jagung diimpor dari Argentina dan kedelai dari Amerika serikat, dimana PRG untuk kedua komoditas ini berkembang dengan pesat. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa kedelai tersebut merupakan kedelai transgenik. Sampai saat ini konsumen belum dapat membedakan secara langsung antara kedelai transgenik dan non transgenik, karena mempunyai penampakan yang tidak berbeda (Yuliawati 2003). Beberapa kasus yang ditemukan di pasaran bahwa kedelai-kedelai ini sering dicampur oleh pedagang untuk kemudian dijual sehingga semakin sulit untuk dapat mendeteksi keberadaan kedelai transgenik. Belum jelas apakah ada efek yang merugikan bagi kesehatan manusia dari berbagai produk PRG yang beredar di Indonesia. Regulasi belum jelas mengatumya dan posisi pemerintah belum tegas (LIP1 2004). Ddam Dokumen Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan disebutkan bahwa "Pemerintah Indonesia bersikap pro (menerima) pengembangan dan pemanfaatan produk transgenik, disertai dengan penerapan prinsip kehati-hatian" (DKP 2001). Namun sampai saat ini belum jelas regulasi dan mekanisme "menerima" dan regulasi tentang "kehatihatian" dalam konteks informasi bagi konsumen dan perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang. Kontroversi pangan rekayasa genetik seringkali mengundang masalah pelik yang merugikan petani (Hardinsyah 2000), kemudian diperkirakan introduksi PRG tersebut menimbulkan ketergantungan pada bibit PRG impor dan kemungkinan gangguan lingkungan bisa jadi malapetaka yang lebih buruk lagi. Dalam jangka panjang, seharusnya pemerintah memfasilitasi riset-riset untuk pengembangan PRG lokal yang aman dan membangun pemahaman dan persepsi yang baik bagi semua stakeholders PRG sedini mungkin.

19 Studi-studi mengenai produk rekayasa genetika terutama pada pangan sangat perlu dilalculcan karena bersinggungan secara langsung dengan masyarakat. Penelitian lcearah sana hendalcnya lebih sering dilakukan untuk mensosialisasikan produk hasil rekayasa genetika, sehingga masyarakat menjadi lebih faham. Kesalahfahaman bisa te rjadi diakibatkan informasi yang tidak seimbang. Sampai saat ini belum pemah ada di Indonesia penelitian skala luas dan komprehensif tentang prod& rekayasa genetika terutama dalam bidang pangan yang melibatkan petani. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengadaan dan peredaran PRG, menganalisis penerimaan dan faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap PRG, serta menganalisis pengetahuan, persepsi, dan harapan petani tentang PRG. Dari penelitian ini diharapkan aka1 dapat dilcetahui lebih jauh tentang pengadaan dan peredaran PRG di Indonesia. Tujuau Umum Secara umum t~ljuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan petani terhadap produk rekayasa genetika. Tujuan Khusus 1. Mengetal~ui pengadaan dm peredaran PRG pangan dan nonpangan di Indonesia. 2. Menganalisis penerimaan petani tentang PRG dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3. Menganalisis pengetahuan petani tentang PRG 4. Menganalisis persepsi petani tentang peredaran, dampak positif, dan dampalc negatif PRG 5. Menganalisis hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan dan persepsi petani tentang PRG 6. Mengetahui harapan petani tentang PRG

20 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peredaran PRG pangan dan nonpangan di Indonesia pada masyarakat, khususnya petani, serta diharapkan dapat menjadi masukan bagi para peneliti lainnya yang tertarik pada PRG di masa yang akan datang. Bagi pemerintah, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam merumuskan implikasi kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia melalui rekayasa genetika dan dapat menentukan arah penelitian tentang produksi, pengadaan benih, dan pemasaran PRG, serta dasar bagi pengembangan penerapan bioteknologi PRG di Indonesia. Selain itu diharapkan dapat menjadi acuan dalam menyusun peraturan dan undang-undang bagi perlindungan dan keamanan konsumen terkait dengan pelepasan dan peredaran PRG.

21 TINJAUAN PUSTAKA Rekayasa Genetika (Transgenik) Secara tradisional, pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika sebenarnya telah dilakukan oleh para petani melalui proses penyilangan dan perbaikan tanaman. Salah satu contohnya adalah tahap penyilangan dan seleksi tanaman dengan tujuan tanaman tersebut menjadi lebih besar, kuat dan lebih tahan terhadap penyakit (Anonim 2007). Pemuliaan tradisional telah banyak membantu meningkatkan produktivitas pertanian. Namun karena jumlah penduduk masih jauh lebii besar dibandingkan dengan produksi pangan, peningkatan hasil pangan melalui proses pemuliaan ini masih tens dikembangkan. Untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertarnbah diperlukan lahan pertanian yang luas, sementara ifu ketersediaan lahan untuk pertanian makin lama makin berkurang karena peruntukkannya banyak yang diubah ienjadi lahan perumahan dan industri. Oleh karena itu diperlukan terobosan-terobosan di bidang teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian per unit lahan (Anonim 2007). Survei sekilas dari literatur majalah ilmiah mengenai tanaman transgenik menunjukkan bahwa tanaman transgenik dibuat untuk beberapa tujuan yaitu : pengembangan teknik transformasi baru, studi dasar mengenai peranan atau fungsi suatu gen, dan perbaikan tanaman untuk tujuan khusus. Dengan rekayasa genetika dapat dihasilkan tanaman transgenik yang memiliki sifat baru seperti tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, tanaman kedelai yang tahan terhadap herbisida, dan tanaman transgenik yang mempunyai kualitas hasil yang tinggi. Tanaman transgenik mempunyai potensi manfaat yang besar, karena ditengarai dapat meningkatkan produktivitas, memperbaiki gizi, memperbaiki kesehatan dengan mengintrodusi vaksin ke dalam tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida (Bahagiawati dan Herman 2008). Saat ini tanaman kedelai dapat dibuat mengandung lebih banyak protein dan zat besi untuk mengatasi anemia. Bahkan ilmuwan Eropa sudah berhasil memasukan vitamin A pada padi.

