POLA MAKAN SEHARI-HARI PENDERITA GASTRITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA MAKAN SEHARI-HARI PENDERITA GASTRITIS"

Transkripsi

1 Wahyu, Pola makan sehari-hari penderita gastritis POLA MAKAN SEHARI-HARI PENDERITA GASTRITIS DUWI WAHYU, SUPONO, NURUL HIDAYAH Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No 77 C Malang nh_150673@yahoo.com Abstract: Stomach ulcers or gastritis is inflammation (swelling) of the gastritic mocosa. The occurrence of gastritis ca be caused by irregular eating pattern is the frequency of meals, type and amount of food. Good diet prevent gastritis. This studies aims to determine the daily diet in the treatment of gastritis patients in Ardimulyo. The study was descriptive using accidental sampling technique. The research was carried out in May 2013 with 40 respondents. The results found that 26 respondents (65%) had a poor diet. Gastritis patients should be motivated and encouraged to undertake and implement a good diet and correct the other families who have family members who suffer from gastritis to motivated and encouraged to undertake and implement a good diet and correct the other families who have family members who suffer from gastritis to motivate should participate actively in creating a good diet and correct in preventing and treating gastritis. Keywords: diet, gastritis Abstak: Sakit maag atau gastritis adalah peradangan (pembengkakan) dari mukosa lambung. Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan. Pola makan yang baik mencegah terjadinya gastritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola makan sehari-hari pada pasien gastritis yang berobat jalan di Puskesmas Ardimulyo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan tehnik accidental sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 dengan 40 responden. Hasil penelitian didapat bahwa 26 responden (65%) memiliki pola makan yang kurang baik. Penderita gastritis seharusnya termotivasi dan terdorong untuk melakukan dan menerapkan pola makan yang baik dan benar. Selain itu keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita gastritis hendaknya berpartisipasi untuk memotivasi secara aktif dalam mewujudkan pola makan yang baik dan benar dalam mencegah dan mengobati gastritis Kata Kunci: pola makan, gastritis PENDAHULUAN Makanan sangat penting bagi tubuh kita. Tubuh kita membutuhkan asupan nutrisi berupa karbohidrat, lemak, protein dan senyawasenyawa gizi penting lainnya. Asupan makanan ini harus didukung dengan pengaturan pola makan yang sesuai. Pola makan yang teratur sangat penting bagi kesehatan tubuh kita, sedangkan pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan gangguan di sistem pencernaan. Permasalahan dalam sistem pencernaan tidak boleh dibiarkan. Ada berbagai gangguan sistem pencernaan atau penyakit yang mungkin terjadi dan sering dibiarkan oleh banyak orang, salah satunya adalah penyakit gastritis atau biasa kita sebut penyakit maag. Penyakit gastritis ini jika dibiarkan akan semakin parah, terlebih jika tidak ada pengaturan pola makan yang baik dan benar, maka akan menimbulkan kekambuhan yang akan mengganggu aktifitas penderita (Sulastri, 2012). Penyakit gastritis atau maag merupakan penyakit yang sangat kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Penyakit ini sering ditandai dengan nyeri ulu hati, mual, muntah, cepat kenyang, nyeri perut dan lain sebagainya. Penyakit maag sangat mengganggu karena sering kambuh akibat pengobatan yang tidak tuntas. Sebenarnya kunci pengobatan penyakit maag adalah dapat mengatur agar produksi asam lambung terkontrol kembali sehingga tidak berlebihan, yaitu dengan ISSN

2 JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: menghilangkan stress dan makan dengan teratur (Wijoyo, 2009). Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur yang mencakup frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan. Pola makan yang baik mencegah terjadinya gastritis. Penyimpangan kebiasaan, cara, serta konsumsi jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis. Pada kasus gastritis akut, faktor penyimpangan makan merupakan titik awal yang memengaruhi terjadinya perubahan pada dinding lambung. Peningkatan produksi cairan lambung dapat dirangsang oleh konsumsi makanan atau minuman. Cuka, cabai, kopi, alkohol serta makanan lain yang bersifat merangsang juga dapat mendorong timbulnya kondisi tersebut. Pada akhirnya kekuatan dinding lambung menjadi semakin parah. Tak jarang kondisi seperti itu akan menimbulkan luka pada dinding lambung (Uripi, 2002). Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun ini bisa menyerang semua jenis kelamin karena pola makan yang buruk dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok. Penyakit gastritis ini lebih menyerang kepada usia remaja sampai dewasa sehingga butuh perawatan khusus karena akan mengganggu masa tua, dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini (Tati, 2011). Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7% dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat (Gustin, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal Januari 2013 di Puskesmas Ardimulyo dengan wawancara, didapatkan 10 pasien gastritis yang berobat ke Puskesmas Ardimulyo, 6 orang pasien mengatakan terkena gastritis karena suka makan makanan yang pedas, kecut dan sering mengkonsumsi kopi, sedangkan sebanyak 4 orang mengatakan terkena gastritis karena tidak teratur makannya. Dari data buku laporan bulanan Puskesmas Ardimulyo didapatkan jumlah pasien gastritis yang rawat jalan pada bulan Agustus 2012 sebanyak 118 pasien, pada bulan September 2012 sebanyak 197 pasien, pada bulan Oktober 2012 sebanyak 166 pasien, dan pada bulan November 2012 sebanyak 144 pasien, dan menurut pengelompokan rangking 10 besar penyakit yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Ardimulyo, penyakit gastritis pada bulan Maret sampai Mei selalu menduduki peringkat 2 penyakit terbanyak di Puskesmas Ardimulyo. Karena tingginya angka kejadian gastritis akibat pola makan yang tidak teratur dan tidak sesuai, maka petugas kesehatan hendaknya menjelaskan tentang bagaimana jumlah makan, frekuensi makan dan jenis makanan yang baik dan tepat bagi penderita gastritis agar pasien dapat merubah perilaku pola makannya menjadi lebih baik sehingga tidak terjadi kekambuhan pada penderita gastritis dan penyakit gastritisnya tidak semakin parah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan sehari-hari pada pasien gastritis yang berobat jalan di Puskesmas Ardimulyo. Tujuan khususnya adalah 1) mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi penderita gastritis, 2) mengetahui jenis makanan yang dikonsumsi pasien gastritis, 3) mengetahui frekuensi makan pasien gastritis. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama menggambarkan atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan (Notoatmojo, 2002). Dalam penelitian ini populasinya adalah pasien gastritis yang berobat dalam kurun waktu ratarata setiap bulan sebanyak 156 orang di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien gastritis yang sedang berobat di Puskesmas Ardimulyo 18 ISSN

3 Wahyu, Pola makan sehari-hari penderita gastritis berjumlah 40 orang yang masuk dalam kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien gastritis tanpa komplikasi penyakit yang menyertainya. Adapun kriteria eksklusi nya adalah a) pasien yang tidak berkunjung ke poli umum, b) pasien yang datang dalam keadaan tidak sadar, c) pasien tidak mau menjadi responden Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan accidental sampling, yaitu semua pasien gastritis yang sedang berobat ke Puskesmas Ardimulyo yang kebetulan bertemu dengan peneliti dan sesuai kriteria inklusi dalam waktu 6 hari dalam 1 bulan, yaitu pada tanggal Mei Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah pola makan pada penderita gastritis. Sedangkan sub variabel nya adalah 1) jumlah makanan, 2) jenis makanan, 3) frekuensi makan. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah angket atau kuesioner, yang terdiri dari 12 pernyataan (4 pernyataan tentang jumlah makanan, 4 pernyataan tentang jenis makanan dan 4 pernyataan tentang frekuensi makan) yang diserahkan kepada responden yaitu penderita gastritis dimana dalam kuesioner tersebut sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang pada tanggal Mei Teknik pengumpulan data meliputi tahap persiapan dengan mengajukan proposal penelitian ke instansi terkait dan pelaksanaan penelitian, dimana dilakukan wawancara dengan para responden dan meminta responden untuk mengisi kuesioner. Setelah data terkumpul melalui kuesioner, kemudian ditabulasikan dengan variabel yang diteliti, kemudian dilakukan pembagian skor dimana pernyataan positif diberi skor jawaban Sering kali diberi skor 3, Sering diberi skor 2, Kadang-kadang diberi skor 1, Tidak pernah diberi skor 0. Untuk pernyataan negatif diberi skor jawaban Sering kali diberi skor 0 Sering diberi skor 1, Kadang-kadang diberi skor 2 dan Tidak pernah diberi skor 3. Hasil jawaban responden dijumlahkan dan dibandingkan dengan jawaban yang diharapkan kemudian dikalikan 100% dan hasilnya dipersentasekan (Arikunto, 2002). Selanjutnya persentase jawaban diinterpretasikan secara kualitatif dengan skala menurut Nursalam (2008) yaitu: %: Baik; 56-75% : Cukup; < 56% : Kurang. Untuk memperoleh keseluruhan responden, hasil perhitungan persentase dimasukkan dalam kriteria kuantitatif dengan skala menurut Nursalam (2008) yaitu: % : Mayoritas; 66-89% : Sebagian besar; 51-69% : Lebih dari setengahnya; 50% : Setengahnya; 31-49% : Kurang dari setengahnya; 11-30%: Sebagian kecil; 0-10%: Minoritas. HASIL PENELITIAN Data umum penelitian ini tentang karakteristik subyek penelitian meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kesukaan makanan dan frekuensi kekambuhan, sedangkan data khusus nya meliputi jumlah makanan, jenis makanan, frekuensi makan, dan pola makan penderita gastritis. Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa kurang dari setengahnya atau 12 responden (30%) berusia tahun. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin seperti pada Tabel 2, diketahui bahwa sebagian besar atau 27 responden (68%) adalah perempuan. Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok usia Umur F % tahun tahun tahun tahun 4 10 >59 tahun 7 18 Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin F % Laki-laki Perempuan ISSN