22 Hasil kajian terhadap penggunaan pestisida memberikan gambaran bahwa kegiatan usahatani untuk lcapas bollgard telah menurunkan ketergantungan terhadap jumlah dan takaran pestisida yang digunakan dalam pengendalian hama tanaman. Menurut Bahagiawati & Herman (2008), sejak tanaman produk bioteknologi mulai ditanam pada tahun 1996 telah terjadi penurunan penggunaan pestisida di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Australia, Brazil, Afrika Selatan, Cina, dan Filipina. Pada tahun 2003 Bayer melaporkan bahwa penjualan pestisidanya menurun sekitar 60 persen sebagai akibat peninglcatan luas areal tanaman produk bioteknologi (Anonim 2007). Teknologi Rekayasa Genetika Dalam hasil keputusan bersama empat menteri Nomor iKpts/OT.210/9/99; 790.aKpts-W1999; 145A/MENKES/SKB/W1999; 015An\imenegPHOR/09/1999, tentang lteamanan hayati dan keamanan pangan produk pertanian hasil rekayasa genetika, dijelaskan bahwa teknologi rekayasa genetika adalah upaya untulc mengadakan perubahan secara sengaja pada genom makhluk hidup dengan menambah, inengurangi, danlatau mengubah susunan asli genom dengan menggunakan telinik DNA rekombian, yaitu suatu lcombinasi DNA yang terbentuk secara in vitro dari fragmen-fragmen DNA dari dua spesies organisme. Organisme transgenik atau didunia lebih dikenal sebagai Genetically Modified Organism (GMO) merupakan organisme yang sudah mengalami pemuliaan secara genetika dengan mendapatlcan sisipan gen baru dengan teknologi rekombinasi genetika. Pada umumnya prinsip dasarnya adalah dengan mengisolasi DNA organisme kemudian dimumikan dan ditransfonnasikan kedalam velctor. Setelah itu ditransfer ke organisme target. Organisme target ini bisa dari jenis yang sarna bisa juga dari spesies yang berbeda. DNA sisipan yang dimasukkx tadi akan memunculkan sifat baru di dalam organisme tersebut sehingga digolonglcan sebagai organisme transgenik (Santosa 2002). Salah satu jenis dari organisme hasil rekayasa genetika ini adalah tanaman transgenik. Tanaman transgenik inempakan tanainan yang mempunyai gel1 asing yang terintegrasi dalam genom dan bisa terelcspresi. Usaha yang dilalcultan untulc

23 merakit ataupun merancang tanaman transgenik ini melibatkan organisme lain seperti bakteri, tanaman, dan hewan. Integrasi dari gen asing ini pada tanaman diharapkan akan membawa sifat yang diinginkan pada tanaman target dan dapat dilakukan melalui rekayasa genetika. Beberapa tanaman komersial yang mengandung gen ketahanan terhadap serangan hama yang berasal dari Bacillus thuringiensis (Bt) adalah kedelai, kentang, jagung, kanola dan kapas. Prinsip rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman, yaitu memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambahkan sifat-sifat ketahanan terhadap cekaman makhluk hidup pengganggu maupun cekaman lingkungan yang kurang menguntungkan serta memperbaiki kualitas nutrisi makanan. Perbedaan rekayasa genetika dengan pemuliaan tradisional adalah kemampuan rekayasa genetika dalam memanfaatkan gen-gen yang tidak dapat dipergunakan secara maksimal pada pemuliaan tradisional karena banyak gen yang terhalang saat penyerbukan. Beberapa varietas tanaman yang telah dihasilkan melalui rekayasa genetika antara lain jagung Bt, kapas Bt, padi pro vitamin A, jagung tahan herbisida, gandum, kedelai tahan virus, dan beberapa tanaman pangan lainnya (Suwanto 2000). Perkembangan Produk Rekayasa Genetika Tanaman produk bioteknologi hasil rekayasa genetika (transgenik) telah dimanfaatkan oleh petani di banyak negara. Peredaran benih transgenik sekarang ini terutama sekali adalah tanaman yang tahan terhadap serangga dan tahan herbisida. Kemampuan ini memberikan keuntungan pada petani karena petani lebih mudah mengendalikan gulma. Menurut penelitian organisasi ISAAA tahun 2006, penanaman produk rekayasa genetika merupakan satu-satunya teknologi pertanian yang digunakan secara luas oleh petani sehingga mengalami peningkatan yang pesat setiap tahunnya. Dengan tanaman hasil rekayasa genetika, petani menjadi lebih puas terhadap produk pertanian, karena produk ini telah memberikan berbagai keuntungan bagi petani seperti memberikan hasil yang meningkat, memudahkan

24 budidaya pertanian, serta lebih ramah lingkungan karena berkurangnya penggunaan bahan-bahan pestisida kimiawi. Sejak dilepas pada tahun 1996 untuk tujuan kornersialisasi, telah terjadi peningkatan luas areal penanaman produk bioteknologiprg secara global, yaitu dari 1.7 juta ha menjadi juta ha pada tahun Produk bioteknologi ditanam di 23 negara yang terdiri atas 11 negara industri dan 12 negara berkembang (Bahagiawati & Herman 2008). AREA GLOBAL DAil TANAMAN BIOTEK luta Hckra- ( )! Uejara Fen$h;sil ~narran Biolei Gambar 1. Peningkatan Luas Areal Tanaman Biotek ( ) Luas tanam PRG paling tinggi di dunia adalah di Amerika Serikat (lebih dari 50 %), disusul Argentina dan Brazil. Tanaman produk bioteknologi yang ditanam dalam skala luas adalah kedelai, jagung, kapas dan kanola. Kedelai transgenik menempati urutan pertama sebagai produk bioteknologi hasil rekayasa genetika yang paling banyak ditanam. Luas tanam dan jenis tanaman PRG diberbagai negara secara rinci disajikan pada Tabel 1.