4 JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan Pendidikan F % SD SMP 8 20 SMA PT 3 8 Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan Pekerjaan F % PNS 1 2 Karyawan 5 12 IRT Wiraswasta Pelajar 4 10 Buruh 3 8 Pensiunan 3 8 Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kesukaan makanan Kesukaan makanan F % Pedas Kecut 1 2 Asin 5 13 Manis 2 5 Bersantan 3 7 Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi kekambuhan Frekuensi kambuh F % 1x seminggu x seminggu x seminggu Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa kurang dari setengahnya atau 17 responden (42%) berpendidikan SMA. Berdasarkan jenis pekerjaan, diketahui bahwa kurang dari setengahnya atau 14 responden (35%) bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (Tabel 4). Berdasarkan kesukaan makanan, diketahui bahwa sebagian besar atau 27 responden (73%) menyukai makan makanan yang pedas (Tabel 5). Tabel 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah makanan Kategori F % Baik - - Cukup Kurang Tabel 8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis makanan Kategori F % Baik - - Cukup Kurang Tabel 9. Distribusi berdasarkan frekuensi makan responden Kategori F % Baik Cukup Kurang Tabel 10. Distribusi frekuensi pola makan responden yang menderita gastristis Kategori F % Baik 1 3 Cukup Kurang Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa lebih dari setengahnya atau 22 responden (55%) frekuensi kambuhnya 2x seminggu. Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa sebagian besar, jumlah makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh penderita gastritis di puskesmas Ardimulyo masuk dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 28 responden (70%). Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa lebih dari setengahnya, jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh penderita gastritis di puskesmas Ardimulyo masuk dalam kategori cukup, yaitu sebanyak 23 responden (57%) Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa kurang dari setengahnya, frekuensi makan yang dikonsumsi sehari-hari oleh penderita gastritis di puskesmas Ardimulyo masuk dalam kategori 20 ISSN

5 Wahyu, Pola makan sehari-hari penderita gastritis kurang, yaitu sebanyak 17 responden (43%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya pola makan pada penderita gastritis sehari-hari masuk dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 26 responden (65%) (Tabel 10). PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola makan sehari-hari pada pasien gastritis meliputi jumlah makanan, jenis makanan dan frekuensi makan, masing-masing akan dideskripsikan. Jumlah Makanan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar jumlah makanan yang dikonsumsi sehari-hari oleh penderita gastritis di puskesmas Ardimulyo masuk dalam kategori kurang, yaitu sebanyak 28 responden (70%). Hal ini diketahui dari soal kuesioner untuk jumlah makanan, soal yang paling banyak salah dan mendapatkan nilai terendah adalah soal nomor 1 yaitu pernyataan bahwa saya makan nasi tidak lebih dari 1 sendok nasi (centong) untuk setiap kali makan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah makan penderita gastritis kebanyakan masih banyak dalam setiap kali makan, sehingga hal ini menyebabkan jumlah makan penderita gastritis masuk dalam kategori kurang baik. Hasil penelitian diketahui bahwa pengaturan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh penderita gastritis sebagian besar tidak sesuai dengan konsep diit gastritis, yaitu makan dengan jumlah sedikit demi sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara diet gastritis yang seharusnya dilakukan oleh penderita gastritis dengan kenyataannya, sebagian besar penderita gastritis belum menerapkan makan dengan jumlah sedikit demi sedikit. Hal tersebut dimungkinkan salah satunya karena faktor beban kerja dari penderita gastritis sendiri, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan responden yang terbanyak adalah ibu rumah tangga, dapat diketahui bahwa ibu rumah tangga meskipun pekerjaannya hanya didalam rumah namun pekerjaannya sebenarnya cukup berat, sejak dari pagi hingga malam mengurus rumah dan anak, karena pekerjaanya yang berat tersebut maka ibu rumah tangga kebanyakan sekali makan langsung banyak, tidak bisa makan sedikit demi sedikit, hal ini dikarenakan beban kerja yang cukup banyak dan sedikit waktu untuk beristirahat. Menurut Febrida (2013) jenis pekerjaan juga menentukan makanan apa yang tepat dikonsumsi. Beban kerja berlebih, mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap pekerja, karena itu kebutuhan akan zat gizi seorang tenaga kerja, harus sesuai dengan berat ringannya beban kerja yang diterimanya, seperti beban kerja berlebih, akan membutuhkan sumber energi yang lebih banyak (Munandar, 2008). Selain dari faktor beban kerja, hal yang turut berpengaruh dalam konsumsi jumlah makanan ialah dari faktor pendidikan, diketahui bahwa urutan kedua pendidikan terakhir terbanyak adalah SD, kemungkinan dalam hal pemahaman untuk memenuhi kebutuhan makan yang baik dan benar masih kurang, namun tidak semua orang yang berpendidikan rendah mempunyai perilaku seperti itu karena hal tersebut juga bisa dipengaruhi dengan banyaknya informasi-informasi yang diterima seseorang. Menurut penelitian Sulistyoningsih (2011), pendidikan dalam hal ini biasanya di kaitkan dengan pengetahuan, hal ini akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi salah satu contoh, prinsip makan yang dimiliki seseorang dengan pendidikan rendah biasanya yang penting mengenyangkan, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lainnya. Sebaliknya kelompok dengan orang pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan makanan sumber protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain. Jenis Makanan Dari hasil penelitian diketahui bahwa 23 responden (57%) jenis makanan yang dikonsumsi masuk dalam kategori cukup. Dari hasil penelitian diketahui bahwa yang mendapat nilai tertinggi adalah soal tentang jenis makanan yang ISSN