25 Tabel 1. Luas Tanam dan Jenis Tanaman Produk Rekayasa Genetika (PRG) di berbagai Negara Tahun 2007 No Negara - Luas Tanam Jenis Tanaman (Juta ha) 1 AS* 57.7 Kedelai, jagung, kapas, kanola, labu, pepaya, alfalfa 2 Argentina* 19.1 Kedelai, jagung, kapas 3 Brazil* 15.0 Kedelai, kapas 4 Kanada* 7.0 Kanolajagung, kedelai 5 India* 6.2 Kapas 6 Cina* 3.8 Kapas, tomat, pepaya 7 Paraguay* 2.6 Kedelai 8 Afrika Selatan* 1.8 Jagung, kedelai, kapas 9 Uruguay* 0.5 Kedelai, jagung 10 Philippina* 0.3 Jagung 11 Australia* 0.1 Kapas 12 Spanyol* 0.1 Jagung 13 Mexico* 0.1 Kapas, Kedelai 14 Kolombia <O. I Kapas, bunga 15 Chili <O. 1 Jagung, kedelai, kanola 16 Perancis <0.1 Jag~ng 17 Honduras 10.1 kiwg 18 Republik Ceko <O. 1 Jag~ng 19 Portugal <0.1 J a ~ g 20 Jerman <0.1 Jag~ng 21 Slowakia <0.1 Jaw% 22 Rumania 10.1 Jagung 23 Polandia <O. 1 Jagung * 13 negara yang menanam 50 ribu ha lebih tanaman biotek (rekayasa genetika) Sumber : ISAAA Briefs No Pengembangan PRG juga dilakukan di beberapa negara Asia. Selain di India dan China dengan komoditas terbesamya kapas, negara Malaysia mengembangkan riset PRG untuk tanaman pangan, tanaman industri, tanaman hias dan kehutanan. Sedangkan Thailand mengembangkan riset PRG dan uji lapang komoditas tomat, jagung, kacang panjang, dan kapas (Sitepoe 2001). Di Indonesia, riset atau percobaan bioteknologi PRG juga sudah mulai dikembangkan sejak beberapa tahun terakhir, terutama untuk tanaman jagung, kedelai, kacang tanah, coklat, tebu, ubi jalar, kentang, padi, dan tembakau. Untuk tanarnan nonpangan telah dicobakan penanaman kapas jenis Bt di Sulawesi Selatan menjelang akhir tahun 2000, dengan produksi diperkirakan tiga kali lipat lebih besar dibanding kapas lokal.

26 Meskipun Indonesia tidak tercatat sebagai produsen tanaman transgenik, kenyataannya beberapa jenis komoditas transgenik sudah tumbuh di Tanah Air. Menurut Hartiko (2005), di Indonesia sudah ditanam 10 tanaman transgenik, antara lain jagung (4 jenis), kacang tanah, kapas (2 macam), kakao, kedelai, padi, tebu, tembakau, ubi jalar, dan kentang. Uji coba lapangan tanaman transgenik di Indonesia terkesan ditutup-tutupi. Bahkan, pihak penelitian dan pengembangan Departemen Pertanian mengakui, saat ini ada sekitar 20 lokasi uji coba tanaman transgenik tersebar di Indonesia. Ada kapas Bt, jagung Bt, kapas, jagung, dan kedelai tahan herbisida. Sejauh ini pengujian tanaman transgenik oleh Departemen Pertanian masih terbatas pada pengamatan secara fisik. Kontroversi PRG di Masyarakat Tujuan pengembangan bioteknologi PRG adalah untuk menjawab tantangan dan kesulitan meningkatkan produktifitas dan kualitas produk pangan dan pertanian bagi penduduk (Pardey 2001). Menurut Bouis et al. (2003) pengembangan PRG dimaksudkan untuk: 1) meningkatakan produktifitas pangan atau produk pertanian, 2) meningkatkan jumlah zat gizi atau bio-aktif bermanfaat yang dikandung pangan, 3) meningkatkan kuaiitas penampakan dan citarasa (organoleptik) produk pangan, dan 4) Meningkatkan daya tahan produk dalam proses distribusi dan pemasaran produk pangan dan nonpangan. Namun tujuan yang luhur tersebut menjadi persepsi yang kurang baik karena proses menghasilkan produk PRG tersebut (penyisipan gen) yang kadangkala dianggap kurang ethik. Sebab gen yang disisipkan diambil dari binatang tertentu. Ada kekhawatiran bahwa sesuatu yang berasal dari gen baru tersebut akan mengganggu kesehatan tubuh manusia dalam jangka panjang, bahkan tidak ethik untuk dilaksanakan. Penelitian klinik tentang kemungkinan dampak buruk bagi kesehatan manusia dari produk PRG sulit dilakukan dm memerlukan waktu yang panjang. Meski penelitian pada binatang percobaan dilakukan tetapi hasilnya tidak selalu langsung bisa diterapkan secara kedokteran bagi manusia (Hardinsyah et al. 2007).