6 JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: menyatakan saya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein (tempe, tahu, ikan, dan lainnya). Hal ini menunjukkan bahwa para penderita gastritis juga mengkonsumsi makanan yang mengandung protein karena menurut Uripi (2002) protein ini berperan dalam menetralisir asam lambung. Namun nilai terendah yang didapat responden juga terdapat di soal tentang jenis makanan, yaitu yang menyatakan saya mengkonsumsi makanan yang berminyak (gorenggorengan). Hal ini kemungkinan dikarenakan cara pengolahan makanan yang mengandung protein seperti tempe, tahu, ikan, dan lainnya sebagian di goreng, sehingga meskipun jenis makanannya benar namun cara pengolahannya salah. Kemungkinan hal ini yang menyebabkan jenis makanan masuk dalam kategori cukup. Dilihat dari karakteristik responden, jenis makanan masuk dalam kategori cukup kemungkinan dikarenakan faktor pekerjaan, dimana dari hasil penelitian diketahui bahwa urutan kedua pekerjaan responden yang paling banyak adalah wiraswasta, dimana pendapatan pekerjaan wiraswasta dapat dibilang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, sehingga memengaruhi daya beli jenis-jenis makanan yang baik dan sehat, walaupun tidak semua pendapatan dialokasikan untuk makanan, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan makanan yang baik dan sehat masih mampu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Husaini dkk (2000) yang mengatakan bahwa pengeluaran keluarga merupakan salah satu indikator kesejahteraan keluarga yang berimplikasi terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan pangan dan non pangan anggota keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas, besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya sesuai yang diperlukan tubuh. Setidaknya kurangnya keanekaragaman bahan makanan memang pasti terjadi pada kelompok keluarga dengan pendapatan terbatas, terbatas pula kemampuan daya belinya serta tidak banyak pilihan dalam membeli bahan pangan. Begitu pula sebaliknya, keluarga dengan pendapatan cukup, besar kemungkinan dapat memenuhi kebutuhan makanan sesuai dengan yang diperlukan tubuh. Dalam Riset Kesehatan Dasar (2007), dikemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan sebuah keluarga apabila dilihat dari status pekerjaan seorang kepala keluarga, akan semakin tinggi pula pengeluaran rumah tangga tersebut dalam membeli bahan pangan yang mengandung energi dan protein. Pendidikan juga turut berpengaruh dalam pemenuhan jenis makanan yang baik dikonsumsi oleh penderita gastritis, hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari setengahnya pendidikan responden ialah SMA. Menurut Hartiyanti dan Triyanti (2009) bahwa dalam hal pengeluaran keluarga terhadap pangan, tingkat pendidikan berhubungan, dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan dengan jenis makanan yang beragam. Faktor lain yang turut memengaruhi dalam pemilihan jenis makanan ialah dari segi umur, diketahui bahwa usia yang paling banyak ialah usia antara umur tahun. Pada usia ini sebagian orang sudah tahu dan mengerti penyakit-penyakit apa saja yang sedang diderita, sehingga pada usia tersebut sudah bisa memilih dan memilah jenisjenis makanan apa saja yang baik dan sehat untuk dirinya dan untuk penyakitnya, khususnya penyakit gastritis yang memerlukan pemilihan jenis-jenis makanan yang tidak merangsang lambung untuk menghindari kekambuhan berulang. Meskipun adakalanya seseorang pada umur tersebut belum terlalu memikirkan tentang penyakitnya karna dianggap masih muda, sehingga menurut peneliti hal inilah yang menyebabkan pemilihan dalam jenis makanan penderita gastritis masuk dalam kategori cukup, belum bisa baik. Menurut Hurlock (2000) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Umur merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Frekuensi Makan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17 responden (43%) frekuensi makannya kurang baik. Hal ini diketahui bahwa soal yang paling 22 ISSN

7 Wahyu, Pola makan sehari-hari penderita gastritis banyak salah dan mendapatkan nilai terendah adalah soal yang menyatakan bahwa saya sering menunda waktu makan. Hal ini menunjukkan bahwa penderita gastritis masih sering menundanunda waktu makannya, sehingga hal ini menyebabkan frekuensi makan penderita gastritis masuk dalam kategori kurang baik. Data menunjukkan hanya 17 orang dari 40 responden yang mempunyai frekuensi makan kurang baik, hal ini kemungkinan terjadi karena pekerjaan responden yang paling banyak ialah IRT kemudian diikuti wiraswasta, dimana kedua pekerjaan tersebut ialah pekerjaan yang cukup menyibukkan sehingga para penderita gastritis tidak teratur makannya dan sering terlambat makan yang menyebabkan penyakit gastritisnya sering kambuh. Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya frekuensi kambuh penderita gastritis dalam seminggu ialah 2 kali, hal ini menunjukkan bahwa penderita gastritis belum menerapkan diit gastritis yang baik dan benar karena masih seringnya penyakit gastritisnya kambuh, dengan kata lain para penderita gastritis masih sering kali terlambat makan, sehingga menyebabkan kekambuhan. Menurut Suparyanto (2012) bila seseorang terlambat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Selain dari faktor beban kerja, hal yang turut berpengaruh dalam frekuensi makan penderita gastritis ialah dari faktor pendidikan, diketahui bahwa peringkat kedua pendidikan terakhir terbanyak dari responden adalah SD, kemungkinan kemampuan memahami tentang frekuensi makan yang baik dan benar untuk penderita gastritis belum begitu dimengerti, sehingga berpengaruh dalam pelaksanaan diet gastritis yang seharusnya makan sedikit-sedikit dengan frekuensi sering. Menurut Sulistyoningsih (2011), pendidikan di kaitkan dengan pengetahuan, hal ini akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi salah satu contoh, prinsip yang di miliki seseorang dengan pendidikan rendah biasanya adalah yang penting mengenyangkan, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak di bandingkan dengan kelompok bahan makanan lainnya. Sebaliknya kelompok dengan orang pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan makanan sumber protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain. Hal yang turut berpengaruh terhadap frekuensi makan ialah pekerjaan, sebagian besar pendidikan yang rendah menyebabkan jenis pekerjaannya tidak terlalu tinggi meskipun tidak semuanya begitu, diketahui bahwa pekerjaan yang paling banyak dari responden hanya ibu rumah tangga, dimana dapat diketahui bahwa ibu rumah tangga hanya mengandalkan penghasilan dari anggota keluarga yang bekerja, dengan kata lain ibu rumah tangga tidak mempunyai penghasilan sendiri, hal ini memengaruhi daya beli responden untuk membeli makanan yang baik dan sehat, selain itu hal ini menyebabkan tidak semua keluarga mampu membeli makanan untuk dimakan dalam 3 kali makan atau lebih, sehingga frekuensi makan yang seharusnya dilakukan tidak dapat dilakukan karena kemampuan daya beli yang kurang. Fikawati dan Syafik (2009) mengemukakan pendapat Worhington-Robert (2000) yang menyebutkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan yang dipengaruhi oleh karakteristik keluarga seperti pendidikan dan pengetahuan ibu, status pekerjaan ayah, daya beli (pengeluaran) keluarga terhadap pangan dan wilayah tempat tinggal. PENUTUP Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu: pola makan penderita gastritis di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang sebagian besar atau 26 responden (65%) kurang baik dengan rincian sebagai berikut: 1) jumlah makanan sehari-hari yang dikonsumsi oleh ISSN