27 Wacana mengenai Produk Rekayasa Genetika memang masih santer diperdebatkan di level praktisi dan akademisi, perdebatan ini memunculkan dua kubu yang bersebrangan yaitu kubu yang pro PRG dan kubu yang kontra PRG. Kelompok yang pro PRG melihat potensi manfaat yang besar dari penerapan teknologi ini, diantaranya adalah dengan diterapkannya teknologi ini oleh para ahli yang dapat mengubah "gen" suatu tanaman sehingga dapat lebih tinggi produktifitas dan kualitasnya, selain itu transgenik juga menawarkan kemungkinan pengurangan penggunaan pestisida kimia Namun kelompok yang kontra PRG melihat teknologi ini dari sudut pandang yang berbeda, yaitu potensi bahaya yang ditimbulkan oleh teknologi ini. Makna transgenik diiawatirkan mengandung senyawa-senyawa yang membahayakan kesehatan manusia misalnya senyawa Allergen yaitu zat yang dapat menimbulkan alergi. Di pihak lain para pemerhati lingkungan beranggapan bahwa ada kemungkinan penyisipan gen baru tidak kompatibel dengan lingkungan sehingga memungkinkan gangguan biodiversity. Dalam banyak hal pengujian ini relatif lebih mudah dibdmg pengujian klinis pada manusia (Hardiisyah et al. 2007). Pada tahun 2005 pemerintah mengeluarkan PP No. 21 tentang keamanan hayati PRG. PP ini lebih fokus pada PRG, mulai dari jenis, persyaratan, penelitian dan pengembangan, pemasukan dari luar negeri (impor), pengkajian, pelepasan dan peredaran, pemanfaatan, sampai kelembagaan yang menangani PRG (Swastika dan Hardinsyah 2008). Tujuan dikeluarkannya PP ini adalah untuk meningkatkan hasil dan daya guna PRG bagi kesejahteraan rakyat berdasarkan prinsip kesehatan dan pengelolaan sumberdaya hayati, perlindungan konsumen, kepastian hukum, dan kepastian dalam melakukan usaha. Hardinsyah et al. (2007) melaporkan bahwa Inggris merupakan salah satu negara Eropa yang sejak awal sangat gencar menentang PRG. Untuk pertama kali di dunia dilakukan penelitian tentang persepsi masyarakat (lebih fokus pada konsumen) terhadap produk pangan hasil PRG di Inggris pada tahun Hasilnya menunjukkan bahwa 90% responden di Inggris menolak menggunakan pangan hasil PRG. Alasannya adalah masyarakat khawatir pangan hasil PRG mengganggu kesehatan dalam jangka panjang, karena belum ada bukti penelitian klinik pada manusia yang sudah dilakukan. Alasan lainnya adalah bertentangan

28 dengan ajaran agarna dan tidak etis. Hasil survei ini menjadi umpan balik bagi pemerintah Inggris untuk mengatur atau membuat regulasi dan program advokasi serta sosialisiasi pangan rekayasa genetika di Inggris. Menurut Hardinsyah (2001), sisi negatif dari penolakan ini adalah tidak berkembangnya perdagangan dan pasar pangan produk PRG. Bagi Inggris yang mempakan negara maju dan masih memungkinkan untuk memproduksi dan membeli pangan non PRG, tidak menimbulkan masalah food insecurity di negaranya. Tetapi bila hal tersebut terjadi di negara-negara yang padat penduduk dan produksi pangannya tidak memadai (tergantung sebagian pada impor pangan) seperti Indonesia, bisa jadi menimbulkan masalah ketidaktahananpangan. Meskipun sebenamya definisi ketahanan pangan bukan berarti setiap negara hams marnpu memproduksi untuk kebutuhan sendii. Bagi Pemerintah di negara sedang berkembang seperti Indonesia, akan menghadapi dilema dengan masalah tersebut. Karena pangan yang tidak cukup, sementara hams mengedepankan peran petani lokal, dan pemerintah sebagai regulator serta hams memberikan perlindungan konsumen dan produsen kepada rakyatnya. Negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, pada umumnya melakukan penelitian uji coba adaptasi dan lapang dari benih produk-produk PRG yang diimpor (Hardinsyah 2000). Oleh karena itu sambil melakukan penelitian-penelitian pengembangan biotek PRG, uji adaptasi dan uji lapang dari PRG impor, sebaiknya juga dilakukan penelitian PRG dari dimensi sosial ekonomi, yang akan menjadi dasar yang kokoh dalam melakukan rekayasa sosial seperti sosialisasi, advokasi, serta perumusan regulasi dan pedoman PRG di masa yang akan datang. Keamanan Produk Rekayasa Genetika Peredaran pangan di Indonesia hams melalui uji keamanan terlebih dahulu. Aturan ini jelas tercantum pada Undang Undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan pada PP nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Dalam UU lu nomor 7 tentang Pangan dijelaskan dan diatur bagaimana produksil penggunaan bahan baku pangan dan bahan tambahan pangan yang digunakan dalam kegiatanlproduksi pangan yang dihasilkan dari proses

29 rekayasa genetika wajib untuk terlebih dahulu memeriksakan keamanan pangan bagi kesehatan manusia. Beberapa bahan pangan dari tanaman transgenik telah masuk ke Indonesia, terutama kedelai dan jagung. Hingga saat ini Pemerintah belum melakukan kajian untuk menetapkan jenis kedelai, jagung, dan bahan pangan transgenik apa yang boleh masuk di Indonesia (Santosa 2002). Ketidakmampuan menetapkan jenis bahan pangan transgenik yang boleh masuk berisiko bagi pengusaha makanan yang berorientasi ekspor. Bila bahan transgenik itu dilarang di negara tujuan ekspor, maka produknya akan ditolak. Kemampuan Pemerintah melacak dan mengendalikan distribusi bahan pangan transgenik juga berperan penting. Hingga saat ini tidak diketahui kemana bahan tersebut beredar serta digunakan untuk apa Boleh jadi bahan tersebut yang seharusnya untuk pakan, karena ketidaktahuan masyarakat atau petani kemudian ditanam dan dikonsumsi. Peraturan mengenai keamanan hayati PRG di Indonesia, selain didasarkan pada UU Pangan No. 7 tahun 6 dan pasal 13), juga diatur dalam SK Bersama Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura tahun 1999 tentang Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika basal 43) serta yang terakhir diatur dalam PP RI No. 21 tahun Negara yang melakukan penanaman komersial produk transgenik seharusnya melakukan analisis keamanannya, termasuk konsekuensi langsung dan tidak langsung. Konsekuensi langsung, misalnya, kajian apakah tejadi perubahan nutrisi, munculnya efek alergi, atau toksisitas akibat rekayasa genetika. Beberapa negara menetapkan standar dan melakukan sendiri analisis keamanan pangan terhadap produk-produk transgenik impor. Penjelasan mengenai pengaturan keamanan pangan PRG untuk negara Amerika Serikat, Australia, Jepang, Kanada, dan Malaysia adalah sebagai berikut (Hardinsyah et al. 2007) : 1. Amerika Serikat. Keamanan pangan termasuk produk rekayasa genetika ditangani oleh suatu badan Food and Drug Adminishation (FDA) yang menyusun pedoman keamanan pangan dengan dibantu dua institusi Center of Food Safety and Applied Nutrient (CFSAN) dan Center for Veterinary