8 JURNAL INFORMASI KESEHATAN INDONESIA (JIKI), VOLUME 1, NO. 1, MEI 2015: penderita gastritis di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang didapatkan bahwa sebagian besar (70%) kurang baik, 2) jenis makanan yang dikonsumsi oleh penderita gastritis di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang didapatkan bahwa lebih dari setengahnya (57%) cukup baik, 3) frekuensi makan yang dikonsumsi oleh penderita gastritis di Puskesmas Ardimulyo Kabupaten Malang didapatkan kurang baik (43%). Saran dari penelitian ini antara lain, ditujukan kepada penderita gastritis, Puskesmas, instansi pendidikan dan kepada peneliti selanjutnya. Penderita gastritis diharapkan dapat mencari informasi dari media cetak, media elektronik, mengikuti penyuluhan dan mencari informasi dari tenaga kesehatan sehingga responden dapat menerapkan pola makan yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-harinya sehingga meminimalkan kekambuhan. Puskesmas diharapkan untuk memberikan penyuluhan atau penjelasan tentang penyakit gastritis, pengobatan serta diit yang mencakup makanan apa yang boleh dan tidak diperbolehkan bagi penderita gastritis dengan bekerja sama dengan pihak tertentu. Untuk institusi pendidikan diharapkan bisa bekerja sama saat penyuluhan dengan petugaspetugas puskesmas dan memberikan leaflet tentang pola makan penderita gastritis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan dasar informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya dan saat melakukan uji validitas menjelaskan kepada responden maksud dari setiap pertanyaan dalam kuesioner agar responden mengerti dan saat penelitian responden mengerti dan saat penelitian peneliti bisa mendapatkan jawaban yang diinginkan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta Febrida, Melly Jenis Makanan Sesuai Profesi, Berat Badan dan Usia. (Online). health.liputan6.com/. (Diakses tanggal 6 Juli 2013, WIB) Fikawati, Sandra dan Ahmad Syafik Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif. KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 3, Hartiyanti dan Triyanti Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Hurlock E.B Psikologi Perkembangan:Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:Erlangga Husaini YK, Widodo Y, Triwinarto A, Salimar Perubahan Pola Konsumsi PanganKeluarga pada Sebelum dan Sewaktu Krisis Ekonomi. Penelitian Gizi dan Makanan23 : Munandar, A.S., Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta: UI Press Notoatmojo, S Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Sulastri Gambaran pola makan penderita gastritis di wilayah kerja puskesmas kampar kiri hulu kecamatan kampar kiri hulu Kabupaten kampar riau. Skripsi. Sumatera:Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Sulistyoningsih Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu Suparyanto Etiologi dan Penanganan Gastritis (Online) /02/etiologi-dan-penanganan-gastritis.html. (diakses tanggal 21 februari 2013 jam WIB) Tati Hubungan antara Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Semester II Stikes Wira Husada Yogyakarta Skripsi. Yogyakarta: Stikes Wira Husada Uripi Menu untuk Penderita Hepatitis dan Gangguan Saluran Pencernaan. Jakarta: Puspa Swara Wijoyo Ramuan Penyembuh Maag. Jakarta: Bee Media Indonesia Gustin, R. K Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis pada pasien yang berobat jalan di puskesmas Gulai Bancah kota Bukittinggi tahun 2011.makalah. Diunduh dari: URL: unand. ac. id/17045/1/17- JURNAL_PENELITIAN. pdf. 24 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sukarmin (2012) gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya gangguan pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil presentase dari angka kejadian diseluruh dunia, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis atau lebih dikenal dengan istilah maag merupakan suatu keadaan peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu rasa tidak nyaman

Lebih terperinci

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah 104 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCEGAHAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2015 A. Karateristik 1. Umur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya

BAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung yang paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya hanya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia yang mengarah modern ditandai gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Banyak hal yang dapat menyebabkan gastritis. Penyebabnya paling sering adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS

PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG PENCEGAHAN KEKAMBUHAN GASTRITIS Suryono, Ratna Dwi Meilani Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri ABSTRAK Gastritis adalah suatu penyakit akibat proses inflamasi

Lebih terperinci

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2)

Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes dan Kiki Korneliani, SKM, M.Kes 2) HUBUNGAN FREKUENSI KONSUMSI MAKANAN BERISIKO GASTRITIS DAN STRESS DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA WANITA USIA 20-44 TAHUN YANG BEROBAT DI PUSKESMAS CILEMBANG TAHUN 2012 Dewi Karwati 1) Nur lina, SKM, M.Kes

Lebih terperinci

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA MAKAN DALAM KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

GAMBARAN POLA MAKAN DALAM KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU GAMBARAN POLA MAKAN DALAM KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMP NEGERI 1 SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU HOSANA SISKA NIM I32112042 NASKAH PUBLIKASI PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.

Lebih terperinci

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya? Faktor psikis atau kejiwaan seseorang bisa pula meningkatkan produksi asam lambung. Selain itu penyakit maag juga bisa disebabkan insfeksi bakteri tertentu, misalnya helicobacter pylori yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan, dan terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat mencapai suatu keseimbangan atau suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa tidak luput dari aktifitas yang tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Deisy Octaviani 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ;Soraya 3 Gastritis merupakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012). BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (51 orang) adalah perempuan. Perempuan lebih mudah merasakan adanya serangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN JENIS GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS BONE-BONE KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN JENIS GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS BONE-BONE KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN JENIS GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS BONE-BONE KECAMATAN BONE-BONE KABUPATEN LUWU UTARA Abdul Rahman ABSTARAK Pada tahun 2007 penyakit gastritis

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Teori Diabetes Melitus Tipe 2 Patofisiologi: Kerusakan fungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin Menurunnya pengambilan glukosa oleh jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penyakit lambung/maag sudah banyak timbul di masyarakat dengan keluhan perut yang sakit, perih, atau kembung. Namun penyakit maag tidak seperti yang diketahui

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN

ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN TERHADAP GEJALA MAAG PADA MAHASISWA AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN Nordin 1 ; Aditya M.P.P 2 ;Yugo Susanto 3 Menurut data dari World Health Organization (WHO) bahwa Indonesia

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada: Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus September 24 dengan jumlah sampel yang ada di Poli TB MDR sebanyak 6 pasien, namun dari

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, Universitas Nusantara PGRI Kediri Email:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, cepat dan makan makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah manusia

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pantang Makanan Selama Masa Nifas di Bpm Sri Lumintu

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pantang Makanan Selama Masa Nifas di Bpm Sri Lumintu Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pantang Makanan Selama Masa Nifas di Bpm Sri Lumintu Melati Artika Wulansari 1*, Erika Adya Laksita Yudha 2 1 D III Kebidanan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan. oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan. oleh faktor iritasi dan infeksi (Rahma, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung karena gastritis atau sakit maag akan sangat mengganggu aktivitas

Lebih terperinci

Oleh: Una Zaidah,SE.,M.Kes Dosen Tetap Fakultas Kesehatan Masyarakat UNTB

Oleh: Una Zaidah,SE.,M.Kes Dosen Tetap Fakultas Kesehatan Masyarakat UNTB ISSNNo.2355-9292 JurnalSangkareangMataram 35 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KENAIKAN BERAT BADAN BALITA KEP (KURANG ENERGI PROTEIN) YANG MENDAPATKAN TERAPI GIZI DI POLIKLINIK GIZI RUMAH SAKIT UMUM Oleh:

Lebih terperinci

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

Satuan Acara penyuluhan (SAP) Lampiran Satuan Acara penyuluhan (SAP) A. Pelaksanaan Kegiatan a. Topik :Gastritis b. Sasaran : Pasien kelolaan (Ny.N) c. Metode : Ceramah dan Tanya jawab d. Media :Leaflet e. Waktu dan tempat : 1. Hari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 60 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada : Yth. Calon Responden Penelitian Di - TEMPAT DenganHormat, Saya adalah mahasiswa Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Typhoid Abdominalis atau sering disebut Thypus Abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multisistemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK Lexy Oktora Wilda STIKes Satria Bhakti Nganjuk lexyow@gmail.com ABSTRAK Background. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.3 Karangasem, Laweyan, Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Dirgahayu Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru. Penelitian

Lebih terperinci

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT Bernadeth Rante Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu Abstrak : Masalah gizi semula dianggap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan tentang pelaksanaan PROLANIS pada penderita diabetes melitus dan hipertensi di Puskesmas Banjardawa Kabupaten Pemalang, maka dapat

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Setelah mendapat penjelasan tentang kegiatan dari penelitian ini yang bertanda tangan dibawah ini:

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Setelah mendapat penjelasan tentang kegiatan dari penelitian ini yang bertanda tangan dibawah ini: 80 81 Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Setelah mendapat penjelasan tentang kegiatan dari penelitian ini yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Nomor :... (inisial) :... (diisi peneliti)

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI Nugrahaeni Firdausi Abstrak Permasalahan yang sering dijumpai saat ini banyak pasien mengalami kecemasan saat baru pertama kali mengalami rawat inap. Cemas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah istilah yang dipakai untuk

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Gambaran Pengetahuan Dan Perilaku Pencegahan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG GASTRITIS TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN GASTRITIS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO Maya Sinta Sumangkut Sefti Rompas Michael Karundeng Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya angka kurang gizi pada pasien yang dirawat di bagian bedah adalah karena kurangnya perhatian terhadap status gizi pasien yang memerlukan tindakan bedah, sepsis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah metode preexperimental karena berupa penelitian lapangan yang memberikan perlakuan atau tindakan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA Elfi Manya Sari *, Reni Asmara Ariga ** * Mahasiswa Fakustas Keperawatan USU ** Dosen Departemen

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA REMAJA Syamsu Dwi Wahyuni (STIKes Buana Husada Ponorogo) Rumpiati (STIKes Buana Husada Ponorogo) Rista Eko Muji Lestariningsih (STIKes Buana Husada Ponorogo)

Lebih terperinci

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG 12 PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG Ai Martin Sopiah¹ ), Ai Nurhayati² ), Rita Patriasih² ) Abstrak: Siswa SMK berada dalam usia remaja pada masa ini rentan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN Noorhidayah 1, Fadhiyah Noor Anisa 2, Titin eka wati 1 STIKES Sari Mulia

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Jenis kelamin : 1) Laki-laki

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada: Yth. Calon Responden Penelitian Di Tempat Dengan Hormat, Saya Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN. : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor

PENJELASAN PENELITIAN. : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN Judul Penelitian Peneliti : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor : Annisah Sepwika Sari NIM :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, ransangan, atau kombinasi halhal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini merupakan cross sectional survey karena pengambilan data dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan (Hidayat 2007). Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : L / P d. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN 60 Lampiran 1 Persetujuan Responden FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN Sehubungan dengan diadakannya penelitian oleh : Nama Judul : Lina Sugita : Tingkat Asupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang mendapatkan hasil gambaran secara menyeluruh tentang obyek dan subyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, dimana jarak ini menentukan apakah seseorang dikatakan sehat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, dimana jarak ini menentukan apakah seseorang dikatakan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan manusia bergerak maju atau mundur dalam kontinuitas tertentu, dimana jarak ini menentukan apakah seseorang dikatakan sehat atau sakit. Asuhan keperawatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013). BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi, dimana dua pertiganya terdapat di negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN Mira Yunita 1, Adriana Palimbo 2, Rina Al-Kahfi 3 1 Mahasiswa, Prodi Ilmu

Lebih terperinci

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita PERAN KELUARGA PRASEJAHTERA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI DESA DEPOK KECAMATAN KANDEMAN KABUPATEN BATANG 7 Cipto Roso ABSTRAK Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Lebih terperinci

GAMBARAN KEJADIAN GASTRITIS DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

GAMBARAN KEJADIAN GASTRITIS DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA GAMBARAN KEJADIAN GASTRITIS DI RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA Rismia Agustina, Azizah, Agianto Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Jl. A.Yani Km. 36, Banjarbaru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

JADWAL KEGIATAN. No. Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1

JADWAL KEGIATAN. No. Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 Lampiran 1 JADWAL KEGIATAN No. Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 Persiapan Proposal 2 Ujian Proposal 3 Revisi Proposal 4 Ijin Penelitian 5 Pengambilan

Lebih terperinci

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 PEMBERDAYAAN POTENSI DAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MENCAPAI DERAJAT KESEHATAN BAYI DENGAN MENGGALAKKAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di dunia. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolic

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PEROKOK TENTANG ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK DI SMA N 01 SINGOSARI, MALANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PEROKOK TENTANG ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK DI SMA N 01 SINGOSARI, MALANG Lenggono, Hubungan Pengetahuan Remaja Perokok 75 HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PEROKOK TENTANG ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK DI SMA N 01 SINGOSARI, MALANG Kumoro Asto Lenggono Poltekkes RS. dr. Soepraoen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 dengan memperoleh responden

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 dengan memperoleh responden BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menyajikan dan membahas hasil dari pengumpulan data kuisioner tentang Kepatuhan Pasien Hipertensi dalam Minum Obat yang akan diuraikan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Orang Tua, Balita, Zinc ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN TABLET ZINC PADA BALITA PENDERITA DIARE DI PUSKESMAS S.PARMAN BANJARMASIN Chairunnisa 1 ; Noor Aisyah 2 ; Soraya 3 Diare merupakan salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double Burden Nutrition). Masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara gizi lebih juga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GASTRITIS RAWAT INAP DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GASTRITIS RAWAT INAP DI RSUD SUKOHARJO HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GASTRITIS RAWAT INAP DI RSUD SUKOHARJO Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA LEMAH IRENG KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN 2011

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA LEMAH IRENG KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN 2011 TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA LEMAH IRENG KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN 2011 Dedi Herlambang ABSTRAK Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR. R.

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR. R. HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR. R. KOESMA TUBAN ( Relationship Between Diet with the Incidence Of Gastritis At Patients

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009 I. KARAKTERISTIK 1 Nama : 2 Umur : 3 Alamat : 4. Pekerjaan : 1. PNS 2.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN TENTANG POLA MAKAN YANG BENAR DAN SIKAP DALAM MENCEGAH KEKAMBUAHAN GASTRITIS KRONIS. Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlarak, Ponorogo

PENGETAHUAN TENTANG POLA MAKAN YANG BENAR DAN SIKAP DALAM MENCEGAH KEKAMBUAHAN GASTRITIS KRONIS. Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlarak, Ponorogo PENGETAHUAN TENTANG POLA MAKAN YANG BENAR DAN SIKAP DALAM MENCEGAH KEKAMBUAHAN GASTRITIS KRONIS Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlarak, Ponorogo Oleh : RAMA ZAKARIA NIM : 10611877 PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TENTANG MAKANAN YANG DAPAT MENAIKAN ASAM LAMBUNG

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TENTANG MAKANAN YANG DAPAT MENAIKAN ASAM LAMBUNG KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TENTANG MAKANAN YANG DAPAT MENAIKAN ASAM LAMBUNG di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Ponorogo Oleh: RUDHIANA AINUL HIDAYANTI NIM: 11612101 PROGRAM

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA 20 30 TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI Susilowati Dosen Akper Pamenang Pare Kediri Kanker payudara adalah kanker yang terjadi pada payudara

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TIMBULNYA GASTRITIS PADA PASIEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MEDICAL CENTER (UMC)

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TIMBULNYA GASTRITIS PADA PASIEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MEDICAL CENTER (UMC) HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN TIMBULNYA GASTRITIS PADA PASIEN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MEDICAL CENTER (UMC) Correlation Between Diet With Gastritic Incidence On Patient In Medical Center Of Muhammadiyah

Lebih terperinci