30 Medicare (CVM). Pedoman lceamanan pangan bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa produlc ban1 (termasuk yang berasal dari rekayasa genetika) sebel~un dilcomersiallcan, arnan untuk dikonsumsi, dan masalah keamanan pangan dapat dikendalikan dengan baik. 2. Australia. ICeamanan hayati dan keamanan pangan produk rekayasa genetika ditangani ole11 suatu komite "Genetic Manipulation Advisory Committee (GMAC), yang membawahi beberapa komite: Institutional Biosafety Committee, Large Scale Sub Committee, dan Planned Release Sub Committee. 3. Jepang. Penilaian keamanan pangan dilaksanakan oleh Food Sanitation Council (FSC) dan Food Safety Investigation Council (FISC), yang merupakan penasehat Ministry of Health and Welfare (MHWJ Kedua lembaga ini nmmbuat tiga pedoman yaitu (1) Pedoman penilaian kearnaan pangan dan aditif pangan; (2) Pedoman manufaktur untuk produk pangan; dan (3) pedoman penilaian produk pangan. 4. Kanada. Badan Inspelcsi Malcanan Kanada (Canadian Food Inspection Agency) merupakan badan yang melakukan pemeriksaan dan membuatkan izin kepada produk rekayasa genetika yang akan diimpor atau dikomersialkan sebagai bahan makanan. 5. Malaysia. ICeamanan pangan produlc rekayasa genetika ditangani oleh suatu komite "Jawatan ICuasa Penasehat Pengubahsuaian Genetilc atau seperti GMAC (Genetic Modzj?cation Advisory Committee) yang berada di bawah kementerian Sains, Teknologi dan Alam sekitar. GMAC telah membuat pedoman yang disebut "Garis Panduan Kebangsaan bagi Pelepasan Organisme Diubahsuai secara Genetilc (GMO)". Petani Petani adalah orang yang mengelola/membudidayakan tanaman pangan dan atat1 yang menanan1 tanaman perlcebunan. Dalam lcarnus Bahasa Indonesia, petani didefinisilcan sebagai orang yang mata pencahariannya bercocok tanam. Menurut Mosher (1965) diacu a Sofivanto (2006), petani adalah orang yang mengubah tanaman dan hewan serta sifat-sifat tubuh tanah supaya Iebih berguna

31 baginya dan manusia lainnya. Petani lebih dari hanya seorang juru tani dan manager, tetapi ia adalah seorang manusia dan menjadi anggota dari dua kelompok manusia, yaitu sebagai anggota suatu keluarga dan anggota suatu masyarakat setempat. Karakteristik petani menentukan pemahaman petani terhadap informasi pertanian. Karakteristik petani terdiri dari faktor internal yaitu umur, besar (jumlah anggota) keluarga, pendidikan, pengalaman berusaha tani dan pendapatan. Umdusia secara biologis menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya yang berada dalam keadaan hidup. Menurut Padmowihardjo (1994), umur bukan mempakan faktor psikologis, namun dapat mempengaruhi faktor psikologis. Terdapat dua faktor yang dipengaruhi oleh umur. Faktor pertama ialah mekanisme belajar dan kematangan otak, organ-organ seksual, dan otot organ-organ tertentu. Faktor kedua adalah akumulasi pengalaman dan bentukbentuk proses belajar yang lain. Jumlah Anggota keluarga adalah banyaknya individu yang tinggallmenetap bersama dalam satu rumahkeluarga dan hidup dari pengahasilan yang sarna. Banyaknya jumlah anggota keluarga berdampak pada pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah keluarga yang semakin besar menyebabkan seseorang memerlukan tarnbahan pengeluaran atau kebutuhan penghasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupannya. Menurut Hemanto (1993), besarnya jumlah anggota keluarga yang akan menggunakan jumlah pendapatan yang sediit akan berakibat pada rendahnya tingkat konsumsi. Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja, kecerdasan, dan menurunnya kemampuan berinvestasi. Pendidikan mempakan suatu proses pembahan tingkah laku menuju kepada perilaku yang lebih baik. Slamet (2003), menyatakan pendidikan mempakan suatu usaha untuk menghasilkan pembahan-pembahan pada perilaku manusia. Seseorang dapat menarnbah pengetahuannya melalui pendidikan yang dilaluinya, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan yang semakin tinggi dapat menghasilkan keadaan sosio ekonomi makin baik dan kemandirian yang semakin mantap. Pendidikan mentpakan fenomena dan usaha manusiawi yang selalu terselenggara dimanapun manusia berada. Pendidikan memegang

32 peran sentral dalam perkembangan kebudayaan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan didefinisikan sebagai suatu proses yang diorganisir dengan tujuan mencapai sesuatu hasil yang nampak sebagai perubahan dalam tingkah laku. Menurut Soekanto (2002), pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam kemampuan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana berfii secara ilmiah. Pendidiian mempunyai dua aspek, yaitu pengajaran dan pelatihan perilaku yang baik. Padmowihardjo (1994) mengemukakan, bahwa pengalaman adalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan dalam proses belajar. Seseorang akan berusaha menghubungkan hal yang dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki. Dalam mengelola usahatani, umumnya petani mas& banyak mempergunakan pengalaman sendii atau pengalaman orang lain dan perasaan. Pendapatan petani adalah penghasilan yang diperoleh dari upah kelugrga dan keuntungan usaha. Soekartawi et al. (1986) menyatakan bahwa pendapatan merupakan cermin kehidupan petani. Pendapatan petani yang rendah men~pakan ciri petani kecil dan masuk dalam golongan petani miskin. Faktor ekstemal yang menentukan pemahaman petani terhadap informasi pertanian adalah interaksi dengan akses terhadap sumber informasi. Golongan masyarakat yang aktif mencari informasi dan ide-ide baru, biasanya lebih inovatif dibandingkan dengan orang-orang pasif apalagi yang selalu skeptis (tidak percaya) terhadap sesuatu yang baru. Golongan yang inovatif, biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber informasi, seperti lembaga pendidiian, lembaga penelitian, diias terkait, media massa, tokoh masyarakat, sesama petani, maupun dari lembaga-lembaga komersial (pedagang). Sedangkan golongan masyarakat yang kurang inovatif umumnya hanya memanfaatkan informasi dari media massa (Sofwanto 2006).

33 Penerimaan Petani tehadap PRG Penerimaan (Acceptance) menyangkut penilaian seseorang akan sifat suatu benda yang menyebabkan orang menyenangi bendalobjek tersebut. Pembentukan penerimaan akan suatu produk didapatkan dari pengetahuan yang berbentuk pengalaman pribadi serta berdasarkan informasi yang diterima dari orang lain, yang memiliki pengaruh. Alur pembentukan sikap penerimaan terhadap sesuatu dimulai ketika seseorang menerima informasi tentang produk atau jasa. Informasi tersebut kemudian dievaluasi dan dipilah, berdasarkan kebutuhan, nilai, kepribadian, dan kepercayaan dari individu, sehingga terjadilah pembentukan, perubahan atau konfirmasi dalam kepercayaan konsumen terhadap produk, serta tingkat kepentingan dari tiap atribut produk terhadap dirinya atau terhadap kebutuhannya saat ini (Sumanvan 2003). Hasil akhirnya adalah terbentuknya penerimaan dari individu terhadap suatu objek (produk, jasa atau hal lainnya). Dalam ilmu perilaku konsumen disebutkan bahwa konsumen akan mengalami serangkaian tahap mental dan perilaku yang rumit untuk sampai pada keputusan pembelian. Tahap-tahap ini, berkisar dari kesadaran (terpapar terhadap informasi), evaluasi (pilihan dan pembentukan sikap), perilaku (pembelian), sampai ke evaluasi akhir (adopsi atau penolakan). Rangkaian tahap-tahap ini sering disebut sebagai proses penerimaan konsumen. Sumanvan (2003), mengungkapkan bahwa penerimaan merupakan salah satu tahap dalam proses pengolahan informasi pada diri konsurnen. Pengolahan informasi yang dimaksud adalah bagaiman proses yang terjadi pada dii konsumen ketika salah satu panca indera menerima input dalam bentuk stimulus. Setelah melihat stimulus, memperhatikan, dan memahami stimulus tersebut maka sampailah kepada suatu kesimpulan mengenai stimulus atau objek tersebut. Dari tahapan tersebut, timbullah penerimaan pada din konsumen terhadap suatu objek. Lebih lanjut Sumanvan (2003), mengatakan bahwa terbentuknya suatu perilaku (tindakan) seseorang dimulai dari domain kognitif yaitu subjek mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek. Hal ini kemudian menimbulkan pengetahun baru pada subjek tersebut dan selanjutnya memunculkan respon dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya. Akhimya rangsangan tersebut menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bioteknologi adalah salah satu bentuk pemuliaan non konvensional yang dapat dipakai untuk meningkatkan mutu pemuliaan tanaman. Bioteknologi didefinisikan sebagai penggunaan proses

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bioteknologi modern merupakan hasil penerapan organisme hidup yang bagian-bagiannya mempunyai susunan genetik baru (Pasal 1 PP No.21 Tahun 2005 tentang keamanan hayati). Perkembangan

Lebih terperinci

015An\imenegPHOR/09/1999, tentang lteamanan hayati dan keamanan pangan

015An\imenegPHOR/09/1999, tentang lteamanan hayati dan keamanan pangan TINJAUAN PUSTAKA Rekayasa Genetika (Transgenik) Secara tradisional, pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika sebenarnya telah dilakukan oleh para petani melalui proses penyilangan dan perbaikan tanaman.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PETANI TERHADAP PRODUK REKAYASA GENETIKA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PETANI TERHADAP PRODUK REKAYASA GENETIKA Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 21 5(2): 113 12 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PETANI TERHADAP PRODUK REKAYASA GENETIKA (Determinant Factors of Farmers Acceptance on Genetically Modified

Lebih terperinci

SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA?

SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA? SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA? Sekretariat Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia Puslit Bioteknologi LIPI Jl. Raya Bogor Km 46 Cibinong Science Center http://www.indonesiabch.org/

Lebih terperinci

Pengetahuan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengerti suatu pesan, membantu mengganti logika yang salah, dan menghindarkannya dari

Pengetahuan dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengerti suatu pesan, membantu mengganti logika yang salah, dan menghindarkannya dari KERANGKA PEMKRAN Teknologi rekayasa genetika adalah upaya untuk mengadakan perubahan secara sengaja pada genom makhluk hidup dengan menambah, mengurangi, danlatau mengubah susunan asli gen dari dua spesies

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN

TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN TEKNOLOGI PAKAN REKAYASA GENETIK PERLU PRINSIP KEHATI-HATIAN Produk rekayasa genetik pada saat ini sudah tersebar luas di berbagai negara, khususnya negara-negara maju dan di Indonesia pun sudah ada beberapa

Lebih terperinci

Area Global Tanaman Biotek Terus Meningkat di Tahun 2005 Setelah Satu Dekade Komersialisasi

Area Global Tanaman Biotek Terus Meningkat di Tahun 2005 Setelah Satu Dekade Komersialisasi Area Global Tanaman Biotek Terus Meningkat di Tahun 2005 Setelah Satu Dekade Komersialisasi SAO PAULO, Brasil (11 Januari 2006) Permintaan petani akan tanaman biotek telah meningkat sebesar dua digit per

Lebih terperinci

PANGAN TRANSGENIK DALAM DILEMA PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN DAN JAMINAN KEAMANAN PANGAN RAKYAT. Oleh : Anton Rahmadi

PANGAN TRANSGENIK DALAM DILEMA PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN DAN JAMINAN KEAMANAN PANGAN RAKYAT. Oleh : Anton Rahmadi PANGAN TRANSGENIK DALAM DILEMA PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN DAN JAMINAN KEAMANAN PANGAN RAKYAT Oleh : Anton Rahmadi Sejak dahulu dengan adanya teori bahwa pertumbuhan makanan berkembang menurut deret hitung

Lebih terperinci

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik

Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah mendorong para produsen pangan untuk melakukan berbagai macam inovasi dalam memproduksi pangan.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS MANFAAT KEMITRAAN DALAM MENGELOLA HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (MHBM) DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI SUMATERA SELATAN WULANING DIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika

PENGETAHUAN Pangan Rekayasa Genetika HARAPAN. PENERIMAAN Pangan Rekayasa Genetika KERANGKA PEMIKIRAN Pangan rekayasa genetika merupakan produk hasil pencangkokan dari satu gen ke gen yang lain. Pangan rekayasa genetika juga merupakan suatu produk yang mempunyai kemampuan untuk memenuhi

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

SIARAN PERS ISAAA. Tanaman Biotek Global Kembali Mencetak Pertumbuhan Dua-Digit

SIARAN PERS ISAAA. Tanaman Biotek Global Kembali Mencetak Pertumbuhan Dua-Digit Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi: Endah Dwi Ekowati Prisma Public Relations Telp. (021) 830-1500 Fax. (021) 830-3948 SIARAN PERS ISAAA Tanaman Biotek Global Kembali Mencetak Pertumbuhan Dua-Digit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

MATERI BIOTEKNOLOGI MODERN JAGUNG TRANSGENIK. Disusun Oleh : NURINSAN JUNIARTI ( ) RISKA AMELIA ( )

MATERI BIOTEKNOLOGI MODERN JAGUNG TRANSGENIK. Disusun Oleh : NURINSAN JUNIARTI ( ) RISKA AMELIA ( ) MATERI BIOTEKNOLOGI MODERN JAGUNG TRANSGENIK Disusun Oleh : NURINSAN JUNIARTI (1414140003) RISKA AMELIA (1414142004) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Lebih terperinci

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi)

5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. Cekaman Lingkungan Biotik: Penyakit, hama dan alelopati 6. Stirilitas dan incompatibilitas 7. Diskusi (presentasi) 5. CEKAMAN LINGKUNGAN BIOTIK 1. PENYAKIT TANAMAN 2. HAMA TANAMAN 3. ALELOPATI PEMULIAAN

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006

Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Mengantisipasi Pangan Transgenik Friday, 08 September 2006 Salah satu topik yang dibahas dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII adalah pangan transgenik. Menurut Prof Dr Soekirman, MPS-ID, Ketua

Lebih terperinci

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A

PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A PILIHAN JENIS TELUR YANG DIKONSUMSI RUMAH TANGGA PASCA KASUS FLU BURUNG (Kasus di Hero Supermarket Padjajaran Bogor) Oleh : RIKA AMELIA A 14103696 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IRRI LEPAS 44 PADI VARIETAS BARU DI AFRIKA DAN ASIA

IRRI LEPAS 44 PADI VARIETAS BARU DI AFRIKA DAN ASIA 26 Februari 2014 GLOBAL IRRI LEPAS 44 PADI VARIETAS BARU DI AFRIKA DAN ASIA International Rice Research Institute (IRRI) dan mitranya merilis 44 varietas padi baru dan unggul pada tahun 2013. Ini termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dimana dalam pemenuhannya menjadi tanggung

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI PAKAN TERNAK AYAM DI PROPINSI LAMPUNG DAN JAWA BARAT ANNA FITRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan

Lebih terperinci

BIODIVERSITY & BIOSAFETY Ir. Sri Sumarsih, MP. Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.

BIODIVERSITY & BIOSAFETY Ir. Sri Sumarsih, MP.   Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk. Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi BIODIVERSITY & BIOSAFETY Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac,id Keluaran

Lebih terperinci

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING (Kasus Kelompok Tani Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok) DIARSI EKA YANI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PANGAN REKAYASA GENETIKA PADA IBU RUMAH TANGGA PERKOTAAN NUR RISKA TADJOEDIN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PANGAN REKAYASA GENETIKA PADA IBU RUMAH TANGGA PERKOTAAN NUR RISKA TADJOEDIN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PANGAN REKAYASA GENETIKA PADA IBU RUMAH TANGGA PERKOTAAN NUR RISKA TADJOEDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

BIODIVERSITY & BIOSAFETY Ir. Sri Sumarsih, MP. Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.

BIODIVERSITY & BIOSAFETY Ir. Sri Sumarsih, MP.   Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk. Materi Kuliah Bioteknologi Pertanian Prodi Agroteknologi BIODIVERSITY & BIOSAFETY Ir. Sri Sumarsih, MP. Email: Sumarsih_03@yahoo.com Weblog: Sumarsih07.wordpress.com Website: agriculture.upnyk.ac,id Fusi

Lebih terperinci

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BRIEF 34. Status Global dari Perdagangan Tanaman Biotek Atau Tanaman Hasil Rekayasa Genetika: Clive James Ketua Dewan Direksi ISAAA

BRIEF 34. Status Global dari Perdagangan Tanaman Biotek Atau Tanaman Hasil Rekayasa Genetika: Clive James Ketua Dewan Direksi ISAAA I S A A A INTERNATIONAL SERVICE FOR THE ACQUISITION OF AGRI-BIOTECH APPLICATIONS EXECUTIVE SUMMARY BRIEF 34 Status Global dari Perdagangan Tanaman Biotek Atau Tanaman Hasil Rekayasa Genetika: 2005 Oleh

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING Oleh: BEDY SUDJARMOKO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK BEDY SUDJARMOKO. Analisis Efisiensi

Lebih terperinci

FAO: INDEKS HARGA MAKANAN DUNIA NAIK 6% DI BULAN JULI

FAO: INDEKS HARGA MAKANAN DUNIA NAIK 6% DI BULAN JULI 24 Agustus 2012 GLOBAL FAO: INDEKS HARGA MAKANAN DUNIA NAIK 6% DI BULAN JULI Indeks Harga Makanan FAO, sebuah ukuran perubahan bulanan terhadap harga internasional komoditas pangan dunia, telah melonjak

Lebih terperinci

GMO. Genetically Modified Organism (GMO): Peraturan dan Keresahan Pangan di Indonesia

GMO. Genetically Modified Organism (GMO): Peraturan dan Keresahan Pangan di Indonesia GMO Genetically Modified Organism (GMO): Peraturan dan Keresahan Pangan di Indonesia Mafrikhul Muttaqin (G34052008), Hirmas Fuady Putra (G34050863), Amaryllis Anindyaputri (G34050939), Alfa Mulia Wibowo

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS

KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS ENDANG MINDARWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 6 Judul Tesis Nama NIM : Kajian

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PEMODELAN STOK GABAH/BERAS

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI

ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Ibu Rumah Tangga

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Ibu Rumah Tangga HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Ibu Rumah Tangga Data yang dianalisis pada penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dengan menyebar kuesioner. Ibu rumah tangga merupakan responden dalam penelitian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemandirian pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman sorghum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang berpotensi sebagai sumber pangan alternatif yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan secara komersial

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK

PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/LB.070/8/2016 TENTANG PENGKAJIAN KEAMANAN PAKAN PRODUK REKAYASA GENETIK Sri Muharsini Tim Teknis Keamanan Hayati Pakan PRG Seminar Nasional

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DEBITUR TERHADAP PELAYANAN KREDIT SISTEM REFERRAL BANK CIMB NIAGA CABANG CIBINONG KABUPATEN BOGOR Oleh : DIKUD JATUALRIYANTI A14105531 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN TAHU TRANSGENIK DAN PENGARUHNYA PADA INDUSTRI TAHU (Studi Kasus: Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor) OLEH TYAS KUMALA PUTERI H14103071 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN PERTANIAN Struktur & Komponen Sel Teknik Dasar Macam Kuljar 1 Macam Kuljar 2 Bahan Genetik Perubahan Genetik UTS Manipulasi Genetik Rekombinasi DNA Rekayasa Genetik Enzim Restriksi Ligase Teknik Transformasi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU BERCOCOK TANAM PADI SAWAH (Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) RISYAT ALBERTH FAR FAR SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Produk Rekayasa Genetika

TINJAUAN PUSTAKA Produk Rekayasa Genetika TINJAUAN PUSTAKA Produk Rekayasa Genetika Teknologi Rekayasa Genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen. Rekayasa

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM AGRONOMI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber pangan yang diharapkan masyarakat yaitu memiliki nilai gizi tinggi serta menyehatkan. Salah satu sumber gizi yang tinggi terdapat pada bahan pangan kedelai, yang mempunyai

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 3 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA. Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KACANG TANAH DI INDONESIA Oleh : TIAS ARUM NARISWARI H14053612 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran sektor pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata dalam pembentukan

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DAN BEBERAPA FAKTOR PENDUKUNG DENGAN PARTISIPASINYA DALAM PELESTARIAN HUTAN DI KAWASAN PEMANGKUAN HUTAN PARUNG PANJANG KABUPATEN BOGOR YAYUK SISWIYANTI

Lebih terperinci

PROFIL PLASMID Bacillus thuringiensis ISOLAT JAKARTA, BOGOR, TANGERANG, DAN BEKASI WISNU HERLAMBANG

PROFIL PLASMID Bacillus thuringiensis ISOLAT JAKARTA, BOGOR, TANGERANG, DAN BEKASI WISNU HERLAMBANG PROFIL PLASMID Bacillus thuringiensis ISOLAT JAKARTA, BOGOR, TANGERANG, DAN BEKASI WISNU HERLAMBANG PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITAS DI KAWASAN AGROPOLITAN BATUMARTA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU ROSITADEVY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

KETAHANAN DAN VIABILITAS Lactobacillus plantarum YANG DIENKAPSULASI DENGAN SUSU SKIM DAN GUM ARAB SETELAH PENGERINGAN DAN PENYIMPANAN

KETAHANAN DAN VIABILITAS Lactobacillus plantarum YANG DIENKAPSULASI DENGAN SUSU SKIM DAN GUM ARAB SETELAH PENGERINGAN DAN PENYIMPANAN KETAHANAN DAN VIABILITAS Lactobacillus plantarum YANG DIENKAPSULASI DENGAN SUSU SKIM DAN GUM ARAB SETELAH PENGERINGAN DAN PENYIMPANAN HENI RIZQIATI F 251020021 SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 4 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 1 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN KUMBANG KHAPRA,

PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN KUMBANG KHAPRA, PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN KUMBANG KHAPRA, Trogoderma granarium Everts., (COLEOPTERA: DERMESTIDAE) DAN HAMA GUDANG LAINNYA DI WILAYAH DKI JAKARTA, BEKASI, SERANG, DAN CILEGON MORISA PURBA SEKOLAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta menimbulkan perubahan diri sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia. Berdasarkan luas panen di Indonesia kedelai menempati urutan ketiga sebagai tanaman palawija setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan

Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan MAHASISWA DIHARAPKAN MAMPU MENJELASKAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM KEHIDUPAN DAN PEREKONOMIAN PERTANIAN INDONESIA MENURUT SUBSEKTOR Hortikultura Tanaman Pangan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR)

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS UNGGUL (STUDI KASUS PADI PANDAN WANGI DI KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR) Oleh PRIMA GANDHI A14104052 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka pangan harus tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam jenisnya

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Mengenal Sistem Pangan Organik Indonesia

Mengenal Sistem Pangan Organik Indonesia Mengenal Sistem Pangan Organik Indonesia Dede Sulaeman, ST, M.Si Mengenal Sistem Pangan Organik Indonesia April 2008 Penulis: Dede Sulaeman, ST, M.Si Subdit Pengelolaan Lingkungan, Dit. Pengolahan Hasil

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR KACANG KEDELAI NASIONAL PERIODE 1987 2007 OLEH TRI PURWANTO H14094001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume VI Nomor 2 Tahun 2014 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL - KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR

Lebih terperinci